bab i pendahuluan · 2020. 8. 25. · pengawas tps. sekretariat badan pengawasan pemilihan umum...

38
LKIP 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, Pasal 69 ayat (1) Pengawasan penyelenggaraan Pemilu dilakukan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri. Sedangkan pengawasan Pilkada diatur dalam Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2015 yang telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 22A ayat (1) bahwa Pengawasan penyelenggaraan Pemilihan menjadi tanggung jawab bersama Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwas Kabupaten/Kota. Pengawasan dibantu oleh Pengawas Pemilu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan dan Pengawas TPS. Sekretariat Badan Pengawasan Pemilihan Umum Provinsi sesuai dengan Peraturan Bawaslu Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Bab II Pasal 80, mempunyai tugas memberikan dukungan administrasi dan teknis operasional kepada Bawaslu Provinsi sehingga pada tiap akhir periode harus membuat laporan pelaksanaan program. Pelaksanaan program dan kegiatan Bawaslu Provinsi dalam rangka pelaksanaan fungsi dan pencapaian kinerja dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga. Sebagai lembaga yang menggunakan anggaran Negara dalam melaksanakan program dan kegiatannya serta untuk tetap mengedepankan sistem keterbukaan, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan, maka disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP). LKIP Bawaslu Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Bawaslu Provinsi Jawa Tengah atas pelaksanaan dan fungsinya, serta digunakan sebagai salah satu bahan analisis dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kinerja dimasa yang

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LKIP

    1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

    Penyelenggara Pemilu, Pasal 69 ayat (1) Pengawasan penyelenggaraan

    Pemilu dilakukan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu

    Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan

    Pengawas Pemilu Luar Negeri. Sedangkan pengawasan Pilkada diatur

    dalam Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2015 yang telah diubah dengan

    Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 22A ayat (1) bahwa

    Pengawasan penyelenggaraan Pemilihan menjadi tanggung jawab bersama

    Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwas Kabupaten/Kota. Pengawasan

    dibantu oleh Pengawas Pemilu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan dan

    Pengawas TPS.

    Sekretariat Badan Pengawasan Pemilihan Umum Provinsi sesuai

    dengan Peraturan Bawaslu Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Bab II

    Pasal 80, mempunyai tugas memberikan dukungan administrasi dan teknis

    operasional kepada Bawaslu Provinsi sehingga pada tiap akhir periode harus

    membuat laporan pelaksanaan program. Pelaksanaan program dan kegiatan

    Bawaslu Provinsi dalam rangka pelaksanaan fungsi dan pencapaian kinerja

    dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan

    Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana

    Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga. Sebagai lembaga yang

    menggunakan anggaran Negara dalam melaksanakan program dan

    kegiatannya serta untuk tetap mengedepankan sistem keterbukaan,

    akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan, maka disusunlah Laporan

    Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP).

    LKIP Bawaslu Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu

    wujud pertanggungjawaban Bawaslu Provinsi Jawa Tengah atas

    pelaksanaan dan fungsinya, serta digunakan sebagai salah satu bahan

    analisis dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kinerja dimasa yang

  • LKIP

    2

    akan datang. LKIP ini memberikan penjelasan pencapaian kinerja Bawaslu

    Provinsi Jawa Tengah selama Tahun Anggaran 2016.

    1.2 Kedudukan, Tugas, Wewenang dan Kewajiban

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

    Penyelenggara Pemilihan Umum, berikut adalah Kedudukan, Tugas, Wewenang,

    dan Kewajiban dari Bawaslu:

    1.2.1. Kedudukan

    Pada pasal 69 ayat 2 menyebutkan bahwa Badan Pengawas Pemilihan

    Umum, selanjutnya disebut Bawaslu (Bawaslu dan Bawaslu Provinsi)

    adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat tetap.

    1.2.2. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban

    Pada Pasal 75 Ayat (1) dan (2), tugas dan wewenang Bawaslu Provinsi

    Jawa Tengah dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota

    dan Wakil Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 adalah sebagai

    berikut :

    a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil

    Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 di Provinsi

    Jawa Tengah yang meliputi:

    1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan

    penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap di

    Provinsi Jawa Tengah;

    2. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara

    pencalonan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil

    Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017;

    3. Proses penetapan calon Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota

    dan Wakil Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017;

    4. Penetapan calon Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan

    Wakil Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017;

  • LKIP

    3

    5. Pelaksanaan kampanye oleh pasangan calon Bupati dan Wakil

    Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota di Provinsi Jawa

    Tengah Tahun 2017;

    6. Pengadaan logistik Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta

    Walikota dan Wakil Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun

    2017 dan pendistribusianya oleh KPU Provinsi Jawa Tengah;

    7. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara dan

    penghitungan suara hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

    serta Walikota dan Wakil Walikota di Provinsi Jawa Tengah

    Tahun 2017;

    8. Pengawasan seluruh proses penghitungan suara di wilayah

    Provinsi Jawa Tengah;

    9. Proses rekapitulasi suara dari seluruh Kabupaten/Kota di Jawa

    Tengah yang dilakukan oleh KPU Provinsi Jawa Tengah;

    10. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang dalam

    Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil

    Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017, Pemilu lanjutan,

    dan Pemilu susulan; dan

    11. Proses penetapan hasil Pemilu dan Pemilihan Bupati dan Wakil

    Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota di Provinsi Jawa

    Tengah Tahun 2017.

    b. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta

    melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang

    disusun oleh Bawaslu Provinsi Jawa Tengah dan lembaga kearsipan

    Provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bawaslu dan

    ANRI;

    c. Menerima laporan dugaan pelanggaran yang terjadi dalam Pemilihan

    Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota di

    Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 terhadap pelaksanaan peraturan

    perundang-undangan mengenai Pemilu;

    d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Provinsi Jawa

    Tengah untuk ditindaklanjuti;

  • LKIP

    4

    e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi

    kewenangannya kepada instansi yang berwenang;

    f. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk

    mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya

    dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan

    penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota

    dan Wakil Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017;

    g. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang

    pengenaan sanksi kepada anggota KPU Provinsi Jawa Tengah,

    sekretaris dan pegawai sekretariat KPU Provinsi Jawa Tengah yang

    terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya

    tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung;

    h. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan dalam

    Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil

    Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017; dan

    i. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh

    undang-undang.

    Dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, Bawaslu Provinsi Jawa

    Tengah dapat :

    a. Memberikan rekomendasi kepada KPU Provinsi Jawa Tengah untuk

    menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif atas

    pelanggaran yang mengakibatkan terganggunya tahapan

    penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan

    Wakil Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 oleh

    Penyelenggara Pemilu di Provinsi Jawa Tengah;

    b. Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan

    laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana

    Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota

    di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017.

    Adapun kewajiban Bawaslu Provinsi Jawa Tengah adalah :

    a. Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan

    wewenangnya;

  • LKIP

    5

    b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

    pengawas Pemilu pada tingkatan di bawahnya dalam hal ini adalah

    Panwas Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, PPL dan Pengawas TPS

    di wilayah Provinsi Jawa Tengah;

    c. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan

    adanya pelanggaran dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta

    Walikota dan Wakil Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017

    terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;

    d. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu sesuai dengan

    tahapan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil

    Walikota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 secara periodik dan/atau

    berdasarkan kebutuhan;

    e. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu berkaitan dengan

    adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Provinsi Jawa

    Tengah yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan

    Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota

    di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017;

    f. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    1.3 Struktur Organisasi

    1.3.1. Sumber Daya Manusia

    Sesuai dengan Pedoman Perbawaslu Nomor 2 Tahun 2013 Tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas

    Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum

    Provinsi, Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum

    Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum

    Kecamatan, Struktur Bawaslu Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai

    berikut :

    a. Unsur Pimpinan, terdiri dari 3 (tiga) orang Pimpinan (Kolektif

    Kolegial); dan

  • LKIP

    6

    b. Unsur Kesekretariatan Bawaslu Provinsi Jawa Tengah terdiri dari

    unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non PNS dengan rincian:

    PNS DPK (9 orang), PNS Bawaslu (4 orang), Tim Asistensi (3

    orang), Staf Pendukung Non PNS (18 orang).

    1.3.2. Struktur Organisasi

    Agar dapat menjalankan tugas yang telah diberikan, Bawaslu

    Provinsi Jawa Tengah memiliki Struktur Organisasi sesuai dengan

    Peraturan Bawaslu No. 2 tahun 2013.

    Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Bawaslu Provinsi Jawa Tengah

    Sesuai Peraturan Bawaslu Nomor 2 tahun 2013 tentang Organisasi

    dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,

    Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat

    Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat

    Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan. Sekretariat Bawaslu

    Provinsi terdiri dari:

    1. Subbagian Administrasi yang dipimpin oleh Kepala Subbagian

    mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana program dan

    anggaran, pengelolaan keuangan, tata usaha, pembinaan dan

    pengelolaan urusan rumah tangga, perlengkapan, keamanan dalam,

  • LKIP

    7

    pelaksanaan urusan sumber daya manusia, tata laksana dan

    organisasi, protokol, serta koordinasi pelaksanaan pengawasan

    internal.

