bab i pendahuluan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Adakalanya didalam suatu analisis, tahap pengukuran baik untuk tujuan kualitatif
meupun kuantitatif dapat dilakukan langsung terhadap sampel. Namun, lebih sering terjadi
adalah diperlukannya tahap pemisahan analit dari zat-zat penggangu agar proses pengukuran itu
terjadi dalam medium bebas dari gangguan. Bila hal ini terjadi, maka tahap pemisahan seringkali
menjadi tahap yang paling sulit dalam serangkaian proses analisis. Untuk mengetahui
kedududkan tahap pemisahan dalam serangkaian proses analisis, berikut diberikan secara garis
besar tahap-tahap urutan didalam analisis kuantitatif. Tahap-tahap tersebut adalah : (a) seleksi
dan penyiapan sampel; (b) pengukuran sampel; (c) pelarutan sampel; (d) perlakuan awal sampel
(seperti pengaturan pH); (e) pemisahan komponen yang diinginkan; (f) pengukuran komponen
yang diinginkan; (g) penganalisisan data dan pelaporan. Dari tahap-tahap diatas tampak bahwa
bila komponen yang diinginkan berada bersama-sama dengan komponen lain (sebagai
penggangu), maka hasil pengukuran akan menjadi bias, dan akan memepengaruhi hasil analisis
data guna penarikan kesimpulan.
Prosedur pemisahan dapat digunakan untuk keperluan pemurnian senyawa, identifikasi
dan penentuan kuantitatif komponen yang dicari dari suatu sampel bahan. Pemurnian senyawa
dilakukan dalam pekerjaan preparatif sedangkan identifikasi kuantitatif dilakukan dalam
pekerjaan analisis kimia. Dalam identifikasi dan penentuan kuantitatif suatu senyawa, diperlukan
persyaratan keselektifitan, kepekaan, dan kespesifikan, terhadap suatu pereaksi atau alat ukur
yang digunakan. Komponen-komponen lain yang berada bersama-sama dengan komponen yang
dicari dapat mengganggu identifikasi dan penentuan kuantitatif karena ketiga syarat tersebut
tidak atau kurang dapat terpenuhi. Jadi tujuan pemisahan dalam analisis kimia adalah
memisahkan kemponen yang dicari dari komponen-komponen lain yang dapat menggangu
identifikasi dan penentuan kuantitatifnya. Pemisahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang
dapat diklasifikasikan atas dasar sifat fisik atau kimia, tipe prosesnya, dan tipe fasanya.
Prosedur pemisahan di laboratorium dapat digunakan untuk pemurnian senyawa.
Identifikasi kualitatif dan penentuan kuantitaif komponen yang dicari dalam suatu sampel bahan.
Tujuan pemisahan dalam analisis kimia adalah memisahkan komponen yang dicari dari
komponen-komponen lain yang dapat menggangu identifikasi kualitatif dan penentuan
kuantitatifnya. Klasifikasi pemisahan dapat dibedakan atas dasar: (a) sifat fisik dan sifat
kimianya (b) tipe prosesnya; (c) tipe fasanya. Pemisahan mempunyai kedudukan yang penting
pada tahap-tahap pekerjaan analisis kimia. Dalam suatu sampel, komponen yang diinginkan
umumnya selalu berada bersama-sama dengan komponen lain. Pemisahan yang kurang baik
dapat mengakibatkan hasil pengukuran menjadi bias. Hali ini akan mempengaruhi hasil analisis
data, penarikan kesimpulan, dan pelaporan.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas analisis dalam observasi
lapangan mengenai proses pemisahan. Observasi dilakukan di daerah Srandakan, Bantul di
pabrik Pembuatan Tahu dan di daerah Berbah, Sleman di pemanfaatan kotoran ternak sebagai
biogas, bahan bakar.
