bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia guna memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya, selain sebagai sumber penghasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi diri sendiri dan keluarganya. Pekerjaan juga merupakan sarana untuk mengaktualisasi diri sehingga seseorang merasa hidupnya lebih berharga baik bagi diri sendiri,keluarga maupun lingkungan. Menurut Teori Maslow yaitu terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari setiap manusia. Sehingga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu hak atas pekerjaan seseorang adalah hak asasi yang wajib dijunjung tinggi dan dihormati. Hal ini juga ditekankan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (2) yaitu bahwa, “Setiap Warga

Upload: others

Post on 27-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pekerjaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

manusia guna memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya, selain sebagai

sumber penghasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi diri sendiri

dan keluarganya. Pekerjaan juga merupakan sarana untuk mengaktualisasi diri

sehingga seseorang merasa hidupnya lebih berharga baik bagi diri sendiri,keluarga

maupun lingkungan.

Menurut Teori Maslow yaitu terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu :

kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki

dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi

diri. Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua

kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi

perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk

mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada.

Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia

untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari

setiap manusia. Sehingga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia

yaitu hak atas pekerjaan seseorang adalah hak asasi yang wajib dijunjung tinggi

dan dihormati. Hal ini juga ditekankan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (2) yaitu bahwa, “Setiap Warga

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

2

Negara Indonesia berhak atas pekerjan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”1

Mengingat pentingnya pekerjaan dalam kehidupan manusia maka

diperlukan adanya perlindungan terhadap pekerja yang dimaksudkan untuk

menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta

perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan

pekerja. Perlindungan hukum bagi pekerja sangat diperlukan mengingat

kedudukannya yang lemah. Disebutkan oleh Zainal Asikin, bahwa perlindungan

hukum dari kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan perundang-undangan

dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak

seperti dalam perundang-undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua

pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi

diukur secara sosiologis dan filosofis.2

Dalam menjalankan pekerjaan terkadang pekerja tidak menghiraukan

perjanjian kerja yang biasanya berbentuk tertulis maupun tidak tertulis (lisan),

terlebih bagi pekerja Outsourcing yang diberikan upah harian yang tidak

mengetahui hak-haknya sebagai pekerja, selain upah atau gaji. Berdasarkan

informasi awal dari hasil wawancara yang dilakukan pada pekerja Outsourcing di

lingkup Badan Diklat Provinsi Bali, disampaikan bahwa pekerja Outsourcing

tidak mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal

1Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Penerbit Sinar

Grafika, Jakarta, h. 6.

2 Ibid.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

3

ini mengindikasikan bahwa masih terdapat perusahaan pemberi kerja yang tidak

memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja sangat diperlukan apabila dalam menjalankan pekerjaan terjadi

kecelakaan kerja atau potensi masalah kesehatan yang timbul.

Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

sudah jelas disebutkan bahwa setiap pemberi kerja wajib memberikan tanggungan

atau jaminan keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya namun kenyataannya

masih terdapat perusahaan pemberi kerja yang tidak memberikan jaminan

keselamatan dan kesehatan pekerja tersebut. Dalam menjalankan perusahaan

ketenangan pekerja hanya dapat dicapai apabila pengusaha dan pekerja

memahami hak dan kewajibannya masing-masing sehingga dapat menimbulkan

rasa saling mengerti , menghargai, dan menghormati dengan tidak mengabaikan

nilai-nilai rasionalitas dan akuntabilitas.

Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber

daya manusia yang mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah di tetapkan.

Bagaimanapun lengkap dan canggihnya sumber daya Non manusia yang telah

dimiliki oleh suatu perusahaan, tidaklah menjadi jaminan bagi perusahaan tersebut

untuk mencapai keberhasilan. Jaminan untuk dapat berhasil, lebih banyak

ditentukan oleh sumber daya manusia yang mengelola, mengendalikan, dan

menggunakan atau memanfaatkan sumber daya Non manusia yang dimiliki.

