bab i pendahuluan

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi pendidikan telah dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 Ayat 1, “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. ” Dari rumusan tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang harus direncanakan secara matang dalam suatu sistem yang baik. Pendidikan yang direncanakan dengan matang dalam suatu sistem pendidikan yang baik, hal itu tertuang dalam sebuah penerapan kurikulum. 1

Upload: muhammad-azis

Post on 21-Dec-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi pendidikan telah dirumuskan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

Ayat 1, “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. ” Dari rumusan

tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang harus

direncanakan secara matang dalam suatu sistem yang baik. Pendidikan yang

direncanakan dengan matang dalam suatu sistem pendidikan yang baik, hal itu

tertuang dalam sebuah penerapan kurikulum.

Pendidikan diarahkan untuk terwujudnya proses pembelajaran dalam

suasana belajar, yang berarti terbentuknya masyarakat belajar (learning society).

Dalam hal ini peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, atau

berarti penekanan pada sifat kemandirian peserta didik. Semua upaya tersebut

ditujukan pada pengembangan kekuatan spiritual keagamaan (ranah religious-

spiritual); pengendalian diri dan kepribadian (ranah psikologis-emosional);

kecerdasan (ranah intelektual); akhlak mulia (ranah etika dan moralitas);

keterampilan (ranah professional); yang diperlukan dirinya (ranah individual),

masyarakat (ranah social), dan bangsa dan Negara (ranah politik). Jadi,

1

Page 2: Bab i Pendahuluan

2

pendidikan di Indonesia memiliki demensi yang luas, mulai dari individual,

social, psikologi, spiritual, etika-moralitas, intelektual, professional, sampai ke

politik kebangsaan. (Sonhadji, 2013:92).

Pendidikan yang diarahkan dan direncanakan dengan matang merupakan

salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Dalam suatu sistem pendidikan banyak komponen yang mempengaruhi

keterlaksanaan suatu pendidikan, yang salah satunya adalah guru. Seorang guru

dalam pendidikan memegang peranan yang penting. Guru tidak hanya dituntut

untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoretis tapi juga harus memiliki

kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena seorang guru dalam

pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan materi semata tetapi juga harus

berupaya agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi siswa. Apabila guru

tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik, dapat menimbulkan

kesulitan belajar bagi siswa, sehingga mengalami ketidaktuntasan dalam

belajarnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

pesat, maka dituntut adanya perkembangan segala bidang, salah satunya adalah

bidang pendidikan. Tantangan masa depan dalam abad ke-21 ini tentang

perkembangan pengetahuan dan teknologi antara lain peradapan tentang

perkembangan teknologi yang semakin pesat dan pengembangan kurikulum

kearah yang lebih baik, untuk itu diperlukan adanya peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang mampu bersaing dalam era globalisasi. Di era globalisasi saat

ini, kemajuan ilmu pengetahuan khususnya tentang pengetahuan kurikulum,

Page 3: Bab i Pendahuluan

3

metode pembelajaran yang digunakan, serta karakteristik gaya belajar siswa yang

berubah seiring dengan diberlakukannya kurikulum yang baru. Untuk

menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu

pendidikan. Kemajuan tersebut harus ditopang dengan sumber daya manusia

yang memiliki tanggung jawab dan integritas yang tinggi. Suatu bangsa akan

maju apabila memiliki insan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

dan diiringi dengan moralitas yang baik. Untuk itu diperlukan tahapan-tahapan

berupa peningkatan intelektual dan kualitas keterampilan kerja. Guna mencapai

hal tersebut diperlukan adanya perubahan dibidang pendidikan yang meliputi

gaya belajar siswa, kemampuan mengajar guru dan kurikulum yang digunakan

dalam pembelajaran.

Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, iklim

perpolitikan yang kurang kondusif, juga mempengaruhi perkembangan

pendidikan di Indonesia, bahkan cenderung mengarah pada kebebasan yang

kurang terkendali telah menimbulkan berbagai masalah dalam berbagai

kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam tatanan akar rumput (grass-root), hal

tersebut telah menimbulkan berbagai gejala dan masalah sosial. Dalam tatanan

nasional; jika dalam bidang pertambangan dan perekonomian, pemerintah terus-

menerus melakukan perubahan harga bahan bakar minyak (BBM), maka dalam

bidang pendidikan sepertinya terus-menerus mengotak-atik kurikulum.

