bab i pendahuluan

32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir seluruh negara di dunia saat ini memiliki pasar modal / capital market sebagai wadah perkembangan ekonomi negaranya. Selain dapat dijadikan sebagai acuan untuk melihat bagaimana dinamisnya bisnis suatu negara, pasar modal juga dapat menggerakan berbagai kebijakan ekonominya seperti kebijakan fiskal dan moneter. 52 Pasal 1 angka 13 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (kemudian disebut UU PM) menjelaskan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Di negara Indonesia pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional yakni perannya sebagai salah satu sumber pembiayaan dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Melalui pasar modal, para pemodal dapat berinvestasi dan mencari sumber pembiayaan bagi usahanya melalui kepemilikan berbagai surat-surat berharga di pasar modal. Selain itu Pasar modal juga menyediakan fasilitas untuk 52 Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal, Bandung : Alfabeta, 2012, hlm. 54

Upload: albert-bakara

Post on 17-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Short Selling Based on Indonesian Law

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Pendahuluan

  1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir seluruh negara di dunia saat ini memiliki pasar modal / capital

market sebagai wadah perkembangan ekonomi negaranya. Selain dapat

dijadikan sebagai acuan untuk melihat bagaimana dinamisnya bisnis suatu

negara, pasar modal juga dapat menggerakan berbagai kebijakan

ekonominya seperti kebijakan fiskal dan moneter.52 Pasal 1 angka 13 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (kemudian disebut UU

PM) menjelaskan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek.

Di negara Indonesia pasar modal mempunyai peran yang strategis

dalam pembangunan nasional yakni perannya sebagai salah satu sumber

pembiayaan dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Melalui

pasar modal, para pemodal dapat berinvestasi dan mencari sumber

pembiayaan bagi usahanya melalui kepemilikan berbagai surat-surat berharga

di pasar modal. Selain itu Pasar modal juga menyediakan fasilitas untuk

                                                                                                                         52 Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal, Bandung : Alfabeta, 2012, hlm. 54  

Page 2: BAB I Pendahuluan

  2  

memindahkan dana dari lender (pemilik dana) kepada borrower dengan

harapan akan mendapat imbalan dari penyertaan dana tersebut53.

Indonesia sebagai negara hukum mengatur kegiatan pasar modal di

Indonesia dengan berbagai hukum positif yang cukup luas. Selain UU PM

yang mengatur kegiatan di pasar modal secara khusus, pasar modal diatur

secara umum oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT)

dan banyak peraturan lainnya seperti Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan

Presiden, Keputusan Menteri Keuangan. Kegiatan di pasar modal juga diatur

dalam peraturan self regulatory organization (SRO)54 terkait, seperti Peraturan

dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK –

LK), Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Badan yang

terakhir kali disebut baru berjalan secara efektif pada tahun 2013, sejak

dialihkannya fungsi pengaturan dan pengawasan kegiatan di pasar modal

yang sebelumnya berada pada BAPEPAM-LK, dan kini dipegang oleh sebuah

lembaga baru yang disebut OJK.

Ditinjau dari fungsinya, pasar modal terbagi menjadi pasar perdana dan

pasar sekunder. Pasar perdana adalah tempat atau sarana dalam pasar

modal dimana efek suatu perseroan untuk pertama kalinya ditawarkan di

                                                                                                                         53 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal, Jakarta:

Prenada Media, 2004, hal. 13  

54 Self Regulatory Organization adalah organisasi regulator mandiri atau organisasi yang melaksanakan tingkat tertentu dari kewenangan penerapan aturan atas suatu industri atau profesi.  

Page 3: BAB I Pendahuluan

  3  

pasar modal dalam waktu tertentu sebelum efek tersebut dicatatkan di bursa

atau pasar sekunder. 55 Kegiatan ini biasanya disebut dengan penawaran

umum perdana atau Initial Public Offering (IPO). Sedangkan pasar sekunder

adalah pasar dimana pemodal dapat melakukan jual beli efek setelah efek

tersebut dicatatkan di bursa.56 Pasar ini merupakan tempat perdagangan efek

setelah penjualan dalam kegiatan penawaran umum perdana berakhir. Pasar

sekunder adalah titik sentral kegiatan pasar modal karena banyaknya aktivitas

perdagangan yang terjadi dalam pasar sekunder. 57

Adapun efek yang dimaksud dalam UU PM adalah efek atau surat

berharga yang terbagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu: 58

1. Efek bersifat ekuitas (contoh: saham)

2. Efek bersifat utang (contoh: obligasi)

Selain dua kelompok tersebut, dikenal pula produk-produk derivatif (turunan)

di pasar modal, dan dalam hal ini instrumen pasar modal yang paling umum

diperdagangkan adalah efek yang bersifat ekuitas atau saham.

                                                                                                                         55 Sumantoro, Aspek-Aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 27.  

56 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan dan Lembaga-Lembaga Terkait, dikutip dari Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Jakarta; Ghalia Indonesia, 2009, hal. 21  

57 Ibid  

58 Iswi Hariyani dan R Serfianto Dibyo Purnomo, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: Visimedia, 2010, hlm. 197  

Page 4: BAB I Pendahuluan

  4  

Dari kedua kelompok utama tersebut, saham merupakan instrumen

pasar modal yang paling umum untuk diperdagangkan. Saham adalah tanda

bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut sebagai pemegang

saham (shareholder atau stockholder).59 Menurut Pasal 1 angka (22) UU PM,

sebuah perseroan bisa dikatakan perusahaan publik apabila sahamnya telah

dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki modal

disetor sekurang-kurangnya tiga miliar rupiah. Lebih dari 300 pemegang

saham tersebutlah yang kemudian disebut sebagai pemegang saham publik

dan memiliki hak untuk mentransaksikan sahamnya di pasar sekunder.