    2. Subbagian Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu yang

    dipimpin oleh Kepala Subbagian mempunyai tugas melakukan

    penyiapan bahan fasilitasi teknis dan supervisi pengawasan Pemilu,

    teknis sosialisasi dan pengawasan partisipatif, penanganan temuan

    dan laporan pelanggaran, penyelesaian sengketa Pemilu, dan

    pemeriksaan berkas pengaduan pelanggaran kode etik.

    3. Subbagian Hukum, Hubungan Masyarakat dan Antar Lembaga yang

    dipimpin oleh Kepala Subbagian mempunyai tugas melakukan

    penyiapan bahan kajian hukum, bantuan hukum, hubungan

    masyarakat, dan kerjasama antar lembaga.

    1.3.3. Aspek Strategis Organisasi

    Bawaslu memiliki beberapa aspek strategis yang meliputi:

    1. Satu-satunya Lembaga Pengawas Pemilu yang memperoleh mandat

    dari pemerintah dalam rangka menjamin pelaksanaan salah satu

    pelaksanaan kedaulatan rakyat, khususnya diwujudkan dalam suatu

    pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh warga

    negara yang telah dinyatakan memiliki hak suara.

    2. Dibentuk untuk menjamin pelaksanaan salah satu persyaratan

    kedaulatan rakyat, dalam rangka pembentukan pemerintahan yang

    demokratis.

    3. Dibentuk untuk berperan dalam semua tahapan demokrasi, baik

    transisi maupun konsolidasi.

    4. Memastikan semua kekuatan politik non-demokratis tidak lagi

    menjadi aktor pengendali pemilu.

    5. Mendorong praktek demokrasi menjadi bagian bentuk budaya politik

    yang kuat.

    1.4 Potensi dan Permasalahan

    Bawaslu Provinsi Jawa Tengah mengidentifikasi potensi dan

  • LKIP

    8

    permasalahan untuk mengatasi pengaruh dinamika lingkungan strategis terutama

    politik lokal dan politik nasional terhadap program dan kegiatan yang akan

    dilaksanakan Bawaslu Provinsi Jawa Tengah. Berikut ini identifikasi beberapa

    potensi dan permasalahan yang berpengaruh terhadap Bawaslu Provinsi Jawa

    Tengah.

    Kekuatan dan Kelemahan

    Atas semua persoalan yang disebutkan sebelumnya, Bawaslu memiliki

    kekuatan penting yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menghadapi

    persoalan-persoalan tersebut, di antaranya adalah:

    a. Komitmen dan mekanisme sistem pengawasan dalam pencegahan dan

    penindakan terhadap berbagai bentuk pelanggaran Pemilu, yang dapat

    mencegah konflik politik berujung pada tindak kekerasan, seperti

    penyalahgunaan jabatan, keberpihakan penyelenggara pemilu, dan mobilisasi

    politik melalui intimidasi (paksaan) dan iming-iming (bujukan), jabatan,

    barang, dan uang (money politics);

    b. Adanya sumber daya pengawas Pemilu yang memiliki kapasitas dan

    kapabilitas;

    c. Adanya kewenangan menetapkan standar teknis yang akan dijadikan sebagai

    pedoman pelaksanaan pengawasan Pemilu;

    d. Adanya kewenangan menyelesaikan sengketa;

    e. Adanya kewenangan melibatkan masyarakat dalam Mengawasi Pemilu

    secara partisipatif;

    f. Sebagai satu-satunya lembaga yang menjadi pintu dalam proses awal dalam

    penegakan hukum Pemilu;

    g. Adanya dukungan sarana, prasarana, dan anggaran dari negara;

    h. Memiliki pengalaman dalam melaksanakan pengawasan Pemilu sebelumnya;

    dan

    i. Kerjasama dengan stakeholder dalam pelaksanaan pengawasan pemilu.

    Disamping beberapa potensi kekuatan yang dimiliki, Bawaslu juga memiliki

    sejumlah kelemahan dalam proses pengawasan dan penegakan hukum

    pemilu khususnya pelanggaran pemilu, di antaranya adalah:

  • LKIP

    9

    a. Perkembangan persoalan Pemilu selalu lebih cepat daripada perkembangan

    teknis pengawasan pemilu yang masih bersifat konvensional;

    b. Regulasi teknis pengawasan serentak belum tersedia secara memadai;

    c. Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, PPL dan Pengawas TPS

    yang bersifat tidak tetap (ad hoc);

    d. Tidak tercukupinya dukungan sarana, prasarana, dan anggaran dari negara;

    e. Kewenangan penyelesaian sengketa di tingkat Panwaslu Kabupaten/Kota

    belum diimbangi dengan kapasitas Panwaslu Kabupaten/Kota;

    f. Keterampilan penanganan pelanggaran pemilu yang belum memadai di

    tingkat Kabupaten/Kota (Panwaslu Kab/Kota), tingkat Kecamatan (Panwaslu

    Kecamatan), dan tingkat desa/kelurahan (PPL);

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Pengawas

    Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada pendahuluan ini diuraikan:

    • Bawaslu Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu lembaga penyelenggara

    Pemilu yang mandiri dan bebas dari pengaruh berbagai pihak manapun

    terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

    • Menjelaskan mengenai latar belakang penulisan laporan, kedudukan,

    tugas, dan struktur organisasi Badan Pengawas Pemilihan Umum

    Provinsi Jawa Tengah.

    BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

    Menjelaskan mengenai Rencana Strategis, Rencana Kerja dan Perjanjian

    Kerja. Pada Bab II ini disampaikan tujuan, sasaran, strategi, program,

    kegiatan serta indikator kinerja yang dilaksanakan guna mencapai visi dan

    misi Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia.

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

  • LKIP

    10

    Pada akuntabilitas kinerja, diuraikan capaian organisasi yang terdiri dari

    pengukuran kinerja tahun 2015 berdasarkan indikator kinerja yang

    mendukung masing-masing sasaran stategis, disertai dengan rincian evaluasi

    dan analisis capaian kinerjanya yang mencakup:

    • Keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kinerja organisasi, yang

    diantaranya mencakup kunci keberhasilan dan penyebab kegagalan, serta

    upaya yang dilakukan dalam mengendalikan pencapaian kinerja;

    • Perbandingan capaian kinerja dibandingkan dengan perencanaan

    strategis;

    • Kinerja keuangan berdasarkan realisasi anggaran.

    BAB IV PENUTUP

    Menjelaskan kesimpulan menyeluruh dari pencapaian, permasalahan dan

    kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Badan Pengawas Pemilihan

    Umum Republik Indonesia.

    LAMPIRAN

  • LKIP

    11

    BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

    Bawaslu Provinsi Jawa Tengah merupakan lembaga penyelenggara

    pemilihan umum yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilihan umum

    di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan bersifat permanen. Untuk menunjang

    kegiatan Bawaslu Provinsi Jawa Tengah dibantu oleh Sekretariat Badan

    Pengawasan Pemilihan Umum Provinsi sesuai dengan Peraturan Bawaslu

    Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Bab II Pasal 80 yang mempunyai

    tugas memberikan dukungan administrasi dan teknis operasional kepada

    Bawaslu Provinsi sehingga pada tiap akhir periode harus membuat laporan

    pelaksanaan program.

    Mengingat Visi dan Misi yang disusun Bawaslu dikaitkan dengan

    RPJMN 2015-2019, maka keterkaitan antara tujuan dan kegiatan Bawaslu

    dengan keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RKP merupakan

    keniscayaan. Keterkaitan tersebut menunjukkan tujuan dan kegiatan Bawaslu

    telah diarahkan untuk memberikan kontribusi signifikan bagi keberhasilan

    pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RKP.

    Ada dua tujuan utama Bawaslu, yaitu: (1) terwujudnya pengawasan

    pemilu yang berkualitas dan bermartabat; (2) terlaksananya penegakan hukum

    pemilu dalam kaitan kebijakan Pembangunan Nasional.

    2.1 Rencana Strategis 2015-2019

    Bawaslu sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya sebagai

    lembaga pengawas Pemilu dituntut untuk menghasilkan Pemilu yang

    demokratis, berkualitas dan bermartabat. Oleh karena itu dalam proses

    pelaksanaannya, Pemilu harus berjalan transparan, akuntabel, kredibel,

    partisipatif dan hasilnya dapat diterima oleh semua pihak. Untuk itu, disusun

    visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Bawaslu yang harus dicapai melalui

    pelaksanaan kegiatan utama atau teknis yang bersifat substansi dan kegiatan

    pendukung yang bersifat fasilitasi.

