bab i pendahuluan

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Manusia menggunakan air baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan industri. Oleh karena itu pemeliharaan dan pelestarian air sangat diperlukan untuk kelangsungan kehidupan. Namun, kesadaran masyarakat akan hal itu masih kurang dan tidak semua orang berpikir dan bertindak secara bijak dalam menggunakan air. Yang paling memprihatinkan adalah di tengah pentingnya akan tersedianya air bersih untuk kebutuhan sehari- hari dan kebutuhan lainnya dalam kehidupan, di sisi lain hal ini tidak diimbangi oleh kesadaran masyarakat untuk melestarikan air, sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri. Hal- hal tidak bertanggung jawab yang telah dilakukan membuat air menjadi kotor dan tidak layak dikonsumsi. Hal- hal yang tidak bertanggung jawab itu contohnya seperti membuang sampah ke tepi sungai sehingga menyebabkan timbulnya mikroorganisme yang merugikan dan membuat aliran sungai menjadi mampet sehingga timbul banjir jika hujan turun, membuang limbah pabrik ke sungai yang mengkibatkan air itu menjadi tercemar oleh bahan-bahan berbahaya, dan lain sebagainya.Oleh karena itu, diperlukan 1

Upload: dhymas-sulistyono

Post on 16-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGAir merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia

maupun makhluk hidup lainnya. Manusia menggunakan air baik untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan industri. Oleh

karena itu pemeliharaan dan pelestarian air sangat diperlukan untuk kelangsungan kehidupan.

Namun, kesadaran masyarakat akan hal itu masih kurang dan tidak semua orang berpikir dan

bertindak secara bijak dalam menggunakan air.

Yang paling memprihatinkan adalah di tengah pentingnya akan tersedianya air bersih

untuk kebutuhan sehari- hari dan kebutuhan lainnya dalam kehidupan, di sisi lain hal ini

tidak diimbangi oleh kesadaran masyarakat untuk melestarikan air, sehingga banyak sumber

air yang tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri. Hal- hal tidak bertanggung jawab yang

telah dilakukan membuat air menjadi kotor dan tidak layak dikonsumsi. Hal- hal yang tidak

bertanggung jawab itu contohnya seperti membuang sampah ke tepi sungai sehingga

menyebabkan timbulnya mikroorganisme yang merugikan dan membuat aliran sungai

menjadi mampet sehingga timbul banjir jika hujan turun, membuang limbah pabrik ke sungai

yang mengkibatkan air itu menjadi tercemar oleh bahan-bahan berbahaya, dan lain

sebagainya.Oleh karena itu, diperlukan pengolahan air yang tepat sehingga layak digunakan

untuk kebutuhan sehari-hari.

Kebutuhan manusia akan air bersih untuk domestik dan industri telah melahirkan

berbagai metode pengolahan air, dimana pengolahan air yang dilakukan bertujuan untuk

menjadikan air layak dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan manusia. Air yang

dihasilkan harus memenuhi syarat kualitas yang mencakup syarat fisika, kimia dan biologi.

Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan untuk membuat sumber

air baku atau air limbah menjadi air yang dapat digunakan oleh konsumen sesuai

dengan standar yang dibutuhkan, seperti air bersih, air minum, air untuk proses

industri, air pengobatan dan air untuk keperluan lainnya. Pada pengolahan air dilakukan

beberapa tahapan agar dapat dihasilkan air yang layak konsumsi. Tahapan- tahapan tersebut

mencakup proses fisika, biologi dan kimia.

1

Page 2: Bab i Pendahuluan

Pada umumnya, dalam pengolahan air bersih dengan skala besar seperti instalasi

pengolahan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan, air baku berasal

dari sumber air yang mampu menjamin keberlangsungan suplai air baku sepanjang tahun.

Sumber- sumber air baku tersebut bisa berasal dari air laut, air permukaan (sungai dan danau)

dan air tanah.

Di Indonesia, air permukaan terutama air sungai adalah sumber yang paling banyak

digunakan untuk mensuplai air baku ke instalasi pengolahan air bersih. Karena saat ini air

sungai telah banyak tercemar akibat aktifitas manusia maka metode pengolahan air bersih

yang tepat diharapkan mampu mengolah air baku menjadi air bersih yang memenuhi standar

baik secara kualitas maupun kuantitas.

1.2 TUJUAN

- Untuk mengetahui proses pengolahan air yang tepat supaya dihasilkan air bersih yang

layak dikonsumsi.

- Untuk mengetahui media yang digunakan dalam pengolahan air bersih.

1.3 RUMUSAN MASALAH

- Bagaimana proses pengolahan air yang tepat supaya dihasilkan air bersih yang layak

dikonsumsi ?

- Apa media yang digunakan dalam pengolahan air bersih?

2

Page 3: Bab i Pendahuluan

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Definisi Koagulasi dan Hidrolisis

Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi gumpalan-gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian. Atau dengan kata lain, koagulasi adalah proses penggumpalan suatu cairan atau larutan sehingga terbentuk padatan lunak ataupun keras seperti gel.

Koagulasi didefinisikan sebagai proses destibilisasi muatan koloid padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus dengan suatu koagulan, sehingga akan terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan. Proses pengikatan partikel koloid dengan cara pengadukan cepat (flash mixing), yang merupakan bagian integral dari proses koagulasi (Makfoeld.2006).

