bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.helvetia.ac.id/481/2/bab i-iii 1602031001.pdfdan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik
negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin
cenderung dengan gizi kurang, berhubungan dengan penyakit infeksi dan
negara maju cenderung dengan gizi lebih, berhubungan dengan penyakit
degeneratif, seperti jantung. Negara berkembang seperti Indonesia
mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan
gizi lebih (1).Masalah gizi di Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi ganda,
disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada
golongan masyarakat tertentu mulai muncul permasalahan gizi ganda
yaitu obesitas. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit penyakit
infeksi, maka gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, dan
munculnya kelompok penyakit-penyakit degeneratif atau non infeksi yang
sekarang ini banyak terjadi di seluruh pelosok Indonesia. Fenomena ini
sering dikenal dengan sebutan New World Syndrom atau Sindrom Dunia
Baru. Tingginya prevalensi obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan
beberapa penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka
morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Beban pembangunan bidang
kesehatan nasional akan semakin berat dengan adanya masalah gizi ganda
karena baik gizi kurang dan gizi lebih sangat erat kaitannya dengan aspek
kesehatan lain (2).Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan
lemak tubuh secara berlebihan. Dengan kata lain, obesitas dapat diartikan
sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan
lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas juga dibagi dua berdasarkan
tempat penumpukan lemaknya, yaitu obesitas tipe pir dan obesitas tipe
apel (3).Obesitas telah menjadi masalah global di seluruh dunia, baik di
negara maju maupun negara berkembang. Data menunjukkan bahwa di
1
2
Amerika Serikat terdapat 2,2% pria dan 35,5% wanita yang memiliki
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 dan di
Australia, pada tahun 2013, terdapat 25,6% pria dan 24% wanita yang
memilik BMI atau IMT > 30 (4). Prevalensi obesitas yang meningkat pada orang dewasa maupun
remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight
dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai
contoh, 20,5% dari penduduk korea Selatan tergolong overweight dan
1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduk mengalamai
overweight dan 4% mengalami obesitas. Di daerah perkotaan Cina,
prevalensi overweight 12,% pada laki- laki dan 14,4% pada perempuan,
sedangkan di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki- laki dan
perempuan masing- masing adalah 5,3% dan 9,8% (5).Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, prevalensi status gizi
dewasa secara Nasional obesitas sebesar 11,7%. Sedangkan, menurut data
Riskesdas 2013, obesitas sebesar 14,8%. Prevalensi obesitas mengalami
peningkatan sebesar 3,1%. Sementara, prevalensi status gizi dewasa di
Sumatera Utara menurut Riskesdas 2010, yaitu obesitas sebesar 13,5%.
Sedangkan, menurut data Riskesdas 2013 di Sumatera Utara, prevalensi
obesitas mengalami peningkatan sebesar 4,6% (2).Faktor-faktor penyebab terjadinya status gizi lebih antara lain
pengetahuan gizi, pola makan, kurang aktivitas fisik (sedentary activities),
kemudahan hidup (sedentary life), kemajuan teknologi, faktor psikologis,
dan faktor genetik. Resiko terjadinya obesitas pada masyarakat dapat
dikurangi bila memahami dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai
pentingnya hidup sehat sebagai tindakan pencegahan terjadinya obesitas
dan menyikapi akan berbagai tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang
dapat meningkatkan kejadian obesitas (6)(7).Salah satu faktor spesifik penyebab obesitas adalah pengetahuan.
Pengetahuan merupakan hal krusial yang dapat mempengaruhi gaya hidup
dan pola makanan seseorang. Seseorang yang memiliki keterbatasan
pengetahuan terutama tentang gizi cenderung memiliki gaya hidup dan
3
pola makan yang buruk, begitu pula sebaliknya. Penelitian lain juga
menjelaskan bahwa kelebihan berat badan dikaitkan dengan kepemilikan
pengetahuan gizi yang rendah (8).Pengetahuan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kebiasaan
makan karena pengetahuan tentang gizi mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Pengetahuan gizi
akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis, jumlah makanan dan
pola makannya. Perubahan gaya hidup, dari traditional life style menjadi
sedentary life style meningkatkan resiko terjadinya overweight. Gaya
hidup sedentari (kurang gerak) disertai dengan pola makan yang berlebih,
yaitu asupan tinggi karbohidrat, lemak, protein dan rendah serat. Semua
faktor tersebut beresiko menjadi overweight dan obesitas (9)(10).Selain pengetahuan gizi faktor lainya adalah pola makan. Pola
makan yang berlebih juga dapat menjadi faktor terjadinya obesitas.
Obesitas terjadi jika seseorang mengonsumsi makanan porsi besar
(melebihi dari kebutuhanya), makan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi
karbohidrat sederhana, dan rendah serat. Sementara itu, periilaku makan
yang salah ialah tindakan mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang
berlebih tanpa diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang, salah
satunya berupa aktifitas fisik (olahraga) (3).Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk
kelangsungan hidup dan aktivitas fisik, namun untuk menjaga berat badan
perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang
keluar. Keseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan
berat badan dan obesitas. Hal ini didukung dengan hasil penelitian
Simatupang, yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada siswa
sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru, dipengaruhi oleh variabel
asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan, jenis makanan dan
aktivitas fisik (4).Pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan pengaturan diet, bukan
mengurangi jumlah asupan makanan tetapi dengan mengatur komposisi
makanan menjadi menu sehat. Cara lain peningkatan aktivitas fisik,
4
misalnya berolahraga dengan cara senam aerobik dan dengan membatasi
aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau bermain komputer dan play
stations, mengubah pola hidup (modifikasi perilaku) menjadi pola hidup
sehat, baik dalam mengonsumsi makanan maupun dalam beraktivitas (11).Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Club Senam
Anisa desa Ledong Barat diketahui bahwa peserta senam aerobik
seluruhnya adalah perempuan dan laki-laki usia tahun. Setelah dilakukan
pengukuran pada 12 orang peserta senam aerobik diperoleh hasil : 8 orang
kategori obesitas I, 4 orang kategori obesitas II. Hasil perhitungan
pengetahuan gizi dari 5 orang, 2 orang kategori pengetahuan baik, 3 orang
kategori pengetahuan cukup. Hasil data pola makan diperoleh dari 10
orang peserta senam terdapat seluruhnya dengan kategori asupan lebih.Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan
dengan Obesitas pada Peserta Senam Aerobik Club Senam Anisa Desa
Ledong Barat Tahun 2018”.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas pada peserta senam
aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018”.
