bab i pendahuluan 1.1. latar belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/bab i - bab iii.pdfkb aktif...

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kepadatan penduduk dengan tingkat yang cukup besar. Upaya dalam mengurangi kepadatan penduduk pemerintah mencanangkan suatu program Keluarga Berencana (KB) yaitu program pembatasan laju pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dengan mengurangi jumlah angka kelahiran. Program pembatasan jumlah anak, yakni dua anak untuk setiap satu keluarga. Disamping itu program KB juga merupakan salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan dan persalinan yang dialami oleh setiap wanita. Oleh sebab itu pelayanan keluarga berencana harus menjadi lebih berkualitas, karena pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu di dalam paket kesehatan reproduksi yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagian dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, yang meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. (1) Berdasarkan data WHO, World Health Statistic tentang Monitoring Health for SDGs, penggunaan kontrasepsi mengalami peningkatan di beberapa bagian negara di dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin, tapi menjadi rendah di sub-Sahara Afrika. Secara global, penggunaan kontrasepsi modern telah

Upload: others

Post on 05-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kepadatan

penduduk dengan tingkat yang cukup besar. Upaya dalam mengurangi kepadatan

penduduk pemerintah mencanangkan suatu program Keluarga Berencana (KB)

yaitu program pembatasan laju pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dengan

mengurangi jumlah angka kelahiran. Program pembatasan jumlah anak, yakni dua

anak untuk setiap satu keluarga. Disamping itu program KB juga merupakan salah

satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian

tinggi akibat kehamilan dan persalinan yang dialami oleh setiap wanita. Oleh

sebab itu pelayanan keluarga berencana harus menjadi lebih berkualitas, karena

pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu di dalam paket kesehatan

reproduksi yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian serius.

Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak

agar diperoleh suatu keluarga bahagian dan sejahtera yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya, yang meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia

perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. (1)

Berdasarkan data WHO, World Health Statistic tentang Monitoring

Health for SDGs, penggunaan kontrasepsi mengalami peningkatan di beberapa

bagian negara di dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin, tapi menjadi rendah

di sub-Sahara Afrika. Secara global, penggunaan kontrasepsi modern telah

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

2

meningkat sedikit, dari 54% di tahun 1990 menjadi 57.4% pada tahun 2015.

Umumnya proporsi perempuan berusia 15-49 tahun penggunaan metode

kontrasepsi modern telah sedikit meningkat atau stabil antara 2008 dan 2015. Di

Afrika meningkat dari 23.6% ke 28,5%, di Asia telah meningkat sedikit dari

60,9% ke 61,8%, dan di Amerika Latin dan Karibia telah tetap stabil pada 66,7%.

(2)

Menurut Kemenkes RI dalam Laporan Profil Kesehatan Indonesia tahun

2016, Peserta KB Baru dan KB Aktif menunjukkan pola yang sama dalam

pemilihan jenis alat kontrasepsi. Sebagian besar Peserta KB Baru maupun Peserta

KB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat

kontrasepsi. Persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur di

Indonesia pada tahun 2016 sebesar 74,8%. Tiga provinsi yang memiliki

persentase tertinggi yaitu Maluku Utara sebesar 87,03%, Kepulauan Bangka

Belitung sebesar 83,92%, dan Sulawesi Utara sebesar 83,84%. Sedangkan capaian

terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 63,24%, Sumatera

Barat sebesar 63,73%, dan DKI Jakarta sebesar 67,46%. (3)

Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017,

informasi tentang prevalensi pemakaian kontrasepsi pada wanita kawin usia 15-49

tahun menurut karakteristik latar belakang. Hasil survei menunjukkan bahwa 64

persen wanita kawin usia 15-49 tahun menggunakan alat cara KB, sebagian besar

di antaranya menggunakan metode kontrasepsi modern (57%) dan sisanya

menggunakan metode kontrasepsi tradisional (6%). Di antara cara KB modern

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

3

yang dipakai, suntik KB merupakan alat kontrasepsi yang terbanyak digunakan

(29%), diikuti oleh pil KB (12%). (4)

Data Riskesdas tahun 2013, untuk pelayanan kesehatan ibu antara lain

penggunaan KB saat ini (cara modern maupun cara tradisional), dimana untuk

angka nasional meningkat dari 55,8 persen (2010) menjadi 59,7 persen (2013),

dengan variasi antar provinsi mulai dari yang terendah di Papua (19,8%) sampai

yang tertinggi di Lampung (70,5%). Dari 59,7 persen yang menggunakan KB saat

ini, 59,3 persen menggunakan cara modern: 51,9 persen penggunaan KB

hormonal, dan 7,5 persen non-hormonal. Menurut metodenya 10,2 persen

penggunaan kontrasepsi jangka panjang (MKJP), dan 49,1 persen non-MKJP. (5)

Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Pemprov Sumut tahun 2016, sampai

tahun 2016, berdasarkan data BKKBN Provinsi Sumatera Utara, jumlah peserta

KB baru adalah 350.481 jiwa atau 14.83% dari PUS yang ada, hal ini terjadi

peningkatan dibandingkan tahun 2015 (289.721 jiwa atau 12,31%). Sementara

tahun 2014 yaitu 419.961 jiwa atau 17,83% dari PUS. (6)

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 sasaran, yaitu sasaran langsung dan

sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran

langsungnya adalah pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan

tingkat kelahiran dengan cara penggunaan alat kontrasepsi secara berkelanjutan.

Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksanaan dan pengelola KB,

dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan

kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,

keluarga sejahtera. (7)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

4

Metode suntik KB telah menjadi gerakan keluarga berencana nasional

serta peminatnya semakin bertambah. Tingginya peminat suntik KB oleh karena

aman, sederhana, efektif tidak menimbulkan gangguan dan dapat digunakan paska

persalinan. Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan melalui suntikan yang mengandung suatu cairan berisi zat hormon

esterogen dan progesteron ataupun hanya progesteron saja untuk jangka waktu

tertentu. (8)

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Dita Anggil Antika dari 71

responden siklus menstruasi tidak normal (polimenorea, poligomeorea dan

amenorea) akseptor suntik 3 bulan sebanyak 44 (100%) responden, akseptor

suntik 1 bulan 5 (18,5%) responden, analisis uji Ficher Exact Test p-value = 0,000

< 0,05. Kesimpulan ada hubungan penggunaan KB Suntik dengan siklus

menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang I Gunung Kidul tahun 2014. (9)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tunjung Sri Yulianti dari 35

responden yang diteliti, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

menggunakan alat kontrasepsi suntik dengan jangka waktu 3 bulan yaitu 32 orang

(91,4%) dari 35 responden, dan diketahui bahwa sebagian besar responden

mengalami perubahan siklus menstruasi oligomenorea-amenorea yaitu 31

responden (88,6%) dari 35 responden. (10)

Berdasarkan data survei awal yang peneliti lakukan di RSUD. Dr Tengku

Mansur Tanjung Balai Asahan dari data rekam medik dari tahun 2017-2018

ditemukan ibu yang menggunakan KB suntik sebanyak 250 orang dan hampir

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

5

seluruh ibu mengalami gangguan menstruasi seperti amenorea, spotting (bercak

darah) dan mual muntah.

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik

dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB di RSUD. Dr. Tengku Mansyur

Kota Tanjung Balai Tahun 2018.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

ada Hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan gangguan menstruasi

pada akseptor KB di RSUD. Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai Tahun

2018.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pemakaian alat kontrasepsi suntik di

RSUD. Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai Tahun 2018.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi gangguan menstruasi pada akseptor KB

di RSUD. Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai Tahun 2018.

3. Untuk mengetahui hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan

gangguan menstruasi pada akseptor KB di RSUD. Dr. Tengku Mansyur Kota

Tanjung Balai Tahun 2018.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

6

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Akseptor KB

Sebagai sumber informasi bahwa KB suntik sangat efektif untuk

digunakan sebagai alat kontrasepsi yang digunakan.

1.4.2. Bagi Peneliti

Sebagai penambah wawasan dan ilmu untuk mengetahui tentang hubungan

penggunaan KB suntik dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB.

1.4.3. Bagi RSUD. Dr. Tengku Mansyur

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya tentang pelayanan KB suntik

yang digunakan pada akseptor KB.

1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan dasar referensi bagi perpustakaan Institut Kesehatan

Helvetia Medan sehingga dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa dan dapat

dijadikan sebagai perbandingan untuk peneliti selanjutnya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dita Anggil Antika, dengan

judul “Hubungan Penggunaan KB Suntik dengan Siklus Menstruasi pada

Akseptor KB Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang I Gunung Kidul tahun

2014’, diperoleh hasil dari 71 responden siklus menstruasi tidak normal

(polimenorea, poligomeorea dan amenorea) akseptor suntik 3 bulan sebanyak 44

(100%) responden, akseptor suntik 1 bulan 5 (18,5%) responden, analisis uji

Ficher Exact Test p-value = 0,000 < 0,05. Kesimpulan ada hubungan penggunaan

KB Suntik dengan siklus menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang I

Gunung Kidul tahun 2014. (9)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tunjung Sri Yulianti dengan

judul “ Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik dengan Siklus Menstruasi

pada Akseptor KB Suntik yang Periksa di Polindes Mayang, diperoleh hasil

analisa bivariat dengan uji Chi-Square program SPSS versi 16.0 dengan α = 5%

(0.05) diperoleh p sebesar 0.001 sehingga nilai p < 0.05, yang berarti Ha diterima

sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan antara penggunaan alat

kontrasepsi suntik dengan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik yang periksa

di Polindes Mayang. Besarnya hubungan sebesar 0,536 atau 53,6% yang berarti

besarnya hubungan sedang. (10)

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Suprayitno dengan judul

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dengan Siklus Mentruasi di Wilayah

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

8

Kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda,

diperoleh hasil akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dari 76 orang yang memiliki

siklus mentruasi normal ada sebanyak 46 orang, dan yang tidak normal ada

sebanyak 30 orang. Akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dari 187 orang yang

memiliki siklus mentruasi tidak normal ada sebanyak 185 orang dan yang normal

ada sebanyak 2 orang. Hasil uji statistik p-value 0,000 (p>0,05). Kesimpulan dari

penelitian yaitu ada hubungan penggunaan kontrasepsi suntik dengan siklus

mentruasi di wilayah kerja Puskesmas Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang

Kota Samarinda. (11)

2.2. Telaah Teori

2.2.1. KB Suntik

1. Pengertian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

melalui suntikan yang mengandung suatu cairan berisi zat hormon esterogen dan

progesteron ataupun hanya progesteron saja untuk jangka waktu tertentu. (8)

Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang

diberikannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara intra muskular sebagai

upaya pencegahan kehamilan yang berupa hormon esterogen dan progesteron

ppada wanita usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi

hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan LH sehingga

perkembangan dan kematangan folikel de graaf tidak terjadi. (12)

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

9

Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya

yang praktis, harganya relatif murah dan aman. (13)

Umumnya pemakaian suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan

pemakaian pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB,

termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun. Jenis KB

suntik yang digunakan adalah suntikan 1 bulan (contohnya Cyclofem) dan KB

suntik 3 Bulan (contohnya Depoprovera dan Depogeston).

