bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah i.pdf · sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit...

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi atau banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Di era globalisasi ini, kehidupan masyarakat terus berkembang begitu juga halnya terhadap perekonomian di Indonesia yang terus mengalami perubahan hingga saat ini mengalami pasang surut semenjak merosotnya nilai tukar rupiah akibat naiknya nilai mata uang asing. Seiring berjalannya waktu, dengan bertambahnya permintaan kebutuhan masyarakat dalam melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya yang terus meningkat, kendala yang sering dihadapi hingga saat ini adalah masalah perekonomian. Di dalam melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya apabila diamati masih belum memadai dengan material yang dimiliki, dan terutama terhadap masyarakat yang kelas menengah, yang pemenuhan perekonomiannya masih pada tahap rendah. Dalam mengatasi permasalahan perekonomiannya tersebut, kini dalam kehidupan masyarakat, kebanyakan melakukan hal praktis untuk mendapatkan

Upload: others

Post on 09-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu

memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari.

selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti

makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan

dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi

tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi atau banyak pula macam

kebutuhan yang harus dipenuhi. Di era globalisasi ini, kehidupan masyarakat terus

berkembang begitu juga halnya terhadap perekonomian di Indonesia yang terus

mengalami perubahan hingga saat ini mengalami pasang surut semenjak

merosotnya nilai tukar rupiah akibat naiknya nilai mata uang asing. Seiring

berjalannya waktu, dengan bertambahnya permintaan kebutuhan masyarakat

dalam melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya yang terus

meningkat, kendala yang sering dihadapi hingga saat ini adalah masalah

perekonomian. Di dalam melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya

apabila diamati masih belum memadai dengan material yang dimiliki, dan

terutama terhadap masyarakat yang kelas menengah, yang pemenuhan

perekonomiannya masih pada tahap rendah.

Dalam mengatasi permasalahan perekonomiannya tersebut, kini dalam

kehidupan masyarakat, kebanyakan melakukan hal praktis untuk mendapatkan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

2

dana tunai dengan cepat. Untuk memperoleh dana yang cepat, seperti halnya

dalam bentuk pinjam-meminjam sehingga menimbulkan hak kebendaan. Dengan

perkembangan teknologi dan komunikasi yang terus maju harus diakui sangat

membawa dampak positif bagi masyarakat. Sebagian masyarakat pasti memiliki

alat komunikasi seperti halnya handphone. Alat komunikasi handphone yang saat

ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Dengan tingginya nilai ekonomi handphone saat ini, benda ini sering

digunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan perekonomiannya yang mendesak,

dengan menggadaiakan benda (handphone) untuk mendapatkan pinjaman uang

secara praktis dan cepat.

Sebagai salah satu agen pelaksanaan usaha gadai handphone yang paling

praktis ialah pada counter-counter handphone yang menerima gadai barang

(handphone nya). Untuk memudahkan pelaksanaan yang mendesak dalam hal

mendapatkan pinjaman tunai dengan cepat , masyarakat biasanya mendatangi

counter handphone untuk menggadaikan barang (handphonenya) lalu

menukarkannya dengan sejumlah uang tunai dengan jaminan handphonenya.

Pada prinsipnya bentuk jaminan benda bergerak dapat berupa gadai,

fiducia sedangkan terhadap jaminan benda tidak bergerak adalah hak tanggungan

dan hipotik. Karakteristik dari benda bergerak dan benda tetap adanya kreditur

mengenai alasan-alasan yang sah untuk didahulukan yang tercantum dalam ( Pasal

1132 Burgerlijk Wetboek) sedangkan terhadap hipotik benda jaminan yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

3

keberadaannya tetap pada tangan si pemberi hipotik tercantum dalam (Pasal 1162,

1163 BW). 1

Pengaturan gadai ditentukan berdasarkan ketentuan Pasal 1150 sampai

1160 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku II Bab XX, di dalam Pasal

1150 KUH Perdata menyatakan bahwa Gadai adalah suatu hak yang diperoleh

oleh kreditur atas suatu benda yang diserahkan oleh debitur untuk menjamin

piutangnya.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, gadai dikonstruksikan sebagai

perjanjian accesoir (tambahan) , sedangkan perjanjian pokoknya adalah perjanjian

pinjam meminjam uang dengan jaminan benda bergerak.

