bab i pendahuluan
TRANSCRIPT
“PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMA 8 BANDA ACEH”
Proposal Skripsi
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas
dan memenuh isyarat-syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Mirza Irwansyah Ammary
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 11.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 41.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 41.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori................................................................................ 6
2.1.1 Model Pembelajaran Konflik Kognitif.................................... 6
2.1.2 Keterampilan Berpikir Kritis................................................... 9
2.13 Termokimia ............................................................................. 15
2.2 Hasil Renelitian yang Relevan ....................................................... 21
2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................... 23
2.4 Hipotesis ........................................................................................ 24
BAB III. Metodologi Penelitian
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 25
3.2.1 Tempat .................................................................................... 25
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 25
3.2.3 Objek Penelitian ..................................................................... 25
3.2.4 Subjek Penelitian .................................................................... 26
3.2 Prosedur Penelitian ........................................................................ 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................... 27
3.6 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan ........................... 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................................... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus kimia SMA kelas XI ...................................................... 35
Lampiran 2. RPP .............................................................................................. 36
Lampiran 3. Soal Test ...................................................................................... 40
Lampiran 4. Kisi-Kisi Butir Test...................................................................... 42
Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa.............................................. 45
Lampiran 6. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa................................................. 49
Lampiran 7.Angket Tanggapan Siswa.............................................................. 55
Lampiran 8. Kisi-kisi Soal ............................................................................... 60
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa memahami
konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan dengan penerapannya untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi (Depdiknas, 2003).
Berdasarkan Tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa pemahaman konsep penting untuk
dikembangkan pada diri siswa. Oleh karena itu, pembelajaran kimia di SMA seharusnya
mampu membuat siswa memahami konsep dengan baik.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman mata
pelajaran kimia khususnya termokimia, salah satunya adalah adanya miskonsepsi baik
dalam pembelajaran maupun yang dialami oleh siswa (Pinar, 2009). Miskonsepsi yang
terdapat dalam materi termokimia anatar lain: siswa tidak bisa membedakan antara suhu
dan panas seperti halnya siswa mengklasifikasikan pembakaran lilin ke dalam reaksi
endoterm. Pada konsep yang berhubungan dengan reaksi pembakaran, siswa percaya
bahwa reaksi pembakaran selalu menghasilkan api atau nyala. Gambaran rendahnya
penguasaan konsep termokimia akibat miskonsepsi diperkuat oleh hasil penelitian
Kismarini (2011) yang menunjukan bahwa siswa SMA kelas XI mengalami miskonsepsi
pada konsep sistem, lingkungan, reaksi eksoterm dan endoterm. Lebih lanjut, ia
mengungkapkan miskonsepsi yang dialami siswa menimbulkan permasalahan
pembelajaran dalam termokimia. Siswa mengalami kesulitan dalam mengklasifikasi
bahwa reaksi pemutusan ikatan merupakan reaksi endoterm sedangkan reaksi
pembentukan ikatan adalah reaksi eksoterm, dan beranggapan bahwa setiap reaksi
dengan oksigen termasuk persamaan termokimia dari perubahan entalpi pembakaran.
Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa
secara aktif. Salah satu caranya adalah pembelajaran dengan strategi konflik kognitif.
Strategi konflik kognitif akan menciptakan ketidakseimbangan yang mengantarkan pada
ketidakpuasan terhadap konsep yang sudah ada, dan pada akhirnya mengantarkan pada
kesiapan untuk menerima konsep baru. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan
untuk mengungkapkan dan mengkritisi hal yang berbeda dengan konsepsinya.
Dalam strategi konflik kognitif akan muncul pertentangan antara konsep yang
lama dan baru. Untuk memutuskan konsep mana yang akan dipertahankan atau diterima
maka diperlukan suatu keterampilan berpikir tinggi yaitu keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks menggunakan proses
mendasar berupa penalaran logis untuk menentukan apa yang harus diyakini dan
dilakukan (Costa, 1985). Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari
pihak lain, tapi juga melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan menangguhkan
keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan
didukung oleh bukti atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis,
akan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi benar
atau salah.
Selain itu, dalam kodisi konflik kognitif, siswa dihadapkan pada tiga pilihan,
yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi sebagian intuisinya melalui
proses asimilasi, (3) merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan
mengakomodasikan pengetahuan baru. Jika siswa memilih pilihan ketiga maka akan
terjadi perubahan konseptual pada diri siswa. Beberapa penelitia mengenai hubungan
antara strategi konflik kognitif dengan perubahan konseptual telah dilakukan. Zaeni dan
Noviyanti (2011) menyebutkan bahwa strategi konflik kognitif bisa memfasilitasi
perubahan konsepsi materi persamaan kimia dan laju reaksi dan mempunyai pengaruh
tidak langsung terhadap pengasaan konsep sains siswa.
Bertolak dari penjelasan yang telah dikemukakan, terdapat hubungan antara
keterampilan berpikir kritis dan perubahan koseptual. Dimana, untuk mengubah
pandangannya dan mengakomodasikannya membentuk pengetahuan baru, siswa
memerlukan suatu kemampuan untuk memberikan alasan, melibatkan sedikit dugaan
hingga dapat membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan fakta-fakta,
yang kesemuanya itu dirangkum dalam keterampilan berpikir kritis. Dengan demikian
perubahan konseptual terjadi karena adanya kemampuan berpikir kritis.
. Dalam materi termokimia, tidak semua konsep bisa dijelaskan dengan
eksperimen. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang bisa mengakomodasi konflik
berupa konseptual. Hubungan antara model yang bisa mengakomodasi konflik kognitif,
perubahan konseptual dan keterampilan berpikir sangat perlu untuk diteliti. Hal ini yang
melandasi pengembangan model pembelajaran konflik kognitif untuk memfasilitasi
perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis pada materi
termokimia.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis melakukan penelitian dengan
judul “Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Termokimia Kelas XI SMA 8
Banda Aceh”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rmasalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Apakah model pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa pada materi termokimia?
2) Apakah model pembelajaran konflik kognitif dapat mengurangi miskonsepsi-
miskonsepsi yang muncul?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia?
2) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran konflik kognitif dapat mengurangi
miskonsepsi-miskonsepsi yang muncul?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat. Adapun
manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1) Bagi peneliti:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan inovasi
pengembangan bagi penelitian lain yang relevan
b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi untuk memfasilitasi
perubahan konseptual dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada
materi termokimia
2) Bagi siswa:
a. Membuat siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep termokimia secara
benar.
b. Menciptakan suasana belajar yang menyenagkan sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
3) Bagi guru:
a. Dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk memfasilitasi perubahan konseptual
dan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa ketika melaksanakan
pembelajaran.
b. Membantu guru dalam merancang pembelajaran dengan materi yang minim akan
miskonsepsi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Model Pembelajaran Konflik Kognitif
Konflik Kognitif adalah suatu situasi dimana kesadaran seorang individu
mengalami ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan tersebut didasari adanya kesadaran
akan informasi-informasi yang bertentangan dengan informasi yang dimilikinya yang
telah tersimpan dalam struktur kognitifnya (ismaimuza, 2010).
Pendekatan konflik kognitif diartikan sebagai seperangkat kegiatan pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif untuk mengkomunikasikan dua atau lebih
rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik, agar
terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu
pengetahuan yang lebih tinggi, dengan melakukan reorganisasi pengetahuan yang telah
tersimpan dalam struktur kognitifnya dan adaptasi berupa proses asimilasi dan
akomodasi (Sugiyanta, 2008). Namun demikian, konflik kognitif juga dapat terjadi
dalam ranah lingkungan sosial. (Kismarini, 2011) menyebutkan bahwa konflik kognitif
dapat muncul ketika ada pertentangan pendapat atau pemikiran antara seorang individu
dengan individu lainnya pada lingkungan individu yang bersangkutan.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi konflik
kognitif merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa.
Strategi konflik kognitif merupakan suatu strategi belajar yang berlandaskan prinsip dan
teori belajar konstruktivisme.