Istilah transaksi di hukum pasar modal pada dasarnya merupakan

bagian dari istilah perjanjian di hukum perdata, oleh karena itu pengertian dan

prinsip dasar dalam hukum perjanjian dapat menjadi dasar untuk menganalisis

transaksi di pasar modal.60 Perjanjian dalam sebuah transaksi di pasar modal

merupakan perjanjian obligatoir, yang artinya perjanjian jual beli yang

disepakati baru meletakkan hak dan kewajiban kepada para pihak, namun hak

miliknya belum dapat dialihkan. Pemindahan hak milik baru terjadi setelah

adanya penyerahan atau levering. Levering atau penyerahan adalah

pemindahan hak milik atas suatu benda yang berasal dari seseorang yang

                                                                                                                         59 Mohamad Samsul, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Jakarta:

Erlangga, 2006, hlm. 45  

60 Lastuti Abubakar, Transaksi Derivatif di Indonesia, Jakarta: Book Terrace & Library, 2009, hlm. 63-66  

Page 5: BAB I Pendahuluan

  5  

berhak memindahkannya kepada orang lain, yang mengakibatkan orang lain

menjadi pemilik benda tersebut.61

Pasal 1313 KUH Perdata mendefinisikan perjanjian sebagai suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang lain atau lebih. Prof. Subekti dalam bukunya menjelaskan bahwa

dalam suatu perjanjian, kedua belah pihak harus mempunyai kemauan yang

bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus dinyatakan baik secara

tegas maupun diam-diam.62 Suatu perjanjian baru akan berlaku dalam arti

memiliki akibat hukum dan mengikat para pihak apabila perjanjian tersebut

memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian. Berdasarkan Pasal 1320 KUH

Perdata, terdapat beberapa syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu; dan

4. Suatu sebab yang halal

Syarat pertama dan kedua berkaitan dengan subyeknya, sehingga

disebut syarat subyektif yang apabila tidak dipenuhi berakibat perjanjian dapat

dibatalkan. Syarat ketiga dan keempat berkaitan dengan obyek perjanjian,

sehingga disebut syarat obyektif yang apabila tidak dipenuhi berakibat batal

                                                                                                                         61 Frieda Husni Hasbullahm Hukum Kebendaan Perdata – Hak-Hak Yang

Memberi Kenikmatan, Cet.1, Jakarta: Ind Hill Co, 2002, Hlm. 113  

62 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa, 2001, hlm. 134  

Page 6: BAB I Pendahuluan

  6  

demi hukum.63 Keempat syarat di atas merupakan ketentuan yang bersifat

memaksa (dwingend recht / mandatory law), yang apabila tidak dipenuhi

dapat mengakibatkan suatu perjanjian menjadi tidak berlaku, termasuk

perjanjian dalam transaksi efek di pasar modal.64

Salah satu transaksi efek di pasar modal yang akan diulas dalam

penelitian ini adalah transaksi short selling. Pertama kali ditemukan di bursa

efek Belanda, transaksi short selling adalah transaksi penjualan efek dimana

efek dimaksud tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.65

Kegiatan penjualan efek short selling dilakukan shortseller ketika shortseller

tidak atau belum memiliki efek yang dimaksud.66 Setelah transaksi dilakukan,

shortseller akan mencari saham yang dijual untuk dibeli kembali dengan

harapan harga saham yang dijual lebih besar daripada saham yang dibeli.

Secara umum short selling dapat diartikan dari dua kata, yaitu short dan

selling. Short artinya pihak yang menjual memiliki kewajiban untuk memenuhi

                                                                                                                         63 Ibid  

64 Idem  

65 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-lk No. Kep.258/BL/2008 Tahun 2008 Tentang Peraturan Bapepam-LK Nomor V.D.6 Tentang Pembiayaan Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling oleh Perusahaan Efek  

66 Definisi dari The Securities and Exchange Commision, dalam: Taulli, Tom, What is short selling?, The McGraw-Hill Companies, Inc., Newyork, 2004, hlm. 3. Terjemahan bebasnya: “..penjualan suatu saham yang tidak dimiliki, atau dimiliki, akan tetapi tidak diserahkan oleh penjual saham tersebut. Untuk menyerahkan kepada pembeli, pelaku short selling akan meminjam saham dari investor perorangan atau investor kelembagaan”  

Page 7: BAB I Pendahuluan

  7  

kewajiban penyerahan, sedangkan selling artinya ada penjualan.67 Transaksi

short selling diatur oleh Peraturan Bursa Efek Nomor II-H yang mendefinisikan

transaksi ini sebagai transaksi penjualan efek yang tidak dimiliki oleh penjual

pada saat transaksi dilaksanakan.

Short seller biasanya memanfaatkan ketentuan T+3 (istilah

penyelesaian transaksi pada hari ke-3 setelah transaksi dilakukan di pasar

modal) untuk melaksanakan kewajiban penyerahannya dalam mencari efek

yang telah dijual untuk dibeli kembali. Mengacu pada ketentuan tersebut, KUH

Perdata mendefinisikan benda yang menjadi objek perjanjian dalam transaksi

pasar modal sebagai benda yang akan datang karena benda atau efek

tersebut baru dapat diserahkan pada hari ke-3 setelah transaksi dilaksanakan.