Mengenai perjanjian diatur Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku

III Bab II Pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian adalah sebagai berikut :

“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satun orang lain atau lebih”.

Dengan demikian dimungkinkan suatu perjanjian akan melahirkan lebih

dari satu perikatan, dengan kewajiban berprestasi saling timbal balik. Pada

perikatan yang lahir dari undang-undang , hanya ada satu pihak yang menjadi

debitur dan pihak lain yang menjadi kreditur atas pelaksanaan prestasi debitur. Di

dalam membuat suatu perjanjian agar dapat dikatakan sah dihadapan hukum,

maka harus memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam

1 P.J Satrio, 2000, Hukum Jaminan dan Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bhakti,

Bandung, h. 162.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

4

ketentuan (Pasal 1320 KUH Perdata) suatu perjanjian akan menimbulkan suatu

akibat bagi para pihak yang membuatnya ( 1338 KUH Perdata) sedangkan pada

suatu perikatan yang menimbulkan kerugian kepada orang lain , mewajibkan

orang yang salah untuk mengganti kerugian tersebut (1365 KUH Perdata).2

Di dalam melaksanakan perjanjian harus memperhatikan unsur-unsur

perjanjian yang terkandung pada syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yaitu unsur

subyektif yang mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari para pihak

yang berjanji dan kecakapan dari pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian dan

unsur obyektif mencakup pada pokok permasalahan yang merupakan obyek yang

diperjanjikan berupa prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan tersebut

haruslah sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan menurut hukum.3

Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan

menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever) untuk

dijadikan jaminan dan dilampirkan dengan kwitansi bukti gadai pihak (penerima

gadai) . Dengan menyerahkan bukti kwitansi gadai pada pihak penerima gadai

kemudian dari pihak penerima gadai memberikan surat bukti kwitansi atas

pelunasan pinjamannya, maka dinyatakan pihak pemberi gadai telah melunasi

pinjaman uang kepada pihakpenerima gadai, dalam hal tersebut dapat dikatakan

berakhirnya hak gadai.4

2 Subekti R, 1994, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, h. 79.

3 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 94.

4 Soewarso, Indrawati, 2002, Aspek Hukum Jaminan Kredit, Institut Bankir Indonesia, h. 59.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

5

Hak kebendaan dari hak gadai bukanlah hak untuk menikmati suatu benda

seperti eigendom, hak bezit, hak pakai dan sebagainya. Benda gadai memang

harus diserahkan kepada penerima gadai (kreditur) tetapi tidak untuk dinikmati,

melainkan untuk menjamin piutangnya dengan mengambil, penggantian dari

benda tersebut guna membayar piutangnya. Mengenai jaminan atas suatu benda

secara umum diatur dalam ketentuan Pasal 1131 dan 11 32 KUH Perdata . 5

Kesepakatan dalam perjanjian merupakan perwujudan dari kehendak

antara para pihak, mengenai apa yang dikehendaki untuk dilaksanakan, bagaimana

cara melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan dan siapa yang harus

melaksanakannya. Keadaan yang tidak pasti dengan kemungkinan

ketidaksesuaian isi perjanjian dengan pelaksanaan dapat menimbulkan rasa

keraguan masyarakat terhadap suatu jasa counter handphone, maka dari itu dalam

membuat suatu perjanjian harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

