bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/bab i.pdf · malnutrisi pada anak di...

10
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak berada dalam masa kritis. Oleh karena itu, terjadinya gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih walaupun kebutuhan gizi di masa selanjutnya terpenuhi. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013), prevalensi gizi buruk di Indonesia tahun 2007 (5,4%), tahun 2010 (4,9%), dan tahun 2013 (5,7%), sedangkan target MilleniumDevelopment Goals (MDGs) tahun 2014 sebesar 3,6%. Prevalensi gizi buruk dan kurang pada anak balita sebesar 19,6%sedangkan sasaran Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2019 yaitu 17%. Oleh karena itu, prevalensi gizi buruk dan kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 2,6% dalam periode 2015 sampai 2019 (Isnaini, 2016). Kementrian Kesehatan(2016, dalam Nirmala, 2018), menetapkan tiga indikator status gizi berat badan kurang atau gizi kurang (underweight), gizi kronis yang menyebabkan anak sangat pendek (stunting), dan gizi akut yang menyebabkan anak sangat kurus (wasting). Menurut standar yang di tetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015, menetapkan bahwa suatu wilayah bisa dikategorikan bebas masalah gizi apabila prevalensi balita pendeknya kurang dari 20% dan balita kurusnya kurang dari 5%. Jika prevalensi balita pendeknya kurang dari 20% namun pravalensi balita kurusnya 5% atau lebih, maka wilayah itu masuk kategori akut. Sementara, untuk wilayah kronis prevalensi balita pendeknya 20% atau lebih dan prevalensi balita kurusnya kurang dari 5%. Sebuah wilayah juga bisa dikategorikan

Upload: others

Post on 15-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana pada periode

dua tahun pertama kehidupan seorang anak berada dalam masa kritis. Oleh karena itu,

terjadinya gangguan gizi di masa tersebut dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih

walaupun kebutuhan gizi di masa selanjutnya terpenuhi. Menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (2013), prevalensi gizi buruk di Indonesia tahun 2007

(5,4%), tahun 2010 (4,9%), dan tahun 2013 (5,7%), sedangkan target

MilleniumDevelopment Goals (MDGs) tahun 2014 sebesar 3,6%. Prevalensi gizi buruk dan

kurang pada anak balita sebesar 19,6%sedangkan sasaran Sustainable Development Goals

(SDGs) tahun 2019 yaitu 17%. Oleh karena itu, prevalensi gizi buruk dan kurang secara

nasional harus diturunkan sebesar 2,6% dalam periode 2015 sampai 2019 (Isnaini,

2016).

Kementrian Kesehatan(2016, dalam Nirmala, 2018), menetapkan tiga indikator

status gizi berat badan kurang atau gizi kurang (underweight), gizi kronis yang

menyebabkan anak sangat pendek (stunting), dan gizi akut yang menyebabkan anak

sangat kurus (wasting). Menurut standar yang di tetapkan oleh Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) tahun 2015, menetapkan bahwa suatu wilayah bisa dikategorikan bebas

masalah gizi apabila prevalensi balita pendeknya kurang dari 20% dan balita kurusnya

kurang dari 5%. Jika prevalensi balita pendeknya kurang dari 20% namun pravalensi

balita kurusnya 5% atau lebih, maka wilayah itu masuk kategori akut. Sementara, untuk

wilayah kronis prevalensi balita pendeknya 20% atau lebih dan prevalensi balita

kurusnya kurang dari 5%. Sebuah wilayah juga bisa dikategorikan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

2

akut dan kronis bila prevalensi balita pendeknya 20% atau lebih dan prevalensi balita

kurusnya 5% atau lebih.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah berkaitan dengan perilaku anak yang

sering mengkonsumsi makanan ringan yang dapat menyebabkan perubahan pada

status gizi anak. Sikap dan perilaku makan yang kurang baik akan mengakibatkan status

gizi yang kurang bagi anak tersebut (Setyawati& Setyowati, 2015). Bayi yang semestinya

diberikan makanan lumat pada kenyataanya diberikan makanan yang lebih padat

sehingga bayi kesulitan mengunyah dan menelan, makanan pun tidak bisa dicerna

dengan sempurna. Pada kasus lain, kualitas makanan yang rendah juga berdampak pada