  • LKIP

    12

    a. Visi dan Misi

    Dalam Peraturan Bawaslu Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Rencana

    Strategis Badan Pengawas Pemilihan Umum Tahun 2015 – 2019, Bawaslu

    memiliki Visi yang menunjukkan jati diri dan fungsi Bawaslu dalam

    menyelenggarakan Pemilu, yaitu “Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga

    Pengawal Terpercaya dalam Penyelenggaraan Pemilu Demokratis,

    Bermartabat, dan Berkualitas”.

    Dalam pernyataan visi Bawaslu tersebut terdapat beberapa kata kunci,

    yaitu pengawal terpercaya, demokratis, bermartabat dan berkulitas. Makna

    ringkas dari setiap kata tersebut adalah sebagai berikut:

    Pengawal : Berada di garda terdepan bersama masyarakat dalam

    mengawasi penyelenggaraan pemilu:

    Terpercaya : Melakukan pengawasan dalam bentuk pencegahan dan

    penindakan, serta penyelesaian sengketa secara profesional,

    berintegritas, netral, transparan, akuntabel, kredibel, dan

    partisipatif sesuai asas dan prinsip umum penyelenggaraan

    pemilu demokratis;

    Demokratis : Melaksanakan pengawasan pemilu secara efektif dan efisien

    berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia, serta

    jujur, adil, dan kompetitif yang taat hukum, bertanggung jawab

    (accountable), terpercaya (credible), dan melibatkan

    masyarakat (participation);

    Bermartabat : Melakukan pengawasan penyelenggaraan pemilu berupa

    pencegahan dan penindakan, serta penyelesaian sengketa

    sesuai prinsip-prinsip moral sosial yang tinggi, seperti berani,

    tegas, bertanggung jawab, jujur, adil dan bijaksana;

    Berkualitas : Pemilu yang memiliki legitimasi baik proses maupun hasil

    yang ditentukan oleh kinerja pengawasan yang dapat diukur

    tingkat keberhasilannya (aspects ofperformance), strategi

    pengawasan yang dapat mencegah potensi, indikasi awal

  • LKIP

    13

    pelanggaran, dan penanganan dugaan pelanggaran secara cepat

    dan tepat(aspects ofdesign),serta pengawasan dilakukan

    berdasarkan peraturan hukum yang berlaku (aspects of

    conformance)

    Untuk menjabarkan Visi tersebut, Bawaslu menyusun Misi yang akan

    dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja selama periode 2015-2019. Adapun Misi

    Bawaslu adalah

    1. Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas Pemilu yang kuat,

    mandiri dan solid.

    Agar pengawasan Pemilu dapat dilaksanakan sesuai dengan amanat

    Undang-Undang, maka diperlukan aparatur dan kelembagaan pengawas

    Pemilu yang kuat, mandiri dan solid. Misi pertama sangat penting dan

    strategis karena merupakan pondasi utama dalam mendukung pelaksanaan

    tugas, fungsi dan kewenangan Bawaslu dalam pengawasan penyelenggaraan

    Pemilu. Misi ini merupakan kunci pertama dan utama untuk memasuki

    pelaksanaan pengawasan.

    2. Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan efisien.

    Pola dan metode pengawasan sangat diperlukan karena merupakan dasar

    dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengawasan Pemilu untuk

    memastikan semua tugas, fungsi dan kewenangan pengawasan Bawaslu

    dapat berjalan efisien dan efektif. Tahapan ini tidak akan berjalan dengan

    baik bila tidak didukung oleh suatu sistem control dan manajemen, serta

    teknologi yang berskala luas, terstruktur, sistematis dan integratif.

    3. Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen pengawasan

    yang terstruktur, sistematis, dan integratif berbasis teknologi.

    Misi ini merupakan salah satu misi penting untuk mengetahui kinerja

    pengawasan Pemilu mengalami peningkatan yang indikatornya adalah

    cepat, akurat dan transparan.

    4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta Pemilu, serta

    meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan pemilu partisipatif.

    konsisten menjalankan misi pertama, kedua dan ketiga diharapkan Bawaslu

    dapat memberikan kontribusi dalam perumusan kebijakan Pemilu ke depan.

  • LKIP

    14

    Dengan demikian, secara tidak langsung Bawaslu berperan sebagai lembaga

    “think tank” pertama, utama dan strategis dalam perumusan kebijakan

    Pemilu.

    Peran Bawaslu sebagai “think tank” pertama, utama, dan strategis sangat

    penting untuk dua hal, yaitu secara internal akan meningkatkan citra

    Bawaslu, dan secara eksternal akan meningkatkan citra pemerintahan,

    dimana keduanya merupakan bagian dari proses pembangunan citra

    kelembagaan Negara dalam memperkuat kapabilitas simbolik sistem politik

    Indonesia.

    5. Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja pengawasan berupa

    pencegahan dan penindakan, serta penyelesaian sengketa secara cepat,

    akurat dan transparan.

    Apabila misi keempat terlaksana dengan baik maka secara langsung atau

    tidak langsung kepercayaan publik akan tumbuh dengan sendirinya seiring

    dengan meningkatnya kualitas kinerja pengawasan, yang indikatornya

    adalah cepat, akurat dan transparan. Citra itu juga menjadi modal dasar

    untuk melaksanakan misi kelima, yaitu meningkatkan keterlibatan

    masyarakat dan peserta Pemilu serta meningkatkan sinergi kelembagaan

    dalam pengawasan Pemilu partisipatif.

    6. Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan Pemilu baik

    bagi pihak dari dalam negeri maupun luar negeri.

    Kepercayaan publik terhadap kualitas kinerja pengawasan Bawaslu

    merupakan prasyarat untuk meningkatkan pengawasan partisipatif, yaitu

    pengawasan yang melibatkan masyarakat, peserta Pemilu dan lembaga lain.

    Apabila Bawaslu dapat menjadi lembaga pengawal terpercaya, maka misi

    keenam Bawaslu sangat mudah dilakukan, yaitu menjadikan Bawaslu

    sebagai pusat pembelajaran pengawasan Pemilu baik bagi pihak dari dalam

    negeri negeri maupun pihak dari luar negeri.

    b. Tujuan dan Sasaran Strategis

    Dalam rangka mencapai Visi dan pelaksanaan Misi Bawaslu maka

    dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah berupa perumusan tujuan

  • LKIP

    15

    organisasi. Tujuan organisasi merupakan implementasi dari pernyataan Misi

    yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Tujuan utama

    Bawaslu dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan yaitu “meningkatkan

    kualitas dan efektifitas kinerja pengawasan”.

    Selain itu perlu disusun Sasaran Strategis yang berdasarkan hasil

    identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh Penyelenggara Pemilu.

    Adapun Sasaran Strategis Bawaslu yang akan dicapai pada tahun 2016 adalah:

    a) Mewujudkan tata kelola keuangan dan pertanggungjawaban dana hibah

    Pilkada secara transparan dan akuntabel.

    b) Meningkatnya kualitas pencegahan pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah.

    c) Meningkatnya kualitas penindakan pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah.

    d) Meningkatnya kualitas penyelesaian sengketa Pemilihan Kepala Daerah.

    2.2 Tujuan dan Sasaran Kinerja

    Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih

    meningkatkan akuntabilitas kinerja, maka Bawaslu perlu menetapkan Indikator

    Kinerja Utama (IKU). Gambaran target kinerja Bawaslu 2015-2019

    menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai sesuai dengan

    program dan kegiatan pada periode 2015-2019. Indikator kinerja ditetapkan

    secara spesifik untuk mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan informasi

    kinerja: output, outcome dan impact.

    Berdasarkan penjabaran Visi, Misi, dan Tujuan Renstra Bawaslu 2015-

    2019, Bawaslu Provinsi Jawa Tengah memiliki program utama yang digunakan

    untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Bawaslu 2015-2019.

    Tabel 2.2. Program Strategis Bawaslu

    Tujuan Sasaran Strategis Program

    Meningkatkan kualitas

    dan efektifitas kinerja

    pengawasan

    Meningkatnya kualitas pencegahan

    pelanggaran Pemilu. 1. Pengawas Penyelenggaraan

    Pemilu

    2. Program Dukungan Teknis Manajemen

    Meningkatnya kualitas penindakan

    pelanggaran Pemilu.

    Meningkatnya kualitas

    penyelesaian sengketa Pemilu

  • LKIP

    16

    2.3 Perjanjian Kinerja Bawaslu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

    Sasaran strategis program Bawaslu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

    akan tercapai apabila setiap program dan kegiatan yang telah direncanakan

    dalam setiap rencana kinerja tahunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

    dan target. Oleh karena itu, diperlukan Perjanjian Kinerja tahunan dengan

    mempertimbangkan berbagai kondisi yang dialami Bawaslu Provinsi Jawa

    Tengah baik itu internal maupun eksternal.

