bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfguru b) di kota klungkung tahun 1956...

34
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejarah adalah masa lalu, apa yang direkonstruksikan sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami seseorang. Sejarah juga dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban masa silam, yang lembaran-lembarannya telah ditulis oleh manusia melalui pikiran dan tindakannya. Itulah yang dinamakan sejarah sebagai peristiwa, yang dalam proses mempertanggungjawabkannya manusia berhak dan wajib memberikan arti sejarah sebagai peristiwa tersebut menjadi sejarah sebagai kisah, sejarah sebagai tulisan, yang mempunyai pokok kaidah sejarah sebagai ilmu. 1 Salah satu dari karya tulis sejarah adalah biografi. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang berarti tulisan. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. 2 Dalam penulisan ini, penulis menulis sebuah biografi mengenai sosok seorang I Gde Parimartha yang merupakan salah satu tokoh yang mengabdi dan mendedikasikan dirinya dalam bidang akademis, dia juga merupakan Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. 1 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif, (Jakarta: PT Gramedia,1982), p.v. 2 http//Asyura.Com Unsur Iintrinsik Sastra-Biografi dalam sastra.htm// di unduh tanggal 5 Maret 2014.

Upload: vandan

Post on 07-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sejarah adalah masa lalu, apa yang direkonstruksikan sejarah adalah apa

saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami

seseorang. Sejarah juga dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban masa silam,

yang lembaran-lembarannya telah ditulis oleh manusia melalui pikiran dan

tindakannya. Itulah yang dinamakan sejarah sebagai peristiwa, yang dalam proses

mempertanggungjawabkannya manusia berhak dan wajib memberikan arti sejarah

sebagai peristiwa tersebut menjadi sejarah sebagai kisah, sejarah sebagai tulisan,

yang mempunyai pokok kaidah sejarah sebagai ilmu.1

Salah satu dari karya tulis sejarah adalah biografi. Biografi berasal dari

bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang berarti tulisan.

Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang.

Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup

seseorang.2 Dalam penulisan ini, penulis menulis sebuah biografi mengenai sosok

seorang I Gde Parimartha yang merupakan salah satu tokoh yang mengabdi dan

mendedikasikan dirinya dalam bidang akademis, dia juga merupakan Guru Besar

dalam bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.

1Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi

Indonesia: Suatu Alternatif, (Jakarta: PT Gramedia,1982), p.v. 2http//Asyura.Com Unsur Iintrinsik Sastra-Biografi dalam sastra.htm// di

unduh tanggal 5 Maret 2014.

2

Parimartha lahir di Dusun Tenganan DauhTukad Karangasem Bali pada

tanggal 31 Desember 1943, dia adalah putra pertama dari pasangan I Nengah

Retes dan Ni Nengah Pari. Parimartha memiliki dua orang saudari perempuan

yang bernama Ni Nengah mayang dan Ni Nengah Bukti.3 Parimartha tumbuh di

lingkungan yang boleh dikatakan cukup sederhana, dia hidup di dalam

lingkungan keluarga petani, ayahnya yang hanya seorang petani penggarap

tentunya tidak mampu untuk memenuhi semua kebutuhannya.

Parimartha kecil tumbuh selayaknya anak-anak kecil yang lain dengan

segala aktivitasnya, dia juga ketika kecil suka berkelahi dengan teman

sepermainannya selayaknya anak kecil yang baru belajar berinteraksi dan

memulai perjalanan hidupnya. Parimartha memulai pendidikan di tingkat dasar

tahun 1950 di Sekolah Rakyat (SR) Pesedahan Kecamatan Manggis Kabupaten

Karangasem sampai kelas tiga, kemudian dia pindah ke Sekolah Rakyat di Desa

Sengkidu Kecamatan Manggis Karangasem dan menyelesaikan pendidikan

tingkat dasarnya di sekolah tersebut tahun 1956.4

Setelah tamat sekolah dasar dia melanjutkan pendidikan ke SGB (Sekolah

Guru B) di Kota Klungkung tahun 1956 dan lulus di tahun 1960.5 Setelah

menyelesaikan pendidikan di tingkat SGB, Parimartha kemudian melanjutkan

pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tahun 1962 yang ketika itu

3Curriculum Vitae,I Gde Parimartha, (Arsip Bidang Kepegawaian

Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ).

4Hasil wawancara dengan I Gde Parimartha Tanggal 9 Februari 2015

bertempat di Gedung Pasca Sarjana Universitas Warmadewa.

5Hasil wawancara dengan I Gde Parimartha sama dengan di atas.

3

bernama S.G.A (Sekolah Guru Enam tahun) di Denpasar dan lulus pada tanggal

30 juni tahun 1965. 6

Parimartha sempat memulai pendidikan di tingkat perguruan tinggi dengan

mendaftar di Institut Hindhu Darma (IHD) Denpasar, merasa kurang cocok

dengan sistem pengajaran yang dia terima di perguruan tinggi tersebut dia

memutuskan untuk pindah mencari perguruan tinggi yang lain. Parimartha

akhirnya memutuskan melanjutkan pendidikan ke Fakultas Sastra Universitas

Udayana dengan memilih jurusan Ilmu Sejarah tahun 1968.7 Selama menempuh

pendidikan sarjana muda dalam bidang Ilmu sejarah dia merupakan salah satu

mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan dan luwes dalam pergaulan dengan

teman-teman sejawatnya.

Menurut Wirawan, Parimartha merupakan mahasiswa yang aktif dan

senang bergaul dan senang mengikuti organisasi-organisasi yang ada di

lingkungan Universitas Udayana. Salah satunya Parimartha pernah menjabat

sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Sejarah ( KEMAS ). Parimartha juga aktif

dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ( GMNI ) dari tahun

1968-1972.8

6“Surat keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik

Indonesia No: 118859/ Idjazah/1965”tentang surat tanda tamat belajar di S.G.A

Denpasar. (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Udayana). 7Hasil wawancara dengan Anak Agung Bagus Wirawan, tanggal 11 Juni

2014 bertempat di gedung Prof.Dr. I Gusti Ngurah Bagus, Fakultas Sastra dan

Budaya, Universitas Udayana. 8Wirawan merupakan salah satu Guru Besar dan Dosen pengajar di

Program Studi Ilmu Sejarah, Wirawan adalah salah satu rekan sejawat Parimartha

selama studi sarjana muda di Fakultas Sastra Universtitas Udayana dalam bidang

Ilmu Sejarah. Hasil wawancara dengan Wirawan sama dengan di atas.

4

Dalam perkuliahan Parimartha merupakan salah satu teman diskusi yang

disukai oleh Wirawan dalam bertukar pikiran, berdiskusi maupun dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen selama mengikuti perkuliahan. Ada

hal yang unik menurut Wirawan, ketika itu Parimartha sedang diajak berdiskusi

dalam diskusi antar kelompok. Dalam perkuliahan Parimartha merupakan salah

satu sosok yang kaku dan keras dalam mempertahankan pendapatnya dalam

berdiskusi sehingga diskusi menjadi semakin menarik karena ada perbedaan

pendapat antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.9

Parimartha lulus sebagai sarjana muda dan memperoleh gelar B.A tahun

1972 dalam bidang Ilmu sejarah di Fakultas Sastra Universitas Udayana.10

Menamatkan pendidikan sarjana muda, dalam bidang Ilmu Sejarah tahun 1972.