agar tidak menimbulkan kerugian antar pihak yang bersangkutan . Selain itu untuk

menghindari hal kemungkinan kerusakan (cacat) pada benda jaminan yang

dimiliki oleh pemberi gadai (konsumen) serta untuk menghindarinya terjadinya

wanprestasi terhadap perjanjian yang dibuat semula oleh pihak penerima gadai

kepada pihak pemberi gadai , maka pihak penerima gadai harus bisa memberi

perlindungan terhadap atas benda yang telah dijadikan jaminan serta memberi

pelayanan yang baik agar konsumen merasa nyaman. Dengan adanya hal tersebut

maka diperlukannya pelaksanaan perjanjian gadai dalam praktik gadai handphone

5 Widjaya, Gunawan dan Ahmad Yani, 2000, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, Rajawali,

Jakarta, h. 164.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

6

yang ditawarkan pihak penerima gadai (kreditur) dengan pemberi gadai

(konsumen) berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku atas kemungkinan

terjadinya wanprestasi dalam perjanjian serta resiko akan kerusakan terhadap

benda yang dijadikan jaminan oleh pemberi gadai (konsumen) yang

menimbulkan kerugian bagi pihak konsumen sehingga kini di masyarakat banyak

sekali keluhan-keluhan konsumen terkait dengan usaha gadai handphone yang

sering merugikan pihak konsumen.

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di atas maka hal tersebut menarik

untuk diteliti dan dituangkan dalam penulisan yang berjudul “Pelaksanaan

Perjanjian Jaminan Gadai Handphone Pada Counter Cellular “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat

ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengikatan perjanjian pemberian gadai handphone pada

Counter Handphone Hanei Cellular di Denpasar ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian gadai

handphone pada Counter Handphone Hanei Cellular di Denpasar ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam mendekatkan permasalahan untuk menghindari pembahasan

menyimpang dari pokok permasalahan, diberikan batasan-batasan mengenai ruang

lingkup permasalahan yang akan dibahas. Adapun permasalahan yang pertama

akan dibahas mengenai pengikatan perjanjian pemberian gadai handphone pada

Counter Handphone Hanei Cellular di Denpasar, serta faktor-faktor yang

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

7

mempengaruhi pelaksanaan perjanjian gadai handphone pada Counter

Handphone Hanei Cellular di Denpasar.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai Pelaksanaan Perjanjian Jaminan Gadai

Handphone Pada Counter Cellular. Selain itu dalam penelitian ini dibahas

mengenai pengikatan perjanjian pemberian gadai handphone dan faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian gadai handphone pada Counter Hanei

Cellular di Denpasar. Dalam penulisan penelitian ini, penulis menemukan

beberapa kemiripan dalam penelitian lain, adapun perbandingan penelitian penulis

dengan penelitian lainnya adalah sebagai berikut :

Nkxdjikcn No. Nama Nama Penulis Judul Ru Rumusan Masalah

11111111111. AkFakultas Akhmad Mukhtar

(Mahasiswa Fakultas

Hukum, Universitas

Islam Nasional Sunan

Kalijaga, Yogyakarta)

TinjauIslamTinjauan Hukum

Terhadap Praktek

Gadai Handphone (

Studi Pada Counter-

Counter Handphone

Di Jalan Moses

Gatotkaca Sleman

Yogyakarta).

Bagaimana tinjauan

Hukum Islam terhadap

praktik pengambilan

pelunasan hutang gadai

pada counter-counter HP

di Jl. Moses Gatotkaca

Sleman Yogyakarta?

2.,emdefmf 2. Putu Indm Putu Indi Apriyani

Pelaksanaan

1. Bagaimanakah

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

8

(Mahasiswa ( Mahasiswa Fakultas

Hukum, Unversitas

Udayana, Bali)

Perjanjian Jaminan

Gadai Handphone

Pada Counter

Cellular.

pengikatan

perjanjian

pemberian gadai

handphone pada

Counter

Handphone Hanei

Cellular di

Denpasar ?

2. Faktor-faktor apa

yang

mempengaruhi

pelaksanaan

perjanjian gadai

handphone pada

Counter

Handphone Hanei

Cellular di

Denpasar ?

