bab i pendahuluan 1.1 latar...

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan masalah yang serius dan merefleksikan kurangnya pemanfaatan tenaga kerja di sebuah negara. Tingginya tingkat pengangguran tidak hanya menghambat seseorang dalam mencapai tingkat kepuasannya tetapi juga memberikan penderitaan ekonomi bagi orang tersebut. Pengangguran merupakan masalah utama yang dihadapi oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara- negara dunia ketiga. Terdapat berbagai macam definisi dan konsep dari pengangguran. Dalam konsep yang sederhana pengangguran adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan atau mereka yang tergolong angkatan kerja 1 tetapi sedang mencari pekerjaan (A. Kamran, dkk. 2013). Mengacu pada rekomendasi International Labour Organization (ILO) dalam buku “Surveys of Ecomenomically Active Population, Employment, Unemployment and Underemployment: An ILO Manual Concepts and Methods” (Hussmann, dkk. 1990 dalam Mudrajad. 2013), pengangguran adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan, 1 Angkatan kerja menurut Badan Pusat Statistik adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sedang tidak bekerja dan pengangguran.

Upload: nguyenkiet

Post on 08-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengangguran merupakan masalah yang serius dan merefleksikan kurangnya

pemanfaatan tenaga kerja di sebuah negara. Tingginya tingkat pengangguran tidak

hanya menghambat seseorang dalam mencapai tingkat kepuasannya tetapi juga

memberikan penderitaan ekonomi bagi orang tersebut. Pengangguran merupakan

masalah utama yang dihadapi oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara-

negara dunia ketiga. Terdapat berbagai macam definisi dan konsep dari pengangguran.

Dalam konsep yang sederhana pengangguran adalah mereka yang tidak memiliki

pekerjaan atau mereka yang tergolong angkatan kerja1 tetapi sedang mencari pekerjaan

(A. Kamran, dkk. 2013).

Mengacu pada rekomendasi International Labour Organization (ILO) dalam

buku “Surveys of Ecomenomically Active Population, Employment, Unemployment and

Underemployment: An ILO Manual Concepts and Methods” (Hussmann, dkk. 1990

dalam Mudrajad. 2013), pengangguran adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan,

1 Angkatan kerja menurut Badan Pusat Statistik adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang

bekerja, atau punya pekerjaan namun sedang tidak bekerja dan pengangguran.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

atau mereka yang mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan

karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Pengangguran merupakan salah satu penyakit makroekonomi yang diderita oleh

hampir semua negara di dunia. Terdapat dua penyakit makroekonomi, pertama

pengangguran dan kedua inflasi. Dalam rangka menciptakan pembangunan yang

berkualitas, dua penyakit makroekonomi tersebut harus mampu disembuhkan. Indonesia

pada tahun 2013 menduduki peringkat kedua tingkat penganguran tertinggi di negara-

negara ASEAN (Grafik 1.1).

Grafik 1.1 Tingkat Pengangguran di Negara ASEAN tahun 2013

Berita Resmi Statistik yang dilansir oleh Badan Pusat Statisik (BPS)

menyebutkan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia pada bulan Februari 2014

Sumber: Worldbank (2014)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

mencapai 125,3 juta orang, bertambah sebanyak 5,3 juta orang dari sebelumnya pada

bulan Agustus 2013 sebanyak 120,2 juta orang atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang

dibanding Februari 2013. Naiknya jumlah angkatan kerja di Indonesia merefleksikan

perbaikan dengan bertambahnya presentase tingkat partisipasi angkatan kerja dari

sebelumnya bulan Agustus 2013 66,8 persen menjadi 69,2 persen di bulan Februari

2014 dan penurunan presentase tingkat pengangguran terbuka2 pada Februari 2014

mencapai 5,70 persen, setelah sebelumnya 6,17 persen pada bulan Agustus 2013.

