bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto,...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas pokok Bank Indonesia yang termuat dalam Undang-UndangBank Indonesia No 23 tahun 1999 serta kemudian direvisi menjadi UU No. 3 tahun 2004 adalah mengatur kebijakan moneter yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan akhir yaitu stabilitas perekonomian nasional.Sebagaimana yang telah diatur dalam perundang-undangan tentang tugas pokok Bank Indonesia tersebut, maka kebijakan moneter yang diambil akanselalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan dan dinamika perekonomian dengan tujuan untuk mencapai sasaran akhir yaitu memelihara stabilitas perekonomian nasional. Sejak tahun 1970-an kebijakan moneter di Indonesia dilaksanakan secara langsung, sedang dari tahun 1983 pengendalian moneter dilaksanakan dengan tidak langsung. Pengendalian moneter secara tidak langsung dengan mengandalkan perantara pasar keuangan yaitu dengan upaya memanfaatkan pasar keuangan sebagai indikator dalam rangka menentukan strategi kebijakan moneter. Modernisasi kebijakan moneter di Indonesia dimulai dari tahu 1983 dengan dilepasnya sistim pengendalian moneter secara langsung seperti penetapan suku bunga, pagu kredit, rasio likuiditas, kredit langsung, kuota rediskonto, intrumen lain seperti pengguntingan uang, pembersihan uang, penetapan uang muka impor. Pelaksanaan kebijakan moneter setelah tahun 1983 dengan cara tidak langsung seperti penentuan cadangan wajib minimum baik cadangan primer maupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan

Upload: vuongphuc

Post on 04-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tugas pokok Bank Indonesia yang termuat dalam Undang-UndangBank

Indonesia No 23 tahun 1999 serta kemudian direvisi menjadi UU No. 3 tahun

2004 adalah mengatur kebijakan moneter yang dilaksanakan dalam rangka

mencapai tujuan akhir yaitu stabilitas perekonomian nasional.Sebagaimana yang

telah diatur dalam perundang-undangan tentang tugas pokok Bank Indonesia

tersebut, maka kebijakan moneter yang diambil akanselalu mengalami perubahan

sejalan dengan perkembangan dan dinamika perekonomian dengan tujuan untuk

mencapai sasaran akhir yaitu memelihara stabilitas perekonomian nasional.

Sejak tahun 1970-an kebijakan moneter di Indonesia dilaksanakan secara

langsung, sedang dari tahun 1983 pengendalian moneter dilaksanakan dengan

tidak langsung. Pengendalian moneter secara tidak langsung dengan

mengandalkan perantara pasar keuangan yaitu dengan upaya memanfaatkan pasar

keuangan sebagai indikator dalam rangka menentukan strategi kebijakan moneter.

Modernisasi kebijakan moneter di Indonesia dimulai dari tahu 1983

dengan dilepasnya sistim pengendalian moneter secara langsung seperti penetapan

suku bunga, pagu kredit, rasio likuiditas, kredit langsung, kuota rediskonto,

intrumen lain seperti pengguntingan uang, pembersihan uang, penetapan uang

muka impor. Pelaksanaan kebijakan moneter setelah tahun 1983 dengan cara tidak

langsung seperti penentuan cadangan wajib minimum baik cadangan primer

maupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

2

lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga pemerintah, fasilitas

simpanan Bank Central, investasi valuta asing, fasilitas overdraft, simpanan sektor

pemerintah, lelang kredit, imbauan dan intrumen lainnya. Sasaran akhir yang

ingin dicapai sebagai mana tercermin pada Undang-Undang No. 13 Tahun 1968

mengenai Bank Sentral tidak terfokus pada sasaran tunggal, tetapi mencakup

banyak sasaran antara lain tingkat inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi

yang tinggi, tingkat pengangguran yang rendah dan keseimbangan neraca

pembayaran.

Depresiasi nilai tukar yang amat tajam dan suku bunga yang tinggi

membuat sektor riil dan sektor perbankan, yang ternyata sangat rapuh semakin

terpuruk. Tekanan yang luarbiasa terjadi pada awal krisis 1997 terhadap nilai

tukar rupiah dan cadangan devisa memaksa Bank Indonesia dan pemerintah saat

itu untuk melepas band intervensidan menganut sistim nilai tukar yang

mengambang bebas, akibatnya nilai tukar tidak lagi menjadi jangkar neminal

kebijakan moneter.