    Secara terinci, IKU Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa

    Tengah dari sasaran strategis yang telah dijabarkan sebelumnya di atas adalah

    sebagai berikut:

    Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi

    Jawa Tengah Tahun 2016

    No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

    1 Terwujudnya perencanaan

    program/kegiatan dan anggaran,

    tata usaha, SDM, keuangan,

    sarana prasarana dan

    pengawasan internal untuk

    mendukung tugas pencegahan,

    penindakan dan penyelesaian

    sengketa Pilkada

    1.1 Persentase perencanaan program/kegiatan dan anggaran yang sesuai dengan

    perencanaan lembaga

    100%

    1.2 Persentase pengelolaan keuangan yang sesuai dengan ketentuan

    100%

    1.3 Persentase ketersediaan dukungan sarana dan prasarana

    100%

    1.4 Persentase penyediaan SDM pengawas sekretariat

    100%

    2 Terwujudnya dukungan teknis

    dan administrasi tugas

    pencegahan, penindakan dan

    penyelesaian sengketa Pilkada

    2.1 Persentase fasilitasi pelaksanaan sosialisasi pencegahan pelanggaran, dan

    peningkatan partisipasi masyarakat dalam

    pengawasan Pilkada

    100%

    2.2 Persentase fasilitasi teknis dan supervisi pengawasan Pilkada

    100%

    2.3 Persentase pelayanan penanganan pelanggaran Pilkada

    100%

    2.4 Persentase penyelesaian sengketa Pilkada 100%

    3 Terwujudnya dukungan teknis

    dan administrasi hukum,

    kehumasan dan antar lembaga

    3.1 Persentase layanan advokasi hukum 100%

    3.2 Persentase layanan kehumasan 100%

    3.2 Persentase layanan hubungan antar lembaga 100%

  • LKIP

    17

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

    3.1 Pengukuran Capaian Kinerja

    Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Bawaslu Provinsi Jawa Tengah

    disusun guna mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai

    dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

    mewujudkan Visi dan Misi seperti tertuang dalam Renstra 2015-2019. LKIP

    Bawaslu Provinsi Jawa Tengah menyajikan capaian kinerja setiap sasaran yang

    telah ditetapkan. Pengukuran Kinerja dilakukan dengan membandingkan target

    setiap Indikator Kinerja Sasaran dengan realisasi yang telah dicapai. Besaran

    tingkat capaian realisasi dari target kinerja tersebut menentukan keberhasilan

    dari kinerja Bawaslu Provinsi Jawa Tengah.

    Keberhasilan atau ketidakberhasilan sasaran merupakan upaya untuk

    melakukan peningkatan atau perbaikan yang diperlukan di masa yang akan

    datang untuk mewujudkan Bawaslu Provinsi Jawa Tengah sebagai lembaga

    pengawal terpercaya dalam penyelenggaraan Pilkada demokratis, bermartabat

    dan berkualitas.

    3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

    Evaluasi dan analisis capaian kinerja dilakukan untuk setiap capaian

    sasaran strategis yang telah ditetapkan. Masing-masing sasaran tersebut akan

    diuraikan beserta permasalahan yang terkait dengan capaiannya. Berikut ini

    adalah evaluasi dan analisis capaian kinerja tahun 2016:

    Bawaslu Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan 3 sasaran strategis yang

    akan dicapai sesuai dengan Renstra Bawaslu RI 2015-2019. Ketiga sasaran

    tersebut diukur dengan 11 indikator kinerja. Realisasi sampai akhir tahun 2016

    menunjukkan bahwa rata-rata capaian strategis Bawaslu Provinsi Jawa Tengah

    tahun 2016 adalah

    Gambaran Capaian Sasaran Strategis tahun 2016 adalah sebagai berikut :

  • LKIP

    18

    No Sasaran Strategis Rata-rata

    Capaian 2016

    1 Terwujudnya perencanaan program/kegiatan dan

    anggaran, tata usaha, SDM, keuangan, sarana

    prasarana dan pengawasan internal untuk mendukung

    tugas pencegahan, penindakan dan penyelesaian

    sengketa Pilkada

    93.33%

    2 Terwujudnya dukungan teknis dan administrasi tugas

    pencegahan, penindakan dan penyelesaian sengketa

    Pilkada

    3 Terwujudnya dukungan teknis dan administrasi

    hukum, kehumasan dan antar lembaga

    66.67%

    Rata-rata Capaian

  • LKIP

    19

    SASARAN I

    Terwujudnya perencanaan program/kegiatan dan anggaran, tata

    usaha, SDM, keuangan, sarana prasarana dan pengawasan internal

    untuk mendukung tugas pencegahan, penindakan dan penyelesaian

    sengketa Pilkada

    Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 4 (empat) indikator

    kinerja kegiatan sebagai berikut:

    Indikator 1 : Persentase perencanaan program/kegiatan dan anggaran yang

    sesuai dengan perencanaan lembaga

    Sekretariat Bawaslu Provinsi Jawa Tengah mempunyai 5 (lima) indikator

    kinerja kegiatan yang di dalamnya terdapat sasaran atau target yang dicapai dari

    pelaksanaan program/kegiatan. Indikator kinerja kegiatan tersebut sebagai

    berikut:

    a. Layanan administrasi

    Sasaran atau target yang dicapai adalah

    No Uraian Ket Target Capaian

    1 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Terlaksana 100% 100%

    2 Pengelolaan Administrasi Keuangan dan

    BMN Terlaksana 100% 100%

    3 1) Pengelolaan Ketatausahaan dan Kearsipan Terlaksana 100% 100%

    4 2) Peliputan, Dokumentasi dn Pengelolaan

    Media Informasi Terlaksana 100% 100%

    5 Konsumsi Perkantoran Terlaksana 100% 100%

    6 Pembinaan Kesekretariatan Panwaslu

    Kab/Kota Terlaksana 100% 100%

    7 3) Fasilitasi dan Koordinasi dengan Mitra

    Kerja Terlaksana 100% 100%

    8 4) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

    Program Terlaksana 100% 100%

    9 Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan

    BPK dan BPKP Terlaksana 100% 100%

    10 Pembentukan Panwaslu Kada Kab/Kota* Terlaksana 100% 88,89%

    11 Pembinaan Administrasi Keuangan

    Panwaslu Kada Kab/Kota Terlaksana 100% 100%

    12 Implementasi Reformasi Birokrasi Terlaksana 100% 100%

  • LKIP

    20

    *) Dalam Pembentukan Panwaslu Kada Kab/Kota tidak terdapat pergantian anggota

    Panwaslu Kada Kab/Kota sehingga kegiatan Pergantian Antar Waktu tidak terlaksana.

    b. Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu Bawaslu Provinsi

    Sasaran atau target yang dicapai adalah

    No Uraian Ket Target Capaian

    1 Sosialisasi Pengawasan Pemilu

    Partisipatif Terlaksana 100% 100%

    2 Pembinaan/Penyelenggaraan Pengawasan

    dan Supervisi Pengawasan

    Pemilu/Pemilihan

    Terlaksana 100% 100%

    3 5) Koordinasi Pengawasan Tahapan

    Pemilu/Pemilihan Terlaksana 100% 100%

    4 6) Pembinaan/Pelaksanaan Penanganan,

    Penindakan Pelanggaran dan Penyelesaian

    Sengketa Pemilu/Pemilihan *

    Terlaksana 100% 75%

    5 Fasilitasi Sentra Gakkumdu ** Terlaksana 100% 66,67%

    6 Advokasi Pelanggaran dan Pidana

    Pemilu/Pemilihan

    Tidak

    Terlaksana 100% 0%

    7 7) Fasilitasi, Koordinasi, dan Pelaporan

    Bawaslu Provinsi Terlaksana 100% 100%

    8 8) Evaluasi Pengawasan Pemilu/Pemilihan Terlaksana 100% 100%

    *) Subkegiatan Fasilitasi Penyelesaian Pelanggaran Money Politic TSM/Sengketa

    Pemilu tidak terlaksana karena tidak ada pelanggaran yang dimaksud.

    **) Subkegiatan Piket Sentra Gakkumdu dan Dukungan Pelaksanaan Pemeriksaan dan

    Gelar Perkara, Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan Tindak Pidana Pemilu tidak

    terlkasana dikarenakan tidak adannya pelanggaran yang dimaksud

    c. Layanan Perkantoran

    Sasaran atau target yang dicapai adalah

    No Uraian Ket Target Capaian

    1 Pembayaran Gaji dan Tunjangan Terlaksana 100% 100%

    2 Penyelenggaraan Operasional dan

    Pemeliharaan Perkantoran Terlaksana 100% 100%

    d. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

    Sasaran atau target yang dicapai adalah

  • LKIP

    21

    Uraian Ket Target Capaian

    Pengadaan Perangkat Pengolah Data Terlaksana 100% 100%

    e. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

    Sasaran atau target yang dicapai adalah

    No Uraian Ket Target Capaian

    1 Pengadaan Meubelair Terlaksana 100% 100%

    2 Pengadaan Peralatan Perkantoran Terlaksana 100% 100%

    Indikator 2 : Persentase pengelolaan keuangan yang sesuai dengan

    ketentuan

    Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-

    3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan

    Pertanggungjawaban Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban

    Bendahara, Bawaslu Provinsi Jawa Tengah telah membuat beberapa dokumen

    terkait Pertanggungjawaban Pengelolaan Anggaran.

