bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/bab i.pdf · malnutrisi pada anak di...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana pada periode
dua tahun pertama kehidupan seorang anak berada dalam masa kritis. Oleh karena itu,
terjadinya gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih
walaupun kebutuhan gizi di masa selanjutnya terpenuhi. Menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2013), prevalensi gizi buruk di Indonesia tahun 2007
(5,4%), tahun 2010 (4,9%), dan tahun 2013 (5,7%), sedangkan target
MilleniumDevelopment Goals (MDGs) tahun 2014 sebesar 3,6%. Prevalensi gizi buruk dan
kurang pada anak balita sebesar 19,6%sedangkan sasaran Sustainable Development Goals
(SDGs) tahun 2019 yaitu 17%. Oleh karena itu, prevalensi gizi buruk dan kurang secara
nasional harus diturunkan sebesar 2,6% dalam periode 2015 sampai 2019 (Isnaini,
2016).
Kementrian Kesehatan(2016, dalam Nirmala, 2018), menetapkan tiga indikator
status gizi berat badan kurang atau gizi kurang (underweight), gizi kronis yang
menyebabkan anak sangat pendek (stunting), dan gizi akut yang menyebabkan anak
sangat kurus (wasting). Menurut standar yang di tetapkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2015, menetapkan bahwa suatu wilayah bisa dikategorikan bebas
masalah gizi apabila prevalensi balita pendeknya kurang dari 20% dan balita kurusnya
kurang dari 5%. Jika prevalensi balita pendeknya kurang dari 20% namun pravalensi
balita kurusnya 5% atau lebih, maka wilayah itu masuk kategori akut. Sementara, untuk
wilayah kronis prevalensi balita pendeknya 20% atau lebih dan prevalensi balita
kurusnya kurang dari 5%. Sebuah wilayah juga bisa dikategorikan
2
akut dan kronis bila prevalensi balita pendeknya 20% atau lebih dan prevalensi balita
kurusnya 5% atau lebih.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah berkaitan dengan perilaku anak yang
sering mengkonsumsi makanan ringan yang dapat menyebabkan perubahan pada
status gizi anak. Sikap dan perilaku makan yang kurang baik akan mengakibatkan status
gizi yang kurang bagi anak tersebut (Setyawati& Setyowati, 2015). Bayi yang semestinya
diberikan makanan lumat pada kenyataanya diberikan makanan yang lebih padat
sehingga bayi kesulitan mengunyah dan menelan, makanan pun tidak bisa dicerna
dengan sempurna. Pada kasus lain, kualitas makanan yang rendah juga berdampak pada
ketidakcukupan asupan yang seharusnya diterima oleh anak. Anak yang telah
mengkonsumsi snack ringan sebelum makan, cenderung tidak akan mau makan
sehingga anak merasa kenyang namun asupan gizinya tidak tercukupi. Disamping itu
snack-snack yang banyak mengandung penguat rasa buatan dan pewarna buatan juga
bisa berdampak buruk terhadap kesehatan anak (Dinas KesehatanKabupaten
Lombok). Hal ini perkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) menjelaskan
bahwa sebanyak 26 anak yang mengonsumsi makanan ringan dengan hasil persentase
sumbangan energi dan protein makanan ringan dibandingkan dengan kebutuhan energi
dan protein anak sangatlah tidak mencukupi. Hasil presentase sumbangan energi
makanan ringan anak-anak yaitu sebanyak 7,6 (121,82 kkal) dari 100% (1600 kkal)
angka kecukupan energi yang dianjurkan. Presentase sumbangan protein makanan
ringan anak-anak yaitu sebanyak 7,27% (2,54 gr) dari 100% (35 gr) kecukupan protein
yang dianjurkan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Febry &Marendra (2008) yang
menjelaskan bahwa kekurangan energi protein dapat memengaruhi status gizi seperti
terjadinya kwashiorkor, marasmus dan kwashiorkor-marasmus.
