bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan sangat berdampak dalam dunia bisnis saat ini. Perusahaan berada dalam lingkungan bisnis yang sangat berbeda dengan bisnis sebelumnya. Pasar dimasuki oleh pesaing-pesaing dari berbagai negara, akibatnya arus lalu lintas barang, jasa, modal, dan tenaga kerja berpindah dari satu negara ke negara lain tanpa ada batasan lagi. Batasan antar negara seperti menjadi kabur bahkan seolah-olah tidak terdapat batasan lagi, sehingga transaksi antar negara menjadi sangat terbuka dan bebas. Perubahan lingkungan bisnis akan semakin dirasakan khususnya di negara- negara Asia Tenggara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar dan Laos. Pada tahun 2015 (tahun depan) pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community atau AEC) ditargetkan akan diimplementasikan. AEC memuat empat pilar utama, yaitu: (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan

Upload: lytuong

Post on 18-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan sangat

berdampak dalam dunia bisnis saat ini. Perusahaan berada dalam lingkungan

bisnis yang sangat berbeda dengan bisnis sebelumnya. Pasar dimasuki oleh

pesaing-pesaing dari berbagai negara, akibatnya arus lalu lintas barang, jasa,

modal, dan tenaga kerja berpindah dari satu negara ke negara lain tanpa ada

batasan lagi. Batasan antar negara seperti menjadi kabur bahkan seolah-olah tidak

terdapat batasan lagi, sehingga transaksi antar negara menjadi sangat terbuka dan

bebas.

Perubahan lingkungan bisnis akan semakin dirasakan khususnya di negara-

negara Asia Tenggara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian

Nations (ASEAN) yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina,

Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar dan Laos. Pada tahun 2015

(tahun depan) pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic

Community atau AEC) ditargetkan akan diimplementasikan. AEC memuat empat

pilar utama, yaitu: (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi

tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga

kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan

dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi,

perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

2

infrastruktur, perpajakan dan e-commerce; (3) ASEAN sebagai kawasan dengan

pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil

dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV

(Combodia, Myanmar, Laos dan Vietnam); (4) ASEAN sebagai kawasan yang

terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan

yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran

serta dalam jejaring produksi.

AEC merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang direncanakan

untuk dicapai pada tahun 2015. Dengan pencapaian tersebut maka ASEAN akan

menjadi pasar tunggal dan basis produksi dimana arus barang, jasa, investasi dan

tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas diantara negara-

negara yang tergabung dalam kawasan ASEAN. Untuk penciptaan liberalisasi

sektor jasa dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa oleh

pemasok ataupun hambatan dalam pendirian jasa baru lintas negara di kawasan

ASEAN, salah satu sektor jasa utama yang diliberalisasi adalah jasa keuangan

(Setiawan, 2012)

Saat ini berdasarkan proyeksi Organization for Economic and

Development (OECD) kawasan ASEAN dalam kurun waktu 2012-2016 akan

menjadi kawasan yang dinamis dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5.6%

sedikit di bawah rata-rata pertumbuhan pra krisis 2008 sebesar 6.1%. Kawasan

ASEAN menjadi salah satu kawasan yang pertama pulih dari imbas krisis 2008.

Prospek ekonomi ASEAN yang cerah ditambah dengan tingkat suku bunga yang

relatif tinggi sejalan dengan tren peningkatan arus modal portofolio ke pasar

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

3

modal negara-negara ASEAN. Salah satu faktor penting yang menentukan dalam

hal ini, adalah pemanfaatan sumber daya yang efisien oleh setiap organisasi,

tingkat keterbukaan dan daya saing pasar modal dari suatu negara.

Dengan dijalankan AEC dapat berdampak positif pada peningkatan

perekonomian di kawasan Asia Tenggara, namun disisi lain persaingan

perusahaan-perusahaan di kawasan ASEAN akan semakin kompeititif. Pada

akhirnya, menuntut perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya

melalui penggunaan sumber daya yang lebih efektif dan efisien, agar perusahaan

mampu menciptaan nilai tambah dan bersaing dipasar yang kompetitif.