2.2.2. KB Suntik 3 Bulan

KB Suntik 3 Bulan adalah jenis suntikan KB yang mengandung

menggunakan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang mengandung

150 mg DMPA yang diberikan tiap 3 bulan atau 12 minggu. Suntikan pertama

diberikan 7 hari pertama pada saat periode menstruasi. (13)

1. Efektivitas KB Suntik

Jenis kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 30%

kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal penyuntikannya dilakukan secara

teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. (1)

Efektivitas KB suntik tribulan sangat tinggi, angka kegagalan kurang dari

1%, World Health Organization (WHO) telah melakukan penelitian pada DMPA

(Depo Medroxy Progesterone Acetate) dengan dosis standart dengan angka

kegagalan 0,7%, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang

ditentukan. (12)

2. Cara Kerja KB Suntik 3 bulan / Progestin

Secara umum kerja dari KB suntik progestin adalah sebagai berikut.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

10

a. Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan

luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar

follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi

lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah

ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH).

b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus

serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus

yang normal pada lendir serviks. Secret dari serviks tetap dalam keadaan di

bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa.

c. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari

ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan

menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium

untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di buahi.

d. Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan

transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap

kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba. (13)

3. Kekurangan dan Kelebihan KB Suntik 3 Bulan / Progestin

Kekurangan kontrasepsi suntikan progestin adalah sebagai berikut.

1. Sering ditemukan gangguan haid seperti :

a. Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.

c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).

d. Tidak haid sama sekali.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

11

2. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan (klien harus kembali

untuk mendapatkan suntikan ulang).

3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

4. Penambahan berat badan merupakan efek samping tersering.

5. Tidak melindungi diri dari PMS atau HIV/AIDS.

6. Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.

7. Terlambatnya pemulihan kesuburan bukan karena kerusakan/kelainan pada

organ genetalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan.

8. Terjadinya perubahan pada lipid serum dalam penggunaan jangka panjang.

9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang

(densitas).

10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat.

(14)

Selain terdapatnya kekurangan pada penggunaan kontrasepsi progestin,

metode kontrasepsi ini juga tentunya memiliki kelebihan sebagai berikut.

1. Tidak mengganggu hubungan seksual.

2. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

3. Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang.

4. Tidak mempengaruhi produksi ASI.

5. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

12

6. Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia lebih dari 35 tahun sampai

perimenopause.

7. Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

8. Menurunkan kemungkinan penyakit jinak payudara.

9. Mencegah penyebab penyakit radang panggul.

10. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). (8)

4. Indikasi dan Kontra Indikasi Suntikan Progestin

Indikasi pemakaian suntikan progestin adalah sebagai berikut.

1. Usia reproduksi ( 20-30 tahun ).

2. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.

3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.

4. Menyusui ASI pasca persalinan lebih dari 6 bulan.

5. Pasca persalian dan tidak menyusui.

6. Anemia.

7. Nyeri haid hebat.

8. Haid teratur.

9. Riwayat kehamilan ektopik.

10. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.(8)

Selain indikasi-indikasi di atas, suntikan progestin juga memiliki kontra

indikasi sebagai berikut.

1. Hamil atau dicurigai hamil.

2. Ibu menginginkan haid teratur.

3. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

13

4. Ibu yang menderita sakit kuning (liver).

5. Kelainan jantung.

6. Varises (urat kaki keluar).

7. Hipertensi (tekanan darah tinggi).

8. Kanker payudara atau organ reproduksi.

9. Menderita kencing manis (DM). Selain itu, ibu yang merupakan perokok

berat, sedang dalam persiapan operasi.

10. Sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi

pantangan penggunaan KB suntik ini.

11. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis.

12. Penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini.

13. Efek samping serius yang terjadi pada kontrasepsi oral kombinasi yang bukan

disebabkan oleh estrogen.(14)

5. Penggunaan Suntikan Progestin

Pada saat menggunakan suntikan progestin, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan sebagai berikut ini.

a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil

b. Mulai hari pertama samapi hari ke-7 siklus haid

c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,

asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak

boleh melakukan hubungan seksual

d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti

dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

14

hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan

pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya datang.

e. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi

suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan

yang sebelumnya.

f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantikannya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama

kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal

saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu

haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu

tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual

g. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan

pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,

atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja

yakin ibu tersebut tidak hamil

h. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama

dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7

hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. (14)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

15

6. Mekanisme Pemberian Suntikan Progestin

a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara

suntikan Intra Muskular dalam (IM). (Apabila suntikan diberikan terlalu

dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja

segera dan kurang efektif).

b. Suntikan diberikan setiap 90 hari.

c. Pemberian suntikan noristerat untuk 3 injeksi berturut-turut diberikan

setiap 8 minggu, mulai injeksi ke-5 sampai seterusnya, diberikan setiap 12

minggu.

d. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi

alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik.

e. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung

udara.

f. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan.

g. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dengan dihangatkan. (1)

7. Informasi Lain Yang Perlu Disampaikan

a. Pemberian ontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid

(amenorhea), biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu

kesehatan.

b. Efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri

payudara, tidak berbahaya dan cepat hilang.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

16

c. Karena kembalinya kesuburan terlambat, penjelasan perlu diberikan pada

ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan atau bagi ibu yang

merencanakan kehamilan dalam waktu dekat.

d. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang(umumnya sekitar 3-6

bulan haid baru datang), bila tidak, segera konsultasi ke dokter/klinik

untuk mengetahui penyebabnya.

e. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan

dapat diberikan lebih awal dari jadwal suntikan. Dapat juga diberikan

setelah jadwal suntikan (jangan melakukan hubungan seksual selama 7

hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja).

f. Apabila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal

ibu diyakini tidak hamil (jangan melakukan hubungan seksual selama 7

hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja). (1)

8. Peringatan Bagi Pemakai Suntikan Progestin

Peringatan bagi pemakai suntikan progestin meliputi :

1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan

2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik

terganggu.

