bab i pendahuluan

14
BAB I PENDAHULUAN Adakalanya didalam suatu analisis, tahap pengukuran baik untuk tujuan kualitatif meupun kuantitatif dapat dilakukan langsung terhadap sampel. Namun, lebih sering terjadi adalah diperlukannya tahap pemisahan analit dari zat-zat penggangu agar proses pengukuran itu terjadi dalam medium bebas dari gangguan. Bila hal ini terjadi, maka tahap pemisahan seringkali menjadi tahap yang paling sulit dalam serangkaian proses analisis. Untuk mengetahui kedududkan tahap pemisahan dalam serangkaian proses analisis, berikut diberikan secara garis besar tahap-tahap urutan didalam analisis kuantitatif. Tahap-tahap tersebut adalah : (a) seleksi dan penyiapan sampel; (b) pengukuran sampel; (c) pelarutan sampel; (d) perlakuan awal sampel (seperti pengaturan pH); (e) pemisahan komponen yang diinginkan; (f) pengukuran komponen yang diinginkan; (g) penganalisisan data dan pelaporan. Dari tahap-tahap diatas tampak bahwa bila komponen yang diinginkan berada bersama-sama dengan komponen lain (sebagai penggangu), maka hasil pengukuran akan menjadi bias, dan akan memepengaruhi hasil analisis data guna penarikan kesimpulan. Prosedur pemisahan dapat digunakan untuk keperluan pemurnian senyawa, identifikasi dan penentuan kuantitatif komponen yang dicari dari suatu sampel bahan. Pemurnian senyawa dilakukan dalam pekerjaan preparatif sedangkan identifikasi kuantitatif dilakukan

Upload: nianta

Post on 26-Jun-2015

115 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

Adakalanya didalam suatu analisis, tahap pengukuran baik untuk tujuan kualitatif

meupun kuantitatif dapat dilakukan langsung terhadap sampel. Namun, lebih sering terjadi

adalah diperlukannya tahap pemisahan analit dari zat-zat penggangu agar proses pengukuran itu

terjadi dalam medium bebas dari gangguan. Bila hal ini terjadi, maka tahap pemisahan seringkali

menjadi tahap yang paling sulit dalam serangkaian proses analisis. Untuk mengetahui

kedududkan tahap pemisahan dalam serangkaian proses analisis, berikut diberikan secara garis

besar tahap-tahap urutan didalam analisis kuantitatif. Tahap-tahap tersebut adalah : (a) seleksi

dan penyiapan sampel; (b) pengukuran sampel; (c) pelarutan sampel; (d) perlakuan awal sampel

(seperti pengaturan pH); (e) pemisahan komponen yang diinginkan; (f) pengukuran komponen

yang diinginkan; (g) penganalisisan data dan pelaporan. Dari tahap-tahap diatas tampak bahwa

bila komponen yang diinginkan berada bersama-sama dengan komponen lain (sebagai

penggangu), maka hasil pengukuran akan menjadi bias, dan akan memepengaruhi hasil analisis

data guna penarikan kesimpulan.

Prosedur pemisahan dapat digunakan untuk keperluan pemurnian senyawa, identifikasi

dan penentuan kuantitatif komponen yang dicari dari suatu sampel bahan. Pemurnian senyawa

dilakukan dalam pekerjaan preparatif sedangkan identifikasi kuantitatif dilakukan dalam

pekerjaan analisis kimia. Dalam identifikasi dan penentuan kuantitatif suatu senyawa, diperlukan

persyaratan keselektifitan, kepekaan, dan kespesifikan, terhadap suatu pereaksi atau alat ukur

yang digunakan. Komponen-komponen lain yang berada bersama-sama dengan komponen yang

dicari dapat mengganggu identifikasi dan penentuan kuantitatif karena ketiga syarat tersebut

tidak atau kurang dapat terpenuhi. Jadi tujuan pemisahan dalam analisis kimia adalah

memisahkan kemponen yang dicari dari komponen-komponen lain yang dapat menggangu

identifikasi dan penentuan kuantitatifnya. Pemisahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang

dapat diklasifikasikan atas dasar sifat fisik atau kimia, tipe prosesnya, dan tipe fasanya.

Prosedur pemisahan di laboratorium dapat digunakan untuk pemurnian senyawa.

Identifikasi kualitatif dan penentuan kuantitaif komponen yang dicari dalam suatu sampel bahan.

