bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/bab i-iii 1602031001.pdfdan...

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan gizi kurang, berhubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan gizi lebih, berhubungan dengan penyakit degeneratif, seperti jantung. Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan gizi lebih (1). Masalah gizi di Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat tertentu mulai muncul permasalahan gizi ganda yaitu obesitas. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit penyakit infeksi, maka gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, dan munculnya kelompok penyakit-penyakit degeneratif atau non infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di seluruh pelosok Indonesia. Fenomena ini sering dikenal dengan sebutan New World Syndrom atau Sindrom Dunia Baru. Tingginya prevalensi obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan beberapa penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Beban pembangunan bidang kesehatan nasional akan semakin berat dengan adanya masalah gizi ganda karena baik gizi kurang dan gizi lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain (2). Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Dengan kata lain, obesitas dapat diartikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas juga dibagi dua berdasarkan tempat penumpukan lemaknya, yaitu obesitas tipe pir dan obesitas tipe apel (3). Obesitas telah menjadi masalah global di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Data menunjukkan bahwa di 1

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik

negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin

cenderung dengan gizi kurang, berhubungan dengan penyakit infeksi dan

negara maju cenderung dengan gizi lebih, berhubungan dengan penyakit

degeneratif, seperti jantung. Negara berkembang seperti Indonesia

mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan

gizi lebih (1).Masalah gizi di Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi ganda,

disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada

golongan masyarakat tertentu mulai muncul permasalahan gizi ganda

yaitu obesitas. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit penyakit

infeksi, maka gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, dan

munculnya kelompok penyakit-penyakit degeneratif atau non infeksi yang

sekarang ini banyak terjadi di seluruh pelosok Indonesia. Fenomena ini

sering dikenal dengan sebutan New World Syndrom atau Sindrom Dunia

Baru. Tingginya prevalensi obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan

beberapa penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka

morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Beban pembangunan bidang

kesehatan nasional akan semakin berat dengan adanya masalah gizi ganda

karena baik gizi kurang dan gizi lebih sangat erat kaitannya dengan aspek

kesehatan lain (2).Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan

lemak tubuh secara berlebihan. Dengan kata lain, obesitas dapat diartikan

sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan

lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas juga dibagi dua berdasarkan

tempat penumpukan lemaknya, yaitu obesitas tipe pir dan obesitas tipe

apel (3).Obesitas telah menjadi masalah global di seluruh dunia, baik di

negara maju maupun negara berkembang. Data menunjukkan bahwa di

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

2

Amerika Serikat terdapat 2,2% pria dan 35,5% wanita yang memiliki

Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 dan di

Australia, pada tahun 2013, terdapat 25,6% pria dan 24% wanita yang

memilik BMI atau IMT > 30 (4). Prevalensi obesitas yang meningkat pada orang dewasa maupun

remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai

contoh, 20,5% dari penduduk korea Selatan tergolong overweight dan

1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduk mengalamai

overweight dan 4% mengalami obesitas. Di daerah perkotaan Cina,

prevalensi overweight 12,% pada laki- laki dan 14,4% pada perempuan,

sedangkan di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki- laki dan

perempuan masing- masing adalah 5,3% dan 9,8% (5).Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, prevalensi status gizi

dewasa secara Nasional obesitas sebesar 11,7%. Sedangkan, menurut data

Riskesdas 2013, obesitas sebesar 14,8%. Prevalensi obesitas mengalami

peningkatan sebesar 3,1%. Sementara, prevalensi status gizi dewasa di

Sumatera Utara menurut Riskesdas 2010, yaitu obesitas sebesar 13,5%.

Sedangkan, menurut data Riskesdas 2013 di Sumatera Utara, prevalensi

obesitas mengalami peningkatan sebesar 4,6% (2).Faktor-faktor penyebab terjadinya status gizi lebih antara lain

pengetahuan gizi, pola makan, kurang aktivitas fisik (sedentary activities),

kemudahan hidup (sedentary life), kemajuan teknologi, faktor psikologis,

dan faktor genetik. Resiko terjadinya obesitas pada masyarakat dapat

dikurangi bila memahami dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai

pentingnya hidup sehat sebagai tindakan pencegahan terjadinya obesitas

dan menyikapi akan berbagai tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang

dapat meningkatkan kejadian obesitas (6)(7).Salah satu faktor spesifik penyebab obesitas adalah pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hal krusial yang dapat mempengaruhi gaya hidup

dan pola makanan seseorang. Seseorang yang memiliki keterbatasan

pengetahuan terutama tentang gizi cenderung memiliki gaya hidup dan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

3

pola makan yang buruk, begitu pula sebaliknya. Penelitian lain juga

menjelaskan bahwa kelebihan berat badan dikaitkan dengan kepemilikan

pengetahuan gizi yang rendah (8).Pengetahuan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kebiasaan

makan karena pengetahuan tentang gizi mempunyai peran yang sangat

penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Pengetahuan gizi

akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis, jumlah makanan dan

pola makannya. Perubahan gaya hidup, dari traditional life style menjadi

sedentary life style meningkatkan resiko terjadinya overweight. Gaya

hidup sedentari (kurang gerak) disertai dengan pola makan yang berlebih,

yaitu asupan tinggi karbohidrat, lemak, protein dan rendah serat. Semua

faktor tersebut beresiko menjadi overweight dan obesitas (9)(10).Selain pengetahuan gizi faktor lainya adalah pola makan. Pola

makan yang berlebih juga dapat menjadi faktor terjadinya obesitas.

Obesitas terjadi jika seseorang mengonsumsi makanan porsi besar

(melebihi dari kebutuhanya), makan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi

karbohidrat sederhana, dan rendah serat. Sementara itu, periilaku makan

yang salah ialah tindakan mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang

berlebih tanpa diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang, salah

satunya berupa aktifitas fisik (olahraga) (3).Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk

kelangsungan hidup dan aktivitas fisik, namun untuk menjaga berat badan

perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang

keluar. Keseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan

berat badan dan obesitas. Hal ini didukung dengan hasil penelitian

Simatupang, yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada siswa

sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru, dipengaruhi oleh variabel

asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan, jenis makanan dan

aktivitas fisik (4).Pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan pengaturan diet, bukan

mengurangi jumlah asupan makanan tetapi dengan mengatur komposisi

makanan menjadi menu sehat. Cara lain peningkatan aktivitas fisik,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

4

misalnya berolahraga dengan cara senam aerobik dan dengan membatasi

aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau bermain komputer dan play

stations, mengubah pola hidup (modifikasi perilaku) menjadi pola hidup

sehat, baik dalam mengonsumsi makanan maupun dalam beraktivitas (11).Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Club Senam

Anisa desa Ledong Barat diketahui bahwa peserta senam aerobik

seluruhnya adalah perempuan dan laki-laki usia tahun. Setelah dilakukan

pengukuran pada 12 orang peserta senam aerobik diperoleh hasil : 8 orang

kategori obesitas I, 4 orang kategori obesitas II. Hasil perhitungan

pengetahuan gizi dari 5 orang, 2 orang kategori pengetahuan baik, 3 orang

kategori pengetahuan cukup. Hasil data pola makan diperoleh dari 10

orang peserta senam terdapat seluruhnya dengan kategori asupan lebih.Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan

dengan Obesitas pada Peserta Senam Aerobik Club Senam Anisa Desa

Ledong Barat Tahun 2018”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas pada peserta senam

aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018”.