3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau penglihatan

kabur.

5. Perdarahan berat yang 2X lebih panjang dari masa haid / 2X lebih

banyak dalam satu periode masa haid. (1)

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

17

9. Efek Samping Suntikan Progestin dan Penanganannya.

1. Amenorea (tidak terjadi perdarahan)

Penanganan :

a. Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, jelaskan bahwa darah

haid tidak terkumpul dalam rahim.

b. Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien, dan hentikan penyuntikan.

c. Bila terjadi kehamilan ektopik, maka rujuk klien.

d. Jangan memberikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan

karena tidak akan berhasil.Tunggu 3-6 bulan kemudian bila tidak

terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

2. Perdarahan bercak (spotting)

Penanganan :

Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini

bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.

3. Mual dan Muntah

Penanganan :

Pastikan tidak ada kehamilan, bila hamil segera rujuk. Bila tidak hamil,

informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu

dekat. (7)

2.2.3. KB Suntik 1 Bulan

KB suntik 1 bulan adalah jenis KB suntik KB yang diberikan 1 bulan

sekali dengan pemberian suntikan pertama sama dengan suntikan 3 bulan, yaitu

setelah 7 hari pertama periode menstruasi, atau enam minggu setelah melahirkan.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

18

Alat kontrasepsi ini mengandung kombinasi hormon Medroxy Progesteron

Acetate (hormon progestin) dan Estradiol Cypionate (hormon esterogen). (13)

Suntikan kombinasi mengandung hormon esterogen dan progesteron, yang

diberikan satu bulan sekali. Pemberian hormon progestin akan menyebabkan

pengentalan mukus serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

Hormon tersebut juga mencegah kematangan dan pelepasan sel telur.

Endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar.

Selain itu akan merangsang timbulnya haid setiap bulan.

1. Kerugiann KB Suntik 1 Bulan

a. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

b. Harus kembali ke sarana pelayanan.

c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

e. Dapat menyebabkan ketidakteraturan masalah haid.

f. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular

seksual, hepatitis B, atau infeksi HIV.

g. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan

hilang setelah suntikan kedua dan ketiga.

h. Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obatan

epilepsi dan obat tuberkolosis.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

19

i. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,

bekuan darah pada paru-paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor

hati.

j. Kemungkinan terlambat pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

2. Keuntungan KB Suntik 1 Bulan

a. Menurunnya jumlah darah haid setiap bulan, menurunkan nyeri perut.

b. Mengurangi kemungkinan penyakit kurang darah akibat kekurangan zat

besi.

c. Mengurangi tanda atau gejala sindroma haid.

d. Dapat melindungi kemungkinan penyakit radang panggul dan kanker

indung telur karena progestin menyebabkan mukus serviks menebal,

sehingga mempersulit penularan infeksi dari liang senggama atau serviks

untuk mencapai saluran telur (penekanan ovulasi akan menyebabkan

berkurangnya stimulasi dari sel epitel ovarium).

3. Siapa yang Boleh Menggunakan

a. Anemia

b. Haid teratur

c. Usia reproduksi

d. Nyeri haid hebat

e. Memberi ASI > 6 bulan

f. Riwayat kehamilan ektopik

g. Pasca persalinan dan tidak menyusui

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

20

h. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

i. Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak

j. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi

4. Siapa yang Tidak Boleh Menggunakan

a. Hamil atau diduga hamil

b. Perdarahan pervaginam tak jelas penyebabnya

c. Perokok usia lebih dari 35 tahun yang merokok

d. Riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (> 180/110)

e. Riwayat trombo emboli atau DM > 20 tahun

f. Penyakit hati akut

g. Keganasan payudara

h. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan

i. Kelainan peembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrane

5. Kapan Mulai Suntikan

a. Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid

b. Bila suntikan pertama diberikan setelah 7 hari siklus haid, klien tidak

boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau tindakan

kontrasepsi lain

c. Bila klien tidak haid maka pastikan tidak hamil, suntikan pertama dapat

diberikan setiap saat. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual

untuk 7 hari lamanya atau gunakan kontrasepsi lain.

d. Pasca salin 6 bulan, menyusui dan belum haid maka harus pastikan tidak

hamil, suntikan dapat diberikan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

21

e. Pasca persalinan kurang 6 bulan, menyusui serta mendapatkan haid, maka

suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari pertama dan ketujuh

f. Pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, maka jangan diberikan suntikan

kombinasi.

g. Pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui suntikan kombinasi dapat

diberikan

h. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan dalam waktu

7 hari.

i. Ganti cara :

1) suntikan lain, sesuai jadwal

2) hormonal kombinasi lain, gunakan benar segera berikan, jika ragu tes

kehamilan

3) Non hormonal segera berikan asal tidak hamil, bila diberikan hari 1-7

siklus tidak perlu kontrasepsi lain.