Parimartha sempat mengabdikan diri, dan bekerja sebagai tenaga lapangan di

Badan Kordinasi Keluarga Berencana Provinsi Bali ( BKKBN) yang bertempat di

Denpasar. Merasa masih ingin belajar dan menambah wawasan dan memperdalam

ilmu dalam bidang ilmu sejarah, Parimartha memilih untuk mengabdi sebagai

asisten dosen di Universitas Udayana dan mengundurkan diri sebagai tenaga

lapangan di BKKBN pada tahun 1975.

Setelah mengundurkan diri dari BKKBN, Parimartha mengabdikan diri di

Fakultas Sastra Unud, dengan diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS)

9Hasil wawancara dengan dengan Anak Agung Bagus Wirawan sama

dengan di depan. 10

“Surat Keputusan Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana No:

707/B.A/ 1972” tentang telah menyelesaikan pendidikan sarjana muda dalam

bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra Universitas Udayana. (Arsip Bidang

kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana).

5

dalam masa percobaan dengan tugas sebagai Asisten Muda (Gol.II/b) di Fakultas

Sastra Universitas Udayana11

dan secara resmi diangkat sebagai Pegawai Negeri

Sipil di lingkungan Universitas Udayana dengan tugas sebagai Pengatur Muda

Tk.I (Gol.II/b).12

Diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS), Parimartha melanjutkan

pendidikan sarjananya dalam bidang Ilmu Sejarah ke Universitas Gadjah Mada di

Yogyakarta. Dia masuki pada tahun 1977 dan lulus sebagai sarjana dalam bidang

Ilmu Sejarah pada tahun 1980.13

Berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang

lebih baik Parimartha melanjutkan studinya hingga keluar daerah Bali. Hal

tersebut dia lakukan untuk mengasah kemampuannya dan menambah

wawasannya dalam menekuni bidang Ilmu Sejarah.

Berangkat ke Yogyakarta, Parimartha berusaha untuk menambah wawasan

dalam menekuni Ilmu Sejarah, memilih UGM sebagai tempat dia menimba ilmu

dia berusaha untuk mendapatkan pengalaman studi yang lebih baik dalam

mempelajari ilmu sejarah untuk bekalnya mengemban tugas sebagai seorang

dosen di Fakultas Sastra Universitas Udayana dalam bidang Ilmu Sejarah.

11

“Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No: 3889/C/2/76” tentang pengangkatan sebagai tenaga Calon Pegawai

Negeri Sipil di Universitas Udayana (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra

dan Budaya Universitas Udayana ). 12

“Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No:132/SK/Ed/Kp-

7/1977” tentang pengangkatan sebagai tenaga tetap atau Pegawai Negeri Sipil di

Universitas Udayana. (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra Universitas

Udayana ). 13

“Surat Keputusan Dekan Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas

Gadjah Mada No: 381/SK/S.SEJ/1980” tentang telah menyelesaiakan pendidikan

Sarjana (Drs) dalam bidang Ilmu Sejarah di Universitas Gadjah Mada. (Arsip

Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra Universitas Udayana ).

6

Setelah Parimartha mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Ilmu Sejarah,

pada tahun 1983 Parimartha melanjutkan pendidikannya ke tingkat Strata 2 ( S2 )

dalam bidang Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia (UI) dan lulus pada tahun

1984 dan memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Sejarah.14

Setelah menyelesaikan pendidikan Magister pada bidang Ilmu sejarah,

Parimartha kembali mengajar sebagai dosen. Pada tahun 1990 dia melanjutkan

pendidikan ke jenjang Doktor dalam bidang Ilmu Sosial Kebudayaan (Social

Cultural Science) di Universiteit Amsterdam Belanda, lulus pada tahun 1995.15

Parimartha kembali mengabdikan diri di Fakultas Sastra Universitas Udayana,

sebagai pengajar di Program studi Ilmu Sejarah atau Jurusan Ilmu Sejarah.

Menurut I Putu Gede Suwitha dalam mengajar Parimartha merupakan dosen yang

aktif dan pintar dalam memberikan materi perkuliahan kepada mahasiswa baik

dalam intonasi mengajar atau memberikan materi perkuliahan.16

Suwitha mengatakan, sebagai seorang dosen Parimartha merupakan salah

satu dosen yang energik dan penuh semangat juang. Di luar lingkungan

perkuliahan Suwitha sering berinteraksi dengan Parimartha baik dalam berdiskusi

tentang perkuliahan dan yang lainnya, selain sebagai dosen, Parimartha

merupakan salah satu teman Suwitha dalam melakukan berbagai aktivitas.

14

“Surat Keputusan Dekan Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia

No: 1184072.5404/Ijazah/1984” tentang telah menyelesaikan pendidikan Magister

(MA) di Universitas Indonesia. (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra dan

Budaya Universitas Udayana). 15

“Surat Keputusan Rektor Universitas Amsterdam Belanda, Rector

magnificvs et collegivim secanorvm vniversitatis liberae qvae amstelodami est”

.( Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ). 16

Hasil wawancara dengan I Putu Gede Suwitha tanggal 24 November

2014 bertempat di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.

7

Ada suatu pengalaman yang membuat Suwitha merasa kawatir ketika

semua mahasiswa Indonesia yang ada di Belanda pulang karena hubungan

diplomatik Indonesia dan Belanda kurang harmonis.Parimartha malah berani

berangkat dan studi di Negeri Belanda hingga berhasil menyelesaikan

pendidikanya dengan baik.17

Itulah yang membuat Suwitha terkadang kagum

melihat semangat dan motivasi seorang Parimartha dalam belajar dan

mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang Ilmu Sejarah.

Ketika Suwitha sedang meyelesaikan program doktornya di Kajian

Budaya Unud, Suwitha memilih Parimartha sebagai promotornya dan

membimbingnya dalam meyelesaikan disertasinya. Suwitha melihat bahwa

pengalaman dan ilmu yang di miliki oleh Parimartha dapat membantunya dalam

meyelesaikan disertasinya.18

Suwitha mengetahui jika dia dibimbing oleh

Parimartha maka waktu yang diperlukan agak lama, sempat dia ditawari

pembimbing lain namun Suwitha memilih Parimartha sebagai promotor karena

dia tahu walaupun dia di bimbing memakan waktu yang lama tetapi hasilnya tentu

akan berguna baik dalam bidang akademis maupun non akademis.19

Peran, dedikasi, serta pengabdiannya di bidang ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang Ilmu Sejarah membuatnya diangkat sebagai Guru besar

dan memperoleh gelar Profesor dalam Bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra

17

Hasil wawancara dengan I Putu Gede Suwitha sama dengan di depan. 18

Parimartha merupakan promotor I Putu Gde Suwitha dalam

menyelesaikan studi S3 di Kajian Budaya Universitas Udayana dengan judul

disertasi: “Dinamika Masyarakat Bugis di Kabupaten Badung dan Kota

Denpasar”. Lihat Ringkasan Disertasi I Putu Gde Suwitha mengenai Dinamika

Masyarakat Bugis di Denpasar, p.iii. 19

Hasil wawancara dengan I Putu Gede Suwitha sama dengan di atas.

8

Universitas Udayana.20

Selain mengajar Parimartha juga mempunyai jiwa

kepemimpinan ini dibuktikan dengan diangkatnya Parimartha sebagai Ketua

Jurusan Program Studi Ilmu Sejarah fakultas Sastra Universitas Udayana periode

1988-1990.