ketidakcukupan asupan yang seharusnya diterima oleh anak. Anak yang telah

mengkonsumsi snack ringan sebelum makan, cenderung tidak akan mau makan

sehingga anak merasa kenyang namun asupan gizinya tidak tercukupi. Disamping itu

snack-snack yang banyak mengandung penguat rasa buatan dan pewarna buatan juga

bisa berdampak buruk terhadap kesehatan anak (Dinas KesehatanKabupaten

Lombok). Hal ini perkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) menjelaskan

bahwa sebanyak 26 anak yang mengonsumsi makanan ringan dengan hasil persentase

sumbangan energi dan protein makanan ringan dibandingkan dengan kebutuhan energi

dan protein anak sangatlah tidak mencukupi. Hasil presentase sumbangan energi

makanan ringan anak-anak yaitu sebanyak 7,6 (121,82 kkal) dari 100% (1600 kkal)

angka kecukupan energi yang dianjurkan. Presentase sumbangan protein makanan

ringan anak-anak yaitu sebanyak 7,27% (2,54 gr) dari 100% (35 gr) kecukupan protein

yang dianjurkan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Febry &Marendra (2008) yang

menjelaskan bahwa kekurangan energi protein dapat memengaruhi status gizi seperti

terjadinya kwashiorkor, marasmus dan kwashiorkor-marasmus.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

3

Gizi buruk merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan

menurut umur (BB/U) < -3 SD yang merupakan padanan istilah

severelyunderweight.Terdapat 3 jenis gizi buruk yang sering dijumpai yaitu kwashiorkor,

marasmus dan gabungan dari keduanya marasmus-kwashiorkor.Pengertian

kwashiorkor sendiri adalah suatu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh

asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat,

sedangkan marasmus-kwashiorkor adalah gabungan dari kwashiorkor dengan

marasmus yang disertai dengan oedema (Novitasari, 2012). Gizi buruk memiliki

peluang untuk menyerang siapa saja, terutama bayi dan anak-anak yang tengah berada

pada masa pertumbuhan.Anak dikatakan gizi buruk jika kurang dari BB/TB >-3 SD

s/d < -2 SD, LILA >11.5 cm – 12.5 cm, tidak ada oedema, nafsu makan baik, keadaan

umum baik (Ramadani, Rahmawati, & Hoyyi, 2014).

Gizi kurang merupakan suatu kondisi berat badan menurut umur (BB/U) yang

tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Kondisi gizi kurang akan rentan terjadi pada

balita usia 2-5 tahun karena balita sudah menerapkan pola makan seperti makanan

keluarga serta dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Kekurangan gizipada masa

balita terkait dengan perkembangan otak sehingga dapatmemengaruhi kecerdasan anak

dan berdampak pada pembentukan kualitassumberdaya manusia di masa mendatang

(Diniyyah & Nindya, 2017).

Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup yaitu sekitar 55-60% dari

total kalori yang dibutuhkan, kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada

dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan menurun dan sebaliknya

(Hidayat, 2008). Konsumsi lemak yang dianjurkan pada balita adalah sekitar 15-20%

dari energi total (Adriani & Wirjatmadi, 2014). Protein sangat dibutuhkan untuk

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

4

membangun dan memelihara seluruh sel di dalam tubuh, serta selama pertumbuhan

begitu banyak sel baru yang dibuat dan diperlukan yaitu sekitar 1,5-29/kgBB.

Masalah gizi buruk memiliki dampak diantaranya adalah menghambat

pertumbuhan fisik maupun mental. Masalah lainnya adalah penurunan daya tahan

tubuh, sehingga dapat meningkatkan terjadinya infeksi. Kekurangan gizi akan

menyebabkan hilangnya masa hidup sehat balita.Dampak jangka pendeknya adalah

meningkatkan angka morbiditas dan dampak jangka panjang adalah rendahnya kualitas

sumber daya manusia (SDM) mendatang yang dilihat dari kecerdasan, kreativitas, dan

produktivitasnya (Kemenkes, 2014).

Undang- Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141

menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi

perseorangan dan masyarakat, peningkatan mutu gizi yang dimaksud dilakukan melalui

perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan

akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan

teknologi. Upaya perbaikan gizi telah dilaksanakan sejak 2007 (Departemen Kesehatan,

2007) secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan prioritas

pembangunan nasional (Direktorat Bina Gizi, 2013). Kementerian kesehatan telah

menetapkan kebijakan yang komprehensif, meliputi pencegahan, promosi/ edukasi

dan penanggulangan terhadap balita gizi buruk. Upaya pencegahan dilaksanakan

melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu. Penanggulangan balita gizi kurang

dilakukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT), sedangkan balita gizi buruk

harus mendapatkan perawatan sesuai Tatalaksana Balita Gizi Buruk yang ada.