Dilihat dari tabel perbandingan penelitian di atas, kemiripan penelitian penulis

dengan penelitian lainnya tidak terlalu signifikan. Penulis lebih menitik beratkan

pada pengikatan perjanjian pemberian gadai handphone serta faktor-faktor yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

9

mempengaruhi pelaksanaan perjanjian gadai handphone pada Counter

Handphone Hanei Cellular di Denpasar.

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam suatu karya ilmiah haruslah mempunyai tujuan tertentu yang

hendak dicapai, bertitik tolak dari latar belakang masalah dan rumusan masalah

diatas maka tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian dalam penyusunan penelitian ini adalah

merupakan tujuan yang bersifat akademis , yaitu :

1. Untuk mengkaji dan memahami pengikatan perjanjian pemberian

gadai handphone pada Counter Hanei Cellular di Denpasar.

2. Untuk mengkaji dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan perjanjian gadai handphone pada Counter Hanei Cellular

di Denpasar.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengikatan perjanjian pemberian gadai handphone

pada Counter Hanei Cellular di Denpasar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

perjanjian gadai handphone pada Counter Hanei Cellular di Denpasar.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi manfaat

positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum jaminan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

10

khususnya dalam hal gadai yang keberadaannya sangat dibutuhkan sebagai bahan

penelitian bagi lembaga Fakultas Hukum Universitas Udayana khususnya

mengenai hukum jaminan yang kaitannya terhadap jaminan gadai dalam usaha

gadai handphone pada counter handphonedan sebagai bahan referensi pada

perpustakaan.

1.6.1 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan

sumbangan sebagai bahan acuan, pertimbangan, perbandingan, dan

penyempurnaan bagiCounter Handphone dalam memberikan pedoman serta

masukan apabila telah terjadi penyimpangan hukum akibat terjadinya wanprestasi

terhadap pelaksanaan perjanjian gadai handphone.

1.7 Landasan Teoritis

Dalam hal pemenuhan perekonomian, seseorang akan terus berusaha

untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Selain dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari bagi orang yang memiliki usaha atau bisnis pun akan terus

membutuhkan suatu modal dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan

usahanya. Dengan keadaan perekonomian saat ini yang merosot karena turunnya

nilai rupiah hal itulah yang menjadi permasalahan utama bagi pemerintah maupun

masyarakat Indonesia. Terlepas dari hal tersebut maka pada permasalahan yang

telah dipaparkan pada penulisan penelitian ini, perlu kiranya ada landasan-

landasan hukum yang berkaitan terhadap permasalahan tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dalam menunjang perekonomian

masyarakat yang semakin hari semakin didesak oleh kebutuhan-kebutuhan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

11

pemenuhan kehidupannya, terutama dalam pemenuhan sandang dan pangan yang

setiap harinya selalu meningkat. Di dalam melengkapi kebutuhan kehidupannya,

uang (materi) merupakan permasalahan yang paling utama (pokok) masyarakat.

Untuk mendapatkan dana cepat, dalam kebutuhan yang mendesak ini merupakan

cara yang praktis yang bisa masyarakat lakukan demi memenuhi kebutuhannya

yang kian mendesak dan tidak bisa dihindari, yakni mengingat saat ini teknologi

informasi yang sudah berkembang sedemikian pesatnya menyebabkan tingginya

nilai harga jual terhadap barang teknologi dan informasi tersebut, maka dari itu

dalam realitannya menggadaikan handphone pun dilakukan masyarakat karena

dianggap lebih praktis dan tidak berbelit-belit mengurus surat-surat sebagainya

serta mempermudah mendapatkan dana pinjaman dengan cepat dalam keadaan

yang mendesak.