    No Dokumen Ada/Tidak Capaian Keterangan

    1 Laporan Realisasi Anggaran Ada 100%

    2 Laporan Operasional Ada 100%

    3 Laporan Perubahan Ekuitas Ada 100%

    4 Neraca Ada 100%

    5 CaLK Ada 100%

    6 Buku Kas Umum Ada 100%

    7 Buku Pembantu Bank Ada 100%

    8 Buku Pembantu Kas Ada 100%

    9 Buku Pembantu Kas Tunai Ada 100%

    10 Buku Pembantu BPP Tidak 0%

    Bawaslu Provinsi

    Jateng tidak ada BPP

    hanya ada Bendahara

    Pengeluaran

    11 Buku Pembantu Uang Muka Ada 100%

    12 Buku Pembantu Uang Persediaan Ada 100%

    13 Buku Pembantu LS Bendahara Ada 100%

    14 Buku Pembantu Pajak Ada 100%

    15 Buku Pembantu Lain-lain Tidak 0%

    Jasa giro sudah

    autodebet dan

    autokredit dari Bank

    16 Buku Pembantu Pengawasan Ada 100%

  • LKIP

    22

    Anggaran Belanja

    17 DRPP Ada 100%

    18 Laporan Pertanggungjawaban

    Bendahara Pengeluaran

    Ada 100%

    Sementara besaran target realisasi keuangan Bawaslu Provinsi Jawa

    Tengah mengacu pada target realisasai anggaran Bawaslu RI yang mencapai

    100%. Berdasarkan Laporan Pelaksanaan Program Bawaslu Provinsi Jawa

    Tengah Tahun Anggaran 2016 realisasinya mencapai 71,3%.

    Uraian Target Realisasi

    Persentase Penyerapan DIPA TA 2016 100% 71,3%

    Realisasi Anggaran yang telah dikeluarkan oleh Bawaslu Provinsi Jawa

    Tengah selama Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:

    a. Realisasi per Jenis Belanja

    1) Belanja Barang

    Belanja Barang Bawaslu Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 2 (dua)

    sumber yaitu Rupiah Murni dan Hibah Langsung Dalam Negeri. Rupiah

    Murni telah terrealisasi Rp6.801.687.833,- (enam milyar delapan ratus

    satu juta enam ratus delapan puluh tujuh ribu delapan ratus tiga puluh

    tiga rupiah) atau 71,23% sedangkan Hibah Langsung Dalam Negeri

    telah terrealisasi Rp25.152.387.636,- (dua puluh lima milyar seratus

    lima puluh dua juta tiga ratus delapan puluh tujuh ribu enam ratus tiga

    puluh enam rupiah) atau 71,48%. Total realisasi Belanja Barang

    Rp31.954.075.469,- (tiga puluh satu milyar sembilan ratus lima puluh

    empat juta tujuh puluh lima ribu empat ratus enam puluh sembilan

    rupiah) atau 71,43%.

    2) Belanja Pegawai

    Belanja Pegawai Bawaslu Provinsi Jawa Tengah telah terrealisasi

    Rp1.039.716.696,- (satu milyar tiga puluh sembilan juta tujuh ratus

    enam belas ribu enam ratus sembilan puluh enam rupiah) atau 61,28%

    dari total anggaran Belanja Pegawai.

  • LKIP

    23

    3) Belanja Modal

    Belanja Modal Bawaslu Provinsi Jawa Tengah telah terrealisasi

    Rp420.450.000,- (empat ratus dua puluh juta empat ratus lima puluh

    ribu rupiah) atau 96,43% dari total anggaran Belanja Modal.

    b. Realisasi per Pelaksanaan Program

    1) 5245.002 (Layanan Administrasi)

    Tahun Anggaran 2016 telah terealisasi Rp 2.143.608.229,- atau

    81,74%.

    2) 5245.003 (Teknis Penyelenggaraan Pengawasan Pemilu Bawaslu

    Provinsi)

    Tahun Anggaran 2016 telah terealisasi;

    a) APBN Murni : Rp 3.388.767.214,- atau 61,74%.

    b) Hibah Langsung Dalam Negeri : Rp 25.152.387.636,- atau

    71,48%.

    3) 5245.994 (Layanan Perkantoran)

    Tahun Anggaran 2016 telah terealisasi Rp 2.309.529.444,- atau

    73,69%.

    4) 5245.996 (Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi)

    Tahun Anggaran 2016 telah terealisasi Rp 214.365.000,- atau 97,22%.

    5) 5245.997 (Peralatan dan Fasilitas Perkantoran)

    Tahun Anggaran 2016 telah terealisasi Rp 215.500.000,- atau 95,63%.

    Tidak maksimalnya penyerapan anggaran disebabkan:

    a. Kebijakan penghematan anggaran;

    b. Realokasi anggaran, yang berdampak perubahan struktur anggaran;

    c. Terjadinya revisi sebagai akibat perubahan kebijakan dari Kementerian

    Keuangan.

    Indikator 3 : Persentase ketersediaan dukungan sarana dan prasarana

    Guna mendukung kinerja Bawaslu Provinsi Jawa Tengah dalam

    pelaksanaan tugas dan wewenang Pengawasan Pemilu, pada Tahun 2016

    dianggarkan untuk pengadaan sarana dan prasarana.

  • LKIP

    24

    No Uraian Belanja Modal Realisasi Target Capaian

    1. Printer 2 unit 2 unit 100%

    2. Fit Flip PC 4 unit 4 unit 100%

    3. Perangkat Radio (HT) 4 unit 4 unit 100%

    4. PC/Laptop 3 unit 3 unit 100%

    5. Printer B/W 3 unit 3 unit 100%

    6. Printer Color 1 unit 1 unit 100%

    7. Scanner 2 unit 2 unit 100%

    8. Kamera 3 unit 3 unit 100%

    9. Alat Perekam Audio 3 unit 3 unit 100%

    10. Alat Perekam Video 1 unit 1 unit 100%

    11. Telp/Fax 1 unit 1 unit 100%

    12. Rak Arsip Besi 10 unit 10 unit 100%

    13. Almari Kayu 4 unit 4 unit 100%

    14. Almari Besi 5 unit 5 unit 100%

    15. Kursi Putar 22 set 22 set 100%

    16. AC 1 set 1 set 100%

    17. Kipas Angin Tornado Fan 2 set 2 set 100%

    18. Megaphone 1 set 1 set 100%

    19. Sice 1 set 1 set 100%

    20. Kursi 10 unit 10 unit 100%

    21. Lemari Besi 2 unit 2 unit 100%

    22. Meja Kerja 5 unit 5 unit 100%

    23. AC Split 1 unit 1 unit 100%

    24. Alat Pemadam Api Ringan 1 unit 1 unit 100%

    25. Televisi 1 unit 1 unit 100%

    Bawaslu Provinsi Jawa Tengah melakukan pengelolaan SIMAK BMN

    tahun 2016 sebagai bentuk dukungan inventarisir atau pencatatan BMN. Selain

    itu Bawaslu Provinsi Jawa Tengah secara rutin melakukan stock opname dan

    penatausahaan pada kendaraan dinas, peralatan elektronik, peralatan kantor,

    serta pemasangan stiker nomor registrasi terhadap seluruh Barang Milik Negara.

    Dalam pencapaian indikator kinerja ketersediaan dukungan sarana dan

    prasarana Sekretariat Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga melaksanakan

    kegiatan antara lain :

    a. Menyelenggarakan kebutuhan sehari-hari perkantoran.

    b. Pelayanan daya dan jasa

    c. Pemeliharan perkantoran

    d. Pembayaran terkait pelaksanaan operasional kantor.

  • LKIP

    25

    Indikator 4 : Persentase penyediaan SDM pengawas sekretariat

    Sebagai lembaga pemerintah yang bertugas mengawasi penyelenggaraan

    Pemilu, Bawaslu Provinsi Jawa Tengah mempunyai sasaran kinerja dalam hal

    pemenuhan Sumber Daya Manusia sebagai pendukung utama dalam

    menjalankan organisasi. Hal ini dapat diukur melalui persentase penyediaan

    SDM pengawas sekretariat sebagai berikut.