Ketentuan inilah yang kemudian menjadi motif investor dalam melakukan

transaksi short selling dengan memanfaatkan jangka waktu 3 hari untuk

penyelesaian transaksinya.

Sesuai dengan prinsip negative income investment strategy 68 ,

keuntungan akan diraih short seller ketika short seller mampu melaksanakan

kewajiban penyerahan setelah harga efek yang dijual turun. Selisih harga jual

dan harga beli tersebut yang kemudian menjadi sasaran utama dari strategi

                                                                                                                         67 Adler Haymans Manurung, Berani Bermain Saham, Jakarta: Buku Kompas,

2009, hlm. 223  

68 Negative Investment Strategy Istrategi investasi pemasukan negatif) adalah strategi di pasar modal dimana investor akan mendapat keuntungan setelah terjadinya perubahan harga saham setelah dilakukannya transaksi.  

Page 8: BAB I Pendahuluan

  8  

transaksi ini. Meskipun demikian, strategi ini dapat menimbulkan risiko

terjadinya gagal serah69 atau kegagalan penyerahan dalam short selling.

Penyebab utama gagal serah efek dalam perdagangan tanpa warkat

(scripless trading) adalah karena adanya akitivitas transaksi short selling

dimana anggota bursa dapat melakukan penjualan efek tanpa ada persediaan

efek di rekening efeknya, sehingga pada hari penyelesaian T+3 tidak dapat

menyerahkan efeknya tepat waktu dan jumlah yang telah disepakati kepada

anggota bursa.70

Selain itu, pada tahun 2008 Bursa Efek Indonesia pernah melakukan

suspend / penghentian sementara aktivitas perdagangan saham yang

disebabkan adanya permintaan dari PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia

(KPEI). Permintaan dari KPEI disebabkan karena telah terjadi penurunan

harga-harga secara tajam dan menyeluruh di bursa yang menyebabkan

kerugian bagi para pelaku pasar modal, padahal pada saat itu tidak ada fakta

material yang secara fundamental mengakibatkan harga-harga saham turun.71

                                                                                                                         69 Gagal serah adalah peristiwa dimana anggota kliring tidak memenuhi

kewajibannya untuk menyerahkan efek dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan yaitu (T+3) kepada KPEI.  

70 Leo Herlambang, Gagal Serah Kemelut Pasar Modal Kita, Surabaya: Grafindo Persada, 2008, hlm. 42  

71 Hukumonline, http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20476/di-balik-suspend-bei , diunggah pada tanggal 12 November 2009, dikutip pada tanggal 25 September 2014  

Page 9: BAB I Pendahuluan

  9  

Bursa Efek Indonesia kemudian meminta Bapepam-lk untuk melakukan

pemeriksaan dan penyidikan pada transaksi bursa karena adanya dugaan

bahwa transaksi short selling yang menyebabkan penurunan harga saham-

saham tersebut. Fasilitas Transaksi short selling kemudian dihentikan

sementara waktu hingga akhirnya dibuka kembali pada bulan Januari 2009.

Menurut Direktur Pengawasan Bapepam-lk kepada hukumonline

menjelaskan bahwa pihaknya melakukan suspend pasar di bulan Oktober

2008 karena terjadi penurunan harga-harga yang sangat tajam secara

menyeluruh di bursa yang diduga disebabkan isu panic selling dan short

selling.72 Hal tersebut menimbulkan pertanyaan besar bagi penulis, bahwa

short selling yang pada dasarnya merupakan perdagangan yang legal bisa

saja membuat pasar turun apabila digunakan di saat yang tidak tepat. Yanuar

Rizky dan Robert JS Nayoan dan Alex Marco, para pengamat pasar modal

tersebut mengatakan bahwa spekulan selalu memanfaatkan kondisi pasar

yang sedang melemah dengan melakukan transaksi short selling secara

besar-besaran sehingga memperburuk keadaan bursa. Meskipun demikian,

pada tahun 2009, fasilitas short selling kembali disediakan oleh BEI.

Baik buruknya perkembangan pasar modal suatu negara sangat

ditentukan oleh kefektifan pengawasan lembaga hukum terkait terhadap

peraturan di pasar modal. Terutama ketika mempunyai peran dan fungsi untuk

mendorong dan memaksa emiten mematuhi peraturan-peraturan di pasar

                                                                                                                         72 Ibid  

Page 10: BAB I Pendahuluan

  10  

modal. Apabila sebuah transaksi dalam pasar modal sudah dipagari secara

highly regulated dan para pihak yang berada dalam ruang lingkup regulator

dan self regulatory organisation (SROs) dapat mendukung peraturan tersebut,

maka tinggal menunggu waktu saja pasar modal Indonesia dapat mengikuti

jejak pasar modal di negara maju lainnya.

Sebelumnya, telah ada beberapa penelitian terkait yang membahas

mengenai short selling, diantaranya sebagai berikut:

1. Dicky Eka Kurniawan, berbentuk skripsi dengan judul “ANALISIS

HUKUM PERJANJIAN DAN PASAR MODAL TERHADAP

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM EFEK DALAM TRANSAKSI

SHORT SELLING DI BURSA EFEK JAKARTA”, Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran, 2007. Skripsi ini mengangkat pokok

permasalahan mengenai hubungan hukum para pihak dan jaminan

efek yang terdapat dalam transaksi short selling ditinjau dari hukum

perjanjian dan hukum pasar modal yang berlaku di Indonesia.