Parimartha pernah menjadi ketua program Doktor (S3) Kajian Budaya

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana periode 2004-200821

Atas

pengabdiannya sebagai tenaga pengajar di lingkungan Fakultas Sastra dan Budaya

Universitas Udayana dalam bidang Ilmu sejarah, pada tahun 2008 dia diangkat

sebagai dosen profesional dalam bidang Ilmu Sejarah.22

Sebagai seorang Guru

Besar dalam bidang Ilmu Sejarah Parimartha juga aktif menyumbangkan hasil

pemikiran nya dalam bentuk buku salah satu hasil karya pemikiran seorang Gde

Parimartha adalah buku yang berjudul Silang Pandang Desa Adat dan Dinas di

Bali, buku ini merupakan kumpulan tulisan Parimartha dari tahun 1980-an buku

ini membahas tentang masalah-masalah sosial, nilai dan sejarah di dalam desa

adat dan dinas yang ada di Bali. Parimartha menguraikan pemikirannya mengenai

dinamika desa adat dan dinas di Bali yang dilihat dari perspektif historis.

20

“Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No:

31285/A2.7/KP/2003” tentang pengangkatan sebagai Guru Besar dalam bidang

Ilmu Sejarah di Universitas Udayana. (Arsip Bidang Kepegawaian Fakultas Sastra

dan Budaya, Universitas Udayana ).

21

“Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No:

17/J14/KP.02.18/2004 tentang pengangkatan menduduki jabatan sebagai Ketua

S3 Kajian Budaya Program PascaSarjana Universitas Udayana” (Arsip Bidang

Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana). 22

“Surat Keputusan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No:01656/2008” tentang pengangkatan sebagai tenaga pengajar profesional dalam

bidang Ilmu Sejarah di Universitas Udayana. Lihat juga lampiran A.11, Sertifikat

sebagai dosen professional dalam bidang Ilmu Sejarah. (Arsip Bidang

Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ).

9

Buku ini mengungkap bagaimana dinamika desa adat, baik tentang asal-

usul munculnya, maupun eksistensi serta respon masyarakat terhadap keberadaan

desa adat sebagai organisasi sosial masyarakat Bali yang mengikat warganya

secara turun temurun. Dalam buku ini juga membahas bagaimana awalnya desa

adat dan dinas muncul dari sudut pandang sejarah dan apa saja manfaat yang

diberikan kepada masyarakat hingga sekarang.23

Buku ini dapat memberikan gambaran pada masyarakat yang ingin

mengetahui sejarah, perkembangan, dan fungsi desa adat dan dinas yang ada di

Bali. salah satu karya Parimartha ini memberikan gambaran mengenai struktur

sosial masyarakat Bali tentunya ini akan membantu tidak hanya bagi mahasiswa

sejarah tetapi juga masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang

sejarah,perkembangan, dan fungsi Desa adat da Desa dinas yang ada di Pulau

Bali.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Parimartha

merupakan salah satu tokoh yang mendedikasikan dirinya dalam dunia

pendidikan di Indonesia khususnya di Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra

dan Budaya Universitas Udayana. Perjalanan hidupnya dari seorang anak petani

sederhana, berusaha mengejar cita-cita dengan mendedikasikan diri dalam dunia

pendidikan. Hal tersebut patut diabadikan dalam karya tulis sejarah, sebagai tanda

jasa dan sebagai suri tauladan bagi generasi berikutnya agar pendidikan

khususnya dalam memahami pentingnya pendidikan untuk bekal di masa depan.

23

I Gde Parimartha, Silang Pandang Desa Adat dan Dinas di Bali

,( Denpasar: Udayana University Press, 2013 ), pp. 3-7.

10

Pertimbangan itulah yang dijadikan dasar penulis, untuk melakukan

penelitian dan menulis mengenai riwayat hidup, dedikasi dan sumbangan

pemikiran Parimartha dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Ilmu

sejarah. Mengingat masih sedikitnya calon sarjana atau sejarawan yang menulis

biografi maka penulis tertarik untuk menulis salah satu biografi mengenai salah

satu guru besar yang ada di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya,

Universitas Udayana. Judul Penelitian yang dilakukan adalah “Biografi

Intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. 1943- 2014”.

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penulisan.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka dapat diformulasikan

beberapa hal dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaiamana latar belakang kehidupan I Gde Parimartha dari masa

kecil, remaja, hingga dewasa.?

2. Bagaimana riwayat pendidikan dari I Gde Parimartha?

3. Apa saja sumbangan pemikiran I Gde Parimartha sebagai seorang

Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah.?

Tahun 1943 dijadikan cakupan awal penulisan, karena pada tahun itu I

Gde Parimartha dilahirkan dan tahun 2014 dijadikan sebagai batas akhir penulisan

karena pada tahun tersebut dia sudah memasuki masa purnabakti sebagai seorang

pengajar di Universitas Udayana. Penulis juga ingin mengulas aktivitas apa saja

yang Parimartha lakukan setelah memasuki masa purnabakti.

11

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis mengenai penelitian tentang “Biografi

Intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha MA 1943-2014” adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui latar belakang kehidupan I Gde Parimartha dan faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi pemikiran dan mental seorang I

Gde Parimartha.

2. Mengetahui riwayat pendidikan dari I Gde Parimartha dari seorang

anak petani sederhana, hingga berhasil dikukuhkan sebagai seorang

Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah.

3. Mengetahui sumbangan pemikiran I Gde Parimartha, sebagai seorang

Guru besar dalam bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra Dan Budaya

Universitas Udayana untuk pendidikan Ilmu Sejarah khususnya di Bali

baik di lingkungan Universitas Udayana dan masyarakat Bali pada

umumnya.

Apabila tujuan tersebut tercapai maka hasil penelitian ini mempunyai

manfaat baik manfaat umum maupun khusus. Manfaat umum artinya hasil dari

penelitian ini dapat di gunakan oleh masyarakat luas seperti:

1. Menjadikan pengalaman dan keberhasilan seorang I Gde Parimartha

dari seorang anak petani kecil hingga mampu memperoleh gelar Guru

besar dalam bidang Ilmu Sejarah, sebagai sebuah inspirasi dan

motivasi untuk maju dan memajukan dunia pendidikan.

2. Mendapatkan informasi yang faktual mengenai sosok seorang I Gde

Parimartha.

12

3. Dapat dijadikan sebagai suri tauladan sebagai salah seorang tokoh

yang mendedikasikan dirinya dalam perkembangan dunia pendidikan.

Maksud dari manfaat khusus adalah hasil dari penelitian ini sangat berguna bagi

orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang Ilmu

Sejarah. Penelitian ini setidaknya dapat digunakan untuk:

1. Menumbuhkan minat mahasiswa khususnya mahasiswa Ilmu

Sejarah untuk memperdalam tentang tulisan biografi, mengingat

biografi merupakan salah satu karya tulis sejarah.

2. Memacu minat mahasiswa untuk menjadikan biografi sebagai

salah satu karya tulis ilmah untuk dijadikan sebagai tugas akhir,

mengingat masih sedikitnya mahasiswa khususnya mahasiswa

sejarah yang menulis tugas akhir berupa biografi.

3. Melengkapi substansi sejarah Indonesia.

1. 4 Tinjauan Pustaka

Sampai saat ini belum ada satu orang pun, baik sejarawan maupun calon

sejarawan yang menulis tentang biografi I Gde Parimartha. Dia juga tidak pernah

membuat memoar atau pun autobiografinya, sehingga sangat sulit untuk

mendapatkan data tertulis mengenai sosok seorang Parimartha. Walaupun

demikian ada beberapa penelitian yang penulis jadikan acuan dalam penulisan

biografi I Gde Parimartha.

Buku pertama adalah buku yang berjudul Menerobos Badai: Biografi

Intelektual Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus karya I Nyoman Wijaya. Pokok

13

permasalahan dalam buku ini adalah bagaimana perjuangan seorang I Gusti

Ngurah Bagus dari awal hingga memperoleh gelar Guru Besar pada bidang

Antropologi di Universitas Udayana. Buku ini menjabarkan bagaimana latar

belakang kehidupan sosial budaya Ngurah Bagus dari masa kecil hingga

memperoleh gelar Guru Besar dalam bidang Antropologi.

