bab i pendahuluan

97
“PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMA 8 BANDA ACEH” Proposal Skripsi Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuh isyarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Mirza Irwansyah Ammary PROGRAM STUDI KIMIA

Upload: mirza-irwansyah-ammary

Post on 31-Dec-2015

201 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan

“PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA

MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMA 8 BANDA ACEH”

Proposal Skripsi

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas

dan memenuh isyarat-syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Mirza Irwansyah Ammary

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2013

Page 2: Bab i Pendahuluan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 11.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 41.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 41.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori................................................................................ 6

2.1.1 Model Pembelajaran Konflik Kognitif.................................... 6

2.1.2 Keterampilan Berpikir Kritis................................................... 9

2.13 Termokimia ............................................................................. 15

2.2 Hasil Renelitian yang Relevan ....................................................... 21

2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................... 23

2.4 Hipotesis ........................................................................................ 24

BAB III. Metodologi Penelitian

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 25

3.2.1 Tempat .................................................................................... 25

3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 25

Page 3: Bab i Pendahuluan

3.2.3 Objek Penelitian ..................................................................... 25

3.2.4 Subjek Penelitian .................................................................... 26

3.2 Prosedur Penelitian ........................................................................ 26

3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................... 27

3.6 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan ........................... 30

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32

LAMPIRAN .................................................................................................... 35

Page 4: Bab i Pendahuluan

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus kimia SMA kelas XI ...................................................... 35

Lampiran 2. RPP .............................................................................................. 36

Lampiran 3. Soal Test ...................................................................................... 40

Lampiran 4. Kisi-Kisi Butir Test...................................................................... 42

Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa.............................................. 45

Lampiran 6. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa................................................. 49

Lampiran 7.Angket Tanggapan Siswa.............................................................. 55

Lampiran 8. Kisi-kisi Soal ............................................................................... 60

Page 5: Bab i Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa memahami

konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan dengan penerapannya untuk

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi (Depdiknas, 2003).

Berdasarkan Tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa pemahaman konsep penting untuk

dikembangkan pada diri siswa. Oleh karena itu, pembelajaran kimia di SMA seharusnya

mampu membuat siswa memahami konsep dengan baik.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman mata

pelajaran kimia khususnya termokimia, salah satunya adalah adanya miskonsepsi baik

dalam pembelajaran maupun yang dialami oleh siswa (Pinar, 2009). Miskonsepsi yang

terdapat dalam materi termokimia anatar lain: siswa tidak bisa membedakan antara suhu

dan panas seperti halnya siswa mengklasifikasikan pembakaran lilin ke dalam reaksi

endoterm. Pada konsep yang berhubungan dengan reaksi pembakaran, siswa percaya

bahwa reaksi pembakaran selalu menghasilkan api atau nyala. Gambaran rendahnya

penguasaan konsep termokimia akibat miskonsepsi diperkuat oleh hasil penelitian

Kismarini (2011) yang menunjukan bahwa siswa SMA kelas XI mengalami miskonsepsi

pada konsep sistem, lingkungan, reaksi eksoterm dan endoterm. Lebih lanjut, ia

mengungkapkan miskonsepsi yang dialami siswa menimbulkan permasalahan

pembelajaran dalam termokimia. Siswa mengalami kesulitan dalam mengklasifikasi

Page 6: Bab i Pendahuluan

bahwa reaksi pemutusan ikatan merupakan reaksi endoterm sedangkan reaksi

pembentukan ikatan adalah reaksi eksoterm, dan beranggapan bahwa setiap reaksi

dengan oksigen termasuk persamaan termokimia dari perubahan entalpi pembakaran.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa

secara aktif. Salah satu caranya adalah pembelajaran dengan strategi konflik kognitif.

Strategi konflik kognitif akan menciptakan ketidakseimbangan yang mengantarkan pada

ketidakpuasan terhadap konsep yang sudah ada, dan pada akhirnya mengantarkan pada

kesiapan untuk menerima konsep baru. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan

untuk mengungkapkan dan mengkritisi hal yang berbeda dengan konsepsinya.

Dalam strategi konflik kognitif akan muncul pertentangan antara konsep yang

lama dan baru. Untuk memutuskan konsep mana yang akan dipertahankan atau diterima

maka diperlukan suatu keterampilan berpikir tinggi yaitu keterampilan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks menggunakan proses

mendasar berupa penalaran logis untuk menentukan apa yang harus diyakini dan

dilakukan (Costa, 1985). Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari

pihak lain, tapi juga melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan menangguhkan

keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan

didukung oleh bukti atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis,

akan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi benar

atau salah.

Selain itu, dalam kodisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan,

yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi sebagian intuisinya melalui

Page 7: Bab i Pendahuluan

proses asimilasi, (3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan

mengakomodasikan pengetahuan baru. Jika siswa memilih pilihan ketiga maka akan

terjadi perubahan konseptual pada diri siswa. Beberapa penelitia mengenai hubungan

antara strategi konflik kognitif dengan perubahan konseptual telah dilakukan. Zaeni dan

Noviyanti (2011) menyebutkan bahwa strategi konflik kognitif bisa memfasilitasi

perubahan konsepsi materi persamaan kimia dan laju reaksi dan mempunyai pengaruh

tidak langsung terhadap pengasaan konsep sains siswa.

Bertolak dari penjelasan yang telah dikemukakan, terdapat hubungan antara

keterampilan berpikir kritis dan perubahan koseptual. Dimana, untuk mengubah

pandangannya dan mengakomodasikannya membentuk pengetahuan baru, siswa

memerlukan suatu kemampuan untuk memberikan alasan, melibatkan sedikit dugaan

hingga dapat membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan fakta-fakta,

yang kesemuanya itu dirangkum dalam keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian

perubahan konseptual terjadi karena adanya kemampuan berpikir kritis.

. Dalam materi termokimia, tidak semua konsep bisa dijelaskan dengan

eksperimen. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang bisa mengakomodasi konflik

berupa konseptual. Hubungan antara model yang bisa mengakomodasi konflik kognitif,

perubahan konseptual dan keterampilan berpikir sangat perlu untuk diteliti. Hal ini yang

melandasi pengembangan model pembelajaran konflik kognitif untuk memfasilitasi

perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis pada materi

termokimia.

Page 8: Bab i Pendahuluan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis melakukan penelitian dengan

judul “Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia Kelas XI SMA 8

Banda Aceh”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rmasalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah model pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa pada materi termokimia?

2) Apakah model pembelajaran konflik kognitif dapat mengurangi miskonsepsi-

miskonsepsi yang muncul?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia?

2) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran konflik kognitif dapat mengurangi

miskonsepsi-miskonsepsi yang muncul?

Page 9: Bab i Pendahuluan

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat. Adapun

manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1) Bagi peneliti:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan inovasi

pengembangan bagi penelitian lain yang relevan

b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi untuk memfasilitasi

perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada

materi termokimia

2) Bagi siswa:

a. Membuat siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep termokimia secara

benar.

b. Menciptakan suasana belajar yang menyenagkan sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

3) Bagi guru:

a. Dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk memfasilitasi perubahan konseptual

dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa ketika melaksanakan

pembelajaran.

b. Membantu guru dalam merancang pembelajaran dengan materi yang minim akan

miskonsepsi.

Page 10: Bab i Pendahuluan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Konflik Kognitif

Konflik Kognitif adalah suatu situasi dimana kesadaran seorang individu

mengalami ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan tersebut didasari adanya kesadaran

akan informasi-informasi yang bertentangan dengan informasi yang dimilikinya yang

telah tersimpan dalam struktur kognitifnya (ismaimuza, 2010).

Pendekatan konflik kognitif diartikan sebagai seperangkat kegiatan pembelajaran

yang melibatkan siswa secara aktif untuk mengkomunikasikan dua atau lebih

rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik, agar

terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu

pengetahuan yang lebih tinggi, dengan melakukan reorganisasi pengetahuan yang telah

tersimpan dalam struktur kognitifnya dan adaptasi berupa proses asimilasi dan

akomodasi (Sugiyanta, 2008). Namun demikian, konflik kognitif juga dapat terjadi

dalam ranah lingkungan sosial. (Kismarini, 2011) menyebutkan bahwa konflik kognitif

dapat muncul ketika ada pertentangan pendapat atau pemikiran antara seorang individu

dengan individu lainnya pada lingkungan individu yang bersangkutan.

Page 11: Bab i Pendahuluan

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi konflik

kognitif merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa.