B A B II
P E M B A H A S A N
A. Ekstraksi Sari Kedelai dalam Pembuatan Tahu
Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang populer. Selain rasanya
enak, harganya murah dan nilai gizinya pun tinggi. Bahan makanan ini diolah dari
kacang-kacangan khususnya kacang kedelai. Meskipun berharga murah dan bentuknya
sederhana, ternyata tahu mempunyai mutu yang istimewa dilihat dari segi gizi. Hasil-
hasil studi menunjukkan bahwa tahu kaya protein bermutu tinggi, tinggi sifat
komplementasi proteinnya, ideal untuk makanan diet, rendah kandungan lemak jenuh dan
bebas kholesterol, kaya mineral dan vitamin, makanan alami yang sehat dan bebas dari
senyawa kimia yang beracun.
Pembuatan tahu yang dilakukan masyarakat pada intinya adalah mengambil sari
dari kacang kedelai yang kemudian sari kedelai tersebut langsung digumpalkan dengan
menggunakan sejenis larutan asam yang kemudian memisahkan calon tahu yang mulai
menggumpal dengan mencetaknya lalu diberi tekanan agar air sisa dan larutan asam yang
bercampur dapat tertekan keluar.
Secara kimia, dapat dikatakan dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein
yang terkandung dalam kedelai dengan menggunakan air sebaagai pelarutnya. Setelah
protein tersebut larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan
pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi tahu. Salah
satu cara pembuatan tahu ialah dengan menyaring bubur kedelai sebelum dimasak,
sehingga cairan tahu yang sudah terpisah dari ampasnya.
Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
KOMPONEN KADAR (%)
Protein
Lemak
Karbohidrat
Air
35-45
18-32
12-30
7
Proses Pembuatan Tahu
1) Pilih kedelai yang bersih, pada pabrik yang kamia amati kacang kedelai yang
digunakan tidak dicampurkan dengan kacang-kacangan lain seperti kacang hijau,
jagung, dan lain-lain. Kualitas kacang kedelai yang digunakan akan mempengaruhi
hasil tahu yang diperoleh, biasanya satu kilogram kedelai dengan kualitas yang baik
akan menghasilkan dua kilogram tahu. Kemudian kacang kedelai dicuci;
2) Kacang kedelai direndam dalam air bersih selama 8 jam (paling sedikit 3 liter air
untuk 1 kg kedelai). Kedelai akan mengembang jika direndam;
3) Cuci berkali-kali kedelai yang telah direndam. Apabila kurang bersih maka tahu yang
dihasilkan akan cepat menjadi asam;
4) Giling kedelai dan tambahkan air sedikit demi sedikit hingga berbentuk bubur;
5) Masak bubur tersebut, jangan sampai mengental pada suhu 70˚ ~ 80˚C (ditandai
dengan adanya gelembung-gelembung kecil), pemasakan bubur kedelai ini dilakukan
dengan menggunakan tenaga uap. Tujuan penggunaan uap ini adalah agar kualitas
tahu yang dihasilkan lebih baik jika dibandingkan dengan perebusan secara langsung.
Yang dimaksud dengan tahu berkualitas baik disini adalah warnanya yang putih dan
rasanya yang tidak sangit.
6) Setelah itu dilakukan penggumpalan dengan menggunakan air asam, pada suhu 50oC,
kemudian didiamkan sampai terbentuk gumpalan-gumpalan calon tahu. Cara
penggumpalan susu kedelai umumnya dilakukan dengan cara penambahan bahan
penggumpal berupa asam. Bahan penggumpal yang biasa digunakan adalah asam
cuka (CH3COOH), batu tahu (CaSO4nH2O) dan larutan bibit tahu (larutan perasan
tahu yang telah diendapkan satu malam). Selanjutnya air di atas endapan dibuang dan
sebagian digunakan untuk proses penggumpalan kembali. Proses pemisahan atau
ekstraksi sari kacang kedelai terjadi pada proses pemasakan bubur kedelai yang
kemudian disaring dan digumpalkan ini. Penambahan bahan penggumpal dilakukan
sampai terbentuk calon tahu berupa bintik-bintik tahu.
7) Langkah terakhir adalah pengepresan dan pencetakan yang dilapisi dengan kain
penyaring sampai padat. Setelah air tinggal sedikit, maka cetakan dibuka dan diangin-
anginkan.
