bab i pendahuluan a. -...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Pemerintah menguasai dan wajib menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Untuk itu, pengembangan sektor riil menjadi hal yang harus dilakukan pemerintah sebagai strategi pertumbuhan ekonomi guna menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Sektor riil yang memiliki kontribusi terbesar antara lain sektor pertanian, perdagangan, dan industri manufaktur. 1 Dalam rangka mempercepat pertumbuhan sektor riil, khususnya meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, daya saing, dan meningkatkan penguasaan ekonomi nasional serta pengembangan wilayah, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melaksanakan pengembangan dan maksimalisasi sektor perkebunan. Sebagai salah satu bentuk pengelolaan sumber daya alam, maka pengembangan perkebunan tersebut perlu dilakukan secara terencana, terbuka, terpadu, profesional dan bertanggung jawab. 1 Musa Rajekshah, 2009, Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, hlm.2

Upload: doanphuc

Post on 09-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945

adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Pemerintah menguasai dan

wajib menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Untuk itu, pengembangan sektor riil menjadi hal yang

harus dilakukan pemerintah sebagai strategi pertumbuhan ekonomi guna

menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Sektor riil yang memiliki

kontribusi terbesar antara lain sektor pertanian, perdagangan, dan industri

manufaktur.1

Dalam rangka mempercepat pertumbuhan sektor riil, khususnya

meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, daya saing, dan

meningkatkan penguasaan ekonomi nasional serta pengembangan wilayah,

salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melaksanakan

pengembangan dan maksimalisasi sektor perkebunan. Sebagai salah satu

bentuk pengelolaan sumber daya alam, maka pengembangan perkebunan

tersebut perlu dilakukan secara terencana, terbuka, terpadu, profesional dan

bertanggung jawab.

1 Musa Rajekshah, 2009, Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam

Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan,

Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, hlm.2

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

2

Perkebunan memiliki beberapa fungsi, yaitu secara ekonomi, untuk

meningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Secara ekologi,

sebagai peningkatan konservasi tanah dan air yang sangat dibutuhkan dalam

menjaga kelestarian lingkungan hidup. Secara budaya, berfungsi untuk

mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk itu, maka pembangunan

perkebunan harus diselenggarakan berdasarkan atas asas manfaat dan

berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta

berkeadilan.2Sehingga, tujuan dari pembangunan perkebunan tersebut demi

kemakmuran rakyat dapat tercapai.3

Salah satu sektor perkebunan unggulan Indonesia adalah kelapa sawit.

Bahkan Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang terbesar produksi

kelapa sawit dunia. Data Ditjen Perkebunan Kementan menyebutkan, volume

ekspor kelapasawit (CPO) di semester I 2012 saja mencapai 9.776.000 ton.

Sedangkan di 2011, volumeekspor kelapa sawit mencapai 6.436.000 ton.

Bersama Malaysia, Indonesia menyumbang lebih dari 85% dari produksi

kelapa sawit dunia.4 Hal ini menunjukkan besarnya potensi perkebunan yang

dimiliki oleh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dunia.

2 Lihat Pasal 2 Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.

3 Pasal 3 Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan menyatakan bahwa

tujuan dari penyelenggaraan perkebunan yaitu, untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,

meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan penerimaan devisa negara, menyediakan

lap[angan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing, memenuhi kebutuhan

konsumsi dan bahan baku industry dalam negeri, dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya

alam secara berkelanjutan. 4 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan 2010 – 2014, Direktorat Jenderal

Perkebunan, Kementerian Pertanian, Jakarta 2011, hal. 45 – 46 dalam Andi Muttaqien,

Membangun Perkebunan Yang Berkeadilan, Berkelanjutan dan Demokratis-Catatan Atas Revisi

Permentan Nomor: 26/Permentan/OT. 140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Jakarta 2013, hlm. 2.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

3

Meskipun begitu, upaya pengembangan dan peningkatan perkebunan

langsung secara mandiri oleh rakyat masih dirasa sangat sulit. Terjadi

ketimpangan antara hasil perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan besar

dengan perkebunan yang digarap langsung oleh rakyat. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain kekuatan modal yang belum memadai,

sempitnya jangkauan pemasaran, dan kurangnya akses inovasi tekhnologi

perkebunan yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga menyebabkan hasil

produksi perkebunan yang tidak maksimal.