Untuk menghindari terjadinya hiperinflasi pada tahun 1998 Bank

Indonesia menerapkan kebijakan meneter ketat yang sempat kehilangan

kendalinya ketika terpaksa harus menyalurkan pinjaman likuiditas besar besaran

kepada perbankan untuk menghentikan rush.Perubahan tatanan Bank Indonesia

dimulai sejak Undang-Undang N0. 23 Tahun 1999 diundangkan sebagai

pengganti Undang-Undang Tahun 1968.Perubahan ini akibat dari terjadi krisis

moneter 1997/1998 menuntut perubahan tatanan kelembagaan Bank Indonesia

menjadi Bank Sentral yang independen.Perubahan ini muncul dari pendapat kuat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

3

yang mengatakan bahwa salah satu penyebab krisis adalah ketidakmampuan Bank

Indonesia bertindak obyektif karena selama periode kebijakan Bank Indonesia

selalu dinggap terkait dengan kepentingan politik. (Aulia Pohan 2008)

Dengan disahkannya Undang Undang No.23 tahun 1999 memberi ruang

pada Bank Indonesia sebagai lambaga yang independen yang mempunyai peran

tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dari sisi

pengelolaan moneter, krisis ekonomi dan moneter susungguhnya melahirkan

suatu pemikiran ulang mengenai peran bank sentral yang seharusnya dalam

perekonomian.Pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman itu bahwa institusi

bank sentral dengan segala keterbatasannya, harus kembali pada fungsi utamanya

sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kestabilan nilai mata uang

yang dekeluarkan.

Dengan Undang Undang No. 23 tahun 1999 tetang Bank Indonesia dan

sebagaimana yang telah disempurnkan lagi dengan Undang Undang No. 3 Tahun

2004, kebijakan moneter di Indonesia sepenuhnya dibawah kendali Bank

Indonesia, kebijakan moneter tidak lagi dapat di intervensi oleh pemerintah.

Sejalan dengan kewenangan yang diberikan pada Bank Indonesia berdasarkan

Undang Undang tersebut kewenangan untuk menetapkan dan menjalankan

kebijakan moneter. Bank Indonesia menggunakan industri perbankan di Indonesia

sebagai perpanjangan tangan untuk menjalankan fungsi dan peran kebijakan

meneter dalam menggerakan roda perekonomian di Indonesia. Dengan peran ini

nampak dinamika pasar keuangan akan sangat ditentukan oleh respon industri

perbankan disatu pihak, serta stimulus kebijakan yang diberikan oleh Bank

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

4

Indonesia terhadap industri perbankkan dalam melaksanakan kegiatan usaha

mereka sebagai agen pembangunan.Diharapkan dengan kebijakan Bank Indonesia

yang dilakukan akan memberikan dampak pada efektifitas industri perbankan

dalam menggerakan sektor riil, dilain pihak pada dunia perbankan juga bersaing

dalam melaksanakan pelayanan dengan berorientasi untuk memperoleh laba atas

usaha perbankan.

Berbagai kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia akan

diimplementasikan melalui semua sektor perbankan yang ada di Indonesia.

Pengaruh kebijakan moneter Bank Indonesia pada gilirannya akan berdampak

pada kinerja perolehan laba yang akan sangat ditentukan oleh kebijakan

penentuan suku bunga SBI (BI rate) maupun kebijakan moneter lainnya.

Dinamika pergerakan suku bunga pada gilirannya akan mempengaruhi (Loan to

depositRatio) LDR, yang mempengaruhi suku bungan simpanan, serta pada

saatnya akan memberi dampak kepada masyarakat pengusaha dan warga lainnya.

Peran perbankan sebagai intermediator dalam menampung dana yang

berlebih dari masyarakat (dana pihak ketiga) DPK dan menyalurkannya dalam

bentuk kredit atau pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan. Peran

perbankann itu sangat diperlukan dalam membantu agar alokasi dana dapat

bergerak efisien. Fumgsi perbankan nasional juga untuk menyelesaikan gap

informasi asimetris yang terjadi di pasar kredit, seperti pada jalur informasi antara

investor dan pengusaha. Perbankan diharapkann mampu memberikan pelayanan

dan informasi yang seimbang antara pihak berkentingan dalam pemanfaatan dana

perbankaan. Berdasarkan peran dan fungsi perbankan sebagaimana dinyatakan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

5

diatas, maka perbankan nasional berada pada jalaur pelayanan sebagai perantara

(intermediary), yang bertindak menghubungkan antara pemilik dana dengan

masyarakat peminjam atau pengguna jasa perbanknan.