Masalah pekerja merupakan masalah besar yang harus mendapat perhatian bagi

perusahaan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

4

Dalam pemanfaatan sumber daya sebagai alat bantu manusia dalam

melakukan suatu pekerjaan, peralatan tersebut dapat menghasilkan dampak positif

dan dapat pula menghasilkan dampak negatif. Salah satu dampak positif dalam

penggunaan peralatan tersebut adalah membantu manusia dalam menyelesaikan

pekerjaan secara efisiensi, sedangkan dampak negatifnya adalah kamungkinan

bahaya atau kecelakaan dan potensi timbul masalah kesehatan yang ditimbulkan

dari penggunaan peralatan tersebut.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pada Pasal 9 ayat (1) dijelaskan bahwa perusahaan wajib

melindungi keselamatan pekerja yaitu dengan memberi penjelasan kepada pekerja

tentang kondisi dan bahaya tempat kerja, alat pelindung diri, yang diharuskan

dalam pekerja alat pelindung diri bagi pekerja serta cara dan sikap yang aman

dalam melaksanakan pekerja. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja

semakin sedikit atau semakin rendah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Penerapan sistem ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegah kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja yang mengahabiskan banyak biaya perusahaan,

melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi

keuntungkan yang berlimpah pada masa yang akan datang baik bagi pengusaha

maupun bagi pekerja.

Dalam Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak

untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan

kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

5

agama. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diadakan segala daya upaya untuk

membina norma-norma perlindungan kerja yang membuat ketentuan umum

mengenai keselamatan kerja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pekerja Outsourcing di lingkup

Badan Diklat Provinsi Bali, didapatkan informasi bahwa perusahaan pemberi

kerja tidak memberikan tanggungan atau jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja bagi pekerjannya, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan sudah jelas disebutkan bahwa setiap pemberi kerja wajib

memberikan jaminan dan tanggungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya.

Hal ini jelas dimaksudkan agar apabila terjadi kecelakaan dalam menjalankan

pekerjaanya seorang pekerja sudah memiliki tanggungan kesehatan bagi dirinya.

Jenis kecelakaan kerja yang bisa terjadi pada pekerja, yaitu terjatuh dari

ketinggian saat membersihkan kaca bangunan, tergelincir saat membersihkan

lantai yang licin atapun kecelakaan kerja yang disebabkan oleh hal-hal lain yang

tidak terduga sebelumnya. Sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang jasa

pemberi kerja atau jasa penyalur pekerja, perusahaan wajib menginformasikan

kepada setiap pekerja apa saja hak-hak dan kewajibannya sebagai pekerja

sehingga mereka mengetahui apa saja hak-haknya yang didapatkannya, seperti

jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga para pekerja tidak perlu takut

lagi apabila dalam menjalankan pekerjaannya terjadi kecelakan yang tidak

diinginkan.

Pada kenyataannya pekerja tidak mengetahui apa saja hak-hak yang

dimilikinya sehingga pada saat terjadi kecelakaan kerja pekerja kebingungan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

6

untuk mencari bantuan biaya pengobatan. Sebagai pekerja Outsourcing, pegawai

tidak tetap atau pekerja lepas yaitu pegawai dalam katagori ini hanya menerima

penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari

bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis

pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

Penghasilan pegawai tidak tetap atau pekerja lepas ini menerima imbalan

atau upah berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan,

yang metode pengupahannya dengan cara dibayar secara bulanan dan ada juga

yang tidak dibayar secara bulanan melainkan harian. Perlindungan terhadap

pekerja/buruh dimaksudkan untuk menjamin hak dasar pekerja/buruh dan

menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk

mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan

perkembangan kemajuan dunia usaha.3

Dimana ketentuan ini diatur dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang

Nomer 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa setiap pekerja

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan :

1. keselamatan dan kesehatan kerja.

2. moral dan kesusilaan agama.

3. kelakuan sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai agama.

Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 sangat penting

dalam mengatur hak dan kewajiban bagi para pekerja maupun para pengusaha di

dalam melaksanakan suatu mekanisme ketenagakerjaan. Tidak kalah pentingnya

3 Ibid, h. 8.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

7

adalah perlindungan pekerja yang bertujuan untuk menjamin hak-hak dasar

pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi. Hal ini

merupakan esensi dari disusunnya Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu

mewujudkan kesejahteraan para pekerja yang akan berimbas terhadap kemajuan

dunia usaha di Indonesia.

Badan Diklat Provinsi Bali merupakan instansi yang paling banyak

menggunakan pekerja Outsourcing dibandingkan dengan instansi-instansi lain

yang ada pada pemerintah Provinsi Bali sehingga penelitian ini dilakukan di

Badan Diklat Provinsi Bali.

Dari uraian latar belakang diatas maka perlunya tanggung jawab yang jelas

dari pihak-pihak pemberi kerja agar apa hak-hak yang menjadi hak pekerja yang

seharusnya didapatkanya tetapi saat ini belum didiapatkannya, karena saat ini

tanggung jawabnya belum jelas, siapa yang harus bertanggung jawab dalam

memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kepada pekerja Outsourcing dan

bagaimana efektifitas peraturannya yang mengatur karena efektifitas peraturannya

masih diragukan apakah sudah efektif atau belum efektif, dan saat ini terindikasi

tidak efektif.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diangkat permasalahan

dengan judul “Pelaksanaan Jaminan Keselamatan Dan Kesehatan Pekerja

Outsourcing Pada Badan Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Provinsi Bali”.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

8

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggung jawab perusahaan pemberi kerja terhadap

perlindungan jaminan keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja

Outsourcing yang dipekerjakan pada Badan Diklat Provinsi Bali ?

2. Faktor apa saja yang menghambat efektifitas perlindungan jaminan

keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja Outsourcing pada Badan

Diklat Provinsi Bali ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Guna menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pokok bahasan materi

diatas, maka ruang lingkup masalah yang akan dibahas yaitu :

1. Efektifitas perlindungan terhadap pekerja apabila dalam menjalankan

pekerjaan terjadi kecelakaan kerja kepada pekerja Outsourcing dengan

melihat dari peraturan perundang-undangan, penegak hukumnya, dan

pemegang peran pemberi kerja.

2. Membahas mengenai faktor-faktor yang menghambat efektifitas peraturan

perundang-undangan perlindungan pekerja pada Badan Diklat Provinsi Bali

yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan efektifitas tersebut.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

9

1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

a. Untuk mengetahui efektifitas peraturan perlindungan terhadap pekerja

Outsourcing yang dipekerjakan pada Badan Diklat Provinsi Bali.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat

efektifitas perlindungan terhadap pekerja Outsourcing pada Badan Diklat

Provinsi Bali.

2. Tujuan khusus

a. Untuk lebih memahami efektifitas peraturan perlindungan terhadap pekerja

Outsourcing yang dipekerjakan pada Badan Diklat Provinsi Bali.

b. Untuk lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat

efektifitas perlindungan terhadap pekerja Outsourcing pada Badan Diklat

Provinsi Bali.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat penting sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat dalam

perkembangan hukum, khususnya dibidang hukum ketenagakerjaan

mengenai pelaksanaan perlindungan dan jaminan kesehatan bagi pekerja

Outsourcing sehingga masyarakat memahami suatu hukum dibidang

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

10

ketenagakerjaan dengan mengacu pada hasil penelitian ini sebagai landasan

teoritis.

b. Sebagai sumbangan pada perpustakaan agar dapat dibaca untuk menambah

wawasan berfikir bagi mahasiswa.

c. Serta memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan terutama

untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya hukum ketenagakerjaan

mengenai perlindungan serta jaminan kesehatan pekerja.

2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini akan bermanfaat dan dapat dipakai sebagai

pedoman baik oleh perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan yang sejenis

baik oleh perusahaan pemakai, perusahaan pemberi dan intansi.