Pendidikan di Indonesia terus berubah, dengan alasan untuk mencapai pendidikan

yang maksimal, salah satu perubahan adalah tentang penerapan Kurikulum 2013

yang mulai diterapkan pada Juli 2013 menggantikan kurikulum yang lama

Page 4: Bab i Pendahuluan

4

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Wacana perubahan digulirkan

ketika pendidikan sedang mengalami berbagai kesemrawutan (chaos) dan

ketimpangan, baik secara kuantitas, kualitas, maupun dalam kaitannya dengan

efektivitas dan relevansi pendidikan, bahkan ada yang menyatakan bahwa

pendidikan kita sangat kacau, tidak jelas arah dan tujuannya.

Dengan perubahan kurikulum maka saat ini juga telah terjadi pergeseran

paradigma pembelajaran dari behavioristik (teacher centered) menuju

konstruktivistik (student centered). Hal tersebut juga akan mempengaruhi proses

pembelajaran di sekolah tak terkecuali proses pembelajaran pada paket keahlian

Teknik Komputer dan Jaringan. Peran guru dalam kelas tidak lagi sebagai sumber

informasi, tetapi sebagai fasilitator yang kreatif dan mampu memotivasi siswa

untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam proses belajar. Jadi

tugas guru yang utama adalah membantu siswa dalam belajar dan siswa dibiarkan

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme

siswa sebagai objek proses pembelajaran tidak menerima begitu saja pengetahuan

yang didapatkan, tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuannya secara

individual. Kegiatan pembelajaran tidak hanya merupakan suatu proses

pengalihan pengetahuannya, tapi juga melibatkan adanya transfer keterampilan

dan kemampuan siswa. Siswa dituntut untuk mampu berpikir kritis, menganalisis,

membandingkan, menggeneralisasikan, membuat hipotesis sampai mengambil

kesimpulan dari masalah yang ada, dimana semua itu sudah tertuang dalam

kurikulum yang baru yaitu Kurikulum 2013. Aktivitas yang kreatif dan iniovatif

dari siswa merupakan faktor yang penting sebagai penentu keberhasilan belajar,

Page 5: Bab i Pendahuluan

5

disamping faktor-faktor lain diantaranya peran guru, pengawasan kepala sekolah

dan ketersediaan sarana prasarana dalam proses pembelajaran.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring. Proses

pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Proses hasil belajar menggunakan penilaian autentik (Authentic Assessment) yaitu

pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik

untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi

harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-

komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen

tersebut antara lain kurikulum, rencana pembelajaran, proses pembelajaran,

mekanisme penilain, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan

sekolah, pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana,

prasarana, pembiyaan, serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Implementasi Kurikulum 2013 menuntut kerja sama yang optimal

diantara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan

menuntut kerjasama yang kompak di antara para anggota tim. Kerjasama antara

para guru sangat penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir ini

mengalami perubahan yang sangat pesat. Implementasi Kurikulum 2013 akan

dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai tahun ajaran 2013 (Juli 2013)

Page 6: Bab i Pendahuluan

6

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV untuk

SD, kelas VII SMP, dan kelas X SMA/SMK. Semula kurikulum 2013 akan

diimplementasikan pada 30% SD , dan 100% untuk SMP , SMA,dan SMK,

sehingga tahun 2016 semua sekolah diharapkan sudah menggunakan dan

mengembangakan kurikulum baru, baik negeri maupun swasta. Apa yang

diungkapkan diatas berdasarkan asumsi kurikulum 2013 dapat diterapkan pada

setiap jenis dan jenjang pendidikan dan berbagai ranah pendidikan, sesuai dengan

surat keputusan Kemendikbud tentang implementasi Kurikulum 2013 tahun

2013.

