jurnal ilmiah tanggung jawab perusahaan gadai atas … · 2019-12-31 · halaman pengesahan jurnal...
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GADAI ATAS KEHILANGAN
OBJEK GADAI DITINJAU DARI HUKUM PERDATA
(Studi di CV. Eva Group)
Oleh :
MUHAMMAD FEBRIANSYAH
D1A 115 186
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
Halaman Pengesahan Jurnal Ilmiah
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN GADAI ATAS KEHILANGAN
OBJEK GADAI DITINJAU DARI HUKUM PERDATA
(Studi di CV. Eva Grou p)
Oleh :
MUHAMMAD FEBRIANSYAH
D1A 115 186
Menyetujui,
Mataram, Maret 2019
Pembimbing Pertama,
Dr. Djumardin, SH., M.Hum.
NIP. 19630809 198803 1 001
i
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan uang dalam kehidupan sehari-hari terkadang menjadi
kebutuhan yang segera pada waktu tertentu. Namun demikian, kebutuhan-
kebutuhan tersebut ada kalanya tidak diimbangi dengan ketersediaan uang
tunai yang dimiliki. Sesuai namanya, pegadaian adalah tempat di mana
seseorang bisa datang meminjam uang dengan barang-barang pribadi sebagai
jaminannya.
Tempat gadai barang bergerak mempunyai hak untuk mengambil dan
tidak mengembalikan barang jaminan apabila debitur tidak dapat menebus atau
membayar uang pinjaman beserta pokonya sampai hari jatuh tempo berakhir.
Apabila barang jaminan debitur hilang sedangkan barang jaminan tersebut
masih dalam status perjanjian, maka dalam hal ini pihak kreditur mempunyai
tanggung jawab terhadap barang jaminan yang hilang tersebut dan saat itu
debitur berhak untuk melakukan penuntutan kembali barang jaminan tersebut
sehingga dalam hal ini pihak penerima gadai atau kreditur mempunyai
tanggung jawab yang besar terhadap kemungkinan hilangnya barang jaminan
gadai.
Berdasarkan uarian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: 1) bagaimanakah tanggung jawab perusahaan gadai atas kehilangan
objek gadai di tinjau dari hukum perdata ?, 2) Bagaimana bentuk perlindungan
hukum bagi debitur apabila kehilangan objek gadai di tinjau dari hukum
perdata ?.
ii
Di dalam penelitian/penulisan hukum tentunya di harapkan membawa
manfaat dan kegunaan bagi penyususn, adapun manfaat dan kegunaan yang di
harapkan adalah : Manfaat Akademis, Penulisan skripsi ini sebagai salah satu
syarat penyelesaian studi pada Strata Satu (S1) fakltas hukum Universitas
Mataram. Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi ilmu pengetahuan, dalam rangka tanggung jawab perusahaan
gadai atas kehilangan objek gadai di tinjau dari hukum perdata. Manfaat
Praktis, diharapkan dapat berguna bagi masyarakrat untuk mengetahui isi
perjanjian serta hak dan tanggung jawab kedua belah pihak.
Penyusun menggunakan penelitian hukum normatif dan empiris.
Penelitian hukum empiris yaitu suatu penelitian secara langsung terhadap objek
penelitian dengan cara mendapatkan data langsung dari narasumber.1. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan,
konseptual dan sosiologis. Dalam Penelitian ini jenis data yang dipakai terdiri
dari data primer dan data sekunder. Berdasarkan sumber dan jenis data di atas,
maka tehnik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan studi dokumen dan studi lapangan. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu semua data yang telah
terkumpul diolah dan disusun secara sistematis dianalisis untuk memperoleh
data sesuai dengan yang dibutuhkan dan disajikan berupa rangkaian kata-kata
atau kalimat. Pengumpulan data dilakukan dengan pedoman wawancara dan
pengamatan.
1 Amirudin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo,
Jakarta, 2006, hlm. 92.
iii
II. PEMBAHASAN
Tanggung Jawab Perusahaan Gadai Atas Kehilangan Objek Gadai Di
Tinjau Dari Hukum Perdata
Dalam bahasa Inggris pertanggungjawaban diartikan “responsibility”.
Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada
pertanggungjawaban hukum (konsekuensi hukum) yaitu tanggung jawab akibat
kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility
menunjuk pada pertanggungjawaban politik atau kewajiban hukum.2 Tanggung
jawab lebih menekankan pada makna tanggung jawab yang lahir dari ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan sehingga teori tanggungjawab dimaknai dalam
arti liabilty,3
sebagai suatu konsep yang terkait dengan kewajiban hukum
seseorang yang bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa
dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan dengan
hukum.
Dalam KUHPerdata tentang bentuk perjanjian gadai tidak disyaratkan apa-
apa. Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk perjanjian gadai adalah bebas tidak
terikat oleh suatu bentuk tertentu artinya dapat diadakan secara lisan maupun
tertulis. Perjanjian kredit ini dibuat dengan akta dibawah tangan atau dengan akta
outentik. Jadi jaminan gadai baru lahir setelah ada perjanjian kredit.
Pengertian gadai tercantum dalam Pasal 1150 KUH Perdata, yang
menyebutkan bahwa : “Suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang
2 Ridwan H.R, “Hukum Administrasi Negara”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,
hlm. 335-337 3 Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary, Raja
Grafindo Perss, Jakarta, 2011, hlm. 54
iv
bergerak yang di serahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai
jaminan atas utangnya dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk
mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur-
kreditur lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan
atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan
barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu diserahkan sebagai gadai dan yang
harus di dahulukan.”
Pengertian gadai ini cukup singkat, karena yang ditonjolkan adalah tentang
hak kebendaaan atas barang bergerak untuk jaminan suatu piutang. Sedangkan
hal-hal yang mengatur hubungan hukum antara pemberi gadai dan pemegang
gadai tidak tercantum dalam definisi tersebut. Menurut penyusun, bahwa yang
diartikan dengan gadai adalah “Suatu perjanjian yang dibuat antara kreditur
dengan debitur, dimana debitur menyerahkan benda bergerak kepada kreditur,
untuk menjamin pelunasan suatu hutang gadai, ketika debitur lalai melaksanakan
prestasinya.”
Pada dasarnya gadai diberikan untuk menjamin suatu tagihan. Arti dari
jaminan itu sendiri menurut Mariam Darus Badrulzaman “Jaminan adalah hak
kebendaan atas benda tetap atau benda bergerak, berujud atau tidak berujud untuk
mengambil keputusan dari benda itu dengan hak didahulukan”4 Pemegang gadai
berhak menjual sendiri benda gadai dalam hal debitur wanprestasi. Jaminan gadai
mempunyai kekuatan eksekutorial, sehingga penjualan dapat dilakukan tanpa
perantara hakim. Penjualan harus dilakukan dimuka umum dengan cara
4 Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, hlm. 69.
v
pelelangan, dan bila hasil lelang telah mencukupi hutangnya serta terdapat
kelebihan uang maka sisanya dikembalikan kepada debitur. Hak itu juga berlaku
dalm hal pemberi gadai atau debitur pailit berdasarkan Pasal 1155 ayat (1)
KUHPerdata.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa salah satu perusahaan gadai yang
menerima jasa penerimaan barang gadai di Kota Mataram adalah Eva Grup. Eva
Grup pertama kali menjadi penerima jasa barang gadai mulai pada tahun 2010.
Mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2018 ini jumlah debitur yang ada di
Eva Grup mulai meningkat, hal tersebut terjadi dikarenakan Eva Grup merupakan
salah satu perusahaan gadai yang ada di Kota Mataram yang dalam melaksanakan
perjanjian gadai tidak mempunyai banyak syarat.
Pemegang gadai sebagai kreditur mempunyai kewenangan untuk
melakukan eksekusi langsung terhadap benda yang menjadi jaminan apabila
debitur wanprestasi yakni benda yang digadaikannya tersebut tidak dilunasi
selama jangka waktu yang ditentukan yaitu 14 hari.5 Penjualan dilakukan apabila
debitur sudah tidak mampu memperpanjang atau menebus barang yang
digadaikan, dilaksanakan setelah jatuh tempo 14 hari dari tanggal kredit.
