bab i pendahuluan 1.1. latar belakangeprints.undip.ac.id/50090/2/bab_i.pdf · yang memiliki reaksi...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Senyawa antibakteri merupakan senyawa yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pengawetan pangan. Salah satu contoh senyawa antibakteri adalah
hypoiodous (HIO) yang dihasilkan dari reaksi katalis oleh enzim peroksidase.
Enzim peroksidase atau biasa disingkat PO dengan nomor EC (Enzyme
Commission) 1.11.1.7 merupakan bagian dari keluarga besar enzim-enzim yang
bersifat dapat mengkatalis sebuah reaksi dengan bentuk sebagai berikut ROOR' +
elektron donor (2 e−) + 2H+ → ROH + R'OH (O’Brien, 2000). Sebagian besar
enzim-enzim jenis ini akan aktif secara optimal jika mendapat substrat berupa
hidrogen peroksida, namun beberapa lainnya akan lebih aktif bersama dengan
hidroperoksida organik seperti misalnya peroksida lipid. Beberapa tanaman yang
mengandung peroksidase di antaranya adalah lobak, kedelai, tembakau dan tomat.
Sedangkan sumber peroksidase yang berasal dari pangan hewani contohnya
adalah susu yang dinamakan dengan laktoperoksidase.
Enzim peroksidase tersebut berperan sebagai katalisator dalam reaksi
pembentukan senyawa antibakteri. Senyawa antibakteri yang sudah lazim diteliti
adalah hypothiocyanite (OSCN-). Reaksi pembentukan OSCN- terjadi dalam
peroksidase sistem antara tiosianat (SCN-) sebagai substrat, hidrogen peroksida
(H2O2) dan PO yang mengkatalis reaksi tersebut hingga menghasilkan produk
yang memiliki spektrum antimikroba luas. Mekanisme penghambatan
pertumbuhan mikroba yang dilakukan oleh OSCN- adalah mengoksidasi sulfidril
2 dari protein esensial mikroorganisme, yang mengakibatkan perubahan fungsi sel-
sel mikrorganisme tersebut. Hal itu didukung oleh Hayashi et al. (2012) yang
mengatakan bahwa perubahan fungsi sel akibat kontak dengan OSCN- akan
berakibat pada penghambatan pertumbuhan atau bahkan mematikan
mikroorganisme.
Selain SCN- yang dapat berfungsi sebagai substrat, namun ternyata
komponen kimia golongan VII yaitu ion-ion halogen juga dapat berfungsi sebagai
substrat. Hal itu disebabkan karena SCN- termasuk dalam golongan pseudohalida,
yang memiliki reaksi mirip seperti ion-ion halida. Senyawa kimia I atau iodium
juga termasuk dalam golongan VII atau ion-ion halogen tersebut. Menurut (Cox
dan Arai, 2014) senyawa kimia I juga sering ditemukan dalam bentuk anion halida
atau (X-), yaitu IO-3. Maka dari itu dalam aplikasinya PO juga dapat mengkatalis
kombinasi antara hidrogen peroksida (H2O2) dan kalium iodat (KIO3) untuk
menghasilkan hypoiodite (OI-) atau hypoiodous acid (HIO) (Hill et al., 1997). Hypoiodous itu sendiri adalah oxyacids hasil dari kombinasi antara H2O2 dan KIO3
yang memiliki sifat antibaketri. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Isobe et al. (2011) yang menyatakan bahwa peran yang dilakukan HIO sebagai senyawa
antibakteri sama seperti hypothicyanite (OSCN-), yaitu bereaksi dengan grup
sulfridil mikroba untuk menghambat berbagai fungsi sel.
Data FAO tahun 2007 yang terdapat dalam Passam et al. (2007) menyatakan
bahwa tomat adalah tanaman hortikultura besar dengan estimasi produksi lebih
dari 120 juta metrik ton. Namun daun tomat seringkali menjadi limbah sebab tidak
dapat dikonsumsi oleh manusia. Baik secara langsung maupun tidak. Hal tersebut
disebabkan karena daun tomat mengandung senyawa toksik
3 sekunder berupa glikoalkaloid tomatodin (glycoalkaloid tomatine). Jika
terkonsumsi manusia dapat mengakibatkan efek negatif seperti sakit perut hingga
diare. Di dalam daun tomat juga terkandung enzim peroksidase sehingga potensi
pemanfaatan peroksidase daun tomat sebagai agen antibakterial sangat besar. Oleh
karena itu diperlukan suatu formulasi terefektif antara PO dari ekstrak daun tomat
dengan H2O2 dan KIO3 untuk mamaksimalkan aktivitas PO dalam menghasilkan
hypoiodite (OI-) atau hypoiodous acid (HIO) sebagai senyawa antibakterial.
Optimasi H2O2 dan KIO3 sangat penting dalam rangka menghasilkan HIO
melalui peroksidase sistem. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan maksimal
PO daun tomat dalam mengkatalis reaksi oksidasi KIO3 oleh H2O2. Seifu et al. (2005) menjelaskan bahwa laktoperoksidase akan aktif secara optimal saat berada
dalam keadaan kecukupan ion halida atau pseudohalida. Bahkan PO dapat
menjadi tidak aktif saat berada dalam keadaan kekurangan ion halida (atau
pseudohalida) dan kelebihan H2O2.
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengoptimalkan konsentrasi H2O2 dan KIO3 untuk
bereaksi dengan PO yang terkandung dalam ekstrak daun tomat, sehingga dapat
memaksimalkan aktivitas peroksidase dalam menghasilkan senyawa antibakteri
HIO. Selain itu penelitian ini juga memiliki manfaat dalam pemanfaatan limbah
daun tomat untuk menghasilkan hypoiodous sebagai agen antibakteri dari bahan
yang bernilai ekonomis. Harapannya agen antibakteri tersebut dapat diaplikasikan
secara luas sebagai salah satu metode pengawetan pangan.