Menurut Sawarjuwono et al., (2003) kemampuan bersaing tidak hanya

terletak pada kepemilikan aset berwujud tetapi lebih pada inovasi, sistem

informasi, pengelolaan organisasi, dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh

karena itu, saat ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam dunia bisnis dimana

dulunya perusahaan mengandalkan pada pada kekayaan fisik bergeser menuju

pada bisnis berbasis pengetahuan. Dengan kata lain, sumber terpenting

perusahaan dan kekayaan perusahaan telah berganti dari aset berwujud menjadi

modal intelektual yang didalamnya terkandung elemen penting yaitu daya pikir

atau pengetahuan. Bisnis yang berdasarkan pengetahuan mendorong perusahaan

untuk meningkatkan pengetahuan bisnis, agar menciptakan nilai bagi perusahaan

sehingga mencapai competitive advantage.

Pada hakekatnya tujuan perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai

perusahaan. Karena nilai perusahaan mencerminkan kemakmuran dari sebuah

perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Nilai perusahaan sering dikaitkan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

4

dengan harga sahamnya, semakin meningkatnya antara perbedaan harga saham

dan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan mengindikasikan adanya nilai

tambah. Penghargaan lebih atas saham perusahaan dari para investor diyakini

disebabkan oleh modal intelektual yang dimiliki oleh perusahaan (Chen et al.,

2005). Semakin besar nilai modal intelektual semakin efisien penggunaan modal

perusahaan, sehingga bisa menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Hal

tersebut senada dengan pendapat Abdolmohamadi (2005) bahwa modal

intelektual diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan kinerja keuangan

dan nilai perusahaan, ketika perusahaan mampu memanfaatkan modal

intelektualnya secara efisien, maka nilai pasarnya akan meningkat.

Menurut beberapa peneliti: Edvinsson dan Malone (1997); Sveiby (2001)

saat ini salah satu area yang cukup menarik perhatian baik akademisi maupun

praktisi, yaitu terkait dengan kegunaan modal intelektual sebagai salah satu

instrumen dalam hal menentukan nilai perusahaan. Modal intelektual telah

menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi

informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Peety dan Guthrie, 2000; Sullivan dan

Sullivan, 2000). Namun demikian, keberadaan modal intelektual dalam laporan

keuangan perusahaan masih belum jelas, pengukuran yang tepat belum dapat di

ditetapkan. Menurut Ze’ghal dan Maaloul (2010) sulit untuk mengukur modal

intelektual karena bersifat tidak berwujud dan nonfisik. Menariknya, bahkan

International Accounting Standard /International financial Reporting Standard

(IAS/IFRS) yang dibuat oleh International Accounting Standard Board (IASB),

tidak berkontribusi untuk mendefinisikan kembali konsep, prinsip-prinsip dan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

5

metode penilaian modal intelektual dan peran tumbuhnya dalam proses

penciptaan nilai, sehingga mengindikasikan bahwa laporan keuangan telah

kehilangan beberapa nilai untuk kepentingan pemegang saham dan pengguna

lainnya (Canibano et al., 2000; OECD, 2006, 2007)

Fenomena modal intelektual di Indonesia mulai berkembang setelah

munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Menurut

PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat

diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan

dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak

lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002).

PSAK NO.19 (revisi 2000) telah direvisi kembali pada tahun 2010 dan

berlaku efektif pada 1 Januari 2012. Perubahan signifikan pada revisi 2010 yaitu :

1. Dalam PSAK ini terdapat penjelasan mengenai pengukuran aset tak

berwujud dengan selain nilai wajar jika dilakukan melalui transaksi

pertukaran aset dimana :

a. Transaksi kurang mengandung substansi komersial; atau

b. Nilai wajar aset yang diterima atau diserahkan tidak dapat diandalkan.

Jika aset tak berwujud diperoleh melalui pertukaran seperti diatas, maka

perolehan aset tak berwujud tersebut diukur dengan jumlah tercatat aset

yang diserahkan.

2. PSAK ini memperkenankan penggunaan model revaluasi selain model biaya

untuk pengukuran aset takberwujud setelah pegakuan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

6

Jika jumlah tercatat aset takberwujud mengalami peningkatan sebagai akibat

dari revaluasi, maka peningkatan tersebut harus diakui sebagai pendapatan

komprehensif lain dan diakumulasikan di ekuitas sebagai surplus revaluasi.

Namun peningkatan tersebut diakui dalam laporan laba rugi untuk

membalik penurunan revaluasi aset yang diakui sebelumnya dalam laporan

laba rugi.

Jika jumlah aset takberwujud mengalami penurunan sebagai akibat

revaluasi, maka penurunan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi.