3
Gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) < -3 SD yang merupakan padanan istilah
severelyunderweight.Terdapat 3 jenis gizi buruk yang sering dijumpai yaitu kwashiorkor,
marasmus dan gabungan dari keduanya marasmus-kwashiorkor.Pengertian
kwashiorkor sendiri adalah suatu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat,
sedangkan marasmus-kwashiorkor adalah gabungan dari kwashiorkor dengan
marasmus yang disertai dengan oedema (Novitasari, 2012). Gizi buruk memiliki
peluang untuk menyerang siapa saja, terutama bayi dan anak-anak yang tengah berada
pada masa pertumbuhan.Anak dikatakan gizi buruk jika kurang dari BB/TB >-3 SD
s/d < -2 SD, LILA >11.5 cm – 12.5 cm, tidak ada oedema, nafsu makan baik, keadaan
umum baik (Ramadani, Rahmawati, & Hoyyi, 2014).
Gizi kurang merupakan suatu kondisi berat badan menurut umur (BB/U) yang
tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Kondisi gizi kurang akan rentan terjadi pada
balita usia 2-5 tahun karena balita sudah menerapkan pola makan seperti makanan
keluarga serta dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Kekurangan gizipada masa
balita terkait dengan perkembangan otak sehingga dapatmemengaruhi kecerdasan anak
dan berdampak pada pembentukan kualitassumberdaya manusia di masa mendatang
(Diniyyah & Nindya, 2017).
Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup yaitu sekitar 55-60% dari
total kalori yang dibutuhkan, kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada
dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan menurun dan sebaliknya
(Hidayat, 2008). Konsumsi lemak yang dianjurkan pada balita adalah sekitar 15-20%
dari energi total (Adriani & Wirjatmadi, 2014). Protein sangat dibutuhkan untuk
4
membangun dan memelihara seluruh sel di dalam tubuh, serta selama pertumbuhan
begitu banyak sel baru yang dibuat dan diperlukan yaitu sekitar 1,5-29/kgBB.
Masalah gizi buruk memiliki dampak diantaranya adalah menghambat
pertumbuhan fisik maupun mental. Masalah lainnya adalah penurunan daya tahan
tubuh, sehingga dapat meningkatkan terjadinya infeksi. Kekurangan gizi akan
menyebabkan hilangnya masa hidup sehat balita.Dampak jangka pendeknya adalah
meningkatkan angka morbiditas dan dampak jangka panjang adalah rendahnya kualitas
sumber daya manusia (SDM) mendatang yang dilihat dari kecerdasan, kreativitas, dan
produktivitasnya (Kemenkes, 2014).
Undang- Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141
menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, peningkatan mutu gizi yang dimaksud dilakukan melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan
akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi. Upaya perbaikan gizi telah dilaksanakan sejak 2007 (Departemen Kesehatan,
2007) secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan prioritas
pembangunan nasional (Direktorat Bina Gizi, 2013). Kementerian kesehatan telah
menetapkan kebijakan yang komprehensif, meliputi pencegahan, promosi/ edukasi
dan penanggulangan terhadap balita gizi buruk. Upaya pencegahan dilaksanakan
melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu. Penanggulangan balita gizi kurang
dilakukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT), sedangkan balita gizi buruk
harus mendapatkan perawatan sesuai Tatalaksana Balita Gizi Buruk yang ada.
Peningkatkan kualitas pelayanan gizi dalam penanganan anak gizi buruk dilakukan
melalui pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk bagi tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
(Kemenkes RI, 2011). Hambatan yang dihadapi terkait masalah penanggulangan
5
malnutrisi diantaranya adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan, kesadaran dari orang
tua dan letak demografis.