1.3. Tujuan Penelitian1.3.1.Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas pada peserta

senam aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.

1.3.2.Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui distribusi frekuensipengetahuan gizi pada peserta senam aerobik

Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.2. Mengetahui distribusi frekuensi pola makan pada peserta senam aerobik Club

Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

5

3. Mengetahui distribusi frekuensi obesitas pada peserta senam aerobik Club

Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.4. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan obesitas pada peserta senam

aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.5. Mengetahui hubungan pola makan dengan obesitas pada peserta senam

aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat Tahun 2018.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Aspek TeoritisMemberikan pengalaman, pengetahuan juga wawasan serta keterampilan bagi

peneliti dalam membuat sebuah proposal skripsi dan dapat menambah

wawasan penegetahuan dalam mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan

pola makan dengan obesitas pada peserta seanam aerobik Club Senam Anisa

Desa Ledong Barat tahun 2018.b. Manfaat Aspek Praktis

Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Pengetahuan gizi dan pola makan

dengan obesitas pada peserta senam aerobik Club senam Anisa Desa Ledong

Barat Tahun 2018 sehingga memberikan nilai positif bagi masyarakat.Dapat memberikan informasi bagi Institusi kesehatan baik itu puskesmas,

rumah sakit juga diharapkan dapat menjadi suatu masukan dan tolak ukur

dalam melakukan progrm gizi di Desa Ledong Barat.

1.5. Keaslian Penelitian

Berdasarkan literatur yang ada penelitian ini belum pernah dilakukan

sebelumnya. Peneliti yang sudah pernah dilakukan tersaji pada tabel di

bawah ini :

Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

6

NamaPeneliti

Tujuanpenelitian

Rancanganpenelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

Sri yani,dkk(2013)

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan pola konsumsi dengan obesitas pada mahasiswa universitas hassanuddin angkatan 2013

Cros sectional study

Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan gizi dengan obesitas dengan nilai frequency= 0,595> 0,005. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara untuk asupan energi dengan obesitas diperoleh nilaiFrequency= 0,586 > 0,005

1. Rancangan penelitian

2. Variabel lainya3. Metode food recall4. Analisis data

1. Lokasi penelitian

2. Durasi pengambilan data

3. Jumlah sampel 4. Metode Food

Frequency (FFQ)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

7

Lanjutan Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

NamaPeneliti

Tujuanpenelitian

Rancanganpenelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

Agnesgrace,dkk(2017)

Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan gizidengan pola konsumsi denganstatus gizi pada mahasiswa TPB sekolah bisnis dan manajemen institut teknologibandung

Cros sectional study

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi

Rancangan penelitian

1. Lokasi penelitian

2. Durasi pengambilan data

3. Jumlah sampel4. Variabel lainya

AmperaMiko,Melsypratiwi(2017)

Untuk mengetahui pola makan dan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas mahasiswa politeknik kesehatan kemenkes aceh

Cross sectional

Tidak terdapat hubungan pola makan dengan kejadian obesitas dengan nilai (p>0,05). Dan tidak ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada mahasiswa

Rancangan penelitian

1. Lokasi penelitian

2. Sampel penelitian

3. Waktu penelitian

4. Variabel lainya

Yuliadkk,2016

Hubungan pola makan, asupan energi, aktifitas fisik, dan durasi tidur dengan kejadian obesitaspada polisi

Case control

Tidak ada hubungan asupan energi dengan kejadian obesitas pada polisi.

Metode food recall

1. Desain penelitian

2. Lokasi penelitian

3. Sampel penelitian

4. Variabel lainya

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

8

NamaPeneliti

Tujuanpenelitian

Rancanganpenelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

Adedkk,2010

untuk menganalisis hubungan antara pola makan, aktivitas fisik, sikap dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi PNS di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Cross sectional

Didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi (p = 0,731), karbohidrat (p = 0,523), lemak (p = 0,812) dan protein (p = 0,537) dengan status gizi.

1. Metode food recall

2. Desain penelitian

1. Lokasi penelitian

2. Durasi penelitian

3. Food Frequency (FFQ)

4. Variabel lainya.

Lanjutan Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

Lanjutan Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori2.1.1 Obesitas

2.1.1.1. Pengertian Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan lemak tubuh

secara berlebihan. Dengan kata lain, obesitas dapat diartikan sebagai akibat tidak

adanya keseimbangan antara energi yang masuk atau asupan dengan energi yang

keluar yang digunakan untuk beraktivitas atau untuk kegiatan sehari-hari (3).

Overweight dan Obesitas juga di defenisikan suatu kondisi kronik yang

sangat erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit

degeneratif. Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan

fisik dan skeletal sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (12).

Menurut Ginanjar obesitas dapat dinilai melalui berbagai metode atau tehnik

pemeriksaan. Cara yang obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah

dengan menghitung BMI atau IMT. Pengukuran BMI/IMT dilakukan dengan cara

membagi nilai berat badan (kg) dengan nilai kuadrat dari tinggi badan (m) (11).

2.1.1.2. Patofisiologi Obesitas

Tubuh memiliki sekitar 30-40 juta sel lemak yang mampu menyimpan

lemak dalam jumlah yang besar. Jika seseorang mengalami kegemukan atau

obesitas, maka sel lemak akan mengalami pembesaran bentuk (hipertrofi) dan

peningkatan jumlah (hiperplasia). Pertumbuhan sel lemak umumnya mengikuti

pola pertumbuhan dan perkembangan usia, sehingga jika obesitas sudah terjadi

pada masa anak-anak, maka sel lemak berkembang dengan cepat dan biasanya

bertahan sampai pada usia dewasa (adult onset obesity (13).