2. Alieta Lestariwandari, berbentuk skripsi dengan judul “KAJIAN

HUKUM TERHADAP PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI

EFEK OLEH PT KPEI DIHUBUNGKAN DENGAN

PERLINDUNGAN TERHADAP PERUSAHAAN EFEK DAN

INVESTOR”, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, 2013.

Skripsi ini mengangkat pokok permasalahan mengenai bagaimana

perlindungan hukum terhadap pelaksanaan penjaminan

Page 11: BAB I Pendahuluan

  11  

penyelesaian transaksi efek dan bagaimana model keanggotaan

kliring yang paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia

dihubungkan dengan pelaksanaan penjaminan penyelesaian

transaksi efek oleh PT KPEI selaku Central Counter Party.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai praktik transaksi short selling dan

perlindungan hukumnya terhadap investor di Pasar Modal Indonesia, dengan

skripsi yang berjudul :

“Kajian Hukum Pasar Modal Indonesia Terhadap Transaksi Short

Selling Menurut Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor II-H Dan

Peraturan Bapepam-LK Nomor V.D.6 Dihubungkan Dengan Perlindungan

Hukum Terhadap Investor“

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

untuk membatasi ruang lingkup pembahasan materi dalam skripsi ini

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan transaksi short selling di Pasar Modal

Indonesia ditinjau berdasarkan Peraturan Bursa Efek Indonesia

Nomor II-H dan Peraturan Bapepam-lk Nomor V.D.6?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap perusahaan efek dan

investor dalam hal terjadinya kerugian pada transaksi short selling

Page 12: BAB I Pendahuluan

  12  

ditinjau berdasarkan hukum pasar modal Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dengan dilaksanakannya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan transaksi short

selling di Pasar Modal Indonesia ditinjau berdasarkan Peraturan

Bursa Efek Indonesia Nomor II-H dan Peraturan Bapepam-lk

Nomor V.D.6.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perlindungan

hukum terhadap investor dalam hal terjadinya kerugian pada

transaksi short selling ditinjau berdasarkan hukum pasar modal ?

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu manfaat dan

kegunaan baik ditinjau dari segi teoritis maupun dari segi praktis, yaitu:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumbangan pemikiran dan pengetahuan kepada para pembaca,

khususnya mahasiswa, mengenai perkembangan ilmu hukum pada

umumnya maupun perkembangan hukum ekonomi, khususnya

mengenai hukum pasar modal dan nasional

2. Secara Praktis

Page 13: BAB I Pendahuluan

  13  

a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan

ilmu hukum pada umumnya, khususnya berkaitan dengan

transaki-transaksi yang diperdagangkan investor dalam BEI,

ditinjau dari UU Pasar Modal dan peraturan terkait lainnya.

b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan

wawasan serta bahan literatur untuk penelitian sejenis di

masa yang akan datang.

E. Kerangka Pemikiran

Sebagai negara hukum (rechtstaat), Indonesia bersandar pada

keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang

adil dan baik. Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan

ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya

sehingga hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga

Indonesia. Hal tersebut secara tegas disebutkan dalam penjelasan Pasal 1

ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

1945).

Kedudukan hukum dalam sebuah negara dijelaskan lebih lanjut oleh

Mochtar Kusumaatmadja bahwa hukum berkedudukan sebagai perangkat

asas – asas dan kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat termasuk

didalamnya lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan hukum

Page 14: BAB I Pendahuluan

  14  

itu dalam kenyataan. 73 Sebagai perangkat asas dan kaidah untuk mengatur

kehidupan masyarakat, hukum berfungsi tidak hanya sebagai sarana

pengendali sosial, namun dapat juga berperan sebagai alat perubahan sosial

(social engineering) terhadap masyarakat yang bersifat dinamis.74 Lebih lanjut

Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa kekuasaan tunduk pada

hukum dan semua orang sama di hadapan hukum.75 Berdasarkan hirearki

peraturan perundang-undangan yang paling tinggi, landasan dan nilai-nilai

fundamental Indonesia terletak pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai

sebuah konstitusi negara.

Pancasila maupun UUD 1945 tidak hanya mengatur struktur

pemerintahan dan lembaga negara saja, namun lebih dari itu, layaknya

ideologi sebuah negara, konstitusi juga memiliki dimensi pengaturan ekonomi

dan kesejahteraan sosial yang tertuang pada Pasal 33 UUD 1945 76 yang

berisi sebagai berikut :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

                                                                                                                         73 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum

Nasional, Bandung, Bina Cipta, 1976, hlm. 14.  

74 Ibid, hlm 2  

75 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung, PT Alumni, 2009, hlm 43.  

76 Kuntana Magnar, Inna Junaenah, dan Giri Ahmad Taufk, Tafsir MK Atas Pasal 33 UUd 1945: (Studi Atas Putusan MK Mengenai Judicial Review UU No. 7/2004, UU No. 22/2001, dan UU No. 20/2002), Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2010, Hlm, 112.  

Page 15: BAB I Pendahuluan

  15  

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang

Sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia adalah Sistem Ekonomi

Pancasila yang bersumber langsung dari pancasila khususnya sila kelima,

yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia serta amanah dari Pasal 27

ayat (2), Pasal 33-34 UUD 1945. Sila kelima ini menjelaskan bahwa semua

orientasi berbangsa dan bernegara, politik, ekonomi, hukum, sosial dan

budaya harus dijiwai semangat keadilan menyeluruh dan diperuntukkan bagi

seluruh rakyat Indonesia. Sistem Ekonomi Pancasila dapat disebut sebagai

sebuah sistem ekonomi pasar dengan pengendalian pemerintah atas ekonomi

pasar terkendali. 77 Demi mencapai keseimbangan dalam sistem ekonomi

tersebut, dewasa ini pembangunan dan perkembangan hukum dalam aspek

ekonomi menjadi sasaran utama negara Indonesia sebagai negara

berkembang.