Keberadaan usaha perbankan kondisinya tidak saja ditentukan oleh

persaingan diantara perbankan itu sendiri tetapi juga sangat ditentukan pergerakan

sektor riil dilingkungan produksi sebagai pengguna jasa perbankan

dimasyarakat.Jika kondisi perekonomian dalam situasi melemah, usaha perbaknan

mengahadapi resiko kredit macet yang relativ tinggi, sehingga kebijakan moneter

Bank Indonesia menjadi stimulus yang mungkin mampu dimanfaatkan perbankan

nasional untuk mengelola usaha agar menjadi lebih stabil.

Stabilitas perbankan tercermin dari performa Return on Asset (ROA) yang

diperoleh dari rasio antara selisih bunga simpanan masyarakat dan biaya lainnya

dengan bunga pinjaman dan pengeluaran lainnya dengan aset yang dikelola. ROA

bukan semata-mata permasalaha teknis, tetapi lebih jauh dari itu adalah

merupakan implikasi dari tingkat pengembalian kredit dari pinjaman oleh

masyarakat. Resiko kredit merupakan permasalahan perbankan yang kompleks,

yang sangat dipengaruhi oleh stabilitas perekonomian nasional. Berdasarka resiko

kredit seperti itu, maka kebijakan moneter Bank Indonesia menjadi penentu

stabilitas usaha perbankan untuk keberlanjutan usaha dimasa yang akan datang.

Dengan demikian permasalah industri perbanakan bukan sekedar sebagai agen

bagi pembangunan, tetapi patut juga diperhatikan pada kepentingan pelaku mikro

ekonomi untuk tetap dapat bersaing sehat secara wajar dalam tatanan

perekonomian nasional yang stabil.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

6

Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang hanya boleh beroprasi dalam

satu wilayah propinsi saja diharapkan dapat tetap tumbuh dan berkembang dengan

sehat dan eksis menuju perbanknan masa depan, sejalan dengan kebijakan Bank

Indonesia untuk terus melakukan langkah-langkah pembangunan sistim perbankan

yang sehat, kuat dan mampu bersaing di segmennya. Sebelum tahun 1983 bank

dibedakan menjadi bank umum, bank tabungan, bank pembangunan, dan bank

sentral.Jenis bank tersebut terbentuk karena adanya pengertian tentang bank yang

didasarkan pada pangsa pasar bank yang ada dan jenis produk yang ditawarkan

oleh bank atau bank dibentuk berdasarkan fungsinya.Setelah tahun 1983 hingga

saat ini pengertian bank di Indonesia mengalami perubahan, yaitu tidak dibedakan

berdasarkan pada fungsinya, tetapi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu bank

umum dan bank perkreditan rakyat(Sudirman 2013).

Menurut UU Perbankan No.10 tahun 1998, pengertian bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

kemasyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Dengan kata lain bank mempunyai fungsi sebagai intermediasi artinya

bank dalam melakukan kegiatanusahanya dengan menghimpun dana dari

masyarakat yang berlebih dan menyalurkannya kepada masyarakat yang

membutuhkan untuk tujuan konsumsi, investasi modal kerja dan tujuan

lainnya.Bank Umum menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998 adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berdasarkan UU Perbankan No. 14 tahun 1967, bank umum adalah bank yang

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

7

dalam menghimpun dana pihak ketiga terutama menerima simpanan dalam bentuk

giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka

pendek, sedangkan berdasarkan UU Perbankan No. 7 tahun 1992, bank umum

adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Menurut (Sudirman2013) Lembaga keuangan bank maupun lembaga

keuangan bukan bank sangat berperan pada perekonomian masyarakat karena

lembaga tersebut sebagai lembaga penyedia jasa keuangan bagi masyarakat

seperti jasa penyimpanan dana, jasa penyedia kredit, jasa penyediaan sistem

pembayaran dan bentuk jasa lainnya. Hampir semua sektor yang berhubungan

dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank (Kasmir

2002). Peran perbankan dalam pembangunan perekonomian adalah sangat vital

khususnya dalam lalu lintas perputaran uang. Diantara begitu banyak perbankan,

kehadiran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang menyediakan produk keuangan

yang serupa dengan Bank konvensional lain ternyata memiliki penetrasi yang

lebih baik dibandingkan dengan perbankan lain khususnya untuk Usaha Mikro

dan Kecil (UMK) dalam memberikan akses permodalan untuk mendorong

tumbuhnya usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia, mengingat lokasi

kantor dan pelayanan yang dekat dengan masyarakat kecil baik dipedesaan

maupun diperkotaan.