Tujuan pemisahan dalam analisis kimia adalah memisahkan komponen yang dicari dari

Page 2: Bab i Pendahuluan

komponen-komponen lain yang dapat menggangu identifikasi kualitatif dan penentuan

kuantitatifnya. Klasifikasi pemisahan dapat dibedakan atas dasar: (a) sifat fisik dan sifat

kimianya (b) tipe prosesnya; (c) tipe fasanya. Pemisahan mempunyai kedudukan yang penting

pada tahap-tahap pekerjaan analisis kimia. Dalam suatu sampel, komponen yang diinginkan

umumnya selalu berada bersama-sama dengan komponen lain. Pemisahan yang kurang baik

dapat mengakibatkan hasil pengukuran menjadi bias. Hali ini akan mempengaruhi hasil analisis

data, penarikan kesimpulan, dan pelaporan.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas analisis dalam observasi

lapangan mengenai proses pemisahan. Observasi dilakukan di daerah Srandakan, Bantul di

pabrik Pembuatan Tahu dan di daerah Berbah, Sleman di pemanfaatan kotoran ternak sebagai

biogas, bahan bakar.

Page 3: Bab i Pendahuluan

B A B II

P E M B A H A S A N

A. Ekstraksi Sari Kedelai dalam Pembuatan Tahu

Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang populer. Selain rasanya

enak, harganya murah dan nilai gizinya pun tinggi. Bahan makanan ini diolah dari

kacang-kacangan khususnya kacang kedelai. Meskipun berharga murah dan bentuknya

sederhana, ternyata tahu mempunyai mutu yang istimewa dilihat dari segi gizi. Hasil-

hasil studi menunjukkan bahwa tahu kaya protein bermutu tinggi, tinggi sifat

komplementasi proteinnya, ideal untuk makanan diet, rendah kandungan lemak jenuh dan

bebas kholesterol, kaya mineral dan vitamin, makanan alami yang sehat dan bebas dari

senyawa kimia yang beracun.

Pembuatan tahu yang dilakukan masyarakat pada intinya adalah mengambil sari

dari kacang kedelai yang kemudian sari kedelai tersebut langsung digumpalkan dengan

menggunakan sejenis larutan asam yang kemudian memisahkan calon tahu yang mulai

menggumpal dengan mencetaknya lalu diberi tekanan agar air sisa dan larutan asam yang

bercampur dapat tertekan keluar.

Secara kimia, dapat dikatakan dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein

yang terkandung dalam kedelai dengan menggunakan air sebaagai pelarutnya. Setelah

protein tersebut larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan

pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi tahu. Salah

satu cara pembuatan tahu ialah dengan menyaring bubur kedelai sebelum dimasak,

sehingga cairan tahu yang sudah terpisah dari ampasnya.

Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan

KOMPONEN KADAR (%)

Protein

Lemak

Karbohidrat

Air

35-45

18-32

12-30

7

Page 4: Bab i Pendahuluan

Proses Pembuatan Tahu

1) Pilih kedelai yang bersih, pada pabrik yang kamia amati kacang kedelai yang

digunakan tidak dicampurkan dengan kacang-kacangan lain seperti kacang hijau,

jagung, dan lain-lain. Kualitas kacang kedelai yang digunakan akan mempengaruhi

hasil tahu yang diperoleh, biasanya satu kilogram kedelai dengan kualitas yang baik

akan menghasilkan dua kilogram tahu. Kemudian kacang kedelai dicuci;

2) Kacang kedelai direndam dalam air bersih selama 8 jam (paling sedikit 3 liter air

untuk 1 kg kedelai). Kedelai akan mengembang jika direndam;

3) Cuci berkali-kali kedelai yang telah direndam. Apabila kurang bersih maka tahu yang

dihasilkan akan cepat menjadi asam;

4) Giling kedelai dan tambahkan air sedikit demi sedikit hingga berbentuk bubur;

5) Masak bubur tersebut, jangan sampai mengental pada suhu 70˚ ~ 80˚C (ditandai

dengan adanya gelembung-gelembung kecil), pemasakan bubur kedelai ini dilakukan

dengan menggunakan tenaga uap. Tujuan penggunaan uap ini adalah agar kualitas

tahu yang dihasilkan lebih baik jika dibandingkan dengan perebusan secara langsung.

Yang dimaksud dengan tahu berkualitas baik disini adalah warnanya yang putih dan

rasanya yang tidak sangit.

6) Setelah itu dilakukan penggumpalan dengan menggunakan air asam, pada suhu 50oC,

kemudian didiamkan sampai terbentuk gumpalan-gumpalan calon tahu. Cara

penggumpalan susu kedelai umumnya dilakukan dengan cara penambahan bahan

penggumpal berupa asam. Bahan penggumpal yang biasa digunakan adalah asam

cuka (CH3COOH), batu tahu (CaSO4nH2O) dan larutan bibit tahu (larutan perasan

tahu yang telah diendapkan satu malam). Selanjutnya air di atas endapan dibuang dan

sebagian digunakan untuk proses penggumpalan kembali. Proses pemisahan atau

ekstraksi sari kacang kedelai terjadi pada proses pemasakan bubur kedelai yang

kemudian disaring dan digumpalkan ini. Penambahan bahan penggumpal dilakukan

sampai terbentuk calon tahu berupa bintik-bintik tahu.

