bab i pendahuluan

6
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan angka kesakitan yang tinggi. Dalam skala dunia, pada tahun 2008, prevalensi keseluruhan dari hipertensi pada orang dewasa berumur 25 tahun ke atas sekitar 40% (WHO, 2013). Sedangkan prevalensi hipertensi di Asia Tenggara mencapai 37,3% untuk laki-laki dan 34,9% untuk perempuan pada tahun 2008 (WHO,2013). Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2008, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 16-18% dari seluruh anggota rumah tangga (Departemen Kesehatan, 2008). Berdasar data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010, terdapat 275.000 penderita hipertensi. Angka ini cukup tinggi dan bila tidak mendapat pengobatan akan berakhir dengan kematian akibat serangan jantung, stroke dan gagal ginjal. Itu sebabnya penyakit hipertensi sering disebut the silent killer. Data dari departemen kesehatan Republik Indonesia memaparkan bahwa

Upload: togar-erkasan-sitorus

Post on 02-Jan-2016

148 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan angka kesakitan yang tinggi. Dalam

skala dunia, pada tahun 2008, prevalensi keseluruhan dari hipertensi pada orang dewasa

berumur 25 tahun ke atas sekitar 40% (WHO, 2013). Sedangkan prevalensi hipertensi di Asia

Tenggara mencapai 37,3% untuk laki-laki dan 34,9% untuk perempuan pada tahun 2008

(WHO,2013). Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2008, prevalensi

hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 16-18% dari seluruh anggota rumah

tangga (Departemen Kesehatan, 2008). Berdasar data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010, terdapat 275.000 penderita hipertensi. Angka ini

cukup tinggi dan bila tidak mendapat pengobatan akan berakhir dengan kematian akibat

serangan jantung, stroke dan gagal ginjal. Itu sebabnya penyakit hipertensi sering disebut the

silent killer. Data dari departemen kesehatan Republik Indonesia memaparkan bahwa

hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni

mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Departemen

Kesehatan, 2013).

Faktor risiko terjadi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor yang

tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat

dikendalikan meliputi keturunan (herediter/genetik), usia dan ras. Sedangkan faktor yang

dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas, inaktivitas/jarang olah raga, merokok,

stress, minuman beralkohol dan obat-obatan. Penggunaan obat-obatan seperti golongan

kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-

Page 2: Bab i Pendahuluan

inflammasi) secara terus menerus  dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Penting bagi

penderita untuk melakukan modifikasi pada faktor yang dapat dikendalikan tersebut

(Unej,2013).

Sebagai salah satu faktor resiko hipertensi, pada keadaan merokok pembuluh darah di

beberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan

yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap.

Pada saat itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh

darah meningkat. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Rokok juga akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di

ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Wardoyo, 1996). Merokok sebatang setiap

hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali

per menit (Sitepoe, 1997) Hal ini disebabkan oleh zat-zat berbahaya yang terkandung dalam

asap rokok seperti karbon monoksida (CO).

Data dari studi terkini membuktikan bahwa terdapat hubungan kuantitatif antara

merokok dengan berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner, kanker paru, kanker

usus, emfisema paru, penyakit vaskular perifer serta kematian neonatus (Dhala et al., 2004).

Penyakit-penyakit kronis akibat rokok seperti di atas dapat berujung kematian. Penyakit

kronis dan kematian dini akibat merokok banyak terjadi terutama di negara maju akan tetapi

sekarang dengan cepat wabah ini berpindah ke negara berkembang. Bila pada tahun 2000

hampir 4 juta orang meninggal akibat merokok, maka pada tahun 2020 akan meningkat

menjadi 7 dari 10 orang meninggal adalah karena merokok. Hal ini diperkirakan akan terjadi

di negara berpendapatan rendah dan menengah. Diestimasikan pada tahun 2030 mendatang

10 juta orang akan meninggal setiap tahunnya karena merokok (World Bank, 1999).

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada penduduk di Desa Wonorejo,

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang menunjukkan bahwa dari 19 orang penduduk laki-

Page 3: Bab i Pendahuluan

laki sebagai sampel survey, 84,2% penduduk merokok, sedangkan 56,25% penduduk yang

merokok mengalami hipertensi. Hal ini menjadi alasan dilakukannya penelitian mengenai

hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada penduduk laki-laki

berusia diatas 40 tahun di desa Wonorejo, kecamatan Singosari, kabupaten Malang.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi pada penduduk laki-laki umur 40 tahun ke atas di desa

Wonorejo, kecamatan Singosari, kabupaten Malang.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis adanya hubungan kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertensi pada penduduk berjenis kelamin laki-laki berusia 40 tahun keatas

di desa Wonorejo, kecamatan Singosari, kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menghitung prevalensi hipertensi pada penduduk usia 40 tahun keatas di desa

Wonorejo, kecamatan Singosari, kabupaten Malang.

2. Mengetahui jumlah penduduk usia 40 tahun keatas di desa Wonorejo, kecamatan

Singosari, kabupaten Malang yang memiliki kebiasaan merokok.

3. Menganalisis adanya hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada

penduduk berjenis kelamin laki-laki berusia 40 tahun keatas di desa Wonorejo,

kecamatan Singosari, kabupaten Malang.

Page 4: Bab i Pendahuluan

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Memberi informasi mengenai hubungan kebiasaan merokok terhadap

hipertensi.

Memberi informasi mengenai hubungan distribusi umur dengan hipertensi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna dan

dapat dijadikan masukan bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis

Memberi informasi kepada masyarakat bahwa ada risiko hubungan kebiasaan

merokok terhadap hipertensi.

Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang pola pikir adanya hubungan

antara kebiasaan merokok dengan hipertensi.