Bagi pihak perusahaan pegadaian yang mana dalam hal ini adalah Eva
Group, untuk menjaga keamanan dari kredit yang disalurkan, mengharuskan
adanya penyerahan barang jaminan dari nasabah kepada pihak Eva Group.
Dengan diserahkannya barang jaminan, maka keamanan kredit akan terjaga sebab
apabila nasabah tidak dapat melunasi hutangnya pihak perusahaan gadai
5 Hasil wawancara dengan Riansyah Eka maulana, selaku pemilik dari Eva Group pada
tanggal 03 Desember 2018.
vi
mempunyai hak untuk mengambil pelunasan hutang nasabah dengan jalan
melelang jaminan.
Hasil wawancara penyusun kepada Mualim mengatakan bahwa apabila
ada barang jaminan yang hilang ataupun rusak akibat kelalaian kami, pihak kami
(Eva Group) akan mengganti barang yang hilang tersebut.6 Hal senada juga
diungkap oleh salah satu debitur yang mengalami kehilangan barang gadai berupa
hanphone di Eva Group mengatakan bahwa saat ia kehilangan barang di jasa
penerimaan gadai di Eva Group, pihak pegadaian mengganti barangnya senilai
harga barang yang hilang, akan tetapi nilai barang tersebut tidak 100% diganti,
melainkan harga second dari barang tersebut.7
Selama kerugian itu ditimbulkan karena kelalaian pihak kreditur yang
mengkibatkan hilang atau rusaknya barang jaminan gadai, maka sesuai dengan
KUHPerdata pihak kreditur wajib bertanggung jawab untuk mengganti barang
gadai tersebut. Berkaitan dengan kerugian karena tindakan wanprestasi,
khususnya yang dilakukan oleh kreditur, maka terhadap ganti ruginya dapat di
tuntut. Kerugian yang dapat dimintakan penggantian ini, tidak hanya yang berupa
biaya-biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan, tetapi juga berupa
kehilangan keuntungan yaitu keuntungan yang akan didapatkakn seandainya
terjadi kelalaian.
6 Hasil wawancara kepada Mualim, selaku Penaksir pada jasa Pegadaian Eva Group, pada
tanggal 7 Desember 2018 7 Hasil Wawancara kepada Arif, salah satu penggunga jasa pegadaian Eva Group, pada
tanggal 10 Desember 2018.
vii
Perlindungan Hukum Bagi Debitur Apabila Kehilangan Objek Gadai Di
Tinjau Dari Hukum Perdata
R. Subekti menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di
mana seseorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa ini timbul suatu hubungan
perikatan.8 Sedangkan menurut Abdul Kadir Muhammad merumuskan definisi
Pasal 1313 KUH Perdata sebagai berikut, bahwa yang disebut perjanjian adalah
suatu persetujuan di mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan harta kekayaan.9
Gambaran umum terjadinya gadai yaitu seseorang (debitor/pemberi gadai)
membutuhkan sejumlah uang, lalu meminjamnya dari orang lain
(kreditor/pemegang gadai), sebagai jaminan bahwa debitor akan membayar
kembali sejumlah uang itu, debitor memberi suatu harta bergerak sebagai gadai
kepada kreditor. Hal-hal yang dimaksud sebagai syarat pokok atau esensialia dari
suatu perjanjian masing-masing berbeda, tergantung pada jenis perjanjiannya
sendiri, dalam perjanjian gadai esensialianya barang gadai dan peminjaman
sejumlah uang. Terhadap unsur esensilia dalam gadai akan mengatur hal-hal lain
seperti pentingnya perawatan dan keamanan obyek gadai, besaran bunga serta
teknis pembayaran angsuran pinjaman.
Jika barang yang digadaikan ternyata dicuri dari pemiliknya, maka pemilik
dapat menuntutnya kembali dari kreditur tanpa mengganti harga pembeliannya,
8 R. Subekti. Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987, hlm. 1
9 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992. Hlm.