Buku ini juga menjabarkan apa saja karya-karya dan sumbangan

pemikirannya sebagai seorang intelektual dalam tiga puluh tiga bab. Buku biografi

intelektual karya I Nyoman Wijaya ini menggunakan metodologi biografi, aspek

sejarah kejiwaan tokoh, metologi sejarah intelektual dan metodologi interpretatif

yang menempatkan diri seolah olah berada di dalam situasi tokoh itu sehingga

mampu memproduksi emosinya, motivasinya, dan sikapnya serta persepsi dan

konsepsinya dalam menghadapi suatu peristiwa.24

Penulis buku ini mampu

menjabarkan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tokohnya dan

tikungan tikungan yang menentukan jalan hidup selanjutnya dan membawa

perubahan penting terhadap tokoh tersebut.

Sebagai salah satu karya biografi intelektual, buku hasil karya I Nyoman

Wijaya relevan untuk dijadikan acuan. Wijaya menggambarkan kehidupan

seorang Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bagus secara sistematis, dan metodologi yang

digunakan menunjukan dia mampu membuat karya biografi yang baik dan ahli

dalam bidang ini. Dalam buku ini banyak digunakan istilah-istilah Ilmu Sosial,

oleh karena itu diperlukan juga pemahaman yang luas mengenai istilah-istilah

24

Nyoman Wijaya, Menerobos Badai:Biografi Intelektual Prof. Dr. I Gusti

Ngurah Bagus,( Denpasar: Pustaka larasan, 2012 ), pp.5-10.

14

Ilmu Sosial sehingga buku ini pantas dijadikan sebagai bacaan baik bagi

masyarakat umum dan kalangan akademisi.

Buku kedua adalah buku yang berjudul Prof.dr. I Goesti Ngoerah Gde

Ngoerah: Sebuah Biografi Pendidikan. Karya I Gde Parimartha dkk, tim penulis

dari buku ini dapat menerangkan dengan baik lingkungan sosial budaya tokoh dari

masa kanak-kanak hingga dewasa. Tim penulis buku ini juga mampu memaparkan

dengan baik jiwa zaman tokoh yang bersangkutan yang tentunya sangat penting

untuk melihat perkembangan baik kehidupan, kepribadian, dan pemikiran sang

tokoh. Kekurangan dalam buku ini adalah tidak menggunakan metodologi sejarah

pemikiran, buku ini hanya menggunakan metodologi biografi saja mengingat

tokoh adalah seorang Guru Besar diperlukan metodologi sejarah pemikiran untuk

mengetahui apa saja bentuk pemikiran sang tokoh baik dari segi internal maupun

eksternal. 25

Buku ketiga yang dijadikan acuan adalah buku yang berjudul Prof. Dr. Ida

Bagus Mantra: Biografi Seorang Budayawan 1928-1995, karya Ida Bagus Rama

dkk. Buku ini menjabarkan bagaimana motivasi tokoh serta apa saja jasa jasa

tokoh dalam pendirian lembaga-lembaga Fakultas di Universitas Udayana, Buku

karangan Ida Bagus Rama,dkk ini menceritakan riwayat pendidikan, serta apa saja

bentuk sumbangan pemikiran tokoh sebagai salah satu guru besar yang

mendedikasikan diri dan mengemban tugas sebagai seorang akademisi di

lingkungan Universitas Udayana.

25

I Gde Parimartha, et al., Prof. Dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah:

Sebuah Biografi Pendidikan (Denpasar: Upada Sastra ,1989), pp. 7-8.

15

Dalam buku ini tidak ditemukan penggunaan metodologi sejarah

kebudayaan dan metodologi sejarah pemikiran. Kedua metode tersebut tentunya

sangat diperlukan dalam penulisan biografi baik biografi intelektual maupun

budayawan. Metodologi sejarah pemikiran akan menentukan tindakan apa yang

diambil tokoh dalam kehidupannya sebagai pendidik, serta apa saja bentuk

sumbangan pemikiran tokoh sebagai salah seorang guru besar. Metodologi

sejarah kebudayaan berguna untuk memperlihatkan jati diri tokoh sebagai seorang

birokrat maupun sebagai anggota masyarakat, yang tentunya sangat dipengaruhi

oleh wawasan kebudayaan, jati diri, dan kepribadian bangsa. 26

Buku ke empat yang dijadikan acuan adalah buku yang berjudul

Sumanang sebuah biografi karya Soebagijo I.N. Buku ini menjabarkan tentang

peranan tokoh dalam perkembangan pers di Indonesia. Sumanang merupakan

salah satu tokoh dalam sejarah perkembangan pers di Indonesia. Tokoh yang

bernama lengkap Mr. Raden Mas Sumanang Suromiroto mempunyai jasa dalam

pendirian kantor berita Antara dan ikut menyelenggarakan Kongres Bahasa

Indonesia.

Buku ini menjelaskan tentang ketertarikan Sumanang pada dunia persurat

kabaran membuat dia berhasrat untuk mendirikan kantor berita Antara 27

Dalam

buku ini juga dijelaskan Sumanang juga berjasa dalam mendirikan N.V Badan

Pener bitan Nasional, sebagai Jurnalis sumanang mempunyai pemikiran revolusi

26

Ida Bagus Rama et al., Ida Bagus Mantra Biografi Seorang Budayawan

1928-1995 ( Denpasar:Upada Sastra , 1998), pp. 4-18. 27

Soebagijo I.N. Sumanang Sebuah Biografi (Jakarta:PT Gunung

Agung,1980 ), p.44.

16

tidak akan mungkin tanpa surat kabar 28

Sumanang juga ikut mendirikan

Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) dan Serikat Perusahaan Surat Kabar. 29

Selain menjadi jurnalis sumanang juga pernah ditunjuk sebagai menteri

perekonomian tahun 1 agustus 1953 yaitu pada masa Kabinet Wilopo, walaupun

menjadi seorang menteri sumanang tetap menjadi sosok yang sederhana. Selama

berkecimpung di dunia politik Sumanang menyadari dia memang tidak bias

bermain politik, Sumanang menyadari politik kadang- kadang yang benar bisa

menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar. 30

Buku ini mampu menjabarkan bagaimana peran tokoh dalam

perkembangan pers di Indonesia namun dalam buku ini tidak ditemukan

penggunaan metode apa yang digunakan dalam mendukung penulisan buku

biografi ini. Dalam buku ini juga tidak ditemukan penggunaan metodologi

sejarah pemikiran, mengingat tokoh merupakan salah satu tokoh nasional yang

berjasa dalam perkembangan pers atau persurat kabaran di Indonesia penggunaan

metodologi sejarah pemikiran diperlukan untuk melihat apa saja bentuk

sumbangan pemikiran tokoh dalam sejarah perkembangan pers di Indonesia.

Buku ke lima yang dijadikan acuan adalah buku biografi yang berjudul

Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat: Perjalanan Seorang Putra Bangsa 1870-

1952 karya Soebanjo Margunwidodo. Buku ini menjelaskan bagaimana

Perjalanan Radjiman Wediodiningrat dari seorang anak kopral bumi putra menjadi

seorang tokoh nasional. Radjiman merupakan salah satu tokoh nasional yang

28

Ibid., pp.123-126. 29

Ibid., p.142. 30

Ibid., p.178.

17

berjasa dalam proses proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Radjiman juga

merupakan salah satu tokoh dalam kongres Boedi Oetomo pertama tanggal 3-5

Oktober 1908 di Yogyakarta.