1.3. Tujuan Penelitian1.3.1.Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas pada peserta
senam aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.
1.3.2.Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui distribusi frekuensipengetahuan gizi pada peserta senam aerobik
Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.2. Mengetahui distribusi frekuensi pola makan pada peserta senam aerobik Club
Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.
5
3. Mengetahui distribusi frekuensi obesitas pada peserta senam aerobik Club
Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.4. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan obesitas pada peserta senam
aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.5. Mengetahui hubungan pola makan dengan obesitas pada peserta senam
aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat Tahun 2018.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Aspek TeoritisMemberikan pengalaman, pengetahuan juga wawasan serta keterampilan bagi
peneliti dalam membuat sebuah proposal skripsi dan dapat menambah
wawasan penegetahuan dalam mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan
pola makan dengan obesitas pada peserta seanam aerobik Club Senam Anisa
Desa Ledong Barat tahun 2018.b. Manfaat Aspek Praktis
Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Pengetahuan gizi dan pola makan
dengan obesitas pada peserta senam aerobik Club senam Anisa Desa Ledong
Barat Tahun 2018 sehingga memberikan nilai positif bagi masyarakat.Dapat memberikan informasi bagi Institusi kesehatan baik itu puskesmas,
rumah sakit juga diharapkan dapat menjadi suatu masukan dan tolak ukur
dalam melakukan progrm gizi di Desa Ledong Barat.
1.5. Keaslian Penelitian
Berdasarkan literatur yang ada penelitian ini belum pernah dilakukan
sebelumnya. Peneliti yang sudah pernah dilakukan tersaji pada tabel di
bawah ini :
Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
6
NamaPeneliti
Tujuanpenelitian
Rancanganpenelitian
Hasil Persamaan Perbedaan
Sri yani,dkk(2013)
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan pola konsumsi dengan obesitas pada mahasiswa universitas hassanuddin angkatan 2013
Cros sectional study
Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan gizi dengan obesitas dengan nilai frequency= 0,595> 0,005. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara untuk asupan energi dengan obesitas diperoleh nilaiFrequency= 0,586 > 0,005
1. Rancangan penelitian
2. Variabel lainya3. Metode food recall4. Analisis data
1. Lokasi penelitian
2. Durasi pengambilan data
3. Jumlah sampel 4. Metode Food
Frequency (FFQ)
7
Lanjutan Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
NamaPeneliti
Tujuanpenelitian
Rancanganpenelitian
Hasil Persamaan Perbedaan
Agnesgrace,dkk(2017)
Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan gizidengan pola konsumsi denganstatus gizi pada mahasiswa TPB sekolah bisnis dan manajemen institut teknologibandung
Cros sectional study
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi
Rancangan penelitian
1. Lokasi penelitian
2. Durasi pengambilan data
3. Jumlah sampel4. Variabel lainya
AmperaMiko,Melsypratiwi(2017)
Untuk mengetahui pola makan dan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas mahasiswa politeknik kesehatan kemenkes aceh
Cross sectional
Tidak terdapat hubungan pola makan dengan kejadian obesitas dengan nilai (p>0,05). Dan tidak ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada mahasiswa
Rancangan penelitian
1. Lokasi penelitian
2. Sampel penelitian
3. Waktu penelitian
4. Variabel lainya
Yuliadkk,2016
Hubungan pola makan, asupan energi, aktifitas fisik, dan durasi tidur dengan kejadian obesitaspada polisi
Case control
Tidak ada hubungan asupan energi dengan kejadian obesitas pada polisi.
Metode food recall
1. Desain penelitian
2. Lokasi penelitian
3. Sampel penelitian
4. Variabel lainya
8
NamaPeneliti
Tujuanpenelitian
Rancanganpenelitian
Hasil Persamaan Perbedaan
Adedkk,2010
untuk menganalisis hubungan antara pola makan, aktivitas fisik, sikap dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi PNS di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Cross sectional
Didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi (p = 0,731), karbohidrat (p = 0,523), lemak (p = 0,812) dan protein (p = 0,537) dengan status gizi.
1. Metode food recall
2. Desain penelitian
1. Lokasi penelitian
2. Durasi penelitian
3. Food Frequency (FFQ)
4. Variabel lainya.
Lanjutan Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya
Lanjutan Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori2.1.1 Obesitas
2.1.1.1. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan lemak tubuh
secara berlebihan. Dengan kata lain, obesitas dapat diartikan sebagai akibat tidak
adanya keseimbangan antara energi yang masuk atau asupan dengan energi yang
keluar yang digunakan untuk beraktivitas atau untuk kegiatan sehari-hari (3).
Overweight dan Obesitas juga di defenisikan suatu kondisi kronik yang
sangat erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit
degeneratif. Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan
fisik dan skeletal sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (12).
Menurut Ginanjar obesitas dapat dinilai melalui berbagai metode atau tehnik
pemeriksaan. Cara yang obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah
dengan menghitung BMI atau IMT. Pengukuran BMI/IMT dilakukan dengan cara
membagi nilai berat badan (kg) dengan nilai kuadrat dari tinggi badan (m) (11).
2.1.1.2. Patofisiologi Obesitas
Tubuh memiliki sekitar 30-40 juta sel lemak yang mampu menyimpan
lemak dalam jumlah yang besar. Jika seseorang mengalami kegemukan atau
obesitas, maka sel lemak akan mengalami pembesaran bentuk (hipertrofi) dan
peningkatan jumlah (hiperplasia). Pertumbuhan sel lemak umumnya mengikuti
pola pertumbuhan dan perkembangan usia, sehingga jika obesitas sudah terjadi
pada masa anak-anak, maka sel lemak berkembang dengan cepat dan biasanya
bertahan sampai pada usia dewasa (adult onset obesity (13).
Proses pengaturan energi tidak selamanya berjalan normal. Pada kondisi
kelebihan berat badan tingkat berat, akan terjadi resistensi leptin dan kesulitan
menurunkan berat badan. Adanya sel lemak yang terlalu berlebihan menyebabkan
leptin tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik dan tidak dapat
menghasilkan efek normal pada penurunan berat badan. Resistensi leptin
dirasakan sebagai kelaparan, artinya setiap makanan yang masuk
9
10
diinterprestasikan sebagai rasa lapar oleh otak dan memberikan sinyal untuk terus
meningkatkan nafsu makan. Dalam kondisi seperti itu, maka kelebihan berat
badansangat sulit dikontrol sehingga obesitas menjadi sangat sulit ditanggulangi
(13).