Upaya yang dilakukan Puskesmas Kecamatan Kampakuntuk mengatasi
masalah gizi buruk adalah dengan mengacu pada buku pedoman yang telah ditetapkan
(Juknis Program Gizi, 2016). Upaya yang dilakukan diantaranya melalui pelacakan atau
kunjungan rumah, penilaian antrophometri, recall, memberikan PMT yang terdiri dari
PMT pemulihan dan PMT penyuluhan. PMT pemulihankhusus diberikan pada anak
yang menderita gizi buruk dan diberikan selama 90 hari makan, serta dilakukan selama
4x pertemuan dalam jangka waktu 2 minggu sekali dengan menu seperti naget, sosis,
martabak, dll. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan adalah dengan mendampingi atau
merujuk keluarga dengan anak gizi buruk untuk melakukan pemeriksaan fisik jika
diperlukan. Tingkat keberhasilan tidak langsung membaik, dikarenakan tujuan
utamanya adalah peningkatan pengetahuan ibu tentang makanan sehat. Penilaian
mencakup dua kriteria yaitu berat badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi
badan. PMT penyuluhan diberikan kesemua balita tanpa melihat gizi buruk atau tidak.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 7 januari 2017 di Pukesmas
Kampak Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek didapatkan data sekunder
bulanan bahwa status gizi balita pada bulan Januari s/d September 2017 dengan balita
yang ditimbang sejumlah 1.909 balita dengan status gizi buruk 14 (0,10), status gizi
kurang sebesar 101 (5,28%) serta status gizi normal sebesar 1.736 (90,91%), untuk
target dari pemerintah untuk gizi buruk adalah kurang dari 1,9% dari jumlah balita yang
datang dan ditimbang di posyandu. Wilayah Kecamatan Kampak masuk ke dalam
urutan ke enam di wilayah Trenggalek terkait status gizi balita berdasarkan jenis
kelamin dan kecamatan. Kampak menjadi kecamatan yang memiliki populasi gizi
buruk tertinggi yaitu 11 untuk laki-laki dan urutan ke dua untuk status gizi buruk
6
dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 13 balita. Akibat dari gizi buruk ini
mengakibatkan 1 balita meninggal.
Hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 45 ibu balita dengan kurang
gizi dari 2 posyandu di desa Dawe, Belik JahitdiWilayah Pukesmas Kampak tentang
kebiasaan balita terhadap pemenuhan nutrisi:100% anak memilih-milih menu makanan
sendiri. 100% ibu balita denganpendapatan keluarga kurang dari Rp. 1.000.000,-. Upaya
yang dilakukan ibu ketika mengetahui anak mengalami gizi buruk adalah dengan
membawanya ke posyandu (40%), ke puskemas (40%), dan ibu yang tidak melakukan
apapun sebanyak 50%. Sebanyak 30% ibu memiliki perilaku membiasakan anak-
anaknya untuk membeli jajanan di warung-warung.
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitiantentang identifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian
malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka peneliti dapat merumuskan masalah
peneliti sebagai berikut “Identifikasi Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kejadian
Malnutrisi”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Peneliti ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang
melatarbelakangi kejadian malnutrisi di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi jenis kelamin yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi
balita.
7
2. Mengidentifikasi umur anak yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi balita.
3. Mengidentifikasi interval kelahiran yang melatarbelakangi kejadian
malnutrisi balita.
4. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi
balita.
5. Mengidentifikasi usia ibu saat melahirkan yang melatarbelakangi kejadian
malnutrisi balita.
6. Mengidentifikasi status ekonomi yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi
balita.
7. Mengidentifikasi faktor maternal yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi
balita.
1.4 Manfaat Peneliti
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah dan tujuan peneliti yang
hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah:
1. Manfaat bagi orang Tua
Peneliti ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
kesadaran orang tua untuk meningkatkan nafsu makan anak dan menjadi solusi
bagi orang tua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
2. Manfaat bagi Pukesmas
Hasil dari peneliti ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi
pihakPukesmas Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek untuk menjadi
bahan pertimbangan dalam upaya memperbaiki faktor-faktor yang
melatarbelakangi malnutrisi (gizi kurang dan gizi lebih).