6. Cara Penggunaan

a. Intramuskular setiap bulan

b. Diulang setiap 4 minggu

c. 7 hari lebih awal, terjadi resiko gangguan perdarahan

d. Setelah hari ke 7 bila tidak hubungan 7 hari kemudian atau gunakan

kontrasepsi lain.

7. Perlu Perhatikan Khusus

a. Tekanan darah tinggi < 180/110 dapat diberikan, tetapi perlu pengawasan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

22

b. Kencing manis atau DM dapat diberikan jika tidak ada komplikasi dan

terjadi dibawah 20 tahun .

c. Migran, jika tidak ada kelainan neorologik dapat diberikan.

d. Gunakan rifamfisin/obat epilepsi, pilih dosis etinil estradiol 50 μg atau

pilih kontrasepsi lain.

e. Anemi bulan sabit (Sickle cell), jangan diberikan

8. Efek Samping dan Penanganannya

a. Amenorea

Singkirkan kehamilan, jika hamil lakukan konseling. Bila tidak hamil,

sampaikan bahwa darah tidak terkumpul di rahim.

b. Mual/pusing/muntah

Pastikan tidak hamil. Informasikan hal tersebut bisa terjadi, jika hamil

lakukan konseling/rujuk

c. Spoting

Jelaskan merupakan hal biasa tapi juga bisa berlanjut, jika berlanjut maka

anjurkan ganti cara. (7)

2.2.4. Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam

hal reproduksi. Menstruasi biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai

menopause. (15)

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

23

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14

hari setelah ovulasi. Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat

terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan

hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-

perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium

memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung

jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus

menstruasi. (16)

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai

dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan.

Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus

menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung

hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya,

menstruasi berlangsung selama 2 – 7 hari. (16)

Menstruasi atau Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Atikah dan Siti Misaroh).

Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, menstruasi adalah ovum yang tidak

dibuahi sehingga FSH dan LH menurun, sekresi estrogen dan progesterone juga

menurun, ovum mengalami kehancuran dan endometrium yang sudah menebal

dan memadat menjadi hemoragik/ perdarahan. (16)

2. Proses Menstruasi

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan

sekitar 200,000 hingga 400,000 telur yang belum matang/folikel (follicles).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

24

Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode

menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur

tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan

kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan

ini disebut dengan “OVULASI”.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon

yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga

membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa

sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi

dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen

yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon estrogen bekerjasama dengan

hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian

memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur

tersebut. Hormon estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di

vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak

yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam

jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari

dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk

kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang

besar untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan

menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri”

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

25

didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan

memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) yang dapat

dideteksi dengan GEATEL ®. Hormon tersebut membantu pertumbuhan embrio

didalam rahim.

Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka

endometrium akan meluruh dan terjadinya proses menstruasi berikutnya.

3. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup sistem

reproduktif dan endokrin. Ovarium menghasilkan hormone steroid, terutama

estrogen dan progesterone. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh

folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel –

sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah

estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan

organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan

dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam

perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. (16)

Progesterone juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam

uterus selama siklus menstruasi. Hormon ini disekresi oleh korpus luteum, yang

adalah folikel ovarium setelah melepaskan ovum. Progesterone merupakan

hormone yang paling penting untuk menyiapkan endometrium (membran mukosa

yang melapisi uterus) untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi

kehamilan, sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk

mempertahankan kehamilan yang normal. Selain itu, progesterone bekerja dengan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

26

estrogen menyiapkan payudara untuk menghasilkan dan mensekresi ASI.

Proses terjadinya haid berlangsung dengan 4 tahapan yaitu masa

proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid. Dalam proses ovulasi yang

memegang peranan penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis dan ovarium

(hypothalamic- pituitary-ovarium axis). Menurut teori neurohumoral, hipotalamus

mengawasi sekresi hormone gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi

neurohormon yang disalurkan ke sel–sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal

yang khusus.

Hipotalamus menghasilkan factor yang telah dapat diisolasi dan disebut

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan

Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis.

Pada hipotalamus terdapat dua pusat, yaitu pusat tonik di bagian belakang

hipotalamus di daerah nucleus arkuatus, dan pusat siklik di bagian depan

hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat siklik mengawasi lonjakan LH (LH-

surge) pada pertengahan siklus haid yang menyebabkan terjadinya ovulasi.

Fase-fase yang berhubungan dengan efek terhadap uterus adalah fase

menstruasi, Proliferasi, dan sekretori. Fase menstruasi mulai pada hari pertama

dari siklus dan berlangsung 3-6 hari dengan total darah dan cairan yang keluar

bervariasi tetapi biasanya tidak lebih dari 60 ml. Fase ini diikuti oleh fase

proliferasi (hari ke 6-14) saat lapisan endometrium dan kelenjar serta pembuluh

rahim tumbuh sebagai respons terhadap stimulasi oleh estrogen. Fase terakhir

berupa sekretori (hari ke 14-28) yaitu saat garis endometrium semakin tebal dan

kelenjar uterin mulai mengeluarkan secret. Fase terakhir ini terutama di atur oleh

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

27

progesteron. Menstruasi mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari

setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari :

1. Fase Menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi

bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat juga dikarenakan

berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan

hormon dalam darah menjadi tidak ada

2. Fase Proliferasi/ Fase Folikuler ditandai dengan menurunnya hormone

progesterone sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH

dan merangsang folikel dalam ovarium serta dapat membuat hormone

estrogen di produksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf

yang masak dan menghasilkan hormone estrogen yang merangsang keluarnya

LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat

memperbaiki dinding endometrium yang robek.

3. Fase Ovulasi/ Fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya

sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi pertama. Sel ovum yang matang

akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi

corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron

yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan

pembuluh darah.