Strategi konflik kognitif merupakan suatu strategi belajar yang berlandaskan prinsip dan

teori belajar konstruktivisme.

Belajar dengan menggunakan strategi konflik kognitif menurut Dreyfus dalam

Bektiarso S (2000) lebih menitik beratkan pada anggapan bahwa untuk belajar suatu

konsep baru siswa haruslah secara aktif terlibat dalam proses pembentukan kembali dan

restrukturisasi pengetahuannya, sedangkan menurut Driver dan Leach (1993) yang

menyatakan bahwa konsepsi awal siswa berasal dari pengalaman dan mungkin berbeda

dengan konsepsi ilmiah. Konsepsi awal siswa merupakan sumber yang dapat

dikembangkan dan diperluas dalam pembelajaran.Ismaimuja (2010) berpendapat bahwa

ketika siswa berada dalam situasi konflik, maka siswa akan memanfaatkan kemampuan

kognitifnya dalam upaya menjastifikasi, menkonfirmasi atau melakukan verifikasi

terhadap pendapatnya. Artinya kemampuan kognitif siswa akan memperoleh

kesempatan untuk diberdayakan, disegarkan, atau dimantapkan, terutama jika siswa

tersebut masih terus melakukan upayanya. Sebagai contoh, siswa akan memanfaatkan

daya ingat dan pemahamannya pada suatu konsep kimia ataupun pengalamannya untuk

membuat suatu keputusan yang tepat. Dalam situasi tersebut, siswa dapat memperoleh

kejelasan dari lingkungannya, antara lain dari guru atau siswa yang lebih pandai

(scaffolding). Dengan kata lain, konflik kognitif pada diri seseorang yang direspon

dengan tepat atau posistif, maka dapat menyegarkan dan memberdayakan kemampuan

kognitif yang dimilikinya.

Page 12: Bab i Pendahuluan

Ada beberapa kelebihan dari pendekatan konflik kognitif, diantaranya adalah

dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari konsep konsep kimia,

melatih siswa berpikir kritis dan kreatif serta meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Berpikir adalah berbicara dengan diri kita sendiri dalam benak dan batin masing-masing

dari hal mempertimbangkan, merenungkan, mengamati, menganalisa, dan membuktikan

sesuatu serta menentukan hasilnya (Pramudya 2006). Sedangkan berpikir kritis sering

disebut berpikir mandiri, berpikir mempertimbangkan, atau berpikir mengevaluasi.

Muhfahroyin (2009) mengungkapkan kemampuan berpikir kritis merupakan proses

kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Jadi yang dimaksud dengan kemampuan

berpikir kritis adalah kemampuan berpikir peserta didik untuk membandingkan dua atau

lebih informasi dengan tujuan memperoleh pengetahuan melalui pengujian terhadap

gejala-gejala menyimpang dan kebenaran ilmiah. Kriteria kemampuan berpikir kritis

yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi berhipotesis, berasumsi, mengklasifikasi,

mengamati, mengukur, menganalisis, menarik kesimpulan, dan mengevaluasi.

Berikut adalah salah satu contoh langkah-langkah yang ditempuh guru dalam

penyajian program pembelajaran dengan strategi konflik kognitif.

a. Guru menyajikan suatu fenomena kimia yang sering dialami siswa dan menarik

siswa melalui kegiatan demonstrasi guru.

b. Guru meminta siswa untuk memberikan jawaban atas suatu fenomena untuk

menggali konsep (yang mungkin miskonsepsi) siswa.

Page 13: Bab i Pendahuluan

c. Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi dan

memberikan kesempatan pada siswa untuk melaksanakan eksperimen dan

mendiskusikan hasil eksperimen.

d. Berdasarkan hasil eksperimen dan diskusi siswa guru membimbing siswa untuk

menarik suatu kesimpulan dan memperbaiki miskonsepsi siswa.

Strategi mengajar dengan konflik kognitif ini sangat efektif digunakan guru untuk

memeotivasi belajar siswa dan memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran.

Dengan demikian konflik kognitif sangat bagus untuk digunakan pada kegiatan awal

pembelajaran. Disamping itu strategi ini dapat membantu siswa membentuk ide baru

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu, memberi kesempatan kepada siswa

untuk berfikir dan mengubah miskonsepsi siswa, dan menantang siswa untuk berfikir

dan memberikan rasa puas pada siswa ketika prediksi siswa sesuai dengan pengamatan.

2.1.2 Keterampilan Berpikir Kritis

1) Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir memiliki 3 definisi. Pertama, berpikir adalah mengutak-atik rumus.

Kedua, berpikir adalah mendefinisikan objek konkrit menjadi abstrak melalui

visualisasi. Ketiga, menarik kesimpulan dari realitis yang dipahami (Mahmud, 2005).

Sedangkan menurut Pramudya (2006), berpikir adalah berbicara dengan diri kita sendiri

Page 14: Bab i Pendahuluan

dalam benak dan batin masing-masing dari hal mempertimbangkan, merenungkan,

mengamati, menganalisa, dan membuktikan sesuatu serta menentukan hasilnya.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir

merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan teknik penyelesaian terhadap suatu

masalah dengan membuat suatu keputusan berdasarkan pertimbangan, renungan, analisa,

mengamati dan membuktikan suatu masalah yang harus dipecahkan.

Di antara proses berpikir salah satu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berpikir kritis. Berpikir kritis adalah membiasakan siswa menggunakan daya nalar

seperti mendesain sendiri strateginya, melakukan analisis, sintesis, serta mengevaluasi

suatu informasi, data, argumen, atau kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungannya

(Sulistyani, 2010).

Menurut (Robert, 2009), pemikiran kritis meliputi upaya mengidentifikasi

masalah, menimbang-nimbang bukti yang berlawanan, dan mengidentifikasi asumsi atau

kekeliruan dalam argumen. Pembelajaran berpikir kritis memerlukan latihan, siswa

banyak diberikan masalah, argumen logis dan tidak logis, masalah yang sah dan

menyesatkan. Sedangkan menurut (Liliasari, 2009), berpikir kritis merupakan bagian

dari pola berpikir kompleks/tingkat tinggi yang bersifat konvergen. Berpikir kritis

menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan

gagasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola

penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap

Page 15: Bab i Pendahuluan

posisi, serta memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas, dan

meyakinkan.

Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan bahwa berpikir kritis dapat diartikan

sebagai proses, maupun suatu kemampuan. Proses dan kemampuan tersebut untuk

memahami konsep, menerapkan, mensintesis, dan mengevaluasi masalah yang

ditemukan. Berpikir kritis juga dapat menerima atau menolak kesimpulan-kesimpulan

berdasar pengalaman, penilain dan keyakinan suatu masalah atau konsep.

Beyer dalam (Robert, 2009), mengidentifikasi 10 kemampuan berpikir kritis

yang dapat digunakan siswa dalam menilai keabsahan pernyataan atau argumen,

memahami konsep, dan seterusnya:

(1) Membedakan antara fakta variabel dan pernyataan nilai

(2) Membedakan informasi, pernyataan, atau alasan yang relevan dari yang tidak

relevan

(3) Menentukan ketepatan fakta pernyataan

(4) Menentukan kredibilitas sumber

(5) Mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu

(6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan

(7) Mendeteksi prasangka

(8) Mengidentifikasi kekeliruan logika

(9) Mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran

Page 16: Bab i Pendahuluan

(10) Menentukan kekuatan argumen atau pernyataan.

2) Ranah Kognitif

Aspek kepribadian peserta didik yang menjadi sasaran dalam penelitian ini

adalah sisi kognitif. Menurut (Krathwohl, 2002), taksonomi yang melibatkan daya

berpikir kritis termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif dibedakan atas enam

aspek sebagai berikut :

(1) Mengingat (remembering)

Mengingat merupakan ranah kognitif paling dasar. Mengingat yang akan

dilakukan hendaknya dikaitkan dengan pengetahuan yang lebih luas. Aspek ini

mencakup dua macam ranah yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat kembali

(recalling). Kata operasional mengingat artinya mengutip, menjelaskan,

menggambarkan, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, menandai,

dan menamai.

(2) Memahami (Understanding)

Memahami adalah menentukan makna pesan instruksional, termasuk lisan,

tertulis, dan komunikasi grafis. Aspek ini mencakup tujuh ranah kognitif yaitu

menafsirkan (interpreting), mencontohkan (exemplifying), menggolongkan (classifying),

meringkaskan (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing),

menjelaskan (explaining).