Adapun yang dimaksud dengan upaya pembangunan adalah upaya

yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai

                                                                                                                         77 Dawam Rahardjo, Ekonomi Pancasila dalam Tinjauan Filsafat Ilmu,

http://www.ekonomikerakyatan.ugm.ac.id.,, diunggah pada tanggal 27 April 2014  

Page 16: BAB I Pendahuluan

  16  

tujuan bernegara.78 Pembangunan nasional merupakan suatu usaha dalam

meningkatkan kualitas baik infrastruktur maupun masyrakat suatu bangsa,

sedangkan pembangunan ekonomi merupakan salah satu misi dalam

pembangunan nasional. Landasarn hukum dari pembangunan hukum dan

ekonomi Indonesia terdapat pada Pasal 33 UUD 1945 yang menjelaskan

bahwa perekonomian yang berada di Indonesia disusun sebagai usaha

bersama berdasarkan asas kekeluargaan, dan diselenggarakan berdasarkan

asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Berdasarkan Pasal 1 butir (3) Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

dijelaskan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu

kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-

rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan

yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di

tingkat pusat dan daerah. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pembangunan

nasional tumbuh dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan

tahunan. Oleh karena itu, segala perencanaan negara yang dirangkum dalam

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan satu

                                                                                                                         78 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta: Sekertariat Negara, 2014, Pasal 1 ayat (2)  

Page 17: BAB I Pendahuluan

  17  

kesatuan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

Adapun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJPMN) tahun 2010-2014 yang masih berjalan ketika penelitian ini

dlakukan, memiliki visi “Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis

dan berkeadilan.” 79 Visi tersebut bermaksud untuk mengutamakan

kesejahteraan rakyat yang kemudian diaplikasikan ke dalam beberapa agenda

rencana pembangunan. Salah satu agendanya adalah pembangunan ekonomi

dan peningkatan kesejahteraan rakyat yang dicapai melalui bentuk

pembangunan ekonomi yang tertuang dalam RPJMN yakni pembangunan

investasi.80

Dilihat dari Bab V dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 2010 Tentang RPJMN, investasi memiliki peran yang cukup besar

dalam upaya pembangunan ekonomi nasional. Investasi dapat dibagi menjadi

investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (portofolio

investment). Investasi tidak langsung (portofolio investment) adalah investasi

yang dilakukan di pasar uang dan di pasar modal. Pasar uang adalah pasar                                                                                                                          

79 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014, Jakarta: Presiden, BAB IV I-28.  

80 Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam atau menginvestasikan uang atau modal. Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis di masyarakat, sedangkan penanaman modal lazim digunakan dalam perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, sehingga kadangkala digunakan secara interchangeable.  

Page 18: BAB I Pendahuluan

  18  

yang menyediakan sarana pengalokasian dan pinjaman dana jangka pendek,

sedangkan pasar modal berkaitan dengan surat berharga jangka panjang.81

Dalam RPMJMN tahun 2010-2014 diharapkan lembaga pasar modal

diharapkan dapat memegang teguh prinsip transparansi, akuntabilitas,

independen dan berintegritas, serta mampu menjadi penggerak ekonomi

nasional dengan berdaya saing global.

Bentuk pembangunan ekonomi yang diwujudkan Lembaga Pasar

Modal sebagai alternatif berinvestasi di Indonesia sudah terlihat sejak zaman

Kolonial Belanda. Periode pertama Pasar Modal ada di Indonesia sejak Tahun

(1912-1942), dengan dibentuknya asosiasi 13 broker di Jakarta pada tanggal

14 Desember 1912 bernama Veringin voor Effectenchandel yang merupakan

cikal bakal pasar modal pertama Indonesia.82 Pasal 1 butir (13) UU PM, Pasar

Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Sebagai wadah investasi jangka panjang, pasar modal merupakan

tempat memperdagangkan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

(lebih dari satu tahun) yang bisa diperjual belikan, misalnya saham (ekuiti /

penyertaan), obligasi, reksadana, produk derivatif (warrant, right, option),

maupun instrumen lainnya. Pasar modal dalam hal ini berfungsi sebagai

                                                                                                                         81 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal,

Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hlm 25  

82 Ibid  

Page 19: BAB I Pendahuluan

  19  

sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi pemerintah sekaligus

sebagai sarana bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi. Dengan

demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan

jual beli surat-surat berharga dan kegiatan terkait lainnya.83

Sebagai tempat pertemuan pembeli dan penjual, dalam pasar modal

dibedakan antara pasar perdana (primer) dan pasar sekunder. Pasar perdana

adalah pasar yang digunakan oleh perusahaan yang akan menjual surat

berharganya untuk pertama kalinya di pasar modal. 84 Pada pasar inilah,

perusahaan-perusahaan tertutup mendapat kesempatan untuk memperoleh

pendanaan dari publik, yang kemudian disebut sebagai perusahaan terbuka.

Kegiatan ini seringkali disebut sebagai penawaran umum perdana atau initial

public offering. Penawaran umum itu sendiri tercakup atas beberapa kegiatan,

meliputi:85

1. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada

pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang

ditunjuk;

2. Penjatahan saham, yakni pengalokasian efek pesana para

pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia;

                                                                                                                         83 Ibid., hlm 8  

84 Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisa Investasi, Yogyakarta: BPFE, 2003, hlm. 15  

85 Tjiptono Darmadji, Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2000, hlm. 40  

Page 20: BAB I Pendahuluan

  20  

3. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai dapat

diperdagangkan di bursa.