Proses pengaturan energi tidak selamanya berjalan normal. Pada kondisi

kelebihan berat badan tingkat berat, akan terjadi resistensi leptin dan kesulitan

menurunkan berat badan. Adanya sel lemak yang terlalu berlebihan menyebabkan

leptin tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik dan tidak dapat

menghasilkan efek normal pada penurunan berat badan. Resistensi leptin

dirasakan sebagai kelaparan, artinya setiap makanan yang masuk

9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

10

diinterprestasikan sebagai rasa lapar oleh otak dan memberikan sinyal untuk terus

meningkatkan nafsu makan. Dalam kondisi seperti itu, maka kelebihan berat

badansangat sulit dikontrol sehingga obesitas menjadi sangat sulit ditanggulangi

(13).

2.1.1.3. Gejala Obesitas

Gejala-gejala obesitas yang biasa dialami oleh seseorang yang mengalami

obesitas antara lain (12) :

1. Kebiasaan tidur yang mendekur

2. Susah tidur nyeri pada punggung atau sendi

3. Berhenti nafas saat tidur secara tiba-tiba

4. Selalu merasakan panas berkeringat secara berlebihan

5. Sulit bernafas

6. Depresi sering merasakan ngantuk dan lelah

7. Ruam atau infeksi pada lipatan kulit.

2.1.1.4. Etiologi Obesitas

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor yaitu faktor genetik,

aktivitas fisik, pola makan, faktor psikologi, Jenis kelamin, tingkat sosial.

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Suryoprajoyo yang mengatakan obesitas

melibatkan beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan (pola makan), psikis,

kesehatan, perkembangan dan aktivitas fisik (7).

Berdasarkan Etiologinya obesitas ada dua jenis yaitu (3) :

1. Obesitas Primer

Obesitas Primer adalah obesitas yang disebabkan oleh faktor gizi dan

berbagai faktor yang memrngaruhi masukan makanan. Obesitas jenis ini

terjadi akibat masukan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan

kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.

2. Obesitas Sekunder

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

11

Obesitas sekunder adalah obesitas yang disebabkan oleh adanya penyakit atau

kelainan congenital (mielodisplasia), endokrin (sindrom Cushing, sindrom

freulich, sindrom mauriac dan preudoparatirodisme).

2.1.1.5. Faktor Penyebab Obesitas

Faktor resiko obesitas adalah gaya hidup, obesitas dapat terjadi banyak

faktor, namun 90 % obesitas terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, kata dr.

Inge Permadhi MS, SpGk, spesialis gizi klinik dari fakultas kedokteran

Universitas Indonesia. Salah satu faktornya adalah asupan makanan yang

melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang cukup atau sering disebut

sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa banyak bergerak). Padahal, aktivitas yang

cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada (12).

Beberapa faktor yang diketahui berperan mempengaruhi timbulnya obesitas

adalah sebagai berikut (7) :

1. Faktor Psikologis

Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh terhadap asupan

makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan obesitas. Keadaan obesitas

merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini

merupakan suatu pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam kedaan semacam ini

menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan masalah yang tepat, justru

akan memperberat masalah. Seseorang yang sedang mengalami keadaan yang

tidak menyenangkan akan nampak lebih emosional baik sikap maupun

perilakunya. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam waktu lamamaka dapat

menyebabkan suatu keadaan yang disebut stres, bahkan depresi (7).

2. Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi

gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk

adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung

untuk menjadi gemuk. Gen merupakan faktor yang penting dalam obesitas, tetapi

lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan

ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup misalnya apa yang dimakan dan berapa

kali seseorang makan serta kelebihan energi akibat ketidak seimbangan antara

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

12

asupan energi dengan keluaran energi. Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah

pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya (7).

3. Faktor Nutrisi

Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak tubuh dan

pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Obesitas terjadi karena

adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energy yang keluar

dan merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi lemak. Dengan

meningkatnya usia kecepatan metabolisme juga mulai menurun mulai usia 30

tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan lemak menjadi

kegemukan (7).

4. Faktor Umur

Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai

kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama

kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi

besar untuk umurnya. Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung menjadi

orang dewasa yang juga obesitas (7).

Obesitas pada anak-anak muda sering dijumpai dalam keluarga mampu,

tetapi akan sulit dijumpai pada keluarga miskin. Keadaan ini misalnya terlihat pda

keluarga pedagang maupun pegawai atau karyawan menengah keatas. Jadi dalam

hal ini umur bukan merupakan penentu utama timbulnya obesitas (7).

5. Faktor Genetis

Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam

timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya

berasal dari keluarga obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas kira-kira 40-

50% anak-anaknya akan obesitas, sedangkan bila kedua orang tua obesitas 80%

anak-anaknya akan obesitas (7).

6. Aktifitas Fisik

Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktifitas fisik

dan kebanyakan duduk. Di masa industri sekarang ini, dengan meningkatnya

mekanisme dan kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau

sedikit tenaga untuk melakukan aktifitas sehari-hari (7).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

13

7. Jenis Kelamin

Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas.

Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum

dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menaopause(7).

8. Tingkat sosial

Obesitas banyak dijumpai pada wanita keluarga miskin barangkali karena

sulitnya mebeli makanan yang tinggi kandungan protein. Mereka hanya membeli

makanan murah yang umumnya mengandung banyak hidrat arang. Obesitas yang

bnyak djumpai pada kalangan eksekutif atau ushawan, barangkali timbul karena

makanan berlemak tinggi disertai penggunaan minuman berakohol (7).

2.1.1.6. Penanganan Obesitas

Pengobatan obesitas sangat kompleks dan melibatkan kombinasi berbagai

metode yaitu behavior modification, pengaturan diet, exercise, obat-obatan serta

penggunaan alat-alat dan pembedahan (3).

a. Perubahan Pola Makan dan Diet.

Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total.

Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta

membatasi gula dan lemak. Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat

mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa

pertumbuhanremaja. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk

mengetahui kebutuhan kalori anda.

b. Peningkatan Aktivitas Fisik.

Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih

banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi,

durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan.

c. Obat Anti Obesitas

Obat-obatan yang biasa digunakan untuk menurunkan berat badan antara lain:

1. Orlistat

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

14

Orlistat telah dipasarkan sebagai obat penurunan lemak sejak tahun 1998.

Konsumsi orlistat harus dibarengi dengan diet rendah kalori. Orlistat

mampu menurunkan absorpsi lemak di dalam usus dengan jalan

memblokir kerja enzim lipase di pankreas.

2. Sibutramin

Sibutramin adalah suatu serotonin-NA re-uptake blocker. Oleh karena itu,

sibutramin mampu meningkatkan penggunaan energi akibat kerja

adrenergis perifer. Rata-rata penurunan berat badan yang dicapai dengan

penggunaan sibutramin selama enam bulan dengan dosis 15 mg/hari

ditambah konsumsi diet adalah 11 kg.