    Uraian Jabatan Jumlah

    (orang)

    Komisioner 3

    Kepala Sekretariat 1

    Subbagian Administrasi

    - Kepala Subbag - Tim Asisten - Staf PNS - Tenaga Pendukung - Tenaga Keamanan - Tenaga Kebersihan - Pramusaji - Juru Mudi

    19

    1

    1

    6

    3

    2

    2

    1

    3

    Subbagian TP3

    - Kepala Subbag - Tim Asisten - Staf PNS - Tenaga Pendukung

    6

    1

    1

    1

    3

    Subbagian Hukum, Humas dan Hubal

    - Kepala Subbag - Tim Asisten - Staf PNS - Tenaga Pendukung

    8

    1

    1

    3

    3

    TOTAL 37

    Mengacu pada Surat Edaran Nomor

    0421/Bawaslu/SJ/TU.00.01/VI/2016 bahwa untuk kebutuhan pegawai di luar

    pejabat struktural di Bawaslu Provinsi (PNS dan non PNS) maksimal untuk

    Provinsi dengan banyaknya Kabupaten/Kota lebih dari atau sama dengan 31

    daerah dibatasi sejumlah 34 orang. Dengan demikian penyediaan SDM

    pengawas sekretrariat terpenuhi sesuai dengan ketentuan.

    Uraian Jabatan Jumlah

    (orang)

    Target

    (orang)

    Capaian

    Pegawai di luar pejabat struktural 30 < 34 100%

  • LKIP

    26

    SASARAN II

    Terwujudnya dukungan teknis dan administrasi tugas pencegahan,

    penindakan dan penyelesaian sengketa Pilkada

    Peningkatan kualitas pencegahan pelanggaran Pilkada merupakan salah

    satu sasaran strategis yang dimandatkan dalam Undang-Undang Nomor 15

    Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Sasaran strategis ini

    memiliki dua indikator utama yaitu (1) Tingginya Partisipasi Masyarakat Umum

    dalam Pengawasan Pilkada, dan (2) Menurunnya Jumlah Pelanggaran Pilkada.

    Indikator pertama mendeskripsikan bentuk kerjasama yang dilakukan

    Bawaslu Provinsi Jawa Tengah dengan para stakeholder dalam

    menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bersifat preventif guna mencegah

    terjadinya pelanggaran di wilayah hulu sampai ke hilir penyelenggaraan Pemilu.

    Indikator kedua mendeskripsikan efektivitas pelaksanaan kegiatan

    pengawasan aktif dan pasif. Bawaslu diharapkan mampu untuk

    mengekspektasikan potensi pelanggaran yang akan muncul pada persiapan

    penyelenggaraan Pilkada sampai dengan pelaksanaan tahapan penyelenggaraan

    Indikator 1 : Persentase fasilitasi pelaksanaan sosialisasi pencegahan

    pelanggaran, dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan

    Pilkada

    Melihat tugas, wewenang, kewajiban, serta tanggung jawab dari Badan

    Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah beserta jajarannya yang

    demikian berat dan mengingat jumlah Sumber Daya Manusianya yang sangat

    terbatas. Untuk itu Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah

    mempunyai inisiatif merangkul masyarakat melalui kegiatan Sosialisasi

    Pengawasan Partisipatif yang diharapkan akan tumbuh dan berkembangnya

    masyarakat menjadi Pengawas Partisipatif. Secara khusus Badan Pengawas

    Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah menjalin kerja sama dengan para

    pemantau Pemilu, karena mereka juga mempunyai kepentingan yang sama yakni

    menjaga agar Pemilihan berlangsung secara luber, jurdil, berkualitas dan

    berintegritas. Selain itu, dukungan tokoh masyarakat dan tokoh agama dari

  • LKIP

    27

    berbagai kalangan untuk menyakinkan masyarakat agar peduli dan mau terlibat

    secara aktif dalam pengawasan pemilihan.

    Pihak - Pihak yang dapat melakukan pengawasan partisipatif, antara lain:

    a. Organisasi pemantau pemilihan;

    b. Organisasi masyarakat sipil;

    c. Organisasi profesi;

    d. Media massa baik cetak maupun elektronik;

    e. Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih; dan

    f. Masyarakat Umum.

    Upaya mendorong pengawasan partisipatif dalam rangka

    memaksimalkan pengawasan Pemilihan, dapat berupa:

    a. Menghimbau masyarakat untuk melakukan pengawasan Pemilihan di setiap

    Tahapan Pemilu;

    b. Koordinasi dengan SKPD terkait dan Stakeholders;

    c. Menjalin kemitraan dengan berbagai instansi terkait, Perguruan Tinggi dan

    SMU/SMK;

    d. Menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi pemantau Pemilihan,

    organisasi masyarakat sipil, dan organisasi profesi;

    e. Membangun komunikasi dengan Peserta Pemilihan;

    f. Membangun sinergitas dengan media massa baik cetak maupun

    elektronik;dan

    g. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan

    perundang-undangan.

    Semakin tinggi keterlibatan pengawas partisipatif maka kualitas

    pencegahan pelanggaran semakin meningkat. Cara menghitung capaian

    indikator ini adalah dengan melihat persenta sepeserta yang terlibat dalam

    kegiatan sosialisasi pengawasan partisipatif Badan Pengawas Pemilihan Umum

    Provinsi Jawa Tengah.

    Indikator Kinerja Kinerja

    Target Realisasi Capaian

    Tingginya Partisipasi Masyarakat

    Umum dalam Pengawasan Pilkada 1560 1700 100%

  • LKIP

    28

    Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

    masyarakat umum dalam pengawasan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Serta

    Walikota dan Wakil Walikota tahun 2017 sangat tinggi. Hal ini terbukti dari

    kesadaran masyarakat dan menjaga demokrasi yang jujur, adil dan bermartabat

    serta berkualitas selain itu masyarakat dengan kesadaran diri dengan mengikuti

    salah satu program Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah

    yaitu Pengawasan Partisipatif. Sedangkan Pengawasan Partisipatif merupakan

    Pendidikan Politik bagi masyarakat yang sangat strategis dan menjadi salah satu

    metode pengawasan yang dianggap efektif dan efisien dalam pengawasan

    Pilkada dan kegiatan ini pun merupakan salah satu kegiatan yang menjadi

    agenda prioritas dari program kerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi

    Jawa Tengah selain itu merupakan perwujudan sembilan agenda prioritas

    Presiden RI (Nawa Cita).

    Kegiatan yang mendukung indikator ini diantaranya adalah:

    a. Sosialisasi Pengawasan Partisipatif

    Sasaran yang akan dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk

    menyampaikan informasi terkait peran aktif masyarakat dan stakeholder

    dalam mengawasi jalannya proses Pemilihan Bupati dan Walikota Tahun

    2017. Kegiatan Sosialisasi Pengawasan Partisipatif yang dilaksanakan di 7

    (tujuh) Kabupaten/Kota merupakan suatu upaya dan tanggung jawab moral

    yang dilaksanakan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa

    Tengah untuk merangkul sebanyak banyaknya Partisipatif Masyarakat yang

    tegabung dalam Pengawas Partisipatif. Salah satu contoh kegiatan

    sosialisasi Pengawasan Partisipatif Pemilihan Bupati dan Walikota tahun

    2017 adalah kegiatan sosialisasi yang ditujukan kepada masyarakat, tokoh

    agama, tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi

    Masyarakat, Difabel sampai unsur pendidikan supaya ikut terlibat langsung

    dalam mengawal dan mengawasi setiap Tahapan Pemilu dalam Pemilihan

    Bupati dan Wakil Bupati Serta Walikota dan Wakil Walikota tahun 2017.

    Sasaran pada kegiatan ini adalah mensosialisasikan bagaimana peran serta

    mayarakat dan ikut melakukan Pengawasan dalam setiap Tahapan Pemilu

    dan ikut aktif dalam menyebarkan virus-virus pengawasan dalam Pemilihan

  • LKIP

    29

    Bupati dan Wakil Bupati Serta Walikota dan Wakil Walikota tahun 2017

    yang berkoordinasi dengan Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi

    Jawa Tengah, Panwas Kabupaten/Kota, Panwas Kecamatan, Petugas

    Pengawas Lapangan dan Pengawas TPS.

    b. Supervisi dan Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Sosialisasi Pemilihan

    Bupati dan Walikota.

    Supervisi dan Monitoring bertujuan untuk memastikan bahwa proses

    pengawasan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil

    Walikota tahun 2017 yang dilaksanakan oleh Badan Pengawas Pemilihan

    Umum Provinsi Jawa Tengah, Panwas Kabupaten/Kota, Panwas Kecamatan

    ke bawah untuk memperkuat koordinasi agar hasil yang dicapai dalam

    pengawasan dalam setiap tahapan berjalan dengan baik dan adanya upaya

    peningkatan kinerja dari Panwas Kabupaten/Kota beserta jajaran ke bawah

    yang lebih berkualitas dan berintegritas. Disamping itu adanya pembinaan

    secara langsung terkait pengawasan, upaya pencegahan dan temuan

    pelanggaran di laporkan sesuai alat kerja pengawasan sebagai pedoman dari

    Badan Pengawas Pemilihan Umum RI.

    c. Rapat Koordinasi dengan Stakeholder

    Kegiatan rapat koordinasi ini bertujuan untuk koordinasi dengan para

    stakeholders melalui sosialisasi tentang netralitas ASN untuk upaya

    pencegahan ketidak netralan ASN dalam setiap tahapan pemilu selain itu

    tujuan dari evaluasi yang melibatkan stakeholders adalah untuk

    mendapatkan masukan, kritik dan saran atas fungsi pengawasan dan

    penanganan pelanggaran yang akan dan sedang dilaksanakan.