Hidrolisis adalah jenis reaksi kimia yang terjadi antara air dan senyawa lain.Selama reaksi,ikatan kimia akan rusak di kedua molekul,menyebabkan mereka menjadi pecah. Molekul air terpecah untuk membentuk ion hidrogen bermuatan positif (H+),dan hidroksida bermuatan negatif (OH-),dan molekul lainnya terbagi menjadi dua bagian sederhana,juga dengan muatan positif dan negatif.Proses hidrolisis ini sangat penting dalam kehidupan yang digunakan dalam beberapa proses industri yang penting, seperti pembuatan sabun,dan menjadi peranan penting pada pelapukan batuan (Wilson.1990).

Proses koagulasi juga dibagi dalam tahap secara fisika dan kimia :

1. Fisika : pemanasan, pengadukkan dan pendinginan.2. Kimia : elektroforesis, penambahan koloid dan penambahan elektrolit.

Koagulasi tidak terjadi dengan sendirinya.Tetapi ada faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi itu terjadi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan proses koagulasi antara lain adalah:

- Suhu air- Derajat keasaman- Jenis koagulan- Kadar ion terlarut- Tingkat kekeruhan- Dosis koagulan- Kecepatan pengadukan- Alkalinitas

3

Page 4: Bab i Pendahuluan

Bahan Koagulasi antara lain :

a. Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)

Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.

Al2(SO4)3 →2 Al+3 + 3SO4-2

Air akan mengalami

H2O → H+ + OH-

Selanjutnya

2 Al+3 + 6 OH- → 2 Al (OH)3

Selain it u akan dihasilkan asam:

3SO4-2 + 6 H+ → 3H2SO4

b. Sodium aluminate ( NaAlO2 )

Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya digunakan sebagai koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses pelunakan air dengan lime soda ash.

c. Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )

Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime sangat efektif untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).

d. Chlorinated copperas

Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.

e. Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)

Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat menghilangkan Fe dan Mn.

4

Page 5: Bab i Pendahuluan

f. Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)

Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan untuk penyimpanan yang terlalu lama.

Jenis Koagulan Aid

Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu pengendapan dan flok yang terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan. Koagulan Aid menguntungkan proses koagulasi dengan mempersingkat waktu pengendapan dan memperkeras flok yang terbentuk. Jadi difinisi koagulan aids adalah koagulan sekunder yang ditambahkan setelah koagulan primer atau utama bertujuan untuk mempercepat pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok.

Jenis koagulan aid diantaranya:

a. PAC ( poly alumunium chloride )

Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi air sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya adalah Al-OH.

Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m

Dimana : n = 2 2,7 <> 0

Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun terdapat kendala dalam menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu perlu pengarahan dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis.

b. Karbon aktif

Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap dalam arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.

Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih

5

Page 6: Bab i Pendahuluan

efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap.

c. Activated silica

Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid, alumunium sulfate, carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica memberikan keuntungan antara lainme ningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan, memperluas jangkauan pH optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang terbentuk. Umumnya digunakan dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 – 11% dari dosis alum.

d. Bentonic clay

Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan rendah dan mineral yang rendah.(Makfoeld.2006).

Cara efektif dalam proses koagulasi

Cara efektif dalam proses koagulasi adalah pada penambahan elektrolit dilakukan  dengan cara dialisis. Dialisis merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau menghilangkan ion-ion pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat dari selaput semipermiabel.  Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semipermeabel ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat melaluinya, dengan demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang keluar melalui selaput semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari sistem koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir.Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kelebihan elektrolit agar hasil yang didapatkan benar benar akurat (Vickie.2008).

A. PENGERTIAN FLOKULASI DAN HIDROLISIS PADA KOAGULASI

A. Flokulasi

Flokulasi merupakan pengadukan lambat untuk menggabungkan partikel-partikel padat yang telah terdestabilisasi menjadi flok-flok yang dapat diendapkan pada unit pengolahan berikutnya dengan cepat (Reynolds, 1982).

Flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus di dalam air limbah menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring atau diapungkan (Siregar,2005).

6

Page 7: Bab i Pendahuluan

Tabel dibawah ini memberikan gambaran mengenai ukuran benda-benda dan waktu yang diperlukan untuk pengendapan dengan jarak satu meter (Siregar,2005).

Dari tabel diatas terlihat bahwa partikel koloid sangat sulit mengendap dan merupakan bagian yang besar dalam polutan, serta menyebabkan kekeruhan. Untuk memisahkannya, koloid harus diubah menjadi partikel yang berukuran lebih besar melalui proses koagulasi dan flokulasi.

Flokulasi harus digunakan di dalam tangki yang dilengkapi dengan sistem pengadukan yang sangat lambat sehingga tidak menghancurkan flok yang sudah terbentuk.Namun, kecepatan ini juga harus cukup untuk memungkinkan terbentuknya flok dan mencegah flok mengendap di dasar tangki.Pada saat memindahkan air limbah ke dalam tangki pengendapan, harus dijaga agar flok tidak pecah.

Flokulasi bertujuan untuk membuat gumpalan yang lebih besar dari pada gumpalan yang terbentuk selama koagulasi dengan penambahan polimer, misalnya polimer kationik dan anionik yang beredar di pasaran dengan nama-nama allied colloid, praestol, kurifloc, dan diafloc.