Buku ini juga menjelaskan bagaimana peranan Radjiman sebagai dokter

jawa, Pengabdiannya dilakukan dengan memberikan uluran pemikiran dan

kepintaran ilmunya. Selain sebagai seorang dokter Radjiman merupakan seorang

politikus, ini tentunya agak jauh melompat dari profesinya sebagai seorang dokter,

namun dari sisi politik inilah dapat di lihat bagaimana sikap Radjiman dalam

memecahkan masalah bangsanya.

Dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana Radjiman yang mempunyai

latar belakang strategis sebagai seorang intelektual dan hubungannya dengan para

bangsawan, mendudukannya sebagai pengimbang antara generasi muda yang

bergejolak dan ingin cepat merdeka. Untuk itu Radjiman diberi jabatan sebagai

Ketua Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI), pada posisinya yang sangat strategis di jaman Kolonial Jepang inilah

Radjiman terlihat sebagai seorang pejuang ulung yang ternyata mampu membaca

tanda jaman dan lihai memanfaatkan momentum perjuangan.

Kepanditaan Radjiman dapat diterima oleh generasi muda seperti

Soekarno-Hatta, dibalik kedekatannya dengan Soekarno dia berperan sebagai lalu

lintas pejuang generasi muda untuk mengetuk pintu gerbang kemerdekaan.31

Buku ini mampu menjabarkan bagaiamana peran Dr. Radjiman dalam proses

31

Soebanjo Margunwidodo,Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat :

Perjalanan Seorang Putra Bangsa 1870-1952 (Jakarta:Yayasan Dr. Radjiman

Wediodingrat, PT Gramedia,1994 ), pp. 1-7.

18

kemerdekaan Republik Indonesia, ini terlihat dari aktivitas dia dalam berbagai

organisasi pra kemerdekaan salah satunya boedi Oetomo dan sebagai anggota

legislatif dalam mengisi kemerdekaan.

Buku ini mampu menjabarkan bagaiaman peran Dr. Radjiman dalam

proses kemerdekaan Republik Indonesia, ini terlihat dari aktivitas dia dalam

berbagai organisasi pra kemerdekaan salah satunya boedi Oetomo dan sebagai

anggota legislatif dalam mengisi kemerdekaan. Namun dalam buku ini tidak

dijelaskan metode apa yang dipakai dalam proses penulisan biografi Dr.

Radjiman.

Sebagai seorang tokoh intelektual nasional tidak ditemukan penggunaan

metodologi sejarah pemikiran yang digunakan dalam penulisan biografi Dr.

Radjiman. Metodologi sejarah pemikiran diperlukan tentunya untuk melihat apa

saja sumbangan pemikirannya dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia

dan untuk melihat sumbangsih pemikiran Dr. Radjiman dalam mengisi

kemerdekaan Republik Indonesia.

1.5 Metodologi Sejarah Yang Digunakan

Menurut definisi kamus Webster’s Third New International Dictionary

of the English Language (selanjutnya disebut Webster’s), yang dikutip oleh

Hellius Sjamsuddin metodologi adalah proses,teknik, atau pendekatan pendekatan

yang dipakai dalam memecahkan suatu masalah.32

Jadi metodologi sejarah

32

Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta:Ombak, 2007), pp.

13-14.

19

merupakan pendekatan pendekatan yang digunakan dalam memecahkan suatu

masalah dalam proses penulisan karya tulis sejarah.

Dalam penulisan biografi intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha, MA ini

metodologi sejarah intelektual relevan untuk digunakan, tentunya untuk

mengetahui perjalanan hidup seorang Gde Parimartha dari kecil hingga

memperoleh gelar Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah. Untuk mendukung

penulisan biografi intelektual ini juga digunakan metodologi sejarah pemikiran

untuk mengetahui apa bagaimana sumbangan pemikiran Parimartha sebagai

seorang Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah.

Menurut Kuntowijoyo penulisan riwayat hidup seorang tokoh dibagi

menjadi dua jenis biografi yang pertama biografi portrayal ( portrait ) dimana

penulis mencoba memahami tokoh berdasarkan pemahaman tokoh tentang

hidupnya, biografi ini termasuk dalam biografi politik, bisnis, seni dan olahraga

dan prosopography (biografi kolektif), yang kedua adalah biografi scientific

(Ilmiah) dimana orang berusaha menerangkan tokoh dari luar berdasarkan analisis

ilmiah mengenai hubungan hubungan kausal terhadap seorang tokoh.33

Memahami perjalanan hidup sang tokoh baik menurut makna subjektif

tokoh itu sendiri atau memahami perjalanan hidup sang tokoh berdasarkan

konteks lingkungan hidup sang tokoh akan menjelaskan (explain, erklaren)

33

Kuntowijoyo, Metodologi sejarah (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

Yogya, 2003), pp.208-209.

20

gambaran peristiwa kehidupan sang tokoh sehingga dapat ditafsirkan mengenai

peristiwa - peristiwa masa lalu dari tokoh tersebut. 34

Keberadaan Gde Parimartha tidak dapat dilepaskan dari hubungan dengan

pemahamanya tentang perjalanan hidupnya. Pemahaman tentang lingkungan

tempat dia dilahirkan dan dibesarkan tentunya akan di dapatkan gambaran dan

informasi yang faktual mengenai perjalanan hidup Gde Parimartha secara utuh

dan menyeluruh.

Biografi memiliki salah satu fungsi yaitu memberikan pendidikan moral

dan etika baik secara individu atau pribadi, maupun secara universal atau

masyarakat luas. Biografi yang ditulis diharapkan mampu memberikan edukasi

kepada pembaca mengenai suri tauladan sang tokoh yang patut ditiru. Dengan

ilmu pengetahuan yang samakin maju, maka di dalam penulisan biografi

penggunaan metode sejarah yang teoritis makin membesar peranannya oleh

karena itu berkembanglah penulisan atau penyajian biografi yang dikenal dengan

sebutan LIFE END TIME.35

LIFE yang merupakan bagian hidup atau kehidupan sang tokoh yang

menceritakan tentang watak, sifat-sifat, kesenangan, atau kegemaran, dan lainnya

yang ditulis kedalam biografi tokoh tersebut. Sedangkan TIME merupakan bagian

dari biografi yang menceritakan tentang latar belakang sejarah, peristiwa-

peristiwa sejarah yang erat kaitannya dengan tokoh itu jadi tokoh itu ditempatkan

34

Ibid., p.209. 35

Sagimun M.D:“Mengapa Biografi” dalam Pemikiran Biografi dan

Kesejarahan : Suatu Kumpulan Prasaran Pada Berbagai Loka Karya Jilid II (

Jakarta:Depdikbud, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,

1982/1983), p.65.

21

di dalam konteks sejarah di masa mana ia hidup dan berjuang.36

Dalam hal ini

akan terlihat peristiwa apa saja yang mengitari kehidupan dari seorang Parimartha.