    Indikator 2 : Persentase fasilitasi teknis dan supervisi hasil pengawasan

    Pilkada

    Jenis-jenis pelanggaran pemilihan telah diatur dalam Undang-Undang

    No. 10 Tahun 2016 tentang perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 1 Tahun

    2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1

    Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-

    Undang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011, tentang

  • LKIP

    30

    Penyelenggaraan Pemilu, pasal 69 ayat (1) Pengawasan Penyelenggaraan pemilu

    dilakukan oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota,

    Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar

    Negeri. Sedangkan Pengawasan Pilkada diatur dalam Pasal 22A ayat (1)

    Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

    Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 bahwa Pengawasan Penyelenggaraan

    pemilihan menjadi tanggung jawab bersama Bawaslu, Bawaslu Provinsi,

    Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan,

    dan Pengawas TPS.

    Sedangkan Jenis pelanggaran pemilihan meliputi pelanggaran

    administrasi pemilihan, pelanggaran kode etik pemilihan dan tindak pidana

    pemilihan.

    Pelanggaran administrasi pemilihan merupakan pelanggaran yang

    meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi

    pelaksanaan pemilihan dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan di luar

    tindak pidana pemilihan dan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilihan.

    Sedangkan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilihan adalah

    pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilihan yang berpedoman pada

    sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara

    Pemilihan. Kode etik penyelenggara pemilihan sendiri diatur dalam Peraturan

    Bersama antara KPU, Bawaslu dan DKPP. Sementara tindak pidana pemilihan

    merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan Pemilihan yang diatur

    dalam Undang-undang Pilkada.

    Indikator menurunnya jumlah pelanggaran Pilkada bertujuan untuk

    mengukur outcome dari pengawasan, khususnya upaya pencegahan yang

    dilakukan Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah, dengan

    demikian semakin kecil jumlah pelanggaran maka tujuan dari pengawasan

    khususnya dalam hal upaya pencegahan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum

    Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan semakin efektif. Cara menghitung

    capaian indikator ini adalah jumlah rata-rata pelanggaran Pilkada tahun 2015

    dibandingkan dengan jumlah rata-rata pelanggaran Pilkada periode sebelumnya

    dikalikan 100%.

  • LKIP

    31

    Jumlah pelanggaran Pilkada sebelumnya adalah pelanggaran Pilkada

    Pemilihan Gubernur yang terjadi pada tahun 2013, hal ini dikarenakan pada

    tahun 2014 merupakan tahun dilaksanakannya Pemilihan Presiden dan Wakil

    Presiden serta Pemilihan Legislatif.

    Keterangan 2013 2015 2017 Capaian

    Penurunan

    Rata-rata

    Pelanggaran

    Pilkada

    8

    Pelanggaran/

    Daerah

    Pilkada

    7

    Pelanggaran/

    Daerah

    Pilkada

    38

    Pelanggaran/

    Daerah

    Pilkada

    0%

    Jumlah pelanggaran Pilkada tahun 2013, 2015 dan tahun 2017 adalah

    sebagai berikut:

    Uraian Tahun

    2013 2015 2017

    Jumlah Pelanggaran 270 147 269

    Pilkada tahun 2013 dilaksanakan untuk Pemilihan Gubernur, sehingga

    Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jateng dalam melakukan

    monitoring pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Pilkada lebih fokus.

    Sedangkan pelaksanaan Pilkada pada tahun 2015 dilakukan secara serentak

    untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota

    sehingga konsentrasi Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah

    pelaksanaan pengawasan dilaksanakan di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota yang

    melaksanakan Pilkada Serentak Tahun 2017. Hal lain yang menyebabkan

    terlambatnya regulasi yang memuat peraturan pelaksanaan dan yang lebih

    spesifik mengenai dana hibah yang terlambat dari Pemerintah Kab/Kota untuk

    Panwas dalam pendanaan pengawasan Pilkada. Selain itu transfer dana Pilkada

    dari Pemerintah Daerah terlambat sehingga menyebabkan kegiatan sosialiasasi

    pengawasan tidak sesuai jadwal yang sudah direncanakan/target tidak terpenuhi.

    Terdapat beberapa permasalahan dalam penanganan pelanggaran Pilkada :

    1. Waktu penanganan pelanggaran yang sempit.

    Waktu Penanganan Pelanggaran 3+2 dalam pelaksanaannya terlalu sempit,

    yang mana dalam pelaksanaannya kadang terhambat karena harus

  • LKIP

    32

    memperoleh keterangan dari Para Saksi, Terlapor, Pelapor.

    2. Batas waktu pelaporan kepada Pengawas Pemilu

    Waktu Pelaporan menurut Undang-Undang adalah 7 Hari sejak

    diketahui/ditemukannya pelanggaran. Namun dalam pelaksanaannya

    kadang menimbulkan permasalahan ketika dugaan pelanggaraan baru

    diketahui saat Tahapan telah lewat (misalnya dugaan Ijazah Palsu baru

    diketahui pada saat mendekati Hari Pemungutan Suara)

    3. Pengaturan sanksi administrasi berupa pembatalan masih tergantung pada

    putusan Pengadilan. Hal ini mengakibatkan keterlambatan pemberian

    sanksi administrasi kepada peserta pemilu karena menunggu Putusan

    Pengadilan Berkekuatan Hukum Tetap terhadap pelanggaran Pidana baik

    Pidana Umum ataupun Pidana Pemilu

    4. Terlalu banyak lembaga yang terlibat dalam penanganan proses penegakan

    hukum Pemilu. Pada Pelaksanaan Pemilu, lembaga yang menangani dalam

    proses upaya hukum pelanggaran Pemilu yakni Bawaslu, Peradilan

    Umum/TUN

    5. Adanya Pelanggaran Pidana yang tidak dapat dikenakan sanksi karena

    dalam Undang-Undang tidak diatur mengenai Sanksi Pidana terhadap

    Pelanggaran.

    Terkait hal tersebut Program Pengawasan Penyelenggaraan Pilkada perlu

    lebih ditingkatkan dan lebih dipertajam lagi melalui kegiatan sosialisasi

    Partisipatif dan bintek Pengawasan Partisipatif. Kegiatan yang perlu

    ditingkatkan adalah:

    a. Pendidikan Pengawasan Partisipatif.

    Kegiatan ini bertujuan untuk:

    • Memberikan pemahaman, pengetahuan, persepsi, membuka wacana dan

    pola pikir serta komitmen yang sama kepada stakeholder dan masyarakat

    dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Serta Walikota dan Wakil

    Walikota;

    • Menumbuhkan sikap dan kesadaran serta perilaku proaktif dari

    Stakeholder dan masayarakat pemilihan untuk mengawal dan

    menciptakan Pilkada yang jurdil, aman, demokratis, bermartabat dan

  • LKIP

    33

    berkualitas.

    • Memberikan informasi kepada stakeholder dan masyarakat dalam

    Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Serta Walikota dan Wakil Walikota

    terkait regulasi Pilkada dan pengawasan Pilkada dalam rangka mencegah

    terjadinya pelanggaran Pilkada.

    b. Pembinaan dan Supervisi Pengawasan Pilkada.

    Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab Badan Pengawas

    Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah sebagai penanggung jawab di

    tingkat provinsi dalam Pengawasan Pemilihan Pemilihan Bupati dan Wakil

    Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017. Supervisi ke daerah

    ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pengawasan di setiap tahapan

    Pilkada Serentak oleh jajaran Panwas di tingkat Kabupaten/Kota ke bawah

    berjalan dengan baik dan sesuai dengan Time Line yang sudah

    direncanakan.

  • LKIP

    34

    SASARAN III

    Terwujudnya dukungan teknis dan administrasi hukum, kehumasan

    dan antar lembaga

    Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 3 (tiga) indikator

    kinerja kegiatan sebagai berikut:

    Indikator 1 : Persentase layanan advokasi hukum

    Sebagai lembaga pemerintah yang bertugas mengawasi penyelenggaraan

    Pemilu dan bersinggungan langsung dengan dunia Politik, Bawaslu Provinsi

    Jawa Tengah dan jajaran dibawahnya mempunyai tanggung jawab dan resiko

    yang besar. Potensi ancaman terseretnya anggota Bawaslu dan jajaran

    dibawahnya ke kasus hukum oleh para stakeholder Pemilu, membuat Bawaslu

    harus bersiap menghadapi kemungkinan untuk menghadapi persidangan.