1.6 Landasan Teoritis

Teori Efektifitas

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan

masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat mejaga

keselamatannya dalam menjalankan pekerjaannya. Demikian pula perlu di

usahakan ketenangan dan kesehatan pekerja agar apa yang dihadapinya dalam

pekerjaan dapat diperhatikan semaksimal mungkin, sehingga kewaspadaan dalam

menjalankan pekerjaan itu tetap terjamin.4Dalam kehidupan ini manusia

mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk dapat memenuhi semua

4 Zainal Asikin, 2010, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Rajawali pers, Jakarta, h. 95.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

11

kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja. Baik pekerjaan yang

usahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

Namun permasalahn yang kerap kali terjadi di masyarakat pada saat ini

adalah adanya kesenjangan terhadap nilai-nilai, perkembangan teknologi maupun

terhadap keberlakuan atas norma-norma tentang keselamatan kerja tersebut.

Acapkali kecelakaan kerja terjadi dikarenakan yang manjadi korban itu sendiri,

seperti kurang berhati-hati dan kurang keahlian. Perubahan atas perkembangan

teknologi perlu di perhatikan karena merupakan factor yang signifikan dapat

menimbulkan bahaya pada saat bekerja, dikarenakan pemahaman masyarakat atas

perkembangan teknologi dan ketaatan masih kurang.

Ketaatan hukum jelas merupakan suatu unsure penting dari fungsinya tata

hukum. Ketaatan hukum ini meliputi berbagai metode disiplin yang mencangkupi

ekonomi, psikologi, atau sosiologi, hingga filosofi ataupun morall.5 Seseorang

menaati hukum atau tidak melanggar hukum, selain akibat faktor jera atau takut

setelah menyaksikan atau mempertimbangkan kemungkinan sanksi yang

diganjarkan terhadap dirinya jika tidak menaati hukum, maka bias saja seseorang

menaati hukum, karena adanya tekanan individu lain atau tekanan kelompok dan

dapat pula karena alas an moral dan sebaliknya.

Suatu aturan hukum atau perundang-undangan dianggap tidak efektif

berlakunya apabila sebagian besar warga masyarakat tidak menaatinya, menaati

karena takut terkena saksi (Complience) dan hanya menaati karena takut

5 Achmad Ali, 2012, Menguak Teori Hukum dan Teori Pengadilan, Kencana, Jakarta,

h. 345

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

12

hubungan baiknya rusak dengan pihak lain (Identification). Dengan kata lain,

walaupun sebagian besar warga masyarakat terlihat manaati aturan hukum

ataupun peraturan perundang-undangan. Tuntutan efektifitas mendorong orang

untuk mencurahkan perhatian secara lebih seksama terhadap obyek-obyek yang

menjadi sasaran peraturan perundang-undangan, sehingga pemikiran yang bersifat

abstrak, generalisasi-generalisasi, tidak lagi dikehendaki.6

Hukum perburuhan adalah sebagaian dari hukum yang berlaku (segala

peraturan-peraturan) yang menjadi dasar dalam mengatur hubungan kerja antara

buruh (pekerja) dengan majikan atau perusahaannya, mengenai tata kehidupan

dan tata kerja yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja tersebut.

Menurut Prof. Imam Soepomo berpendapat bahwa Perburuhan adalah suatu

himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian

dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah7, sedangkan

Mr. Molenaar menyatakan bahwa hukum perburuhan adalah hukum yang

berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan

dengan keadaan penghidupan yang langsung bergantung dengan pekerjaan itu.8

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

khususnya Paragraf 5 diatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pada

Pasal 86 ayat 1 dan ayat 2 dan Pasal 87, Pasal 86 ayat 1 berbunyi : Setiap

pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

6 Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum dan Perubahan Sosial, Genta Publishing, Yogyakarta,

h. 140

7 Imam Soepomo,1983, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet IV, Djambatan, Jakarta, h. 21

8 Mr. Mok, 1987, Hubungan Kerja antara Majikan dan Buruh, Cet. I, Bina Aksara,

Jakarta, h. 2

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

13

1. Keselamatan dan kesehatan kerja

2. Moral kesusilaan

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai

agama.