Dasar-dasar perencanaan untuk flokulasi (Siregar,2005):

a. Untuk kemudahan pengoperasian dan perawatan digunakan static mixerb. Waktu tinggal untuk reaksi biasanya antara 20-30 menit c. Slow mixer digunakan dengan kecepatan antara 20-60 rpmd. Jenis impeller dapat berupa paddle atau turbinee. Materi shaft sebaiknya baja tahan karatf. Penggunaan bahan kimia antara 2 mg-5 mg/literg. Sangat disarankan untuk melakukan percobaan laboratorium terlebih dahuluh. Jenis dosing pump yang digunakan adalah positive displacement (screw, membrane,

peristaltic)i.B. Hidrolisis pada koagulasi

pH merupakan salah satu parameter yang sangat penting dalam mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi. Muatan hasil hidrolisis dan endapan hidroksida keduanya dapat dikontrol dengan pH

7

Page 8: Bab i Pendahuluan

(Zonoozi, 2008).pH awal sampel untuk koagulan aluminum sulfat (Al2(SO4)3), PAC dan FeCl3, yakni 7,66; 7,57 dan 7,64. Berikut ini adalah hasil analisis pH dengan menggunakan ketiga koagulan tersebut.

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pH pada setiap penambahan dosis koagulan. Penurunan pH tersebut terjadi karena adanya reaksi hidrolisis Al dan Fe yang akan membebaskan ion H+ sehingga dapat menekan nilai pH. Hal tersebut menandakan bahwa alkalinitas dalam air rendah. Pada dasarnya alkalinitas akan bereaksi dengan ion H+ untuk menjaga nilai pH tetap stabil (Hendricks, 2005). Pada gambar diatas terlihat bahwa penurunan nilai koagulan FeCl3 lebih terlihat dibandingkan dengan koagulan lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa koagulan FeCl3 bersifat asam dan memiliki rentang pH yang lebih besar dibandingkan dengan koagulan lainnya (Pernitsky, 2003)

2.3. sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Sedimentasi pada penglohan air minum ditujukan untuk :

1. Pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret2. Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan filter

pasir cepat3. Pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-kapur pada proses penurunan kesadahan4. Pengendapan presipitat pda penyisihan besi dan mangan dengan oksidasi

Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga 4,3 meter. Bak berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai leba 10 hingga 70 meter dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 meter. Bak berbentuk segi empat umumnya mempunyai lebar 1,5 hingga 6 meter, panjang bak sampai 76 meter, dan kedalaman lebih dari 1,8 meter (Reynold & Richards, 1996). Namun, angka-angka tersebut bukanlah angka mutlak yang harus diikuti, harus disesuaikan dengan kondisi setempat dan debit air yang diolah.

8

Page 9: Bab i Pendahuluan

Bentuk bak sedimentasi :

Segi empat (rectangular).Pada bak ini, air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel mengendap ke bawah

Lingkaran (circular). Center feed. Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian tengah bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet di sekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah. Secara tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar 2:1 – 3:1

Lingkaran (circular). Periferal feed. Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran, sementara partikel mengendap ke bawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe periferal feed menghasilkan short circuit yang lebih kecl dibandingkan tipe center feed, walaupun center feed lebih sering digunakan. Secara umum pola aliran pada bak lingkran kurang mendekati pola ideal dibanding bak pengendap persegi panjang. Meskipun demikian, bal lingkaran lebih sering digunakan karena penggunaan peralatan pengumpul lumpurnya lebih sederhana.

9

Page 10: Bab i Pendahuluan

Bagian-bagian dari bak sedimentasi :

a. Inlet : tempat air masuk ke dalam bakb. Zona pengendapan : tempat flok/partikel mengalami proses pengendapanc. Ruang lumpur : tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak. Kadang

dilengkapi dengan sludge collector/scrapperd. Outlet : tempat di mana air akan meninggalkan bak, biasanya berbentuk pelimpah (weir)

Tipe sedimentasi

Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan partikel untuk berinteraksi, sedimentasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe, yaitu :

Settling tipe I : pengendapan partikel diskret, partikel mengendap secara individual dan tidaka da interaksi antar partikel

Settling tipe II : pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar partikel sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah

Settling tipe III : pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antar partikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap

Settling IV : terjadi pemampatan partikel yang telah mengendap yang terjadi karena berat partikel

10

Page 11: Bab i Pendahuluan

Tipe sedimentasi yang seing ditemui pada proses pengolahan air minum adalah sedimentasi tipe I dan tipe II. Sedimentasi tipe I dapat ditemui pada bangunan grit chamber dan prasedimentasi (sedimentasi I). Sedimentasi tipe II dapat ditemui pada bangunan sedimentasi II.

2.4 filtrasi dan backwash

Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang

membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan

sebanyak mungkin zat padat halus yang tarsuspensi dan koloid. (Budi,2006)

Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan penyaringan adalah media filter. Media

filter dapat tersusun dari pasir silica alami, anthrasit atau pasir garnet. Media ini umumnya

memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia.(Budi, 2006)

2.4.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Filtrasi (Djajadiningrat, 2001)

Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor–

faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula kualitas air hasil filtrasi,

efisiensinya, dan sebagainya. Faktor–factor tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman

media, ukuran dan material, konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan,

dan temperatur.

a. Debit Filtrasi

Debit yang terlalu besarakan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien.

Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air

yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini

11

Page 12: Bab i Pendahuluan

menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring

dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga

antar butiran menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.

b. Konsentrasi Kekeruhan

Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi

kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari

media atau akan terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi

seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang boleh

masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan

terlebih dahulu, seperti misalnya dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi.

c. Temperatur

Adanya perubahan suhu atau temperature dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan

massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan

mengalami perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara

partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuran besar

partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat

dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter.

d. Kedalaman media, Ukuran, dan Material

Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam perencanaan bangunan

filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan daya saring. Media

yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi

membutuhkan waktu pengaliran yang lama. Lagi pula ditinjau dari segi biaya, media

yang terlalu tebal tidaklah menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang

terlalu tipis selain memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki

daya saring yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran

media filtrasi berpengaruh pada porositas, lajufiltrasi, dan juga kemampuan daya saring,

baik itu komposisinya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran

media. Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi

dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat

porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku.

Lubangpori yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan

12

Page 13: Bab i Pendahuluan

menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang

terlalu halus akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat

menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel halus yang tertahan)

terlalu cepat.

e. Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan

Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju

filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media akan

meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi

akan meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media

akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat filter kotor.

Untuk melewati lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang cukup.

Besarnya tekanan air yang ada diatas media dengan yang ada didasar media akan berbeda

di saat proses filtrasi berlangsung. Perbedaan inilah yang sering disebut dengan

kehilangan tekanan (headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat atau bertambah besar

pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama beberapa waktu. Friksi akan

semakin besar bila kehilangan tekanan bertambah besar, hal ini dapat diakibatkan karena

semakin kecilnya lubang pori (tersumbat) sehingga terjadi clogging.

2.4.2 Macam-Macam Filter (Patel, 2010)

a. Filter Gravitasi (Gravity Filter)

Filter gravitasi merupakan tipe yang paling tua dan sederhana. Filter ini tersusun atas

tangki-tangki yang bagian bawahnya berlubang-lubang dan diisi dengan pasir-pasir

berpori dimana fluida mengalir secara laminer. Filter ini digunakan untuk proses fluida

dengan kuantitas yang besar dan mengandung sedikit padatan. Contohnya :pada

pemurnian air. Tangki biasanya terbuat dari kayu, bata atau logam tetapi untuk

pengolahan air biasa digunakan beton. Saluran dibagian bawah yang berlubang mengarah

pada filtrat, saluran itu dilengkapi dengan pintu atau keran agar memungkinkan

backwashing dari dasar pasir untuk menghilangkan padatan-padatan yang terakumulasi.

Bagianbawah yang berlubang tertutup oleh batuan atau kerikil setinggi 1 ft atau lebih

untuk menahan pasir.Pasir yang biasa digunakan dalam pengolahan air sebagai media

filter adalah pasir-pasir kuarsa dalam bentuk yang seragam. Kokas yang dihancurkan

biasanya digunakan untuk menyaring asam sulfur. Batu kapur biasanya digunakan untuk

13

Page 14: Bab i Pendahuluan

membersihkan cairan organic baik dalam filtrasi maupun adsorbsi. Hal yang harus

diperhatikan dalam filter gravitasi, bongkahan-bongkahan kasar (batu atau kerikil)

diletakkan bagian atas balok berpori (cake) untuk menahan materi-materi kecil yang ada

di atasnya (pasir, dll). Materi yang berbeda ukurannya harus diletakkan dengan

membentuk lapisan-lapisan sehingga dapat bercampur dan ukuran untuk setiap materi

harusnya sama untuk menyediakan pori-pori dank emampuan yang maksimal.

b. Filter PelatdanBingkai

Filter tekanan biasanya tersusun dari pelat-pelat dan bingkai-bingkai. Pada filter ini

pelat-pelat dan bingkai-bingkai disusun secara bergantian dengan filter kain dengan arah

berkebalikan pada tiap pelat. Pemasangannya dilakukan secara bersamaan sebagai

kesatuan gaya mekanik (oleh sekrup / secara hidrolik).

Ada beberapa macam tipe bertekanan yang menggunakan pelat dan bingkai. Yang

paling sederhana mempunyai salah satu saluran tunggal mengenali suspensi pada

pencucian dan pembukaan tunggal pada setiap pelat untuk mangalirkan cairan (pada

pengiriman terbuka). Tipe yang lain mempunyai saluran terpisah untuk membedakan

suspensi dan air pencucian tetapi ada juga yang menggunakan saluran terpisah untuk

memisahkan suspensi dan air pencucian (pada pengiriman tertutup). Saluran ini biasanya

terdapat di pojok atau di tengah atau tepat di tengah.

c. Batch Leaf Filter

Filter daun mirip dengan filter pelat dan bingkai, di bagian dalamnya cake disimpan

pada setiap sisi daun dan filtrate mengalir keluar melalui saluran dari saringan

pembuangan air yang kasar pada daun di antara cake, daun-daun tersebut dibenamkan

kedalam suspensi.

1.  Filtrasi Modern

Dalam proses filtrasi modern ada 3 jenis komponen, yaitu:

Filter

Medium Filter

14

Page 15: Bab i Pendahuluan

Bahan penolong Filtrasi

1. Filter

Filter dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : yang pertama adalah filter klarifikasi

(clarifying filter) dan filter ampas (cake filter).