78
viii
hal ini sejalan dengan Pasal 582 KUHPerdata : “Barang siapa menuntut kembali
barang yang telah dicuri atau telah hilang, tidak diwajibkan memberi penggantian
uang yang telah dikeluarkan untuk pembelian kepada yang memegangnya, kecuali
jika barang itu dibelinya di pekan tahunan atau pekan lain, di pelelangan umum
atau dari seorang pedagang yang terkenal sebagai orang yang biasanya
memperdagangkan barang sejenis itu."
Berbicara menyangkut perlindungan hukum bagi debitur apabila
kehilangan objek gadai, terlebih dahulu penyusun akan mencoba menjelaskan
mengenai perlindungan hukum. Perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan
hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak
hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari
gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.10
Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang
tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman
sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai
manusia.11
10
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 74 11
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, hlm. 3
ix
Secara umum, perlindungan hukum mengayomi sesuatu dari hal-hal yang
berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang.
Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan
oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Perlindungan hukum dapat
diartikan segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai warga
Negara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi
sesuai peraturan yang berlaku.
Pelaksanaan perjanjian kredit di Eva Group dalam hal terjadi kelalaian dari
pihak kreditur, maka untuk menghadapi permasalahan tersebut, upaya
perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada nasabah dikelompokan ke
dalam dua sifat perlindungan. Pertama, perlindungan yang bersifat preventif yaitu
bertujuan untuk mencegah perselisihan antara Eva Group (kreditur) dengan
nasabah/debitur. Kedua perlindungan hukum secara represif ditujukan pada upaya
pemberian perlindungan kepada nasabah, sehubungan dengan kemungkinan
terjadinya sengketa di Pengadilan yang timbul dalam perjanjian gadai, khususnya
karena kerugian nasabah akibat dari perjanjian gadai yang dibuat secara baku.
Perlindungan hukum wajib diberikan kepada debitur atau nasabah dalam
melakukan perjanjian kredit gadai pada jasa penerima gadai. Pelaksanaan
perjanjian kredit gadai, aspek yang menentukan adalah ditandatanganinya
perjanjian tersebut. Pendandatangan nota perjanjian ini dilihat dari aspek hukum
perjanjian menunjukkan adanya persetujuan para pihak. Pada hakekatnya dalam
acuan teoritis, esensi kehendak yang terwujud dalam bentuk penandatanganan
x
kredit dalam perjanjian penadatanganan merupakan bukti bahwa keduanya telah
sepakat melaksanakan semua isi perjaanjian dengan segala resiko dan
konsekuensinya. Kesepakatan tersebut terwujud dalam bukti tertulis, yang pada
jasa penerima gadai disebut nota perjanjian.
Apabila barang yang menjadi jaminan tersebut hilang yang disebabkan
oleh kesalahannya, kelalaiannya, maka pihak kreditur wajib memberikan ganti
kerugian kepada debitur.12
Eva Group akan memberikan ganti kerugian apabila
barang jaminan yang berada dalam penguasaan jasa penerimaan gadai tersebut
mengalami kerusakan atau hilang yang tidak disebabkan oleh suatu bencana alam
(Force Majeure) yang ditetapkan pemerintah. Ganti rugi diberikan setelah
diperhitungkan dengan Uang Pinjaman dan Sewa Modal, sesuai ketentuan
penggantian yang berlaku di Eva Group.13
Perlindungan terhadap debitur berdasarkan kesepakatan antara kedua belah
pihak dengan jaminan barang berupa hanphone, penekanannya pada pemberian
ganti rugi sebesar 50% dari harga barang tersebut.14
Hal senada diungkapkan oleh
salah satu nasabah/debitur yang menyatakan bahwa pada saat ia mengalami
kehilangan barang yaitu berupa handphone, pihak dari Eva Group/kreditur
melakukan ganti rugi dengan cara menyerahkan uang kepada debitur senilai 50%
dari harga barang yang hilang tersebut.15
Tentu saja dengan cara yang seperti itu
12
Hasil wawancara dengan Riansyah Eka maulana, selaku pemilik dari Eva Group pada
tanggal 18 Desember 2018. 13
Hasil wawancara dengan Riansyah Eka maulana, selaku pemilik dari Eva Group pada
tanggal 18 Desember 2018. 14
Hasil wawancara kepada Mualim, selaku Penaksir pada jasa Pegadaian Eva Group,
pada tanggal 17 Desember 2018. 15
Hasil Wawancara kepada Adi, salah satu debitur Eva Group, pada tanggal 22
Desember 2018.
xi
pihak debitur akan sangat dirugikan dan sangat kecewa, seharusnya Eva Group
memberikan ganti rugi dengan membelikan barang baru yang sama dengan barang
yang dititipkan oleh debitur pada waktu itu. Hal tersebut dilakukan agar tidak
timbul permasalahan lagi.