Belajar dengan menggunakan strategi konflik kognitif menurut Dreyfus dalam
Bektiarso S (2000) lebih menitik beratkan pada anggapan bahwa untuk belajar suatu
konsep baru siswa haruslah secara aktif terlibat dalam proses pembentukan kembali dan
restrukturisasi pengetahuannya, sedangkan menurut Driver dan Leach (1993) yang
menyatakan bahwa konsepsi awal siswa berasal dari pengalaman dan mungkin berbeda
dengan konsepsi ilmiah. Konsepsi awal siswa merupakan sumber yang dapat
dikembangkan dan diperluas dalam pembelajaran.Ismaimuja (2010) berpendapat bahwa
ketika siswa berada dalam situasi konflik, maka siswa akan memanfaatkan kemampuan
kognitifnya dalam upaya menjastifikasi, menkonfirmasi atau melakukan verifikasi
terhadap pendapatnya. Artinya kemampuan kognitif siswa akan memperoleh
kesempatan untuk diberdayakan, disegarkan, atau dimantapkan, terutama jika siswa
tersebut masih terus melakukan upayanya. Sebagai contoh, siswa akan memanfaatkan
daya ingat dan pemahamannya pada suatu konsep kimia ataupun pengalamannya untuk
membuat suatu keputusan yang tepat. Dalam situasi tersebut, siswa dapat memperoleh
kejelasan dari lingkungannya, antara lain dari guru atau siswa yang lebih pandai
(scaffolding). Dengan kata lain, konflik kognitif pada diri seseorang yang direspon
dengan tepat atau posistif, maka dapat menyegarkan dan memberdayakan kemampuan
kognitif yang dimilikinya.
Ada beberapa kelebihan dari pendekatan konflik kognitif, diantaranya adalah
dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari konsep konsep kimia,
melatih siswa berpikir kritis dan kreatif serta meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Berpikir adalah berbicara dengan diri kita sendiri dalam benak dan batin masing-masing
dari hal mempertimbangkan, merenungkan, mengamati, menganalisa, dan membuktikan
sesuatu serta menentukan hasilnya (Pramudya 2006). Sedangkan berpikir kritis sering
disebut berpikir mandiri, berpikir mempertimbangkan, atau berpikir mengevaluasi.
Muhfahroyin (2009) mengungkapkan kemampuan berpikir kritis merupakan proses
kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Jadi yang dimaksud dengan kemampuan
berpikir kritis adalah kemampuan berpikir peserta didik untuk membandingkan dua atau
lebih informasi dengan tujuan memperoleh pengetahuan melalui pengujian terhadap
gejala-gejala menyimpang dan kebenaran ilmiah. Kriteria kemampuan berpikir kritis
yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi berhipotesis, berasumsi, mengklasifikasi,
mengamati, mengukur, menganalisis, menarik kesimpulan, dan mengevaluasi.
Berikut adalah salah satu contoh langkah-langkah yang ditempuh guru dalam
penyajian program pembelajaran dengan strategi konflik kognitif.
a. Guru menyajikan suatu fenomena kimia yang sering dialami siswa dan menarik
siswa melalui kegiatan demonstrasi guru.
b. Guru meminta siswa untuk memberikan jawaban atas suatu fenomena untuk
menggali konsep (yang mungkin miskonsepsi) siswa.
c. Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk melaksanakan eksperimen dan
mendiskusikan hasil eksperimen.
d. Berdasarkan hasil eksperimen dan diskusi siswa guru membimbing siswa untuk
menarik suatu kesimpulan dan memperbaiki miskonsepsi siswa.
Strategi mengajar dengan konflik kognitif ini sangat efektif digunakan guru untuk
memeotivasi belajar siswa dan memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran.
Dengan demikian konflik kognitif sangat bagus untuk digunakan pada kegiatan awal
pembelajaran. Disamping itu strategi ini dapat membantu siswa membentuk ide baru
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu, memberi kesempatan kepada siswa
untuk berfikir dan mengubah miskonsepsi siswa, dan menantang siswa untuk berfikir
dan memberikan rasa puas pada siswa ketika prediksi siswa sesuai dengan pengamatan.
2.1.2 Keterampilan Berpikir Kritis
1) Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir memiliki 3 definisi. Pertama, berpikir adalah mengutak-atik rumus.
Kedua, berpikir adalah mendefinisikan objek konkrit menjadi abstrak melalui
visualisasi. Ketiga, menarik kesimpulan dari realitis yang dipahami (Mahmud, 2005).
Sedangkan menurut Pramudya (2006), berpikir adalah berbicara dengan diri kita sendiri
dalam benak dan batin masing-masing dari hal mempertimbangkan, merenungkan,
mengamati, menganalisa, dan membuktikan sesuatu serta menentukan hasilnya.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir
merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan teknik penyelesaian terhadap suatu
masalah dengan membuat suatu keputusan berdasarkan pertimbangan, renungan, analisa,
mengamati dan membuktikan suatu masalah yang harus dipecahkan.
Di antara proses berpikir salah satu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berpikir kritis. Berpikir kritis adalah membiasakan siswa menggunakan daya nalar
seperti mendesain sendiri strateginya, melakukan analisis, sintesis, serta mengevaluasi
suatu informasi, data, argumen, atau kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungannya
(Sulistyani, 2010).
Menurut (Robert, 2009), pemikiran kritis meliputi upaya mengidentifikasi
masalah, menimbang-nimbang bukti yang berlawanan, dan mengidentifikasi asumsi atau
kekeliruan dalam argumen. Pembelajaran berpikir kritis memerlukan latihan, siswa
banyak diberikan masalah, argumen logis dan tidak logis, masalah yang sah dan
menyesatkan. Sedangkan menurut (Liliasari, 2009), berpikir kritis merupakan bagian
dari pola berpikir kompleks/tingkat tinggi yang bersifat konvergen. Berpikir kritis
menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan
gagasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola
penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap
posisi, serta memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas, dan
meyakinkan.
Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan bahwa berpikir kritis dapat diartikan
sebagai proses, maupun suatu kemampuan. Proses dan kemampuan tersebut untuk
memahami konsep, menerapkan, mensintesis, dan mengevaluasi masalah yang
ditemukan. Berpikir kritis juga dapat menerima atau menolak kesimpulan-kesimpulan
berdasar pengalaman, penilain dan keyakinan suatu masalah atau konsep.
Beyer dalam (Robert, 2009), mengidentifikasi 10 kemampuan berpikir kritis
yang dapat digunakan siswa dalam menilai keabsahan pernyataan atau argumen,
memahami konsep, dan seterusnya:
(1) Membedakan antara fakta variabel dan pernyataan nilai
(2) Membedakan informasi, pernyataan, atau alasan yang relevan dari yang tidak
relevan
(3) Menentukan ketepatan fakta pernyataan
(4) Menentukan kredibilitas sumber
(5) Mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu
(6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan
(7) Mendeteksi prasangka
(8) Mengidentifikasi kekeliruan logika
(9) Mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran
(10) Menentukan kekuatan argumen atau pernyataan.
2) Ranah Kognitif
Aspek kepribadian peserta didik yang menjadi sasaran dalam penelitian ini
adalah sisi kognitif. Menurut (Krathwohl, 2002), taksonomi yang melibatkan daya
berpikir kritis termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif dibedakan atas enam
aspek sebagai berikut :
(1) Mengingat (remembering)
Mengingat merupakan ranah kognitif paling dasar. Mengingat yang akan
dilakukan hendaknya dikaitkan dengan pengetahuan yang lebih luas. Aspek ini
mencakup dua macam ranah yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat kembali
(recalling). Kata operasional mengingat artinya mengutip, menjelaskan,
menggambarkan, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, menandai,
dan menamai.
(2) Memahami (Understanding)
Memahami adalah menentukan makna pesan instruksional, termasuk lisan,
tertulis, dan komunikasi grafis. Aspek ini mencakup tujuh ranah kognitif yaitu
menafsirkan (interpreting), mencontohkan (exemplifying), menggolongkan (classifying),
meringkaskan (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing),
menjelaskan (explaining).