Pembangunan pada sektor keuangan khususnya pada perbankan

diharapkan mampu meningkatkan perekonomian sebab perbankan mempunyai

peranan yang amat strategis dalam menggerakkan roda perekonomian suatu

negara.Sektor perbankan diharapkan berperan aktif dalam menunjang kegiatan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

8

pembangunan nasional ataupun regional.Peranan itu, diwujudkan dalam fungsi

utamanya sebagai lembaga intermediasi atau institusi perantara antara debitur

dengan kreditur. Dengan demikian pelaku ekonomi yang membutuhkan dana

untuk menunjang kegiatannya dapat terpenuhi dan kemudian roda perekonomian

dapat bergerak.

Dana yang dihimpun dari masyarakat dapat berbentuk tabungan, deposito

maupun giro. Dana tersebut selanjutnya akan disalurkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk kredit, baik untuk penggunaan investasi, modal kerja

maupun konsumsi, berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Alokasi dana tersebut

dapat juga untuk dibelikan berbagai asset yang dianggap menguntungkan

(Sugiarto2003). Sementara itu kemampuan permodalan akan sangat dipengaruhi

oleh kemampuan memupuk permodalan baik oleh pemegang saham atau

pemupukan modal dari dalam bank sendiri melalui laba bank yang tercermin

dalam ROA.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia secara nasionalsampai dengan bulan

Maret 2014 jumlah BPR yang tersebar sebanyak 1.363 unit, dimana pada awal

tahun 2008 jumlah BPR yang beroperasi sebanyak 1.772 unit,mengalami

penyusutan sebesar 409 unit,akibat dari adanya penggabungan atau merger dan

juga akibat dicabut ijin usahanya. Berdasarkan jumlah kantor BPR mengalami

peningkatan dari 3.367 unit pada tahun 2008 bertambah menjadi 4.717 unit

kantor per bulan Maret 2014. Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

mengalami peningkatan yaitu Rp 47.684 miliar pada 2008 menjadi Rp 117.279

miliar pada bulan Maret 2014 yang bersumber dari produk Tabungan,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

9

Deposito,Antarbank Pasiva, pinjaman diterima dan termasuk kewajiban

segera(www.bi.go.id, 2014).

Kalau diperhatikan lebih mendalam kemampuan BPR dalam menghimpun

DPK sudah mengalami peningkatan, namun kalau dibandingkan antara jumlah

DPK yang bersumber dari tabungan dan deposito dengan penanaman dana pada

penyaluran kredit terjadi ketimpangan yang cukup besar. Ketimpangan ini ditutupi

melalui antar Bank Pasiva dengan kerjasama linkageprogram dengan Bank

Umum.Penyalurandana juga mengalami peningkatan yaitu dari Rp. 31.313 miliar

pada tahun 2008 menjadi Rp.76.007 miliar pada bulan Maret 2014, dari jumlah

dana yang berhasil dihimpun lebih banyak ditanam dalam bentuk kredit yaitu Rp.

25.472 miliar pada tahun 2008 berkembang menjadi Rp. 62.005 miliar pada bulan

Maret 2014(www.bi.go.id 2014).

Berdasarkan data statistik Bank Indonesia jumlah BPR yang beroperasi di

Provinsi Bali per bulan Januari tahun 2008 sebanyak 142 BPR mengalami

penyusutan sebanyak 4 BPR akibat dicabut ijin usahanya sehingga jumlah BPR

sampai dengan tahun 2014 menjadi 138 BPR yang terdiri dari 137 BPR

konvensional dan 1 BPR syariah. Total asset yang dikelola sampai dengan tahun

2014 sebesar Rp 7.732 miliar, kredit yang disalurkan Rp 5.940 miliar dengan

total nasabah yang dilayani 713.952 orang(www.bi.go.id 2014). Dari data tersebut

terjadi peningkatan usaha baik secara nasional maupun di Provinsi Bali, tetapi

terjadi penyusutan jumlah BPR yang sebelumnya telah pernah beroperasi akibat

dari dicabut ijin usahanya karena gagal beroperasi secara sehat akibat persaingan

yang semakin ketat.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

10

Menurut (Hanafi dan Halim 2003), ROA merupakan rasio keuangan

perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat aset dan modal

saham tertentu. Dengan mengetahui ROA,dapat menilai apakah perusahaan telah

efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk

menghasilkan keuntungan. Menurut (Wahyudi, DwidanSyaichu, Muhamad2013)

ROAberpengaruh negatifdantidak signifikanterhadapLDR.Menurut (Brigham &

Houston2009), profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan

keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Bagi perbankan tingkat profitabilitas

lebih penting dibandingkan dengan laba, karena laba yang lebih besar bukan

merupakan ukuran perusahaan telah memiliki kinerja yang efektif dan efisien

(Putra 2012). Efektivitas dan efisiensi perbankan dapat diketahui dari kemampuan

bank menghasilkan keuntungan dengan memaksimalkan pemanfaatan aktiva yang

dimilikinya dan dapat diukur dengan membandingkan laba sebelum pajak

terhadap total aset yang biasa dikenal dengan ROA.

