bab i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena kebangkitan jilbab sebagai identitas keagamaan di kalangan anak
muda sebagai tren fashion di Indonesia, merupakan hal yang perlu ditanggapi dengan
positif. Berawal dari munculnya komunitas pengguna jilbab yaitu “Hijabers
Community” pada tahun 2010 (Hijaberscommunity.com) memperkenalkan fashion
muslimah modern dengan gaya berhijab yang modern dan modis. Istilah hijab juga
dipopulerkan oleh komunitas ini agar lebih terdengar internasional, karena jilbab
dalam bahasa Inggris adalah hijab. Selain merupakan perkumpulan wanita berhijab,
komunitas ini memberikan tutorial cara mengkreasikan hijab, rias wajah, menawarkan
mode pakaian muslimah terbaru dan kegiatan pengajian serta kepedulian antar sesama.
Peran publik figur berhijab dan munculnya perancang busana muslimah di televisi,
media sosial dan surat kabar semakin menambah ketertarikan muslimah Indonesia
untuk mengenakan hijab.
Kemunculan fashion “hijab” modern tidak terlepas dari pro dan kontra di
masyarakat, keberadaan fashion hijab yang ditunjukkan oleh komunitas hijabers
dianggap telah berusaha menggeser aturan, nilai-nilai dan fungsi hijab menjadi tren
mode berpakaian yang sudah tidak sesuai dengan Alquran, namun justru mengajak
untuk bergaya hidup yang lebih konsumtif serta menunjukkan identitas baru sebagai
muslimah kelas atas, karena komunitas tersebut lebih banyak melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan mode dibandingkan dengan kegiatan kajian agama Islam
2
(Nuariza, 2012; Yedesiasi, 2013). Oleh karena itu, kini muncul berbagai komunitas
wanita berhijab lain yang memiliki tujuan untuk mengajak wanita Islam Indonesia
menggunakan hijab sesuai dengan syariat agama Islam juga sebagai bentuk
keprihatinan wanita muslimah lain dengan munculnya komunitas “jilboobs” wanita
berkerudung namun berpakaian ketat (Hidayat, 2014). Berikut ini adalah beberapa
komunitas wanita muslimah berjilbab di Indonesia
Tabel 1.1
Komunitas Muslimah Berhijab Di Indonesia
1. 1
Hijabers Community
Tahun 2010
2.
Hijabbillah
Komunitas hijab
modern 28 September
2013
3.
Komunitas hijab
Syar’i
November 2012
4.
`
Wanita Indonesia
Bercadar
September 2014
Sumber : Fanpage Hijaberscommunity, Komunitas Hijab Syar‟i, Hijabspeak dan
Wanita Indonesia Bercadar
3
Menurut KBBI hijab berarti penutup, tirai, kain selubung atau cadar. Agama
Islam memerintahkan semua wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana dalam
kitab suci Alquran surat An Nur ayat 31 yang artinya :
ي ول يبديي وقل بصري ويحفظي فروج منىؤونت يغضضي وي أ
ول يبديي ي جيب ا ولضبي بىري لع ر و ي إل وا ظ زينتو با
ي ي إل و ا زينت ب
و أ
ي ا ب
و أ
ي و با ب و
و وا ي و نسا
ي ت خن
و بن
ي و بن إخن
ي و إخن
ي ب و
و ي يم
ب منكت أ ول مل
ر غي و ٱرجاا ة وي ٱ
فل يي مل ٱ
رت ع رو لع ي ل نه وا يف وي منسا ٱه يظ رجن ول يضبي بأ
إل وتب ي زينت ٱ ي جي ا أ ٣١ م نكه تفنح ٱىؤو
Wa qul lil-mu,minati yagdudna min absarihinna wa yahfazna furujahunna wa la
yubdina zinatahunna illa ma zahara min-ha walyadribna bikhumurihinna „ala
juyubihinna wa la yubdina zinatahunna illa libu‟ulatihinna au aba‟ihinna au
aba‟ibu‟ultihinna au abna‟ihinna au abna‟ibu „ulatihinna au ikhwanihinna au
bani akhwanihinna au bani akhwatihinna au nisa „ihinna au nisa „ihinna au ma
malakat aimanuhunna awittabi‟ina gairi ulil-irbati minar-rijali awit –
tifillahizina lam yaz-haru „ala‟auratin-nisa wa la yadribna bi‟arjulihinna
liyu‟lama mayukhfina min zinatihin, wa tubu illallahi jami‟an ayyuhal-
mu‟minuna la‟allakum tuflihun Terjemahan:“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar
mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan
hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-
putra suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau saudara perempuan
mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau para hamba sayaha
yang mereka miliki, atau pada pelayan laki-laki (tua) yang tidak memiliki
