bab i - pendahuluan
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan minyak bumi di dunia membuat
produksi dan eksplorasi minyak bumi di lokasi yang sebelumya dianggap tidak
ekonomis dimana lokasinya mungkin lebih sulit dijangkau terpaksa harus
dilakukan. Penggunaan jalur pipa bawah laut telah terbukti lebih efisien untuk alat
transportasi minyak bumi meskipun setelah itu timbul beberapa masalah yang
serius. Masalah yang terjadi dalam proses pengaliran fluida di perpipaan berupa
terjadinya pengendapan padatan di sepanjang pipa yang terbawa oleh aliran
minyak bumi dikarenakan tiga hal, yaitu perbedaan komposisi minyak bumi di
daratan (onshore) dengan di laut lepas (offshore); suhu lingkungan di dasar laut
yang dingin; dan jarak yang ditempuh oleh fluida semakin jauh untuk mencapai
tangki penyimpanan.
Minyak bumi yang terdapat di lepas pantai (offshore) pada umumnya sulit
dialirkan ke dalam pipa karena karakteristiknya cenderung membentuk wax
sehingga menyumbat aliran pipa. Selain itu, wax juga mengganggu kestabilan
kualitas dan kuantitas produksi secara keseluruhan, suatu waktu lebih banyak
mengandung air akibat banyak endapan minyak dan suatu waktu lebih banyak
mengandung minyak akibat endapan minyak terdorong oleh aliran.
Pembentukan wax merupakan salah satu masalah terbesar dalam transportasi
fluida bawah laut. Ketika wax mulai mengendap di dinding – dinding pipa dan
tidak dilakukan tindakan apapun maka wax tersebut akan semanik banyak,
mengggumpal dan mengeras sehingga ketika akan dibersihkan memerlukan
tekanan yang sangat besar. Selain pembentukan wax, terdapat beberapa masalah
yang dapat terjadi berkaitan dengan flow assurance, yaitu :
a) air dan gas membentuk hidrat dan menyumbat pipa,
b) aspal menempel pada dinding pipa dan menyumbat pipa;
c) air terproduksi dapat menyebabkan korosi,
1
Bab I Pendahuluan 2
d) perubahan tekanan dan suhu sepanjang pipa dan adanya pencampuran
dengan air dapat menyebabkan terjadinya kerak yang menempel pada
pipa dan menghambat aliran fluida, dan
e) terbentuknya slug di dalam pipa.
Permasalahan yang terjadi dalam proses pengaliran fluida di perpipaan harus
diselesaikan secara tepat agar minyak dapat mengalir sampai ke tangki
penyimpanan sebelum sebelum hidrat, wax, serta asphaltene terbentuk di dalam
pipa dan menghalangi aliran. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka
dilakukanlah beberapa treatment diantaranya dengan penginjeksian bahan kimia
emulsifier dan wax dissolver. Selain dengan penginjeksian bahan kimia dapat
dilakukan juga pendekatan engineering seperti dilakukannya pemanasan sebelum
dialirkan ke pipa ataupun dilakukannya pigging secara berkala. Aktifitas
mengidentifikasi, mengkuantifikasi, dan mencegah resiko berkaitan dengan pipa
disebut flow assurance. Pembentukan wax yang merupakan salah satu masalah
flow assurance ini akan disimulasikan dengan menggunakan software.
1.2 Perumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian
ini yaitu sebagai berikut.
1) Rantai karbon mana yang paling berpengaruh terhadap pembentukan
wax pada minyak bumi di lepas pantai (offshore) ?
2) Berapa Konsentrasi emulsifier optimum yang dibutuhkan untuk
menghilangkan wax pada pipa ?
3) Berapa suhu optimum yang dibutuhkan untuk menghilangkan wax
pada pipa ?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
Studi Simulasi Flow Assurance Mengenai Pembentukan Wax Pada Crude Oil
Bab I Pendahuluan 3
1) Menentukan rantai karbon yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan wax pada minyak bumi di lepas pantai (offshore).
2) Menentukan konsentrasi penambahan emulsifier optimum yang
dibutuhkan untuk menghilangkan wax pada pipa.
3) Menentukan suhu optimum yang dibutuhkan untuk menghilangkan wax
pada pipa.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang juga merupakan batasan masalah dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut.
1) Simulasi steady state flow assurance menggunakan Aspen HYSYS 8.
2) Unit proses yang ditinjau adalah pipa bawah laut sepanjang 235.000 ft
dengan diameter 20 inch.
3) Suhu lingkungan (ambient temperature) di bawah laut yaitu 50°F.
4) Basis laju alir minyak dari sumur (crude from well) sebesar 10.000
barrel/hari.
5) Metode flow assurance yang digunakan yaitu injeksi bahan kimia dan
pemanasan.
6) Bahan kimia yang digunakan yaitu emulsifier Mixtron 4744.
7) Dosis injeksi emulsifier yang ditambahkan yaitu dengan konsentrasi 0%
sampai 23,53%.
8) Pemanasan yang digunakan yaitu menggunakan heater dengan kenaikan
suhu sebesar 1 hingga 5 °F dengan rentang setiap kenaikan 0,1 °F.
9) Mekanisme untuk pemecahan masalah pembentukan wax belum
memperhitungkan biaya.
1.5 Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menyelesaikan tahap demi tahap dari beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut.
Studi Simulasi Flow Assurance Mengenai Pembentukan Wax Pada Crude Oil
Bab I Pendahuluan 4
1) Studi literatur mengenai komposisi crude oil di lepas pantai (offshore),
pembentukan wax, metode – metode flow assurance dan pemodelan
Aspen HYSYS 8.
2) Pembuatan model unit pipa untuk mensimulasikan flow assurance.
3) Simulasi pendahuluan berupa penentuan rantai karbon yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan wax.
4) Simulasi pembentukan wax pada beberapa variasi komposisi crude oil.
5) Optimasi berdasarkan batasan karakteristik minyak bumi dari reservoir
dan spesifikasi unit proses pipa.
6) Validasi hasil simulasi dengan kondisi di lapangan.
7) Pembuatan laporan.
Studi Simulasi Flow Assurance Mengenai Pembentukan Wax Pada Crude Oil