(3) Menerapkan (applying)
Menerapkan adalah melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi
tertentu. Aspek ini mencakup dua macam ranah kognitif yaitu melaksanakan (executing)
dan menjalankan (implementing). Kata operasional menerapkan yaitu melaksanakan,
menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai,
menyelesaikan, dan mendeteksi.
(1) Menganalisis (analyzing)
Menguraikan informasi ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen
pembentuknya, memeriksa informasi tersebut untuk mengembangkan kesimpulan
dengan mengidentifikasi motif atau penyebabnya, dan menemukan bukti untuk
mendukung suatu generalisasi. Aspek ini mencakup tiga macak ranah kognitif yaitu
membedakan (differenting), mengatur (organizing), menghubungkan (attributing).
(2) Mengevaluasi (evaluating)
Mengevaluasi membuat suatu penilaian berdasarkan kriteria dan standar. Aspek
ini mencakup dua ranah kognitif yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik
(critiquing). Kata operasional mengevaluasi yaitu menyusun hipotesis, mengkritik,
memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, dan menyalahkan.
(3) Mencipta (creating)
Mencipta adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan
atau membuat produk asli. Ada tiga macam ranah kognitif ini yaitu membuat,
merencanakan, dan memproduksi.
Penelitian ini hanya memfokuskan tiga jenjang ranah kognitif dari keenam
jenjang yaitu memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Penyusunan
soal dimulai dari C2 sebagai alat ukur kemampuan berpikir kritis karena C1 dianggap
terlalu mudah, sedangkan C5 dan C6 dianggap terlalu sukar untuk siswa.
Dalam strategi konflik kognitif akan muncul pertentangan antara konsep yang
lama dan baru. Untuk memutuskan konsep mana yang akan dipertahankan atau diterima
maka diperlukan suatu keterampilan berpikir tinggi yaitu keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir kompleks menggunakan proses
mendasar berupa penalaran logis untuk menentukan apa yang harus diyakini dan
dilakukan (Costa, 1985). Berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari
pihak lain, tapi juga melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan menangguhkan
keputusan sampai ia yakin bahwa informasi itu sesuai dengan penalarannya dan
didukung oleh bukti atau informasi. Orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis,
akan mampu mengevaluasi, membedakan dan menentukan apakah suatu informasi benar
atau salah.
2.1.3 Termokimia
Termokimia merupakan ilmu yang mempelajari perubahan energi, khususnya
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia. Perubahan kalor dinyatakan sebagai
perubahan entalpi.
1. Sistem dan Lingkungan
Contoh reaksi penguraian batu kapur menunjukkan bahwa berlangsungnya
reaksi tersebut disertai dengan penyerapan kalor. Kalor yang diperlukan untuk
membakar batu kapur dikatakan berasal dari lingkungan. Kalor tersebut diserap oleh
batu kapur, sehingga batu kapur dapat terurai menjadi kapur tohor dan gas karbon
dioksida. Ketiga zat yang terlibat dalam reaksi ini dinamakan sistem. Sistem
didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi pusat perhatian kita. Sistem merupakan
bagian dari alam semesta. Bagian lain dari alam semesta yang tidak termasuk sistem
dinamakan lingkungan. Jadi segala sesuatu yang berada di luar sistem dan
mempengaruhi sistem dinamakan lingkungan.
SISTEM
Sesuatu yang diamati Perubahan kalornya
LINGKUNGAN
Segala sesuatu diluar sistem dan mempengaruhi
sistem
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan :
a. Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadi pertukaran kalor
dan zat (materi) antara lingkungan dan sistem.
b. Sistem Tertutup
Sistem tertutup adalah suatu sistem yang antara sistem dan lingkungan terjadi
pertukaran kalor, tetapi tidak dapat terjadi pertukaran zat (materi).
c. Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak memungkinkan terjadinya pertukaran
kalor dan zat (materi).
2. Energi dan Entalpi
Bila suatu sistem mengalami perubahan dan dalam perubahan tersebut menyerap
kalor, maka sebagian energi yang diserap tersebut digunakan untuk melakukan kerja
(w). Misalnya dalam pemuaian gas, kerja tersebut digunakan untuk melawan tekanan
udara di sekitarnya. Sebagian lain dari energi tersebut disimpan dalam sistem tersebut
yang digunakan untukgerakan atom-atom atau molekul-molekul serta mengatur interaksi
antar molekul tersebut. Bagian energi yang disimpan ini disebut dengan energi dalam
(U).
Reaksi kimia pada umumnya merupakan sistem terbuka (bertekanan tetap). Oleh
karena itu pada proses yang melibatkan volum, ada kerja yang menyertai proses tersebut
yang walaupun kecil tapi cukup berarti. Menurut hukum kekekalan energi (hukum
termodinamika 1) hal tersebut harus diperhatikan. Oleh karena itu perlu suatu fungsi
baru (besaran baru) yang disebut entalpi (H), yang berhubungan dengan perubahan kalor
dan tekanan tetap.
Dari hukum termodinamika I didapat bahwa,
Dan perubahan entalpi dapat dinyatakan dengan persamaan,
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa bila reaksi dilakukan pada
tekanan tetap maka perubahan kalor yang terjadi akan sama dengan perubahan entalpi
sebab perubahan tekanannya nol.Jadi besarnya entalpi sama dengan besarnya energi
dalam yang disimpan di dalam suatu sistem. Sehingga dapat disimpulkan bahwa entalpi
(H) merupakan energi dalam bentuk kalor yang tersimpan dalam suatu sistem, disebut
juga sebagai kandungan panas atau isi panas atau sistem.
3. Perubahan Entalpi
Sistem dapat mengalami perubahan karena berbagai hal misalnya perubahan
volum dan perubahan tekanan dapat disertai pula perubahan kalor, demikian pula
H = U + PV
ΔH = ΔU + Δ(PV)
sebaliknya. Bila sistem mengalami perubahan pad atekanan tetap, maka besarnya
perubahan kalor disebut Perubahan entalpi (ΔH). Jika suatu reaksi berlangsung pada
tekanan tetap, maka perubahan entalpinya sama dengan kalor yang harus dipindahkan
dari sistem ke lingkungan atau ebaliknya agar suatu sistem kembali pada keadaan
semula.
Besarnya perubahan entalpi suatu sistem dinyatakan sebagai selisih besarnya
entalpi sistem setelah mengalami perubahan denan besarnya entalpi sistem sebelum
mengalami perubahan yang dilakukan pada keadaan tetap.
Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh jumlah zat,
keadaan fisis dari zat tersebut, suhu dan tekanan.
4. Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari
sistem ke lingkungan. Dalam hal ini sistem melepas kalr ke lingkungan. Pada reaksi
eksoterm umumnya suhu sistem naik, adanya kenaikan suhu inilsh yang mengakibatkan
sistem melepas kalor ke lingkungan.
Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem. Dalam reaksi ini kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya.
ΔH = q p
ΔH = HAkhir - Hawal
Pada reaksi endoterm umumnya ditunjukkan oleh adanya penurunan suhu. Adanya
penurunan suhu inilah yang mengakibatkan terjadinya penyerapan kalor oleh sistem.
Bila perubahan entalpi sistem dirumuskan,
Maka dalam reaksi eksoterm yang berarti sistem melepas kalor, berlaku
dan
Hal yang serupa terjadi pada reaksi endoterm,
Sehingga
5. Persamaan Termokimia
Persamaan termokimia menggambarkan suatu reaksi yang disertai informasi
tentang perubahan entalpi (kalor) yang menyertai reaksi tersebut.
Pada persamaan termokimiaterpapar pula jumlah zat yang terlibat reaksi yang
ditunjukkan oleh koefisien reaksi dak keadaan (fasa) zat yang terlibat reaksi.
Contoh :
Pada tekanan 1mol air dari gas hydrogen dengan oksigen pada 298 K, 1 atm
dilepaskan kalor sebesar 285,5 kJ
H < 0 (berharga negatif)H akhir < H awal
ΔH = H akhir- H awal
H akhir > H awal H > 0 (berharga negatif)
Persamaan termokimia dari pernyataan tersebut adalah :
H2 (g) + ½ O2 (g) → H2O (l) ΔH = -285,5 kJ
6. Perubahan Entalpi Standar (ΔHo)
Keadaan standar pengukuran perubahan entalpi adalah pada suhu 298 K dan tekanan
1 atm. Keadaan standar ini diperlukan karena pengukuran pada suhu dan tekanan yang
berbeda akan menghasilkan harga perubahan entalpi yang berbeda pula.
