bab i pendahuluan

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dalam perkembangan ekonomi, politik dan sosial budaya di Indonesia pada akhir-akhir ini,banyak hal yang memerlukan pemikiran yang menyeluruh namun harus di aplikasikan secara sederhana dan praktis dalam masyarakat. Oleh karena teknologi tinggi di berbagai bidang termasuk bidang kesehatan, kesehatan lingkungan yang telah ada harus ditet dalam masyarakat bertumpu pada cara pandang masyarakat sendiri melalui program pembangunan kesehatan mayarakat.(HAKLI, 1999) Pembangunan bidang kesehatan tersebut tertera di dalam Undang undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 3 yaitu :”Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwu derajat kesehatan masyarakat yang optimal”. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang lebih proaktif, tenaga kesehatan yang lebih proakt dan produktif merupakan modal pembangunan kesehatan dalam jangka panjang, serta mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dan menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pad pelayanan kesehatan bersifat Promotif dan Preventif. (Depkes RI, 1999:1) Menurut Winslow dalam buku Notoatmodjo (1996:11) kegiatan kesehatan dalam mendukung pembangunan adalah mencakup: a. sanitasi lingkungan, b. pemberantasan penyakit, c. pendidikan kesehatan (hygiene) 1

Upload: ardian-lee

Post on 21-Jul-2015

139 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang. Dalam perkembangan ekonomi, politik dan sosial budaya di Indonesia pada akhir-akhir ini, banyak hal yang memerlukan pemikiran yang menyeluruh namun harus di aplikasikan secara sederhana dan praktis dalam masyarakat. Oleh karena teknologi tinggi di berbagai bidang termasuk bidang kesehatan, kesehatan lingkungan yang telah ada harus ditetapkan dalam masyarakat bertumpu pada cara pandang masyarakat sendiri melalui program pembangunan kesehatan mayarakat.(HAKLI, 1999) Pembangunan bidang kesehatan tersebut tertera di dalam Undangundang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 3

yaitu :Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang lebih proaktif, tenaga kesehatan yang lebih proaktif dan produktif merupakan modal pembangunan kesehatan dalam jangka panjang, serta mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dan menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pelayanan kesehatan bersifat Promotif dan Preventif. (Depkes RI, 1999:1) Menurut Winslow dalam buku Notoatmodjo (1996:11) kegiatan kesehatan dalam mendukung pembangunan adalah mencakup: a. sanitasi lingkungan, b. pemberantasan penyakit, c. pendidikan kesehatan (hygiene),

1

d. manajemen (pengorganisasian), dan e. pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2003: 146) faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat adalah faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

keturunan

Pelayanan Kesehatan

Status Kesehatan

Lingkungan

PrilakuGambar 1.1 skema kesehatan menurut Hendrik L. Blum. Th 2003.

Pelayanan kesehatan masyarakat ini dilakukan oleh tenaga kesehatan pada instansi-instansi terkait seperti pada Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan sebagai monitoring. Pusat Kesehatan Masyarakat

2

(Puskesmas) mulai dikembangkan sejak dicanangkannya pembangunan jangka panjang (PJP) yang pertama tahun 1971, pemerintah

mengembangkan Puskesmas untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian besar masih tinggal di pedesaan ( Muninjaya,2004:128). Dalam pengembangannya Puskesmas mempunyai program untuk mendekatkan lagi pelayanan kesehatan bersifat promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif, dan untuk menerapkan paradigma sehat, pada saat ini digalakkan kembali. Maka diadakannya Klinik Sanitasi mempunyai tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif dilakukan secara terpadu dan terarah secara terus menerus.( Depkes RI, 1999). Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas pada misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan dilakukan melalui kegiatan : meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pengadaan peralatan dan obat sesuai dengan kebutuhan, menguatkan sistim rujukan di tingkat dasar dengan meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan peran serta masyarakat untuk pembangunnan kesehatan. ( Muninjaya,2004:128). Dalam KEPMENDAGRI (Keputusan Mentri Dalam Negeri) tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat no. 23 tahun 1994 bahwa Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan pelayanan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya, untuk melaksanakan tugas Puskesmas mempunyai fungsi : pelayanan kesehatan kesejahteraan ibu dan anak, KB

3

(keluarga Berencana), perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan, pemberantasan penyakit, imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, PKM (Pendidikan Kesehatan Msayarakat), usaha kesehatan sekolah, pengobatan, kesehatan kerja, usia lanjut, pencatatan dan pelaporan. Menurut Notoatmodjo (1996:89) pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (Medical Services) dan pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health Services). Tapi terpenting adalah aspek pencegahan dan promosi kesehatan, hal ini sesuai dengan paradigma sehat, salah satu pendekatanya menekankan pada upaya promotif dan preventif berupa perbaikan lingkungan dan prilaku adalah Klinik Sanitasi. Klinik Sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas, klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan Puskesmas. (Depkes RI, 2002). Menurut Adihayanto dkk di Dinas Kesehatan Banjarnegara tahun 2003, permasalahan tentang klinik sanitasi masih terjadi pada beberapa