Tabel 1.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2012-2014

Jenis Kegiatan Utama Satuan 2012 2013*) 2014**)

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Angkatan Kerja Juta

orang 122,74 120,32 123,64 120,17 125,32

Bekerja Juta

orang 115,08 113,01 116,44 112,76 118,17

Penganggur Juta

orang 7,66 7,31 7,20 7,41 7,15

2. Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja

% 69,60 67,68 69,16 66,77 69,17

3. Tingkat Pengangguran Terbuka % 6,24 6,07 5,82 6,17 5,70

4. Pekerja tidak penuh Juta

orang 36,48 35,17 36,65 37,74 36,97

Setengah Penganggur Juta

orang 14,88 12,74 13,72 11,00 10,57

2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Badan Pusat Statistik adalah presentase jumlah

pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

Paruh Waktu Juta

orang 21,60 22,43 22,93 26,74 26,40

*2012-2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan Februari 2014

** Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang Proyeksi Penduduk

Sumber: Badan Pusat Statistika (2014)

Penurunan tingkat presentase pengangguran terbuka menunjukan bahwa 5,70

persen dari angkatan kerja di Indonesia tidak mampu diserap oleh lapangan pekerjaan.

Penyebab keterbatasan lapangan pekerjaan dalam menyerap tenaga kerja dikarenakan

adanya ketidakcocokkan antara permintaan tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja

(Ehrenbergh, 2009). Penyebab munculnya pengangguran selain karena faktor internal

dari pasar tenaga kerja, juga dikarenakan adanya faktor eksternal, biasanya dikarenakan

masuknya teknologi mutakhir ke dalam negeri, kompetisi yang sengit antar para

pelamar, serta kebijakan pemerintah. Faktor-faktor eksternal inilah yang menghambat

penyerapan angkatan kerja.

Linbeck (1999) menyatakan bahwa pengangguran merupakan akibat dari

kesalahan kelembagaan dalam instansi pemerintah maupun swasta yang berimbas pada

pengaturan pasar, demografis, hukum dan regulasi. Pentingnya fitur kelembagaan dalam

kaitannya dengan pengangguran berimplikasi pada permintaan dan penawaran tenaga

kerja, pengaturan upah, hingga efektifitas pencarian dan pencocokan di pasar tenaga

kerja.

Faktor apapun yang menyebabkan angka pengangguran sulit di reduksi,

mendesak pemerintah untuk fokus dalam menciptakan peluang lapangan pekerjaan

dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia (Maqbool, 2013). Angka

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

penduduk yang tinggi erat kaitannya dengan masalah yang mengkhawatirkan bagi

negara berkembang, termasuk Indonesia. Beruntungnya, Indonesia mampu

mengendalikan dan menurunkan pertumbuhan populasi sebesar 1,29 persen di tahun

2011, turun 1,25 persen di tahun 2012, dan pada akhir 2013 berada di posisi 1,21 persen

(Worldbank, 2013).

Banyak ekonom percaya pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

yang sangat penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini dikarenakan

permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari permintaan konsumen terhadap

barang dan jasa yang diproduksi oleh satu unit tenaga kerja (Safrida, 1999 dalam

Yaumidin, 2012). Sehingga hal ini menjelaskan hubungan positif antara pertumbuhan

ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja, atau hubungan negatif antara pertumbuhan

ekonomi dengan tingkat pengangguran di Indonesia.

Grafik 1.2 menunjukan trend pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran

di Indonesia yang cenderung pergerakannya sama. Pada tahun 2002-2006 pertumbuhan

ekonomi dan tingkat pengangguran memiliki trend yang positif. Di tahun 2002, tingkat

penganguran di Indonesia masih tinggi di posisi 9,10 persen dikarenakan proses

pemulihan dari krisis 1998. Selanjutnya di tahun 2005, tingkat pengangguran naik 1,3

persen dari tahun sebelumnya, sebesar 11,20 persen. Naiknya angka pengangguran di

Indonesia pada tahun 2005 disebabkan karena naiknya harga Bahan Bakar Minyak

(BBM). Namun pada tahun 2007-2013 pertumbuhan ekonomi cenderung berfluktuatif

dan tingkat pengangguran semakin tereduksi. Grafik 1.2 menunjukkan bahwa naiknya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak secara langsung merefleksikan penuruan

tingkat pengangguran di Indonesia.

