bab i pendahuluan

73
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu- tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut Anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan, serasa ada di ambang antara hidup dan mati. Berdasarkan data SDKI 2007, Angka nasional untuk Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010). Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah untuk tahun 2008 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 1

Upload: grace-nenobais

Post on 15-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jkl

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil,

sebuah waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling

mendebarkan. Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama

sembilan bulan bersembunyi di dalam perut Anda akan muncul terlahir ke dunia.

Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru,

dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang

begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan, serasa ada di

ambang antara hidup dan mati.

Berdasarkan data SDKI 2007, Angka nasional untuk Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010).

Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah untuk tahun 2008 berdasarkan

laporan dari kabupaten/kota sebesar 114,42/100.000 kelahiran hidup. Angka

tersebut telah memenuhi target dalam Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar

150/100.000 dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan AKI pada

tahun 2007 sebesar 116,3/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Propinsi

Jawa Tengah, 2009). Sedangkan AKI di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2009

sebanyak 31 kasus dari 22.217 kelahiran. Kematian ibu tersebut di dapat dari

kematian ibu hamil sebanyak 10 kasus, kematian ibu bersalin sebanyak 7 kasus

1

Page 2: Bab i Pendahuluan

dan kematian ibu nifas sebanyak 14 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap,

2010).

Pertumbuhan anak dinilai dari dalam kandungan. karena jika dalam

kandungan keadaan anak sudah bagus, maka pada waktu lahir juga bagus.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam kandungan dapat dinilai dengan

apgar score. Kematian atau kesakitan yang terjadi pada bayi baru lahir pada

operasi Caesar, bergantung dari faktor-faktor yang mendasari alasan tindakan

operasi.

Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi kurang dari 37

minggu. Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai

janin dan sebagai bayi baru lahir. Bayi pematur yang dilahirkan dalam usia

gestasi <37 minggu mempunyai resiko tinggi terhadap pernyakit-penyakit yang

berhubungan dengan prematuritas, antara lain sindroma gangguan pernafasan

idiopatik (penyakit membran hialin), aspirasi pneumonia karena refleksi menelan

dan batuk belum sempurna, perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral,

akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan,

hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang), hipotermia (Risa et all,

2002, h.3-4).

Proses melahirkan yang paling konvensional sekaligus paling banyak

dilakukan para ibu adalah melahirkan secara normal, dan dengan posisi berbaring.

Selain hanya metode itu yang selama hidup kita dengar dari orang tua kita,

nyatanya metode melahirkan secara normal mempunyai banyak kelebihan. Sebuah

penelitian menunjukkan, para ibu yang melakukan persalinan normal mempunyai

2

Page 3: Bab i Pendahuluan

ikatan yang lebih kuat dengan bayi mereka dibandingkan dengan ibu yang

melahirkan dengan cara operasi cesar. Berdasarkan penelitian ini, ibu yang

melakukan persalinan normal akan lebih responsif terhadap tangisan bayi mereka

dibandingkan ibu yang melakukan cesar (Halimah, 2010, 39)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul ”Perbedaan berat bayi lahir antara persalinan spontan dengan

persalinan sectio caesarea”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah yaitu bayi dengan berat lahir rendah cenderung berasal

dari ibu yang bersalin dengan sectio caesarea.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka penulis dapat

menurumuskan masalah yaitu bagaimana perbedaan berat bayi lahir antara

persalinan spontan dengan persalinan sectio caesarea?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan rumusan masalah, secara

umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang perbedaan

berat bayi lahir antara persalinan spontan dengan persalinan sectio caesarea.

3

Page 4: Bab i Pendahuluan

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memperoleh manfaat

sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Mengembangkan ilmu kebidanan pada umumnya, khususnya perbedaan

berat bayi lahir antara persalinan spontan dengan persalinan sectio caesarea.

2. Secara praktis

Temuan penelitian ini akan di sampaikan kepada:

a. Bidan, yaitu dapat menjadi pertimbangan dan perhatian sekaligus sebagai

acuan bagi bidan dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan ibu

khususnya pemberian informasi kepada masyarakat tentang nutrisi yang

dibutuhkan pada kehamilan.

b. Masyarakat, menambah wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya nutrisi selama kehamilan sehingga

angka kejadian persalinan dengan sectio caesarea dapat diminimalkan.

c. Mahasiswi Kebidanan, diharapkan dapat lebih meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan tentang ilmu

kebidanan khususnya perbedaan berat bayi lahir antara persalinan spontan

dengan persalinan sectio caesarea sehingga dapat diterapkan saat

mengabdi di masyarakat.

4

Page 5: Bab i Pendahuluan

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kerangka Teori

1. Bayi Baru Lahir (BBL)

Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu

jam pertama kelahiran. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir

adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia

gestasi 38 – 42 minggu. Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah

bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan

berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Anatomi

Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah atas dibatasi

oleh angulus infrasternalis dan disebelah bawah dibatasi oleh crists iliaka,

sulkus pubikus dan sulkus inguinalis. Otot-otot dinding perut tersebut terdiri

dari otot-otot dinding perut bagian depan, bagian lateral dan bagian belakang.

a. Otot rectus abdominis

Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depan

tertutup vagina dan bagian belakang terletak diatas kartilago kostalis 6-8.

origo pada permukaan anterior kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphodeus

dan ligamen xypoideum. Serabut menuju tuberkulum pubikum dan

simphisis ossis pubis. Insertio pada ramus inferior ossi pubis. Fungsi dari

otot ini untuk fleksi trunk, mengagkat pelvis.