Page 17: Bab i Pendahuluan

(3) Menerapkan (applying)

Menerapkan adalah melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi

tertentu. Aspek ini mencakup dua macam ranah kognitif yaitu melaksanakan (executing)

dan menjalankan (implementing). Kata operasional menerapkan yaitu melaksanakan,

menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai,

menyelesaikan, dan mendeteksi.

(1) Menganalisis (analyzing)

Menguraikan informasi ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen

pembentuknya, memeriksa informasi tersebut untuk mengembangkan kesimpulan

dengan mengidentifikasi motif atau penyebabnya, dan menemukan bukti untuk

mendukung suatu generalisasi. Aspek ini mencakup tiga macak ranah kognitif yaitu

membedakan (differenting), mengatur (organizing), menghubungkan (attributing).

(2) Mengevaluasi (evaluating)

Mengevaluasi membuat suatu penilaian berdasarkan kriteria dan standar. Aspek

ini mencakup dua ranah kognitif yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik

(critiquing). Kata operasional mengevaluasi yaitu menyusun hipotesis, mengkritik,

memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, dan menyalahkan.

Page 18: Bab i Pendahuluan

(3) Mencipta (creating)

Mencipta adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan

atau membuat produk asli. Ada tiga macam ranah kognitif ini yaitu membuat,

merencanakan, dan memproduksi.

Penelitian ini hanya memfokuskan tiga jenjang ranah kognitif dari keenam

jenjang yaitu memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Penyusunan

soal dimulai dari C2 sebagai alat ukur kemampuan berpikir kritis karena C1 dianggap

terlalu mudah, sedangkan C5 dan C6 dianggap terlalu sukar untuk siswa.

Dalam strategi konflik kognitif akan muncul pertentangan antara konsep yang

lama dan baru. Untuk memutuskan konsep mana yang akan dipertahankan atau diterima

maka diperlukan suatu keterampilan berpikir tinggi yaitu keterampilan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks menggunakan proses

mendasar berupa penalaran logis untuk menentukan apa yang harus diyakini dan

dilakukan (Costa, 1985). Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari

pihak lain, tapi juga melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan menangguhkan

keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan

didukung oleh bukti atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis,

akan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi benar

atau salah.

Page 19: Bab i Pendahuluan

2.1.3 Termokimia

Termokimia merupakan ilmu yang mempelajari perubahan energi, khususnya

perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia. Perubahan kalor dinyatakan sebagai

perubahan entalpi.

1. Sistem dan Lingkungan

Contoh reaksi penguraian batu kapur menunjukkan bahwa berlangsungnya

reaksi tersebut disertai dengan penyerapan kalor. Kalor yang diperlukan untuk

membakar batu kapur dikatakan berasal dari lingkungan. Kalor tersebut diserap oleh

batu kapur, sehingga batu kapur dapat terurai menjadi kapur tohor dan gas karbon

dioksida. Ketiga zat yang terlibat dalam reaksi ini dinamakan sistem. Sistem

didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi pusat perhatian kita. Sistem merupakan

bagian dari alam semesta. Bagian lain dari alam semesta yang tidak termasuk sistem

dinamakan lingkungan. Jadi segala sesuatu yang berada di luar sistem dan

mempengaruhi sistem dinamakan lingkungan.

SISTEM

Sesuatu yang diamati Perubahan kalornya

LINGKUNGAN

Segala sesuatu diluar sistem dan mempengaruhi

sistem

Page 20: Bab i Pendahuluan

Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan :

a. Sistem Terbuka

Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadi pertukaran kalor

dan zat (materi) antara lingkungan dan sistem.

b. Sistem Tertutup

Sistem tertutup adalah suatu sistem yang antara sistem dan lingkungan terjadi

pertukaran kalor, tetapi tidak dapat terjadi pertukaran zat (materi).

c. Sistem Terisolasi

Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak memungkinkan terjadinya pertukaran

kalor dan zat (materi).

2. Energi dan Entalpi

Bila suatu sistem mengalami perubahan dan dalam perubahan tersebut menyerap

kalor, maka sebagian energi yang diserap tersebut digunakan untuk melakukan kerja

(w). Misalnya dalam pemuaian gas, kerja tersebut digunakan untuk melawan tekanan

udara di sekitarnya. Sebagian lain dari energi tersebut disimpan dalam sistem tersebut

yang digunakan untukgerakan atom-atom atau molekul-molekul serta mengatur interaksi

antar molekul tersebut. Bagian energi yang disimpan ini disebut dengan energi dalam

(U).

Page 21: Bab i Pendahuluan

Reaksi kimia pada umumnya merupakan sistem terbuka (bertekanan tetap). Oleh

karena itu pada proses yang melibatkan volum, ada kerja yang menyertai proses tersebut

yang walaupun kecil tapi cukup berarti. Menurut hukum kekekalan energi (hukum

termodinamika 1) hal tersebut harus diperhatikan. Oleh karena itu perlu suatu fungsi

baru (besaran baru) yang disebut entalpi (H), yang berhubungan dengan perubahan kalor

dan tekanan tetap.

Dari hukum termodinamika I didapat bahwa,

Dan perubahan entalpi dapat dinyatakan dengan persamaan,

Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa bila reaksi dilakukan pada

tekanan tetap maka perubahan kalor yang terjadi akan sama dengan perubahan entalpi

sebab perubahan tekanannya nol.Jadi besarnya entalpi sama dengan besarnya energi

dalam yang disimpan di dalam suatu sistem. Sehingga dapat disimpulkan bahwa entalpi

(H) merupakan energi dalam bentuk kalor yang tersimpan dalam suatu sistem, disebut

juga sebagai kandungan panas atau isi panas atau sistem.

3. Perubahan Entalpi

Sistem dapat mengalami perubahan karena berbagai hal misalnya perubahan

volum dan perubahan tekanan dapat disertai pula perubahan kalor, demikian pula

H = U + PV

ΔH = ΔU + Δ(PV)

Page 22: Bab i Pendahuluan

sebaliknya. Bila sistem mengalami perubahan pad atekanan tetap, maka besarnya

perubahan kalor disebut Perubahan entalpi (ΔH). Jika suatu reaksi berlangsung pada

tekanan tetap, maka perubahan entalpinya sama dengan kalor yang harus dipindahkan

dari sistem ke lingkungan atau ebaliknya agar suatu sistem kembali pada keadaan

semula.

Besarnya perubahan entalpi suatu sistem dinyatakan sebagai selisih besarnya

entalpi sistem setelah mengalami perubahan denan besarnya entalpi sistem sebelum

mengalami perubahan yang dilakukan pada keadaan tetap.

Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh jumlah zat,

keadaan fisis dari zat tersebut, suhu dan tekanan.

4. Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm

Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari

sistem ke lingkungan. Dalam hal ini sistem melepas kalr ke lingkungan. Pada reaksi

eksoterm umumnya suhu sistem naik, adanya kenaikan suhu inilsh yang mengakibatkan

sistem melepas kalor ke lingkungan.

Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari

lingkungan ke sistem. Dalam reaksi ini kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya.

ΔH = q p

ΔH = HAkhir - Hawal

Page 23: Bab i Pendahuluan

Pada reaksi endoterm umumnya ditunjukkan oleh adanya penurunan suhu. Adanya

penurunan suhu inilah yang mengakibatkan terjadinya penyerapan kalor oleh sistem.

Bila perubahan entalpi sistem dirumuskan,

Maka dalam reaksi eksoterm yang berarti sistem melepas kalor, berlaku

dan

Hal yang serupa terjadi pada reaksi endoterm,

Sehingga

5. Persamaan Termokimia

Persamaan termokimia menggambarkan suatu reaksi yang disertai informasi

tentang perubahan entalpi (kalor) yang menyertai reaksi tersebut.

Pada persamaan termokimiaterpapar pula jumlah zat yang terlibat reaksi yang

ditunjukkan oleh koefisien reaksi dak keadaan (fasa) zat yang terlibat reaksi.

Contoh :

Pada tekanan 1mol air dari gas hydrogen dengan oksigen pada 298 K, 1 atm

dilepaskan kalor sebesar 285,5 kJ

H < 0 (berharga negatif)H akhir < H awal

ΔH = H akhir- H awal

H akhir > H awal H > 0 (berharga negatif)

Page 24: Bab i Pendahuluan

Persamaan termokimia dari pernyataan tersebut adalah :

H2 (g) + ½ O2 (g) → H2O (l) ΔH = -285,5 kJ

6. Perubahan Entalpi Standar (ΔHo)

Keadaan standar pengukuran perubahan entalpi adalah pada suhu 298 K dan tekanan

1 atm. Keadaan standar ini diperlukan karena pengukuran pada suhu dan tekanan yang

berbeda akan menghasilkan harga perubahan entalpi yang berbeda pula.