3. Rimonabant (Acomplia)

Rimonabant adalah obat yang mampu menekan nafsu makan yang bekerja

dengan menghambat reseptor connabinoid (RC). RC terdapat di

permukaan sel-sel otak antara lain hipotalamus.

d. Tindakan Pembedahan.

Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan, maka

pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan

dengan cara merubah anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah

makanan yang dimakan dan dicerna. Tujuan pembedahan pada pasien obes

ialah menginduksi pengurangan berat badan dan mempertahankanya, melalui

tindakan operasi secara aman, serta memperbaiki atau melenyapkan berbagai

kondisi komorbid. Dengan begitu, mutu kehidupan dapat ditingkatkan dan

usia pasien dapat diperpanjang. Tindakan bedah baru boleh di pertimbangkan

jika BMI pasien > 40 atau BMI > 35 dengan faktor komorbid dan faktor

risiko lain (14).

2.1.1.7. Penilaian Status Gizi pada Obesitas

Kegemukan dan obesitas pada anak dapat dinilai dengan berbgai metode

atau teknik pemeriksaan. Salah satunya adalah pengukuran BMI atau sering juga

disebut IMT (15).

Obesitas pada orang dewasa dapat ditentukan berdasarkan BMI. IMT

adalah pengukuran antropometri untuk menilai apakah komponen tubuh tersebut

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

15

sesuai dengan standar normal atau ideal. IMT dihitung dengan cara membagi

berat tubuh (kg) dengan kuadrat tinggi tubuh (m2) (3).

Rumus perhitugan IMT adalah sebagai berikut :

IMT = Berat Badan

Tinggi badan (m ) x TinggiBadan(m)Keterangan : IMT : Indeks Masa TubuhBB : Berat Badan (kg)TB : Tinggi Badan (m)

Klasifikasi Berat badan menurut WHO (World Health Organization)

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT

Kategori IMT (kg/m2)Berat badan kurang < 18,50Normal 18,5-25,9Pra Obesitas 25,0-29,9Obes >30,0 Obesitas Tingkat 1 30,0-34,9Obesitas Tingkat 2 35,0-39,9Obesitas tingkat 3 >40,00

Sumber : WHO 2004

2.1.1.8. Dampak Kegemukan (Obesitas)

Obesitas suatu keadaan kronik yang sangat erat hubunganya dengan

peningkatan resiko sejumlah penyakit degenaratif. Penyakit yang termasuk

kelompok ini adalah diabetes melitus type II, hipertensi, penyakit kardiovaskular,

dan dislipidemia(12).

Dampak kegemukan (obesitas) juga dapat terjadi dalam jangka pendek

maupun jangka panjang, seperti yang diuraikan sebagai berikut (16) :

1) Gangguan psiko-sosial : rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari

lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi bahan olok–olok

teman main dan teman sekolah.

2) Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih

lanjut dibanding usia biologisnya.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

16

3) Masalah Ortopedi seringkali terjadi slipped capital femonal epiphysis dan

penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang terlalu berat.

4) Gangguan pernafasan sering terserang infeksi saluran nafas, tidur ngorok,

kadang-kadang terjadi apnes sewaktu tidur, dan sering mengantuk siang hari.

Bila gangguan sangat berat disebut sebagai sindrome pickwicknan, yaitu

adanya hipoventilasi alveolar.

2.1.1.9. Cara, Tips Mencegah Obesitas

Ada rumus yang telah dikemukakan oleh Dr. Aman selaku ketua bidang

ilmiah IDIAI yang juga ahli dalam masalah obesitas menyatakan bahwa cara

menghindari obesitas dengan rumus 5210. Berikut ini penjelasanya (12) :

1. 5 kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari. Usakan buah dan sayur

selalu ada, meski buah yang harganya murah.

2. 2 jam duduk sudah terlalu lama di luar waktu sekolah, anak tidak boleh

menonton lebih dari 2 jam. Kebanyakan duduk membuat metabolisme tubuh

terganggu dan tidak ada pembakaran kalori sehingga memicu obesitas.

3. Kebiasaan turun dari mobil, masuk kelas, serta dijemput langsung masuk

mobil harus dibuang. Olahraga yang bisa dipilih seperti jalan, lari, bersepeda

dan berenang.

4. 0 gram gula maksudnya, sesedikit mungkin mengkonsumsi minuman manis.

Kebanyakan anak minum-minuman yang serba manis seperti teh dan jus.

Semua itu harus dikurangi dan diganti dengan banyak mengkonsumsi

minum air putih. Untuk menghindari dan mencegah obesitas yang dampaknya

sangat tinggi untuk memicu penyakit lain.

2.1.2. Pengetahuan

2.1.2.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

17

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (17).

2.1.2.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif meru pakan domain yang sangat penting untuk

terentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (18)(17) :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

5) Analisis (Analysis)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

18

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitanya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata-kata kerja.

6) Sintesis (Syntheis)

Sintesis merunjuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk menyusun formasi

baru.

2.1.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut(19) :

a. Faktor Internal

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehinga terjadi

perubahan perilaku positif yang meningkat.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh nursalam, pekerjaan adalah keburukan

yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupanya dan

kehidupan keluarga. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Huclok semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaanya.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakan

seluruh kondisi ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

19

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.

2.1.2.4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmodjo adalah

sebagai berikut (19) :

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalm memecahkan masalah.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ni dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai

yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau disebut

metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh francis bacon,

kemudian dikembangkan oleh deobold van daven. Akhirnya lahir suatu cara

untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian

ilmiah.

2.1.2.5. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali

kandungan gizi makanan serta keguanaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Tingkat

pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam

memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan seseorang.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula

keadaan gizinya (12).

Pengetahuan tentang gizi berhubungan dengan gaya hidup dan kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi makro yang berlebih salah

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

20

satunya karbohidrat. Konsumsi makanan pokok yang tinggi karbohidrat dapat

meningkatkan IMT. Sebagai salah satu faktor yang dapat mengurangi resiko

peningkatan IMT yaitu mengkonsumsi sumber karbohidrat komplek untuk

memberi rasa kenyang, sebagai alternatif pengganti karbohidrat sederhana bisa

menggunakan gula buatan (8).

Pengetahuan tentang gizi yang harus dimiliki masyarakat antara lain

kebutuhan-kebutuhan bagi tubuh (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral). Selain itu, jenis-jenis makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi

yang dibutuhkan tubuh tersebut, baik secara kualitataif dan kuantitatif, akibat atau

penyakit-penyakit yang disebabkan karena kekurangan gizi dan sebagainya (20).