5

Page 6: Bab i Pendahuluan

b. Otot piramidalis

Terletak dibagian tengah diatas simphisis ossis pubis, didepan otot rektus

abdomonis.origo pada bagia anterior ramus superior ossis pubis dan

simphisis osis pubis. Insertio terletsk pada linea alba fungsinya untuk

meregangkan linea alba.

c. Otot tranversus abdominis

Otot ini berupa tendon meuju linea alba dan bagian inferior vagina

musculi recti abdominis. Origo pada permukaan kartilago costalis 7-12,

insertio pada fascia lumbo dorsalis, labium internum crista iliaka, 2/3

lateral ligamen inguinale. Berupa tendon menuju linea alba dan bagian

inferior vagina muskuli recti abdominis. Fungsi dari otot ini menekan

perut, menegangkan dan menarik dinding perut.

d. Otot obligus externus abdominis

Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya disebelah inferior

thoraks. Origonya yaitu pada permukaan luas costs 5-12 dan insertionya

pada vagina muskuli recti abdominis. Funsi dari otot ini adalah rotasi

thoraks ke sisi yang berlawanan.

e. Otot obligus internus abdominis

Otot ini terletak pada anterior dan letaral abdomen, dan tertutup oleh otot

obligus eksternus abdominis. Origo terletak pada permukaan posterior

facia lumbo dorsalis, linea intermedia crista iliaka, 2/3 ligamen inguinale

insertio pada kartilago costalis 8-10 untuk serabut kearah supero medial.

Fungsi dari otot ini untuk rotasi thoraks kesisi yang sama

6

Page 7: Bab i Pendahuluan

Otot dasar panggul

Otot dasar panggul terdiri dari diafragma pelvis dan diafragma

urogenital.diafragma pelvis adalah otot dasar panggul bagian dalam yang

terdiri dari otot levator ani, otot pubocoksigeus, iliococsigeus, dan

ischiococsigus. Sedangkan diafragma urogenital dibentuk oleh aponeurosis

otot transferses parinea profunda dan mabdor spingter ani exsternus. Fungsi

dari otot-otot tersebut adalah levator ani untuk menahan rectum dan vagina

turun kebawah, otot spingter ani exsternus diperkuat oleh otot mabdor ani

untuk menutup anus dan otot pubocavernosus untuk mengecilkan introitus

vagina.

Fisiologi janin

Siswosudarmo & Emilia (2010: 188) menjelaskan bahwa bayi baru lahir

harus beradaptasi dari kehidupan intrauteri yang bersifat parasitik ke

ekstrauteri yang bersifat mandiri. Setelah tali pusat dipotong tidak ada lagi

aliran darah yang mengandung oksigen dan nutrien dari ibu ke bayinya. Pada

janin yang normal dapat melalui masa transisi ini dengan balk dan tidak

menimbulkan masalah. Selama proses persalinan dan segera setelah lahir bayi

menerima berbagai rangsang seperti termal, mekanik, kimiawi.

a. Sistem respirasi

Adaptasi utama bayi baru lahir adalah pada sistem kardio-respirasi.

Pada sistem pernapasan, alveolus janin berisi cairan dan tidak berfungsi

sebagai tempat pertukaran gas, meskipun selama masa janin sudah ada

gerakan pernapasan. Tarikan napas pertama dan selanjutnya mendorong

7

Page 8: Bab i Pendahuluan

cairan dalam alveolus keluar dan diserap oleh sistem limfatik. Selanjutnya

terjadi pertukaran gas di alveolus. Oksigen yang masuk ke pembuluh

darah paru menyebabkan perubahan pembuluh darah paru dari

vasokonstriksi menjadi vasodilatasi. Vasodilatasi menurunkan tahanan

pembuluh darah paru, sehingga aliran darah ke paru meningkat.

Pernapasan timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan

perifer yang dibantu oleh beberapa rangsang seperti kemoreseptor karotid

yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen, rangsang hipoksemia,

taktil, dan perubahan suhu di dalam uterus dan di luar uterus. Semua ini

menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang

melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma serta

otot-otot pernafasan lainnya.

b. Sistem kardiovaskular

Dengan menciutnya arteria dan vena umbilikalis dan kemudian

dipotongnya tali pusat, maka aliran darah dari plasenta terhenti. Tekanan

di ventrikal kanan dan atrium kanan menurun sebagai akibat

meningkatnya aliran darah dari ventrikcl kanan ke paru melewati arteria

pultnonales. Semcntara itu aliran balik ke atrium kiri meningkat yang

menyebabkan tekanan di atrium kiri meningkat. Peningkatan tekanan

atrium kiri dan penurunan tekanan atrium kanan menyebabkan

menutupnya foramen ovale. Sementara itu, oksigen menyebabkan

menutupnya duktus arteriosus. Ini merupakan perubahan sirkulasi fetal ke

sirkulasi dewasa.

8

Page 9: Bab i Pendahuluan

c. Metabolik

Berhentinya aliran darah dari ibu melalui plasenta menyebabkan

tidak ada lagi pasokan nutrien ke bayi. Nutrien yang pokok adalah

glukose. Bayi baru lahir harus menyediakan sendiri untuk memenuhi

kebutuhan glukose dengan memetabolisir cadangan energi yang ada.