Berikut beberapa perubahan entalpi standar, yaitu :

a. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (ΔHof)

Perubahan entalpi pembentukan standar (Standard enthalpy of formation)

merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1mol suatu

senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar.

b. Perubahan Entalpi Peruraian Standar (ΔHod)

Perubahan entalpi peruraian standar (Standard enthalpy of decomposition)

adalah perubahan entalpi yang terjadi pada peruraian 1mol suatu senyawa

menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar.

c. Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (ΔHoc)

Perubahan entalpi pembakaran standar (Standard enthalpy of combustion) adalah

perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1mol suatu zat secara sempurna.

Page 25: Bab i Pendahuluan

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil – hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi

yang diteliti. Fungsinya untuk memposisiskan penelitian yang sudah ada dengan

penelitian yang dianggap relevan.

(Effendi, 2000) melakukan penelitian terhadap mahasiswa semester genap

Universitas Negeri Malang bahwa strategi konflik kognitif dapat meningkatkan

pemahaman konsep kimia dan mengurangi terjadinya kesalahan pemahaman. Selain itu,

penerapan strategi konflik kognitif juga dilakukan di SMA Wahid Hasyim Kotamadya

Malang oleh (Kadim Maskjur, 1990). Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa

pengajaran kimia melalui konflik kognitif lebih efektif daripada pengajaran

konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep dan meluruskan kesalahan

konsep kimia. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa hasil perbaikan miskonsepsi

melalui pengajaran konflik kognitif mampu bertahan lebih lama dalam struktur kognitif

siswa.

Model konflik kognitif materi termokimia mampu meningkatkan 3 indikator

berpikir kritis yaitu (1) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,

(2) mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, dan (3) menentukan hasil

pertimbangan (Sustisna, 2013), kemudian dalam peneletiannya juga implementasi

pembelajaran model konflik kognitif pada materi termokimia mampu dilaksanakan

dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran, Dampak implementasi model

Page 26: Bab i Pendahuluan

konflik kognitif pada pokok bahasan termokimia secara keseluruhan mampu

memfasilitasi perubahan konseptual. Pada indikator hokum kekekalan energy sebanyak

89% siswa mengalami peningkatan dan 11% siswa tidak mengalami perubahan

konseptual. Pada indikator sistem dan lingkungan sebanyak 43% siswa mengalami

peningkatan, 36% tidak mengalami perubahan dan 25% mengalami penurunan kategori

perubahan konseptual. Pada indikator jenis-jenis sistem sebanyak 89% siswa mengalami

peningkatan dan 11% siswa tidak mengalami perubahan konseptual. Pada indikator

reaksi eksoterm dan endoterm sebanyak 71% siswa mengalami peningkatan, 25% tidak

mengalami perubahan dan 4% mengalami penurunan kategori pada perubahan

konseptual.

Dalam pembelajaran konflik kognitif ini siswa yang berperan aktif, guru hanya

bertindak sebagai fasilisator dan mediator dalam pembelajaran. Siswa diberikan

kebebasan untuk mengutarakan pendapat dalam menyelesaikan permasalahan konsep

yang dihadapi sehingga kemampuan berpikir mereka dapat berjalan secara optimal.

Dalam pembuktian konsep-konsep yang salah siswa langsung diberikan pengalaman

berupa demonstrasi sehingga mereka merasa antusias dan tidak bosan selama mengikuti

pembelajaran di kelas (Setyowati, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan diatas, dapat disimpulkan bahwa

melalui model pembelajaran konflik kognitif mampu meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa dan mampu memfasilitasi perubahan konseptual pada materi

termokimia.

Page 27: Bab i Pendahuluan

2.3 Kerangka Berpikir

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman mata

pelajaran kimia khususnya termokimia, salah satunya adalah adanya miskonsepsi baik

dalam pembelajaran maupun yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu

pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Salah satu caranya adalah

pembelajaran dengan strategi konflik kognitif yang diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa. Strategi konflik kognitif akan menciptakan

ketidakseimbangan yang mengantarkan pada ketidakpuasan terhadap konsep yang

sudah ada, dan pada akhirnya mengantarkan pada kesiapan untuk menerima konsep

baru. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan dan

mengkritisi hal yang berbeda dengan konsepsinya.

Guru belum menggunakan model pembelajaran konflik

kognitif

Tindakan

Siklus I : Menggunakan model pembelajran konflik

kognitif secara kelompok

Kemampuan keterampilan berpikir

kritis siswa rendah

Kondisi Awal

Siklus II : Menggunakan model pembelajran konflik

kognitif secara individu

Kemampuan keterampilan berpikir siswa meningkat

Kondisi akhir

Guru menggunakan model pembelajaran

konflik kognitif

Page 28: Bab i Pendahuluan

2.4 Hipotesis

Berdsarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

“Pengembangan model pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa pada materi termokimia kelas XI SMA 8 Banda aceh”.

Page 29: Bab i Pendahuluan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 8 Banda Aceh yang berlokasi di

Gampong Lampieneung Kota Banda Aceh memiliki ruang kelas yang memadai

dan ukurannya sesuain untuk pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM).

Sekolah ini juga memiliki fasilitas yang sangat mendukung kegiatan belajar

mengajar seperti perpustakaan, laboraturium IPA (kimia, fisika dan biologi),

lapangan volley, futsal dan basket, serta ruangan bimbingan pendidikan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada SMA Negeri 8 Banda Aceh kelas XI

IPA semester II tahun ajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang

yang terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan 14 orang siswa laki-laki.

3. Objek Penelitian

Adapun sebagai objek dalam penelitian ini yaitu pengasaan konsep dan

prestasi belajar siswa berupa objek kognitif dan Aktivitas siswa (afektif) dengan

menggunakan model pembelajaran konflik kognitif.

Page 30: Bab i Pendahuluan

4. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive yaitu menentukan

sampel dengan cara mengambil subjek dengan pertimbangan tertentu yang

dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2005). Sebagai

subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Banda

Aceh. Dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang yang terdiri dari 16 orang siswa

perempuan dan 14 orang siswa laki-laki. Penentuan subjek penelitian

berdasarkan pertimbangan waktu penelitian dan disesuaikan dengan materi

pembelajaran yang diambil dalam penelitian.

3.2 Prosedur Penelitian

1. Refleksi Awal

a) Situasi awal sebelum pelaksanaan siklus

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat

pemahaman mata pelajaran kimia khususnya termokimia, salah satunya

adalah adanya miskonsepsi baik dalam pembelajaran maupun yang dialami

oleh siswa (Pinar, 2009). Miskonsepsi yang terdapat dalam materi termokimia

anatar lain: siswa tidak bisa membedakan antara suhu dan panas seperti

halnya siswa mengklasifikasikan pembakaran lilin ke dalam reaksi endoterm.

Pada konsep yang berhubungan dengan reaksi pembakaran, siswa percaya

bahwa reaksi pembakaran selalu menghasilkan api atau nyala, hal tersebut

Page 31: Bab i Pendahuluan

juga tidak terlepas dari lemahnya kemamouan siswa dalam memecahkan soal-

soal kimia, menurunnya motivasi siswa yang disebabkan oleh penerapan

model pembelajaran yang monoton dan sistem pembelajaran yang berpusat

pada guru.

b) Rencana tindakan yang akan dilakukan

Bertolak dari situasi awal diatas diperlukan suatu pembelajaran yang

dapat melibatkan siswa secara aktif. Salah satu caranya adalah pembelajaran

dengan strategi konflik kognitif. Strategi konflik kognitif akan menciptakan

ketidakseimbangan yang mengantarkan pada ketidakpuasan terhadap konsep

yang sudah ada, dan pada akhirnya mengantarkan pada kesiapan untuk

menerima konsep baru. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan

untuk mengungkapkan dan mengkritisi hal yang berbeda dengan konsepsinya.