Pada dasarnya gadai adalah suatu perjanjian yang dibuat antara kreditur

dengan debitur dimana debitur menyerahkan benda bergerak kepada kreditur,

untuk menjamin pelunasan suatu hutang gadai, ketika debitur lalai melaksanakan

prestasinya. Dalam penjelasan tersebut gadai dapat dikonstruksikan sebagai

perjanjian accesoir (tambahan), sedangkan perjanjian pokoknya adalah

peminjaman uang dengan jaminan benda bergerak.6

Pengaturan terhadap gadai ditentukan berdasarkan ketentuan Pasal 1150

sampai 1160 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku II Bab XX . Pada hal

ini apabila pihak pemberi gadai ingin memperoleh pinjaman kredit (uang)

6 H. Salim, 2014, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada,

Jakarta, h. 34.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

12

kepada pihak penerima gadai Counter Handphone maka pihak pemberi gadai

harus menyerahkan benda (handphone) sebagai jaminan kepada pihak penerima

gadai di Counter Handphone, begitu pula pihak pemberi gadai harus

menyerahkan Kartu Tanda Penduduk serta surat bukti berupa kwitansi gadai

handphone kepada pihak penerima gadai di Counter Handphone. Pihak pemberi

gadai (pandgever) yaitu orang yang memberikan jaminan sedangkan penerima

gadai (pandnemer) yaitu orang yang menerima gadai sebagai jaminan untuk

peminjaman uang.7

Dasar hukum gadai dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan sebagai

berikut yaitu :

1. Pasal 1150 KUH Perdata sampai dengan pasal 1160 Buku II KUH

Perdata Bab XX.

2. Artikel 1196 vv, titel 19 Buku III NBW.

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam gadai yaitu :

1. Gadai adalah suatu hak kebendaan.

2. Perjanjian gadai adalah accesoir.

3. Hak gadai diberikan oleh pihak pemberi gadai (debitur) kepada

pemegang gadai (kreditur).

4. Pemberian gadai dimaksdukan sebagai jaminan utang.

5. Gadai berobjekan benda bergerak, baik yang berwujud maupun

yang tidak berwujud.

7 ibid, h. 36.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

13

6. Benda objek gadai diserahkan ke dalam kekuasaan pemegang

gadai (kreditur), atau ke dalam kekuasaan pihak ketiga yang

disetujui oleh kedua belah pihak.

7. Kepada pemegang gadai (kreditur), atau kepada pihak ketiga yang

disetujui oleh kedua belah pihak, diberikan hak untuk memakai

dan/atau menikmati hasil atas benda objek gadai tersebut.

8. Kepada pemegang gadai (kreditur) diberikan hak prioritas untuk

mendapat pembayaran terlebih dahulu daripada kreditur lainnya,

atas tagihan-taguhan dari kreditor pemegang gadai, khususnya

yang bersangkutan dengan hasil eksekusi objek gadai tersebut,

dengan perkecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan

biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah

barang itu digadaiakan.8

Dalam ketentual Pasal 1150 KUH Perdata tidak disebutkan mengenai sifat

gadai, maka dari itu harus meneliti dalam ketentuan-ketentuan yang lainnya,

Adapun sifat-sifat gadai adalah sebagai berikut :

1) Gadai adalah hak kebendaan

Sifat kebendaan ini dapat diketahui dari Pasal 1152 ayat (3) KUH Perdata

yang menyatakan bahwa: “Pemegang gadai mempunyai hak revindikasi dari

Pasal 1977 ayat (2) KUH Perdata apabila barang gadai hilang atau dicuri”.

8 Munir Fuady, 2014, Konsep Hukum Perdata, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 128

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

14

Oleh karena hak gadai mengandung hak revindikasi, maka hak gadai

merupakan hak kebendaan sebab revindikasi merupakan ciri khas dari hak

kebendaan.

Hak kebendaan dari hak gadai bukanlah hak untuk menikmati suatu benda

seperti eigendom, hak bezit, hak pakai dan sebagainya. Benda gadai memang

harus diserahkan kepada kreditor tetapi tidak untuk dinikmati, melainkan

untuk menjamin piutangnya dengan mengambil, penggantian dari benda

tersebut guna membayar piutangnya.