4. Fase Pasca Ovulasi/ Fase Sekresi ditandai dengan corpus luteum yang

mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang

berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan progesterone

sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

28

sekresi progesterone maka penebalan dinding endometrium akan terhenti

sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase

perdarahan atau menstruasi.

Siklus menstruasi terjadi selama masa reproduksi dari masa pubertas

hingga masa menopause sebagai reaksi terhadap variasi-variasi gerak hormon.

Lapisan endometrium (dinding rahim) berkembang sebagai persiapan untuk

implantasi telur yang sudah dibuahi, dan dalam keadaan tidak hamil lapisan itu

akan luruh dalam bentuk darah melalui vagina. Menopause adalah terhentinya

sedikit demi sedikit dan berakhirnya siklus menstruasi dihubungkan dengan

menipisnya ovarium dan akibat turunnya kadar estrogen yang terjadi antara usia

45-50 tahun.

4. Hormon yang Berpengaruh dalam Siklus Menstruasi

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

1. FSH-RH (Follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

2. LH –RH (Luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan

hipotalamus untuk merangsang hipofisi mengeluarkan LH

3. PIH (Prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk

mengeluarkan prolaktin. (16)

a. Estrogen

Estrogen atau hormon seks wanita bertanggung jawab atas

pertumbuhan dan perkembangan tuba falopi, ovarium, uterus dan alat

kelamin eksternal serta karakteristik seksual sekunder wanita. Hormon

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

29

tersebut terutama berkaitan dengan perubahan-perubahan siklus normal

yang terjadi pada endometrium dan rahim selama siklus. Estradiol

merupakan estrogen alam utama yang diproduksi oleh ovarium disamping

beberapa estrogen yang diproduksi secara metabolik dalam hati.

Berbagai sediaan estrogen dalam atau sintetik dikembangkan untuk

pemakaian oral, parenteral maupun topical. Absorpsi oleh membran

mukosa saluran kelamin dan pencernaan biasanya baik dan absorpsi

melalui kulit juga bisa menimbulkan efek sistemik.

Estrogen digunakan untuk terapi pada beberapa kondisi wanita

termasuk control konsepsi, endometriosis, hipogonadisme, menopause dan

perdarahan abnormal, sedangkan pada pria untuk penatalaksanaan paliatif

kanker prostat yang tidak bisa dioperasi.

b. Progestin

Merupakan hormone yang secara alami terutama diproduksi oleh

corpus luteum dan plasenta yang berperan dalam reproduksi dengan

mempersiapkan endometrium untuk implantasi telur dan membantu

perkembangan serta berfungsinya kelenjar mammary. Di samping efek

progestationalnya, progestin sintetik tertentu memiliki efek anabolik,

andragonik atau estrogenik (biasanya lemah). Progesterone merupakan

progestin alam yang paling banyak yang selain efeknya sebagai hormon

juga berfungsi sebagai prazat untuk produksi berbagai androgen,

kortikosteroid dan estrogen secara endogen.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

30

Satu sel telur dihasilkan oleh satu ovarium setiap 28 hari. Beberapa

perubahan dalam sistem reproduksi dikendalikan oleh hormone. Hormon

merupakan cairan kimia yang dihasilkan oleh tubuh untuk mengendalikan

proses – proses metabolisme dalam tubuh. Perubahan yang terjadi tiap

bulan pada organ reproduksi wanita disebut siklus menstruasi. Siklus

menstruasi pada seorang wanita terjadi setiap periode tertentu, misalnya 28

hari. Namun demikian, siklus menstruasi tersebut sangat bervariasi untuk

tiap individu, yaitu berkisar antara 20-40 hari. Perubahan- perubahan yang

terjadi selama menstruasi menyangkut pemasakan sel telur dan penebalan

dinding rahim guna menerima sel telur yang telah dibuahi. Jika sel telur di

ovarium masak, dinding rahim menebal. Lebih kurang pada hari ke 14 dari

siklus menstruasi yang 28 hari, sel telur dihasilkan dari ovarium, dan

dikenal sebagai proses ovulasi.

Sel telur tersebut tetap hidup selama 24-48 jam, dan bergerak

sepanjang saluran telur menuju ke rahim uterus. Sel telur tersebut dapat

dibuahi bila terdapat sperma yang hidup dalam saluran telur selama 48 jam

sesudah atau sebelum ovulasi. Jika sel telur tersebut tidak dibuahi di dalam

saluran telur, maka akan luruh (rusak). Dinding rahim akan luruh dan

terjadi pendarahan. Peristiwa tersebut terjadi setiap bulan dan dikenal

sebagai menstruasi. Lamanya menstruasi berlangsung selama 4-6 hari.

Saat mentruasi berlangsung, sel telur yang lain mulai mengalami

pemasakan. Rahim juga mulai menebal sebagai persiapan menerima sel

telur lain tersebut.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

31

Menstruasi mulai terjadi saat organ perkembangbiakan seorang

gadis mulai masak. Pada sebagian besar gadis, menstruasi pertama terjadi

pada usia 8-13 tahun, dan terus berlanjut sampai usia 45-55 tahun. Pada

usia 50an siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan berhenti untuk

selamanya, peristiwa ini disebut menopause.