Namun penurunan tersebut diakui pada pendapatan komprehensif lain jika

terdapat saldo kredit dalam surplus revaluasi atas aset tersebut. Pengakuan

penurunan dipendapatan komprehensif lain mengurangi jumlah yang

terakumulasi di ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

Walaupun dalam PSAK telah menyinggung secara tidak langsung

mengenai modal intelektual, tetapi pada praktiknya modal intelektual masih

belum dikenal secara luas di Indonesia. Masih banyak perusahaan di Indonesia

cenderung menggunakan dasar konvensional dalam membangun bisnisnya,

sehingga produk yang dihasilkan masih miskin kandungan teknologi (Abidin,

2000)

Berdasarkan penjelasan diatas terungkap bahwa modal intelektual

berperan sangat penting dalam meningkatkan nilai perusahaan dan keunggulan

kompetitif, yang kemudian akan meningkatkan pengakuan terhadap modal

intelektual. Meskipun fakta saat ini, pengukuran yang tepat atas modal intelektual

masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et al., 2005).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

7

Oleh karena sulitnya mengukur modal intelektual secara langsung, Pulic

(1998) mengusulkan pengukuran secara tidak langsung terhadap modal

intelektual, dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai

hasil dari kemampuan modal intelektual yaitu VAICTM

(Value added intellectual

coefficient).

Menurut Pulic (1998), tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis

pengetahuan adalah untuk menciptakan nilai tambah. Sedangkan untuk bisa

menciptakan nilai tambah dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital

(yaitu dana keuangan yang tersedia) dan intellectual potential (yang

direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang

melekat pada mereka). Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan bahwa intellectual

ability (yang kemudian disebut dengan VAICTM

) menunjukkan bagaimana kedua

sumber tersebut yaitu physical capital dan intellectual potential telah secara

efisien dimanfaatkan oleh perusahaan.

Komponen utama VAICTM

dapat dilihat dari sumber daya perusahaan,

yang pertama adalah yaitu physical capital (value added capital employee -

VACA ), human capital (value added human capital – VAHU) dan structural

capital (value added structural capital - STVA). Penelitian mengenai hubungan

modal intelektual terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan metode

VAICTM

telah cukup banyak dilakukan termasuk beberapa negara di kawasan

ASEAN, seperti yang dilakukan oleh Bontis et al., (2000), Firer dan Williams

(2003), Marvidis (2004), Chen et al (2005), Kamath (2007), Tan et al., (2007). Di

Indonesia penelitian mengenai modal intelektual telah menarik beberapa peneliti

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

8

untuk melakukan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tedapat ketertarikan dan

kepedulian dalam penelitian yang berhubungan dengan modal intelektual dan

mengindikasikan bahwa kegiatan bisnis di Indonesia mulai menuju pada bisnis

berbasis pengetahuan. Di Indonesia beberapa penelitian yang telah dilakukan

berkaitan dengan modal intelektual diantaranya: Margaretha dan Rakhman (2006),

Ihyaul Ulum (2007), Kuryanto (2008).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di kawasan ASEAN dalam hal

pengukuran modal intelektual khususnya disektor perbankan yang terdaftar di

pasar modal. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh modal intelektual

terhadap kinerja keuangan perusahaan, modal intelektual diproksikan

menggunakan metode yang dikembangkan oleh Pulic yaitu Value Added

Intellectual coefficient (VAICTM

). Kinerja keuangan diproksikan menggunakan

Return on Equity (ROE), earning per share (EPS) dan annual stock return (ASR),

penelitian ini mengacu pada penelitian Tan et al., (2007). Pemilihan sektor

perbankan sebagai sampel mengacu pada penelitian Firer dan William (2003),

hasil penelitian mereka menyatakan bahwa industri perbankan adalah sektor yang

paling intensif dalam penggunaan modal intelektual daripada tiga sektor lain;

elektrikal, teknologi informasi dan jasa. Selain itu dari aspek intelektual, secara

keseluruhan karyawan disektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan

sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka, 2002). Oleh karena itu, penulis memberi

judul penelitian ini “Analisis Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja

Keuangan pada Perusahaan Perbankan di Kawasan ASEAN”.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

9

1.2 Rumusan Penelitian

Menurut Pulic (1998, 2000) modal intelektual merupakan aset tak

berwujud dimana sesuatu yang tidak mudah untuk diukur, oleh karena itu Pulic

mengembangkan konsep value added intellectual coefficient (VAICTM

) yang

menjadi solusi untuk mengukur dan melaporkan modal intelektual dengan

mengacu pada informasi keuangan perusahaan. Metode Pulic VAICTM

dibuat

untuk mengukur efisiensi dari penggunaan modal intelektual yang terdiri dari tiga

komponen yaitu (physical capital, human capital dan structural capital).