1.1. Filter klarifikasi

Filter ini dikenal juga sebagai filter hamparan tebal (deep bed filter), karena partikel-

partikel zat padat diperangkap di dalam medium filter dan biasanya tidak ada lapisan zaat

padat yang terlihat dari permukaan medium. Filter ini biasanya digunakan untuk

memisahkan zat padat yang kuantitasnya kecil dan menghasilkan gas yang bersih atau zat

cair yang bening, seperti minuman. Klarifikasi berbeda dengan penapisan karena pori

medium filter ini jauh lebih besar dari diameter partikel yang harus dipisahkan. Partikel-

partikel itu ditangkap oleh gaya-gaya permukaan dan dibuat tidak bisa bergerak di dalam

saluran aliran, dan walaupun mengakibatkan diameter  efektif saluran itu menjadi  lebih

kecil, namun biasanya tidak sampai menyebabkan saluran itu buntu (McCabe, 1990).

(Gambar deep bed filter )

1.2. Filter Ampas (Cake Filter)

Filter ampas digunakan untuk memisahkan zat padat yang kuantitasnya besar dalam

bentuk Kristal atau lumpur ataupun ampas. Biasanya filter ini diperlengkapi untuk pencucian

zat padat dan untuk mengeluarkan sebanyak-banyaknya sisa zat cair  dari zat padat itu

sebelum zat padat itu dikeluarkan dari filter. Medium filter pada  filter ini relative lebih tipis

15

Page 16: Bab i Pendahuluan

disbanding kan dengan yang digunakan dalam medium filter  klarifikasi. Pad aawal filtrasi

sebagian partikel  padat masuk kedalam pori medium dan tidak dapat bergerak lagi, tetapi

segera  setelah itu bahan itu terkumpul pada permukaan septum. Setelah periode

pendahuluan yang berlangsungbeberapasaatitu, zatpadatitulah yang melakukan  filtrasi,

bukan septum lagi. Ampas itu terlihat mengumpul sampai ketebalan tertentu  pada

permukaan itu dan harus dikeluarkan secara berkala atau teratur setelah penggunaan atau

sewaktu-waktu dikeluarkan apabila diperlukan (McCabe, 1990).

(Gambar  Cake Filter)

Jenis dari filter kempa antara lain adalah:

Filter kempa (press filter)

Filter selongsong dan daun (sheel and leaf filter)

Filter plat dan bingkai (plate and frame filter) (Geankoplis, 1987).

2. Medium Filter

Suatu medium filter (septum) pada setiap filter harus memenuhi syarat antara lain:

Harus dapat menahan yang akan disaring dan menghasilkan filtrat yang cukup jernih.

Tidak mudah tersumbat.

Harus tahan secara kimia dan kuat secara fisik dalam kondisi proses.

Harus memungkinkan penumpukan ampas dan pengeluaran ampas secara total dan

bersih.

Tidak boleh terlalu mahal (cost effective)

Dalam proses filtrasi di industry medium filter yang banyak digunakan adalah

kainkanvas. Untuk zatcair yang bersifa tkorosif digunakan medium filter lain seperti

kainwol, tenunan logam monel atau bajatahan karat, tenunan gelas. Kain sintetis seperti

16

Page 17: Bab i Pendahuluan

nilon, polipropilene, saran dan darcon termasuk bahan yang sangat tahan secara kimia

(Geankoplis, 1987).

3. Bahan Penolong Filtrasi

Berupa zat padat yang sanga thalus, dapat membentuk ampas yang rapat dan

impermeable yang dapat menyumbat medium filtrasi. Bahan yang termasuk antara lain

seperti tanah diatom, silica, perlit, selulosa kayu yang dimumikan atau bahan-bahan padat

lain yang tidak bereaksi (inert). Penambahan bahan penolong filtrasi (filter aid) dapat

membantu memperlancar proses filtrasi serta mempertinggi umur dari medium filtrasi dan

dapat menghilangkan zat warna serta bau yang terdapat dalam cairan. Terdapat cara lain

untuk penggunaan filtrasi aid, yaitu dengan cara membuat lapisan pendahuluan. Lapisan

pendahuluan adalah mengedepankan suatu lapisan bahan penolong filtrasi terlebih dahulu di

atas medium filter sebelum melakukan filtrasi. Dengan cara ini dapat mencegah pembuntuan

medium filter dan menghasilkan filtrate yang lebih baik (Geankoplis, 1987).

2. BackwashTeknik pencucian filter cepat dapat dilakukan dengan menggunakan aliran balik

(backwashing), dengan kecepatan tertentu agar media filter terfluidisasi dan terjadi tumbukan antar media. Tumbukan antar media menyebabkan lepasnya kotoran yang menempel pada media, selanjutnya kotoran yang telah terkelupas akan terbawa bersama dengan aliran air. Untuk meningkatkan kinerja backwashing, sering didahului dengan pencucian di permukaan (surface washing) dan/atau memberikan tekanan udara dari bawah dengan blower (air washing).Tujuan pencucian filter adalah melepaskan kotoran yang menempel pada media filter dengan aliran keatas (upflow )hingga media terekspansi. Umumnya tinggi ekspansi sebesar 15% sampai 35% (Droste, 1997).