Peningkatkan kualitas pelayanan gizi dalam penanganan anak gizi buruk dilakukan

melalui pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk bagi tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

(Kemenkes RI, 2011). Hambatan yang dihadapi terkait masalah penanggulangan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

5

malnutrisi diantaranya adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan, kesadaran dari orang

tua dan letak demografis.

Upaya yang dilakukan Puskesmas Kecamatan Kampakuntuk mengatasi

masalah gizi buruk adalah dengan mengacu pada buku pedoman yang telah ditetapkan

(Juknis Program Gizi, 2016). Upaya yang dilakukan diantaranya melalui pelacakan atau

kunjungan rumah, penilaian antrophometri, recall, memberikan PMT yang terdiri dari

PMT pemulihan dan PMT penyuluhan. PMT pemulihankhusus diberikan pada anak

yang menderita gizi buruk dan diberikan selama 90 hari makan, serta dilakukan selama

4x pertemuan dalam jangka waktu 2 minggu sekali dengan menu seperti naget, sosis,

martabak, dll. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan adalah dengan mendampingi atau

merujuk keluarga dengan anak gizi buruk untuk melakukan pemeriksaan fisik jika

diperlukan. Tingkat keberhasilan tidak langsung membaik, dikarenakan tujuan

utamanya adalah peningkatan pengetahuan ibu tentang makanan sehat. Penilaian

mencakup dua kriteria yaitu berat badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi

badan. PMT penyuluhan diberikan kesemua balita tanpa melihat gizi buruk atau tidak.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 7 januari 2017 di Pukesmas

Kampak Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek didapatkan data sekunder

bulanan bahwa status gizi balita pada bulan Januari s/d September 2017 dengan balita

yang ditimbang sejumlah 1.909 balita dengan status gizi buruk 14 (0,10), status gizi

kurang sebesar 101 (5,28%) serta status gizi normal sebesar 1.736 (90,91%), untuk

target dari pemerintah untuk gizi buruk adalah kurang dari 1,9% dari jumlah balita yang

datang dan ditimbang di posyandu. Wilayah Kecamatan Kampak masuk ke dalam

urutan ke enam di wilayah Trenggalek terkait status gizi balita berdasarkan jenis

kelamin dan kecamatan. Kampak menjadi kecamatan yang memiliki populasi gizi

buruk tertinggi yaitu 11 untuk laki-laki dan urutan ke dua untuk status gizi buruk

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

6

dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 13 balita. Akibat dari gizi buruk ini

mengakibatkan 1 balita meninggal.

Hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 45 ibu balita dengan kurang

gizi dari 2 posyandu di desa Dawe, Belik JahitdiWilayah Pukesmas Kampak tentang

kebiasaan balita terhadap pemenuhan nutrisi:100% anak memilih-milih menu makanan

sendiri. 100% ibu balita denganpendapatan keluarga kurang dari Rp. 1.000.000,-. Upaya

yang dilakukan ibu ketika mengetahui anak mengalami gizi buruk adalah dengan

membawanya ke posyandu (40%), ke puskemas (40%), dan ibu yang tidak melakukan

apapun sebanyak 50%. Sebanyak 30% ibu memiliki perilaku membiasakan anak-

anaknya untuk membeli jajanan di warung-warung.

Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitiantentang identifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian

malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,maka peneliti dapat merumuskan masalah

peneliti sebagai berikut “Identifikasi Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kejadian

Malnutrisi”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Peneliti ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang

melatarbelakangi kejadian malnutrisi di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi jenis kelamin yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi

balita.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

7

2. Mengidentifikasi umur anak yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi balita.

3. Mengidentifikasi interval kelahiran yang melatarbelakangi kejadian

malnutrisi balita.

4. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi

balita.

5. Mengidentifikasi usia ibu saat melahirkan yang melatarbelakangi kejadian

malnutrisi balita.

6. Mengidentifikasi status ekonomi yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi

balita.

7. Mengidentifikasi faktor maternal yang melatarbelakangi kejadian malnutrisi

balita.

1.4 Manfaat Peneliti

Berdasarkan latar belakang perumusan masalah dan tujuan peneliti yang

hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah:

1. Manfaat bagi orang Tua

Peneliti ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan

kesadaran orang tua untuk meningkatkan nafsu makan anak dan menjadi solusi

bagi orang tua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

2. Manfaat bagi Pukesmas

Hasil dari peneliti ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi

pihakPukesmas Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek untuk menjadi

bahan pertimbangan dalam upaya memperbaiki faktor-faktor yang

melatarbelakangi malnutrisi (gizi kurang dan gizi lebih).