keinginan terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua
4
kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”
(Alquran surat AnNur,ayat 31dalam Alquran Robbani, 2012)
Alasan menggunakan hijab saat ini sudah berubah sebagai pemenuhan mode,
menutup kepala, aksesoris, agar terlihat lebih menarik dan lain-lain. Esensi hijab
sebagai perintah tidak lagi ada dalam perilaku berhijab, sehingga tidak jarang banyak
muslimah yang menegenakan hijab tidak sesuai dengan syariat Islam menuai kritik di
kalangan masyarakat. Padahal, jelas bahwa sesungguhnya menggunakan hijab perlu
dipahami sebagai kewajiban dan perintah bagi semua wanita yang beragama Islam
untuk menjaga kehormatan wanita. Selain itu, hijab juga merupakan sumber kebaikan
bagi wanita, dimana Allah mengangkat derajat wanita yang mengenakan hijab agar
tidak diganggu oleh pandangan laki-laki. Kitab suci Alquran menegaskan perintah
menggunakan hijab dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya sebai berikut :
ا يأ اتك ونسا ٱ ي زوجك وب
ٱىؤو قل ل ي ي وي جلبيب يدن عني
ي رفي فل يؤذيي وك دن
ٱك ذ ٥٩ غفرا رحيىا ٱ
Ya ayyuhan-nabiyyu qul li‟awajika wa banatika wa nisa‟il-mu‟minia yudnina
„alaihinna min jalabibihinn zalika adna ay yu‟rafna fa la yu‟zain, wa kanallahu
gafurar rahima
Terjemahan:“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu agar mereka lebih
mudah untuk dikenali , sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha penyayang” (Alquran, surat Al Ahzab, ayat 59 dalam
Alquran Robbani, 2012).
Maksud dari ayat tersebut adalah Tuhan memerintah semua wanita yang sudah
balig atau sudah mendapatkan haid untuk menutup auratnya. Aurat adalah anggota
badan yang tidak boleh diperlihatkan jika akan keluar rumah, khususnya bagi wanita
5
muslim hanya diperkenankan menampakkan telapak tangan dan wajahnya saja.
Sedangkan jilbab dalam ayat tersebut merupakan sejenis baju kurung yang lapang
dapat menutup kepala, wajah dan dada (Tafsir dalam Al qur’an Cordoba special for
Muslimah, 2012). Sehingga tidak nampak aurat dan menimbulkan prasangka tidak
baik terhadap wanita yang berhijab.
Al qur’an surat Al-Ahzab ayat 59 tersebut sejalan dengan kesimpulan Droogsma
(2007) yang dilakukan pada wanita muslim di Amerika menyebutkan bahwa, fungsi
hijab untuk mendefinisikan identitas muslim, melakukan pemeriksaan perilaku,
menolak obyektifitas seksual, mampu memberikan rasa hormat yang lebih tinggi,
melestarikan hubungan intim dengan pasangan dan memberikan kebebasan
(Droogsma, 2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan fenomena hijabers
merupakan gambaran akan kebutuhan ekspresi keagamaan dalam nilai-nilai dan
norma-norma global yang terus berubah, serta merupakan bentuk artikulasi wacana
sosial diperkotaan, yaitu kesalehan dan kehidupan perkotaan global mampu
menciptakan industri kreatif Islam yang dinamis dan kesuksesan bagi wanita muslim
di kota besar Indonesia menunjukkan simbol religiusitas dalam pandangan
kosmopolitan (Beta, 2014).
Sedangkan di sisi lain, hijab syar’i sendiri dapat didefinisikan sebagai busana
muslimah untuk menutup aurat dengan dilengkapai kerudung atau penutup kepala
yang menutup hingga ke dada, berbahan kain yang tidak transparan, longgar atau tidak
ketat, tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan bukan pakaian untuk mendapatkan
popularitas (Salim, 2012). Sejalan dengan kepopuleran minat berhijab, bisnis terkait
6
fashion hijab menjadi sasaran pelaku usaha di Indonesia Majalah SWA edisi 28
Agustus-10 September 2014, membahas mengenai ledakan kelas menengah Muslim di
Indonesia. Bahwa globalisasi telah merubah gaya hidup masyarakat Muslim dari
konvensional menuju Muslim yang modern. Berbagai produk barang dan jasa yang
menyebutkan “syariah” ataupun “halal” kini menjadi tren di Indonesia, mulai dari jasa
layanan keuangan, fashion, entertaintment, travelling hingga produk kecantikan.