Pasar sekunder adalah pasar yang merupakan tempat perdagangan

surat berharga yang sudah beredar.86 Pasar sekunder merupakan kelanjutan

perdagangan surat berharga setelah dilakukannya penawaran umum dalam

pasar perdana. Pada pasar inilah efek-efek dapat diperdagangkan dari satu

investor ke investor lainnya atas dasar penyesuaian antara penawaran dan

permintaan melalui sistem yang dibuat oleh bursa efek dan tidak lagi

ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi sebagaimana halnya di pasar

perdana.. Turun naiknya harga saham di pasar sekunder disebabkan adanya

unsur permainan yang dilakukan oleh spekulan untuk mendapatkan

keuntungan (capital gain) dalam waktu singkat disamping juga ditentukan oleh

prospek perusahaan yang menerbitkan saham.87

Adapun agar dapat melakukan transaksi di pasar sekunder, terlebih

dahulu investor harus menjadi nasabah di salah satu atau beberapa

perusahaan efek yang mempunyai izin dari Bapepam-LK sesuai dengan Pasal

8 UU PM. Biasanya perusahaan efek mewajibkan kepada nasabahnya untuk

mendepositkan uang dalam jumlah tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah

                                                                                                                         86 Jogiyanto, Ibid  

87 Yasso Winarto, Pasar Modal Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1997, hlm. 425  

Page 21: BAB I Pendahuluan

  21  

tersebut layak untuk melakukan jual beli saham. Jumlah yang diperjual belikan

dalam satuan perdagangan saham disebut dengan istilah lot.88

Sejak tahun 2000, pasar modal Indonesia telah menerapkan sistem

perdagangan tanpa warkat atau scripless trading system sebagai sistem

perdagangannya.89 Sistem scripless trading adalah tata cara perdagangan

efek tanpa adanya fisik efek berupa sertifikat saham, sertifikat obligasi, dan

lainnya, serta perdagangan sahamnya dilakukan secara elektronik yang

ditindaklanjuti dengan penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan yaitu

perpindahan efek maupun dana hanya melalui mekanisme debit kredit atau

suatu rekening efek (securities account) yang tanda bukti kepemilikan efeknya

tidak lagi akan berbentuk fisik seperti sertifikat efek, melainkan diwujudkan

dalam rekening efek pada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).90

Keadaan di atas tentunya berbeda dengan ketentuan hukum jual beli

menurut KUHP Perdata yaitu dalam Pasal 1458 KUH Perdata yang

menyatakan bahwa jual beli itu dianggap telah terjadi diantara kedua belah

pihak seketika setelahnya orang-orang ini mencapai kata sepakat tentang

kebendaan tersebut dan harganya meskipun kebendaan itu belum diserahkan,

maupun harganya belum dibayar.

                                                                                                                         88 Irsan Nasrudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal, Jakarta :

Kencana Prenada Media, 2004, hlm. 134  

89 Lastuti Abubakar, Op.cit, hlm. 237  

90 Tjiptono Darmadji, Op.cit., hlm. 167  

Page 22: BAB I Pendahuluan

  22  

Transaksi saham dalam sistem scripless trading dikatakan sah apabila

terjadi match order antara penawaran dan permintaan. Pengalihan

kepemilikan saham tersebut dilakukan dengan melakukan pemindahbukuan

saham dari rekening efek anggota bursa selaku penjual kepada rekening efek

anggota bursa pembeli melalui suatu jaringan komputer, tanpa diikuti dengan

penyerahan efek secara fisik (scripless transaction) yang tanda bukti

kepemilikan efeknya diwujudkan dalam rekening efek pada KSEI. Keadaan ini

berbeda dengan prinsip jual beli saham menurut prinsip jual beli saham

menurut KUH Perdata yang masih menganut prinsip penyerahan secara nyata

sehingga harus ada saham dalam bentuk riil yang dialihkan.91

Terkait hal diatas, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)

memegang peranan penting. Pada dasarnya KPEI merupakan kelanjutan dari

kegiatan bursa efek dalam rangka penyelesaian transaksi bursa. Disamping

memiliki fungsi kliring, KPEI juga menjamin penyelsaian transaksi di bursa

yang pelaksanaannya dengan menempatkan KPEI sebagai counter party dari

anggota bursa yang melaksanakan transaksi.

Proses penyelesaian transaksi dalam scripless trading dilakukan secara

elektronik berupa pemindahbukuan efek pada dan/atau dari pihak-pihak yang

bertransaksi. Berbeda dengan KUH Perdata, sistem scripless trading tidak

mengenal adanya pembuatan akta baik otentik maupun akta di bawah tangan.

Melalui perdagangan efek di pasar sekunder, investor dapat berinvestasi dan

                                                                                                                         91 Ibid  

Page 23: BAB I Pendahuluan

  23  

memperoleh keuntungan yang besar dalam jangka waktu yang singkat (capital

gain), oleh karena itu transaksi perdagangan di pasar sekunder tidak pernah

sepi peminatnya. Strategi berinvestasi seperti inilah yang pada dasarnya

mengharapkan suatu hasil (dividen atau capital gain) atas efek yang dibeli.92

Salah satu kegiatan perdagangan efek yang dikenal mampu memberikan

keuntungan dalam jangka waktu yang singkat adalah transaksi short selling.