Pasal 86 ayat 2 berbunyi : Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh

guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya

keselamatan dan kesehatan kerja. Diberlakukan Undang-Undang RI Nomor 13

tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dikarenakan Undang-Undang RI Nomor 14

tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan tidak sesuai lagi

dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pada Pasal 2 ayat (1) yang ruang lingkupnya meliputi segala

tempat kerja, baik di barat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air, maupun

udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hokum Republik Indonesia.9

Menurut Zaeni Asyhadie secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan

kerja yaitu :

1. Perlindungan sosial, perlindungan yang berkaitan dengan usaha

kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh

mengeyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagimana

manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota masyarakat

dan anggota keluarga. Perlindungan sosial ini disebut juga dengan

kesehatan pekerja.

2. Perlindungan teknis, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan

usha-usaha untuk menjaga pekerja/buruh terhindar dari bahaya

9 Zaeni Asyhadie, 2008, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,

edisi revisi2, PT Rajagrafika Persada, Jakarta, h. 106.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

14

kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat atau bahan-bahan

yang dikerjakan. Perlindungan ini disebut sebagai keselamatan kerja.

3. Perlindungan ekoNomormis, yaitu pelindungan yang berkiatan dengan

usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu

pengahsilan yang cukup guna memenuhi kebutuhan sehari-hari baginya

dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak mampu

bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya.

Perlindungan jenis ini disebut perlindungan sosial10

Hubungan hukum tersebut dilakukan antara subyek hukum, baik manusia

(naturlijke person), badan hukum (Recht Persoon) maupun jabatan (ambt)

merupakan bentuk dari perbuatan hukum, yang mana masing-masing subyek

hukum merupakan pemikul hak dan kewajiban dalam melakukan tindakan hukum

berdasarkan atas kemampuan dan kewenangan. Hubungan hukum yang terjadi

akibat interaksi antar subyek hukum tersebut secara langsung maupun tidak

langsung menimbulkan adanya relevansi serta adanya akibat-akibat hukum.

Sehingga nantinya agar suatu hubungan hukum tersebut dapat berjalan dengan

seimbang serta adil dalam arti setiap subyek hukum mendapatkan apa yang

menjadi haknya serta dapat menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya,

maka hukum tampil sebagai aturan main yang mengatur, melindungi serta

menjaga hubungan tersebut.11

Pelaksanaan keselamatan kerja diperusahaan saat ini memang tidak mudah

karena hal ini memerlukan berbagai macam pendukung, paling tidak dengan

penerapan program-program keselamatan kerja. Dari sudut sifatnya dapatlah

dikatakan bahwa pengendalian sosial dapat bersifat preventif maupun represif

atau bahkan kedua-duanya.12 Penegakan hukum preventif artinya pengawasan

10 Ibid, h. 86.

11 Imam Supomo, op.cit, h. 25

12 Seerjono Soekanto, 2009, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, h. 179.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

15

aktif yang dilakukan terhadap kepatuhan atas peraturan tanpa kejadian langsung

yang menyangkut kejadian konkrit yang menimbulkan dugaan bahwa peraturan-

peraturan hukum telah dilanggar, upaya ini dilakukan dengan cara penyuluhan,

pemantauan dan penggunaan kewenangan yang bersifat pengawasan.13

Menurut Philipus M. Hadjon, dimana dikemukakan bahwa perlindungan

hukum di dalam kepustakaan hukum bahasa Belanda dikenal dengan sebutan

“rechtbescheming van de burgers”.14 Jadi pendapat tersebut menunjukan kata

perlindungan hukum merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yakni

“rechtbescherming”. Kata perlindungan hukum diartikan suatu usaha untuk

memberikan hak-hak pihak yang dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah

dilakukan.