Populasi Muslim menengah Indonesia yang besar diperkirakan memiliki nilai
pasar mencapai Rp 112 triliun per bulan. Yuswohady (2013) menyebutkan dalam buku
yang berjudul “Marketing to the Middle Class Moslem” bahwa hampir semua bank
memilki unit bank syaria demi memenuhi peluang pasar perbankan yang memegang
nilai-nilai syariah. Selain itu, industri makanan dan kosmetik kini berupaya untuk
memproduksi produk halal, serta munculnya perancang busana muslimah yang
menjadi idola dan rujukan dalam berbusana.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 3 partisipan terkait dengan niat
berhijab secara syar’i, 2 diantaranya telah mengenakan hijab jika akan keluar rumah
dan 1 partisipan belum menggunakan hijab. Ketiganya juga menyadari bahwa
menggunakan hijab adalah kewajiban bagi wanita yang beragama Islam, namun
bagaimana menggunakan hijab yang benar masih belum dimengerti. Berikut ini
kutipan pernyataan mereka :
Awalnya aku ga tau alasan mengapa berhijab, baru tahun 2008 atau pas awal
kuliah mulai memakai hijab. Setelah makai hijab baru tau alasan kenapa makai
hijab. Sebelumnya sama sekali tidak pernah mengenakan hijab. Jilbab itu
penutup aurat, lambang muslimah sejati dan pelindung wanita. Menurutku
makai hijab itu wajib, tapi juga ga bisa memaksa ke orang lain yang terpenting
adalah bersikap baik dan hatinya baik. Saya sedang mencoba untuk istiqomah
7
menggunakan hijab sesuai dengan perintah Allah yaitu tidak tipis, menutup
dada dan tidak ketat, sedangkan fenomena hijab modern saat ini cukup bagus,
dari segi kualitas ya lumayan lah karena ga mungkin to memaksa pake hijab
syar‟i seperti cadar?. jadi sah sah saja orang berhijab niatnya untuk fashion.
Uut (25 tahun, mahasiswa, menikah, berhijab, 6 tahun).
Alasan pertama aku memakai jilbab ya karena hanya ingin menutup aurat itu
saja. Saya dulu mulai memakai jilbab setelah lulus SMP, meskipun SMP juga di
Muhammadiyah dan kalau main masih lepas jilbab. Menurut saya hijab
membuat anggun dan terlihat rapi bagi penggunanya. Seiring dengan
berjalannya waktu, saat ini alasan saya menggunakan hijab mulai berubah yaitu
ingin menjadi orang yang lebih baik. Saya sudah berniat menggunakan hijab
yang benar, tapi menggunakan hijab yang baik dan benar itu seperti apa saya
justru ingin tahu, karena yang saya tau berhijab yang baik dan benar adalah
menutup anggota badan keculai wajah dan telapak tangan, tidak transparan,
menutupi dada dan tidak ketat. Menurut saya berhijab itu wajib bagi semua
muslimah. Sedangkan jilbab jaman sekarang memang modern tapi saya kurang
sreg karena malah jadi ribet. Kalau berhijab syar‟i gambaran saya seperti artis
Oki Setianadewi itu bagus,tapi kalau syar‟i yang bercadar itu sepertinya kurang
cocok ya kalau di Indonesia, tapi tergantung pada masing-masing individunya.
Ratna (20 tahun, karyawan swasta, belum menikah, berhijab 4 tahun)
Saya belum menggunakan hijab karena saya takut melakukan kesalahan dan
masih menggunaan pakaian yang tidak sesuai dengan yang selayaknya orang
berhijab, meskipun kadang-kadang dalam acara tertentu saya sudah
menggunakan hijab. Saya sudah memiliki niatan untuk berhijab tapi, karena
saya kan dari dulu sudah tidk berhijab jadi butuh waktu dan proses menuju
berhijab. Keberadaan hijab modern saat ini memang bagus dan menarik, tapi
saya masih belum memantapkan hati untuk benar-benar berhijab. Saya juga
belum tau berhijab yang benar itu seperti apa.