2. Siklus

a) Perencanaan

1. Mengajukan surat izin penelitian

2. Menyusun jadwal penelitian

3. Menganalisis KI/KD yang akan dicapai

4. Mempersiapkan Silabus dan RPP

5. Menyusun LKS dan soal-soal latihan

6. Menyiapkan format lembar observasi (catatan harian) untuk melihat

bagaimana kegiatan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

7. Membentuk kelompok heterogen

8. Menyusun soal tes akhir siklus I beserta pedoman penilaiannya

Page 32: Bab i Pendahuluan

b) Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai RPP (Lampiran 2) dan silabus

(Lampiran 3) yang telah disusun. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan

tentang perbedaan sistem dan lingkungan, reaksi eksoterm dan endoterm, dan

persamaan termokimia. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan Pembedaan

entalpi pembentukan standard, entalpi penguraian standard dan entalpi

pembakaran standard. Selanjutnya setiap kelompok diberikan LKS dan pada

akhir pembelajaran pertemuan dibagikan angket untuk mengetahui respon

siswa terhadap penerapan model konflik kognitif. Pertemuan selanjutnya

untuk mengetahui penguasaan konsep materi, semua siswa diberikan tes soal

berupa pilihan berganda yang diambil dari kumpulan paket soal dan

pembahasan kimia setiap tahunnya.

Secara umum tahap ini merupakan pelaksanaan dari semua hal yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan dan direalisasikan dalam kegiatan

pembelajaran kelas.

c) Observasi pengamatan

1) Hasil observasi

Pada pertemuan tentang perbedaan sistem dan lingkungan, reaksi

eksoterm dan endoterm, dan persamaan termokimia observasi dilakukan

terhadap keaktifan siswa dan pemahaman konsep pada siswa, dan untuk

hasil observasi penelitian ini ditulis pada catatan harian.

2) Fokus pengamatan

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus pengamatan selama

penelitian berlangsung yaitu pada aktifitas siswa, kemajuan yang dicapai,

kendala yang dialami, penguasaan konsep, dan hal-hal menarik lainnya

selama proses pembelajaran berlangsung.

Page 33: Bab i Pendahuluan

d) Refleksi

1) Menganalisis setiap perilaku yang ditampilkan oleh siswa selama proses

pembelajaran berlangsung

2) Menganalisis kemajuan-kemajuan yang telah dicapai siswa serta upaya

mempertahankan kemajuan tersebut

3) Mengkaji penyebab terjadinya hambatan-hambatan yang muncul saat

tindakan dilakukan

4) Merencanakan perbaikan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

3.3 Teknik Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik pengumpulan data

a) Sumber data

Adapun sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah siswa

dan proses belajar menagajar.

b) Jenis data

Jenis data yaitu terdiri dari data kualitatif yang merupakan (hasil

belajar dan observasi terhadap pembelajaran) dan data kuantitatif yang

merupakan data hasil evaluasi pada setiap akhir siklus.

c) Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

1) Data tentang situasi belajar mengajar dari hasil observasi.

2) Data hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan tes evaluasi atau

ulangan pada setiap akhir siklus.

3) Data tentang penerapan model konflik kognitif apakah cocok digunakan

dengan cara memberikan angket pada setiap siswa.

2. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar

menguasai konsep siswa adalah instrumen tes hasil belajar berupa pilihan ganda,

Page 34: Bab i Pendahuluan

dan untuk menjaring data kreativitas siswa digunakan lembar observasi yang

dilakukan oleh observer.

3.4 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan

1. Teknik analisis data

Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis

statistik deskriptif. analisis statistik digunakan untuk

memperoleh data statistik tentang hasil penerapan model

konflik kognitif pada materi termokimia. Data penelitian

tersebut adalah sebagai berikut:

a) Aktivitas dan Afektif Siswa

Data aktifitas dan afektif siswa dalam pembelajaran kimia

dengan menerapkan model pendekatan kontekstual

dianalisis dengan rumus persentase. Data yang diperoleh

dari pengamatan akan dianalisis berdasarka hasil skor rata-

rata pengamatan. Data ini dianalisis dengan menggunakan

rumus yang dikemukakan oleh Rismayani (2010) sebagai

berikut:

Nilai = ( skor pengamat1+skor pengamat 2 )

2total skor maksimal

X 100%

Page 35: Bab i Pendahuluan

Hasil belajar siswa yg diperoleh kemudian dibandingkan

dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) di sekolah

SMAN 8 Banda Aceh yaitu 67. Perbandingan ini dilakukan

untuk melihat ketuntasan belajar siswa secara individual.

Hasil belajar siswa setelah menggunakan model konflik

kognitif dapat dianalisis menggunakan statistic deskriptif

persentase dengan rumus sebagai berikut :

P = fN x 100

Keterangan : P = angka persentase f = jumlah frekuensi ( jumlah siswa yang tuntas ) N= jumlah keseluruhan objek (jumlah seluruh

siswa) (Sudijono, 2003)

2. Kriteria keberhasilanUntuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa melalui

tes formatif selama kegiatan belajar mengajar dalam penerapan

model pembelajaran pendekatan kontekstual dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus dalam Tim Pustaka Yustisia

(2008):

Nilai =Banyaknya jawabanbenar

Banyaknya soalX 100

Page 36: Bab i Pendahuluan

Maka dianalisis ketuntasan secara klasikal dengan rumus

persentase menurut muspita (2011) adalah:

P = Jumlah siswa yang tuntasJumlah siswakeseluruhan

X 100%

Persentase siswa yang telah mencapai ketuntasan secara klasikal pada

masing-masing siklus minimal 85%.

DAFTAR PUSTAKA

Bektiarso, S. 2000. Pentingnya Konsepsi Awal dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal

Saintifika Vol 1 No. 1. Jember: FKIP Universitas Jember

Chang, R (2005) Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Depdiknas. 2003. Silabus KTSP. Dirjen Dikdasmen

Efendi. 2000. Upaya untuk Mengatasi Kesalahan Konsep dalam Pengajaran Kimia

dengan Menggunakan strategi Konflik kognitif. Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Negeri Malang. Malang.

Ismaimuja (2009). Kemampuan berfikir kritis dan kreatif matematis siswa SMP melalui

pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif. Disertasi

doktoral yang tidak dipublikasikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Page 37: Bab i Pendahuluan

Kang, et al (2010). Cognitive Conflict and Situational Interst as factors Influencing

Conceptual Change. International ournal of Environment and Science Education.

5, (4), 383-405.

Kismarini, H (2011). Identifikasi dan Reduksi Miskonsepsi pada Materi Pokok

Termokimia Menggunakan Pembelajaran Kimia Konstektual. Tesis Magister

SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Pinar (2009). Facilitating Conceptual Change in Gases Concept. Journal of Science and

Education, 18, 130-137

Pramudya, S. Ahmad. 2006. Menumbuhkan Kematangan Berpikir. Jakarta: Edsa

Mahkota.

Rumalang. R (2010) Konflik Kognitif Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran

Strategi Belajar. ISSN: 277-272-1 mei 2010

Setyowati. A (2011) Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran

Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII.

ISSN: 1693-1246 juli 2011

Subali, dan Mosik. (2011) Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam

Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

SMP Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) hlm. 89-96, Juli

2011.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Page 38: Bab i Pendahuluan

Sustina. A (2013) Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif untuk

Memfasilitasi Perubahan Konseptual dan Peningkatan Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa pada Materi Termokimia. Tesis : UPI

.Trianto. (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Yunus. M (2008) Perbandingan Strategi Konflik Kognitif dengan Strategi Konvensional

terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makasar. Jurnal

Chemical Vol 9 Nomor 2 Desember 2008

Zaeni, JRJ (2011). Fasilitasi Perubahan Konsepsi pada Pembelajaran Persamaan

Kimia Melalui Strategi Konflik Kognitif. Skripsi Mahasiswa UPI Bandung. Tidak

Diterbitkan

Page 39: Bab i Pendahuluan

Lampiran 1

SILABUS KIMIA

Kelas/Semester : XI/2

Standar Kompetensi : 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya

Alokasi Waktu : 5 X 45 menit

Kompetensi Dasar Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator PenilaianAlokasi Waktu

Sumber/

Bahan/ Alat

2.1.Mendeskripsikan entalpi suatu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

Entalpi pembentukan, penguraian dan pembakaran

Mendiskusikan system dan lingkungan secara berkelompok

Mendiskusikan reaksi eksoterm dan endoterm secara berkelommpok

Mengkaji entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian standar, entalpi pembakaran standar secara berkelompok

mengerjakan soal tentang reaksi eksoterm dan endoterm secara mandiri

Mengerjakan soal-soal entalpi pembentukan, penguraian dan pembakaran standar

Membedakan sistem dan lingkungan

Membedakan reaksi eksoterm dan endoterm

Menuliskan persamaan termokimia

Membedakan entalpi pembentukan standard, entalpi penguraian standard dan entalpi pembakaran standard