Dalam hal terjadinya kehilangan barang gadai yang disebabkan
wanprestasi oleh jasa penerimaan gadai/kreditur, maka dalam hal ini pihak
kreditur akan mengganti barang yang hilang tersebut akibat dari perbuatannya,
kelalaian atau kurang hati-hati dari pihak kreditur. Hal ini sesuai dengan Pasal
1365 KUHPerdata yang menentukan bahwa : “Tiap orang yang melanggar
hukum, yang menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian, mengganti kerugian tersebut.”
Kesimpulan dari pasal itu adalah setiap orang yang dirugikan oleh
peristiwa/kelalaian, kurang hati-hati, berhak mendapatkan ganti rugi atas
kerugiannya itu. Tetapi untuk mendapatkan ganti rugi tersebut, undang-undang
membebankan pembuktian kesalahan orang lain dalam peristiwa tersebut kepada
mereka yang menggugat ganti rugi.16
16
Nasution, Konsumen dan Hukum, Cetakan Pertama, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1995, hlm. 171.
xii
III. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian penyusun tersebut di atas, maka penyusun menarik
kesimpulan yaitu : 1) Tanggung jawab perusahaan gadai atas kehilangan objek
gadai yaitu selama kerugian itu ditimbulkan karena kelalaian pihak kreditur yang
mengkibatkan hilang atau rusaknya barang jaminan gadai, maka sesuai dengan
KUHPerdata Pasal 1157 Ayat 1 menyebutkan bahwa pihak kreditur wajib
bertanggung jawab untuk mengganti barang gadai tersebut, sejauh hal itu terjadi
akibat kelalaiannya. 2) Perlindungan hukum bagi debitur apabila kehilangan objek
gadai yaitu bersifat preventif yang dimana bertujuan untuk mencegah terjadinya
perselisihan antara para pihak, yang di mana telah disebutkan pada Pasal 1365
KUHPerdata yang menentukan bahwa tiap orang yang melanggar hukum, yang
menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian, mengganti kerugian tersebut. Ganti rugi tersebut bertujuan
untuk mencegah perselisihan antara debitur dengan kreditur.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan sebagai berikut adalah
diharapakan agar pihak kreditur (pemegang gadai) memuat klausul yang tepat dan
jelas, mengenai tanggung jawab kreditur dalam perjanjian gadai, sehingga para
nasabah (debitur) merasa yakin dan aman untuk melakukan pinjaman di tempat
kreditur, agar nantinya dengan klausul yang tepat dan jelas pihak debitur tidak
merasa dirugikan apabila terjadi kehilangan barang gadai.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amirudin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja
Grafindo, Jakarta, 2006
Azheri, Busyra. Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi
Mandotary, Raja Grafindo Perss, Jakarta, 2011
H.R, Ridwan. Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006.
Muhammad, Abdul Kadir. Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1992.
Nasution, Konsumen dan Hukum, Cetakan Pertama, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1995
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004.
Subekti, R. Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1987.
Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Wawancara Dan Internet
Hasil wawancara dengan Riansyah Eka maulana, selaku pemilik dari Eva
Group pada tanggal 03 Desember 2018.
Hasil wawancara kepada Mualim, selaku Penaksir pada jasa Pegadaian Eva
Group, pada tanggal 7 Desember 2018
Hasil Wawancara kepada Arif, salah satu penggunga jasa pegadaian Eva
Group, pada tanggal 10 Desember 2018.
Hasil Wawancara kepada Adi, salah satu debitur Eva Group, pada tanggal 22
Desember 2018