Budi (ibu rumah tangga, 25 tahun, menikah, belum berhijab)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebagian partisipan sudah
mengetahui bagaimana menggunakan hijab dengan benar, namun masih terdapat
keraguan pada awal seseorang ingin memulai menggunakan hijab, meskipun mereka
menyadari bahwa menggunakan hijab adalah kewajiban bagi semua wanita yang
beragama Islam. Peran publik figur seperti artis juga dirasa penting untuk
mempengaruhi individu dan memberikan contoh yang baik dalam keputusan
8
menggunakan hijab secara syar’i, karena partisipan juga menyebutkan nama-nama
artis yang saat ini mulai banyak menggunakan hijab yang sesuai dengan kaidah dan
nilai-nilai hijab sebenarnya.
Keputusan untuk memakai hijab sebagai salah satu pengembangan identitas dan
reorientasi perempuan usia kuliah dari keluarga (William dan Vashi, 2007). Wiliam
dan Vashi (2007) juga menyebutkan bahwa menggunakan hijab memiliki dinamika
fashion yang tidak sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan sebagai motivasi agama,
etika atau latar belakang kelas, namun seiring dengan makna religius dan sosial, hijab
adalah fashion, sehigga membicarakan tentang hijab seolah-olah sedang
membicarakan tentang pakaian di mal, cara menggunakan disesuaikan dengan gaya,
inovasi dan tren yang sedang berkembang. Wanita dengan gaya hijab yang berbeda
saling mengajarkan kepada teman dan saudara mereka.
Sementara itu, perkembangan hijab di Amerika, kini hijab telah menjadi simbol
dari identitas Islam Amerika, sebagai penegasan kepercayaan publik dalam sistem
Amerika yang menjamin kebebasan berbicara dan beragama, serta sebagai simbol
solidaritas dan perlawanan anti kolonial untuk upaya pemberantasan Islam di
lingkungan Amerika yang dilihat sebagai anti Islam (Haddad, 2007). Agama
merupakan salah satu pengaruh lingkungan sosial dalam keputusan pembelian yaitu
melalui budaya, sejumlah karakteristik demografi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi subkultur, sebagai contoh yaitu nasionalitas (hispanik, orang Italia
dan lain-lain), usia (anak–anak, remaja, dewasa) dan agama (Katolik, Yahudi, dan
Fundamentalis) (Bearden, 2001).
9
Berdasarkan paparan sebelumnya dapat diketahui bahwa agama memiliki peran
yang penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia, hal ini tercermin dalam ideologi
yang dipegang oleh negara Indonesia yaitu Pancasila sila pertama “Ketuhanan yang
Maha Esa”. Jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam sekitar 87,3% dari
keseluruhan penduduk Indonesia (BPS, 2010). Perilaku yang berorientasi agama juga
ditunjukkan melalui kegiatan ibadah dan bermasyarakat. Salah satu bentuk
mengamalan agama adalah melaksanakan perintah menggunakan hijab bagi wanita
yang beragama Islam.
Fenomena hijab juga dapat diartikan sebagai keterlibatan religiusitas dalam
kehidupan sehari-hari. salah satu bentuk religiusitas yang mempengaruhi perilaku
berbelanja wanita muslimah dalam menggunakan pakaian muslimah untuk mengikuti
mode yang sedang berkembang. Zaidi (2014) menyebutkan bahwa, hallo effect juga
terjadi pada evaluasi positif dari wanita yang menggunakan hijab, dimana seorang
pengguna hijab menunjukkan religiusitas yang lebih besar dibandingkan yang tidak.
Zaidi (2014) juga menyebutkan bahwa religiusitas, mampu mengontrol status jilbab
pribadi, namun tidak memiliki pengaruh independen pada persepsi dari pengguna hijab
baik yang berasal dari Amerika Serikat atau Uni Emirat Arab, meskipun di Uni Emirat
Arab, wanita yang lebih religius bukan pengguna hijab kurang menarik. Hijab syar’i
sendiri adalah gabungan dari pakaian dengan kerudungnya dengan syarat pakaian yang
digunakan adalah pakaian yang longgar, tidak transparan, tidak ketat, tidak
menyerupai laki-laki seperti menggunakan celana panjang, menutup hingga mata kaki,
10
sedang syarat untuk kerudung syar’i adalah berbahan tidak transparan, lebar,dan
menutup dada.