Jenis tagihan - tugas individu

- ulangan

Bentuk instrumen - tes tertulis

- PR

5 JP Sumber - buku kimia

Jauhari,J.M.C dan Rahmawati.2008.Kimia Untuk SMA dan MA kelas 2. Jakarta: Erlangga

Bahan - lembar kerja siswa

Alat -LCD

-komputer

Page 40: Bab i Pendahuluan

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

NAMA SEKOLAH : SMA Negeri 8 Banda AcehKELAS / SEMESTER : XI /2MATA PELAJARAN : KIMIAJUMLAH PERTEMUAN : 5 JP (2x pertemuan)

A. STANDAR KOPETENSI

2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya

B. KOMPETENSI DASAR2.1. Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi. Reaksi Eksoterm dan

Endoterm

C. INDIKATOR OEMBELAJARAN KOPETENSI Membedakan sistem dan lingkungan Membedakan reaksi eksoterm dan endoterm Menuliskan persamaan termokimia Membedakan entalpi pembentukan standard, entalpi penguraian standard dan entalpi

pembakaran standard

D. TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa mampu membedakan system dan lingkungan Siswa mampu membedakan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm Siswa mampu membedakan entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian standar,

entalpi pembakaran standar.

E. MATERI AJAR Sistem dan Lingkungan Reaksi Eksoterm dan Endoterm Entalpi pembentukan, penguraian dan pembakaran

F. METODE PEMBELEJARAN1. Metode : Konflik Kognitif2. Pendekatan : Induktif, Konstektual3. Model : STAD dan Number Head Together (NHT)

Pertemuan 1 (3 x 45 menit)

Page 41: Bab i Pendahuluan

No Kegiatan BelajarWaktu

(menit)

Aspek life Skill yang

Dikembangkan

1 Pendahuluan- Guru memberi salam- Siswa berdoa sebelum belajar- Guru mengapsen kehadiran siswa- Menanyakan kabar siswa – dengan fokus pada

mereka yang tidak datang dan/atau yang pada pertemuan sebelumnya tidak datang

- Siswa mendengar/menjawab apersepsi yang disampaikan oleh guru: Mengingatkan kembali tentang pengertian energi

- Siswa mendengarkan/menjawab motivasi yang disampaikan oleh guru : Dapatkah energi berubah dari satu bentuk ke bentuk lain? Berikalah contohnya!

- Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

20 - Disimplin- Ceramah

2 Kegiatan Inti- Siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagi

sebelumnya. Setiap siswa dalam kelompok lebih kurang empat secara heterogen

- Guru menyediakan materi pelajaran dan menjelaskan materi tentang energi

- Setiap siswa diberikan LKS oleh guru- Setiap siswa yang ada didalam kelompok mempunyai

tanggung jawab yang sama, dimana setiap anggota harus mampu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti

- Guru memberi pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. Skor kelompok diproleh dari penjumlahan nilai jawaban anggota.

- Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami- Siswa memdengar penguatan dari guru terhadap hasil

diskusi siswa.

95 - Disiplin- Ceramah - Kerjasama- Tanya jawab- Diskusi- Potensi diri- Uji diri- Mandiri

3 Penutup- Siswa bersama guru membuat kesimpulan/rangkuman- Guru dan siswa melakukan refleksi- Kelompok yang baik diberi penghargaan oleh guru

20

- Pengendalian diri

- Mandiri

Page 42: Bab i Pendahuluan

No Kegiatan BelajarWaktu

(menit)

Aspek life Skill yang

Dikembangkan

- Memberitahukan kepada siswa tentang materi pertemuan selanjutnya dan menugaskan siswa untuk membacanya

Pertemuan 2 (2 x 45 menit)

No Kegiatan BelajarWaktu

(menit)

Aspek life Skill yang

Dikembangkan

1 Pendahuluan- Guru member salam- Siswa berdoa sebelum belajar- Menanyakan kabar siswa – dengan fokus pada

mereka yang tidak datang dan/atau      yang pada pertemuan sebelumnya tidak datang

- Siswa mendengar/menjawab apersepsi yang disampaikan oleh guru: Mengingatkan kembali tentangenergi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

- Siswa mendengarkan/menjawab motivasi yang disampaikan oleh guru : Mengapa entalpi dibentuk 1 mol? dan dibentuk dari unsurnya dalam bentuk standar?

- Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

15 - Disimplin- Ceramah

2 Kegiatan Inti- Siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagi

sebelumnya. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor

- Guru menyediakan materi pelajaran, dan menjelaskan materi tentang entalpi reaksi

- Setiap siswa diberikan LKS, berdasarkan nomor- Siswa bisa bekerjasama antar kelompok, siswa yang

yang bernomor sama dengan kelompok yang lain bisa bekerjasama.

- Siswa melaporkan hasil diskusi/tanggapan-tanggapan

65 - Disiplin- Ceramah - Kerjasama- Tanya jawab- Diskusi- Potensi diri- Uji diri- Mandiri

Page 43: Bab i Pendahuluan

No Kegiatan BelajarWaktu

(menit)

Aspek life Skill yang

Dikembangkan

dari siswa yang bernomor sama dari kelompok lain kepada kelompoknya

- Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami- Siswa memdengar penguatan dari guru terhadap hasil

diskusi siswa.

3 Penutup- Siswa bersama guru membuat kesimpulan/rangkuman- Guru dan siswa melakukan refleksi

- Kelompok yang baik diberi penghargaan oleh guru- Memberitahukan kepada siswa tentang materi

pertemuan selanjutnya dan menugaskan siswa untuk membacanya

10

- Pengendalian diri

- Mandiri

H. Sumber Belajar :

Anshory, Irfan. 1999. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Johari, J.M.C dan M. Rachmawati. 2004. Untuk Kimia SMA Kelas X. Jakarta: Esis.

Purba, Michael. 2004. Buku Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Lampiran 3

Page 44: Bab i Pendahuluan

SOAL TES

Nama :

Kelas :

Pelajaran :

1. Berdasarkan jenis interaksinya dengan lingkungan, system kimia dibedakan atas sistem terbuka, siatem tertutup dan sistem terisolasi. Apakah perbedaan system tersebut?

............................................................................................................

.............

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

2. Berikan dua contoh reaksi endoterm dan reaksi eksoterm!

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

Page 45: Bab i Pendahuluan

................................................................................................................

.........

3. Sebutkan ciri-ciri reaksi eksoterm?

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

4. Agar belerang dan udara dapat bereaksi dalam pembakaran dengan udara diperlukan sejumlah panas, setelah reaksi timbul panas kembali. Hal ini terjadi karena :a. Reaksi endoterm yang memerlukan energi aktivasib. Reaksi yang bersifat endotermc. Gabungan reaksi eksoterm dan endotermd. Reaksi yang menghasilkan kalor

5. Diantara persamaan termokimia berikut yang perubahan entalpinya dapat dikatakan sebagai entalpi pembentukan adalah …..a. 2H(g) + O(g) H2O(l)b. H+(aq) + OH- (aq) H2O(l)c. C(s) + 2H2(g) C2H4 (l)d. 2H2(g) + O2(g) 2H2O(g)e. 2C(s) + 3H2(g) + ½ O2 C2H6O(l)

Page 46: Bab i Pendahuluan

6. Reaksi Fe2O3 + Al2O3 + 2Fe H= -183 kkal, pada reaksi di atas, -183 kkal adalah?a. Perubahan entalpi reaksi Fe2O3 dengan Alb. Perubahan entalpi pembentukan Al2O3

c. Perubahan entalpi penguraian Fe2O3

d. Perubahan entalpi pembakaran Ale. Perubahan entalpi pembentukan Fe

Page 47: Bab i Pendahuluan

Lampiran 4

KISI-KISI BUTIR TES

Indikator Soal Kriteria Jawaban Skor RujukanSiswa mampu membedakan antara sistem dan lingkungan

5. Berdasarkan jenis interaksinya dengan lingkungan, system kimia dibedakan atas sistem terbuka, siatem tertutup dan sistem terisolasi. Apakah perbedaan system tersebut?

1. Sistem terbuka : Terjadi pertukaran materi dan energi

Sistem tertutup : Terjadi pertukaran energy tetapi tidak pertukaran materi

Sistem terisolasi: Tidak terjadi pertukaran materi maupun energi

10Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.