Diagram alir pembuatan tahu
Gambar proses pengolahan tahu
Dari kandungan kacang kedelai dan prosesnya pemisahan yang dilakukan dalam
pembuatan tahu adalah ekstraksi protein yang terkandung didalam kacang kedelai itu
sendiri dengan menggunakan pelarut air.
Pada pengolahan tahu, proses pemisahan tidak hanya terjadi pada proses
pengolahan saja, yakni pada ekstraksi sari kedelainya tetapi juga pada proses pengolahan
limbahnya.
Bahan-bahan organik yang terkandung di limbah industri tahu pada umumnya
sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa
protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan
lemaklah yang jumlahnya paling besaryang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50%
karbohidrat, dan 10% lemak. Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin
banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit
diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan
besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD,
COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk
mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah
tangga. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ), oksigen
(O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan metana (CH4).
Dari gas- gas yang ditemukan dalam limbah tahu, diketahui bahwa ada dari gas
tersebut yang bisa dimanfaatkan, yaitu metana (CH4) dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Sehingga bahan limbah buangan tahu ini dapat dimanfaatkan, dengan melakukan
penampungan limbah dan diendapkan sehingga gas metana yang diharapkan dapat
keluar. Namun pada pabrik yang kami kunjungi limbah belum dimanfaatkan sebagai
biogas, limbah hanya diolah agar tidak mencemari lingkungan yaitu dengan cara di
alirkan ke bak penampungan dan dilakukan penyaringan berkali-kali.
B. PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI BIOGAS
Reaktor biogas merupakan salah satu solusi teknologi energi untuk mengatasi
kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga BBM, teknologi ini bisa segera diaplikasikan,
terutama untuk kalangan peternak sapi. Dalam rangka pemenuhan keperluan energi
rumah tangga. Salah satu upaya terobosan yang dilakukan adalah melaksanakan program
Bio Energi Perdesaan (BEP), yaitu suatu upaya pemenuhan energi secara swadaya (self
production) oleh masyarakat khususnya di perdesaan.
Tetapi pemanfaatan kotoran ternak selama ini belum optimal, pada hal kotoran
ternak dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan
(renewable) dalam bentuk biogas. Permasalahan yang terjadi di pedesaan adalah belum
mampu memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai penghasil energy alternatif
pengganti kayu dan BBM, dimana kegiatan sehari-hari mereka sangat tergantung pada
BBM dan kayu baik untuk memasak maupun penerangan. Hal ini sangat berdampak
terhadap pendapatan dari masyarakat desa (peternak) itu sendiri.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pemanfaatan kotoran ternak sebagai
biogas di daaerah Berbah, Sleman, Yogyakarta masih dilakukan dengan sangat sederhana
yaitu dengan penampungan kotoran sapi yang tidak lebih dari sepuluh ekor sapi.
Penampungan ini dilakukan didalam suatu lubang yang dibuat sedemikian rupa sehingga
dibuat pada bagian atasnya dibuat suatu keran yang digunakan untuk mengalirkan gas
(biogas) ke rumah warga.
Proses pengolahan kotoran sapi sebagai biogas
Kotoran hewan dari kandang dialirkan ke dalam suatu bak kemudian diendapkan agar
kotoran dapat diurai oleh bakteri yang kemudian akan membentuk gas-gas yang
diharapkan yaitu CH4 yang dimanfaatkan sebagai biogas atau pengganti bahan bakar.
Gas-gas ini dialirkan melalui pipa-pipa ke rumah-rumah.
Diagram alir pengolahan kotoran sapi sebagai biogas
Gambar proses pengolahan kotoran hewan sebagai biogas
BAB III
PENUTUP
Dalam proses pembuatan tahu terdapat proses pemisahan berupa ekstaksi protein
sari kedelai dari kacang kedelai selain itu terdapat berbagai macam proses untuk
menghasilkan kualitas yang baik seperti pemilihan kedelai, pemasakan dengan uap,
penyaringan, proses penggumpalan dengan asam serta pencetakan dengan pengepresan.
Sedangkan pada proses pembuatan biogas, proses pemisahan yang berlangsung
adalah pengendapan. Yaitu pengendapan kotoran hewan yang kemudian diurai oleh
bakteri dan menghasilkan gas metana yang digunakan sebagai bahan bakar.