Beberapa riset berkaitan dengan modal intelektual yang dilakukan seperti;

Firer dan Williams (2003) yang membuktikan bahwa adanya hubungan positif

modal intelektual dengan kinerja keuangan, baik masa kini maupun masa depan.

Chen et al., (2005) melakukan hal yang sama dengan menggunakan sampel publik

di Taiwan dengan menambahkan variabel R&D (Research and development) dan

advertising expendicture dalam penelitiannya. Mavridis (2004) dan Kamath

(2007) memilih sektor perbankan di Jepang dan India sebagai sampel. Tan et al.,

(2007) menggunakan sampel 150 perusahaan yang terdaftar di Singapore Stock

Exchange sebagai sampel penelitian yang diklasifiksikan menjadi empat jenis

industri.

Beragamnya dari hasil-hasil penelitian tersebut menarik perhatian peneliti

untuk melakukan penelitian lanjutan dalam lingkungan bisnis, sosial, ekonomi,

politik yang berbeda-beda namun menggunakan pendekatan yang sama.

Penelitian ini berusaha untuk membuktikan hubungan modal intelektual terhadap

kinerja keuangan perusahaan perbankan untuk konteks di kawasan ASEAN.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

10

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Tan

et al., (2007) namun berbeda dalam hal pemilihan sampel. Penelitian ini memilih

menggunakan sampel dari sektor perbankan di kawasan ASEAN yang terdaftar di

pasar modal di negara masing-masing pada periode 2010 sampai 2012.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permyataan penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh antara modal intelektual sebuah perusahaan

dengan kinerja keuangannya ?

2. Apakah ada pengaruh modal intelektual sebuah perusahaan, dengan

kinerja keuangan masa depan perusahaan?

3. Apakah ada pengaruh antara tingkat pertumbuhan modal intelektual

sebuah perusahaan dengan kinerja keuangan masa depan perusahaan?

4. Manakah kontribusi modal intelektual tertinggi di negara kawasan

ASEAN?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan

secara empiris:

1. Ada tidaknya pengaruh antara modal intelektual sebuah perusahaan

dengan kinerjanya.

2. Apakah nilai modal intelektual sebuah perusahaan akan mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan masa depan.

3. Ada tidaknya pengaruh antara tingkat pertumbuhan modal intelektual

sebuah perusahaan dengan kinerja keuangan masa depan perusahaan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

11

4. Kontribusi modal intelektual untuk kinerja perusahaan akan berbeda

dimasing-masing negara di kawasan ASEAN.

1.4 Manfaat Penelitian

Merujuk pada tujuan penelitian diatas maka penelitian diharapkan

memberikan dua kegunaan, yaitu :

1. Manfaat teoritis, dapat memberikan bukti empiris bahwa modal

intelektual berpengaruh terhadap kinerja keuangan, selain itu dapat

dipakai sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya yang

berkaitan dengan pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan

di sektor perbankan.

2. Manfaat praktis, dapat memberikan masukan yang berarti bagi

manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaannya melalui

pengelolaan modal intelektual pada sektor perbankan, memberikan bahan

pertimbangan bagi investor dalam menilai sebuah perusahaan, dan dapat

menjadi bahan masukan bagi regulator dalam membuat kebijakan.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, dengan sistematika sebagai

berikut :

Bab I: Pendahuluan

Pada bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penelitian.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74698/potongan/S2-2014... · tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas ... keberadaan modal

12

Bab II: Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tinjauan pustaka yang digunakan dalam

membahas masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Mencakup

teori-teori dan penelitian terdahulu yang mendukung perumusan

hipotesis serta analisis hasil-hasil penelitian lainnya, kerangka

pemikiran teoritis, dan pengembangan hipotesis

Bab III: Metode Penelitian

Pada bab ini berisi deskriptif tentang bagaimana penelitian akan

dilaksanakan secara operasional. Menguraikan variabel penelitian

dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian,

jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode

analisis.

Bab IV : Analisis dan pembahasan

Bab ini berisi tentang pengujian atas hipotesis yang dibuat dan

penyajian hasil dari pengujian tersebut, serta pembahasan tentang

hasil analisis yang dikaitkan dengan teori yang berlaku

Bab V : Penutup

Pada bab ini membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil

analisis pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian serta saran

bagi penelitian berikutnya, dan terakhir implikasi penelitian terhadap

praktik yang ada.