    Bawaslu Provinsi Jawa Tengah menyadari perlunya adanya suatu upaya untuk

    menjamin dan melindungi jajarannya ketika melaksanakan tugasnya. Di Tahun

    2016, Bawaslu Provinsi Jawa Tengah telah menganggarkan sebagian

    anggarannya untuk keperluan layanan advokasi hukum. Berikut adalah realisasi

    pelayanana advokasi hukum oleh Bawaslu Provinsi Jawa Tengah selama Tahun

    2016:

    Uraian Ket Target Capaian

    Advokasi Pelanggaran dan Pidana

    Pemilu/Pemilihan*

    Tidak

    terlaksana 100% 0%

    *) Kegiatan tidak dilaksanakan, dikarenakan sepanjang pelaksanaan tahap

    Pilkada di Tahun 2016 tidak ada anggota Panwas Pemilihan atau Badan

    Pengawas Pemilihan Provinsi Jateng yang memerlukan bantuan advokasi

    hukum.

    Indikator 2 : Persentase layanan kehumasan

    Bawaslu Provinsi Jawa Tengah dalam menjalankan tugas pengawasan

    pemilu memiliki tanggung jawab layanan kehumasan untuk menyebarkan

    informasi dan berita terbaru mengenai Pemilu kepada khayalak umum. Dalam

    hal layanan kehumasan ini, Bawaslu Provinsi Jateng menggandeng Media Masa

  • LKIP

    35

    untuk menyebarkan informasi mengenai Pemilu kepada masyarakat umum

    secepat dan sefaktual mungkin. Selain itu Bawaslu Jateng juga menerbitkan

    Buletin Bawaslu Jateng sebagai sumber informasi mengenai Pemilu atau seputar

    kegiatan yang dilakukan Bawaslu Provinsi Jateng dan jajaran dibawahnya.

    Berikut adalah realisasi layanan Kehumasan yang telah dilaksanakan Bawaslu

    Provinsi Jateng Selama Tahun 2016:

    Uraian Ket Target Capaian

    Penerbitan/Pencetakan Buletin Bawaslu Jateng* Terlaksana 100% 100%

    Media Gathering** Terlaksana 100% 100%

    *) Target Penerbitan Buletin Bawaslu Jateng selama Tahun 2016 adalah empat

    kali cetak. Selama Tahun 2016, Bawaslu sudah mencetak empat edisi, yaitu edisi

    5 pada bulan April, Edisi 6 pada bulan Juli, Edisi 7 pada bulan Oktober, dan

    Edisi 8 pada bulan Desember 2016. Buletin Bawaslu Jateng didistribusikan ke

    OPD, Bawaslu Provinsi lain, dan Perpustakaan Daerah di 35 Kabupaten/Kota.

    **) Media Gathering direncanakan dilaksanakan sebanyak enam kali di Tahun

    2016 dan telah dilaksanakan sebanyak enam kali oleh Bawaslu Provinsi Jateng.

    Seluruh kegiatan Media Gathering dilaksanakan di Kota Semarang.

    Rincian pelaksanaan Media Gathering adalah sebagai berikut:

    1. Tahap I dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2016 di MG Setos Hotel;

    2. Tahap II dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2016 di Hotel Patra Jasa;

    3. Tahap III dilaksanakan pada tanggal 16 September 2016 di Gedung Kuliah

    Bersama Lantai 10 Universitas Sultan Agung;

    4. Tahap IV dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2016 di MG Setos Hotel;

    5. Tahap V dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2016 di Holiday Inn

    Express Hotel;

    6. Tahap VI dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2016 di MG Setos Hotel;

    Indikator 3 : Persentase layanan hubungan antar lembaga

    Sebagai salah satu Instansi Pemerintah, Bawaslu mempunyai peran dan

    tanggung jawab dalam hal hubungan antar lembaga. Hal ini juga sangat

    diperlukan oleh Bawaslu dalam menjalankan tugasnya sebagai Pengawas

    Pemilu. Dengan keterbatasan personil yang ada, Bawaslu memerlukan bantuan

  • LKIP

    36

    dari lembaga lain untuk memastikan terbentuknya Pemilu yang berintegritas dan

    aman. Untuk menjalankan kewajiban dan peran tersebut, Bawaslu

    mencanangkan sebuah kegiatan untuk berkoordinasi dengan berbagai lembaga

    yang juga ikut serta dalam pelaksanaan Pemilu. Dengan adanya kegiatan

    tersebut diharapkan akan terbentuk kordinasi dan hubungan yang baik antar

    lembaga, sehingga Pemilu bisa dijalankan dengan lancar. Berikut adalah

    realisasi kegiatan Rapat Koordinasi Antar Lembaga selama tahun 2016:

    Uraian Ket Target Capaian

    Rakor dengan Mitra Kerja* terlaksana 100% 100%

    *) Rakor dengan Mitra Kerja direncanakan dilaksanakan sebanyak tiga kali di

    Tahun 2016 dan telah dilaksanakan sebanyak tiga kali oleh Bawaslu Provinsi

    Jateng. Peserta dari kegiatan ini adalah Instansi-Instansi Pemerintah Tingkat

    Kab/Kota yang ikut berperan dalam mensukseskan pelaksanaan Pilkada dan

    membantu Bawaslu dalam menjalankan tugasnya seperti Kesbangpolinmas,

    Dishub, KPU, Polres/Polresta, Satpol PP, dan Kodim. Selain dari Instansi

    Pemerintah, Bawaslu Provinsi Jateng juga mengundang unsur dari NGO, Parpol

    dan Perguruan Tinggi.

    Rincian pelaksanaan Rakor dengan Mitra Kerja adalah sebagai berikut:

    1. Rakor dengan Mitra Kerja pertama dilaksanakan pada tanggal 31

    Agustus 2016 di Le Beringin Hotel Kota Salatiga;

    2. Rakor dengan Mitra Kerja kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober

    2016 di D’Season Hotel Kab. Jepara;

    3. Rakor dengan Mitar Kerja ketiga dilaksanakan pada tanggal 1 November

    2016 di Surya Yudha Hotel Kab. Banjarnegara;

  • LKIP

    37

    BAB IV PENUTUP

    Berdasarkan uraian bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan

    utama yang terkait dengan Kinerja Bawaslu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016,

    sebagai berikut:

    a) Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pengawas

    Pemilihan Umum tentang Pengawas Pemilu yang diamanatkan oleh

    Undang-Undang telah dapat diselenggarakan dengan baik, hal ini

    ditunjukkan dengan capaian rata-rata indikator sasaran sebesar %.

    b) Pelaksanaan program dan kegiatan serta tata kelola keuangan Bawaslu

    Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 telah efektif dan efisien.

    c) Bawaslu Provinsi Jawa Tengah telah berupaya secara optimal melaksanakan

    kewajibannya dalam meningkatkan pengawasan Pilkada 2017 dengan lebih

    mengutamakan upaya pencegahan daripada penindakan pelanggaran. Hal ini

    terbukti dengan pelanggaran-pelanggaran yang lebih banyak bersifat

    administrasi yang ditemukan oleh pengawas pemilihan selama Pilkada 2017

    serta dapat ditindaklanjuti oleh jajaran KPU Kabupaten/Kota.

    d) Selain terdapat beberapa keberhasilan tersebut di atas, masih dijumpai

    adanya beberapa permasalahan yang terus mendapat perhatian, seperti

    peningkatan kapasitas kelembagaan, pengelolaan SDM, serta sistem

    Pengendalian Intern di Bawaslu Provinsi Jawa Tengah.

    e) Berdasarkan DIPA Bawaslu Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016

    sejumlah Rp 46.867.315.000,- (empat puluh enam miliar delapan ratus

    enam puluh tujuh juta tiga ratus lima belas ribu rupiah), total anggaran

    yang direalisasikan sampai dengan 31 Desember 2016 sebesar

    Rp33.414.742.523,- (tiga puluh tiga milyar empat ratus empat belas juta

    tujuh ratus empat puluh dua ribu lima ratus dua puluh tiga rupiah) atau

    71,30% terdiri dari dua sumber anggaran yaitu Rupiah Murni (APBN

    Murni) sebesar Rp8.262.354.887,- (delapan milyar dua ratus enam puluh

    dua juta tiga ratus lima puluh empat ribu delapan ratus delapan puluh tujuh

    rupiah) atau 70,73% dan Hibah Dalam Negeri yang merupakan anggaran

  • LKIP

    38

    hibah Pilkada Tahun 2015 di 21 Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah sebesar

    Rp9.047.925.165,- (sembilan milyar empat puluh tujuh juta sembilan ratus

    dua puluh lima ribu seratus enam puluh lima rupiah) atau 65,44% serta

    Hibah Dalam Negeri yang merupakan anggaran hibah Pilkada Tahun 2017

    di 7 Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah sebesar Rp16.104.462.471,- (enam

    belas milyar seratus empat juta empat ratus enam puluh dua ribu empat

    ratus tujuh puluh satu rupiah) atau 75,40%.

    Untuk itu Bawaslu telah melakukan upaya untuk melakukan perbaikan dalam

    rangka memperkuat struktur organisasi, kapasitas kelembagaan dan peningkatan

    Sumber Daya Manusia.