Religiusitas merupakan variabel yang menjelaskan mengenai komitmen individu
untuk melaksanankan aturan dan perintah agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengaruh religiusitas terhadap perilaku pembelian konsumen masih terdapat perbedaan
antara hasil penelitian satu dengan yang lain. Lindridge (2005) menyatakan bahwa
anteseden religiusitas bukan merupakan aspek penting kehidupan sehari–hari. Essoo
dan Dibb (2004) menyimpulkan bahwa agama sebagai sebuah konstruk yang penting
dalam studi perilaku konsumen dan mempengaruhi cara orang berbelanja.
Theory of Planned Behaviour (TPB) (Ajzen, 1991) telah banyak diterapkan
dalam memahami perilaku yang direncanakan oleh individu. Teori ini memilki faktor-
faktor penentu keputusan individu untuk melakukan perilaku tertentu. Theory of
Reason Action (TRA) merupakan teori yang dikembangkan sebelum TPB diajukan,
karena TRA dinilai memiliki beberapa kelemahan dan dilakukan penambahan variabel
lain yaitu kontrol keperilakuan yang dirasakan. TPB menyatakan bahwa penentu
perilaku adalah niat berperilaku yang ditentukan oleh dari sikap terhadap perilaku,
norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan. Niat berperilaku
didefinisikan sebagai motivasi yang dibutuhkan untuk menampilkan perilaku tertentu
(Armitage dan Conner, 2000). Niat diasumsikan memiliki faktor-faktor motivasional
yang memiliki dampak pada perilaku yang merupakan indikasi seberapa besar upaya
yang dilakukan seseorang untuk menampilkan perilaku. Oleh karena itu, semakin kuat
niat seseorang maka semakin besar kemungkinan perilaku tersebut untuk dilakukan.
11
Selain itu, perkembangan TPB kini telah mampu menguji dan diterapkan dalam
memahami dan menjelaskan berbagai perilaku terkait dengan religiusitas. Lada et al.,
(2009), menyebutkan bahwa sikap terhadap perilaku dan norma subyektif merupakan
prediktor yang baik dalam memprediksi niat untuk memilih produk halal, hal itu
sejalan dengan hasil penelitian Khalek dan Ismail (2014) TPB merupakan model yang
efektif yang dapat digunakan untuk memprediksi niat dalam mengkonsumsi makanan
halal. Sedangkan Alam et al., (2012) menyimpulkan bahwa kontrol keprilakuan yang
dirasakan, sikap dan religiusitas mampu menjelaskan niat konsumen untuk memilih
jasa keuangan Islami, oleh karena itu religiusitas dianggap berperan penting
berpengaruh pada niat akan tetapi norma subyektif berpengaruh tidak langsung, hal ini
dapat dikarenakan adanya hubungan dengan pengalaman, pengetahuan, tingkat
kepedulian, persepsi dan kepercayaan konsumen.
Selain itu, peran religiusitas dalam penerapan TPB juga dimanfaatkan untuk
menguji niat berperilaku tidak etis (Chen dan Tang, 2012), penggelapan pajak (Lau et
al, 2013), niat melakukan donasi (Khasif et al, 2014; Teah et al., 2014); consumer
social responsibilities (Schouten et al., 2014), mengkonsumsi makanan halal (Khalek
dan Ibrahim, 2014) dan niat beli (Souiden dan Rani, 2015). Akan tetapi, dalam
menggunakan variabel religiusitas melalui TPB masing-masing penelitian masih
berbeda-beda.
Implementasi Theory of Planned Behavior dalam perkembangan penelitian yang
berkaitan dengan religiusitas memiliki hasil yang berbeda-beda antara peneliti satu
dengan yang lainnya. Dimana masing-masing peneliti menemukan bahwa terdapat
12
perbedaan pengaruh religiusitas pada niat berperilaku. Alam, Janor, Zanarriah, Che
Weld dan Ahsan (2012) menyeimpulkan bahwa religiusitas berpengaruh secara
signifikan positif pada niat untuk menggunakan jasa keuangan perumahan Islami,
sementara itu Schouten, Graafland dan Kaptein (2014) menyebutkan bahwa
religisuitas mempengaruhi niat perusahaan melakukan tanggungjawab sosial dengan
dimediasi sikap terhadap perilaku, akan tetapi religiusitas intrinsik berpengaruh negatif
pada diversity dan secara langsung berpengaruh pada charity. Pendapat Scouten et al
(2014) tersebut didukung oleh Souiden dan Rani (2015) yang menyebutkan bahwa
religiusitas secara signifikan mempengaruhi sikap terhadap perbankan Islami.