Unsur edukasi dalam penulisan biografi dapat diperoleh dari peranan

individu atau sang tokoh semasa hidup dan berjuang namun hal tersebut akan

terkesan seperti mengagungkan karisma sang tokoh, untuk menghindari hal

tersebut penulisan biografi tidak boleh dilepaskan dari waktu dan lingkungan

masyarakat individu atau tokoh tempat dia hidup, mengingat sebagai mahluk

sosial manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain.37

Menurut Abdurrahman Surjomihardjo hasil penulisan biografi ialah

sebuah lukisan kehidupan dan penghidupan tokoh dengan berlatar belakang

peristiwa yang jelas, peristiwa pribadi, lokal, nasional, dan internasional. Dalam

penulisan biografi hendaknya juga memaparkan kegemaran (Hobi), humor,

ucapan yang khas, pendapat dan pandangan mengenai pengalaman yang unik, cita

citanya dalam hidup, keluarga, dan sebagainya.38

Abdurrahman Surjomihardjo juga mengatakan sebuah biografi hendaknya

menghindari suatu deskripsi yang bersifat kronologis, yang dimaksud adalah

walaupun kerangka yang sudah disusun secara kronologis dari masa ke masa dari

kehidupan sang tokoh tetapi dalam penulisan nya tidak perlu membuat suatu

36

Ibid.,p.66. 37

Suwadji Syafei: “Penulisan Biografi” dalam Pemikiran Biografi dan

Kesejarahan : Suatu Kumpulan Prasaran Pada Berbagai Loka Karya Jilid II (

Jakarta:Depdikbud, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,

1982/1983), pp.87-88. 38

Abdurrahman Surjomihardjo: “Penyusunan Biografi Nasional:Pokok-

Pokok Gagasan” dalam Pemikiran Biografi dan Kesejarahan : Suatu Kumpulan

Prasaran Pada Berbagai Loka Karya Jilid II (Jakarta:Depdikbud,Proyek

Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1982/1983), p.53.

22

deskripsi secara kronologis. Oleh karena itu bisa saja suatu penulisan di awali dari

masa kini,kemudian dilanjutkan ke masa lampau.

Memahami kepribadian tokoh atau individu dapat dilakukan dengan cara

memahami latar belakang kehidupan tokoh baik dari budaya, sosial

masyarakatnya serta memahami pendidikannya. Faktor-faktor tersebut

memberikan pengaruh terhadap kepribadian tokoh.39

Menurut Dilthey seperti

dikutip oleh Sartono Kartodirdjo, untuk menempatkan diri seolah olah penulis ada

di dalam situasi tokoh tersebut di perlukan emphaty yaitu sebagai metodologi

interpretatif.

Dengan emphaty penulis ingin menempatkan diri seolah-olah ada di dalam

situasi tokoh itu bagaimana emosinya, motivasi, dan sikapnya, serta persepsi dan

konsepsinya.40

Mengingat Parimartha adalah seorang Guru Besar dalam bidang

Ilmu Sejarah maka sangat penting diketahui riwayat hidup dan bentuk sumbangan

pemikiran Parimartha baik dalam bidang akademik maupun non akademik, untuk

mengetahui hal tersebut digunakan metodologi sejarah pemikiran untuk

membahas apa saja pemikiran pemikiran dia yang berpengaruh pada suatu

kejadian atau peristiwa yang bersejarah, mengetahui konteks sejarah tempat

39

Anhar Gonggong: “Penulisan Biografi - ISDN: Sebuah Catatan Kritis”

dalam Pemikiran Biografi dan Kesejarahan : Suatu Kumpulan Prasaran Pada

Berbagai Loka Karya Jilid II (Jakarta:Depdikbud, Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Sejarah Nasional,1982/1983), p 95.

40

Sartono Kartodirdjo,Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1992 ), p.77.

23

Parimartha muncul, dan apa saja pengaruh pemikirannya di lingkungan

masyarakat.41

Untuk mengetahui apa saja bentuk hasil karya Gde Parimartha sebagai

seorang guru besar dalam bidang Ilmu Sejarah maka digunakan pendekatan kajian

teks dalam hal ini akan dilihat antara lain: 1) genesis pemikiran dalam hal ini akan

dilihat pengaruh pemikiran sebelumnya dari tokoh yang mempengaruhinya dalam

menghasilkan suatu karya; 2) Konsistensi pemikiran dalam hal ini akan di lihat

bagaimana konsistensi pemikiran tokoh dalam hasil karyanya; 3) Evolusi

pemikiran yang tentunya akan melihat perubahan pemikiran tokoh yang tertuang

dalam hasil-hasil karyanya; 4) Sistematika pemikiran yang akan membahas

bagaimana sistem pemikiran tokoh dalam karyanya; 5) Perkembangan dan

perubahan dalam hal ini akan dilihat apakah ada perkembangan dan perubahan

dalam konsep pemikiran tokoh dengan pemikiran sesudahnya; 6) Varian

pemikiran dalam hal ini akan melihat apakah ada varian dalam pemikiran tokoh;

7) Komunikasi pemikiran yang akan melihat apakah tokoh melakukan komnikasi

dengan tokoh lain mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan karya dari tokoh

tersebut;

8)internal dialectics, kesinambungan pemikiran, serta intertektualitas yang

berarti perbandingan antar teks dari hasil karya tokoh yang menyangkut dari

ketiga hal tersebut. Dalam penulisan ini akan dibahas bentuk pemikiran tokoh dari

dalam dirinya sendiri bukan dari pandangan orang lain, karena lebih ditekankan

pada pemikiran tokoh dari dalam dirinya sendiri atau yang disebut dengan biografi

41

Kuntowijoyo, loc.cit.

24

intelektual internal.42

Parimartha yang merupakan seorang guru besar dalam

bidang ilmu sejarah metodologi Sejarah pemikiran relevan untuk digunakan, guna

melihat sumbangan pemikiran Parimartha khusunya dalam bidang akademis.

Penggunaan metodologi tersebut nantinya akan melihat bagaimana

konsistensi pemikiran seorang Parimartha dalam pengembangan Ilmu

pengetahuan khususnya dalam pengembangan Ilmu Sejarah di perguruan tinggi.

1.6 Kerangka Konseptual dan Teoritis

Konsep merupakan penggambaran umum baik pada suatu objek, peristiwa,

ataupun individu yang diciptakan dari dalam pikiran manusia. Pengertian teori

adalah bahasan mengenai penyusunan konsep dan model mengenai peristiwa

peristiwa dan proses-proses tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan

sebab-sebab dari peristiwa peristiwa dan proses-proses sebenarnya. 43

Dalam penulisan ini konsep dasar yang digunakan adalah konsep

intelektual. Menurut Syed Husein Alatas intelektual adalah seseorang yang

memusatkan diri untuk memikirkan ide dan masalah non material dengan

menggunakan kemampuan penalarannya. Pengetahuan mengenai suatu

permasalahan tertentu belumlah membuat seseorang menjadi seorang intelektual

banyak pemegang gelar akademis dan Profesor ataupun seseorang yang disebut

sebagai seorang cendikiawan tidak memusatkan diri untuk mengembangkan

42

Ibid.,pp.192-195.

43

Helius Sjamsuddin, op.cit., pp.18-27.

25

bidang mereka ataupun menemukan pemecahan atas masalah tertentu di

bidangnya.

Bisa saja intelektual itu muncul dari golongan atau orang yang tidak

memiliki latar pendidikan formal yang tinggi namun ia mampu menggunakan

penalarannya untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi. Kemampuan

berpikikir atau penalaran dapat digunakan untuk memecahkan atau mencari solusi

untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi. Oleh sebab itu seorang

cendikiawan tidak bisa disamakan dengan seorang intelektual karena intelektual

bisa saja muncul dari seorang yang tanpa kualifikasi akademis atau pendidikan

yang tinggi, asalkan seseorang tersebut mampu memanfaatkan kemampuan

berpikirnya dan memliliki pengetahuan yang cukup mengenai pokok bahasan

yang diminatinya.

Kaum intelektual menunjukan ciri-ciri sebagai berikut Pertama, disebut

dari segala kelas sekalipun dalam proporsi yang berbeda.Kedua, dijumpai di

kalangan pendukung atau penentang berbagai gerakan kebudayaan dan politik.