Berikut beberapa perubahan entalpi standar, yaitu :
a. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (ΔHof)
Perubahan entalpi pembentukan standar (Standard enthalpy of formation)
merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1mol suatu
senyawa dari unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar.
b. Perubahan Entalpi Peruraian Standar (ΔHod)
Perubahan entalpi peruraian standar (Standard enthalpy of decomposition)
adalah perubahan entalpi yang terjadi pada peruraian 1mol suatu senyawa
menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar.
c. Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (ΔHoc)
Perubahan entalpi pembakaran standar (Standard enthalpy of combustion) adalah
perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1mol suatu zat secara sempurna.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil – hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi
yang diteliti. Fungsinya untuk memposisiskan penelitian yang sudah ada dengan
penelitian yang dianggap relevan.
(Effendi, 2000) melakukan penelitian terhadap mahasiswa semester genap
Universitas Negeri Malang bahwa strategi konflik kognitif dapat meningkatkan
pemahaman konsep kimia dan mengurangi terjadinya kesalahan pemahaman. Selain itu,
penerapan strategi konflik kognitif juga dilakukan di SMA Wahid Hasyim Kotamadya
Malang oleh (Kadim Maskjur, 1990). Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa
pengajaran kimia melalui konflik kognitif lebih efektif daripada pengajaran
konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep dan meluruskan kesalahan
konsep kimia. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa hasil perbaikan miskonsepsi
melalui pengajaran konflik kognitif mampu bertahan lebih lama dalam struktur kognitif
siswa.
Model konflik kognitif materi termokimia mampu meningkatkan 3 indikator
berpikir kritis yaitu (1) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,
(2) mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, dan (3) menentukan hasil
pertimbangan (Sustisna, 2013), kemudian dalam peneletiannya juga implementasi
pembelajaran model konflik kognitif pada materi termokimia mampu dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran, Dampak implementasi model
konflik kognitif pada pokok bahasan termokimia secara keseluruhan mampu
memfasilitasi perubahan konseptual. Pada indikator hokum kekekalan energy sebanyak
89% siswa mengalami peningkatan dan 11% siswa tidak mengalami perubahan
konseptual. Pada indikator sistem dan lingkungan sebanyak 43% siswa mengalami
peningkatan, 36% tidak mengalami perubahan dan 25% mengalami penurunan kategori
perubahan konseptual. Pada indikator jenis-jenis sistem sebanyak 89% siswa mengalami
peningkatan dan 11% siswa tidak mengalami perubahan konseptual. Pada indikator
reaksi eksoterm dan endoterm sebanyak 71% siswa mengalami peningkatan, 25% tidak
mengalami perubahan dan 4% mengalami penurunan kategori pada perubahan
konseptual.
Dalam pembelajaran konflik kognitif ini siswa yang berperan aktif, guru hanya
bertindak sebagai fasilisator dan mediator dalam pembelajaran. Siswa diberikan
kebebasan untuk mengutarakan pendapat dalam menyelesaikan permasalahan konsep
yang dihadapi sehingga kemampuan berpikir mereka dapat berjalan secara optimal.
Dalam pembuktian konsep-konsep yang salah siswa langsung diberikan pengalaman
berupa demonstrasi sehingga mereka merasa antusias dan tidak bosan selama mengikuti
pembelajaran di kelas (Setyowati, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan diatas, dapat disimpulkan bahwa
melalui model pembelajaran konflik kognitif mampu meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa dan mampu memfasilitasi perubahan konseptual pada materi
termokimia.
2.3 Kerangka Berpikir
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman mata
pelajaran kimia khususnya termokimia, salah satunya adalah adanya miskonsepsi baik
dalam pembelajaran maupun yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Salah satu caranya adalah
pembelajaran dengan strategi konflik kognitif yang diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa. Strategi konflik kognitif akan menciptakan
ketidakseimbangan yang mengantarkan pada ketidakpuasan terhadap konsep yang
sudah ada, dan pada akhirnya mengantarkan pada kesiapan untuk menerima konsep
baru. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan dan
mengkritisi hal yang berbeda dengan konsepsinya.
Guru belum menggunakan model pembelajaran konflik
kognitif
Tindakan
Siklus I : Menggunakan model pembelajran konflik
kognitif secara kelompok
Kemampuan keterampilan berpikir
kritis siswa rendah
Kondisi Awal
Siklus II : Menggunakan model pembelajran konflik
kognitif secara individu
Kemampuan keterampilan berpikir siswa meningkat
Kondisi akhir
Guru menggunakan model pembelajaran
konflik kognitif
2.4 Hipotesis
Berdsarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
“Pengembangan model pembelajaran konflik kognitif dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa pada materi termokimia kelas XI SMA 8 Banda aceh”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 8 Banda Aceh yang berlokasi di
Gampong Lampieneung Kota Banda Aceh memiliki ruang kelas yang memadai
dan ukurannya sesuain untuk pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM).
Sekolah ini juga memiliki fasilitas yang sangat mendukung kegiatan belajar
mengajar seperti perpustakaan, laboraturium IPA (kimia, fisika dan biologi),
lapangan volley, futsal dan basket, serta ruangan bimbingan pendidikan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada SMA Negeri 8 Banda Aceh kelas XI
IPA semester II tahun ajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang
yang terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan 14 orang siswa laki-laki.
3. Objek Penelitian
Adapun sebagai objek dalam penelitian ini yaitu pengasaan konsep dan
prestasi belajar siswa berupa objek kognitif dan Aktivitas siswa (afektif) dengan
menggunakan model pembelajaran konflik kognitif.
4. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive yaitu menentukan
sampel dengan cara mengambil subjek dengan pertimbangan tertentu yang
dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2005). Sebagai
subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Banda
Aceh. Dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang yang terdiri dari 16 orang siswa
perempuan dan 14 orang siswa laki-laki. Penentuan subjek penelitian
berdasarkan pertimbangan waktu penelitian dan disesuaikan dengan materi
pembelajaran yang diambil dalam penelitian.
3.2 Prosedur Penelitian
1. Refleksi Awal
a) Situasi awal sebelum pelaksanaan siklus
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat
pemahaman mata pelajaran kimia khususnya termokimia, salah satunya
adalah adanya miskonsepsi baik dalam pembelajaran maupun yang dialami
oleh siswa (Pinar, 2009). Miskonsepsi yang terdapat dalam materi termokimia
anatar lain: siswa tidak bisa membedakan antara suhu dan panas seperti
halnya siswa mengklasifikasikan pembakaran lilin ke dalam reaksi endoterm.
Pada konsep yang berhubungan dengan reaksi pembakaran, siswa percaya
bahwa reaksi pembakaran selalu menghasilkan api atau nyala, hal tersebut
juga tidak terlepas dari lemahnya kemamouan siswa dalam memecahkan soal-
soal kimia, menurunnya motivasi siswa yang disebabkan oleh penerapan
model pembelajaran yang monoton dan sistem pembelajaran yang berpusat
pada guru.
b) Rencana tindakan yang akan dilakukan
Bertolak dari situasi awal diatas diperlukan suatu pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa secara aktif. Salah satu caranya adalah pembelajaran
dengan strategi konflik kognitif. Strategi konflik kognitif akan menciptakan
ketidakseimbangan yang mengantarkan pada ketidakpuasan terhadap konsep
yang sudah ada, dan pada akhirnya mengantarkan pada kesiapan untuk
menerima konsep baru. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan
untuk mengungkapkan dan mengkritisi hal yang berbeda dengan konsepsinya.