2.1.1.3. Gejala Obesitas
Gejala-gejala obesitas yang biasa dialami oleh seseorang yang mengalami
obesitas antara lain (12) :
1. Kebiasaan tidur yang mendekur
2. Susah tidur nyeri pada punggung atau sendi
3. Berhenti nafas saat tidur secara tiba-tiba
4. Selalu merasakan panas berkeringat secara berlebihan
5. Sulit bernafas
6. Depresi sering merasakan ngantuk dan lelah
7. Ruam atau infeksi pada lipatan kulit.
2.1.1.4. Etiologi Obesitas
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor yaitu faktor genetik,
aktivitas fisik, pola makan, faktor psikologi, Jenis kelamin, tingkat sosial.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Suryoprajoyo yang mengatakan obesitas
melibatkan beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan (pola makan), psikis,
kesehatan, perkembangan dan aktivitas fisik (7).
Berdasarkan Etiologinya obesitas ada dua jenis yaitu (3) :
1. Obesitas Primer
Obesitas Primer adalah obesitas yang disebabkan oleh faktor gizi dan
berbagai faktor yang memrngaruhi masukan makanan. Obesitas jenis ini
terjadi akibat masukan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan
kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2. Obesitas Sekunder
11
Obesitas sekunder adalah obesitas yang disebabkan oleh adanya penyakit atau
kelainan congenital (mielodisplasia), endokrin (sindrom Cushing, sindrom
freulich, sindrom mauriac dan preudoparatirodisme).
2.1.1.5. Faktor Penyebab Obesitas
Faktor resiko obesitas adalah gaya hidup, obesitas dapat terjadi banyak
faktor, namun 90 % obesitas terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, kata dr.
Inge Permadhi MS, SpGk, spesialis gizi klinik dari fakultas kedokteran
Universitas Indonesia. Salah satu faktornya adalah asupan makanan yang
melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang cukup atau sering disebut
sedentary lifestyle (gaya hidup tanpa banyak bergerak). Padahal, aktivitas yang
cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada (12).
Beberapa faktor yang diketahui berperan mempengaruhi timbulnya obesitas
adalah sebagai berikut (7) :
1. Faktor Psikologis
Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh terhadap asupan
makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan obesitas. Keadaan obesitas
merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini
merupakan suatu pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam kedaan semacam ini
menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan masalah yang tepat, justru
akan memperberat masalah. Seseorang yang sedang mengalami keadaan yang
tidak menyenangkan akan nampak lebih emosional baik sikap maupun
perilakunya. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam waktu lamamaka dapat
menyebabkan suatu keadaan yang disebut stres, bahkan depresi (7).
2. Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi
gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk
adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung
untuk menjadi gemuk. Gen merupakan faktor yang penting dalam obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan
ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup misalnya apa yang dimakan dan berapa
kali seseorang makan serta kelebihan energi akibat ketidak seimbangan antara
12
asupan energi dengan keluaran energi. Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah
pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya (7).
3. Faktor Nutrisi
Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak tubuh dan
pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Obesitas terjadi karena
adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energy yang keluar
dan merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi lemak. Dengan
meningkatnya usia kecepatan metabolisme juga mulai menurun mulai usia 30
tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan lemak menjadi
kegemukan (7).
4. Faktor Umur
Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai
kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama
kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi
besar untuk umurnya. Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung menjadi
orang dewasa yang juga obesitas (7).
Obesitas pada anak-anak muda sering dijumpai dalam keluarga mampu,
tetapi akan sulit dijumpai pada keluarga miskin. Keadaan ini misalnya terlihat pda
keluarga pedagang maupun pegawai atau karyawan menengah keatas. Jadi dalam
hal ini umur bukan merupakan penentu utama timbulnya obesitas (7).
5. Faktor Genetis
Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam
timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya
berasal dari keluarga obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas kira-kira 40-
50% anak-anaknya akan obesitas, sedangkan bila kedua orang tua obesitas 80%
anak-anaknya akan obesitas (7).
6. Aktifitas Fisik
Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktifitas fisik
dan kebanyakan duduk. Di masa industri sekarang ini, dengan meningkatnya
mekanisme dan kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau
sedikit tenaga untuk melakukan aktifitas sehari-hari (7).
13
7. Jenis Kelamin
Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas.
Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum
dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menaopause(7).
8. Tingkat sosial
Obesitas banyak dijumpai pada wanita keluarga miskin barangkali karena
sulitnya mebeli makanan yang tinggi kandungan protein. Mereka hanya membeli
makanan murah yang umumnya mengandung banyak hidrat arang. Obesitas yang
bnyak djumpai pada kalangan eksekutif atau ushawan, barangkali timbul karena
makanan berlemak tinggi disertai penggunaan minuman berakohol (7).
2.1.1.6. Penanganan Obesitas
Pengobatan obesitas sangat kompleks dan melibatkan kombinasi berbagai
metode yaitu behavior modification, pengaturan diet, exercise, obat-obatan serta
penggunaan alat-alat dan pembedahan (3).
a. Perubahan Pola Makan dan Diet.
Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total.
Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta
membatasi gula dan lemak. Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat
mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa
pertumbuhanremaja. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk
mengetahui kebutuhan kalori anda.
b. Peningkatan Aktivitas Fisik.
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih
banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi,
durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan.
c. Obat Anti Obesitas
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk menurunkan berat badan antara lain:
1. Orlistat
14
Orlistat telah dipasarkan sebagai obat penurunan lemak sejak tahun 1998.
Konsumsi orlistat harus dibarengi dengan diet rendah kalori. Orlistat
mampu menurunkan absorpsi lemak di dalam usus dengan jalan
memblokir kerja enzim lipase di pankreas.
2. Sibutramin
Sibutramin adalah suatu serotonin-NA re-uptake blocker. Oleh karena itu,
sibutramin mampu meningkatkan penggunaan energi akibat kerja
adrenergis perifer. Rata-rata penurunan berat badan yang dicapai dengan
penggunaan sibutramin selama enam bulan dengan dosis 15 mg/hari
ditambah konsumsi diet adalah 11 kg.
3. Rimonabant (Acomplia)
Rimonabant adalah obat yang mampu menekan nafsu makan yang bekerja
dengan menghambat reseptor connabinoid (RC). RC terdapat di
permukaan sel-sel otak antara lain hipotalamus.
d. Tindakan Pembedahan.
Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan, maka
pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan
dengan cara merubah anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah
makanan yang dimakan dan dicerna. Tujuan pembedahan pada pasien obes
ialah menginduksi pengurangan berat badan dan mempertahankanya, melalui
tindakan operasi secara aman, serta memperbaiki atau melenyapkan berbagai
kondisi komorbid. Dengan begitu, mutu kehidupan dapat ditingkatkan dan
usia pasien dapat diperpanjang. Tindakan bedah baru boleh di pertimbangkan
jika BMI pasien > 40 atau BMI > 35 dengan faktor komorbid dan faktor
risiko lain (14).
2.1.1.7. Penilaian Status Gizi pada Obesitas
Kegemukan dan obesitas pada anak dapat dinilai dengan berbgai metode
atau teknik pemeriksaan. Salah satunya adalah pengukuran BMI atau sering juga
disebut IMT (15).
Obesitas pada orang dewasa dapat ditentukan berdasarkan BMI. IMT
adalah pengukuran antropometri untuk menilai apakah komponen tubuh tersebut
15
sesuai dengan standar normal atau ideal. IMT dihitung dengan cara membagi
berat tubuh (kg) dengan kuadrat tinggi tubuh (m2) (3).
Rumus perhitugan IMT adalah sebagai berikut :
IMT = Berat Badan
Tinggi badan (m ) x TinggiBadan(m)Keterangan : IMT : Indeks Masa TubuhBB : Berat Badan (kg)TB : Tinggi Badan (m)
Klasifikasi Berat badan menurut WHO (World Health Organization)
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT (kg/m2)Berat badan kurang < 18,50Normal 18,5-25,9Pra Obesitas 25,0-29,9Obes >30,0 Obesitas Tingkat 1 30,0-34,9Obesitas Tingkat 2 35,0-39,9Obesitas tingkat 3 >40,00
Sumber : WHO 2004
2.1.1.8. Dampak Kegemukan (Obesitas)
Obesitas suatu keadaan kronik yang sangat erat hubunganya dengan
peningkatan resiko sejumlah penyakit degenaratif. Penyakit yang termasuk
kelompok ini adalah diabetes melitus type II, hipertensi, penyakit kardiovaskular,
dan dislipidemia(12).
Dampak kegemukan (obesitas) juga dapat terjadi dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, seperti yang diuraikan sebagai berikut (16) :
1) Gangguan psiko-sosial : rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari
lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi bahan olok–olok
teman main dan teman sekolah.
2) Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih
lanjut dibanding usia biologisnya.
16
3) Masalah Ortopedi seringkali terjadi slipped capital femonal epiphysis dan
penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang terlalu berat.
4) Gangguan pernafasan sering terserang infeksi saluran nafas, tidur ngorok,
kadang-kadang terjadi apnes sewaktu tidur, dan sering mengantuk siang hari.
Bila gangguan sangat berat disebut sebagai sindrome pickwicknan, yaitu
adanya hipoventilasi alveolar.
2.1.1.9. Cara, Tips Mencegah Obesitas
Ada rumus yang telah dikemukakan oleh Dr. Aman selaku ketua bidang
ilmiah IDIAI yang juga ahli dalam masalah obesitas menyatakan bahwa cara
menghindari obesitas dengan rumus 5210. Berikut ini penjelasanya (12) :
1. 5 kali (minimal) makan buah dan sayur setiap hari. Usakan buah dan sayur
selalu ada, meski buah yang harganya murah.
2. 2 jam duduk sudah terlalu lama di luar waktu sekolah, anak tidak boleh
menonton lebih dari 2 jam. Kebanyakan duduk membuat metabolisme tubuh
terganggu dan tidak ada pembakaran kalori sehingga memicu obesitas.
3. Kebiasaan turun dari mobil, masuk kelas, serta dijemput langsung masuk
mobil harus dibuang. Olahraga yang bisa dipilih seperti jalan, lari, bersepeda
dan berenang.
4. 0 gram gula maksudnya, sesedikit mungkin mengkonsumsi minuman manis.
Kebanyakan anak minum-minuman yang serba manis seperti teh dan jus.
Semua itu harus dikurangi dan diganti dengan banyak mengkonsumsi
minum air putih. Untuk menghindari dan mencegah obesitas yang dampaknya
sangat tinggi untuk memicu penyakit lain.
2.1.2. Pengetahuan
2.1.2.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
17
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (17).
2.1.2.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif meru pakan domain yang sangat penting untuk
terentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (18)(17) :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
5) Analisis (Analysis)
18
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitanya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata-kata kerja.
6) Sintesis (Syntheis)
Sintesis merunjuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk menyusun formasi
baru.
2.1.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut(19) :
a. Faktor Internal
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehinga terjadi
perubahan perilaku positif yang meningkat.
2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh nursalam, pekerjaan adalah keburukan
yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupanya dan
kehidupan keluarga. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga.
3. Umur
Menurut Huclok semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum
tinggi kedewasaanya.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakan
seluruh kondisi ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2. Sosial Budaya
19
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
2.1.2.4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmodjo adalah
sebagai berikut (19) :
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalm memecahkan masalah.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ni dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai
yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau disebut
metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh francis bacon,
kemudian dikembangkan oleh deobold van daven. Akhirnya lahir suatu cara
untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian
ilmiah.
2.1.2.5. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
kandungan gizi makanan serta keguanaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Tingkat
pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan seseorang.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula
keadaan gizinya (12).
Pengetahuan tentang gizi berhubungan dengan gaya hidup dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi makro yang berlebih salah
20
satunya karbohidrat. Konsumsi makanan pokok yang tinggi karbohidrat dapat
meningkatkan IMT. Sebagai salah satu faktor yang dapat mengurangi resiko
peningkatan IMT yaitu mengkonsumsi sumber karbohidrat komplek untuk
memberi rasa kenyang, sebagai alternatif pengganti karbohidrat sederhana bisa
menggunakan gula buatan (8).
Pengetahuan tentang gizi yang harus dimiliki masyarakat antara lain
kebutuhan-kebutuhan bagi tubuh (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral). Selain itu, jenis-jenis makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tersebut, baik secara kualitataif dan kuantitatif, akibat atau
penyakit-penyakit yang disebabkan karena kekurangan gizi dan sebagainya (20).
Pengetahuan gizi sangat penting harus dimiliki setiap orang karena setiap
orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, karena pengetahuan
gizi memberikan informasi yang berhubungan dengan gizi, makanan dan
hubungannya dengan kesehatan. Kedalaman dan keluasan pengetahuan tentang
gizi akan menuntun seseorang dalam pola makan, pemilihan jenis makanan yang
akan dikonsumsi baik dari segi kualitas, variasi, maupun cara penyajian pangan
yang diselaraskan dengan konsep pangan (20).