Dalam hukum ketenagakerjaan bentuk perlindungan hukum yang diberikan

berupa perlindungan hukum dibidang keamanan kerja dimana baik dalam waktu

yang relatif singkat atau lama akan aman dan ada jaminan keselamatan bagi

pekerja. Dengan adanya perlindungan hukum terhadap pekerja, negara

mewajibkan kepada pengusaha untuk menyediakan alat keamanan kerja bagi

pekerja. Dalam hal pertanggungjawaban terhadap pekerja apabila terjadi

kecelakaan kerja ketika melaksanakan kewajibannya dalam pekerjaan, maka

13Ibid, h. 179.

14 Philipus M.Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu

Surabaya, (Selanjutnya disebut Philipus M.Hadjon I), h. 1.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

16

pengusaha akan menanggung beban yang timbul secara materiil dengan

memberikan penggantian dari biaya yang timbul akibat kecelakaan kerja.15

Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan

tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia,

perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui norma-norma yang

berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka perlindungan kerja

ini akan mencangkup :

1. Norma keselamatan kerja yang meliputi keselamatan kerja, keadaan

tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.

2. Norma kesehatan kerja dan heigiene kesehatan perusahaan yang meliputi

pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, perawatan

pekerja yang sakit.

3. Norma kerja yang meliputi perlindungan terhadap pekerja yang berkaitan

dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti.

4. Kepada pekerja yang mendapat kecelakaan akibat pekerjaan, berhak atas

ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan.16

Kemudian Hadjon membangun sebuah konsep perlindungan hukum dari

perspektif keilmuan hukum, menurutnya perlindungan hukum mempunyai makna

sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan

yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap

kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepentingan

yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum.17 Namun

permasalahan yang kerap terjadi di masyarakat pada saat ini adalah adanya

15 Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka Yustisia,

Yogyakarta, h. 53.

16 Zainal Asikin, op. cit, h. 96.

17 Philipus M.Hadjon, 2008, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, Penerbit Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, (Selanjutnya disebut Philipus M.Hadjon II),

h.373.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

17

kesenjangan terhadap nilai-nilai dan perkembangan terhadap keberlangsungan

norma-norma tentang keselamatan kerja tersebut. Acap kali kecelakaan terjadi

dikarenakan orang yang menjadi korban itu sendiri tanpa adanya jaminan yang

diberikan dari perusahaan pemberi kerja kepada yang yang mengalami kecelakaan

kerja tersebut.

Ketaatan hukum jelas merupakan suatu unsur yang sangat penting dari

berfungsinya tata hukum. Ketaatan hukum ini meliputi berbagai metode disiplin

yang mencangkupi ekonomi, psikologi atau sosiologi hingga filosofi ataupun

moral.18 Suatu aturan hukum atau perundang-undangan dianggap tidak efektif

berlakunya apabila sebagian besar warga masyarakat tidak menaatinya dan

apabila kataatan sebagian besar warga masyarakat hanya ketaatan yang bersifat

compliance yang artinya jika seseorang menaati suatu aturan, hanya karena ia

takut terkena sanksi atau bersifat identification yang artinya jika seseorang yang

menaati suatu aturan, hanya kerena ia takut hubungan baiknya dengan pihak lain

menjadi rusak. Dengan kata lain walaupun sebagian besar warga masyarakat

terlihat menaati aturan hukum ataupun perundang-undangan tetapi sebenarnya

hanya karena adanya sifat compliance atau identification saja. Tuntutan efektifitas

mendorong orang untuk mencurahkan perhatian secara lebih seksama terhadap

objek-objek yang menjadi sasaran peraturan perundang-undangan, sehingga

pemikiran yang bersifat abstrak, generalisasi-generalisasi, tidak lagi

dikehendaki.19

18 Achmad Ali, loc.cit.

19 Satjipto Rahardjo, loc.cit.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

18

1.7 Metode Penelitian

Penelitian merupakan pencarian kembali terhadap pengetahuan yang benar

(ilmiah), karena hasil dari pencarian tersebut akan dipakai untuk menjawab

permasalahan tertentu. Metode penelitian merupakan cara-cara yang digunakan

dalam penyusunan skripsi untuk menjawab suatu permasalahan yang dibahas.