2. Siklus
a) Perencanaan
1. Mengajukan surat izin penelitian
2. Menyusun jadwal penelitian
3. Menganalisis KI/KD yang akan dicapai
4. Mempersiapkan Silabus dan RPP
5. Menyusun LKS dan soal-soal latihan
6. Menyiapkan format lembar observasi (catatan harian) untuk melihat
bagaimana kegiatan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
7. Membentuk kelompok heterogen
8. Menyusun soal tes akhir siklus I beserta pedoman penilaiannya
b) Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai RPP (Lampiran 2) dan silabus
(Lampiran 3) yang telah disusun. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan
tentang perbedaan sistem dan lingkungan, reaksi eksoterm dan endoterm, dan
persamaan termokimia. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan Pembedaan
entalpi pembentukan standard, entalpi penguraian standard dan entalpi
pembakaran standard. Selanjutnya setiap kelompok diberikan LKS dan pada
akhir pembelajaran pertemuan dibagikan angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap penerapan model konflik kognitif. Pertemuan selanjutnya
untuk mengetahui penguasaan konsep materi, semua siswa diberikan tes soal
berupa pilihan berganda yang diambil dari kumpulan paket soal dan
pembahasan kimia setiap tahunnya.
Secara umum tahap ini merupakan pelaksanaan dari semua hal yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan dan direalisasikan dalam kegiatan
pembelajaran kelas.
c) Observasi pengamatan
1) Hasil observasi
Pada pertemuan tentang perbedaan sistem dan lingkungan, reaksi
eksoterm dan endoterm, dan persamaan termokimia observasi dilakukan
terhadap keaktifan siswa dan pemahaman konsep pada siswa, dan untuk
hasil observasi penelitian ini ditulis pada catatan harian.
2) Fokus pengamatan
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus pengamatan selama
penelitian berlangsung yaitu pada aktifitas siswa, kemajuan yang dicapai,
kendala yang dialami, penguasaan konsep, dan hal-hal menarik lainnya
selama proses pembelajaran berlangsung.
d) Refleksi
1) Menganalisis setiap perilaku yang ditampilkan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung
2) Menganalisis kemajuan-kemajuan yang telah dicapai siswa serta upaya
mempertahankan kemajuan tersebut
3) Mengkaji penyebab terjadinya hambatan-hambatan yang muncul saat
tindakan dilakukan
4) Merencanakan perbaikan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.
3.3 Teknik Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik pengumpulan data
a) Sumber data
Adapun sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah siswa
dan proses belajar menagajar.
b) Jenis data
Jenis data yaitu terdiri dari data kualitatif yang merupakan (hasil
belajar dan observasi terhadap pembelajaran) dan data kuantitatif yang
merupakan data hasil evaluasi pada setiap akhir siklus.
c) Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
1) Data tentang situasi belajar mengajar dari hasil observasi.
2) Data hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan tes evaluasi atau
ulangan pada setiap akhir siklus.
3) Data tentang penerapan model konflik kognitif apakah cocok digunakan
dengan cara memberikan angket pada setiap siswa.
2. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar
menguasai konsep siswa adalah instrumen tes hasil belajar berupa pilihan ganda,
dan untuk menjaring data kreativitas siswa digunakan lembar observasi yang
dilakukan oleh observer.
3.4 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
1. Teknik analisis data
Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis
statistik deskriptif. analisis statistik digunakan untuk
memperoleh data statistik tentang hasil penerapan model
konflik kognitif pada materi termokimia. Data penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Aktivitas dan Afektif Siswa
Data aktifitas dan afektif siswa dalam pembelajaran kimia
dengan menerapkan model pendekatan kontekstual
dianalisis dengan rumus persentase. Data yang diperoleh
dari pengamatan akan dianalisis berdasarka hasil skor rata-
rata pengamatan. Data ini dianalisis dengan menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh Rismayani (2010) sebagai
berikut:
Nilai = ( skor pengamat1+skor pengamat 2 )
2total skor maksimal
X 100%
Hasil belajar siswa yg diperoleh kemudian dibandingkan
dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) di sekolah
SMAN 8 Banda Aceh yaitu 67. Perbandingan ini dilakukan
untuk melihat ketuntasan belajar siswa secara individual.
Hasil belajar siswa setelah menggunakan model konflik
kognitif dapat dianalisis menggunakan statistic deskriptif
persentase dengan rumus sebagai berikut :
P = fN x 100
Keterangan : P = angka persentase f = jumlah frekuensi ( jumlah siswa yang tuntas ) N= jumlah keseluruhan objek (jumlah seluruh
siswa) (Sudijono, 2003)
2. Kriteria keberhasilanUntuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa melalui
tes formatif selama kegiatan belajar mengajar dalam penerapan
model pembelajaran pendekatan kontekstual dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus dalam Tim Pustaka Yustisia
(2008):
Nilai =Banyaknya jawabanbenar
Banyaknya soalX 100
Maka dianalisis ketuntasan secara klasikal dengan rumus
persentase menurut muspita (2011) adalah:
P = Jumlah siswa yang tuntasJumlah siswakeseluruhan
X 100%
Persentase siswa yang telah mencapai ketuntasan secara klasikal pada
masing-masing siklus minimal 85%.
DAFTAR PUSTAKA
Bektiarso, S. 2000. Pentingnya Konsepsi Awal dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal
Saintifika Vol 1 No. 1. Jember: FKIP Universitas Jember
Chang, R (2005) Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Depdiknas. 2003. Silabus KTSP. Dirjen Dikdasmen
Efendi. 2000. Upaya untuk Mengatasi Kesalahan Konsep dalam Pengajaran Kimia
dengan Menggunakan strategi Konflik kognitif. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang. Malang.
Ismaimuja (2009). Kemampuan berfikir kritis dan kreatif matematis siswa SMP melalui
pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif. Disertasi
doktoral yang tidak dipublikasikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Kang, et al (2010). Cognitive Conflict and Situational Interst as factors Influencing
Conceptual Change. International ournal of Environment and Science Education.
5, (4), 383-405.
Kismarini, H (2011). Identifikasi dan Reduksi Miskonsepsi pada Materi Pokok
Termokimia Menggunakan Pembelajaran Kimia Konstektual. Tesis Magister
SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan
Pinar (2009). Facilitating Conceptual Change in Gases Concept. Journal of Science and
Education, 18, 130-137
Pramudya, S. Ahmad. 2006. Menumbuhkan Kematangan Berpikir. Jakarta: Edsa
Mahkota.
Rumalang. R (2010) Konflik Kognitif Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran
Strategi Belajar. ISSN: 277-272-1 mei 2010
Setyowati. A (2011) Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam Pembelajaran
Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII.
ISSN: 1693-1246 juli 2011
Subali, dan Mosik. (2011) Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif dalam
Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) hlm. 89-96, Juli
2011.
Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sustina. A (2013) Pengembangan Model Pembelajaran Konflik Kognitif untuk
Memfasilitasi Perubahan Konseptual dan Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa pada Materi Termokimia. Tesis : UPI
.Trianto. (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Yunus. M (2008) Perbandingan Strategi Konflik Kognitif dengan Strategi Konvensional
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makasar. Jurnal
Chemical Vol 9 Nomor 2 Desember 2008
Zaeni, JRJ (2011). Fasilitasi Perubahan Konsepsi pada Pembelajaran Persamaan
Kimia Melalui Strategi Konflik Kognitif. Skripsi Mahasiswa UPI Bandung. Tidak
Diterbitkan
Lampiran 1
SILABUS KIMIA
Kelas/Semester : XI/2
Standar Kompetensi : 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya
Alokasi Waktu : 5 X 45 menit
Kompetensi Dasar Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator PenilaianAlokasi Waktu
Sumber/
Bahan/ Alat
2.1.Mendeskripsikan entalpi suatu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
Entalpi pembentukan, penguraian dan pembakaran
Mendiskusikan system dan lingkungan secara berkelompok
Mendiskusikan reaksi eksoterm dan endoterm secara berkelommpok
Mengkaji entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian standar, entalpi pembakaran standar secara berkelompok
mengerjakan soal tentang reaksi eksoterm dan endoterm secara mandiri
Mengerjakan soal-soal entalpi pembentukan, penguraian dan pembakaran standar
Membedakan sistem dan lingkungan
Membedakan reaksi eksoterm dan endoterm
Menuliskan persamaan termokimia
Membedakan entalpi pembentukan standard, entalpi penguraian standard dan entalpi pembakaran standard
Jenis tagihan - tugas individu
- ulangan
Bentuk instrumen - tes tertulis
- PR
5 JP Sumber - buku kimia
Jauhari,J.M.C dan Rahmawati.2008.Kimia Untuk SMA dan MA kelas 2. Jakarta: Erlangga
Bahan - lembar kerja siswa
Alat -LCD
-komputer
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
NAMA SEKOLAH : SMA Negeri 8 Banda AcehKELAS / SEMESTER : XI /2MATA PELAJARAN : KIMIAJUMLAH PERTEMUAN : 5 JP (2x pertemuan)
A. STANDAR KOPETENSI
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya
B. KOMPETENSI DASAR2.1. Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi. Reaksi Eksoterm dan
Endoterm
C. INDIKATOR OEMBELAJARAN KOPETENSI Membedakan sistem dan lingkungan Membedakan reaksi eksoterm dan endoterm Menuliskan persamaan termokimia Membedakan entalpi pembentukan standard, entalpi penguraian standard dan entalpi
pembakaran standard
D. TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa mampu membedakan system dan lingkungan Siswa mampu membedakan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm Siswa mampu membedakan entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian standar,
entalpi pembakaran standar.