Ketiga, pekerjaan mereka umunya bukanlah pekerjaan tangan melainkan sebagian

besar sebagai penulis, dosen, wartawan dan sebagainya. Keempat, sampai batas

tertentu mereka agak menjauh dari masyarakatnya,selebihnya mereka bergaul

dengan kelompoknya sendiri.44

Kelima dunia pemikirannya bukan hanya

pengetahuan teknis dan mekanis saja tetapi juga ide-ide tentang agama, kehidupan

44

Syed Husein Alatas, Intelektual Masyarakat Berkembang, (Jakarta:

LP3ES, 1988), pp.12-13. Lihat juga Mirta Yolanda:“Biografi Intelektual Prof. Dr.

Anak Agung Gde Putra Agung, S.U Tahun 1935- 2007”, Skripsi Jurusan Sejarah

Fakultas Sastra Universitas Udayana, belum dipublikasikan.

26

yang lebih baik, seni, rasa kebangsaan, ekonomi berencana, kebudayaan dan

sejenisnya. Keenam, berbeda dengan para spesialis kaum intelektual berusaha

melihat hal-hal perspektif yang luas dan secara total. Ketujuh, kelompok

intelektual senantiasa merupakan bagian kecil dari masyarakatnya.45

Konsep

tersebut akan melihat peran intelektual dari seorang Parimartha.

Konsep motivasi juga digunakan dalam penulisan riwayat hidup Gde

Parimartha, karena motivasi juga merupakan faktor penggerak terhadap tindakan

yang diambilnya. Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang

untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan

sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari

kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk

tercapainya suatu tujuan.

Seseorang yang mempunyai motivasi, berarti dia telah mempunyai

kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.46

Konsep motivasi

yang relevan untuk digunakan dalam penulisan ini adalah motivasi aktualisasi diri

(self-actualization) dari Maslow. Motivasi ini berhubungan dengan dorongan

untuk mengaktualisasi potensi yang ada dalam setiap individu.47

Semangat

motivasi Parimartha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik ditunjukan

dengan keberhasilannya dalam bidang akademik yaitu meraih gelar Guru Besar

dalam bidang Ilmu Sejarah. Motivasi tersebut dia peroleh dari semangat dalam

45

Ibid.,p.13. 46

http//:Into Harianto blogger// Konsep konsep Motivasi//html. Diunduh

tanggal 20 Agustus 2014. 47

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2005 ),

pp. 256-257.

27

belajar khususnya dalam bidang ilmu sejarah, terlahir dari keluarga petani yang

sederhana, membuat dia berusaha memperbaiki kondisi kehidupannya. Berbekal

keyakinan, ketekunan, dan semangat belajar membuat Parimartha dapat meraih

gelar akademis tertinggi yakni dikukuhkan menjadi guru besar dalam bidang Ilmu

Sejarah di Universitas Udayana.

Dalam penulisan ini digunakan sejarah kejiwaan (psychohistory) dan teori

psikoanalisis dari Sigmund Freud mengenai id, ego, dan super ego untuk melihat

proses pertumbuhan seorang Parimartha tumbuh menjadi seorang intelektual.

Konsep dan motivasi serta konflik kejiwaan yang menjadi penyebab dari

keputusan yang diambilnya, tingkah laku sosial, dan pandangan hidupnya menjadi

seorang intelektual karena tingkah laku dari pelaku sejarah bisa dianggap sebagai

suatu gejala dari bawah sadar. 48

Id adalah wadah dari naluri naluri primitif yang menuntut pemuasan

selekasnya. Id terdiri dari naluri untuk hidup (Eros) dan naluri untuk mati (

Thanatos ).49

Id dalam pembahasan mengenai prilaku Parimartha yang berasal

dari konflik batinnya adalah ketika dia tidak bisa masuk ke Program Studi Sastra

Inggris karena tidak lulus tes, karena kesenangan dalam bidang ilmu sejarah sejak

duduk di bangku sekolah dasar membuat dia memilih jurusan sejarah untuk

melanjutkan dan mengembangkan bakatnya dalam bidang Ilmu Sejarah.

48

Kuntowijoyo, loc.cit. 49

Dayan Dominisianus Toar:“Pendekatan Psikoanalisis Terhadap Budaya

dan Diri Manusia” dalam Teori-Teori kebudayaan, Mudji Sutrisno,

(eds.) (Yogyakarta: Kanisius,2005), p. 219.

28

Ego merupakan wadah dari rasio dan akal sehat, Ego senantiasa menjaga

kestabilan diri manusia dan bersifat adaptif (bisa menyesuaikan diri) terhadap

kenyataan50

yang merupakan pertimbangan akal sehat dengan menyesuaikan

realita kehidupannya. Ego dalam pembahasan mengenai pertimbangan

Parimartha adalah ketika dia memilih jurusan sejarah sebagai program studi

untuk melanjutkan pendidikan nya berdasarkan kesenangan nya terhadap bidang

Ilmu sejarah sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Atas dasar

kesenangan nya itulah dia memilih jurusan sejarah sebagai program studi untuk

mengembangkan bakatnya.

Superego merupakan wadah dari suara hati dan moralitas, yang keduanya

diturunkan dari masyarakat, khususnya dari sosialisasi dan ajaran atau didikan

orang tua. Superego dalam pembahasan mengenai suara hati dan moralitas

Parimartha terlihat dari kemauan Parimartha untuk melanjutkan pendidikan

walaupun orang tuanya tidak sanggup untuk membiayai pendidikannya. Ketika

dia tamat sarjana dan bekerja sebagai tenaga lapangan di Program Keluarga

Berencana Kabupaten Badung, dia memilih untuk bekerja sebagai asisten dosen di

Universitas Udayana dan melanjutkan pendidikan nya hingga memperoleh gelar

professor. Dia berpikir jika dia hanya bekerja sebagai tenaga lapangan disana

ilmu yang dimilikinya tidak akan berkembang sehingga dia memutuskan

melanjutkan kuliah ke Yogyakarta dan ke Negeri Belanda.

50

Ibid.,p. 219.

29

1.7 Metode Penelitian dan Sumber

Penulisan biografi intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha, MA, digunakan

Metode Sejarah yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. 51

Menurut Nugroho

notosusanto metode sejarah ialah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis

yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha

mengumpulkan bahan bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian

menyajikannya kedalam bentuk tertulis.52

Jadi metode sejarah merupakan aturan-aturan sistematis untuk membantu

dalam proses pengumpulan data yang akan digunakan dalam proses penulisan dari

hasil penelitian khususnya penelitian sejarah, metode sejarah terdiri dari beberapa

tahap yaitu 1). Pengumpulan sumber ( heuristik ), 2). Kritik sumber ( Verifikasi ),

3.) Penafsiran terhadap data yang telah dikumpulkan (Interpretasi), 4.) Proses

penulisan dari data yang telah dikumpulkan ( Historiografi ). 53

Langkah pertama yang dilakukan dalam penulisan ini adalah menentukan

judul atau topik penelitian. Judul atau topik yang dipilih adalah biografi

Intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha M.A, judul tersebut dipilih karena tokoh

merupakan salah satu Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra

dan Budaya Universitas Udayana serta apa saja bentuk sumbangan pemikiran

51

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah,Terjemahan Nugroho Notosusanto

(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia ( UI-Press ), 1985), p.32. 52

Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer:Suatu

pengalaman, (Jakarta: Intidayu Press, 1984), pp.10-11.

53

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:Bentang,1995), pp.

89-105.

30

tokoh sebagai seorang Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah serta motivasi

tokoh dari seorang anak petani hingga mampu memperoleh gelar akademis

tertinggi dalam hidupnya.