Perbedaan penggunaan variabel religiusitas juga ditunjukkan oleh Teah, Lwin dan
Ceah (2014) yang menyatakan bahwa religiuitas memoderasi pengaruh sikap terhadap
perilaku pada niat mendonasikan uang.
Alam et al., (2012) mengadaptasi pengukuran yang dikembangkan oleh Alam et
al., (2011) yang berkaitan dengan pengukuran keagamaan Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Schouten et al.,(2014) mengadaptasi pengukuran mengadaptasi instrumen
pengukuran religiusitas intrinsik dan ekstrinsik yang dikembangkan oleh Allport and
Ross (1967) sementara terdapat pendapat bahwa pengukuran religiusitas yang
dikembangkan oleh Allport dan Ross (1967) tidak seseuai untuk mengukur religiusitas
dalam konteks agama Islam karena dalam praktiknya orientasi agama dalam Islam
tidak hanya terdiri dari 2 (ekstrinsik dan intrinsik) namun 7 orientasi (inspirasional,
intrinsik, sosial, konsensional, theo-pasifik, kemanusiaan dan pengorbanan) (Khodady
dan Bagheri, 2012).
13
Religiusitas menurut Soiden dan Rani (2015) dipecah menjadi 3 komponen yaitu
keyakinan agama, keterlibatan agama takut hukuman Ilahi, dengan mengadaptasi
instrument pengukuran dari penelitian lain untuk disesuaikan dengan konteks
konsumen Tuniasia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan instrumen
pengukuran religiusitas yang dikembangkan oleh Worthington et al (2003), karena
dianggap mampu mengukur religiusitas berdasarkan komitmen individu secara afektif
terhadap keyakinan agamanya untuk melaksanakan kegiatan keagamaan berdasarkan
hubungan terhadap Tuhan (Interpersonal) dan hubungan terhadapsesama manusia
(Intrapersonal).
Konteks penelitian yang digunakan oleh penelitian sebelumnya seperti Alam et
al., (2012) dan Nizar dan Rani (2015) menginvestigasi peran religiusitas dalam
penerapan TPB pada konteks produk layanan perbankan, sedangkan Schouten et al.,
(2014) pada konteks tanggungjawab sosial perusahaan dan Teah et al., (2014) pada
konteks motivasi untuk mendonasikan uang. Sementara itu, penerapan TPB dalam
konteks perilaku keagamaan yang sangat spesifik seperti menggunakan hijab masih
kurang seperti Heikal (2014) menerapkan TPB dalam konteks niat mebayar zakat dan
Winahjoe, Sutikno dan Sudiyanti, (2013) yang menerapkan peran religiusitas pada niat
berhijab, sedangkan dalam penelitian ini mencoba untuk menggunakan TPB dalam
konteks niat berhijab sesuai dengan syariat Islam atau hijab syar’i pada wanita muda
muslim di Indonesia
Alam et al., (2012) menyimpulkan bahwa religiusitas merupakan faktor yang
penting dalam mempengaruhi niat untuk melakukan pembiayaan rumah secara syariah.
14
Alam et al., (2012) menggunakan religiusitas sebagai variabel independen secara
langsung mempengaruhi niat. Sedangkan Schouten et al., (2014) menggunakan
variabel religiusitas sebagai variabel independen yang mempengaruhi perilaku
tanggung jawab sosial perusahaan yang dimediasi oleh sikap terhadap perilaku. Hal
yang sama diajukan oleh Souiden dan Rani (2015), bahwa religiusitas mempengaruhi
niat beli dengan dimediasi oleh sikap terhadap niat. Berbeda dengan Teah et al.,
(2014), fungsi variabel religiusitas adalah sebagai moderasi antara sikap terhadap
perilaku pada motivasi untuk mendonasikan uang. Sedangkan hasil penelitian dalam
hal konteks penelitian. Alam et al., (2012) dan Nizar dan Rani (2015) menginvestigasi
peran religiusitas dalam penerapan TPB pada konteks produk layanan perbankan,
sedangkan Schouten et al., (2014) pada konteks tanggungjawab sosial perusahaan dan
Teah et al., (2014) pada konteks motivasi untuk mendonasikan uang. Sementara itu,
penerapan TPB dalam konteks perilaku keagamaan yang sangat spesifik seperti
menggunakan hijab masih kurang seperti Heikal (2014) menerapkan TPB dalam
konteks niat mebayar zakat dan Winahjoe, Sutikno dan Sudiyanti, (2013) yang
menerapkan peran religiusitas pada niat berhijab, sedangkan dalam penelitian ini
mencoba untuk menggunakan TPB dalam konteks niat berhijab sesuai dengan syariat
Islam atau hijab syar’i pada wanita muda muslim di IndonesiaOleh karena perbedaan
fungsi dari variabel religisitas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai religiusitas dalam konteks niat menggunakan hijab syar’i dikalangan anak
muda Indonesia.