2) Hak gadai bersifat accesoir

Hak gadai hanya merupaklkan tambahan saja dari perjanjian

pokoknya, yang berupa perjanjian pinjam uang. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa seseorang akan mempunyai hak gadai apabila ia mempunyai

piutang, dan tidak mungkin seseorang dapat mempunyai hak gadai tanpa

mempunyai piutang. Jadi hak gadai merupakan hak tambahan atau accesoir,

yang ada dan tidaknya tergantung dari ada dan tidaknya piutang yang

merupakan perjanjian pokoknya. Dengan demikian hak gadai akan hapus jika

perjanjian pokoknya hapus. Beralihnya piutang membawa serta beralihnya

hak gadai, hak gadai berpindah kepada orang lain bersama-sama dengan

piutang yang dijamin dengan hak gadai tersebut, sehingga hak gadai tidak

mempunyai kedudukan yang berdiri sendiri melainkan accesoir terhadap

perjanjian pokoknya.

3) Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

15

Karena hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, maka dengan dibayarnya

sebagian hutang tidak akan membebaskan sebagian dari benda gadai. Hak

gadai tetap membebani benda gadai secara keseluruhan. Dalam Pasal 1160

KUH Perdata disebutkan bahwa :

“Tak dapatnya hak gadai dan bagi-bagi dalam hal kreditor, atau debitur

meninggal dunia dengan meninggalkan beberapa ahli waris.“

Ketentuan ini tidak merupakan ketentuan hukum memaksa, sehingga para

pihak dapat menentukan sebaliknya atau dengan perkataan lain sifat tidak

dapat dibagi-bagi dalam gadai ini dapat disimpangi apabila telah

diperjanjikan lebih dahulu oleh para pihak.

4) Hak gadai adalah hak yang didahulukan

Hak gadai adalah hak yang didahulukan. Ini dapat diketahui dari

ketentuan Pasal 1133 dan 1150 KUH Perdata. Karena piutang dengan hak

gadai mempunyai hak untuk didahulukan daripada piutang-piutang lainnya,

maka kreditor pemegang gadai mempunyai hak mendahulu (droit de

preference). Benda yang menjadi obyek gadai adalah benda bergerak baik

yang berwujud maupun tidak berwujud.

5) Hak gadai

Hak gadai adalah hak yang kuat dan mudah penyitaannya. Menurut Pasal

1134 ayat (2) KUH Perdata dinyatakan bahwa:

“Hak gadai dan hipotik lebih diutamakan daripada privilege, kecuali jika

undang-undang menentukan sebaliknya “.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

16

Dari bunyi pasal tersebut jelas bahwa hak gadai mempunyai kedudukan yang

kuat. Di samping itu kreditor pemegang gadai adalah termasuk kreditor

separatis. Selaku separatis, pemegang gadai tidak terpengaruh oleh adanya

kepailitan si debitor.

Dengan demikian dapat disimpulkan tujuan penyelenggaraan gadai adalah

pemberian benda jaminan dari pihak pemberi gadai (debitur) kepada pihak

penerima gadai (kreditur) guna dalam jaminan atas piutangnya (debitur) yang

akan dibayar sesuai dengan nilai barang gadai yang dijadikan jaminan.9

Dalam pengadaan hak gadai diatur dalam ketentuan Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata Buku II Bab XX Pasal 1152 ayat 1 yaitu sebagai berikut :

“untuk mengadakan hak gadai diperlukan dua hal, ialah pertama-tama apa

yang disebut sebagai perjanjian gadai (pandovereenkomst) yaitu persesuaian

kehendak yang dinyatakan antara pihak-pihak untuk mengadakan gadai, dan

kedua “inbezitstelling”

Sedangkan hapusnya hak gadai ditentukan dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata Buku II Bab XX Pasal 1152 ayat 3 . Hapusnya hak gadai

ditentukan 2 (dua) cara, yaitu:

1. Barang gadai itu hapus dari kekuasaan pemegang gadai.

2. Hilangnya barang gadai atau dilepaskan dari kekuasaan penerima

gadai surat bukti kredit.