Lama pencucian sekitar 3 hingga 15 menit. Ada beberapa sistem pencucian filter, yaitu:•Menggunakan menara air•Interfilter•Pompa backwash

Pencucian filter dilakukan dengan pembukaan katup backwash secara perlahan-lahan sampai tinggi air menutupi seluruh permukaan lapisan filter, baru kemudian  flow rate backwash diperbesar hingga titik  full-scale, jika bukaan katup backwash dilakukan secara mendadak maka dapat terjadi pengangkatan media penyangga (kerikil) keatas media penyaring, fenomena ini dikenal dengan overlapping yang mengakibatkan susunan media penyaring menjadi tidak terkontrol, sehingga bak harus dikeringkan untukdiperiksa.Proses backwash akan berjalan setelah adanya sinyal yang diberikan oleh Pressure Differential Indicator Transmitter setelah adanya perbedaan tekanan pada inlet valve “A”yang berada diatas vessel dan outlet valve “B” yang berada dibawah vessel. Dengan adanya perbedaan tekanan ini maka dapat diindikasikan bahwa telah terjadi penyumbatan pada medium dinding walnut layar atas akibat tertumpukannya minyak danpartikel-partikel padat sehingga air bersih yang keluar dari outlet valve ”B” berkurang. (Karuniastuti, 2003)

17

Page 18: Bab i Pendahuluan

2.5 Ground reservior dan desinfektan

a. Ground reservior

Ground reservoir merupakan bangunan penampungan air bersih di bawah

permukaan tanah. Fungsi ground reservoir adalah untuk menampung air bersih yang telah diolah

dan memberi tekanan serta sebagai tampungan untuk memenuhi kebutuhan air konsumen yang

naik turun dan sebagai pemantap tekanan dalam sistem distribusi. (Meidhitasari, 2007)

Penyediaan produksi reservoir dilaksanakan dengan menentukan penetapan

kapasitas berdasarkan persamaan tampungan yaitu aliran keluar reservoir (produksi) sama

dengan aliran masuk ditambah atau dikurangi dengan perubahan tampungan. Atau dengan kata

lain aliran keluar harus sama dengan aliran masuk dikurangi buangan-buangan serta kehilangan-

kehilangan yang terjadi.

Yang juga harus diperhatikan adalah letak reservoir ini harus sedekat mungkin ke

pusat pemakaian. Permukaan air reservoir harus cukup tinggi dan bertekanan cukup sehingga

aliran air bisa sampai ke sistem yang dilayani. Kapasitas reservoir ditentukan berdasarkan ciri-

ciri daerah yang dilayani. Reservoir di tempat yang tinggi sangat baik digunakan untuk

memantapkan tekanan.

b. desinfektan

Desinfeksi adalah proses untuk membunuh bakteri, protozoa, dan virus dengan

kuantitas desinfektan yang kecil dan tidak beracun bagi manusia. Reaksi desinfeksi yang terjadi

harus dilaksanakan di bawah kondisi normal, termasuk suhu, aliran, kualitas air, dan waktu

kontak. Hal ini akan membuat air menjadi tidak beracun, tidak berasa, lebih mudah diolah,

ekonomis, serta akan meninggalkan residu yang tetap untuk jangka waktu yang aman, sehingga

kontaminan dapat dihilangkan (Al-Layla, 1980). Desinfeksi yang sering digunakan adalah

dengan klorinasi menggunakan gas klor. Metode desinfeksi secara umum ada dua, yaitu

preklorinasi dan post chlorination.

Desinfeksi klorinasi merupakan salah satu bentuk pengolahan air yang bertujuan

untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam air. Klorinasi

18

Page 19: Bab i Pendahuluan

(chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah menjalani proses filtrasi

dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan

dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang

berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relatif murah, mudah, dan efektif. Senyawa-

senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa

hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin.

Klorin sebagai disenfektan terutama bekerja dalam bentuk asam hipoklorit

(HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl -). Klorin dapat bekerja dengan

efektif sehingga desinfektan jika berada dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih

dari 8,5, maka 90% dari asam hippokorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit.

Dengan demikian, khasiat desinfektan yang memiliki klorin menjadi lemah atau berkurang.

Cara kerja klorin dalam membunuh kuman yaitu penambahan klorin dalam air akan

memurnikannya dengan cara merusak struktur sel organisme, sehingga kuman akan mati. Namun

demikian proses tersebut hanyak akan berlangsung bila klorin mengalami kontak langsung

dengan organisme tersebut. Jika air mengandung lumpur, bakteri dapat bersembunyi di dalamnya

dan tidak dapat dicapai oleh klorin.

Klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua organisme. Pada air yang

bersuhu lebih tinggi atau sekitar 18oC, klorin harus berada dalam air paling tidak selama 30

menit. Jika air lebih dingin, waktu kontak harus ditingkatkan. Karena itu biasanya klorin

ditambahkan ke air segera setelah air dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan atau pipa

penyalur agar zat kimia tersebut mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan air sebelum

mencapai konsumen.

Kebutuhan gas klor = Q×X

106 ; dimana X adalah dosis gas klor.