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Indonesia 2002-2013

Sumber: Diolah dari BPS dan Worldbank (2014)

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia setiap tahunnya ternyata tidak selalu

memiliki hubungan negatif dengan tingkat pengangguran, seperti yang dikatakan teori

Arthur Okun3. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor yang dapat mengurangi

3 Hukum Okun atau Okun’s Law adalah hubungan negatif antara pengangguran dengan Produk Domestik

Bruto (PDB), yang diungkapkan oleh Arthur Okun. Hukum ini mengacu pada penurunan pengangguran

yang dikaitkan dengan pertumbuhan tambahan PDB rill. (Mankiw, 2006)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

tingkat pengangguran tidak hanya pertumbuhan ekonomi saja, tetapi banyak faktor lain

yang mampu menjelaskannya.

Banyak studi yang menunjukkan, Foreign Direct Investment atau Penanaman

Modal Asing (PMA) saat ini tidak hanya didefinisikan sebagai transfer uang dalam arti

sederhana, tetapi sebagai transfer dari campuran aset-aset keuangan dan benda tidak

berwujud seperti teknologi, kemampuan manajerial, keterampilan pemasaran dan aset

lainnya. Argumen tradisional mengatakan bahwa PMA yang masuk akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan kesempatan kerja. Kebanyakan studi (Hill

dan Athukorala, 1998) menunjukkan bahwa dampak sosial dan distribusi PMA pada

negara tuan rumah, umumnya telah menguntungkan negara-negara berkembang. Selain

sumber daya produktif yang mereka bawa ke negara berkembang terlihat dampak positif

dari penciptaan lapangan pekerjaan, baik di sektor yang menarik untuk ditanamkan

PMA maupun industri dalam negeri yang turut mendukung (Rizvi dan Nishat, 2009).

Di Indonesia, masuknya PMA biasanya dilakukan bukan oleh penduduk negara

terkait, tetapi oleh perusahaan transnasional pada perusahaan-perusahaan yang berlokasi

di negara-negara tuan rumah. PMA ini menunjukkan keterlibatan asing secara penuh

maupun sebagian dari sistem manajemen perusahaan (Arsyad, 2010). Pada saat ini,

Indonesia sedang aktif mencari investor asing dan mengharapkan berbagai manfaat yang

nyata dari adanya investasi asing tersebut. Hal ini dibuktikan oleh target yang ditetapkan

oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebesar 15 persen di tahun 2014,

dan 13 persen di tahun 2015. Kepala BKPM, Mahendra Siregar, dalam pidatonya di

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

Asia-Pacific Economic Cooperation CEO Summit di Nusa Dua Bali, menerangkan

bahwa saat ini Indonesia membutuhkan investasi langsung di sektor manufaktur.

Tabel 1.2 menjelaskan terdapat trend kenaikan realisasi penanaman modal dalam

negeri dan penanaman modal asing di Indonesia dari tahun 2008-2013. Trend realisasi

PMDN dan PMA cenderung meningkat dari tahun 2008-2013, walaupun realisasi PMA

sempat turun negatif di tahun 2009 sebesar -27,3 persen (YoY) pasca krisis global 2008.

Kenaikan nilai investasi PMA tiap tahunnya dikarenakan meningkatnya minat asing

terhadap potensi ekonomi Indonesia, terutama akibat gaya konsumen kelas menangah

keatas yang pertumbuhannya besar.

Menurut berita yang dilansir oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

di tahun 2013 Indonesia mencapai hasil rekor tertinggi baru di Asia Tenggara dalam

realisasi penanaman modal. Hal ini didukung pertumbuhan realisasi PMDN sebesar 39,0

persen (YoY) dan PMA sebesar 16,5 persen (YoY). Total realisasi investasi yang

diterima sebesar 33 juta USD atau sekitar Rp 398,6 triliun. Nilai investasi ini dianggap

sebagai prestasi terbaik di tahun 2013, namun menurut Worldbank kemampuan

Indonesia dalam menarik investasi asing dianggap masih rendah dibandingkan dengan

negara-negara tetangganya. Hal ini dibuktikan pada tahun 2010-2011 tingkat investasi