Pengetahuan gizi sangat penting harus dimiliki setiap orang karena setiap

orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat

gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, karena pengetahuan

gizi memberikan informasi yang berhubungan dengan gizi, makanan dan

hubungannya dengan kesehatan. Kedalaman dan keluasan pengetahuan tentang

gizi akan menuntun seseorang dalam pola makan, pemilihan jenis makanan yang

akan dikonsumsi baik dari segi kualitas, variasi, maupun cara penyajian pangan

yang diselaraskan dengan konsep pangan (20).

Pengetahuan gizi juga dapat mempengaruhi konsumsi seseorang. Dimana

tingkat pengetahuan gizi seseorang akan memengaruhi dalam pemilihan bahan

makanan dan konsumsi pangan yang tepat, beragam, berimbang serta tidak

menimbulkan penyakit. Hal tersebut menunjukkan pengetahuan gizi seseorang

dimana seseorang akan menentukan hal yang baik dan tidak baik untuk

dikonsumsi dan dihindari. Seseorang yang tidak mempunyai cukup pengetahuan

gizi, akan memilih makanan yang paling menarik melalui panca indra dan tidak

memilih makanan berdsasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang

semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih banyak menggunakan pertimbangan

rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut.

2.1.3. Pola Makan

2.1.3.1. Pengertian Pola Makan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

21

Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah,

frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus

memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat gizi yang dianjurkan (18).

Industrialisasi dan globalisasi dalam bidang makanan menyebabkan

pergeseran perilaku makan masyarakat. Campur tangan industri pangan

mempengaruhi pola makan seseorang dan berperan besar dalam munculnya

masalah obesitas di tengah-tengah masyarakat terutama di perkotaan (3).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang dapat digunakan

secara efisien. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi

mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas muncul pada usia remaja

cenderung berlanjut ke dewasa, dan lansia (21).

1. Asupan Energi

Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, lemak, dan protein

makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan tercukupi bila

kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula. Dalam kehidupan sehari- hari

tubuh memerlukan makanan yang memberikan cukup energi yang sesuai

kebutuhan untuk menjaga kesehatan sehingga diperlukan adanya keseimbangan

antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan

terutama bergerak dan beraktifitas, maka makin banyak pula energi yang

diperlukan.

Kebutuhan energi ditentukan oleh metabolisme basal, umur, aktifitas fisik,

specific dynamic action (SDA). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya

diperlukan untuk metabolisme basal(21).

2. Asupan Protein

Protein di bentuk dari unit-unit pembetukanya yang disebut asam amino. Dua

golongan asam amino adalah asam amino esensial dan asam amino non esensial.

Protein selain untuk membangun struktur tubuh (pembentukan berbagai jaringan)

juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat sehingga

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

22

pertumbuhan atau kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar. Protein sebagai

pembentuk energi tergantung macam danjumlah bahan makanan yang

dikonsumsi. Protein memang sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi terlalu banyak

mengonsumsi protein juga akan menimbulkan masalah (12).

Kebutuhan protein adalah kadar terendah asupan protein dari makanan yang

dapat menyeimbangkan kehilangan nitrogen dari tubuh manusia sehingga dapat

memelihara massa protein tubuh pada individu dengan kondisi asupan energi yang

seimbang dengan aktifitas fisik tingkat sedang (13).

Kelebihan protein akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak sehingga

akan menjadi semakin gemuk. Selain itu kelebihan asupan protein akan

memperberat kerja hati dan ginjal untuk membuang nitrogen pada metabolisme

asam amino (deaminasi), produksi urin berlebihan dapat mengganggu

penampilan, mineral-mineral penting seperti potasium, kalium, magnesium (21).

3. Asupan Lemak

Lipid dapat dibagi ke dalam dua kelas yaitu lipid yang terdapat dalam pangan

tubuh dan lipidstruktural atau kompleks yang dihasilkan dalam tubuh untuk

membentuk membran, untuk mentranspor lemak atau untuk mensintesis hormon

katalis lipid. Trigliserida merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi

utamanya adalah sebagai zat energi. Simpanan lemak dalam tubuh terutama

dilakukan di dalam sel lemak dalam jaringan adiposa (12).

Tubuh mempunyai kapasitas tak terhingga untuk menyimpan lemak. namun,

lemak tidak sepenuhnya dapatmenggantikan karbohidrat sebagai sumber energi.

Di dalam otak, sistem saraf dan sel darah merah membutuhkan glukosa sebagai

sumber energi. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak

memicu terjadinya obesitas. Lemak merupakan sumber yang padat kalori,

membuat rasa masakan menjadi lezat dan sering tidak diperhatikan atau

tersembunyi dalam makanan. Kelebihan konsumsi lemak akan tersimpan dalam

jaringan adiposa sebagai energi potensial. Apabila simpanan lemak terjadi sampai

melebihi 20% dari berat badan normal maka ada kecenderungan kegemukan atau

obesitas. Kontribusi energi dari lemak untuk orang dewasa sebaiknya sekitar 30%

pada usia 19-29 tahun dan 25% pada usia 30-64 tahun (21).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

23

4. Asupan Karbohidrat

Fungsi karbohidrat memang penting untuk tubuh kita karena karbohidrat

berguna untuk member makan pada otak kita dan sebagai sumber energi utama.

Asupan karbohidrat yang berlebih, tidak akan langsung digunakan oleh tubuh

sehingga disimpan dalam bentuk glikogen (satu rangkaian panjang molekul

molekul glukosa yang dihubungkan menjadi satu). Hati dan otot merupakan

tempat penyimpanan glikogen (12).

Bila asupan karbohidrat berlebih sedangkan kapasitas hati dan otot dalam

menyimpan glikogen terbatas, maka karbohidrat akan disimpan dalam bentuk

lemak dan akan disimpan dalam jaringan lemak. Sehingga kelebihan karbohidrat

berarti kelebihan lemak. Asupan karbohidrat yang tinggi akan memicu

peningkatan glukosa darah. Untuk menyesuaikan kondisi ini, pancreas

mengeluarkan hormon insulin ke dalam aliran darah untuk menurunkan kadar

glukosa darah. Keadaan seperti ini menjadi masalah adalah insulin merupakan

hormone penyimpan yang memiliki fungsi menyimpan kelebihan karbohidrat

dalam bentuk lemak untuk membuat cadangan energi. Oleh karena itu, insulin

yang dirangsang oleh karbohidrat akan mendorong akumulasi lemak tubuh. Selain

mendorong akumulasi lemak tubuh, insulin juga berfungsi untuk tidak

mengeluarkan lemak yang tersimpan. Kondisi seperti ini tentu akan membuat

seseorang dengan asupan tinggi karbohidrat akan mengalami peningkatan berat

badan dan sulit untuk menurunkan berat badan. Kontribusi energi dari karbohidrat

untuk orang dewasa sebaiknya sekitar 55% pada usia 19-29 tahun dan 60% pada

usia 30-64 tahun (13).