Mengatasi kendala-kendala tersebut di atas, pemerintah kemudian

bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan perkebunan besar, baik swasta

maupun BUMN untuk membantu dan membimbing perkebunan rakyat di

sekitarnya dalam suatu sistem kerjasama, yang saling menguntungkan, utuh

dan berkesinambungan melalui hubungan kemitraan.5 Hubungan kemitraan di

bidang perkebunan yang dimaksud adalah hubungan kerjasama dibidang

pengembangan usaha perkebunan antara koperasi dengan Perusahaan Inti

disertai pembinaan Perusahaan Inti kepada koperasi, yang dijiwai prinsip

saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan,6 sehingga

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pada masa awal pengintegrasian perkebunan besar dengan perkebunan

rakyat (petani kecil) istilah yang yang digunakan adalah Nucleus Estate

5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 06/PBI/12/2004 tentang Kredit Investasi

Pengembangan Perkebunan Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Yang Dikaitkan Dengan Program

Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi. 6 Pasal 1 angka 6 Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Menteri Koperasi dan

Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 73/KPTS.OT 210/98 tentang Pembinaan Dan Pengembangan

Koperasi Unit Desa Di Bidang Usaha Perkebunan Dengan Pola Kemitraan Melalui Pemanfaatan

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

4

Smallholder (NES). Istilah tersebut kemudian berubah menjadi Perusahaan

Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) dan melalui Instruksi Presiden Nomor 1

Tahun 1986 tentang Pedoman Pengembangan Perkebunan dengan Pola

Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan Program Transmigrasi,7

pemerintah berupaya menyelenggarakan kerjasama dan koordinasi yang

sebaik-baiknya dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan program-program

kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan tanaman perkebunan pola

Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan Program Transmigrasi,

atau lebih dikenal dengan sebuatan PIR-TRANS. Progam tersebut

dilaksanakan dalam rangka menciptakan pemerataan pembangunan dan

kesejahteraan masyarakat, serta meningkatan produksi perkebunan melalui

investasi swasta yang diarahkan untuk mencukupi kebutuhan nasional dan

peningkatan ekspor non migas.8

Selanjutnya, untuk lebih meningkatkan produksi dan daya saing hasil

usaha perkebunan, pada Tahun 2006 pemerintah mengeluarkan peraturan No.

33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui

Program Revitalisasi Perkebunan. Peraturan ini dikeluarkan dalam rangka

untuk percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan,

peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit

investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan

7 Parulian Simanjuntak dan Bambang Irawan, Kajian Kemitraan Pola Perkebunan

Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi (Pir Trans) Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan

Transmigran (Studi Kasus PT. Victorindo Alam Lestari Dengan Masyarakat Desa Ujung Batu II

Kabupaten Tapanuli Selatan ), hlm. 3. Dalam http://www.academia.edu/8738130/mitra diunduh

tanggal 10 Oktober 2014. 8Ibid.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

5

perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra dalam pengembangan

perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil.

Program revitalisasi perkebunan ini dilaksanakan oleh perusahaan yang

telah memiliki Ijin Usaha Perkebunan (IUP) atau/Ijin Usaha Industri,9 sebagai

mitra dan Koperasi dan/atau pekebun. Koperasi sebagai salah satu pelaksana

program revitalisasi perkebunan memiliki fungsi yang sangat penting dalam

mewujudkan kemakmuran masyarakat sesuai dengan yang diamanatkan Pasal

33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945, bahwa perekonomian negara