3. Manfaat Bagi Dinas Kesehatan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

8

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak

Dinas Kesehatan untuk menjadi bahan evaluasi dalam masalah malnutrisi.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang faktor-faktoryangmelatar

belakangimalnutrisi.Selain itu,dapatdijadikan sebagai bahan penelitianlanjutan

dalam pengembangan ilmu keperawatan.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ikha Rizky Ramadani (2013), yang berjudul

Analisis faktor-faktor yang melatarbelakangi gizi buruk balita di jawa tengah

dengan metode spatial durbin model.. Populasi penelitian adalah difokuskan

pada 35 kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah, dengan kategori,

situasi sosial ekonomi dan kesehatan di wilayah tersebut.. Penarikan sampel

penelitian menggunakan metode Regresi Spasial yang merupakan

pengembangan dari metode Analisis Regresi Linear, di mana aspek lokasi juga

ikut diperhatikan , yaitu sebanyak 73 populasi. Pengumpulan data

menggunakan wawancara dengan bantuan kuesioner dan memberikan suatu

studi kasus pada daerah tersebut, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi

logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan

pekerjaan ibu, status penyakit, status kepemilikan rumah dan bahan tahan lama,

serta pengeluaran pangan dan non-pangan berpengaruh terhadap kejadian gizi

buruk dikota jawa tengah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya terletak pada masalah yang diteliti, peneliti sebelumnya meneliti

tentang faktor – faktor yang melatarbelakangi gizi buruk balita, sedangkan pada

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

9

penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian

malnutrisi pada anak di kecamatan kampak.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Beni Putra Indrawan (2014), yang

berjudulGambaran Faktor-Faktor Yang melatarbelakangi Kejadian Balita Gizi

Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Jetak. Populasi penelitian adalah

Penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif, dengan jumlah

responden sebanyak 62 balita, pengambilan sampel diambil dengan total

sampling. pengambilan sampel diambil dengan total sampling. Dalam

pemakaian instrument penelitian melakukan uji validitas isi, konstruk kuesioner

dan memberikan susu gratis di setiap posyandu, uji reliabilitas, uji validitas dan

pengolahan data dianalisis dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian yang

didapat menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan ibu

yang rendah, status ekonomi rendah, dan tidak diberikannya ASI ekslusif

berpotensi besar terhadap kejadian balita dengan gizi kurang di wilayah kerja

Puskesmas Jetak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

terletak pada masalah yang diteliti, peneliti sebelumnya meneliti tentang

Gambaran Faktor-Faktor Yang melatarbelakangi Kejadian Balita Gizi Kurang,

sedangkan pada penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang

melatarbelakangi kejadian malnutrisi pada anak di kecamatan kampak.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Lailatul Munawaroh (2017), yang

berjudulHubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu, pola makan balita

dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas kedungwuni ii kabupaten

pekalongan . Populasi penelitian adalahbalita status gizi kurang dan buruk

(kasus) sejumlah 111 balita dan status gizi baik (kontrol) sejumlah 1689 balita.

Sampel yang diambil sejumlah 50 balita kasus dan 50 balita kontrol yang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45743/2/BAB I.pdf · malnutrisi pada anak di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek. 1.2 Rumusan Masalah . Berdasarkan latar belakang

10

diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Dalam

pemakaianInstrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1)

kuesioner, 2) formulir recall, 3) timbangan injak. Data penelitian diperoleh dari

data primer dansekunder. Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara

dan pengukuran berat badan. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas

Kedungwuni II. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan

menggunakan statistic uji chi-squarei dan penentuan Odds Ratio (OR). Hasil

penelitian yang didapat menunjukan bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu baik

dengan pola makan balitanya tidak baik, dan pola makan balitanya baik ,

sedangkan pengetahuan gizi ibu kurang baik dengan pola makan balitanya tidak

baik, dan pola makan balitanya baik.. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya terletak pada masalah yang diteliti, peneliti sebelumnya meneliti

tentang Hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu, pola makan balita

dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas kedungwuni ii kabupaten

pekalongan, sedangkan pada penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang

melatarbelakangi kejadian malnutrisi pada anak di kecamatan kampak.