Dalam beberapa jam pertama kadar glukose menurun, namun kemudian

meningkat lagi.

d. Suhu

Selama dalam rahim, janin terjaga suhunya. Segera setelah lahir bayi

terpapar dengan suhu lingkungan yang lebih dingin sehingga suhu tubuh

bayi dapat turun sampai 3 - 4C.

e Organ lain

Pada bayi cukup bulan organ-organ sudah dapat berfungsi baik seperti

saluran cerna, saluran kencing, sistem saraf dan sebagainya. Pada

umumnya mekonium dan kencing terjadi pada 24 jam pertama setelah

lahir.

Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan berat badan bayi adalah sebagai

berikut :

1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai

dengan 2.499 gram). BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

9

Page 10: Bab i Pendahuluan

a) Prematur murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat adan untukmasa gestasi itu biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan.

b) Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

2) Berat badan normal bayi sekitar 2.500-3.800 gram.

Kelompok kedua adalah berat badan bayi sewaktu lahir tergolong normal,

namun pada masa pertumbuhannya naik cukup banyak hingga melebihi

ambang batas grafik pertambahan berat badan (Ahira, 2011).

3) Berat badan bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 3.900 gram.

Kondisi yang dikenal sebagai giant baby dan dapat terbawa sampai anak

tumbuh dewasa Bayi seperti ini diistilahkan sebagai bayi dengan berat

badan di atas rata-rata. Kondisi ini umumnya disebabkan karena asupan

gizi yang tidak seimbang atau berlebih (Ahira, 2011)

Setyaningrum (2005) menjelaskan bahwa Faktor yang secara langsung

atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut :

1. Usia ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah

umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi

di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada

10

Page 11: Bab i Pendahuluan

umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum

cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat

menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.

Semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan

semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi

kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.

Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor

jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang

belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini

yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan

bayi lahir dengan membawa kelainan.

Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan

menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul

kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur

memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan

ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia

antara 20-30 tahun.

2. Jarak Kehamilan/Kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga

berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih,

kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum

cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan

11

Page 12: Bab i Pendahuluan

sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan

kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat

ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran kedua.

3. Paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,

prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam

arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas

dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau

lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi

kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering

mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan

letak bayi sungsang ataupun melintang.

4. Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi

yang dilahirkan. Menurut Sitorus, (1999:63), seorang ibu hamil dikatakan

menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Data

Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia.

Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat

lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,

bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil

tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2002:31). Hal ini disebabkan

karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang

akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap

12

Page 13: Bab i Pendahuluan

5. Status gizi ibu hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Solihin

Pudjiadi, 2003:8). Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang

dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan.

Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status

gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering

digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar

lengan atas (LLA) selama kehamilan.

Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil

bisa di lihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999:41). Ibu yang

kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah

atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk

melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami

kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan

sebelum hamil.

Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat

menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui

resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang

memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko

melahirkan bayi BBLR. Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui

status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa

kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan

yang ekstrim.

13

Page 14: Bab i Pendahuluan

Klasifikasi BBL berdasarkan berat badan

Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan berat badan bayi adalah sebagai

berikut :

a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai

dengan 2.499 gram). BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1) Prematur murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat adan untukmasa gestasi itu biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan.

2) Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

b. Berat badan normal bayi sekitar 2.500-3.800 gram.

Kelompok kedua adalah berat badan bayi sewaktu lahir tergolong normal,

namun pada masa pertumbuhannya naik cukup banyak hingga melebihi

ambang batas grafik pertambahan berat badan (Ahira, 2011).

c. Berat badan bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 3.900 gram.

Kondisi yang dikenal sebagai giant baby dan dapat terbawa sampai anak

tumbuh dewasa Bayi seperti ini diistilahkan sebagai bayi dengan berat

badan di atas rata-rata. Kondisi ini umumnya disebabkan karena asupan

gizi yang tidak seimbang atau berlebih (Ahira, 2011)

14

Page 15: Bab i Pendahuluan

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir

Setyaningrum (2005) menjelaskan bahwa Faktor yang secara langsung

atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut :

a. Usia ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah

umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi

di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada

umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum

cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat

menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.

Semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan

semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi

kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.

Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor

jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang

belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini

yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan

bayi lahir dengan membawa kelainan.

Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan

menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul

kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur

memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan

15

Page 16: Bab i Pendahuluan

ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia

antara 20-30 tahun.

b. Jarak Kehamilan/Kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga

berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih,

kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum

cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan

sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan

kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat

ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran kedua

c. Paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,

prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam

arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas

dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau

lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi

kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering

mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan

letak bayi sungsang ataupun melintang.

d. Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi

yang dilahirkan. Menurut Sitorus, (1999:63), seorang ibu hamil dikatakan

menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Data

16

Page 17: Bab i Pendahuluan

Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia.

Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat

lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan,

bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil

tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2002:31). Hal ini disebabkan

karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang

akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap

e. Status gizi ibu hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Solihin

Pudjiadi, 2003:8). Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang

dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan.

Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status

gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering

digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar

lengan atas (LLA) selama kehamilan.

Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil

bisa di lihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999:41). Ibu yang

kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah

atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk

melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami

kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan

sebelum hamil.

17

Page 18: Bab i Pendahuluan

Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat

menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui

resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang

memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko

melahirkan bayi BBLR. Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui

status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa

kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan

yang ekstrim.

f. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan

mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga

kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan

bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.

Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui

apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang

dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI,

2000: 7).

g. Penyakit saat kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi

lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit

infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak

sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah

pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang

18

Page 19: Bab i Pendahuluan

ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu

hamil bisa mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir

(kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita

edem dan kelainan pada alat tubuh bayi.