Langkah kedua dilakukan kegiatan pengumpulan sumber-sumber yang

dimulai dari pencarian dokumen-dokumen mengenai I Gde Parimartha di Bidang

Kepegawaian Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Dokumen berasal

dari kata docere yang berarti mengajar,54

dokumen digunakan untuk sebagai

pembuktian yang didasarkan atas jenis apapun baik yang bersifat tulisan,lisan,

gambaran,atau arkeologis, yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu

sumber dalam mendukung penulisan karya tulis ilmiah.

Dokumen digunakan untuk melihat bagaimana perjalanan karir tokoh

sebagai seorang dosen hingga memperoleh gelar Guru Besar dalam bidang Ilmu

Sejarah.Selain dokumen juga digunakan hasil-hasil karya dari Parimartha berupa

buku yang di dapatkan dari, perpustakaan Fakultas Sastra Dan Budaya

Universitas Udayana, koleksi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas

Udayana, maupun koleksi pribadi dari Parimartha sendiri diantaranya buku

berjudul Silang Pandang Desa Adat dan Desa Dinas di Bali dan Politik dan

Perdagangan di Nusa Tenggara 1815-1915. Dari sumber-sumber buku hasil

karya Parimartha dapat dilihat apa saja bentuk sumbangan pemikirannya sebagai

seorang Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sejarah.

Dalam mendukung penulisan biografi intelektual ini, digunakan juga

Metode wawancara atau interview metode ini digunakan untuk mencoba

54

Louis Gottschalk, loc.cit.

31

mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden atau

narasumber dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan narasumber.

Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan

tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat.55

Metode wawancara

digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan mengenai riwayat dari

kehidupan Parimartha sebagai salah satu guru besar dalam bidang Ilmu Sejarah.

Dalam hal ini metode wawancara digunakan untuk mendapatkan

keterangan yang faktual mengenai kehidupan Parimartha baik dari Parimartha

sendiri maupun keterangan-keterangan yang diperoleh dari narasumber yang

mengetahui bagaimana latar belakang tentang kehidupan dan aktivitas Parimartha

sebagai salah satu guru besar dalam bidang Ilmu Sejarah. Dari data tertulis

maupun lisan yang diperoleh, selanjutnya dilakukan kritik sumber yang bertujuan

untuk melihat keabsahan sumber yang didapatkan. Kritik sumber terbagi menjadi

dua macam yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern termasuk dalam isi

dari data atau dokumen yang diperoleh, ini dilakukan untuk melihat apakah ada

kesesuaian dari sumber yang ditemukan dengan isi sumber yang terdapat pada

sumber tersebut.

Kritik ekstern termasuk dalam segi fisik dari dokumen yang telah

didapatkan, ini untuk melihat apakah dokumen tersebut menunjukan perjalanan

karir tokoh, apakah ejaan dalam dokumen tersebut sesuai dengan tahun yang

masih menggunakan ejaan lama atau tidak yang sesuai dengan EYD, dan apakah

55

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Dalam Masyarakat,(PT

Gramedia :Jakarta, 1977, ), p. 129.

32

huruf yang digunakan dalam dokumen tersebut masih menggunakan mesin ketik

atau tidak hal ini dilakukan untuk memperjelas keabsahan sumber yang akan

digunakan dalam mendukung karya penulisan.

Setelah proses kritik atau verifikasi selesai maka dilanjutkan ke tahap

Interpretasi yaitu melakukan penafsiran terhadap data - data yang telah diperoleh

ini dilakukan untuk mendukung proses dalam penulisan karya tulis sejarah.

Penafsiran bertujuan untuk mengolah data-data yang telah diperoleh menjadi

lebih hidup sehingga tidak menjadi hanya sebatas data kering. Dalam hal ini

sangat diperlukan peranan imajinasi dari penulis untuk menghadirkan kembali

rekonstruksi peristiwa dari masa lalu berdasarkan jejak dari suatu peristiwa dan

data-data sejarah yang telah dikumpulkan, yang nantinya akan diperoleh

penggambaran tentang perjalanan hidup I Gde Parimartha secara menyeluruh.

Tahap terakhir adalah proses penulisan karya tulis sejarah atau yang

disebut dengan Historiografi yang merupakan tahap akhir dari keseluruhan

metode sejarah. Melalui proses penulisan tentunya akan menjadikan suatu

peristiwa menjadi lebih awet dan tentunya tidak akan mudah dilupakan karena

dituangkan kedalam bentuk karya tulis, tentunya setiap orang tidak akan

melupakan suatu peristiwa yang telah terjadi karena sudah dituangkan ke dalam

bentuk tulisan yang nantinya akan dapat digunakan baik sebagai sumber bacaan

dan sumber-sumber referensi dalam mendukung suatu kegiatan penelitian ilmiah.

Dalam tahap terakhir ini disajikan tulisan mengenai peristiwa sejarah

secara menyeluruh, tentunya dalam hal ini akan disajikan riwayat hidup I Gde

Pariamrtha yang merupakan salah satu Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah di

33

Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Penyajian karya tulis sejarah ini

nantinya akan memadukan bahasa ilmiah dan bahasa seni agar dapat menyentuh

sisi-sisi kemanusian dari tokoh tersebut. Sehingga karya tulis sejarah yang

dihasilkan akan mampu memberikan inspirasi kepada pembaca, sehingga karya

tulis sejarah dalam bentuk biografi ini memiliki fungsi penting dalam

pendidikan.56

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menulis biografi intelektual Prof. Dr. I

Gde Parimartha M.A. Dalam penulisan skripsi ini, penulis membahasnya dalam

enam bab. Berikut pembagian penjelasan pada setiap bab, yang penulis uraikan

dalam Penulisan Skripsi Biografi Intelektual Prof. Dr. I Gde Parimartha, MA

1943-2014:

BAB I

Pada bab satu diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi sejarah yang digunakan,

kerangka konseptual dan teoritis, metode penelitian dan sumber, dan sistematika

penulisan.

BAB II

Pada bab dua penulis menguraiakan transisi masa kanak-kanak

Parimartha, bagaimana asal asul keluarganya, dan apa saja pengalaman

56

Sartono Kartodirjo, op.cit., p.76-77.

34

Parimartha dari kecil hingga masuk bangku sekolah dari menginjak bangku

sekolah dasar hingga duduk di bangku sekolah menengah atas.

BAB III

Pada bab tiga penulis menguraikan pengalaman studi Parimartha dari

berbagai perguruan tinggi dari sarjana muda hingga ia berhasil meraih gelar

doktor di Negeri Belanda dalam bab tiga juga akan diuraikan aktivitas dan

pengalaman Parimartha selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

BAB IV

Pada bab empat penulis menguraikan bagaimana pengabdian Parimartha

sebagai seorang dosen hingga dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu

Sejarah, Serta jabatan apa saja yang pernah dipegang oleh Parimartha selama aktif

sebagai seorang pengajar.

BAB V

Pada bab lima penulis menguraikan apa saja sumbangan pemikiran

Parimartha sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Sejarah yang dituangkan

dalam buku, artikel-artikel ilmiah, artikel dalam surat kabar, dan berbagai media

lainnya. Pada bab ini juga menguraikan apa saja aktivitas Parimartha setelah

memasuki masa purnabakti dari aktivitas mengajar sebagai seorang dosen di

Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.

BAB VI

Pada bab enam penulis menyimpulkan secara menyeluruh yang

berdasarkan pada uraian dari seluruh bab dari penulisan Skripsi yang berjudul

Biografi Intelektual Prof.Dr. I Gde Parimartha M.A. 1943-2014.