Transaksi short selling merupakan salah satu bentuk kegiatan jual beli

saham yang dilakukan oleh investor dimana investor tidak memiliki saham..93

Transaksi short selling ini berbeda dengan transaksi jual-beli biasa, tansaksi

ini dilakukan ketika seorang penjual melihat bahwa harga suatu efek akan

turun, maka penjual memperkirakan bahwa harga efek tersebut akan turun

terus, sehingga ia mengambil kesempatan untuk menjual efek itu sekarang

dan sesaat kemudian membeli lagi dengan harga yang lebih rendah.

Transaksi ini diatur dalam Peraturan Bapepam-lk No. V.D.6 yang mengatur

tentang pembiayaan transaksi efek oleh perusahaan efek dari nasabah dan

transaksi short selling oleh perusahaan efek serta peraturan pelaksana yang

dibuat oleh bursa yakni Peraturan No. II-H tentang Persyaratan dan

Perdagangan Efek dalam Transaksi Marjin dan Transaksi Short Selling

(Peraturan No. II-H). Semua transaksi short selling yang dilakukan harus

tunduk pada peraturan-peraturan diatas.

                                                                                                                         92 Jusuf Anwar, Op.cit., 2008, hlm 4  

93 Joko Salim, op.cit., hlm. 22  

Page 24: BAB I Pendahuluan

  24  

Transaksi short selling seringkali digunakan investor maupun

perusahaan efek karena mekanisme penyelesaian transaksi di pasar modal

diselesaikan 3 hari setelah transaksi (T+3), Hal ini memudahkan investor

untuk melakukan penjualan terlebih dahulu kemudian mencari efek yang untuk

dibeli untuk dikembalikan kembali dalam waktu 3 hari.

Apabila dalam waktu 3 hari tersebut pelaku short selling tidak dapat

menyerahkan efek yang ditransaksikan, maka dapat dikatakan telah terjadi

gagal serah efek. Gagal serah efek dapat terjadi apabila efek yang hendak

dibeli pada penutupan pasar ternyata tidak tersedia akibat adanya pihak yang

berusaha menahan efek atau tidak ada penawaran sehingga berisiko

mengalami gagal serah.94 KPEI sebagai lembaga kliring penjaminan dalam hal

ini dapat membantu anggota bursa yang membutuhkan pinjaman efek dalam

rangka mengatasi kegagalan penyelesaian transaksi, fasilitas ini disebut

sebagai Fasilitas Pinjam Meminjam Efek (PME) yang dimiliki KPEI dalam

rangka mencegah terjadinya gagal serah dalam penyelesaian transaksi di

pasar modal.

Fungsi pinjam meminjam efek oleh KPEI bertujuan untuk

mengamankan kegiatan perdagangan efek dari resiko penyelesaian

transaksi. 95 Bagi pemilik efek / lender, fasilitas pinjam meminjam efek

memberikan manfaat berupa peningkatan daya guna efek yang disimpannya,

                                                                                                                         94 Ibid  

95 Booklet KPEI, Pinjam Meminjam Efek, hlm. 5  

Page 25: BAB I Pendahuluan

  25  

sedangkan bagi peminjam / borrower, fasilitas ini dapat menghindarkan diri

dari kerugian denda akibat gagal serah pada waktu jatuh tempo (T+3).

Terlepas dari hal tersebut, pengelolaan pinjam meminjam efek secara terpusat

oleh KPEI menjadikan fasilitas pinjam meminjam berlangsung secara aman,

wajar teratur dan efisien di pasar modal.

Mengingat beragamnya transaksi efek dan pentingnya pengawasan

yang harus dilakukan terhadap berbagai macam transaksi efek tersebut

termasuk transaksi short selling, berinvestasi di pasar modal Indonesia tidak

dapat terlepas dari pengawasan pemerintah. Maka dari itu terdapat suatu

lembaga sebagai pengatur dan pengawas di bidang pasar modal yaitu

BAPEPAM-LK. BAPEPAM-LK adalah sebuah badan pemerintah yang berada

dibawah Menteri Keuangan Republik Indonesia. BAPEPAM-LK merupakan

lembaga yang bertanggung jawab dalam melakukan pembinaan, pengaturan

dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal.96

Fungsi tersebut kemudian dialihkan pada lembaga baru bernama

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai dengan Pasal 55 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang OJK yang berisikan tentang:

“Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke Otoritas Jasa Keuangan.”

                                                                                                                         

96 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal  

Page 26: BAB I Pendahuluan

  26  

Dengan lahirnya UU OJK, wewenang pengaturan dan pengawasan

seluruh kegiatan jasa keuangan kini dipegang oleh OJK. OJK yang memiliki

tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan pasar modal di

Indonesia 97 , diberi wewenang khusus untuk mengatur dan mengawasi

kegiatan bursa efek di pasar modal. Sebagai bentuk pengaturan yang dimiliki

OJK, OJK berwenang untuk menetapkan peraturan dan keputusan OJK serta

menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan

ketentuan peratuan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Sebagai

bentuk pengawasan, OJK memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan,

pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan tindakan lain terhadap

lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan

sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangan di sektor jasa

keuangan, serta dapat menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang

melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor

jasa keuangan.98

Peran pengawasan di bidang investasi oleh pemerintah yang dalam hal

ini dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan lembaga-lembaga lainnya