2.6 sistematika pengaliran air dari tower menuju perumahan

19

Page 20: Bab i Pendahuluan

Tangki penampungan air atau sering disebut toren atau tandon sangat umum dipakai di perumahan. Fungsinya cukup vital sebagai cadangan air yang siap digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari, terutama bila terjadi masalah dengan suplai dari pompa air atau karena pemadaman listrik. Keuntungan lainnya adalah juga dalam sisi penghematan listrik karena pompa air tidak sering start-stop dalam interval singkat saat berlangsung pemakaian air (lihatartikel “Apa dampaknya bila mesin pompa air sering start stop dalam interval yang singkat? “).

Umumnya toren air dikontrol secara otomatis oleh suatu mekanisme pengaturan yang akan mengisi air bila volume air tinggal sedikit dan menghentikannya bila sudah penuh. Cukup merepotkan bila kontrol pengisian air dilakukan manual oleh penghuni rumah. Karena selain harus menunggu sekian lama sampai air mulai naik hingga keluar di keran air, juga air yang sudah penuh berpotensi terbuang disebabkan penghuni rumah lupa untuk mematikan pompa air.

Cara kerja mekanisme pengaturan level air ini cukup sederhana dan semoga bisa dipahami dengan mudah. Mari kita kupas mengenai sistem kontrol level otomatis ini dan mudah-mudahan bisa bermanfaat terutama saat ada masalah dengan alat ini

a. Model Pengaturan Level Air

Ada dua model kontrol level yang banyak digunakan. Yang pertama adalah menggunakan ball-floater dan yang kedua menggunakan level switch.

Gb. Model ball-floater

Model ball-floater berbentuk bola pelampung yang mengatur buka-tutup air sesuai dengan level air dalam toren. Sistem ini murni mekanis. Saat level air dalam toren turun mencapai level low dari ball-floater, maka alat ini secara mekanis akan membuka aliran air untuk pengisian. Bila level air sudah mencapai level high dari ball-floater, maka aliran air akan

20

Page 21: Bab i Pendahuluan

ditutup secara mekanis juga. Jadi sistem kerjanya adalah keran yang bisa buka-tutup secara otomatis. Kelemahan model ini adalah mudah bocor pada bagian keran tersebut, karena dia juga harus bisa menahan tekanan air dalam pipa yang keluar dari mesin pompa air.

Model ball-floater tidak berhubungan langsung dengan mesin pompa air. Start-stop mesin pompa air terjadi karena faktor tekanan air dalam pipa yang sudah cukup tinggi disebabkan aliran air ditutup oleh keran ball-floater.

Sedangkan model Level Switch menggunakan kontak relay yang bersifat elektrik, dan ada juga yang menyebutnya liquid level relay. Nama yang lebih familiar di beberapa tempat untuk model ini adalah “Radar”. Sebetulnya ini adalah nama merk. Jadi seperti kita menyebut “Kodak” untuk kamera atau “Odol” untuk pasta gigi.

Hampir mirip dengan model ball-floater, hanya saja bola pelampungnya diganti dengan 2 buah “sinker” (pemberat) yang dipasang menggantung dalam satu tali. Kemudian sistem pengaturannya menggunakan kontak relay yang dihubungkan dengan mesin pompa air melalui kabel listrik. Saat level air di toren rendah maka mesin air akan startdan kemudian stop bila levelnya sudah tinggi, sesuai dengan setting posisi dari dua buah sinker tersebut. Sistem ini relatif lebih handal dalam menghindari kebocoran seperti pada model ball-floater, karena mesin pompa air bisa dimatikan secara langsung. Untuk lebih jelasnya mengenai model ini, silahkan dilanjut.

b. Cara kerja Level Control Switch

21

Page 22: Bab i Pendahuluan

Seperti gambar ini, sistem level switch mempunyai cara kerja yang cukup sederhana. Saat air mencapai setengah dari pemberat yang bawah (level low) maka dua pemberat (sinker) akan menggantung dimana total beratnya akan mampu menarik switch yang ada pada switch body di bagian atas. Switch yang tertarik pemberat akan membuat kontak relay menjadi close dan arus listrik akan mengalir melalui kabel ke mesin pompa air yang kemudian start dan mengisi air ke dalam toren hingga mencapai level high.

Saat air mendekati level high, maka pemberat bagian bawah akan mengambang dan saat level air mencapai setengah dari pemberat bagian atas maka level switch akan kembali ke posisi awal (dengan bantuan pegas yang ada dalam switch body) sehingga kontak relay akan menjadi open dan arus listrik terputus sehingga mesin pompa air stop secara otomatis.

Batas level high dan level low dalam toren ini dapat di-setting sesuai keinginan, dengan mengatur ketinggian dari dua pemberat ini. Cukup dengan mengatur panjang talinya dan kemudian dikencangkan kembali ikatannya.

Jika setting level low-nya dinaikkan (pemberat bagian bawah posisnya lebih naik), maka volume air dalam toren akan masih tersisa banyak sesaat sebelum air diisikan kembali. Begitu pula jika setting level high-nya dinaikkan (dengan menaikkan lagi posisi pemberat bagian atas), maka volume air akan bisa mendekati maksimum kapasitas yang bisa ditampung dalam toren sesaat setelah mesin air dimatikan.

Hanya perlu diperhatikan, bila jarak antara kedua pemberat sangat pendek (sehingga jarak level low dan highberdekatan) maka akibatnya interval pengisian air akan lebih singkat sehingga mesin pompa air akan semakin seringstart-stop. Apalagi jika toren yang digunakan memiliki kapasitas kecil, misalnya 250 liter. Ingat, start mesin pompa air akan menyerap daya listrik yang cukup besar. (lihat artikel : “Apa dampaknya bila mesin pompa air sering start stop dalam interval yang singkat?”). Karena itu setting pemberat ini lebih disesuaikan pada kebutuhan dengan pertimbangan aspek volume cadangan air dalam toren dan penghematan daya listrik.