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan asas kekeluargaan

yang mengutamakan kemakmuran rakyat.10

Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945,

pembangunan di bidang ekonomi yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi

menentukan bahwa, masyarakat harus memegang peranan aktif dalam

kegiatan pembangunan. Sedangkan pemerintah berkewajiban memberikan

pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan

iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha.11

Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi, berfungsi dalam mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan para petani anggotanya, meningkatkan

produktifitas dan efisiensi dalam pengelolaan usaha,12

serta meningkatkan

9 Pasal 1 angka 8 Peraturan Menteri Pertanian No. 33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang

Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan 10

Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 meyebutkan, bahwa

perkonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan bangun

perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. 11

Sudarsono dan Edilius, 2010, Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta,

Jakarta, hlm. 75-76. 12

Pasal 5 Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan

Pengusaha Kecil No. 73/KPTS/OT.210/2/98 tentang Pembinaan Dan Pengembangan Koperasi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

6

kemandirian dan daya saing perekonomian nasional.13

Badan usaha koperasi

merupakan wadah bagi masyarakat anggotanya untuk berkumpul dan bekerja

sama berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong dengan tujuan untuk

mencapai kesejahteraan bersama, bukan perseorangan semata.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peran dari koperasi perlu

ditingkatkan terutama dalam program pengembangan perkebunan melalui

kemitraan perusahaan inti dengan koperasi, khususnya Koperasi Unit Desa

(KUD) sebagai lembaga ekonomi masyarakat pedesaan, agar tujuan dan

sasarannya dapat dicapai semaksimal mungkin dan dapat berjalan sejajar

dengan pelaku ekonomi lainnya. Untuk itu, melalui Surat Keputusan Bersama

Menteri Pertanian Dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil

Nomor 73/KPTS.OT 210/98 tentang Pembinaan Dan Pengembangan Koperasi

Unit Desa Di Bidang Usaha Perkebunan Dengan Pola Kemitraan Melalui

Pemanfaatan Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya, pemerintah

telah menyediakan fasilitas pendanaan berupa Kredit Kepada Koperasi Primer

untuk Anggotanya yang disebut KKPA.

Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA),14

merupakan

kredit investasi dan atau kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada

Koperasi Primer untuk diteruskan kepada anggota-anggotanya guna

Unit Desa Di Bidang Usaha Perkebunan Dengan Pola Kemitraan Melalui Pemanfaatan Kredit

Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya. 13

Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1997 tentang Kemitraan. 14

Lihat tujuan dan sasaran KKPA dalam Pasal 2 dan 3 Keputusan Bersama Menteri

Pertanian Dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 73/KPTS.OT 210/98

tentang Pembinaan Dan Pengembangan Koperasi Unit Desa Di Bidang Usaha Perkebunan Dengan

Pola Kemitraan Melalui Pemanfaatan Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

7

membiayai usaha anggota yang produktif.15

Sesuai dengan skim KKPA, maka

KUD dapat bertindak sebagai pelaksana pemberian kredit (executing agent),

atau penyalur kredit (chanelling agent).16

Sebagai pelaksana, koperasi primer

secara langsung bertindak sebagai nasabah bank, sedangkan sebagai penyalur

koperasi primer hanya berperanan untuk mengadministrasikan penyaluran dan

pengembalian kredit.17

Dengan adanya program KKPA ini, koperasi

diharapkan dapat lebih memaksimalkan perannya dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat anggotanya dan membantu pemerintah dalam

program pengembangan perkebunan.

Dalam program pengembangan perkebunan, koperasi berperan sebagai

wadah yang menampung para petani peserta dalam pelaksanaan program

revitalisasi perkebunan. melalui kerjasama kemitraan inti-plasma. Koperasi

melakukan perjanjian kerjasama dengan perusahaan di bidang perkebunan

yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan dengan diketahui oleh

bupati setempat. Biaya pembangunan dan pengembangan kebun kemitraan

tersebut sepenuhnya ditanggung oleh koperasi, namun perusahaan yang

menjadi mitralah yang mengelola dana tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan

biaya pembangunan dan pengembangan perkebunan, dengan persetujuan dari

perusahaan mitra, Koperasi kemudian mengajukan permohonan KKPA

15

Pasal 1 angka 1 Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Menteri Koperasi dan

Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 73/KPTS.OT 210/98 tentang Pembinaan Dan Pengembangan

Koperasi Unit Desa Di Bidang Usaha Perkebunan Dengan Pola Kemitraan Melalui Pemanfaatan

Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya. 16

Pasal 6 Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Menteri Koperasi dan Pembinaan

Pengusaha Kecil Nomor 73/KPTS.OT 210/98 17

Akbar Perdana, 2008, Dampak Pelaksanaan Program Kredit Kepada Koperasi

Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Terhadap Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit (Studi : PT.

Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan). Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor, hlm. 10.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

8

kepada bank-bank yang telah ditunjuk oleh pemerintah sebagai penyalur kredit

KKPA.

Dalam Pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan pola kemitraan

Inti-Plasma melalui program KKPA, pada kenyataannya tidak selalu sesuai

dengan yang diharapkan. Di Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten

Lampung Tengah, kelompok-kelompok tani yang tergabung dalam program

KKPA Koperasi Unit Desa (KUD) Hasta Karya Bhakti lewat pola kemitraan

inti plasma dengan mitranya PT. Perkebunan Nasional VII, pada akhirnya

diberikan peringatan oleh pihak bank BNI selaku pemberi kredit karena belum

melakukan kewajiban pembayaran sesuai dengan jadwal angsuran dan sampai

batas waktu yang telah ditentukan.Apabila para petani tersebut tidak dapat

menyelesaikan seluruh kewajiban kredit, maka pihak bank akan melakukan

pelelangan atas lahan kebun sawit yang belum dilunasi.18

Menanggapi hal tersebut di atas, para petani sawit anggota KKPAKUD

Hasta Karya Bhakti (para petani anggota) menyebutkan, telah terjadi

kesewenangan, ketidakadilan yang dilakukan pihak KUD Hasta Karya Bhakti

sebagai penyalur kredit dalam Program KKPA tersebut, sehingga

menyebabkan para petani belum mau membayar hutang kreditnya melalui

KUD.19

Di sisi lain, faktor harga pembelian tandan buah segar (TBS) juga

masih menjadi kendala utama sebagai faktor timbulnya tindakan-tindakan

melanggar ketentuan yang ada.

18

Surat Bank BNI 46 Nomor. BLC/7/4515/R kepada Ketua KUD Hasta Karya Bhakti

yang berisi tentang peringatan batas waktu penyelesaian kredit KUD Hasta Karya Bhakti. 19

Dokumen Pengaduan Petani Sawit Yang Tergabung Dalam KKPA Kecamatan

Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah kepada Komisi I DPRD Lampung Tengah.

Tertanggal 24 Desember 2011.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

9

Permasalahan-permasalahan yang muncul, pada akhirnya menempatkan

para petani sebagai pihak yang paling dirugikan, terutama karena yang

menjadi jaminan kredit di bank adalah lahan kebun sawit milik para petani.

Dilatarbelakangi hal-hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai penyimpangan pelaksanaanhubungan kerjasama

kemitraan perkebunan sawit yang memanfaatkan program Kredit Koperasi

Primer untuk Anggotanya (KKPA).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola kemitraan inti plasma perkebunan kelapa sawit yang

menggunakan dana KKPA.

2. Bagaimana penyimpangan pelaksanaan kerjasama kemitraan inti Plasma

kelapa sawit pola KKPA antara PT. Perkebunan Negara (PN) VII dan

Koperasi Unit Desa (KUD) Hasta Karya Bhakti Kecamatan Sendang

Agung, Lampung Tengah.

3. Bagaimana implikasi yuridis penyimpangan pelaksanaan kerjasama

kemitraan inti Plasma kelapa sawit pola KKPA antara PT. Perkebunan

Negara (PN) VII dan Koperasi Unit Desa (KUD) Hasta Karya Bhakti

Kecamatan Sendang Agung, Lampung Tengah.