Penerapan Kurikulum 2013 di Indonesia menginjak 2 tahun pelaksanaan

Kurikulum 2013 tetapi sudah banyak diterpa dengan masalah, salah satunya

adalah kalayakan penerapan kurikulum 2013, yang diragukan kelayakannya

dapat menggantikan kurikulum lama, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Banyak pihak mengasumsikan bahwa penerapan Kurikulum 2013 terlalu

mendadak dan terkesan dipaksakan. Puncaknya adalah pada pertengahan tahun

2014, seiring dengan pergantian tapuk pemerintahan di Indonesia, yang diikuti

dengan pergantian jajaran menteri tak terkecuali menteri pendidikan dan

kebudayaan. Bapak Anies Baswedan selaku menteri pendidikan dan kebudayaan

yang baru menginstruksikan untuk meninjau ulang penerapan Kurikulum 2013,

dengan keluarnya peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik

Indonesia nomor 160 tahun 2014, tentang “Pemberlakuan Kurikulum 2006 Dan

Kurikulum 2013”. Dalam Permendikbud tersebutkan disebutkan bahwa “Satuan

pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013

sejak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan

Page 7: Bab i Pendahuluan

7

Kurikulum Tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran 2014/2015

sampai ada ketetapan dari Kementerian untuk melaksanakan Kurikulum 2013,

dan Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang telah

melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester tetap menggunakan

Kurikulum 2013”. Dengan keluarnya permendikbud tersebut menteri pendidikan,

akan meninjau ulang dan mengevaluasi penerapan Kurikulum 2013, yang

nantinya akan menjadi pertimbangan apakah Kurikulum 2013 tetap dilanjutkan

atau diganti dengan kurikulum baru.

Evaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013 bisa ditinjau dari pemahaman

guru, komitmen guru, dukungan sumber belajar dan hasil belajar. Pemahaman

guru terhadap esensi Kurikulum 2013 merupakan faktor penting, agar guru dapat

melaksanakan Kurikulum 2013 secara sitematis dan berkelanjutan menuju pada

target sosok pembelajaran yang komprehensif dan efektif. Dalam pemahaman

guru terdapat proses pembelajran yang pada dasarnya merupakan interaksi

pedagogik antara guru, siswa, materi, dan lingkungannya. Penerapan Kurikulum

2013 sendiri baru dilaksanakan di kota Malang pada bulan Juli 2013.

Evaluasi berisikan informasi yang menggambarkan secara keseluruhan

kinerja dalam proses belajar mengajar. Evaluasi adalah sumber informasi bagi

stakeholder pendidikan untuk mengetahui pencapaian kinerja dalam proses

belajar mengajar sekaligus menentukan kebijakan pendidikan maupun keputusan

dalam pengembangan kurikulum pada periode selanjutnya”. Tujuan melakukan

evaluasi sangat tergantung pada kebutuhan pihak-pihak yang melakukannya.

Evaluasi kurikulum dipergunakan untuk kepentingan: “(1) umpan balik siswa; (2)

mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan; (3) sebagai informasi

Page 8: Bab i Pendahuluan

8

untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan kurikulum; (4) membantu

siswa dalam mengambil keputusan; (5) menjelaskan tujuan yang ingin dicapai;

dan (6) membantu pihak lain dalam mengambil keputusan terkait dengan peserta

didik selanjutnya”.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 Tahun

2014 menjelaskan bahwa “Evaluasi Kurikulum 2013 dilakukan terhadap

implementasi Kurikulum 2013. Evaluasi Kurikulum 2013 bertujuan untuk

mendapatkan informasi mengenai kesesuaian antara implementasi kurikulum

dengan dokumen kurikulum. Dokumen kurikulum merupakan sekumpulan

dokumen yang berfungsi sebagai perangkat operasional kurikulum yang meliputi:

a) Dokumen kurikulum setiap satuan pendidikan atau program pendidikan, b)

Dokumen kurikulum setiap mata pelajaran, c) Pedoman implementasi kurikulum,

d) Buku teks pelajaran, e) Buku panduan guru, dan f) Dokumen kurikulum

lainnya. Implementasi kurikulum merupakan proses realisasi desain kurikulum

yang diterjemahkan dalam aspek-aspek penyediaan perangkat dokumen, buku

pelatihan, pendampingan, dan monitoring untuk kelancaran pelaksanaan

pembelajaran. Evaluasi kurikulum 2013 mencakup:

a) Evaluasi implementasi kurikulum terbatas, yang berarti evaluasi terhadap

muatan atau mata pelajaran, untuk tingkat kelas, dan/atau untuk satuan

pendidikan tertentu.

b) Evaluasi implementasi kurikulum penuh, yang berarti evaluasi terhadap

muatan pembelajaran atau mata pelajaran untuk seluruh tingkat kelas

dan/atau seluruh satuan pendidikan.