.Siswa mampu membedakan reaksi eksoterm dan endoterm

2. Berikan dua contoh reaksi endoterm dan reaksi eksoterm!

6. Contoh reaksi eksoterm :a. S(s) + O2(g) SO2(g)

ΔH = -300kJ

b. N2(g) 3H2(g) 2NH3 (g) ΔH = -92kJ

Contoh reaksi endoterm :a. N2O4(g) 2NO2(g)

ΔH = +58kJb. 2C(s) + H2(g) C2H2(g)

ΔH = + 225kJ

10 Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.

7. Sebutkan ciri-ciri reaksi eksoterm? 3. Ciri-ciri reksi eksoterm adalah: 15 Rachmawati

Page 48: Bab i Pendahuluan

a. Kalor mengalir dari system ke lingkungan

b. Entalpi produk lebih kecil dari pada entalpi pereaksi

c. Perubahan entalpinya bertanda negative

d. Menyebabkan keneikan suhu lingkungan sekitar

. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.

4. Agar belerang dan udara dapat bereaksi dalam pembakaran dengan udara diperlukan sejumlah panas, setelah reaksi timbul panas kembali. Hal ini terjadi karena :e. Reaksi endoterm yang memerlukan

energi aktivasif. Reaksi yang bersifat endotermg. Gabungan reaksi eksoterm dan

endotermh. Reaksi yang menghasilkan kalori. Reaksi eksoterm yang memerlukan

energi aktivasi

4. E. Reaksi eksoterm yang memerlukan energi aktivasi

20 Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.

Siswa dapat menuliskan persamaan termokimia

7. Diantara persamaan termokimia berikut yang perubahan entalpinya dapat dikatakan sebagai entalpi pembentukan adalah …..f.2H(g) + O(g) H2O(l)

5. E. 2C(s) + 3H2(g) + ½ O2 C2H6O(l)

20 Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA

Page 49: Bab i Pendahuluan

g. H+(aq) + OH- (aq) H2O(l)h. C(s) + 2H2(g) C2H4 (l)i.2H2(g) + O2(g) 2H2O(g)j.2C(s) + 3H2(g) + ½ O2 C2H6O(l)

kelas 1. Jakarta: erlangga.

Siswa dapat Membedakan entalpi pembentukan standard, entalpi penguraian standard dan entalpi pembakaran standard

8. Reaksi Fe2O3 + Al2O3 + 2Fe H= -183 kkal, pada reaksi di atas, -183 kkal adalah?f. Perubahan entalpi reaksi Fe2O3

dengan Alg. Perubahan entalpi pembentukan

Al2O3

h. Perubahan entalpi penguraian Fe2O3

i. Perubahan entalpi pembakaran Alj. Perubahan entalpi pembentukan Fe

6. A. Perubahan entalpi reaksi Fe2O3 dengan Al

25 Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.

Page 50: Bab i Pendahuluan
Page 51: Bab i Pendahuluan

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Nama Sekolah : SMAN 8 Banda Aceh

Mata Pelajaran : KIMIA

Kelas/Semester : XI/2

Materi : Termokimia

Pertemuan : Pertama (1)

Hari/Tanggal :

A. PENGANTAR

Kegiatan observasi yang dilakukan bertujuan untuk

mengamati kegiatan pembelajaran siswa (aktivitas siswa). Aktivitas

yang perlu diperhatikan adalah kegiatan siswa dalam pembelajaran

bukan menilai kemampuan guru atau kualitas guru dalam

melakukan pembelajaran.

B. PETUNJUK

Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai

dengan pilihan bapak/ibu pengamat, dengan kriteria penilaian

terlampir bersama dengan lembar observasi ini.

C. LEMBAR PENGAMATANNo

Aspek yang dinilai NILAI1 2 3 4

1. Kegiatan awala. Engagement Siswa tenang dan menyimak

penjelasan guru. Siswa menjawab pertanyaan yang

Page 52: Bab i Pendahuluan

diajukan guru. Siswa dapat memperkirakan atau

membuat prediksi tentang materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan intib. Eksploration Siswa membentuk kelompok yang

terdiri 5-6 orang. Siswa membaca bahan ajar yang

telah disediakan. Siswa berdiskusi dalam kelompok. Siswa mencatat atau

mengumpulkan informasi dari bahan ajar yang disediakan.

Siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam bahan ajar dengan benar dan tepat waktu.

c. Explanation Siswa mengajukan pertanyaan dan

tanggapan terhadap masalah yang di diskusikan.

Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari

Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.

d. Elaboration Siswa menyelesaikan soal yang

diberikan oleh guru dan mengerjakan di papan tulis.

3. Kegiatan penutupe. Evaluation Siswa menyimpulkan materi yang

telah dipelajari. siswa menyelesaikan materi yang

diberikan dengan tenang dan tepat waktu.

ketertiban dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.

Nilai rata-rata keseluruhan

Page 53: Bab i Pendahuluan

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Nama Sekolah : SMAN 8 Banda Aceh

Mata Pelajaran : KIMIA

Kelas/Semester : XI/2

Materi : Termokimia

Pertemuan : Kedua (2)

Hari/Tanggal :

D.PENGANTAR

Kegiatan observasi yang dilakukan bertujuan untuk

mengamati kegiatan pembelajaran siswa (aktivitas siswa). Aktivitas

yang perlu diperhatikan adalah kegiatan siswa dalam pembelajaran

bukan menilai kemampuan guru atau kualitas guru dalam

melakukan pembelajaran.

E. PETUNJUK

Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai

dengan pilihan bapak/ibu pengamat, dengan kriteria penilaian

terlampir bersama dengan lembar observasi ini.

F. LEMBAR PENGAMATAN

Page 54: Bab i Pendahuluan

No

Aspek yang dinilai NILAI1 2 3 4

1. Kegiatan awala. Engagement Siswa tenang dan menyimak

penjelasan guru. Siswa dapat memperkirakan atau

membuat prediksi tentang materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan intib. Eksploration Siswa membentuk kelompok yang

terdiri 5-6 orang. Siswa membaca bahan ajar yang

telah disediakan. Siswa berdiskusi dalam kelompok. Siswa mencatat atau

mengumpulkan informasi dari bahan ajar yang disediakan.

Siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam bahan ajar dengan benar dan tepat waktu.

c. Explanation Siswa mengajukan pertanyaan dan

tanggapan terhadap masalah yang di diskusikan.

Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari

Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.

d. Elaboration Siswa menyelesaikan soal yang

diberikan oleh guru dan mengerjakan di papan tulis.

Page 55: Bab i Pendahuluan

3. Kegiatan penutupe.Evaluation Siswa menyimpulkan materi yang

telah dipelajari. siswa menyelesaikan materi yang

diberikan dengan tenang dan tepat waktu.

ketertiban dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.

Nilai rata-rata keseluruhan

Page 56: Bab i Pendahuluan

Lampiran 6

Rubrik Penelitian Aktivitas Siswa ( pertemuan I)

NO Aspek yang dinilai Kriteria PenilaianSkor Deskripsi

1. Engagement Siswa tenag dan

menyimak penjelasan guru.

1234

Tidak ada siswa yang menyimak1 atau 2 orang siswa menyimak3 atau 4 orang siswa menyimakLebih dari 5 orang siswa menyimak

Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

12

3

4

Tidak ada siswa yang menjawab1 atau 2 orang siswa yang menjawab3 atau 4 orang siswa yang menjawabLebih dari 5 orang siswa yang menjawab

Siswa dapat memperkirakan atau membuat prediksi tentang materi yang akan dipelajari.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang memprediksi1 atau 2 orang siswa yang memprediksi3 atau 4 orang siswa yang memprediksiLebih dari 5 orang siswa yang memprediksi

2. Exploration Siswa membentuk

kelompok yang terdiri 5-6 orang.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang membentuk kelompok.1 atau 2 orang siswa yang membentuk kelompok.3 atau 4 orang siswa yang membentuk kelompok.Lebih dari 5 orang sisw yang membentuk kelompok.a

Siswa membaca bahan ajar yang telah disediakan.

1234

Tidak ada siswa yang membaca1 atau 2 orang siswa yang membaca3 atau 4 orang siswa yang membacaLebih dari 5 orang siswa yang membaca

Page 57: Bab i Pendahuluan

Siswa berdiskusi dalam kelompok.