Pengetahuan gizi juga dapat mempengaruhi konsumsi seseorang. Dimana
tingkat pengetahuan gizi seseorang akan memengaruhi dalam pemilihan bahan
makanan dan konsumsi pangan yang tepat, beragam, berimbang serta tidak
menimbulkan penyakit. Hal tersebut menunjukkan pengetahuan gizi seseorang
dimana seseorang akan menentukan hal yang baik dan tidak baik untuk
dikonsumsi dan dihindari. Seseorang yang tidak mempunyai cukup pengetahuan
gizi, akan memilih makanan yang paling menarik melalui panca indra dan tidak
memilih makanan berdsasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang
semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih banyak menggunakan pertimbangan
rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut.
2.1.3. Pola Makan
2.1.3.1. Pengertian Pola Makan
21
Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah,
frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus
memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat gizi yang dianjurkan (18).
Industrialisasi dan globalisasi dalam bidang makanan menyebabkan
pergeseran perilaku makan masyarakat. Campur tangan industri pangan
mempengaruhi pola makan seseorang dan berperan besar dalam munculnya
masalah obesitas di tengah-tengah masyarakat terutama di perkotaan (3).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang dapat digunakan
secara efisien. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi
mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas muncul pada usia remaja
cenderung berlanjut ke dewasa, dan lansia (21).
1. Asupan Energi
Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, lemak, dan protein
makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan tercukupi bila
kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula. Dalam kehidupan sehari- hari
tubuh memerlukan makanan yang memberikan cukup energi yang sesuai
kebutuhan untuk menjaga kesehatan sehingga diperlukan adanya keseimbangan
antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan
terutama bergerak dan beraktifitas, maka makin banyak pula energi yang
diperlukan.
Kebutuhan energi ditentukan oleh metabolisme basal, umur, aktifitas fisik,
specific dynamic action (SDA). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya
diperlukan untuk metabolisme basal(21).
2. Asupan Protein
Protein di bentuk dari unit-unit pembetukanya yang disebut asam amino. Dua
golongan asam amino adalah asam amino esensial dan asam amino non esensial.
Protein selain untuk membangun struktur tubuh (pembentukan berbagai jaringan)
juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat sehingga
22
pertumbuhan atau kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar. Protein sebagai
pembentuk energi tergantung macam danjumlah bahan makanan yang
dikonsumsi. Protein memang sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi terlalu banyak
mengonsumsi protein juga akan menimbulkan masalah (12).
Kebutuhan protein adalah kadar terendah asupan protein dari makanan yang
dapat menyeimbangkan kehilangan nitrogen dari tubuh manusia sehingga dapat
memelihara massa protein tubuh pada individu dengan kondisi asupan energi yang
seimbang dengan aktifitas fisik tingkat sedang (13).
Kelebihan protein akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak sehingga
akan menjadi semakin gemuk. Selain itu kelebihan asupan protein akan
memperberat kerja hati dan ginjal untuk membuang nitrogen pada metabolisme
asam amino (deaminasi), produksi urin berlebihan dapat mengganggu
penampilan, mineral-mineral penting seperti potasium, kalium, magnesium (21).
3. Asupan Lemak
Lipid dapat dibagi ke dalam dua kelas yaitu lipid yang terdapat dalam pangan
tubuh dan lipidstruktural atau kompleks yang dihasilkan dalam tubuh untuk
membentuk membran, untuk mentranspor lemak atau untuk mensintesis hormon
katalis lipid. Trigliserida merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi
utamanya adalah sebagai zat energi. Simpanan lemak dalam tubuh terutama
dilakukan di dalam sel lemak dalam jaringan adiposa (12).
Tubuh mempunyai kapasitas tak terhingga untuk menyimpan lemak. namun,
lemak tidak sepenuhnya dapatmenggantikan karbohidrat sebagai sumber energi.
Di dalam otak, sistem saraf dan sel darah merah membutuhkan glukosa sebagai
sumber energi. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak
memicu terjadinya obesitas. Lemak merupakan sumber yang padat kalori,
membuat rasa masakan menjadi lezat dan sering tidak diperhatikan atau
tersembunyi dalam makanan. Kelebihan konsumsi lemak akan tersimpan dalam
jaringan adiposa sebagai energi potensial. Apabila simpanan lemak terjadi sampai
melebihi 20% dari berat badan normal maka ada kecenderungan kegemukan atau
obesitas. Kontribusi energi dari lemak untuk orang dewasa sebaiknya sekitar 30%
pada usia 19-29 tahun dan 25% pada usia 30-64 tahun (21).
23
4. Asupan Karbohidrat
Fungsi karbohidrat memang penting untuk tubuh kita karena karbohidrat
berguna untuk member makan pada otak kita dan sebagai sumber energi utama.
Asupan karbohidrat yang berlebih, tidak akan langsung digunakan oleh tubuh
sehingga disimpan dalam bentuk glikogen (satu rangkaian panjang molekul
molekul glukosa yang dihubungkan menjadi satu). Hati dan otot merupakan
tempat penyimpanan glikogen (12).
Bila asupan karbohidrat berlebih sedangkan kapasitas hati dan otot dalam
menyimpan glikogen terbatas, maka karbohidrat akan disimpan dalam bentuk
lemak dan akan disimpan dalam jaringan lemak. Sehingga kelebihan karbohidrat
berarti kelebihan lemak. Asupan karbohidrat yang tinggi akan memicu
peningkatan glukosa darah. Untuk menyesuaikan kondisi ini, pancreas
mengeluarkan hormon insulin ke dalam aliran darah untuk menurunkan kadar
glukosa darah. Keadaan seperti ini menjadi masalah adalah insulin merupakan
hormone penyimpan yang memiliki fungsi menyimpan kelebihan karbohidrat
dalam bentuk lemak untuk membuat cadangan energi. Oleh karena itu, insulin
yang dirangsang oleh karbohidrat akan mendorong akumulasi lemak tubuh. Selain
mendorong akumulasi lemak tubuh, insulin juga berfungsi untuk tidak
mengeluarkan lemak yang tersimpan. Kondisi seperti ini tentu akan membuat
seseorang dengan asupan tinggi karbohidrat akan mengalami peningkatan berat
badan dan sulit untuk menurunkan berat badan. Kontribusi energi dari karbohidrat
untuk orang dewasa sebaiknya sekitar 55% pada usia 19-29 tahun dan 60% pada
usia 30-64 tahun (13).