E. MATERI AJAR Sistem dan Lingkungan Reaksi Eksoterm dan Endoterm Entalpi pembentukan, penguraian dan pembakaran
F. METODE PEMBELEJARAN1. Metode : Konflik Kognitif2. Pendekatan : Induktif, Konstektual3. Model : STAD dan Number Head Together (NHT)
Pertemuan 1 (3 x 45 menit)
No Kegiatan BelajarWaktu
(menit)
Aspek life Skill yang
Dikembangkan
1 Pendahuluan- Guru memberi salam- Siswa berdoa sebelum belajar- Guru mengapsen kehadiran siswa- Menanyakan kabar siswa – dengan fokus pada
mereka yang tidak datang dan/atau yang pada pertemuan sebelumnya tidak datang
- Siswa mendengar/menjawab apersepsi yang disampaikan oleh guru: Mengingatkan kembali tentang pengertian energi
- Siswa mendengarkan/menjawab motivasi yang disampaikan oleh guru : Dapatkah energi berubah dari satu bentuk ke bentuk lain? Berikalah contohnya!
- Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
20 - Disimplin- Ceramah
2 Kegiatan Inti- Siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagi
sebelumnya. Setiap siswa dalam kelompok lebih kurang empat secara heterogen
- Guru menyediakan materi pelajaran dan menjelaskan materi tentang energi
- Setiap siswa diberikan LKS oleh guru- Setiap siswa yang ada didalam kelompok mempunyai
tanggung jawab yang sama, dimana setiap anggota harus mampu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti
- Guru memberi pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. Skor kelompok diproleh dari penjumlahan nilai jawaban anggota.
- Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami- Siswa memdengar penguatan dari guru terhadap hasil
diskusi siswa.
95 - Disiplin- Ceramah - Kerjasama- Tanya jawab- Diskusi- Potensi diri- Uji diri- Mandiri
3 Penutup- Siswa bersama guru membuat kesimpulan/rangkuman- Guru dan siswa melakukan refleksi- Kelompok yang baik diberi penghargaan oleh guru
20
- Pengendalian diri
- Mandiri
No Kegiatan BelajarWaktu
(menit)
Aspek life Skill yang
Dikembangkan
- Memberitahukan kepada siswa tentang materi pertemuan selanjutnya dan menugaskan siswa untuk membacanya
Pertemuan 2 (2 x 45 menit)
No Kegiatan BelajarWaktu
(menit)
Aspek life Skill yang
Dikembangkan
1 Pendahuluan- Guru member salam- Siswa berdoa sebelum belajar- Menanyakan kabar siswa – dengan fokus pada
mereka yang tidak datang dan/atau yang pada pertemuan sebelumnya tidak datang
- Siswa mendengar/menjawab apersepsi yang disampaikan oleh guru: Mengingatkan kembali tentangenergi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
- Siswa mendengarkan/menjawab motivasi yang disampaikan oleh guru : Mengapa entalpi dibentuk 1 mol? dan dibentuk dari unsurnya dalam bentuk standar?
- Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
15 - Disimplin- Ceramah
2 Kegiatan Inti- Siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagi
sebelumnya. Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor
- Guru menyediakan materi pelajaran, dan menjelaskan materi tentang entalpi reaksi
- Setiap siswa diberikan LKS, berdasarkan nomor- Siswa bisa bekerjasama antar kelompok, siswa yang
yang bernomor sama dengan kelompok yang lain bisa bekerjasama.
- Siswa melaporkan hasil diskusi/tanggapan-tanggapan
65 - Disiplin- Ceramah - Kerjasama- Tanya jawab- Diskusi- Potensi diri- Uji diri- Mandiri
No Kegiatan BelajarWaktu
(menit)
Aspek life Skill yang
Dikembangkan
dari siswa yang bernomor sama dari kelompok lain kepada kelompoknya
- Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami- Siswa memdengar penguatan dari guru terhadap hasil
diskusi siswa.
3 Penutup- Siswa bersama guru membuat kesimpulan/rangkuman- Guru dan siswa melakukan refleksi
- Kelompok yang baik diberi penghargaan oleh guru- Memberitahukan kepada siswa tentang materi
pertemuan selanjutnya dan menugaskan siswa untuk membacanya
10
- Pengendalian diri
- Mandiri
H. Sumber Belajar :
Anshory, Irfan. 1999. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Johari, J.M.C dan M. Rachmawati. 2004. Untuk Kimia SMA Kelas X. Jakarta: Esis.
Purba, Michael. 2004. Buku Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Lampiran 3
SOAL TES
Nama :
Kelas :
Pelajaran :
1. Berdasarkan jenis interaksinya dengan lingkungan, system kimia dibedakan atas sistem terbuka, siatem tertutup dan sistem terisolasi. Apakah perbedaan system tersebut?
............................................................................................................
.............
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
2. Berikan dua contoh reaksi endoterm dan reaksi eksoterm!
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
3. Sebutkan ciri-ciri reaksi eksoterm?
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
4. Agar belerang dan udara dapat bereaksi dalam pembakaran dengan udara diperlukan sejumlah panas, setelah reaksi timbul panas kembali. Hal ini terjadi karena :a. Reaksi endoterm yang memerlukan energi aktivasib. Reaksi yang bersifat endotermc. Gabungan reaksi eksoterm dan endotermd. Reaksi yang menghasilkan kalor
5. Diantara persamaan termokimia berikut yang perubahan entalpinya dapat dikatakan sebagai entalpi pembentukan adalah …..a. 2H(g) + O(g) H2O(l)b. H+(aq) + OH- (aq) H2O(l)c. C(s) + 2H2(g) C2H4 (l)d. 2H2(g) + O2(g) 2H2O(g)e. 2C(s) + 3H2(g) + ½ O2 C2H6O(l)
6. Reaksi Fe2O3 + Al2O3 + 2Fe H= -183 kkal, pada reaksi di atas, -183 kkal adalah?a. Perubahan entalpi reaksi Fe2O3 dengan Alb. Perubahan entalpi pembentukan Al2O3
c. Perubahan entalpi penguraian Fe2O3
d. Perubahan entalpi pembakaran Ale. Perubahan entalpi pembentukan Fe
Lampiran 4
KISI-KISI BUTIR TES
Indikator Soal Kriteria Jawaban Skor RujukanSiswa mampu membedakan antara sistem dan lingkungan
5. Berdasarkan jenis interaksinya dengan lingkungan, system kimia dibedakan atas sistem terbuka, siatem tertutup dan sistem terisolasi. Apakah perbedaan system tersebut?
1. Sistem terbuka : Terjadi pertukaran materi dan energi
Sistem tertutup : Terjadi pertukaran energy tetapi tidak pertukaran materi
Sistem terisolasi: Tidak terjadi pertukaran materi maupun energi
10Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.