2. Persalinan Spontan dan Sectio Caesarea

a. Persalinan Spontan

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran

hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan

sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri

dengan kelahiran plasenta (Varney, 2007; h. 672)

Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produk

konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepas dan

dikeluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Oxorn & Forte,

2010; h.103).

Sebab-sebab mulainya persalinan

Oxorn & Forte (2010; h.103) menjelaskan bahwa sebab-sebab

mulainya persalinan dan kenapa persalinan terjadi lebih kurang pada umur

kehamilan minggu tidak diketahui dengan pasti. Beberapa teori

dikemukakan untuk menjelaskan fenomena ini :

1) Diduga persalinan mulai apabila uterus telah teregang sampai pada

derajat tertentu. Dengan demikian dapat diterangkan terjadinya

persalinan yang awal pada kehamilan kembar dan hydramnion.

19

Page 20: Bab i Pendahuluan

2) Tekanan bagian terendah janin pada cervix dan segmen bawah rahim,

demikian pula pada plexus nervosus di sekitar cervix dan vagina,

merangsang permulaan persalinan.

3) Siklus menstruasi berulang setiap empat minggu, dan persalinan

biasanya mulai pada akhir minggu ke-40 atau 10 siklus menstruasi.

4) Begitu kehamilan mencapai cukup bulan, setiap faktor emosional dan

fisik dapat memulai persalinan. Stimuli yang demikian antara lain

adalah jatuh, kejadian-kejadian dalam perut misalnya diarrhea, enema

dan minyak kastor, atau shock mental.

5) Beberapa orang percaya bahwa ada hormon khusus yang dihasilkan

oleh plasenta apabila kehamilan sudah cukup bulan yang

bertanggungjawab atas mulainya persalinan.

6) Bertambah tuanya placenta yang mengakibatkan penurunan kadar

estrogen dan progesterone dalam darah diduga menyebabkan

dimulainya persalinan. Ini serupa dengan siklus menstruasi. Dengan

matinya corpus luteum maka kadar estrogen dan progesterone dalam

darah turun dan beberapa hari kemudian terjadi menstruasi.

Tanda bahaya persalinan

Menurut Dinkes Jateng (2009) menjelaskan bahwa tanda bahaya

persalinan adalah sebagai berikut :

1) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas

2) Perdarahan lewat jalan lahir.

3) Tali pusat atau tangan dan kaki keluar dari jalan lahir

20

Page 21: Bab i Pendahuluan

4) Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang

5) Air ketuban keruh dan berbau (Dinkes Jateng, 2009).

Persiapan persalinan

Langkah ke enam dalam standar pelayanan antenatal menurut Depkes

adalah persiapan persalinan. Dalam hal ini Bidan memberikan saran yang

tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester III untuk

memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dana aman serta

suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping

persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila terjadi keadaan gawat

darurat. Perencanaan persalinan dapat dilakukan pada usia kehamilan

prenatal awal yaitu pada umur kehamilan 20 sampai 32 minggu (Bulletin

Buku KIA, 2008).

Menurut Mufdillah (2009), hasil yang diharapkan dalam erencanaan

persalinan adalah sebagai berikut :

1) Ibu hamil dan masyarakat tergerak untuk merencanakan persalinan

yang bersih dan aman.

2) Persalinan direncanakan ditempat yang aman dan memadai.

3) Adanya persiapan sarana transportasi dan dana untuk merujuk ibu

bersalin jika perlu.

4) Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.

b. Persalinan Sectio Caesarea

Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya

memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara

21

Page 22: Bab i Pendahuluan

melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui

dinding depan perut atau vagina. (Rustam, 1998).

Perubahan post sectio caesarea

1) Uterus, setelah plasenta dilahirkan uterus merupakan alat yang keras

karena kontraksi dan reaksi otot-ototnya. Fundus uteri 1-3 jari dibawah

pusat. Ukuran uterus mulai 2 hari berikutnya akan mengecil hingga

hari ke10

Tidak teraba dari luar. Involusi uterus terjadi karena masing-masing

sel menjadi kecil, yang disebabkan oleh proses anti toksis dimana zat

protein dinding pecah, diabsorsi dan dibuang melalui air

seni.sedangkan pada endometrium menjadi luka dengan permukaan,

tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan. Luka ini akan mengecil

hingga sembuh dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah

permukaan luka, mulai dari pinggir dan dasar luka.

2) Pembuluh darah uterus saat hamil dan membesar akanmengecil

kembali karena tidak dipergunakan lagi.

3) Dinding perut melonggar dan elastisitasnya berkurang akibat

peregangan dalam waktu lama (Rustam M 1998).

Beberapa macam tekhnik operasi sectio caesarea adalah

1) Sectio caesarea abdominalis

a) Sectio caesarea transperitonealis

Sectio caesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada

corpus uteri dan sectio caesarea ismika atau profunda dengan insisi

pada segmen bawah rahim.

22

Page 23: Bab i Pendahuluan

b) Sectio caesarea exstraperitonealis

Tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak

membuka kavum abdominal

2) Sectio caesarea vaginalis

Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri

pada waktu menjalani operasi (dini kasdu,2003)

Komplikasi persalinan SC

Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut :

1) Infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat.

Infeksi ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam

masa nifas, infeksi yang berat ditandai dengan kenaikan suhu yang

lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena partus

lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2) Perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia

uteria ikut terbuka atau karena atonia uteri.

3) Terjadi komplikasi lain karena luka kandung kemih, embolisme paru

dan deep vein trombosis.

4) Terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Rustam, 1998)

Penyebab persalinan SC

Adapun penyebab dilakukannya sectio caesarea adalah

1) Kelainan dalam bentuk janin

a) Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby),

menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir

23

Page 24: Bab i Pendahuluan

b) Ancaman gawat janin

Keadaan gawat janin pada saat persalinan, memungkinkan dokter

memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang

oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.

c) Janin Abnormal

Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan RH, kerusakan genetik,

dan hidrosefalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat

menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.

d) Bayi kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi

dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat

mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk

dilahirkan secara normal.

2) Kelainan panggul

Kelainan panggul yang menunjukan kelainan atau panggul patologis dapat

menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan

panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan

dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang

(terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan

sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.

24

Page 25: Bab i Pendahuluan

3) Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan

pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Kasdu, 2003).

Risiko Sectio caesarea

Adapun problem yang dihadapi oleh pasien post operasi Sectio Caesarea

adalah :

1) Nyeri

Dirasakan sebagai akibat adanya luka insisi pada dinding perut ataupun

dinding uterus.

2) Potensial terjadinya penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar

panggul. Terjadi karena pada masa kehamilan terajdi penguluran pada

otot-otot tersebut.

3) Potensial terjadinya trombosis

Hubungan pendek (shunt) antara sirkulasi ibu dan plasenta didapat pada

masa kehamilan. Shunt akan hilang dengan tiba-tiba setelah melahirkan

ada kompensasi hemo konsentrasi dengan peningkatan viscositas darah

sehingga volume darah kembali seperti semula. Dengan adanya meknisme

tersebut maka potensial terjadi trombosis pada pembuluh darah venanya

karena tungkai dibiarkan terlalu lama tidak bergerak.

4) Penurunan kemampuan ADL

Karena adanya nyeri pada masa insisi menyebabkan pasien enggan untuk

bergerak sehingga pasien mengalami gangguan dalam transfer, ambulasi

ataupun ADL.

25

Page 26: Bab i Pendahuluan

Patofisiologi

Pada operasi sectio caesarea transperitonial ini terjadi, perlukaan baik

pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain

adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya suplay darah yang

baik akan berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan. Perjalanan

proses penyembuhan sebagai berikut :

a. Sewaktu insisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis, dan

jaringan kulit akan mati. Ruang insisi akan diisi oleh gumpalan darah

dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak.

b. Dalam 2 – 3 hari kemudian, exudat akan mengalami resolusif proliferasi

(pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi.

c. Pada hari ke 3 – 4 gumpalan darah mengalami organisasi

d. Pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali

luka), mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah)

luka.

e. Pada hari ke 7 – 8 epitelisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan

epitilisasi adalah 0,5 mm perhari, berjalan dari tepi luka kearah tengah

atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis.

f. Pada hari 14 – 15, tensile strength hanya 1/5 maksimum

g. Tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada

seseorang dengan riwayat sc dianjurkan untuk tidak hamil lagi pada satu

tahun pertama setelah operasi (Hudaya, 1996).

26

Page 27: Bab i Pendahuluan

3. Keterkaitan BBL dengan persalinan normal dan persalinan SC

Proses melahirkan yang paling konvensional sekaligus paling banyak

dilakukan para ibu adalah melahirkan secara normal, dan dengan posisi

berbaring. Selain "hanya" metode itu yang selama hidup kita dengar dari

orangtua kita, nyatanya metode melahirkan secara normal mempunyai banyak

kelebihan. Sebuah penelitian menunjukkan, para ibu yang melakukan

persalinan normal mempunyai ikatan yang lebih kuat dengan bayi mereka

dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan cara operasi cesar.

Berdasarkan penelitian ini, ibu yang melakukan persalinan normal akan

lebih responsif terhadap tangisan bayi mereka dibandingkan ibu yang

melakukan cesar. Dari tes MRI ditemukan kalau area otak yang mengatur

emosi, motivasi dan kebiasaan pada ibu yang melahirkan normal ini, lebih

sensitif terhadap tangisan bayi mereka dibanding ibu yang melahirkan secara

cesar. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh perbedaan pengalaman antara ibu.

Ibu yang melakukan persalinan normal mengalami pelepasan hormon oxytosin

dari posterior pituitary, kontraksi rahim serta stimulus vagina-servikal yang

tidak dialami oleh ibu yang melahirkan melalui proses cesar. Dengan

merasakan sakit sebentar saat melahirkan, ibu bisa memetik dampak positif

seumur hidupnya. Adapun penyebab dilakukannya sectio caesarea adalah

kelainan dalam bentuk janin salah satunya adalah bayi terlalu besar. Berat

bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit

keluar dari jalan lahir.

27

Page 28: Bab i Pendahuluan

4. Penelitian terdahulu yang relevan

Maya Sari, 2008. Luaran Bayi pada Persalinan Seksio Sesaria Darurat Di

Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan Periode Januari – Maret 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana luaran bayi pada kasus

persalinan seksio sesaria darurat di RSU Dr. Pirngadi Medan periode Januari

– Maret 2008.