Page 9: Bab i Pendahuluan

9

Evaluasi kurikulum menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan instrumen yang sudah divalidasi sesuai dengan model yang

diterapkan untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan. Model evaluasi

kurikulum yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif meliputi: a) Evaluasi

berbasis tujuan, b) Pendekatan sistem, c) Penilaian akuntabilitas. Evaluasi

kurikulum 2013 yang dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya evaluasi

formatif yang digunakan untuk pengambilan keputusan perbaikan implementasi

kurikulum. Evaluasi formatif dilakukan setelah implementasi kurikulum secara

terbatas atau secara penuh.

Berdasarkan kajian diatas, maka peneliti ingin mengetahui “EVALUASI

PENERAPAN KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PROSES

PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN

JARINGAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KOTA MALANG”.

Penelitian ini akan memfokuskan kajian secara teliti pada kegiatan mengevaluasi

proses pembelajaran dalam kelas selama pelaksanaan kurikulum 2013 pada bulan

juli 2013 apakah sudah menerapkan kurikulum 2013 pada proses pembelajaran

pada sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang khususnya jurusan Teknik

Komputer dan Jaringan serta ingin mengungkapkan hasil evaluasi yang telah

dilakukan, sehingga diketahui apakah sudah memenuhi standar atau belum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang

teridentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 10: Bab i Pendahuluan

10

1. Bagaimana pemahaman guru dalam menerapkan kurikulum 2013 pada

Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang sesuai dengan standar Kurikulum

2013.

2. Apakah kualitas siswa sebagai pihak penerima penerapan kurikulum 2013

pada Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang sesuai dengan standar

Kurikulum 2013.

3. Apakah kualitas manajemen sekolah dalam penerapan Kurikulum 2013 pada

Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang sesuai dengan standar kurikulum

2013.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan tujuan

dari evaluasi penerapan kurikulum 2013 pada paket keahlian teknik komputer

dan jaringan mata pelajaran jaringan dasar pada sekolah sasaran kota malang

yaitu untuk mengevaluasi:

1. Kesesuaian pemahaman guru dalam menerapkan kurikulum 2013 pada

Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang dengan standar kurikulum

2013.

2. Kesesuaian kualitas siswa sebagai pihak penerima penerapan kurikulum

2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang dengan standar

kurikulum 2013.

3. Kesesuaian kualitas manajemen sekolah dalam penerapan kurikulum 2013

pada Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang dengan standar kurikulum

2013.

Page 11: Bab i Pendahuluan

11

D. Manfaat Penelitian

Merujuk dari tujuan penelitian ini yang telah dikemukan, manfaat

penelitian yang diharapkan adalah:

1. Manfaat teoritis, sebagai wacana dan sumber bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis:

a) Bagi Siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bervariasi

dan menyenangkan yang dapat meningkatkan keterlibatan atau keaktifan

siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan juga diharapkan melalui penelitian

ini siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar dan siswa dapat bekerjasama

dalam kelompok, sekaligus bisa aktif dalam kelas.

b) Bagi Guru, sebagai bahan referensi guru untuk dapat memahami kurikulum

2013 serta dalam menyusun pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum

2013, dimana sistem pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa serta

dapat menerapkan secara tepat, sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan

lebih meningkat.

c) Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan bekal dalam mempersiapkan diri dalam profesi keguruannya khususnya

dalam proses belajar TKJ dimasa akan datang, dan juga dapat mengetahui

hasil belajar siswa yang diajar dengan kurikulum 2013, metode

pembelajaran yang tepat dan bisa mengetahui gaya belajar siswa setelah

diterapkannya kurikulum 2013.

d) Bagi Sekolah, hasil penelitian ini akan diberikan kepada pihak SMKN 2

Malang, SMKN 3 Malang, SMKN 4 Malang, SMKN 6 Malang sebagai

bahan pertimbangan sekolah dan diharapkan dapat memberikan tambahan

Page 12: Bab i Pendahuluan

12

referensi tentang pengembangan kurikulum 2013 dan motode pembelajaran

untuk pembelajaran TKJ.