Indonesia hanya setara dengan 2 persen terhadap PDB-nya, sementara negara seperti

Malaysia dan China mencapai 4 persen terhadap PDB-nya.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

Tabel 1.2 Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing di Indonesia 2008-2013

Tahun

PMDN PMA Pertumbuhan (YoY)

Proyek

Investasi

(Dalam

Rp Miliar)

Proyek

Investasi

(Dalam

US$ Juta)

PMDN PMA

2008 239 20.363,4 1.138 14.871,4 - -

2009 248 37.799,8 1.221 10.815,2 85,6% -27,3%

2010 875 60.626,3 3.076 16.214,8 60,4% 49,9%

2011 1.313 76.000,7 4.342 19.474,5 25,4% 20,1%

2012 1.210 92.182,0 4.579 24.564,7 21,3% 26,1%

2013 2.129 128.150,6 9.612 28.617,5 39,0% 16,5%

Sumber: Diolah dari BKPM dan BPS (2014)

Alasan lain naiknya realisasi PMDN dan PMA salah satunya karena adanya

dukungan dari pemerintah Indonesia yang tertuang dalam UU Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal. Sejak Indonesia masuk dalam keanggotaan WTO (World

Trade Organization) pada tahun 1995, diperlukan pembaharuan kepastian hukum

tentang penanaman modal, sehingga UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing dan UU Nomor 5 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri

diperbaharui karena tidak sesuai dengan kebutuhan percepatan perkembangan

perekonomian dan pembangunan hukum, khususnya di bidang penanaman modal.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan

pekerjaan, pemerintah menerangkan di pasal 10 Ayat 1 sampai 4 UU Nomor 25 Tahun

2007 bahwa perusahaan yang melakukan penanaman modal harus mengutamakan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

tenaga kerja Indonesia dan perusahaan asing harus melakukan pelatihan kerja dan alih

teknologi dari tenaga kerja asing ke tenaga kerja Indonesia.

Naiknya investasi PMA harus dibarengi dengan peningkatan dan pemerataan

penanaman modal di seluruh provinsi Indonesia. Dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi yang merata, pemerintah perlu mengupayakan hal tersebut agar

tidak terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi. Pemerataan penanaman modal asing

di Indonesia diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja secara merata di seluruh

provinsi di Indonesia. Akan tetapi, tabel 1.3 menunjukan bahwa realisasi investasi PMA

pada tahun 2009 sekitar 86,6 persen masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sedangkan

berdasarkan lokasi, rata-rata realisiasi investasi terbesar selanjutnya di Sumatera (7,17

persen), Kalimantan (2,63 persen), Bali dan Nusa Tenggara (2,16 persen), Sulawesi

(1,31 persen), Maluku (0,05 persen), dan terakhir Papua (0,02 persen). Walaupun

konsentrasi PMA masih terfokus pada Pulau Jawa, di tahun 2011-2013 Kalimantan dan

Papua menunjukkan kenaikan PMA yang tinggi, hal ini dikarenakan investor asing

sadar akan potensi yang berada di wilayah Kalimantan maupun Papua. Kondisi kurang

meratanya penanaman modal asing mengakibatkan kurang meratanya pertumbuhan

ekonomi daerah, yang selanjutnya berimbas pada tingginya angka pengangguran di

daerah.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

Tabel 1.3 Pertumbuhan dan Kontribusi Realisasi Investasi PMA Triwullan II Tahun 2013 Berdasar Lokasi (USD Juta)