5. Gangguan Menstruasi

1. Gejala Gangguan Haid

a. Tidak mengalami haid (amenore)

Amenore dibedakan menjadi 2 yaitu, amenore primer merupakan masa

remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami menstruasi atau

belum menampakan tanda-tanda fisik seksual sekunder, sedangkan

amenore sekunder bila wanita sudah mengalami menstruasi namun

kemudian tidak mengalami menstruasi dalam waktu 3-6 bulan.

b. Perdarahan berupa tetasan atau bercak-bercak (spotting)

Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan menurun

atau gejala yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian.

c. Perdarahan di luar siklus haid (metrorarghia)

Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika terdapat

insiden bercak darah atau pendarahan diantara menstruasi, istilah

metroraghia digunakan untuk menggambarkan keadaan tersebut.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

32

d. Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada

biasanya (menorarghia)

Persepsi yang umum mengenai perdarahan berlebihan adalah apabila 3

sampai 4 pembalut sudah penuh selama 4 jam. Jumlah kehilangan

darah yang dipertimbangkan normal selama mens adalah 30 cc sejak

penelitian yang dilakukan pada tahun 1960 an dan setiap pendarahan

yang lebih dari 80 cc dinyatakan perdarahan abnormal seperti yang

dikatakan Engstrom bahwa batas 8 cc merupakan ukuran standar untuk

menetapkan menorarghia.

2. Penyebab Gangguan Haid

Secara umum semua gangguan haid disebabkan karena adanya ketidak

seimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan.

Keadaan amenore disebabkan atrofi endometrium.

Penyebab amenore primer umumnya lebih berat dan lebih sulit diketahui,

seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik sedangkan amenore

sekunder lebih menunjuk pada sebab-sebab yang timbul dalam kehidupan

wanita seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, penyakit infeksi dan

lain-lain.

Metroragi dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau

kelainan fungsional. Bila penyebab menoragi dan mentroragi adalah

neoplasma, gangguan pembekuan darah, penyakit kronis atau kelainan

ginekologi, klien perlu dirujuk ke spesialis. (17)

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

33

2.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan tentatif (sementara) mengenai

kemungkinan hasil dari suatu kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis

merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang

diajukan dalam penelitian. (18)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan pemakaian alat

kontrasepsi suntik dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB Tahun 2018.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-uraian

tentang gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam

melakukan penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian. (18)

Desain penelitian ini menggunakan survei analitik yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi, survei analitik

dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemakaian alat kontrasepsi

suntik (variabel terikat) terhadap gangguan menstruasi (variabel bebas), dengan

pendekatan cross sectional dimana pengamatan kedua variabel dilakukan pada

saat bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD. Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung

Balai.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian untuk menyelesaikan penelitian ini adalah bulan Juli–

September 2018.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

35

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi di definisikan sebagai sekelompok subjek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus

memiliki ciri–ciri atau karakteristik–karakteristik bersama yang membedakannya

dari kelompok subjek lain. Ciri yang di maksud tidak terbatas hanya sebagai ciri

lokasi akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik– karakteristik individu. (18)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh akseptor KB suntik di

RSUD. Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai, menurut data yang diperoleh

peneliti pada saat survei pendahuluan PUS akseptor KB suntik RSUD. Dr.

Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai tersebut dari bulan Januari – Desember

2017 yaitu sebanyak 250 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang di ambil secara representative

atau mewakili populasi yang bersangkutan atau sebagian kecil yang diamati.

Sampel dalam penelitian ini di ambil dengan metode pengambilan sampel dengan

menggunakan Simple Random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara

acak dari populasi yang ada untuk dijadikan sampel penelitian.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 responden, yang

di peroleh dengan cara menggunakan rumus Slovin seperti berikut ini :

𝑛 =N

1+N (𝑑)2

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

36

Ket :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Kesalahan (absolute) yang ditoleransi/derajat penyimpangan (0,1).

n = N

1+N (d)2

n = 250

1+ 250 (0,1)2

n = 250

1+250 (0.01)

n = 250

3,5

n = 71,49 = 72 Responden

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian.

Secara skematis kerangka konsep pada penelitian dapat digambarkan

sebagai berikut :

Independen Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Gangguan Menstruasi

Pemakaian Alat

Kontrasepsi Suntik

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

37

3.5. Definisi Operasional Dan Aspek Pengukuran

3.5.1. Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang

diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau definisi

operasional. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

pengembangan-pengembangan instrumen (alat ukur).

6. Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik

Akseptor KB yang menggunakan KB suntik dalam dengan jenis KB suntik 1

bulan dan KB suntik 3 bulan

7. Gangguan Menstruasi

a. Tidak mengalami haid (amenore)

Amenore dibedakan menjadi 2 yaitu, amenore primer merupakan masa

remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami menstruasi atau

belum menampakan tanda-tanda fisik seksual sekunder, sedangkan

amenore sekunder bila wanita sudah mengalami menstruasi namun

kemudian tidak mengalami menstruasi dalam waktu 3-6 bulan.

b. Perdarahan di luar siklus haid (metrorarghia)

Menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika terdapat insiden

bercak darah atau pendarahan diantara menstruasi, istilah metroraghia

digunakan untuk menggambarkan keadaan tersebut.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

38

c. Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada biasanya

(menorarghia)

Persepsi yang umum mengenai perdarahan berlebihan adalah apabila 3

sampai 4 pembalut sudah penuh selama 4 jam. Jumlah kehilangan darah

yang dipertimbangkan normal selama mens adalah 30 cc dan setiap

pendarahan yang lebih dari 80 cc dinyatakan perdarahan abnormal.

3.5.2. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur

(instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk

menilai suatu variabel.