E. Batasan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan kurikulum 2013 pada

siswa kelas XI paket keahlian Teknik Komputer dan Jaringan pada Sekolah

Menengah Kejuruan kota Malang yang mencakup tiga komponen (Guru,

Siswa, Manajemen Sekolah).

2. Lokasi penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan yang berstatus sekolah

cluster, yaitu di SMKN 2 Malang, SMKN 3 Malang SMKN 4 Malang dan

SMKN 6 Malang pada Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.

3. Variabel penelitian ini adalah tiga komponen penerapan kurikulum 2013,

yaitu (a) Guru, (b) Siswa dan (c) Manajemen Sekolah Sasaran.

4. Subjek penelitian ini yaitu guru dan siswa paket Keahlian Teknik Komputer

dan Jaringan untuk tingkat XI serta manajemen Sekolah Menengah Kejuruan

yang berstatus sekolah Cluster, yaitu Kepala Sekolah dan Waka Sarana

Prasarana.

5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket.

F. Definisi Operasional

Evaluasi penerapan kurikulum 2013 bertujuan untuk mengevaluasi

penerapan kurikulum 2013, khususnya pada tiga komponen penerapan kurikulum

2013, yaitu (a) Guru, (b) Siswa, (c) Manajemen sekolah, dalam hal ini adalah

Page 13: Bab i Pendahuluan

13

Kepala Sekolah dan waka Sarana Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan kota

Malang.

1. Guru

Sebagaimana kita ketahui bahwa guru hanyalah gerbang pengetahuan,

bukan merupakan sumber pengetahuan. Dengan demikian, guru harus mampu

menunjukkan sumber-sumber pengetahuan tersebut kepada peserta didik. Salah

satu wawasan yang perlu dimiliki oleh seorang guru adalah wawasan kurikulum,

dalam hal ini adalah kurikulum 2013, karena dalam kurikulum 2013 guru adalah

ujung tombang pendidikan yang harus mampu sebagai fasilitator dalam proses

pembelajaran.

2. Siswa

Siswa atau peserta didik adalah subjek dalam pendidikan, Siswa atau

peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang

tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan,

berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri. Siswa sangat

perlu diperhatikan karena berkenaan langsung dengan penerapan kurikulum

2013, dan siswalah yang menerima efek langsung dari penerapan kurikulum

2013.

3. Perangkat Pembelajaran

Perubahan kurikulum pada tahun 2013 terkait dengan upaya mengubah

substansi dan proses pembelajaran dalam upaya membentuk peserta didik yang

berkarakter dan memiliki daya saing. Proses pembelajaran yang seharusnya

dilakukan harus menggunakan perubahan pola piker. Pola pikir tersebut harus

Page 14: Bab i Pendahuluan

14

dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (Ridwan A. S, 261:

2014). Pentingnya RPP dalam proses pembelajaran adalah sebagai acuan atau

rencana pembelajaran yang akan guru ajarkan dalam kelas.

4. Kepala Sekolah

Dalam konteks kepemimpinan Kepala Sekolah, nampaknya arah dari

pengembangan SDM Kepala sekolah berorientasi pada Manajemen Kinerja

berbasis Kompetensi, dimana berbagai aktualisasi Kinerja yang harus diperankan

oleh Kepala Sekolah mesti dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya

peningkatan Kompetensi baik secara individu maupun organisasi. Kompetensi

yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam menjalankan Perannya sebagai

Manajer dan Pemimpin Pendidikan pada suatu Satuan Pendidikan. Adapun

Kompetensi-Kompetensi tersebut mencakup: a) Kompetensi Kepribadian, b)

Kompetensi manajerial, c) Kompetensi Kewirausahaan, d) kompetensi Supervisi,

e) Kompetensi Sosial.

5. Dukungan Sarana dan Prasarana

Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam menunjang kegiatan

pembelajaran. Selain kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran, dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam

membantu guru. Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang

dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan

pembelajaran. Sarana pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang

proses belajar mengajar. Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam

menunjang proses belajar mengajar: 1) perpustakaan, 2) sarana penunjang

Page 15: Bab i Pendahuluan

15

kegiatan kurikulum, dan 3) prasarana dan sarana kegiatan ekstrakurikuler dan

mulok.