9 Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, 1981, Hukum Perdata, Hak Jaminan Atas Tanah,

Liberty, Jakarta, h. 87.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

17

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, menurut Ari Hutagalung, hapusnya

hak gadai itu terjadi karena :

1. Hapusnya perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai.

2. Terlepasnya benda gadai dari kekuasaan penerima gadai.

3. Musnahnya barang gadai.

4. Dilepaskannya barang gadai secara sukarela.

5. Percampuran ( penerima gadai menjadi pemilik benda gadai).

Perjanjian pokok dalam perjanjian gadai adalah perjanjian pinjam

meminjam uang dengan jaminan gadai. Apabila debitur telah membayar

pinjamannya kepada penerima gadai, maka sejak saat itulah hapusnya perjanjian

gadai. 10

Ketentuan tentang bentuk perjanjian gadai dapat dilihat dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata Buku II Bab XX Pasal 1151 yaitu sebagai

berikut:

“Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang diperkenankan untuk

membuktikan perjanjian pokoknya”.

Perjanjian gadai dapat dilakukan dengan perjanjian tertulis, sebagaimana

dengan perjanjian pokoknya yaitu perjanjian pemberian kredit.

10

Prawirohamidjojo, Soetojo, R dan Marthalena Pohan, 1991, Bab-bab tentang Hukum

Benda, Bina Ilmu, Surabaya, h. 65.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

18

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dalam rangka menciptakan

keseimbangan dalam memelihara hak-hak yang dimiliki oleh para pihak sebelum

perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat bagi para pihak, oleh

ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku II Bab XX

diberikan ketentuan dalam syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yaitu, sebagai

berikut:

“untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu pokok persoalan tertentu

4. Suatu sebab yang tidak dilarang

Selain itu dalam mengadakan suatu perjanjian harus memenuhi syarat syarat

subyektif, suatu perjanjian terjadi karena kesepakatan secara bebas diantara para

pihak yang mengadakan atau melangsukan perjanjian dan adanya kecakapan dari

pihak-pihak yang berjanji. Sedangkan pada syarat obyektif, sahnya perjanjian

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III Bab II ketentuan

Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 mengenai keharusan adanya suatu hal

tertentu dalam perjanjian dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III

Bab II ketentuan Pasal 1335 sampai dengan Pasal 1337 mengenai kewajiban suatu

sebab yang halal dalam perjanjian yang dibuat oleh para pihak. 11

Berdasarkan pelaksanaan perjanjian gadai handphone pada counter

handphone tersebut, akan menimbulkan suatu hak dan kewajiban dari masing-

11

Vollmar, H.F.A, 1980, Hukum Benda, Tarsito, Bandung, h. 193.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

19

masing pihak, hak penerima gadai (Pasal 1155 KUH Perdata), kewajiban

penerima gadai (Pasal 1154, 1156 dan Pasal 1157 KUH Perdata), sedangkan hak

dan kewajiban pemberi gadai (Pasal 1156 dan Pasal 1157 KUH Perdata). 12

Dalam teorinya apabila pada Counter Handphone tidak melakukan

pemenuhan hukum terhadap pengikatan perjanjian yang telah dibuat maka akan

dinyatakan batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat-syarat sahnya suatu

perjanjian yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata.

1.8 Metode Penelitian

Di dalam karya tulis yang bersifat ilmiah, tentu mempergunakan suatu

metode untuk membahas permasalahan yang terjadi. Untuk memenuhi ketentuan

tersebut maka di dalam penulisan penelitian ini metode yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Hukum Empiris, dengan

salah satu cirinya adalah penggunaan landasan teoritis.

1.8.2 Jenis pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fakta

(the fact Approach) dan pendekatan perundang-undangan (the statue approach).