2.1.3.2. Metode Pengukuran Asupan Makan
Untuk mengukur asupan makanan individu digunakan metode :a) Metode Food Recall 24 jam
Mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis makanan dan minuman
yang telah di konsumsi selama 24 jam merupakan data yang paling mudah
dan banyak digunakan (14).
24
Kelebihan :1. Mudah dilaksanakan, tidak terlalu membebani responden.2. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara.3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi sehari.Kekurangan :
1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya
dilakukan recall 1 hari.2. Ketepatannya tergantung pada daya ingat responden.3. Butuh tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat-alat bantu URT.b) Metode Estimated Food Records
Pada metode ini respoden dimintai untuk mencatat semua yang ia makan dan
minum setiap kali sebelum makan dalam URT atau menimbang dalam ukuran
berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara
persiapan dan pengolahan makanan tersebut (22).Kelebihan :
1. Metode ini relatif murah dan cepat2. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar3. Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari4. Hasilnya relatif lebih akurat5.
Kekurangan :
1. metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan
responden merubah kebisaan makannnya2. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf3. sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam
mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.c) Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)
Pada metode penimbangan ini, responden menimbang dan mencatat bahan
makanan yang dikonsumsi dalam 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya
berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana peneliti dan tenaga
yang tersedia. Perluh diperhatikan, bila terdapat sisa makanan setelah makan
maka perluh ditimbang untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan
yang dikonsumsi (22).
25
Kelebihan : Data yang diperoleh lebih akurat atau teliti.Kekurangan :1. Memerlukan waktu dan cukup mahal.2. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka
responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.3. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil.4. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.
d) Metode Dietary HistoryMetode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi
berdasarkan pengamatan dalam waktu cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1
tahun). Hal yang perlu mendapat perhatian dalam mengumpulkan data adalah
keadaan musim-musim tertentu dan hari hari istimewa seperti hari pasar, awal
bulan, hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut
harus dikumpulkan (21).Kelebihan :1. Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara
kualitatif dan kuantitatif.2. Biaya relatif murah.
e) Metode Frekuensi Makanan (Food Frekuency Questionaire)Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu
seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Dengan cara ini dapat diperoleh data
asupan zat gizi dalam jumlah besar, yang mencakup antara 50-150 jenis
makanan (14).Kelebihan :1. Relatif murah dan sederhana.2. Dapat dilakukan sendiri oleh responden.3. Tidak membutuhkan latihan khusus.4. Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan
kebiasaan makan.
Kekurangan :
1. Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari.2. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data.3. Cukup menjemukan bagi pewawancara.4. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan
makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.5. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi
f) Metode Pencatatan (food account)
26
Metode pencatatan dilakukan dengan melibatkan secara aktif anggota
keluarga, dengan mencatat semua makanan yang dibeli, diterima dari orang
lain, ataupun dari hasil produksi sendiri setiap hari (13).
Kelebihan :
1. Cepat dan relatif murah
2. Dapat diketahui tingkat ketersediaan bahan makanan keluarga pada
periode tertentu.
3. Dapat diketahui daya beli keluarga terhadap bahan makanan
4. Dapat menjangkau responden lebih banyak.
Kekurangan:
Kurang teliti karena anggota keluarga yang diminta mencatat tersebut tidak
berlatar belakang pengumpul dat yang profesional sehingga hasil ukurnya tidak
dapat menggambarkan tingkat konsumsi rumah tangga.
2.1.3.3. Frekuensi Pola Makan Harian
Orang Indonesia makan tiga kali sehari yaitu sarapan di pagi hari, makan
siang dan makan malam. Makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan memenuhi
kebutuhan zat gizi setiap harinya. Konsumsi makanan yang kurang, baik secara
jumlah maupun kualitas akan mengakibatkan terjadinya gangguan proses
metabolisme dalam tubuh, yang tentunya mengarah pada timbulnya suatu
penyakit. Sehingga dalam hal mengkonsumsi makanan, yang perlu diperhatikan
adalah kecukupannya agar didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal.
Angka kecukupan gizi dihitung menggunakan hasil perhitungan nutrisurvey
yang kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) Cut off points
tingkat kecukupan zat gizi (23).
1. Kurang (<80% AKG) 2. Normal (80-100% AKG). 3. Lebih (≥ 100% AKG)
2.1.4. Hubungan Pengetahuan Gizi, Pola Makan Dengan Obesitas
27
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian dalam memilih makanan yang
merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan.
Hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan pemilihan
bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang
seimbang. Asupan makanan merupakan faktor utama yang menentukan status gizi
seseorang. Orang dengan status gizi yang baik biasanya didukung asupan yang
baik juga, setiap individu harus mengatur jumlah makanan sesuai dengan
kebutuhannya agar tidak mengalami gizi kurang maupun gizi lebih (18).
Selain pengetahuan faktor penyebab obesitas adalah pola makan. Pola
makan yang menjadi pencetus terjadinya obesitas dengan mengkonsumsi
makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makan tinggi energi, tinggi
lemak, tinggi karbohidrat sederhana, dan rendah serat. Sementara itu, perilaku
makan yang salah ialah tindakan mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang
berlebihan tanpa diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang, salah
satunya berupa aktifitas fisik (olahraga) (3).
Peningkatan makanan yang tinggi energi dan lemak dan pengurangan
aktifitas fisik diduga sebagai kontributor utama terjadinya obesitas. Akan tetapi,
kontributor utama tersebut tidak akan pernah terlepas dari faktor lingkungan,
sosidemografi dan sosiokultural. Selain itu, variabel lain yang tidak kalah penting
adalah budaya aturan makan, sikap, dan perilaku. Pemahaman mengenai
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berkaitan dengan makanan dan aktifitas
fisik akan membuat pola dan memainkan suatu peran penting di dalam memandu
strategi intervensi yang bertujuan memelihara keseimbangan energi dan
mengurangi prevalensi obesitas (3).
2.1.5. Senam
2.1.5.1. Senam Aerobik
Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah
erat dengan penggunaan oksigen. Kata aerobik berdasarkan istilahnya berasal dari
bahasa Yunani yang artinya hidup dengan udara atau oksigen, maka dalam
perkataan aerobik terkandung makna bahwa aerobik adalah kegiatan fisik dengan
28
membutuhkan udara atau oksigen untuk menunjang aktifitas tubuh kita. Hal ini
berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan sistem kerja dengan
menggunakan oksigen sebagai kerja utama.