15
1.2 Rumusan Masalah
Hasil penelitian terdahulu terkait dengan peran religiusitas pada niat berperilaku
sebagai aplikasi dari TPB masih berbeda-beda antara penelitian satu dengan yang lain
(Alam et al., 2012; Schouten et al., 2014; Teah et al., 2014; Souiden dan Rani, 2015).
Hal itu kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan konteks penelitian yang diteliti.
Oleh karena itu, dapat diidentifikasi celah penelitian terdahulu sebagai pokok
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Kesenjangan Empiris
Implementasi Theory of Planned Behavior dalam perkembangan penelitian yang
berkaitan dengan religiusitas memiliki hasil dan penerapan yang berbeda-beda antara
peneliti satu dengan yang lain. Alam et al., (2012) menggunakan variabel religiusitas
sebagai variabel independen yang mempengaruhi niat, hal ini sejalan dengan Schouten
et al., (2014) dan Souiden dan Rani (2015) yang menggunakan variabel religiusitas
sebagai variabel independen, namun bukan berpengaruh pada niat melainkan pada
sikap terhadap perilaku. Sedangkan Teah et al., (2014) menggunakan variabel
religiusitas sebagai variabel moderasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
variabel religiusitas apakah sebagai variabel mediasi antara sikap terhadap perilaku
dengan niat ataukah sebagai variabel moderasi antara kedua variabel tersebut.
Bagozzi et al., (2000) menyebutkan bahwa norma subyektif dalam banyak
penelitain sering gagal dalam menjelaskan niat dalam penelitian perilaku konsumen,
hal ini sejalan dengan hasil penelitian Alam et al., (2012) dan Khalek (2014) bahwa
16
norma subyektif memiliki pengaruh yang kurang atau bahkan tidak signifikan pada
niat. Oleh karena itu, diperlukan pengujian terhadap variabel tersebut.
Secara metodologis, masing-masing penelitian menggunakan pengukuran dan isi
dari religiusitas berbeda-beda, Alam et al., (2012) mengadaptasi pengukuran dari
penelitaian Alam et al., (2011) yang berkaitan dengan praktik keagamaan agama Islam
dalam kehidupan sehari-hari. Schouten et al., (2014) mengadaptasi instrumen
pengukuran religiusitas intrinsik dan ekstrinsik yang dikembangkan oleh Alport and
Ross (1967 dalam Burris, 1998) . Religiusitas menurut Soiden dan Rani (2015)
dipecah menjadi 3 komponen yaitu keyakinan agama, keterlibatan agama takut
hukuman Ilahi, dengan mengadaptasi instrument pengukuran dari penelitian lain untuk
disesuaikan dengan konteks konsumen Tuniasia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
menggunakan instrumen pengukuran religiusitas yang dikembangkan oleh
Worthington (2003), karena dianggap mampu mengukur religiusitas berdasarkan
komitmen individu terhadap keyakinan agamanya untuk melaksanakan kegiatan
keagamaan berdasarkan hubungan terhadap Tuhan (Interpersonal) dan hubungan
terhadapsesama (Intrapersonal).
1.2.2 Kesenjangan Praktis
Penelitian yang dilakukan oleh Alam et al., (2012) dan Nizar dan Rani (2015)
menginvestigasi peran religiusitas dalam penerapan TPB pada konteks produk layanan
perbankan, sedangkan Schouten et al., (2014) pada konteks tanggungjawab sosial
perusahaan dan Teah et al., (2014) pada konteks motivasi untuk mendonasikan uang.