Tahun

Lokasi

Total Sumatera Jawa

Bali & Nusa

Tenggara

Kalimantan

Sulawesi Maluku Papu

a

2009 776,2 9,370,6 233,8 284,4 141,6 5,9 2,8 10.815,

2

2010 747,1 11.498,

8 233,8 284,4 141,6 5,9 2,8

10.815,

2

2011 2.076,3 12.324,

8 952,7 1.918,7 715,3 141,4 1.345,0

19.474,

2

2012 3.729,3 13.659,

9 1.126,6 3.208,7 1.507,1 98,8 1.234,5

24.564,

9

Q2-2012 837,6 3.430,6 171,6 891,2 208,4 18,7 681,0 6.239,0

S1-2012 1.793,7 6.660,1 703,4 1.387,7 653,4 48,7 719,3 11.966,

3

Q2-2013 657,8 4.787,0 109,9 805,9 189,6 83,1 539,2 7.172,5

S1-2013 1.742,0 8.566,4 334,8 1.144,2 909,5 146,9 1.376,9 14.220,

8

Pertumbuhan S1-2013 (YoY)

-2,9% 28,6% -52,4% -17,5% 39,2% 201,8

% 91,4% 18,8%

Pertumbuhan Q2-2013 (YoY)

-21,5% 39,5% -36,0% -9,6% -9,0% 345,2

% -20,8% 15,0%

Pertumbuhan Q2-2013 (QtQ)

-39,9% 26,7% -51,1% 138,3% -73,7% 30,4% -35,6% 1,8%

Share 9,2% 66,7% 1,5% 11,2% 2,6% 1,2% 7,5% 100,0%

Sumber: Bappenas dan BKPM (2014)

Jika dilihat berdasarkan provinsi pada grafik 1.3, rata-rata realisasi PMA di

Indonesia cendurung tidak merata dan terjadi ketimpangan antara daerah yang memiliki

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

infrastruktur memadai dengan daerah yang belum memadai. Kecenderungan ini terlihat

dari realisasi PMA yang dalam kurun waktu lima tahun terfokus di DKI Jakarta

($4692,6 juta), Jawa Barat ($3760,28 juta), Banten ($2312,88 juta), Jawa Timur

($1839,68 juta) dan Papua ($1041,16 juta). Untuk daerah yang belum memiliki

infrastruktur yang cukup baik seperti Bengkulu, Maluku, Gorontalo Sulawesi Barat dan

Nusa Tenggara Timur menduduki peringkat lima terbawah untuk realisasi penerimaan

PMA yaitu sebesar $24,4 juta, $15,18 juta, $14,94 juta, $9,12 juta dan $6,38 juta.

Grafik 1.3 Rata-rata Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di 33 Provinsi Indonesia Tahun 2009-2013 dalam Juta USD

0 1000 2000 3000 4000 5000

Aceh

Sumatera Barat

Kepulauan Riau

Sumatera Selatan

Bengkulu

DKI Jakarta

Banten

DI Yogyakarta

Bali

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Tengah

Kalimantan Timur

Gorontalo

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Maluku Utara

Papua Barat

Juta USD

Pro

vin

si

Sumber: Diolah dari BPS (2014)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

Indonesia yang berpenduduk sekitar 240 juta jiwa dan merupakan negara

keempat dengan jumlah penduduk tertinggi setelah China, India dan Amerika Serikat,

harus menghadapi tantangan bahwa setengah dari penduduknya merupakan di bawah

usia 30 tahun. Hal ini mengandung arti bahwa Indonesia memiliki permintaan tenaga

kerja yang besar, dan akan terus tumbuh lebih besar di masa yang akan datang. Dengan

dibukanya keran investasi diharapkan mampu membuka kesempatan kerja yang baru,

mereduksi angka pengangguran dan menurunkan angka kemiskinan.

Jika kita lihat dari jumlah pengangguran di 33 provinsi di Indonesia pada grafik

1.4 dari tahun 2009-2013, provinsi Banten menduduki rata-rata jumlah pengangguran

tertinggi selama kurun waktu 5 tahun, yaitu sekitar 11,62 persen, disusul oleh DKI

Jakarta (10,74 persen), Jawa Barat (9,94 persen), Kalimantan Timur (9,72 persen) dan

Sulawesi Utara (8,76 persen). Padahal jika kita lihat dari realisasi PMA provinsi Banten,

DKI Jakarta dan Jawa Barat menduduki peringkat tertinggi. Hal lain yang

mempengaruhi tingginya angka pengangguran sering kali dikarenakan tingkat kepadatan

penduduk, upah minimum regional (UMR), dan rendahnya Indeks Pembangunan

Manusia (IPM).