Puskesmas di Kabupaten Banjarnegara. Supervisi telah dilaksanakan terhadap 22 Puskesmas dari 34 Puskesmas yang ada, ternyata 54,5 % belum memiliki ruang khusus klinik sanitasi. Walaupun klinik sanitasi sudah dilaksanakan oleh 95% Puskesmas, hanya 45,5% yang melaksanakan konseling tiap hari. Sedangkan kunjungan rumah hanya dilaksanakan oleh 33,3% petugas klinik sanitasi Puskesmas. Fakta tersebut kemungkinan

4

menjadi penyebab dominannya penyakit berbasis lingkungan pada 10 besar penyakit di Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan dari data yang ada dari Dinas Kesehatan Kota Jambi tentang klinik sanitasi tahun 2008, dari 20 Puskesmas yang ada, telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi adalah 14 Puskesmas (70%), sedang yang belum melaksanakan 6 Puskesmas (30%), dan dari hasil penelitian bahwa dari 6 Puskesmas tersebut klinik sanitasi ada pelaksanaannya tetapi belum berjalan secara optimal. Serta dari data penyakit yang ada di Kota Jambi bahwa penyakit berbasis lingkungan masuk kategori 10 (sepuluh) penyakit terbesar seperti ISPA (Inpeksi Saluran Pernapasan Atas) (17.14%), Diare (4.92%), dan Penyakit Kulit Infeksi (6.32%). Menurut pernyataan petugas kesehatan Dinas Kota Jambi bahwa sanitasi berjalan dengan tersendat-sendat pada tahun 2009 ini klinik padahal Klinik Sanitasi

seharusnya sudah berjalan dari tahun 2005 di Kota Jambi. Berdasarkan dari hasil wawancara awal pada Petugas Puskesmas di Kota Jambi dari 3 Puskesmas, bahwa program klinik sanitasi berjalan tidak optimal seperti surveilance tidak berjalan, penyuluhan, dan kunjungan rumah tidak telaksana, hal ini dikarenakan alokasi dana kurang bahkan tidak ada untuk operasional klinik sanitasi, sarana dan prasarana seperti buku panduan, alat pemantau kualitas lingkungan belum ada, ruangan sebagian Puskesmas sudah memiliki dan ada juga yang tidak mempunyai ruangan serta tenaga yang ada mempunyai jabatan rangkap dalam puskesmas tersebut meliputi sebgai bendaharaan dan petugas loket atau karcis.

5

Keberadaan klinik sanitasi di Puskesmas adalah untuk meningkatkan efektifltas Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan, khususnya

pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan. Bila klinik sanitasi tidak berjalan maka pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan tidak berjalan dan akan mempengaruhi satus kesehatan masyarakat. Maka klinik sanitasi penting untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat dan oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang Evaluasi Tentang Pelaksanaan Klinik Sanitasi Di Puskesmas Kota Jambi Tahun 2009. 1.2. Rumusan Masalah. Adapun rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Klinik Sanitasi Di

Puskesmas Kota Jambi. 1.3. Tujuan. 1.3.1. Tujuan Umum. Adalah diketahuinya gambaran secara mendalam pelaksanaan program Penyelenggaraan Klinik Sanitasi Di Kota Jambi. 1.3.2. Tujuan Khusus. a. Diketahuinya gambaran komponen masukan (tenaga, dana, sarana prasarana, dan metoda) dalam pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas kota Jambi.

6

b. Diketahuinya gambaran komponem proses (Pelaksanaan Klinik Sanitasi seperti : sosialisasi, kerja sama lintas prgram, dan konseling). dalam pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas kota Jambi. c. Diketahuinya gambaran komponem keluaran (Pelaksanaan Klinik Sanitasi) dalam pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas kota Jambi.. 1.4. Manfaat Penelitian. 1.4.1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi. Menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi program klinik sanitasi di Kota Jambi. 1.4.2. Bagi Puskesmas Kota Jambi. Dapat di jadikan bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di Puskesmas Kota Jambi. 1.4.3. Bagi Peneliti. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang

kesehatan khususnya tentang pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di Kota Jambi. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian. Pada penelitian ini, peneliti melakukan evaluasi tentang pelaksanaan klinik sanitasi di puskesmas kota jambi dan membatasi pada indikator Input (tenaga, dana, sarana dan prasarana, serta metoda), proses (Pelaksanaan klinik sanitasi), output ( Pelaksanaan klinik sanitasi). Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara melakukan wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi dengan indikator penelitian panduan wawancara, panduan observasi dan panduan telaah dokumen. Penelitian ini

7

telah dilaksanakan pada bulan september 2009 di 6 Puskesmas yang ada di Kota Jambi dengan jumlah informan penelitian 12 orang dari tenaga kesehatan di Puskesmas, Kepala Puskesmas, Tenaga klinik sanitasi dan Kasi penyehatan lingkungan Kota Jambi.

8