Sementara itu, penerapan TPB dalam konteks perilaku keagamaan yang sangat spesifik
17
seperti menggunakan hijab masih kurang seperti Heikal (2014) menerapkan TPB
dalam konteks niat mebayar zakat dan Winahjoe, Sutikno dan Sudiyanti, (2013) yang
menerapkan peran religiusitas pada niat berhijab, sedangkan dalam penelitian ini
mencoba untuk menggunakan TPB dalam konteks niat berhijab sesuai dengan syariat
Islam atau hijab syar’i pada wanita muda muslim di Indonesia.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah pada sub bab sebelumnya dapat diajukan
beberapa pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut
1. Apakah religiusitas berpengaruh positif pada sikap terhadap berhijab syar’i?
2. Apakah religiusitas berpengaruh positif pada niat berhijab syar’i?
3. Apakah sikap terhadap perilaku berpengaruh positif pada niat berhijab syar’i?
4. Apakah norma subyektif berpengaruh positif pada niat berhijab syar’i?
5. Apakah norma subyektif berpengaruh positif pada sikap terhadap perilaku
berhijab syar’i?
6. Apakah kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh positif pada niat
berhijab syar’i?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian sebelumnya maka, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh religiusitas baik secara
langsung maupun tidak langsung pada niat, sikap terhadap perilaku, norma subyektif
dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan sebagai aplikasi dari Theory of Planned
Behaviour dalam konteks niat menggunakan hijab syar’i.
18
1.5 Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran religiusitas pada niat berhijab
wanita muslim muda di Indonesia. Penelitian ini juga merupakan modifikasi dari
penelitian sebelumnya yaitu Alam et al., (2012) yang meneliti peran religiusitas pada
niat untuk menggunakan layanan perbankan, Schouten et al., (2014) dan Souiden dan
Rani (2015) yang memanfaatkan variabel religiusitas sebagai variabel independen
yang mempengaruhi sikap terhadap perilaku, sebagai aplikasi dari Theory of Planned
Behaviour. Sedangkan penerapan TPB dalam konteks periaku keagamaan yang
spesifik dalam agama Islam seperti membayar zakat (Heikal, 2014), membeli produk
halal (Alam et al., 2012), perilaku berhijab masih sangat sedikit, oleh karena itu peran
religiusitas dalam periaku berhjab menarik untuk diteliti.
1.6 Kontribusi Penelitian
1.6.1 Kontribusi Empiris
Secara empiris penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya
yang mejawab keterbatasan atau kesenjangan penelitian mengenai kelemahan dari
norma subyektif jika digunakan dalam konteks niat berhijab. Selain itu juga dapat
dimanfaatkkan oleh penelitian selanjutnya untuk memperkaya referensi terkait dengan
topik yang berhubungan dengan religiusitas dan Theory of Planned Behaviour.
1.6.2 Kontribusi praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan berkaitan dengan
penggunaan Theory of Planned Behaviour dalam memahami hubungan religiusitas,
19
sikap terhadap perilaku, norma subyektif, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan
untuk menjelaskan niat berhijab wanita muslimah di Indonesia.
Selain itu, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas tentang
perilaku berhijab wanita muslimah di Indonesia, sehingga dapat memperkirakan minat
dan peluang pasar konsumen muslim khususnya wanita untuk memperhatikan motivasi
wanita Indonesia dalam berhijab.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori yang mendasari penelitian dan hubungan
antar variabel penelitian pada penelitian sebelumnya yaitu religiusitas, norma
subjektif, kontrol keperilakuan yang dirasakan, sikap dan niat berhijab.
BAB III: METODELOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang lokasi penelitian, populasi dan sampel, variabel
penelitian yaitu religiusitas, norma subyektif, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan,
sikap terhadap perilaku dan niat berhijab, selain itu juga mengenai metode
pengumpulan data, pengujian data, dan metode analisis data.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil analisis penelitian baik secara deskriptif
maupun statistic sesuai dengan hasil penelitian atau temuan yang ada. Bab ini terdiri
20
dari analisis deskriptif responden, tanggapan responden, uji asumsu klasik, uji validitas
dan uji reliabilitas masing-masing item pertanyaan dan variabel, serta analisis SEM-
PLS dengan menggunakan WarpPLS untuk mengetahui hasil uji analisis secara
simultan model penelitian yang diajukan.
BAB V: PENUTUP
Bab ini membahas menegenai kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan
berdasarkan temuan yang ada. Bab ini berisikan kesimpulan, imlikasi penelitian baik
secara teoritis maupun praktis, kelemahan penelitian dan arahan bagi penelitian yang
akan datang atau penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian yang menggunakan
peran religiusitas yang diterapkan dalam model Theory of Planned Behaviour pada
konteks penggunaan hijab syar’i.