Jenis penelitian deskriptif, bersifat deskriptif dengan menggunakan data

secunder di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. mulai Januari sampai

dengan Maret 2008, dengan Sampel penelitian ini adalah semua bayi yang

dilahirkan dengan seksio sesaria darurat di Rumah Sakit Umum. Dr. Piringadi

Medan, mulai bulan Januari sampai Bulan April 2008 sebanyak 117 bayi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang lahir hidup dari ibu

dengan riwayat seksio secarea darurat di RSU Piringadi Medan Bulan Januari

sampai Maret Tahun 2008 ada sebanyak 116 orang (99,1%), dan bayi yang

meninggal ada sebanyak 1 orang (0,9%). Bayi cenderung memiliki berat

badan lebih dari memiliki berat badan lebih dari 2400 gram yaitu sebanyak 14

orang (12%), ukuran lingkar kepala bayi cenderung memiliki lingkar kepala

>33 centimeter ada sebanyak 83 orang (70,9%), bayi cenderung memiliki nilai

apgar 7 – 10 yaitu ada sebanyak 102 orang (87,2%), Bayi dengan asfiksia

ringan ada sebanyak 13 orang (11,1%), bayi dengan nilai apgar kurang dari 3

ada 1 orang (0,1%), dan bayi meninggal ada 1 orang (0,9%). Indikasi pada ibu

cenderung mengalami partus yang maju ada sebanyak 41 orang (35,7%), dan

minoritas ibu dengan kasus letak kaki, oligohidramnion, KDJK, PE

28

Page 29: Bab i Pendahuluan

(Preklamsia ringan) ada sebanyak 1 orang (0,9%). Sehubungan dengan hasil

penelitian ini dapat disarankan agar ibu dapat lebih mengenal kondisi bayi

yang dilahirkan yang memenuhi standard apgar yang telah ditentukan.

5. Definisi Operasional

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama

kelahiran. Cara pengukuran untuk mengetahui berat bayi lahir adalah dengan

menimbang bayi dengan kriteria pengukuran < 2500 gr :BBLR,, 2500-3800 :

normal dan > 3800 : bayi besar dengan data berbentuk nominal. Jenis perslainan

dibagi menjadi 2 kategori yaitu persalinan spontan dan persalinan SC yang diukur

melihat data sekunder dari RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2011

29

Page 30: Bab i Pendahuluan

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat disusun kerangka berpikir

sebagai berikut :

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

C. Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian adalah terdapat perbedaan

berat bayi lahir antara persalinan spontan dengan persalinan sectio caesarea

Ibu Bersalin

Jenis Persalinan

Persalinan SC

Berat lahir normal2.500- 3500 gr

Berat lahir> 3500 gr dan < 2.500 gr

Persalinan spontan dan Sectio caesarea

Berat Bayi Lahir

Persalinan spontan

30

Page 31: Bab i Pendahuluan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daera dr. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan

Juli 2011 sedangkan pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 4 April

2011 sampai dengan 30 April 2011.

B. Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik dengan desain

cross sectional. Dalam penelitian cross sectional, peneliti melakukan observasi

atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Kata satu saat bukan berarti

semua subyek diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya tiap subyek hanya

diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat

pemeriksaan tersebut. Jadi pada studi cross sectional peneliti tidak melakukan

tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan (Sastroasmoro dan Sofyan,

2006: 28). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan berat bayi lahir

antara persalinan spontan dengan persalinan sectio caesarea.

31

Page 32: Bab i Pendahuluan

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Kriteria Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono 2009: 80). Populasi dalam penelitian ini adalah

ibu bersalin di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga periode

tanggal 4 April 2011 sampai dengan 30 April 2011 berapa 20 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul-betul representatif (Sugiyono 2009: 81).

Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan

sampel yang ditetapkan harus sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Kriteria ini berupa kriteria inklusi dan eksklusi (Saryono 2008, h. 63).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a) Ibu yang bersalin spontan dan SC di RSUD dr. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga .

b) Ibu yang bersedia menjadi responden.

32

Page 33: Bab i Pendahuluan

2) Kriteria eksklusi

a) Ibu yang tidak bersalin dengan spontan dan SC di RSUD dr.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ..

b) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

3) Kriteria Penguguran

a) Ditentukan sampel diluar faktor penelitian

b) Subyek menyatakan berhenti menjadi sampel penelitian sebelum

dilakukan tindakan.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar

check list.

3. Variabel Penelitian

a. Variabel terikat / tidak bebas (Dependent variable) dalam penelitian ini

adalah berat bayi lahir.

b. Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini adalah

persalinan spontan dan persalinan SC.

4. Prosedur Pengukuran

Prosedur pengukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan inform choncent dan inform choice

b. Memberikan gambaran pada ibu tentang keuntungan dan kerugian

persalinan spontan dan persalinan SC.

c. Mendokumentasikan data penelitian.

33

Page 34: Bab i Pendahuluan

Waktu pengukuran hasilnya dalam bentuk angka, data inilah yang akan

diolah atau dianalisis dalam uji hipotesis.

5. Teknik Analisa Data

Peneliti menggunakan teknik compare means analysis dengan bantuan

software SPSS window 13.0. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Uji t

independent. Rumus Uji T yang digunakan adalah sebagai berikut :

(Suyanto & Salamah, 2009; 93)

Dimana :

= Rata-rata sampel 1

= Rata-rata sampel 2

S12 = Varians sampel 1

S22 = Varians sampel 2

n1 = Jumlah sampel 1

n2 = Jumlah sampel 2

Dengan derajat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan sebesar 5 % (n-1)

maka kriteria pengujian ditentukan sebagai berikut :

Jika thitung ≤ ttabel atau – thitung ≥-ttabel maka Ho diterima

Jika thitung > ttabel – thitung < - ttabel maka Ho ditolak

34

Page 35: Bab i Pendahuluan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di RSUD dr. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga periode tanggal 4 April 2011 sampai dengan 30 April

2011. Distribusi karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Karakteristik responden

Tabel 1 Distribusi Data Berdasarkan Paritas

Paritas Jumlah Presentase

Primipara 12 60%

Multipara 8 40%

Jumlah 20 100%Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga Tahun 2011

12

60

8

40

20

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Primipara Multipara Jumlah

Grafik 1 : Distribusi Data Berdasarkan Paritas

Jumlah

%

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2011

35

Page 36: Bab i Pendahuluan

Berdasarkan tabel 1 dan grafik 1 menunjukkan bahwa sampel terdiri dari

dua kelompok yaitu kelompok primipara dan multipara. Sebagian besar

sampel termasuk dalam kelompok primipara yaitu sebanyak 12 ibu (60%) dan

kelompok multipara sebanyak 10 ibu (40%).