12

3

4

Tidak ada siswa yang berdiskusi1 atau 2 orang siswa yang berdiskusi3 atau 4 orang siswa yang berdiskusiLebih dari 5 orang siswa yang berdiskusi

Siswa mencatat atau mengumpulkan informasi dari bahan ajar yang disediakan.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang mencatat dan menyimpulkan1 atau 2 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkan3 atau 4 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkanLebih dari 5 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkan

Siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam bahan ajar dengan benar dan tepat waktu.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktuLebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu

3. Explanation Siswa mengajukan

pertanyaan dan tanggapan terhadap masalah yang diskusikan.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang bertanya dan menanggapi1 atau 2 orang siswa yang bertanya dan menanggapi3 atau 4 orang siswa yang bertanya dan menanggapiLebih dari 5 orang siswa yang bertanya dan menanggapi

Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari

1

2

3

Tidak ada Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari1 atau 2 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang

Page 58: Bab i Pendahuluan

4

dipelajari3 atau 4 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajariLebih dari 5 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari

Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri1 atau 2 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri3 atau 4 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiriLebih dari 5 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri

4. Elaboration Siswa menyelesaikan soal

yang diberikan guru dan mengerjakannya dipapan tulis.

1

2

3

4

1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan soal.3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan soal.Lebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan soal.Tidak ada siswa yang menyelesaikan soal

5. Evaluation Siswa menyimpulkan

materi yang telah dipelajari.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.1 atau 2 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.3 atau 4 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.Lebih dari 5 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Siswa menyelesaikan kuis yang diberikan dengan tenang dan tepat waktu.

1

2

Tidak ada siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu

Page 59: Bab i Pendahuluan

3

4

3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktuLebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu

ketertiban dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.

1

2

3

4

Jika lebih dari 5 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika 3atau 4 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika 1 atau 2 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika tidak ada siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu teman

Rubrik Penelitian Aktivitas Siswa ( pertemuan II )

NO Aspek yang dinilai Kriteria PenilaianSkor Deskripsi

1. Engagement Siswa tenag dan

menyimak penjelasan guru.

1234

Tidak ada siswa yang menyimak1 atau 2 orang siswa menyimak3 atau 4 orang siswa menyimakLebih dari 5 orang siswa menyimak

Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

12

3

4

Tidak ada siswa yang menjawab1 atau 2 orang siswa yang menjawab3 atau 4 orang siswa yang menjawabLebih dari 5 orang siswa yang menjawab

Siswa dapat memperkirakan atau membuat prediksi tentang materi yang akan

1

2

Tidak ada siswa yang memprediksi1 atau 2 orang siswa yang memprediksi

Page 60: Bab i Pendahuluan

dipelajari. 3

4

3 atau 4 orang siswa yang memprediksiLebih dari 5 orang siswa yang memprediksi

2. Exploration Siswa membentuk

kelompok yang terdiri 5-6 orang.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang membentuk kelompok.1 atau 2 orang siswa yang membentuk kelompok.3 atau 4 orang siswa yang membentuk kelompok.Lebih dari 5 orang sisw yang membentuk kelompok.a

Siswa membaca bahan ajar yang telah disediakan.

1234

Tidak ada siswa yang membaca1 atau 2 orang siswa yang membaca3 atau 4 orang siswa yang membacaLebih dari 5 orang siswa yang membaca

Siswa berdiskusi dalam kelompok.

12

3

4

Tidak ada siswa yang berdiskusi1 atau 2 orang siswa yang berdiskusi3 atau 4 orang siswa yang berdiskusiLebih dari 5 orang siswa yang berdiskusi

Siswa mencatat atau mengumpulkan informasi dari bahan ajar yang disediakan.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang mencatat dan menyimpulkan1 atau 2 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkan3 atau 4 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkanLebih dari 5 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkan

Siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam bahan ajar dengan benar dan tepat waktu.

1

2

3

Tidak ada siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan

Page 61: Bab i Pendahuluan

4tepat waktuLebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu

3. Explanation Siswa mengajukan

pertanyaan dan tanggapan terhadap masalah yang diskusikan.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang bertanya dan menanggapi1 atau 2 orang siswa yang bertanya dan menanggapi3 atau 4 orang siswa yang bertanya dan menanggapiLebih dari 5 orang siswa yang bertanya dan menanggapi

Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari

1

2

3

4

Tidak ada Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari1 atau 2 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari3 atau 4 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajariLebih dari 5 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari

Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri1 atau 2 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri3 atau 4 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiriLebih dari 5 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri

4. Elaboration Siswa menyelesaikan soal

yang diberikan guru dan mengerjakannya dipapan tulis.

1

2

3

1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan soal.3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan soal.Lebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan soal.

Page 62: Bab i Pendahuluan

4 Tidak ada siswa yang menyelesaikan soal

5. Evaluation Siswa menyimpulkan

materi yang telah dipelajari.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.1 atau 2 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.3 atau 4 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.Lebih dari 5 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Siswa menyelesaikan kuis yang diberikan dengan tenang dan tepat waktu.

1

2

3

4

Tidak ada siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktuLebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu

ketertiban dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.

1

2

3

4

Jika lebih dari 5 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika 3atau 4 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika 1 atau 2 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika tidak ada siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu teman

Page 63: Bab i Pendahuluan

Lampiran 7

Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengembangan Model Pembelajaran Konflik

Kognitif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi

Termokimia Kelas XI SMAN 8 Banda Aceh

Identitas Responden

Nama :

Jenis kelamin :

Petunjuk Pengisian

1. Silanglah salah satu pilihan Ya atau Tidak yang tersedia sesuai

dengan pendapat anda.

2. Sebelum menyilang bacalah dengan teliti setiap pertanyaan

yang diajukan.

3. Berilah alasan jawaban secara singkat dan tepat menurut

pendapat anda.

Pertanyaan

1. Apakah anda menyukai cara mengajar yang digunakan guru

dalam penyampaian materi Termokimia? Berikan alasan anda!

ya tidak

Alasan

Page 64: Bab i Pendahuluan

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

2. Apakah pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat

membuat suasana belajar anda menyenangkan? Berikan alasan

anda!

ya tidak

Alasan

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

3. Apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam

menyampaikan materi pelajaran mudah untuk dipahami!

Page 65: Bab i Pendahuluan

ya tidak

Alasan

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

4. Apakah anda dapat memahami materi yang baru dipelajari?

Berikan alasan anda!

ya tidak

Alasan

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

Page 66: Bab i Pendahuluan

................................................................................................................

.........

5. Apakah dengan pembelajaran yang digunakan oleh guru

membuat anda lebih aktif saat belajar? Berikan alasan anda!

ya tidak

Alasan

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

6. Apakah belajar dengan model pembelajaran ( konflik kognitif) ini

anda termotivasi untuk mempelajari materi termokimia? Berikan

alasan anda!

ya tidak

Alasan

Page 67: Bab i Pendahuluan

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

7. Apakah dengan penerapan model pembelajaran (konflik

kognitif) dapat membuat anda lebih mudah berdiskusi dalam

kelompok? Berikan alasan anda!

Ya tidak

Alasan

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

Page 68: Bab i Pendahuluan

................................................................................................................

.........

8. Apakah sebelumnya guru pernah menggunakan model

pembelajaran (konflik kognitif) dalam mengajar materi

hidrokarbon? Berikan alasan anda!

Ya Tida

k

Alasan

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

................................................................................................................

.........

Page 69: Bab i Pendahuluan

Lampiran 8

Kisi – Kisi Soal Angket

No Kriteria Angket No Soal Soal

1 Minat belajar siswa

1 Apakah anda menyukai cara mengajar yang digunakan guru dalam

penyampaian materi Termokimia? Berikan alasan anda!

2 Apakah pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat membuat

suasana belajar anda menyenangkan? Berikan alasan anda!

3 Apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi

pelajaran mudah untuk dipahami!

2 Aktivitas Siswa 4 Apakah anda dapat memahami materi yang baru dipelajari? Berikan

alasan anda!

5 Apakah dengan pembelajaran yang digunakan oleh guru membuat anda

lebih aktif saat belajar? Berikan alasan anda!

6 Apakah belajar dengan model pembelajaran ( konflik kognitif) ini anda

termotivasi untuk mempelajari materi termokimia? Berikan alasan anda!

7 Apakah dengan penerapan model pembelajaran (konflik kognitif) dapat

membuat anda lebih mudah berdiskusi dalam kelompok? Berikan alasan

anda!

8 Apakah sebelumnya guru pernah menggunakan model pembelajaran

(konflik kognitif) dalam mengajar materi hidrokarbon? Berikan alasan

Page 70: Bab i Pendahuluan

anda!

Page 71: Bab i Pendahuluan