Pendekatan fakta (the fact approach) dilakukan dengan melihat keadaan nyata di

12

Usman, Rachmadi, 2011, Hukum Kebendaan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 124.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

20

wilayah penelitian.13

Sedangkan pendekatan perundang-undangan (the statute

approach) adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-

undang dan regulasi yang bersangkut paut sesuai hukum yang ditangani.14

1.8.2 Sifat penelitian

Di dalam penyusunan penulisan ini sifat penelitian yang dilakukan

berdasarkan atas pendekatan yang bersifat deskriftif yaitu dengan melakukan

pengamatan dan pendekatan langsung pada permasalahan yang ada pada Counter

Handphone yang menyangkut terhadap Pelaksanaan Perjanjian Jaminan Gadai

Handphone Pada Counter Cellular.

1.8.3 Data dan sumber data

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari

data primer (data dasar) yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan

diperoleh dari data sekunder yang berupa penelitian bahan-bahan

kepustakaan.15

Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

2 (dua) sumber , yaitu :

1. Data primer

Adapun cara untuk mendapatkan data primer dilakukan penelitian

lapangan (Field Research) yaitu dengan melakukan penelitian secara

13

Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 60.

14

Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum Edisi I, Cetakan V, Kencana, Jakarta,

h. 93.

15

Bambang Sunggono, 2015, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada,

Jakarta, h. 112.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

21

langsung ke lapangan yakni pada Counter Handphone Hanei Cellular di

Denpasar serta melakukan wawancara dengan karyawan yang terdapat

didalam Counter Handphone tersebut.

2. Data sekunder

Adapun cara untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dari

penelitian kepustakaan (Library research). Library research digunakan

untuk menggali data melalui literatur, majalah di bidang hukum guna

menemukan teori yang relevan dengan permasalahan hukum yang akan

dibahas.16

Berkaitan dengan data sekunder diatas, maka di dalam penulisan

penelitian ini akan menggunakan , yaitu :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada ketentuan

pasal 1320 yaitu tentang syarat sahnya suatu perjanjian .

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada ketentuan

pasal 1150 sampai dengan pasal 1160 tentang gadai.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada ketentuan

pasal 1162 sampai dengan pasal 1163 tentang hipotik.

16

Zainuddin Ali, 2014, Metodelogi Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 54.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

22

3. Bahan tersier adalah data yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum dan

kamus besar bahasa Indonesia.

1.8.4 Teknik pengumpulan data

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis

pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau

observasi, wawancara atau interview.17

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu

melalui wawancara atau interview. Pada Counter Handphone Hanei Cellular di

Denpasar , wawancara ini dilakukan dengan pemilik usaha dan para karyawan

yang terkait, adapun dalam teknik yang dilakukan yakni dengan melakukan teknik

tanya jawab dan diharapkan dapat berlangsung dengan terarah. Selanjutnya data

yang diperoleh kemudian dipelajari, dicatat dan diklasifikasikan sesuai dengan

tujuan dan permasalahan penelitian.

1.8.5 Teknik analisis data

Untuk menganilisis bahan-bahan hukum yang telah terkumpul baik itu

melalui wawancara maupun melakukan studi kepustakaan, kemudian data tersebut

diolah dan dianalisis secara kualitatif yakni data yang telah diperoleh

dihubungkan kaitannya antara data satu dengan data yang lain guna agar

17 Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan Metodelogi Penelitian Hukum Empiris, Cetakan I,

IND-HILL-CO, Jakarta, h. 114.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · Sedangkan untuk memperoleh pinjaman kredit (uang) yakni dengan menyerahkan benda atau barang milik pemberi gadai (pandgever)

23

memperoleh hasil data yang akurat selanjutnya data tersebut disajikan secara

deskriftif analisis. Dalam artian data-data yang dipaparkan tersebut disertai

dengan analisis sesuai dengan teori yang terdapat pada literatur dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.