2.1.3.2. Metode Pengukuran Asupan Makan

Untuk mengukur asupan makanan individu digunakan metode :a) Metode Food Recall 24 jam

Mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis makanan dan minuman

yang telah di konsumsi selama 24 jam merupakan data yang paling mudah

dan banyak digunakan (14).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

24

Kelebihan :1. Mudah dilaksanakan, tidak terlalu membebani responden.2. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan

tempat yang luas untuk wawancara.3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi

individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi sehari.Kekurangan :

1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya

dilakukan recall 1 hari.2. Ketepatannya tergantung pada daya ingat responden.3. Butuh tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam

menggunakan alat-alat bantu URT.b) Metode Estimated Food Records

Pada metode ini respoden dimintai untuk mencatat semua yang ia makan dan

minum setiap kali sebelum makan dalam URT atau menimbang dalam ukuran

berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara

persiapan dan pengolahan makanan tersebut (22).Kelebihan :

1. Metode ini relatif murah dan cepat2. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar3. Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari4. Hasilnya relatif lebih akurat5.

Kekurangan :

1. metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan

responden merubah kebisaan makannnya2. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf3. sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam

mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.c) Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Pada metode penimbangan ini, responden menimbang dan mencatat bahan

makanan yang dikonsumsi dalam 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya

berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana peneliti dan tenaga

yang tersedia. Perluh diperhatikan, bila terdapat sisa makanan setelah makan

maka perluh ditimbang untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan

yang dikonsumsi (22).

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

25

Kelebihan : Data yang diperoleh lebih akurat atau teliti.Kekurangan :1. Memerlukan waktu dan cukup mahal.2. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka

responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.3. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil.4. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.

d) Metode Dietary HistoryMetode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi

berdasarkan pengamatan dalam waktu cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1

tahun). Hal yang perlu mendapat perhatian dalam mengumpulkan data adalah

keadaan musim-musim tertentu dan hari hari istimewa seperti hari pasar, awal

bulan, hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut

harus dikumpulkan (21).Kelebihan :1. Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara

kualitatif dan kuantitatif.2. Biaya relatif murah.

e) Metode Frekuensi Makanan (Food Frekuency Questionaire)Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu

seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Dengan cara ini dapat diperoleh data

asupan zat gizi dalam jumlah besar, yang mencakup antara 50-150 jenis

makanan (14).Kelebihan :1. Relatif murah dan sederhana.2. Dapat dilakukan sendiri oleh responden.3. Tidak membutuhkan latihan khusus.4. Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan

kebiasaan makan.

Kekurangan :

1. Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari.2. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data.3. Cukup menjemukan bagi pewawancara.4. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan

makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.5. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

f) Metode Pencatatan (food account)

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

26

Metode pencatatan dilakukan dengan melibatkan secara aktif anggota

keluarga, dengan mencatat semua makanan yang dibeli, diterima dari orang

lain, ataupun dari hasil produksi sendiri setiap hari (13).

Kelebihan :

1. Cepat dan relatif murah

2. Dapat diketahui tingkat ketersediaan bahan makanan keluarga pada

periode tertentu.

3. Dapat diketahui daya beli keluarga terhadap bahan makanan

4. Dapat menjangkau responden lebih banyak.

Kekurangan:

Kurang teliti karena anggota keluarga yang diminta mencatat tersebut tidak

berlatar belakang pengumpul dat yang profesional sehingga hasil ukurnya tidak

dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.

2.1.3.3. Frekuensi Pola Makan Harian

Orang Indonesia makan tiga kali sehari yaitu sarapan di pagi hari, makan

siang dan makan malam. Makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan memenuhi

kebutuhan zat gizi setiap harinya. Konsumsi makanan yang kurang, baik secara

jumlah maupun kualitas akan mengakibatkan terjadinya gangguan proses

metabolisme dalam tubuh, yang tentunya mengarah pada timbulnya suatu

penyakit. Sehingga dalam hal mengkonsumsi makanan, yang perlu diperhatikan

adalah kecukupannya agar didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal.

Angka kecukupan gizi dihitung menggunakan hasil perhitungan nutrisurvey

yang kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) Cut off points

tingkat kecukupan zat gizi (23).

1. Kurang (<80% AKG) 2. Normal (80-100% AKG). 3. Lebih (≥ 100% AKG)

2.1.4. Hubungan Pengetahuan Gizi, Pola Makan Dengan Obesitas

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

27

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian dalam memilih makanan yang

merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan.

Hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan

bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang

seimbang. Asupan makanan merupakan faktor utama yang menentukan status gizi

seseorang. Orang dengan status gizi yang baik biasanya didukung asupan yang

baik juga, setiap individu harus mengatur jumlah makanan sesuai dengan

kebutuhannya agar tidak mengalami gizi kurang maupun gizi lebih (18).

Selain pengetahuan faktor penyebab obesitas adalah pola makan. Pola

makan yang menjadi pencetus terjadinya obesitas dengan mengkonsumsi

makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makan tinggi energi, tinggi

lemak, tinggi karbohidrat sederhana, dan rendah serat. Sementara itu, perilaku

makan yang salah ialah tindakan mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang

berlebihan tanpa diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang, salah

satunya berupa aktifitas fisik (olahraga) (3).

Peningkatan makanan yang tinggi energi dan lemak dan pengurangan

aktifitas fisik diduga sebagai kontributor utama terjadinya obesitas. Akan tetapi,

kontributor utama tersebut tidak akan pernah terlepas dari faktor lingkungan,

sosidemografi dan sosiokultural. Selain itu, variabel lain yang tidak kalah penting

adalah budaya aturan makan, sikap, dan perilaku. Pemahaman mengenai

pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berkaitan dengan makanan dan aktifitas

fisik akan membuat pola dan memainkan suatu peran penting di dalam memandu

strategi intervensi yang bertujuan memelihara keseimbangan energi dan

mengurangi prevalensi obesitas (3).

2.1.5. Senam

2.1.5.1. Senam Aerobik

Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah

erat dengan penggunaan oksigen. Kata aerobik berdasarkan istilahnya berasal dari

bahasa Yunani yang artinya hidup dengan udara atau oksigen, maka dalam

perkataan aerobik terkandung makna bahwa aerobik adalah kegiatan fisik dengan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

28

membutuhkan udara atau oksigen untuk menunjang aktifitas tubuh kita. Hal ini

berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan sistem kerja dengan

menggunakan oksigen sebagai kerja utama.

