bab i pendahuluan
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komoditas pertanian yang mempunyai prospek baik adalah
kacang kedelai. Kebutuhan kacang kedelai dunia cenderung terus meningkat
dari tahun ke tahun. Di Indonesia berdasarkan proyeksi konsumsi kedelai
tahun 2003-2025, pada tahun 2020 total konsumsi kacang kedelai di prediksi
mencapai 3,03 juta ton atas dasar konsumsi per kapita 10,79 kg/tahun dengan
proyeksi penduduk 280 juta jiwa dan pertumbuhan penduduk 1,16%.
Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan cara
ektensifikasi lahan dan intensifikasi lahan, salah satu cara dari intensifikasi
lahan adalah pengelolaan teknik budidaya pertanian dengan memperhatikan
pengelolaan lahan.
Menurut Hardjowigeno (2007), berdasarkan kodisi tanah Kalimantan
Timur tergolong Ultisol, yaitu tanah-tanah tempat terjadinya penimbunan liat
atau dikenal juga sebagai podsolik merah kuning.
Pada tanah utisol memiliki karakter tanah yang tidak optimal dimana
berstruktur liat, dengan kejenuhan basa rendah, kadar Al yang tinggi, kadar
unsur hara yang rendah merupakan penghambat utama untuk pertanian
(Hardjowigeno,2003). Selain itu sifat kimia tanah yang kurang optimal
mengakibatkan kekurangan unsur hara terutama hara nitrogen yang tersedia
sangat rendah. Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang menjadi
pembatas utama produksi tanaman, baik di daerah tropis maupun di daerah-
daerah beriklim sedang (Mayani dan Hapsoh,2011).
2
Salah satu cara untuk meningkatkan unsur hara N adalah dengan
menambahkan pupuk N anorganik ke dalam tanah, namun pemberian pupuk
anorganik secara terus-menerus dapat mengakibatkan kejenuhan tanah dalam
meningkatkan produksi tanaman.
Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk melakukan penghematan
dalam pemakaian pupuk anorganik adalah dengan meningkatkan nitrogen
yang tersedia dalam tanah melalui penambatan nitrogen bebas (N2) melalui
interaksi dengan bakteri penambat N2 yaitu Rhizobium.
Sesuai dengan hasil penelitian Ningsih (2012) pemberian ameliorant
dan rhizombium meningkatkan hasil semua varietas kedelai, hasil tertinggi
adalah varietas argomulyo yang diberi rhizombium 3,2 ton/ha.
Pendekatan lain yang bisa dilakukan untuk menambah hara nitrogen
ke dalam tanah adalah dengan melakukan pemupukan nitrogen, tetapi
kendalanya adalah dosis pupuk nitrogen yang diberikan belum memberikan
hasil sesuai yang diinginkan, sehingga pemberian nitrogen dengan dosis yang
tepat menjadi faktor penting yang harus diperhatikan.
Dari hasil penelitian Mayani dan Hapsoh (2011) hasil penelitian
menunjukkan bahwa aplikasi Rhizobium nyata meningkatkan produksi yaitu
bobot kering biji per plot dan bobot 100 biji dimana bobot biji kering dan
bobot 100 biji tertinggi diperoleh pada aplikasi Rhizobium Indigenous.
Aplikasi dosis Nitrogen meningkatkan produksi dan memberikan pengaruh
yang nyata yaitu untuk bobot biji kering per plot tertinggi dicapai pada
aplikasi dosis nitrogen sebanyak 25 kg/ha.
3
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk
menguji pengaruh pemberian Superfarm Rhizobium dan Pupuk N terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian Superfarm Rhizobium dan
pemberian pupuk N terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
(Glycine max (L.) Merill).
C. Hipotesis
1. Perlakuan pemberian Superfarm Rhizobium mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max (L.)
Merill).
2. Pemberian pupuk Urea dengan dosis 2,5 gram/tanaman menghasilkan
produksi tertnggi pada tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
peneliti dan mahasiswa sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya
tentang pengaruh Superfarm Rhizobium dan pemberian pupuk N terhadap
tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) dan sebagai informasi bagi
masyarakat dalam membudidayakan tanaman kedelai (Glycine max (L.)
Merill).