Adapun metode penelitian terdiri dari : jenis penelitian, sifat pendekatan, sumber

data, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan dan analisis data.20

1. Jenis penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Yuridis empiris adalah

suatu penelitian yang beranjak dari kesenjangan-kesenjangan das solen (teori)

dengan das sein (praktek atau kenyataan), kesenjangan antara keadaan teoritis

dengan fakta hukum dan/atau situasi ketidaktahuan yang dikaji untuk pemenuhan

kepuasan akademik. Sering pula disebut dengan penelitian lapangan atau

penelitian hukum empiris yang mengkaji pelaksanaan dan implementasi ketentuan

perundang-undangan di lapangan.21 Penelitian yuridis, yaitu dengan melihat dari

aspek-aspek hukum sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Penelitian

empiris diteliti dari sifat hukum yang nyata sesuai dengan kenyataan yang hidup

20 Amirudin dan H.Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 19.

21 Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h.

54.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

19

di dalam masyarakat. Jadi penelitian empiris harus dilakukan di lapangan dengan

menggunakan metode teknik lapangan.22

2. Sifat penelitian

Penelitian hukum empiris sendiri menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi

3 (tiga) jenis, yaitu :

a. penelitian yang sifatnya eksploratif (penjajakan atau penjelajahan)

Penelitian eksploratif umumnya dilakukan terhadap pengetahuan yang

masih baru, masih belum ada teori-teori, atau informasi tentang Nomorrma-

Nomorrma atau ketentuan yang mengatur tentang hal tersebut.

b. penelitian yang sifatnya Deskriptif Penelitian ini bertujuan menggambarkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok

tertentu, atau untuk menentukanpenyebaran suatu gejala, atau untuk

menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain

dalam masyarakat.

c. penelitian yang sifatnya eksplanatorisSifatnya menguji hipotesis, yaitu

penelitian yang ingin mengetahui pengaruh atau dampak suatu variable

terhadap variable lainnya atau penelitian tentang hubungan atau korelasi

suatu variable.

22 H. Hilman, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Cet. I,

Mandar Maju, Bandung, h. 62.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

20

Penggunaan penelitian hukum empiris disini karena penelitian lapangan

yang mengkaji pelaksanaan dan implementasi perlindungan ketentuan perundang

- undangan di lapangan. Menurut sifatnya, penelitian yang digunakan, yaitu

penelitian yang bersifat deskriptif.23 Penelitian ini melihat fakta-fakta yang terjadi

di lapangan khususnya melihat bagaimana jaminan kesehatan bagi pekerja

Outsourcingpada Badan Diklat Provinsi Bali.

Dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan menggunakan metode

empiris yang bersifat diskriptif.

3. Jenis pendekatan

Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum

umumnya dibagi menjadi 5 (lima) jenis, antara lain :

a. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach). Pendekatan

undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum

yang sedang ditangani.

b. Pendekatan kasus (case approach). Pendekatan kasus dilakukan dengan

cara melakukan telaah terhadap kasus (dapat kasus yang terjadi di

Indonesia maupun di negara lain) yang berkaitan dengan isu yang

dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah menjadi

kekuatan yang tetap.

c. Pendekatan historis (historical approach). Pendekatan historis dilakukan

dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan

pengaturan mengenai isu yang dihadapi.

d. Pendekatan komparatif (comparative approach). Pendekatan komparatif

dilakukan dengan membandingkan undang-undang suatu negara dengan

undang-undang dari satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama.

Kegunaan pendekatan ini adalah untuk memperoleh persamaan dan

perbedaan di antara undang-undang tersebut.