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Indipenden (X Variabel) dan

Dependen (Y Variabel)

No Nama

Variabel

Cara Dan

Alat Ukur Skala Pengukuran

Value

Jenis

Skala

Ukur

Variabel X

1 Pemakaian

KB Suntik

Rekam

Medik

KB Suntik 3 Bulan

KB Suntik 1 Bulan

(2)

(1)

Ordinal

Variabel Y

2 Gangguan

menstruasi

Kuesioner Amenore

Metrorarghia

Menorarghia

(3)

(2)

(1)

Ordinal

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

39

1. Data Primer

Data primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan

sendiri oleh si peneliti pada saat berlangsungnya suatu penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder dapat dibagi 2 kelompok yaitu :

a) Internal

Data yang berasal dari lingkungan sendiri seperti hasil penelitian

sebelumnya atau data dari rekam medik RSUD. Dr Tengku Mansyur.

b) Eksternal

Data yang berasal dari lingkungan luar seperti publikasi, instansi,

badan ilmiah dan lain-lain.

3. Data Tertier

Data teritier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah

dipublikasikan, misalnya WHO 2017, SDKI 2017 (Survei Demografi

Kesehatan Indonesia) dan Riskesdas tahun 2013 (Riset Kesehatan Dasar).

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunaan data primer

yaitu data yang didapat melalui pengisian kuesioner oleh responden untuk

menunjang hasil penelitian tentang gangguan menstruasi yang dialami akseptor

KB suntik. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kumpulan data sebagai

data penunjang atau pelengkap yang diambil dari RSUD. Dr. Tengku Mansyur

Kota Tanjung Balai.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

40

3.7. Metode Pengolahan Data

Metodologi Penelitian Kesehatan menyebutkan bahwa langkah-langkah

pengolahan data dengan menggunakan komputer, antara lain sebagai berikut :

1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu, atau upaya untuk memeriksa

pertanyaan yang diserahkan oleh para pengumpul data.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau di sunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

3. Data Entry (Memasukkan Data) / Processing Data

Yakni jawaban-jawaban dari masing – masing responden yang dalam bentuk

kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer

yakni SPSS for Windows.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari tiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,

perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi adalah membersihkan data dengan melihat

variabel sudah benar atau belum.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

41

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.8.1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang di ukur. Sebuah intrumen di katakan valid apabila

mampu mengukur yang di inginkan. (19)

Kriteria validitas instrumen penelitian yaitu jika nilai probabilitas Sig.(2-

tailed) Total X < dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05 juga di tandai dengan

simbol ** atau *, maka butir instrument di nyatakan valid jika nilai probabilitas

Sig.(2-tailed) total X > dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05 maka butir instrument

dinyatakan tidak valid.

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan di Rumah Sakit Hadi Husada

Tanjungbalai dengan jumlah responden sebanyak 15 orang, dengan hasil pada

tabel di bawah ini:

TABEL 3.2. Tabel Uji Validitas Kuesioner Gangguan Menstruasi

No Pernyataan

Dukungan Suami

Sig (2-

tailed)

Sig-

alpha (α)

r-hitung r-tabel Keterangan

1 Butir Pernyataan 1 0,021 0,05 0,587 0,514 Valid

2 Butir Pernyataan 2 0,002 0,05 0,726 0,514 Valid

3 Butir Pernyataan 3 0,039 0,05 0,537 0,514 Valid

4 Butir Pernyataan 4 0,006 0,05 0,675 0,514 Valid

5 Butir Pernyataan 5 0,729 0,05 0,098 0,514 Tidak Valid

6 Butir Pernyataan 6 0,261 0,05 0,310 0,514 Tidak Valid

7 Butir Pernyataan 7 0,480 0,05 0,198 0,514 Tidak Valid

8 Butir Pernyataan 8 0,178 0,05 0,367 0,514 Tidak Valid

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa setiap butir

pertanyaan dengan nilai r hitung < sig-alpha (α) (0,05) maka dikatakan valid

seperti pada butir pernyataan no. 1,2,3,4, sedangkan pada butir pernyataan no.

5,6,7,8, dinyatakan tidak valid.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

42

3.8.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, dimana hasil penggukuran tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau terlebih terhadap gejala yang

sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. (19)

Kriteria dari reabilitas instrument penelitian yaitu nilai Cronbach’s Alpha

yang diperoleh ekemudian dibandingkan dengan r product moment pada tabel

dengan ketentuan jika Cronbach’s Alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi

sementara jika alpha > 0,8 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes

secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat.

TABEL 3.3. Tabel Uji Reliabilitas Kuesioner

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.826 4

Berdasarkan tabel uji reliabilitas dengan nilai Cronbach’s Alpa diperoleh

nilai 0,826, maka pernyataan kuesioner dinyatakan reliabel atau dapat dihandalkan

dan seluruh konsisten memiliki reliabilitas yang kuat.

3.9. Analisa Data

Setelah data peneliti diperoleh peneliti memasukkan data yang telah

ditabulasi kedalam komputer dan dianalisis secara statistik. (20)

3.9.1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan setiap

variabel penelitian. Dalam penelitian ini, analisa data dengan metode univarat

akan digunakan untuk menganalisa variabel independen (Pemakaian KB suntik)

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.helvetia.ac.id/576/2/BAB I - BAB III.pdfKB Aktif memilih suntikan mencapai ± 50% dan pil ± 23% sebagai alat kontrasepsi. Persentase

43

dan variabel dependen (Ganguan Menstruasi) yang akan ditampilkan dalam

distribusi frekuensi. Kemudian ditentukan persentase. (20)

3.9.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara

masing-masing variabel independen (pemakaian kontrasepsi KB Suntik) terhadap

variabel dependen (gangguan menstruasi) dengan menggunakan uji chi square

pada pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). (20)