Senam aerobik adalah olahraga kesehatan bertingkat sasaran yang wujudnya

adalah gerakan-gerakan senam.

Manfaat Senam Aerobik adalah sebagai berikut (1) :

1. Dapat membakar lemak yang berlebihan ditubuh, menguatkan daya tahan

jantung dan paru-paru, memperbaiki penampilan karena setiap gerakan yang

dibuat untuk menguatkan, mengencangkan dan membentuk otot beberapa

bagian tubuh tertentu antara lain pinggul, paha, pinggang, perut, dada,

punggung, lengan, kaki, dll. 2. Jika berlatih dengan intensitas tinggi dapat merupakan suatu program

penurunan berat badan dan mencegah penyakit menyerang tubuh, karena

sistem tubuh dalam keadaan baik, serta bisa menghilangkan kebiasaan buruk

misalnya merokok. 3. Meningkatkan kelenturan, keseimbangan, koordinasi, kontrol tubuh, irama

dan sanggup melakukan kegiatan-kegiatan olahraga lainnya. latihan yang

ditentukan tercapainya denyut nadi 60-80%.

2.2. Kerangka Teori/Kerangka Konsep

2.2.1. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Misadiarly, 2016)

Pola makan -Frekuensi makan-. Jumlah zat gizi-. Jenis makanan

Obesitas

Gaya hidupAktifitas fisik

Pengetahuan gizi

Genetik

Jenis kelamin

Umur Fisiologi

Faktor Lingkungan

Social Ekonomi

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

29

2.2.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori diatas kerangka konsep penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.3. Hipotesis PenelitianHipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ha : Ada hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas pada

peserta senam aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.

2. Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas

pada peserta senam aerobik Club Senam Anisa desa Ledong Barat tahun

2018.

Pengetahuan Gizidan

Pola Makan

Obesitas

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan pola makan

dengan obesitas pada peserta senam aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong

Barat. Dimana pengambilan data akan dilakukan pada waktu bersamaan (24).

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian3.2.1.Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2018 sampai Juli 2018,

pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2018 selama 1 minggu Tgl 03-

08-2018 sampai Tgl 10-08-2018.

3.2.2.Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun

2018.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1.Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta senam aerobik yang

berkategori obesitas yang berjumlah 35 orang di Club Senam Anisa Desa Ledong

Barat tahun 2018.

3.3.2.Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh total populasi yaitu 35 peserta

senam aerobik di Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.

3.4. Variabel dan Definisi Operasional3.4.1.Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui responden mengenai gizi.

2. Pola makan

30

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

31

Pola makan adalah jumlah asupan energi dalam makanan dan minuman yang

dikonsumsi sehari-hari oleh responden yang diukur dengan menggunakan

kuesioner food recall 3x24 jam.

3. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan patologis akibat timbunan lemak yang

berlebihan pada tubuh responden yang di ukur dengan cara penimbangan BB

dan pengukuran TB kemudian di hitung menggunakan rumus IMT.

4.2 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran

No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur SkalaUkur

1 Pengetahuan gizi Wawancara Kuesioner Baik = .>76-100%Cukup = 56-75%Kurang = < 56%(Arikunto,2006)

Ordinal

2. Pola makan Wawancara Food recall 3x24 jam

Lebih= >100% AKGCukup=80-100% AKGKurang=<80% AKG

Ordinal

3. Obesitas IMT/U Timbangan BBmerek Amron 212 danMicrotoise

Pra obesitas = 25,0-29,9Obesitas tingkat I= 30,0-34,9Obesitas tingkat II= 35,0-39,9 (WHO 2004)

Ordinal

3.5. Metode Pengumpulan Data3.5.1.Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari wawancara atau pengamatan

langsung dari objek atau sampel. untuk pengumpulan data dilakukan dengan

cara membagikan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian

ini adalah tingkat pengetahuan gizi, pola makan dan obesitas. Data identitas

sampel meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama mengikuti

senam.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

32

2. Data sekunder Data yang dikumpulkan meliputi data gambaran umum lokasi penelitian,

yaitu di Club Senam Anisa Desa Ledong Barat.3.5.2.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan data primer maupun

sekunder, maka prosedur penelitian yang dilakukan meliputi:

3.5.2.1. Pra Penelitian 1. Mencari jurnal yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti.2. Mencari lokasi penelitian 3. Menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan kepada

populasi yang akan di jadikan sampel.4. Menentukan sampel sesuai kriteria5. Menentukan jadwal penelitian

3.5.2.2. Penelitian

Pada saat penelitian, jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer

dan data sekunder, dalam penelitian ini peneliti dibantu 2 orang enumerator

berasal dari lulusan D3 Gizi. Melalui prosedur yang telah ditentukan maka akan

diperoleh berbagai jenis data yang diinginkan meliputi :

1. Data Primera. Data identitas

Data identitas sampel meliputi : nama, umur, alamat, diperoleh dari

wawancara secara langsung dengan responden.b. Data Pengetahuan Gizi

Data mengenai pengetahuan gizi yang di dapat dari hasil wawancara

secara langsung, yang terdiri dari pertanyaan. Masing- masing sampel di

beri skor yang diberi nilai nol jika responden menjawab salah dan nilai

satu jika menjawab pertanyaan dengan benar kemudian di jumlahkan.

rumus mencari skor pengetahuan gizi sebagai berikut :

P= FN

x100

Keterangan: P = Persentase F = Jumlah pertanyaan yang benar N = Jumlah pertanyaan

Selanjutnya, hasil dari skor pengetahuan gizi ini di persenkan dan akan

dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Kategori baik

bila mampu menjawab dengan benar >76-100% pertanyaan, cukup bila

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

33

pertanyaan dijawab benar sebanyak 56-75%, kurang bila menjawab

pertanyaan < 56 % (19).c. Data Pola Makan

Data tentang pola makan dikumpulkan dengan wawancara langsung

kepada responden dengan formulir food recall 3x24 jam. Data pola makan

meliputi data tingkat kecukupan energi dengan langkah-langkah sebagai

berikut :a. Melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner

food recall .b. Responden menyebutkan semua makanan dan minuman yang

dikonsumsi selama 3 hari tidak berturut-turut.c. Setelah data konsumsi diperoleh, maka tahap pertama pengolahan

data adalah konversi dari URT ke dalam gram atau dari satuan harga

ke satuan berat.

d. Menghitung jumlah kalori untuk asupan energi menggunakan

aplikasi Nutrisurvey 2007.