.Siswa mampu membedakan reaksi eksoterm dan endoterm
2. Berikan dua contoh reaksi endoterm dan reaksi eksoterm!
6. Contoh reaksi eksoterm :a. S(s) + O2(g) SO2(g)
ΔH = -300kJ
b. N2(g) 3H2(g) 2NH3 (g) ΔH = -92kJ
Contoh reaksi endoterm :a. N2O4(g) 2NO2(g)
ΔH = +58kJb. 2C(s) + H2(g) C2H2(g)
ΔH = + 225kJ
10 Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.
7. Sebutkan ciri-ciri reaksi eksoterm? 3. Ciri-ciri reksi eksoterm adalah: 15 Rachmawati
a. Kalor mengalir dari system ke lingkungan
b. Entalpi produk lebih kecil dari pada entalpi pereaksi
c. Perubahan entalpinya bertanda negative
d. Menyebabkan keneikan suhu lingkungan sekitar
. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.
4. Agar belerang dan udara dapat bereaksi dalam pembakaran dengan udara diperlukan sejumlah panas, setelah reaksi timbul panas kembali. Hal ini terjadi karena :e. Reaksi endoterm yang memerlukan
energi aktivasif. Reaksi yang bersifat endotermg. Gabungan reaksi eksoterm dan
endotermh. Reaksi yang menghasilkan kalori. Reaksi eksoterm yang memerlukan
energi aktivasi
4. E. Reaksi eksoterm yang memerlukan energi aktivasi
20 Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.
Siswa dapat menuliskan persamaan termokimia
7. Diantara persamaan termokimia berikut yang perubahan entalpinya dapat dikatakan sebagai entalpi pembentukan adalah …..f.2H(g) + O(g) H2O(l)
5. E. 2C(s) + 3H2(g) + ½ O2 C2H6O(l)
20 Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA
g. H+(aq) + OH- (aq) H2O(l)h. C(s) + 2H2(g) C2H4 (l)i.2H2(g) + O2(g) 2H2O(g)j.2C(s) + 3H2(g) + ½ O2 C2H6O(l)
kelas 1. Jakarta: erlangga.
Siswa dapat Membedakan entalpi pembentukan standard, entalpi penguraian standard dan entalpi pembakaran standard
8. Reaksi Fe2O3 + Al2O3 + 2Fe H= -183 kkal, pada reaksi di atas, -183 kkal adalah?f. Perubahan entalpi reaksi Fe2O3
dengan Alg. Perubahan entalpi pembentukan
Al2O3
h. Perubahan entalpi penguraian Fe2O3
i. Perubahan entalpi pembakaran Alj. Perubahan entalpi pembentukan Fe
6. A. Perubahan entalpi reaksi Fe2O3 dengan Al
25 Rachmawati. 2006. Kimia SMA/MA kelas 1. Jakarta: erlangga.
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Nama Sekolah : SMAN 8 Banda Aceh
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/2
Materi : Termokimia
Pertemuan : Pertama (1)
Hari/Tanggal :
A. PENGANTAR
Kegiatan observasi yang dilakukan bertujuan untuk
mengamati kegiatan pembelajaran siswa (aktivitas siswa). Aktivitas
yang perlu diperhatikan adalah kegiatan siswa dalam pembelajaran
bukan menilai kemampuan guru atau kualitas guru dalam
melakukan pembelajaran.
B. PETUNJUK
Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai
dengan pilihan bapak/ibu pengamat, dengan kriteria penilaian
terlampir bersama dengan lembar observasi ini.
C. LEMBAR PENGAMATANNo
Aspek yang dinilai NILAI1 2 3 4
1. Kegiatan awala. Engagement Siswa tenang dan menyimak
penjelasan guru. Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. Siswa dapat memperkirakan atau
membuat prediksi tentang materi yang akan dipelajari.
2. Kegiatan intib. Eksploration Siswa membentuk kelompok yang
terdiri 5-6 orang. Siswa membaca bahan ajar yang
telah disediakan. Siswa berdiskusi dalam kelompok. Siswa mencatat atau
mengumpulkan informasi dari bahan ajar yang disediakan.
Siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam bahan ajar dengan benar dan tepat waktu.
c. Explanation Siswa mengajukan pertanyaan dan
tanggapan terhadap masalah yang di diskusikan.
Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari
Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.
d. Elaboration Siswa menyelesaikan soal yang
diberikan oleh guru dan mengerjakan di papan tulis.
3. Kegiatan penutupe. Evaluation Siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari. siswa menyelesaikan materi yang
diberikan dengan tenang dan tepat waktu.
ketertiban dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.
Nilai rata-rata keseluruhan
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Nama Sekolah : SMAN 8 Banda Aceh
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/Semester : XI/2
Materi : Termokimia
Pertemuan : Kedua (2)
Hari/Tanggal :
D.PENGANTAR
Kegiatan observasi yang dilakukan bertujuan untuk
mengamati kegiatan pembelajaran siswa (aktivitas siswa). Aktivitas
yang perlu diperhatikan adalah kegiatan siswa dalam pembelajaran
bukan menilai kemampuan guru atau kualitas guru dalam
melakukan pembelajaran.
E. PETUNJUK
Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai
dengan pilihan bapak/ibu pengamat, dengan kriteria penilaian
terlampir bersama dengan lembar observasi ini.
F. LEMBAR PENGAMATAN
No
Aspek yang dinilai NILAI1 2 3 4
1. Kegiatan awala. Engagement Siswa tenang dan menyimak
penjelasan guru. Siswa dapat memperkirakan atau
membuat prediksi tentang materi yang akan dipelajari.
2. Kegiatan intib. Eksploration Siswa membentuk kelompok yang
terdiri 5-6 orang. Siswa membaca bahan ajar yang
telah disediakan. Siswa berdiskusi dalam kelompok. Siswa mencatat atau
mengumpulkan informasi dari bahan ajar yang disediakan.
Siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam bahan ajar dengan benar dan tepat waktu.
c. Explanation Siswa mengajukan pertanyaan dan
tanggapan terhadap masalah yang di diskusikan.
Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari
Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.
d. Elaboration Siswa menyelesaikan soal yang
diberikan oleh guru dan mengerjakan di papan tulis.
3. Kegiatan penutupe.Evaluation Siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari. siswa menyelesaikan materi yang
diberikan dengan tenang dan tepat waktu.
ketertiban dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.
Nilai rata-rata keseluruhan
Lampiran 6
Rubrik Penelitian Aktivitas Siswa ( pertemuan I)
NO Aspek yang dinilai Kriteria PenilaianSkor Deskripsi
1. Engagement Siswa tenag dan
menyimak penjelasan guru.
1234
Tidak ada siswa yang menyimak1 atau 2 orang siswa menyimak3 atau 4 orang siswa menyimakLebih dari 5 orang siswa menyimak
Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
12
3
4
Tidak ada siswa yang menjawab1 atau 2 orang siswa yang menjawab3 atau 4 orang siswa yang menjawabLebih dari 5 orang siswa yang menjawab
Siswa dapat memperkirakan atau membuat prediksi tentang materi yang akan dipelajari.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang memprediksi1 atau 2 orang siswa yang memprediksi3 atau 4 orang siswa yang memprediksiLebih dari 5 orang siswa yang memprediksi
2. Exploration Siswa membentuk
kelompok yang terdiri 5-6 orang.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang membentuk kelompok.1 atau 2 orang siswa yang membentuk kelompok.3 atau 4 orang siswa yang membentuk kelompok.Lebih dari 5 orang sisw yang membentuk kelompok.a
Siswa membaca bahan ajar yang telah disediakan.
1234
Tidak ada siswa yang membaca1 atau 2 orang siswa yang membaca3 atau 4 orang siswa yang membacaLebih dari 5 orang siswa yang membaca
Siswa berdiskusi dalam kelompok.