23Abdulkadir, loc.cit.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

21

e. Pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan konseptual

beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang di dalam ilmu hukum.

f. Pendekatan fakta (Fact Approach), pendekatan fakta merupakan fakta

yang terjadi di lapangan/kenyataanya di lapangan.24

Bahwa dalam penelitian ini menggunakan pendekatan peraturan perundang-

undangan dan pendekatan fakta. Pendekatan perundang-undangan dilakukan

dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

penelitian ini, kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Sedangkan pendekatan fakta dilakukan untuk mengetahui fakta-fakta yang terjadi

di lapangan yang berkaitan dengan permasalahan, dalam hal ini mengenai

jaminan kesehatan pekerja non kontrak.

4. Sumber bahan hukum/data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari:

a. Data primer atau data dasar yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama dilapangan yaitu baik dari responden maupun informan. Data yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini bersumber pada fakta-fakta yang

terjadi dilapangan, terkait dengan jaminan kesehatan pekerja non kontrak. 25

b. Data sekunder (secondary data), yaitu data yang diperoleh peneliti dari

penelitian kepustakaan / library research, yaitu dari berbagai macamsumber

bahan hukum yang dapat diklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis meliputi :

24 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, h. 93.

25 Amirudin dan H.Zainal Asikin, op.cit, h. 30.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

22

1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,

berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Bahan-bahan huku

primer berupa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang-Undang

Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat buruh, Undang-

Undang Nomor. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial pekerja,

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang pokok-pokok

pekerja, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1992

tentang Jaminan sosial pekerja, Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 4 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional, Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2011 tentang badan

penyelenggara pekerja.

2) Bahan-bahan hukum sekunder berupa bahan-bahan yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku

dan artikel-artikel hasil penelitian dibidang hokum kepekerjaan yang

berkaitan dengan pembahasan diatas.

3) Bahan hukum tersier (tertiary resourse) , berupa bahan-bahan hukum

yang dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan

hukum primer maupun bahan hukum sekunder seperti kamus

hukum.26

26 Amirudin dan H. Zainal Asikin, op.cit, h. 31.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

23

5. Teknik pengumpulan data

1. Teknik Wawancara

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu data

primer diperoleh dengan teknik wawancara (interview). Wawancara (interview)

merupakan suatu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung

pada yang diwawancarai / respoden dan informan, untuk memperoleh data yang

otentik tentang jaminan kesehatan pekerja non kontrak. Data-data yang

dikumpulkan melalui wawancara ini dilakukan dengan tanya jawab secara

sistematis dimana peneliti bertatap muka langsung dengan kepala bidang

kepegawaian Badan Diklat Provinsi Bali sebagai pihak yang berkompetensi untuk

memberikan pernyataan.

2. Teknik Kepustakaan

Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan, yaitu dengan

studi kepustakaan dengan membaca, menelaah, dan mengklasifikasikan data-data

dari peraturan perundang-undangan serta beberapa literatur yang berkaitan

dengan permasalahan. Data dikelompokan lalu dilakukan dengan mengutip

bagian-bagian penting baik yang berupa kutipan langsung maupun tidak

langsung.27

6. Teknik pengolahan dan analisis data

Setelah data - data yang diperoleh terkumpul, baik data lapangan maupun

data kepustakaan selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis. Pengolahan data

ini disajikan secara deskriptif, yaitu pemaparan secara jelas dan terperinci

27 M. Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT Rajagrafindo Persada,

Jakarta, h. 101.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak ... 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar

24

mengenai penelitian terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya dalam hal ini mengenai jaminan kesehatan pekerja Outsourcing

,Sedangkan untuk menguraikan dan menjelaskan pengertian tentang masalah

hukum yang data-datanya telah terkumpul dilakukan analisis kualitatif. Analisis

kualitatif ditunjukan terhadap data-data yang sifatnya berdasarkan kualitas dan

kemudian disusun secara sistematis guna memperoleh suatu kesimpulan dan

kejelasan dalam pembahasan masalah.