Tabel 2 Distribusi Data Berdasarkan Umur Ibu

Umur Ibu Jumlah Presentase

< 20 tahun 4 20%

20-35 tahun 14 70%

> 35 tahun 2 10%

Jumlah 20 100%Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga Tahun 2011

4

2014

70

210

20

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Jumlah

Grafik 2 : Distribusi Data Berdasarkan Umur Ibu

Jumlah

%

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2011

Berdasarkan tabel 2 dan grafik 2 menunjukkan bahwa sampel terdiri dari

tiga kelompok yaitu kelompok umur < 20 tahun, 20-35 tahun dan > 35 tahun.

Sebagian besar sampel termasuk dalam Kelompok 20-35 tahun yaitu sebanyak

36

Page 37: Bab i Pendahuluan

14 ibu (70%), diikuti kelompok < 20 tahun sebanyak 4 ibu (20%) dan

kelompok > 35 tahun sebanyak 2 ibu (10%).

2. Data Penelitian

Tabel 3 Distribusi Data Berat Bayi Lahir pada Ibu Bersalin Normal dan Ibu Post Sectio Caesarea

Berat Bayi LahirIbu Bersalin

NormalIbu Post Sectio

Caesarea ∑ %f % f %

< 2500 gr 2 11,76 2 66,67 4 202500 – 3500 gr 13 76,47 1 33,33 14 70

> 3500 gr 2 11,76 0 0 2 10

Jumlah 17 100% 3 100% 20 100%Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga Tahun 2011

213

2

1711,76

76,47

11,76

100

2 1 0 3

66,67

33,33

0100% 414

2

20 20

70

10

100

0102030405060708090

100

IbuBersalinNormal

Ibu PostSectio

Caesarea

∑ %

Grafik 3 : Distribusi Data Berat Bayi Lahir pada Ibu Bersalin Normal dan Ibu Post SC

< 2500 gr

2500 – 3500 gr

> 3500 gr

Jumlah

Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2011

Berdasarkan tabel 3 dan grafik 3 menunjukkan bahwa pada kelompok

ibu bersalin normal sebagian besar mempunyai bayi dengan berat bayi lahir

2500-3500 gr yaitu sebanyak 13 ibu (76,47%) diikuti dengan dengan berat

bayi lahir <2500 dan dengan berat bayi lahir > 3500 gr yang masing-masing

37

Page 38: Bab i Pendahuluan

sebanyak 2 ibu (11,76%). Sedangkan pada ibu post SC sebagian besar

mempunyai bayi dengan berat bayi lahir < 2500 gram adalah sebanyak 2 ibu

(66,67%), diikuti dengan berat bayi lahir 2500-3500 gr sebanyak 1 ibu

(33,33% dan tidak terdapat ibu yang mempunyai berat bayi lahir > 3500 gr.

B. Analisa Data

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berat Bayi Lahir Antara Persalinan Spontan Dengan Persalinan

No Berat Bayi Lahir padaPersalinan Spontan

Berat Bayi Lahir padaPersalinan SC

1 2900 19002 3200 18003 2800 22004 30005 28006 35007 32008 36009 3500

10 285011 220012 290013 386514 320015 280016 320017 1565∑ 51080 5900

Sumber : Data Olahan Sendiri berdasarkan Data Primer Tahun 2011

Analisa data untuk menganalisa rumusan masalah dan hipotesis, dilakukan

penghitungan secara manual dengan menggunakan rumus T-test independent dan

penghitungan dengan komputersasi untuk mengetahui perbedaan asupan kalium

pada ibu hamil antara kehamilan dengan abortus dan kehamilan tidak abortus.

Hipotesis Statistik

38

Page 39: Bab i Pendahuluan

Ho : Tidak perbedaan berat bayi lahir antara persalinan spontan dengan

persalinan sectio caesarea di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga periode tanggal 4 April 2011 sampai dengan 30 April 2011.

Ha : Terdapat perbedaan berat bayi lahir antara persalinan spontan dengan

persalinan sectio caesarea di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga periode tanggal 4 April 2011 sampai dengan 30 April 2011.

No X1 X2(x1- )

X(x2- )

Y(x1- )2 (x2- )2

1 2900 1900 -104,7058824 -66,6667 10963,32 4444,4442 3200 1800 195,2941176 -166,667 38139,79 27777,783 2800 2200 -204,7058824 233,3333 41904,5 54444,444 3000   -4,705882353 22,145335 2800   -204,7058824 41904,56 3500   495,2941176 245316,37 3200   195,2941176 38139,798 3600   595,2941176 354375,19 3500   495,2941176 245316,3

10 2850   -154,7058824 23933,9111 2200 -804,7058824 647551,612 2900 -104,7058824 10963,3213 3865 860,2941176 74010614 3200 195,2941176 38139,7915 2800 -204,7058824 41904,516 3200 195,2941176 38139,7917 1565 -1439,705882 2072753∑ 51080 5900 0 (0,00) 4629574 86666,67

3004,7 1966,7

S21 =

=

= 289348,346

S1 = = 537,91

S22 =

=

= 43333,333

S2 = = 206,17

39

Page 40: Bab i Pendahuluan

F =

=

= 6,6773

=

=

= 3,238

C. Uji Hipotesis

Berdasarkan analisa data di atas didapatkan T hitung = 3,238. Jika df =

17+3-2 = 18 dan (5%) didapatkan t tabel = 2,101. Ternyata Thitung > Ttabel (3,238

> 2,101), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan berat

bayi lahir antara persalinan spontan dengan persalinan sectio caesarea.