Senam aerobik adalah olahraga kesehatan bertingkat sasaran yang wujudnya
adalah gerakan-gerakan senam.
Manfaat Senam Aerobik adalah sebagai berikut (1) :
1. Dapat membakar lemak yang berlebihan ditubuh, menguatkan daya tahan
jantung dan paru-paru, memperbaiki penampilan karena setiap gerakan yang
dibuat untuk menguatkan, mengencangkan dan membentuk otot beberapa
bagian tubuh tertentu antara lain pinggul, paha, pinggang, perut, dada,
punggung, lengan, kaki, dll. 2. Jika berlatih dengan intensitas tinggi dapat merupakan suatu program
penurunan berat badan dan mencegah penyakit menyerang tubuh, karena
sistem tubuh dalam keadaan baik, serta bisa menghilangkan kebiasaan buruk
misalnya merokok. 3. Meningkatkan kelenturan, keseimbangan, koordinasi, kontrol tubuh, irama
dan sanggup melakukan kegiatan-kegiatan olahraga lainnya. latihan yang
ditentukan tercapainya denyut nadi 60-80%.
2.2. Kerangka Teori/Kerangka Konsep
2.2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori (Misadiarly, 2016)
Pola makan -Frekuensi makan-. Jumlah zat gizi-. Jenis makanan
Obesitas
Gaya hidupAktifitas fisik
Pengetahuan gizi
Genetik
Jenis kelamin
Umur Fisiologi
Faktor Lingkungan
Social Ekonomi
29
2.2.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori diatas kerangka konsep penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.3. Hipotesis PenelitianHipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ha : Ada hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas pada
peserta senam aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.
2. Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas
pada peserta senam aerobik Club Senam Anisa desa Ledong Barat tahun
2018.
Pengetahuan Gizidan
Pola Makan
Obesitas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan pola makan
dengan obesitas pada peserta senam aerobik Club Senam Anisa Desa Ledong
Barat. Dimana pengambilan data akan dilakukan pada waktu bersamaan (24).
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian3.2.1.Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2018 sampai Juli 2018,
pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2018 selama 1 minggu Tgl 03-
08-2018 sampai Tgl 10-08-2018.
3.2.2.Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun
2018.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1.Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta senam aerobik yang
berkategori obesitas yang berjumlah 35 orang di Club Senam Anisa Desa Ledong
Barat tahun 2018.
3.3.2.Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh total populasi yaitu 35 peserta
senam aerobik di Club Senam Anisa Desa Ledong Barat tahun 2018.
3.4. Variabel dan Definisi Operasional3.4.1.Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui responden mengenai gizi.
2. Pola makan
30
31
Pola makan adalah jumlah asupan energi dalam makanan dan minuman yang
dikonsumsi sehari-hari oleh responden yang diukur dengan menggunakan
kuesioner food recall 3x24 jam.
3. Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan patologis akibat timbunan lemak yang
berlebihan pada tubuh responden yang di ukur dengan cara penimbangan BB
dan pengukuran TB kemudian di hitung menggunakan rumus IMT.
4.2 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur SkalaUkur
1 Pengetahuan gizi Wawancara Kuesioner Baik = .>76-100%Cukup = 56-75%Kurang = < 56%(Arikunto,2006)
Ordinal
2. Pola makan Wawancara Food recall 3x24 jam
Lebih= >100% AKGCukup=80-100% AKGKurang=<80% AKG
Ordinal
3. Obesitas IMT/U Timbangan BBmerek Amron 212 danMicrotoise
Pra obesitas = 25,0-29,9Obesitas tingkat I= 30,0-34,9Obesitas tingkat II= 35,0-39,9 (WHO 2004)
Ordinal
3.5. Metode Pengumpulan Data3.5.1.Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari wawancara atau pengamatan
langsung dari objek atau sampel. untuk pengumpulan data dilakukan dengan
cara membagikan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah tingkat pengetahuan gizi, pola makan dan obesitas. Data identitas
sampel meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama mengikuti
senam.
32
2. Data sekunder Data yang dikumpulkan meliputi data gambaran umum lokasi penelitian,
yaitu di Club Senam Anisa Desa Ledong Barat.3.5.2.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan data primer maupun
sekunder, maka prosedur penelitian yang dilakukan meliputi:
3.5.2.1. Pra Penelitian 1. Mencari jurnal yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti.2. Mencari lokasi penelitian 3. Menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan kepada
populasi yang akan di jadikan sampel.4. Menentukan sampel sesuai kriteria5. Menentukan jadwal penelitian
3.5.2.2. Penelitian
Pada saat penelitian, jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer
dan data sekunder, dalam penelitian ini peneliti dibantu 2 orang enumerator
berasal dari lulusan D3 Gizi. Melalui prosedur yang telah ditentukan maka akan
diperoleh berbagai jenis data yang diinginkan meliputi :
1. Data Primera. Data identitas
Data identitas sampel meliputi : nama, umur, alamat, diperoleh dari
wawancara secara langsung dengan responden.b. Data Pengetahuan Gizi
Data mengenai pengetahuan gizi yang di dapat dari hasil wawancara
secara langsung, yang terdiri dari pertanyaan. Masing- masing sampel di
beri skor yang diberi nilai nol jika responden menjawab salah dan nilai
satu jika menjawab pertanyaan dengan benar kemudian di jumlahkan.
rumus mencari skor pengetahuan gizi sebagai berikut :
P= FN
x100
Keterangan: P = Persentase F = Jumlah pertanyaan yang benar N = Jumlah pertanyaan
Selanjutnya, hasil dari skor pengetahuan gizi ini di persenkan dan akan
dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Kategori baik
bila mampu menjawab dengan benar >76-100% pertanyaan, cukup bila
33
pertanyaan dijawab benar sebanyak 56-75%, kurang bila menjawab
pertanyaan < 56 % (19).c. Data Pola Makan
Data tentang pola makan dikumpulkan dengan wawancara langsung
kepada responden dengan formulir food recall 3x24 jam. Data pola makan
meliputi data tingkat kecukupan energi dengan langkah-langkah sebagai
berikut :a. Melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner
food recall .b. Responden menyebutkan semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama 3 hari tidak berturut-turut.c. Setelah data konsumsi diperoleh, maka tahap pertama pengolahan
data adalah konversi dari URT ke dalam gram atau dari satuan harga
ke satuan berat.
d. Menghitung jumlah kalori untuk asupan energi menggunakan
aplikasi Nutrisurvey 2007.
e. Membandingkan jumlah asupan energi dengan AKG sesuai dengan
kelompok umur masing-masing. Data AKG 2013 terlampir.f. Setelah presentase tingkat kecukupan energi diketahui kemudian
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu (23) :1) Kurang (<80%) AKG2) Normal (80-100%) AKG
3) Lebih (≥ 100% ) AKG
d. Data Obesitas Untuk mendapatkan data obesitas melalui beberapa tahap yaitu :
1. Prosedur pengukuran tinggi badan
a. Pilih bidang vertikal yang datar misalnya tembok dll.
b. Pasang microtoise pada bidang tersebut dengan kuat.c. Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung microtoise.
d. Responden berdiri tegap, pandangan lurus ke depan, kedua
tangan berada disamping, posisi lutut tegak.e. Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan
tumit menempel pada bidang vertikal.f. Turunkan microtoise hingga mengenai rambut tidak terlalu
menekandan posisi microtoise tegak.g. Baca hasil pengukuran dan catat dalam satuan cm.