e. Membandingkan jumlah asupan energi dengan AKG sesuai dengan

kelompok umur masing-masing. Data AKG 2013 terlampir.f. Setelah presentase tingkat kecukupan energi diketahui kemudian

dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu (23) :1) Kurang (<80%) AKG2) Normal (80-100%) AKG

3) Lebih (≥ 100% ) AKG

d. Data Obesitas Untuk mendapatkan data obesitas melalui beberapa tahap yaitu :

1. Prosedur pengukuran tinggi badan

a. Pilih bidang vertikal yang datar misalnya tembok dll.

b. Pasang microtoise pada bidang tersebut dengan kuat.c. Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung microtoise.

d. Responden berdiri tegap, pandangan lurus ke depan, kedua

tangan berada disamping, posisi lutut tegak.e. Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan

tumit menempel pada bidang vertikal.f. Turunkan microtoise hingga mengenai rambut tidak terlalu

menekandan posisi microtoise tegak.g. Baca hasil pengukuran dan catat dalam satuan cm.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

34

2. Prosedur pengukuran berat badan a. Siapkan alat timbanganb. Setelah itu responden naik ke atas timbangan, kemudian berdiri

tegak pada bagian timbangan dengan pandangan lurus ke depan c. Pastikan responden dalam keadaan rileks dan tidak bergerak-

gerak.d. Catat hasil pengukuran dalam satuan kilogram (Kg).

3. Setelah mendapatkan nilai BB dan TB kemudian dilakukan perhitungan

IMT dengan rumus yaitu:

IMT = Berat Badan

Tinggi badan (m ) x TinggiBadan(m)

4. Setelah hasil IMT diketahui, kemudian diklasifikasikan sebagai berikut

menurut WHO (2004) :

a. Pra obesitas = 25,0-29,9b. Obesitas tingkat I = 30,0-34,9c. Obesitas tingkat II = > 35,0-39,9

4. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum Club senam Anisa, yaitu tahun

berdiri dan jumlah anggota senam.

3.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan reliabilitas dan

validitas melalui ui coba kuesioner. Uji coba kuesioner dilakukan di Club Senam

Visa Lubuk Pakam dengan menggunakan 30 responden.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

vaiditas tinggi. Seabaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah. Uji validitas suatu instrument dilakukan dengan mengukur

korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.

Tingkat kemaknaan 5 % kaidah keputusanya adalah jika r hitung > r tabel,

maka dinyatakan valid, sedangkan bila r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak

valid. Hasil uji validitas berdasarkan analisis nilai korelasi antara skor item

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

35

dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan analisis dengan nilai r tabel.

Nilai r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) =

30, maka didapatkan r tabel sebesar 0,361

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variable Penelitian

No. Variable r-hitung r-tabel (n=30) Ket1. P1 0,444 0,361 Valid2. P2 0,783 0,361 Valid3. P3 0,444 0,361 Valid4. P4 0,825 0,361 Valid5. P5 0,805 0,361 Valid6. P6 0,522 0,361 Valid7. P7 0,702 0,361 Valid8. P8 0,484 0,361 Valid9. P9 0,737 0,361 Valid10. P10 0,779 0,361 Valid11. P11 0,498 0,361 Valid12. P12 0,791 0,361 Valid13. P13 0,791 0,361 Valid14. P14 0,456 0,361 Valid15. P15 0,791 0,361 Valid16 P16 0,522 0,361 Valid17 P17 0,456 0,361 Valid18 P18 0,791 0,361 Valid19. P19 0,456 0,361 Valid20. P20 0,791 0,361 Valid

b. Reliabilitas

Setelah instrument diuji validitasnya maka langkah selanjutnya yaitu

menguji reliabilitas. Istrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang

sama, metode untuk mengukur reliabilitas dengan Alpha Cronbach’s. Maka nilai r

Alpha > dari r tabel (0,600) maka dinyatakan, reliable dan jika nilai r alpha < dari

r maka dinyatakan tidak reliable.

Hasil uji reliabiitas variabel penetian menunjukan bahwa 20 variabel yang

uji reliabilitas memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan batas ketentuan nilai

Cronbach’s Alpha = 0,600. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

36

No Variabel Nilai Reliabilitas Batas Cronbach’s Alpha Ket1. P1-P20 0,934 0,600 Reliable

3.5.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah

1) From identitas responden

2) Kuesioner pengetahuan gizi

3) Kuesioner food recall 24 jam

4) Timbangan digital merek amron 212

5) Alat ukur tinggi badan (microtoise).

6) Alat Tulis

3.6. Teknik Analisis Data

3.6.1.Pengolahan Data

Pengolahan Data dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus

diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik,

informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan,

terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :

1. Penyuntingan (Editing) Penyuntingan merupakan pemeriksaan kelengkapan data kuesioner yang telah

dilakukan. Pengecekannya meliputi kelengkapan jawaban responden,

kejelasan tulisan atau jawaban terhadap pertanyaan kuesioner dan wawancara,

kerelevanan jawaban yang diberikan oleh responden, serta kekonsistenan

jawaban responden dengan jawaban pertanyaan yang lain. Jika terdapat data

yang tidak lengkap, maka perlu dilakukan pengambilan data ulang. 2. Pengkodean (Coding)

Pengkodean yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Pemberian label variabel-variabel sesuai klasifikasi

yang diinginkan oleh peneliti, yang telah memiliki batasan sesuai dengan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/BAB I-III 1602031001.pdfdan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari

37

definisi operasional. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah proses

pemasukan data. 3. Pemasukan data (Entry)

Pemasukan data yang telah diberi kode ke dalam program pengolahan data

secara komputerisasi, dengan menggunakan bantuan perangkat lunak sesuai

variabel yang telah disusun, dibuat dengan menggunakan SPSS.4. Koreksi (Cleaning)

Setelah pemasukan data, peneliti melakukan cleaning atau pembersihan data

dari kesalahan yang mungkin tidak disengaja dengan tujuan untuk menjaga

kualitas data dan mengecek kembali data yang akan diolah apakah ada

kesalahan atau tidak kemudian dilakukan koreksi.

3.7. Analisis Data

3.7.1. Analisis Univariat

Data hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan narasi untuk mengevaluasi besarnya proporsi dari masing-

masing faktor predisposisi untuk masing-masing variabel yang diteliti. Selain

itu analisis univariat juga dilakukan pada masing-masing variabel yaitu

pngetahuan gizi, pola makan, dan status obesitas pada para peserta senam

aerobik.

3.7.2. Analisis Bivariat

Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan

variabel pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas pada peserta

Senam Aerobik Club Senam Anisa. Analisis bivariat pada penelitian ini

menggunakan uji chi-square. Hasil kesimpulan pada penelitian ini jika

p<0,05.