40

Page 41: Bab i Pendahuluan

Gambar 1 Daerah penolakan dan penerimaan Ho

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisa data di atas didapatkan T hitung = 3,238. Jika df =

17+3-2 = 18 dan (5%) didapatkan t tabel = 2,101. Ternyata Thitung > Ttabel (3,238

> 2,101), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan berat

bayi lahir antara persalinan spontan dengan persalinan sectio caesarea.

Hal ini sesuai dengan pendapat Halimah (2008; 54) yang menjelaskan bahwa

pada Berdasarkan penelitian ini, ibu yang melakukan persalinan normal akan lebih

responsif terhadap tangisan bayi mereka dibandingkan ibu yang melakukan cesar.

Dari tes MRI ditemukan kalau area otak yang mengatur emosi, motivasi dan

kebiasaan pada ibu yang melahirkan normal ini, lebih sensitif terhadap tangisan

bayi mereka dibanding ibu yang melahirkan secara cesar. Perbedaan ini diduga

disebabkan oleh perbedaan pengalaman antara ibu. Ibu yang melakukan persalinan

normal mengalami pelepasan hormon oxytosin dari posterior pituitary, kontraksi

rahim serta stimulus vagina-servikal yang tidak dialami oleh ibu yang melahirkan

melalui proses cesar. Dengan merasakan sakit sebentar saat melahirkan, ibu bisa

memetik dampak positif seumur hidupnya. Adapun penyebab dilakukannya sectio

DaerahPenolakan Ho

2,101-2,101

DaerahPenolakan Ho

t = 3,238

DaerahPenerimaan Ho

0

41

Page 42: Bab i Pendahuluan

caesarea adalah kelainan dalam bentuk janin salah satunya adalah bayi terlalu

besar. Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan

bayi sulit keluar dari jalan lahir.

Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran

1. Tujuan :

Mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah

kesehatan BBL yg memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan

serta tindak lanjut petugas kesehatan.

2. Pemantauan 2 jam pertama meliputi :

a. Kemampuan menghisap (kuat/lemah)

b. Bayi tampak aktif/lunglai

c. Bayi kemerahan /biru

Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan dan

penilaian ada tidaknya masalah kesehatan terutama pada :

a. Bayi kecil masa kehamilan/KB

b. Gangguan pernafasan

c. Hipotermia

d. Infeksi

e. Cacat bawaan/trauma lahir

Jika tidak ada masalah

a. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya

b. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :

1) Hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C

42

Page 43: Bab i Pendahuluan

2) Bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus

tertutup.

3. Lakukan pemeriksaan fisik

a. Gunakan tempat yg hangat & bersih

b. Cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan &

bertindak lembut

c. LIHAT, DENGAR, & RASAkan

d. Rekam /catat hasil pengamatan

e. Jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut

4. Pemberian vitamin K

a. Untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K

b. Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari

c. Bayi berisiko 0,5mg – 1mg perperenteral/ IM

5. Identifikasi BBL

a. Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia

b. Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah

sobek dan tdk mudah lepas

c. Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin,

unit, nama lengkap ibu

d. Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir,

nomor identifikasi

6. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :

a. Pemberian nutrisi

43

Page 44: Bab i Pendahuluan

1) Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara

ibu penuh)

2) Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam

3) Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum

memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu

pengeluaran mekonium.

4) Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan

b. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi

1) Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC

2) Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu

3) Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya

botol berisi air panas)

c. Mencegah infeksi

1) Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet

untuk BAK/BAB

2) Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok

di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan

sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan,

pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.

3) Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan

mandi setiap hari

4) Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat,

dan sabun setiap hari.

44

Page 45: Bab i Pendahuluan

5) Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap

orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu

d. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua

1) Pernafasan sulit/ > 60x/menit

2) Suhu > 38 °C atau < Hisapan Warna kulit biru/pucat 36,5 °C lemah,

mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering

Tali pusat merah, bengkak, keluarwarna hijau tua, ada lendir darah

Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam cairan, bau busuk

3) Mengigil, tangis yang tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk,

lunglai, kejang

e. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah sampel, sampel dalam

penelitian ini hanya 20 orang, sehingga untuk penelitian berikutnya bisa

menambah sampel.

45

Page 46: Bab i Pendahuluan

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pengumpulan data di RSUD dr.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, maka simpulan dalam penelitian ini

terdapat perbedaan berat bayi lahir antara persalinan spontan dengan persalinan

sectio caesarea di RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga periode tanggal

4 April 2011 sampai dengan 30 April 2011.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan saran

kepada :

Untuk penelitian berikutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Karena dalam

penelitian ini masih banyak keterbatasan yang dialami misal keterbatasan jumlah

sampel yang diteliti, waktu dll. Untuk itu peneliti menyarankan agar peneliti

berikutnya dapat memperpanjang periode waktu penelitian.

46