12
3
4
Tidak ada siswa yang berdiskusi1 atau 2 orang siswa yang berdiskusi3 atau 4 orang siswa yang berdiskusiLebih dari 5 orang siswa yang berdiskusi
Siswa mencatat atau mengumpulkan informasi dari bahan ajar yang disediakan.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang mencatat dan menyimpulkan1 atau 2 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkan3 atau 4 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkanLebih dari 5 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkan
Siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam bahan ajar dengan benar dan tepat waktu.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktuLebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu
3. Explanation Siswa mengajukan
pertanyaan dan tanggapan terhadap masalah yang diskusikan.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang bertanya dan menanggapi1 atau 2 orang siswa yang bertanya dan menanggapi3 atau 4 orang siswa yang bertanya dan menanggapiLebih dari 5 orang siswa yang bertanya dan menanggapi
Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari
1
2
3
Tidak ada Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari1 atau 2 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang
4
dipelajari3 atau 4 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajariLebih dari 5 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari
Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri1 atau 2 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri3 atau 4 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiriLebih dari 5 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri
4. Elaboration Siswa menyelesaikan soal
yang diberikan guru dan mengerjakannya dipapan tulis.
1
2
3
4
1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan soal.3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan soal.Lebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan soal.Tidak ada siswa yang menyelesaikan soal
5. Evaluation Siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.1 atau 2 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.3 atau 4 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.Lebih dari 5 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Siswa menyelesaikan kuis yang diberikan dengan tenang dan tepat waktu.
1
2
Tidak ada siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu
3
4
3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktuLebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu
ketertiban dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.
1
2
3
4
Jika lebih dari 5 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika 3atau 4 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika 1 atau 2 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika tidak ada siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu teman
Rubrik Penelitian Aktivitas Siswa ( pertemuan II )
NO Aspek yang dinilai Kriteria PenilaianSkor Deskripsi
1. Engagement Siswa tenag dan
menyimak penjelasan guru.
1234
Tidak ada siswa yang menyimak1 atau 2 orang siswa menyimak3 atau 4 orang siswa menyimakLebih dari 5 orang siswa menyimak
Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
12
3
4
Tidak ada siswa yang menjawab1 atau 2 orang siswa yang menjawab3 atau 4 orang siswa yang menjawabLebih dari 5 orang siswa yang menjawab
Siswa dapat memperkirakan atau membuat prediksi tentang materi yang akan
1
2
Tidak ada siswa yang memprediksi1 atau 2 orang siswa yang memprediksi
dipelajari. 3
4
3 atau 4 orang siswa yang memprediksiLebih dari 5 orang siswa yang memprediksi
2. Exploration Siswa membentuk
kelompok yang terdiri 5-6 orang.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang membentuk kelompok.1 atau 2 orang siswa yang membentuk kelompok.3 atau 4 orang siswa yang membentuk kelompok.Lebih dari 5 orang sisw yang membentuk kelompok.a
Siswa membaca bahan ajar yang telah disediakan.
1234
Tidak ada siswa yang membaca1 atau 2 orang siswa yang membaca3 atau 4 orang siswa yang membacaLebih dari 5 orang siswa yang membaca
Siswa berdiskusi dalam kelompok.
12
3
4
Tidak ada siswa yang berdiskusi1 atau 2 orang siswa yang berdiskusi3 atau 4 orang siswa yang berdiskusiLebih dari 5 orang siswa yang berdiskusi
Siswa mencatat atau mengumpulkan informasi dari bahan ajar yang disediakan.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang mencatat dan menyimpulkan1 atau 2 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkan3 atau 4 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkanLebih dari 5 orang siswa yang mencatat dan menyimpulkan
Siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam bahan ajar dengan benar dan tepat waktu.
1
2
3
Tidak ada siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan
4tepat waktuLebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan tepat waktu
3. Explanation Siswa mengajukan
pertanyaan dan tanggapan terhadap masalah yang diskusikan.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang bertanya dan menanggapi1 atau 2 orang siswa yang bertanya dan menanggapi3 atau 4 orang siswa yang bertanya dan menanggapiLebih dari 5 orang siswa yang bertanya dan menanggapi
Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari
1
2
3
4
Tidak ada Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari1 atau 2 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari3 atau 4 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajariLebih dari 5 orang siswa Siswa menyampaikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari
Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri1 atau 2 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri3 atau 4 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiriLebih dari 5 orang siswa yang menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri
4. Elaboration Siswa menyelesaikan soal
yang diberikan guru dan mengerjakannya dipapan tulis.
1
2
3
1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan soal.3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan soal.Lebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan soal.
4 Tidak ada siswa yang menyelesaikan soal
5. Evaluation Siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.1 atau 2 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.3 atau 4 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.Lebih dari 5 orang siswa yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Siswa menyelesaikan kuis yang diberikan dengan tenang dan tepat waktu.
1
2
3
4
Tidak ada siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu1 atau 2 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu3 atau 4 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktuLebih dari 5 orang siswa yang menyelesaikan kuis dengan tenang dan tepat waktu
ketertiban dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.
1
2
3
4
Jika lebih dari 5 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika 3atau 4 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika 1 atau 2 siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu temanJika tidak ada siswa keluar masuk tanpa permisi atau mengganggu teman
Lampiran 7
Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pengembangan Model Pembelajaran Konflik
Kognitif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Termokimia Kelas XI SMAN 8 Banda Aceh
Identitas Responden
Nama :
Jenis kelamin :
Petunjuk Pengisian
1. Silanglah salah satu pilihan Ya atau Tidak yang tersedia sesuai
dengan pendapat anda.
2. Sebelum menyilang bacalah dengan teliti setiap pertanyaan
yang diajukan.
3. Berilah alasan jawaban secara singkat dan tepat menurut
pendapat anda.
Pertanyaan
1. Apakah anda menyukai cara mengajar yang digunakan guru
dalam penyampaian materi Termokimia? Berikan alasan anda!
ya tidak
Alasan
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
2. Apakah pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat
membuat suasana belajar anda menyenangkan? Berikan alasan
anda!
ya tidak
Alasan
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
3. Apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi pelajaran mudah untuk dipahami!
ya tidak
Alasan
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
4. Apakah anda dapat memahami materi yang baru dipelajari?
Berikan alasan anda!
ya tidak
Alasan
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
5. Apakah dengan pembelajaran yang digunakan oleh guru
membuat anda lebih aktif saat belajar? Berikan alasan anda!
ya tidak
Alasan
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
6. Apakah belajar dengan model pembelajaran ( konflik kognitif) ini
anda termotivasi untuk mempelajari materi termokimia? Berikan
alasan anda!
ya tidak
Alasan
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
7. Apakah dengan penerapan model pembelajaran (konflik
kognitif) dapat membuat anda lebih mudah berdiskusi dalam
kelompok? Berikan alasan anda!
Ya tidak
Alasan
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
8. Apakah sebelumnya guru pernah menggunakan model
pembelajaran (konflik kognitif) dalam mengajar materi
hidrokarbon? Berikan alasan anda!
Ya Tida
k
Alasan
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
................................................................................................................
.........
Lampiran 8
Kisi – Kisi Soal Angket
No Kriteria Angket No Soal Soal
1 Minat belajar siswa
1 Apakah anda menyukai cara mengajar yang digunakan guru dalam
penyampaian materi Termokimia? Berikan alasan anda!
2 Apakah pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat membuat
suasana belajar anda menyenangkan? Berikan alasan anda!
3 Apakah bahasa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pelajaran mudah untuk dipahami!
2 Aktivitas Siswa 4 Apakah anda dapat memahami materi yang baru dipelajari? Berikan
alasan anda!
5 Apakah dengan pembelajaran yang digunakan oleh guru membuat anda
lebih aktif saat belajar? Berikan alasan anda!
6 Apakah belajar dengan model pembelajaran ( konflik kognitif) ini anda
termotivasi untuk mempelajari materi termokimia? Berikan alasan anda!
7 Apakah dengan penerapan model pembelajaran (konflik kognitif) dapat
membuat anda lebih mudah berdiskusi dalam kelompok? Berikan alasan
anda!
8 Apakah sebelumnya guru pernah menggunakan model pembelajaran
(konflik kognitif) dalam mengajar materi hidrokarbon? Berikan alasan
anda!