22

Page 23: Bab i Pendahuluan

c. Bagian-bagian Level Control Switch

Gambar diatas diambil dari manual sheet Liquid Level Relay merk “Radar” (hanya sebagai contoh saja). Sedangkan pada umumnya untuk merk lain juga mempunyai bagian-bagian yang sama.

Bagian yang terpasang di sebelah dalam toren adalah dua buah sinker dan L shape bracket. Sedangkan switch body dan water proof cover dipasang pada bagian luar. Perlu diperhatikan pemasangan water proof cover ini harus benar-benar baik, karena letaknya yang ada dibagian luar akan terkena panas dan hujan (toren biasanya dipasang diluar), sedangkan di dalamnya terdapat terminal kabel listrik dari kontak relay.

Pada switch body, terdapat dua pasang terminal untuk kabel listrik yaitu terminal A1-A2 dan B1-B2. Dua pasang terminal ini merupakan dua macam kontak relay yang mempunyai fungsi berkebalikan. Untuk keperluan yang paling umum gunakan terminal A1-A2, karena fungsi ini yang sesuai dengan cara kerja level switch seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya. Selain itu pihak pabrik pembuat biasanya mempermudah konsumen dengan memberikan tanda dengan hanya memasang 2 buah baut saja pada terminal A1-A2.

Penjelasan mengenai dua pasang terminal ini adalah sebagai berikut :

23

Page 24: Bab i Pendahuluan

Pada saat air mencapai level low, maka dua pemberat tadi akan menarik level switch kearah bawah dan kontakrelay A1-A2 akan terhubung, sedangkan kontak relay B1-B2 akan terputus. Karena itu listrik akan mengalir dan mesin pompa air akan start.

Saat air mencapai level high, maka dua pemberat tadi akan mulai mengambang dan level switch akan kembali ke posisi semula dengan bantuan pegas. Akibatnya kontak relay A1-A2 akan terputus dan sebaliknya kontak relay B1-B2 akan terhubung. Sehingga aliran listrik akan terputus dan mesin pompa air akan mati.

Ini sifatnya nice to know saja, di dunia instrumentasi, kontak A1-A2 dinamakan Normally Open (NO) dan kontak B1-B2 dinamakan Normally Close (NC). Kalau mau lebih jelas bisa bertanya kepada bro Teknisi Instrument yang memang pakarnya mengenai kontak NO dan NC ini.

24

Page 25: Bab i Pendahuluan

BAB III. Kesimpulan

3.1 kesimpulan

Dalam pengolahan air yang dugunakan untuk menghasilkan air bersih yang layak dikonsumsi menggunakan beberapa proses. Yaitu, proses koagulasi yang berfungsi untuk membentuk flok – flok halus dalam air dengan menggunakan suatu koagulan seperti aluminium sulfat, PAC dan FeCl3. Cara efektif dalam proses koagulasi adalah pada penambahan elektrolit dilakukan  dengan cara dialisis. Setelah proses koagulasi terjadi proses flokulasi yang berfungsi untuk membuat gumpalan yang lebih besar dari pada gumpalan yang terbentuk selama koagulasi dengan penambahan polimer, misalnya polimer kationik dan anionik. Dalam proses koagulasi dan flokulasi membutuhkan proses hidrolisis yang berfungsi untuk mengatur pH.

Setelah proses koagulasi dan flokulasi menggunakan proses sedimentasi yang menggunakan media Bak sedimentasi bertujuan untuk pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret, Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-kapur pada proses penurunan kesadahan dan pengendapan presipitat pada penyisihan besi dan mangan dengan oksidasi. Kemudian, menggunakan proses filtrasi modern yang terdiri dari 3 komponen Filter,Medium Filter dan Bahan penolong Filtrasi seperti Bahan yang termasuk antara lain seperti tanah diatom, silica, perlit, selulosa kayu yang dimumikan atau bahan-bahan padat lain yang tidak bereaksi (inert). Dalam proses pengolahan air ini juga menggunakan desinfektan yang berupa klorin yang berfungsi untuk menghilangkan kuman dan mengoksidasi bahan – bahan kimia dalam air. Setelah semua proses pengolahan air selsai air di tampung di ground reservior yang bertujuan memberi tekanan serta sebagai tampungan untuk memenuhi kebutuhan air konsumen yang naik turun dan sebagai pemantap tekanan dalam sistem distribusi. Serta menggunakan alat berupa back wash yang berfungsi pencucian filter cepat dapat dilakukan dengan menggunakan aliran balik. Sehingga air dari danau dapat di konsumsi oleh masyarakat dengan menggunakan alat penampungan air berupa tandon yang dilengkapi dengan ball – floater.

3.2 saran

Pada proses pengolahan air ini hanya di jelaskan tentang pengolahan air, namun tidak di jelaskan air yang diolah berasala dari mana bagaimana proses air yang belum diolah masuk ke dalam proses pengolahan air. Dan di makalah ini tidak di jelaskan air yang di hasilkan dari proses ini masuk kelas air berapa.

25