7) Langkah terakhir adalah pengepresan dan pencetakan yang dilapisi dengan kain

penyaring sampai padat. Setelah air tinggal sedikit, maka cetakan dibuka dan diangin-

anginkan.

Page 5: Bab i Pendahuluan

Diagram alir pembuatan tahu

Gambar proses pengolahan tahu

Page 6: Bab i Pendahuluan

Dari kandungan kacang kedelai dan prosesnya pemisahan yang dilakukan dalam

pembuatan tahu adalah ekstraksi protein yang terkandung didalam kacang kedelai itu

sendiri dengan menggunakan pelarut air.

Page 7: Bab i Pendahuluan

Pada pengolahan tahu, proses pemisahan tidak hanya terjadi pada proses

pengolahan saja, yakni pada ekstraksi sari kedelainya tetapi juga pada proses pengolahan

limbahnya.

Bahan-bahan organik yang terkandung di limbah industri tahu pada umumnya

sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa

protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan

lemaklah yang jumlahnya paling besaryang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50%

karbohidrat, dan 10% lemak. Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin

banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit

diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan

besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD,

COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk

mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah

tangga. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ), oksigen

(O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan metana (CH4).

Dari gas- gas yang ditemukan dalam limbah tahu, diketahui bahwa ada dari gas

tersebut yang bisa dimanfaatkan, yaitu metana (CH4) dapat digunakan sebagai bahan

bakar. Sehingga bahan limbah buangan tahu ini dapat dimanfaatkan, dengan melakukan

penampungan limbah dan diendapkan sehingga gas metana yang diharapkan dapat

keluar. Namun pada pabrik yang kami kunjungi limbah belum dimanfaatkan sebagai

biogas, limbah hanya diolah agar tidak mencemari lingkungan yaitu dengan cara di

alirkan ke bak penampungan dan dilakukan penyaringan berkali-kali.

B. PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI BIOGAS

Reaktor biogas merupakan salah satu solusi teknologi energi untuk mengatasi

kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga BBM, teknologi ini bisa segera diaplikasikan,

terutama untuk kalangan peternak sapi. Dalam rangka pemenuhan keperluan energi

rumah tangga. Salah satu upaya terobosan yang dilakukan adalah melaksanakan program

Bio Energi Perdesaan (BEP), yaitu suatu upaya pemenuhan energi secara swadaya (self

production) oleh masyarakat khususnya di perdesaan.

Page 8: Bab i Pendahuluan

Tetapi pemanfaatan kotoran ternak selama ini belum optimal, pada hal kotoran

ternak dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan

(renewable) dalam bentuk biogas. Permasalahan yang terjadi di pedesaan adalah belum

mampu memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai penghasil energy alternatif

pengganti kayu dan BBM, dimana kegiatan sehari-hari mereka sangat tergantung pada

BBM dan kayu baik untuk memasak maupun penerangan. Hal ini sangat berdampak

terhadap pendapatan dari masyarakat desa (peternak) itu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pemanfaatan kotoran ternak sebagai

biogas di daaerah Berbah, Sleman, Yogyakarta masih dilakukan dengan sangat sederhana

yaitu dengan penampungan kotoran sapi yang tidak lebih dari sepuluh ekor sapi.

Penampungan ini dilakukan didalam suatu lubang yang dibuat sedemikian rupa sehingga

dibuat pada bagian atasnya dibuat suatu keran yang digunakan untuk mengalirkan gas

(biogas) ke rumah warga.

Proses pengolahan kotoran sapi sebagai biogas

Kotoran hewan dari kandang dialirkan ke dalam suatu bak kemudian diendapkan agar

kotoran dapat diurai oleh bakteri yang kemudian akan membentuk gas-gas yang

diharapkan yaitu CH4 yang dimanfaatkan sebagai biogas atau pengganti bahan bakar.

Gas-gas ini dialirkan melalui pipa-pipa ke rumah-rumah.

Diagram alir pengolahan kotoran sapi sebagai biogas

Page 9: Bab i Pendahuluan

Gambar proses pengolahan kotoran hewan sebagai biogas

Page 10: Bab i Pendahuluan

BAB III

PENUTUP

Dalam proses pembuatan tahu terdapat proses pemisahan berupa ekstaksi protein

sari kedelai dari kacang kedelai selain itu terdapat berbagai macam proses untuk

menghasilkan kualitas yang baik seperti pemilihan kedelai, pemasakan dengan uap,

penyaringan, proses penggumpalan dengan asam serta pencetakan dengan pengepresan.

Sedangkan pada proses pembuatan biogas, proses pemisahan yang berlangsung

adalah pengendapan. Yaitu pengendapan kotoran hewan yang kemudian diurai oleh

bakteri dan menghasilkan gas metana yang digunakan sebagai bahan bakar.