34
2. Prosedur pengukuran berat badan a. Siapkan alat timbanganb. Setelah itu responden naik ke atas timbangan, kemudian berdiri
tegak pada bagian timbangan dengan pandangan lurus ke depan c. Pastikan responden dalam keadaan rileks dan tidak bergerak-
gerak.d. Catat hasil pengukuran dalam satuan kilogram (Kg).
3. Setelah mendapatkan nilai BB dan TB kemudian dilakukan perhitungan
IMT dengan rumus yaitu:
IMT = Berat Badan
Tinggi badan (m ) x TinggiBadan(m)
4. Setelah hasil IMT diketahui, kemudian diklasifikasikan sebagai berikut
menurut WHO (2004) :
a. Pra obesitas = 25,0-29,9b. Obesitas tingkat I = 30,0-34,9c. Obesitas tingkat II = > 35,0-39,9
4. Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum Club senam Anisa, yaitu tahun
berdiri dan jumlah anggota senam.
3.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan reliabilitas dan
validitas melalui ui coba kuesioner. Uji coba kuesioner dilakukan di Club Senam
Visa Lubuk Pakam dengan menggunakan 30 responden.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
vaiditas tinggi. Seabaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Uji validitas suatu instrument dilakukan dengan mengukur
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Tingkat kemaknaan 5 % kaidah keputusanya adalah jika r hitung > r tabel,
maka dinyatakan valid, sedangkan bila r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak
valid. Hasil uji validitas berdasarkan analisis nilai korelasi antara skor item
35
dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan analisis dengan nilai r tabel.
Nilai r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) =
30, maka didapatkan r tabel sebesar 0,361
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variable Penelitian
No. Variable r-hitung r-tabel (n=30) Ket1. P1 0,444 0,361 Valid2. P2 0,783 0,361 Valid3. P3 0,444 0,361 Valid4. P4 0,825 0,361 Valid5. P5 0,805 0,361 Valid6. P6 0,522 0,361 Valid7. P7 0,702 0,361 Valid8. P8 0,484 0,361 Valid9. P9 0,737 0,361 Valid10. P10 0,779 0,361 Valid11. P11 0,498 0,361 Valid12. P12 0,791 0,361 Valid13. P13 0,791 0,361 Valid14. P14 0,456 0,361 Valid15. P15 0,791 0,361 Valid16 P16 0,522 0,361 Valid17 P17 0,456 0,361 Valid18 P18 0,791 0,361 Valid19. P19 0,456 0,361 Valid20. P20 0,791 0,361 Valid
b. Reliabilitas
Setelah instrument diuji validitasnya maka langkah selanjutnya yaitu
menguji reliabilitas. Istrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang
sama, metode untuk mengukur reliabilitas dengan Alpha Cronbach’s. Maka nilai r
Alpha > dari r tabel (0,600) maka dinyatakan, reliable dan jika nilai r alpha < dari
r maka dinyatakan tidak reliable.
Hasil uji reliabiitas variabel penetian menunjukan bahwa 20 variabel yang
uji reliabilitas memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan batas ketentuan nilai
Cronbach’s Alpha = 0,600. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
36
No Variabel Nilai Reliabilitas Batas Cronbach’s Alpha Ket1. P1-P20 0,934 0,600 Reliable
3.5.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah
1) From identitas responden
2) Kuesioner pengetahuan gizi
3) Kuesioner food recall 24 jam
4) Timbangan digital merek amron 212
5) Alat ukur tinggi badan (microtoise).
6) Alat Tulis
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1.Pengolahan Data
Pengolahan Data dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus
diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik,
informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan,
terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :
1. Penyuntingan (Editing) Penyuntingan merupakan pemeriksaan kelengkapan data kuesioner yang telah
dilakukan. Pengecekannya meliputi kelengkapan jawaban responden,
kejelasan tulisan atau jawaban terhadap pertanyaan kuesioner dan wawancara,
kerelevanan jawaban yang diberikan oleh responden, serta kekonsistenan
jawaban responden dengan jawaban pertanyaan yang lain. Jika terdapat data
yang tidak lengkap, maka perlu dilakukan pengambilan data ulang. 2. Pengkodean (Coding)
Pengkodean yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan. Pemberian label variabel-variabel sesuai klasifikasi
yang diinginkan oleh peneliti, yang telah memiliki batasan sesuai dengan
37
definisi operasional. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah proses
pemasukan data. 3. Pemasukan data (Entry)
Pemasukan data yang telah diberi kode ke dalam program pengolahan data
secara komputerisasi, dengan menggunakan bantuan perangkat lunak sesuai
variabel yang telah disusun, dibuat dengan menggunakan SPSS.4. Koreksi (Cleaning)
Setelah pemasukan data, peneliti melakukan cleaning atau pembersihan data
dari kesalahan yang mungkin tidak disengaja dengan tujuan untuk menjaga
kualitas data dan mengecek kembali data yang akan diolah apakah ada
kesalahan atau tidak kemudian dilakukan koreksi.
3.7. Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Data hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan narasi untuk mengevaluasi besarnya proporsi dari masing-
masing faktor predisposisi untuk masing-masing variabel yang diteliti. Selain
itu analisis univariat juga dilakukan pada masing-masing variabel yaitu
pngetahuan gizi, pola makan, dan status obesitas pada para peserta senam
aerobik.
3.7.2. Analisis Bivariat
Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
variabel pengetahuan gizi dan pola makan dengan obesitas pada peserta
Senam Aerobik Club Senam Anisa. Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji chi-square. Hasil kesimpulan pada penelitian ini jika
p<0,05.