Dengan demikian, untuk mengetahui upaya memperlemah penyakit

pengangguran di Indonesia diperlukan pengetahuan terkait faktor-faktor yang menjadi

determinan pengangguran di Indonesia. Dengan menggunakan variabel realisasi PMA,

PDRB per kapita, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) diharapkan dapat terlihat pengaruhnya terhadap tingkat pengangguran. Agar

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

faktor-faktor yang menjadi determinan pengangguran dapat mewakili Indonesia,

penelitian ini dilakukan di 33 provinsi.

Grafik 1.4 Jumlah Pengangguran di 33 Provinsi Indonesia tahun 2009-2013 (ribu orang)

Sumber: Diolah dari BPS (2014)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

1.2 Rumusan Masalah

Pengangguran merefleksikan kurangnya pemanfaatan tenaga kerja di sebuah

negara. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia. Dalam

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025,

penduduk yang besar berpotensi memiliki daya beli yang besar serta penduduk yang

besar dengan kualitas SDM yang semakin baik merupakan potensi daya saing yang luar

biasa. Disisi lain prestasi yang dicapai oleh pemerintah Indonesia dalam penerimaan

realisasi PMA masih menjadi pertanyaan apakah investasi PMA mampu mereduksi

angka pengangguran di 33 provinsi di Indonesia. Untuk itu dengan menggunakan data

regional provinsi di Indonesia, penelitian ini berupaya menganalisis faktor-faktor

determinan penurunan angka pengangguran selain dari penanaman modal asing. Upaya

mengobati penyakit pengangguran dalam rangka meningkatkan pemanfaatan tenaga

kerja di Indonesia menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini. Oleh karenanya

rumusan masalah dalam penelitian kali ini dapat diungkapkan dalam pertanyaan

penelitian.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh terhadap tingkat

penganguran di Indonesia?

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

2. Apakah Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) per kapita berpengaruh

terhadap tingkat pengangguran di Indonesia?

3. Apakah Upah Minimum Provinsi (UMP) berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran di Indonesia?

4. Apakah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran di Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap tingkat

pengangguran di Indonesia;

2. Mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) per kapita

terhadap tingkat pengangguran di Indonesia;

3. Mengetahui pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap tingkat

pengangguran di Indonesia;

4. Mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat

pengangguran di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

1. Sebagai sarana berpendapat secara ilmiah dalam menanggapi fenomena

ekonomi di Indonesia khususnya di bidang ekonomi pembangunan yang terkait

dengan masalah pengangguran;

2. Untuk menambah pengetahuan baru terkait masalah pengangguran dan sebagai

tinjauan literatur untuk penelitian selanjutnya;

3. Memperkaya studi empiris yang terkait dengan masalah pengangguran, realisasi

Penanaman Modal Asing (PMA) dan indikator makreoekonomi regional;

4. Sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1).

1.6 Pembatasan Penelitian

Penelitian ini difokuskan dari tahun 2009 hingga 2013. Alasan pemilihan

rentang waktu tersebut dikarenakan ketersediaan serta aktualitas data. Penelitian ini

meneliti 33 provinsi di Indonesia, dengan variabel tingkat pengangguran, realisasi

penanaman modal asing, Produk Domestik Bruto Regional (PDRB), Upah Minimum

Provinsi (UMP), serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Alasan dipilihnya lima

variabel tersebut mengacu pada literatur-literatur sebelumnya yang dilakukan di

berbagai negara dan di rentang waktu yang berbeda-beda.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81977/potongan/S1-2015... · permintaan dari tenaga kerja merupakan turunan dari ... dukungan dari pemerintah

BAB 1 berisi pendahuluan yang mencakup uraian latar belakang, rumusan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB 2 membahas teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu

mengenai faktor-faktor determinasi pengangguran serta pengaruh PMA terhadap

pengangguran.

BAB 3 berisi pembahasan mengenai pengaruh realisasi PMA terhadap pengangguran

dan hasil temuan berdasarkan metode yang digunakan.

BAB 4 merupakan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.