C. Keaslian Penelitian

Penulis melakukan kegiatan penelusuran terhadap penelitian dan karya

karya ilmiah yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini. Namun demikian, berdasarkan hasil penelusuran dan telaah

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

10

terhadap pustaka yang ada, belum ditemukan permasalahan yang sama dengan

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.Christina desiyanti, Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, dengan penelitiannya

yang berjudul Perjanjian Kemitraan Antara Perusahaan Perkebunan Kelapa

Sawit Dengan Petani Plasma Di Kabupaten Waringin Timur, membahas

mengenai permasalahan konstruksi hukum perjanjian kemitraan dalam praktek

dan upaya penyelesaian jika perusahaan membayar harga tandan buah segar di

bawah harga pasar.

Natalia Pingkan Runtukahu, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada, dalam penelitiannya yang berjudul Perjanjian

Kemitraan Antara PT Antang Ganda Utama Dengan Koperasi Yang Mewakili

Masyarakat Pemilik Lahan Di Kabupaten Barito Utara Dalam Pelaksanaan

Program Revitalisasi Perkebunan Kelapa Sawit, lebih membahas mengenai

jenis dan karakter perjanjian kemitraan serta apakah isi dari perjanjian

kemitraan tersebut telah mampu menampung kepentingan para pihak. Dari

hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa kualifikasi perjanjian kemitraan

program revitalisasi perkebunan antara kedua pihak, termasuk dalam

perjanjian tidak bernama, karena belum memiliki nama khusus, atau perjanjian

jenis baru yang mandiri, karena terdapat unsur-unsur perjanjian yang tidak

bisa dipilah2 lagi dan merupakan perjanjian kerjasama yang tidak mempunyai

unsur perjanjian lain. Selain itu, juga memililki karakter khusus yakni

menggunakan pola kemitraan, sehingga berbeda dengan perjanjian yang ada

dalam KUH Perdata. Perjanjian kemitraan antara kedua belah pihak telah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

11

berjalan hingga tahap akhir, namun belum bisa menampung dan melindungi

kepentingan para pihak, karena hanya berdasar MoU saja.

Terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Rudianto Salmon Sinaga

dari Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dengan

judul Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kemitraan Inti Plasma Kelapa Sawit

(studi Kasus Pada PT. SHM dengan Koperas PGH) dan Tindakan Notaris

Dalam Menghadapi Perjanjian Kemitraan Inti Plasma Dalam Perkebunan

Kelapa Sawit. Hasil dari penelitian ini, ditemukan bahwa dalam

implementasinya, ternyata ditemukan banyak kecurangan oleh perusahaan

dalam hubungan kerjasama kemitraan inti plasma kelapa sawit. Notaris

sebagai pejabat pembuat akta memiliki fungsi pengawasan dan dapat menutup

peluang terjadinya kecurangan dengan membuat perjanjian yang baik dengan

mempertimbangkan akibat-akibat hukum dari perjanjian tersebut.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola kemitraan inti plasma kelapa sawit melalui

program KKPA.

2. Untuk mengetahui penyimpangan pelaksanaan pola kemitraan inti Plasma

kelapa sawit melalui program KKPA antara PT. Perkebunan Negara (PN)

VII dan Koperasi Unit Desa (KUD) Hasta Karya Bhakti Kecamatan

Sendang Agung, Lampung Tengah.

3. Untuk mengetahui implikasi yuridis penyimpangan pelaksanaan pola

kemitraan inti Plasma kelapa sawit melalui program KKPA antara PT.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81394/potongan/S2-2015... · membiayai usaha anggota yang produktif. 15 Sesuai dengan skim

12

Perkebunan Negara (PN) VII, dan Koperasi Unit Desa (KUD) Hasta Karya

Bhakti Kecamatan Sendang Agung, Lampung Tengah.

E. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini, antara

lain sebagai berikut :

1. Dalam lingkup akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi pengembangan dan pengkajian ilmu hukum;

2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan

bagi peneliti-peneliti lain dalam pengkajian bidang yang sama dan berguna

bagi perkembangan hukum perjanjian kerja sama perkebunan dengan pola

kemitraan inti plasma di Indonesia.