dilakukan guna melindungi investor dan para penyelenggaran investasi yang

akan memberikan dampak yang lebih baik dalam kelangsungan aktifitas

ekonomi Indonesia. Jika pasar yang bersangkutan tidak memiliki perangkat

                                                                                                                         97 Pasal 6 Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan  

98 Ibid, Pasal 8 , 9  

Page 27: BAB I Pendahuluan

  27  

aturan dan pengawasan dari pemerintah yang menjamin perlindungan,

kepastian hukum dan keadilan, para penyelenggara investasi tentu akan

merasa enggan untuk mengeinvestasikan modalnya di pasar modal.99

F. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk membuat secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Dengan demikian

penelitian ini akan menggambarkan masalah hukum, fakta dan

gejala lainnya yang berkaitan dengan transaksi short selling ditinjau

dari aturan yang berlaku, kemudian menganalisisnya sehingga

dapat dipergunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan

yang timbul.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian hukum ini

adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,

yaitu penelitian hukum terhadap asas-asas hukum dan data

sekunder melalui inventarisasi hukum positif.100 Penelitian hukum                                                                                                                          

99 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Bandung: PT Citra Adytia Bhakti, 2001, hal 6-7  

100 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 62.  

Page 28: BAB I Pendahuluan

  28  

nomatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder

berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang

mempunyai hubungan dengan pembahasan permasalahan dalam

skripsi ini.101 Data kepustakaan yang dipergunakan terutama yang

menyangkut pada teori dan praktik transaksi short selling di bursa

efek, serta aturan terkait yang terdapat pada peraturan perundang-

undangan di bidang pasar modal dan KUH Perdata. Pendekatan ini

dimaksudkan untuk membahas aspek-aspek hukum yang

berhubungan dengan perlindungan investor terhadap transaksi

shortselling di bursa efek.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

skripsi ini adalah melalui studi kepustakaan yang bertujuan untuk

memperoleh data sekunder, yaitu terkait landasan hukum dan teori-

teori mengenai perdagangan efek. Data sekunder tersebut antara

lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil

penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya.102

4. Tahap Penelitian

                                                                                                                         101 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas

Indonesia, 2012, hlm. 52.  

102 Soerjono Soekanto, Ibid, hlm. 12.  

Page 29: BAB I Pendahuluan

  29  

Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian hukum ini

meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Penelitian Kepustakaan

Sebuah teknik yang mengumpulkan data sekunder dengan cara

mempelajari dan menganalisis bahan-bahan hukum dalam

penelitian. Data yang diteliti dapat berupa data yang diperoleh

melalui bahan-bahan kepustakaan dan/atau secara langsung dari

masyarakat. Penelitian kepustakaan ini terdiri dari:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum mengikat

yang terdiri dari :

a) Undang–Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945;

b) Kitab Undang–Undang Hukum Perdata;

c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Pasar

Modal;

d) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas;

e) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta

f) Peraturan Presiden nomor 5 Tahun 2010 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2010-2014

Page 30: BAB I Pendahuluan

  30  

g) Peraturan KPEI Nomor II-5 Tentang Penyelenggaraan

Kliring dan Penyelesaian Transaksi Bursa Bersifat

Ekuitas

h) Keputusan Direksi Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-

00071/BEO/11/2013 Tentang Perdagangan Efek

Bersifat Ekuitas (Peraturan Nomor II-A)

i) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor KEP-326/BL/2012

Tentang Sub Rekening Efek Pada Lembaga

Penyimpanan dan Penyelesaian

j) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor KEP-258/BL/2008

Tentang Pembiayaan Transaksi Efek oleh

Perusahaan Efek bagi Nasabah dan Transaksi Short

Selling oleh Perusahaan Efek (Peraturan Nomor

V.D.6)

k) Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia

Nomor Kep-00009/BEI/01-2009 Tentang Persyaratan

dan Perdagangan Efek dalam Transaksi Marjin dan

Transaksi Short Selling (Peraturan Nomor II-H)

l) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

8/SEOJK.04/2014 Tentang Pencabutan Surat Edaran

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.04/2013

Page 31: BAB I Pendahuluan

  31  

Tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar Yang

Berfluktuasi Secara Signifikan Dalam Pelaksanaan

Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh

Emiten Atau Perusahaan Publik

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum

penunjang yang menjelaskan lebih lanjut terkait bahan

hukum primer, seperti jurnal hukum pasar modal, buku-buku

yang ditulis oleh para ahli, makalah-makalah seminar, dan

lain-lain.

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang baik

memberikan petunjuk maupun penjelasan lebih lanjut

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus

terjemahan maupun kamus hukum, artikel, majalah, dan

bahan lain yang dapat menunjang penelitian.

b. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara observasi dan

wawancara sebagaimana dimaksud untuk mendapatkan data

sebagai pendukung analisis dengan responden PT Kliring dan

Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), PT Bursa Efek Indonesia (PT.

BEI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), investor bursa serta pakar

Pasar Modal yang bernama Adler Haymans Manurung, yang dapat

memberikan penjelasan terkait praktik transaksi short selling di BEI.

5. Metode Analisis Data

Page 32: BAB I Pendahuluan

  32  

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode yuridis kualitatif. Dari ketiga bahan hukum yang sudah

dipaparkan diatas yaitu bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tersier dianalisis secara yuridis

normatif dengan metode analisis data secara kualitatif sehingga

dapat ditarik suatu kesimpulan.

6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jalan

Dipati Ukur No. 35 Bandung;

b. Perpustakaan CISRAL/Pusat Universitas Padjadjaran, Jalan

Dipati Ukur No. 46 Bandung;

c. Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), Jalan Jenderal

Sudirman Kav 52-53 Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta;

d. PT. Adler Manurung Press, Komplek Mitra Matraman A1/ 17,

Jl Matraman Raya No. 148, Jakarta Timur.