3. Manfaat Bagi Dinas Kesehatan
8
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak
Dinas Kesehatan untuk menjadi bahan evaluasi dalam masalah malnutrisi.
4. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang faktor-faktoryangmelatar
belakangimalnutrisi.Selain itu,dapatdijadikan sebagai bahan penelitianlanjutan
dalam pengembangan ilmu keperawatan.
1.5 Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ikha Rizky Ramadani (2013), yang berjudul
Analisis faktor-faktor yang melatarbelakangi gizi buruk balita di jawa tengah
dengan metode spatial durbin model.. Populasi penelitian adalah difokuskan
pada 35 kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah, dengan kategori,
situasi sosial ekonomi dan kesehatan di wilayah tersebut.. Penarikan sampel
penelitian menggunakan metode Regresi Spasial yang merupakan
pengembangan dari metode Analisis Regresi Linear, di mana aspek lokasi juga
ikut diperhatikan , yaitu sebanyak 73 populasi. Pengumpulan data
menggunakan wawancara dengan bantuan kuesioner dan memberikan suatu
studi kasus pada daerah tersebut, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi
logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan
pekerjaan ibu, status penyakit, status kepemilikan rumah dan bahan tahan lama,
serta pengeluaran pangan dan non-pangan berpengaruh terhadap kejadian gizi
buruk dikota jawa tengah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada masalah yang diteliti, peneliti sebelumnya meneliti
tentang faktor – faktor yang melatarbelakangi gizi buruk balita, sedangkan pada
9
penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian
malnutrisi pada anak di kecamatan kampak.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Beni Putra Indrawan (2014), yang
berjudulGambaran Faktor-Faktor Yang melatarbelakangi Kejadian Balita Gizi
Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Jetak. Populasi penelitian adalah
Penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif, dengan jumlah
responden sebanyak 62 balita, pengambilan sampel diambil dengan total
sampling. pengambilan sampel diambil dengan total sampling. Dalam
pemakaian instrument penelitian melakukan uji validitas isi, konstruk kuesioner
dan memberikan susu gratis di setiap posyandu, uji reliabilitas, uji validitas dan
pengolahan data dianalisis dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian yang
didapat menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan ibu
yang rendah, status ekonomi rendah, dan tidak diberikannya ASI ekslusif
berpotensi besar terhadap kejadian balita dengan gizi kurang di wilayah kerja
Puskesmas Jetak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada masalah yang diteliti, peneliti sebelumnya meneliti tentang
Gambaran Faktor-Faktor Yang melatarbelakangi Kejadian Balita Gizi Kurang,
sedangkan pada penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang
melatarbelakangi kejadian malnutrisi pada anak di kecamatan kampak.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lailatul Munawaroh (2017), yang
berjudulHubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu, pola makan balita
dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas kedungwuni ii kabupaten
pekalongan . Populasi penelitian adalahbalita status gizi kurang dan buruk
(kasus) sejumlah 111 balita dan status gizi baik (kontrol) sejumlah 1689 balita.
Sampel yang diambil sejumlah 50 balita kasus dan 50 balita kontrol yang
10
diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Dalam
pemakaianInstrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1)
kuesioner, 2) formulir recall, 3) timbangan injak. Data penelitian diperoleh dari
data primer dansekunder. Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara
dan pengukuran berat badan. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas
Kedungwuni II. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan
menggunakan statistic uji chi-squarei dan penentuan Odds Ratio (OR). Hasil
penelitian yang didapat menunjukan bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu baik
dengan pola makan balitanya tidak baik, dan pola makan balitanya baik ,
sedangkan pengetahuan gizi ibu kurang baik dengan pola makan balitanya tidak
baik, dan pola makan balitanya baik.. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada masalah yang diteliti, peneliti sebelumnya meneliti
tentang Hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu, pola makan balita
dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas kedungwuni ii kabupaten
pekalongan, sedangkan pada penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang
melatarbelakangi kejadian malnutrisi pada anak di kecamatan kampak.