Penelitian yang dilakukan oleh (Kemal 2011) menyatakan bahwa rasio-

rasio keuangan seperti profitabilitas, aktiva produktif, likuiditas, dan beberapa

rasio keuangan lainnya berpengaruh terhadap kesehatan bank yang ditunjukkan

dengan kemampuan dalam menjaga permodalannya. Penelitian Kemal ini

didukung oleh (Fitrianto dan Marwadi 2006) yang menyatakan apabila bank terus

menerus mengalami kerugian dikarenakan rendahnya tingkat pengembalian aktiva

produktif memungkinkan modal bank tersebut akan terkikis sedikit demi sedikit.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

11

Penelitian yang dilakukan oleh (Setyaningsih 2011) menyatakan bahwa

aktiva produktif bermasalah berpengaruh negatif signifikan terhadap (Capital

Adequasy Ratio) CAR.Laba dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk

dapat meminjamkan dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan

kemampuan perusahaan untuk berubah.Jumlah keuntungan yang diperoleh secara

teratur dan cendrung dengan trend meningkat menjadi suatu faktor yang sangat

penting dalam menganalisis suatu perusahaan.Semakin tinggi rasio ROA maka

semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa ROA BPR di Provinsi Bali pernah

mengalami penurunan yang sangat tajam, yaitu dari 2,30 persen pada akhir

Desember 2008 menjadi 0,91 persen pada Desember 2009, dan mengalami

perbaikan pada tahun-tahun berikutnya yaitu Desember 2010 sampai dengan

Desember2014, masing-masing menjadi 2,23 persen, 2,54 persen, 3,09 persen,

3,58 persen dan 3,55 persen.

NPL merupakan resiko bagi perbankan karena semakin tinggi NPL maka

semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh perbankan. Salah satu faktor yang saat

ini lebih berperan dalam masalah NPL adalah dampak krisis multidimensional

yang dimulai pada 1997-1998 hingga sekarang masih menyebabkan banyak

debitur bank, baik di segmen corporate, commercial, maupun consumer belum

mampu menyelesaikan kredit macetnya. Selain itu, faktor lain yang jauh lebih

penting adalah kurangnya kemauan dan etikad baik dari debitur. Data NPL BPR

di Provinsi Bali juga mengalami fluktuasi yang sangat tinggi antara periode bulan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

12

Desember 2008 sampai dengan periode Desember 2014 yaitu 3,97 persen pada

Desember 2008 naik menjadi 6,00 persenpada Desember 2009 mengalami

Tabel 1.1

Perkembangan LDR, ROA dan NPL BPR dari Tahun 2008 sampai dengan

Tahun 2014 di Provinsi Bali (persen)

Tahun LDR ROA NPL

2008 79.69 2.30 3.97 2009 81.87 0.91 6.00

2010 81.03 2.23 3.67

2011 76.49 2.54 2.70

2012 79.05 3.09 2.17

2013 87.38 3.58 2.14

2014 78.96 3.55 2.37

Sumber : data di olah dari Statistik BI, www.bi.go.id

penurunan menjadi 3,67 persen, 2,70 persen dan 2,17 persen untuk tahun 2010,

tahun 2011 dan tahun 2012 dan pada bulan Desember 2014 meningkat lagi

menjadi 2,37 persen.Apakah dengan naik turunnya NPL juga mempengaruhi

kemampuan BPR dalam menyalurkan kredit dan tingkat keuntungan yang

mampu dihasilkan.

NPL atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk

menilai kinerja fungsi BPR. NPL yang tinggi akan dapat mengganggu kesehatan

BPR dan kemampuan BPR dalam melakukan ekspansi kredit juga terganggu.

Untuk mengatur kinerja bank maka Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank

Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah/NPL adalah sebesar

maksimal 5 persen untuk masuk kategori sehat. NPL yang tinggi

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

13

akanmengganggu operasional BPR karena akan menurunkan ratio modal akibat

tergerus oleh kerugian yang disebabkan oleh kredit macet.

Menurut(Andri 2008) NPL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

LDR.Menurut(Setyo 2012)NPLberpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR

perusahaan.Menurut (Amriani 2012) variabel NPL memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap LDR.Peran intermediary bank dalam perekonomian tercermin

dari jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan jumlahdana yang mampu

diserap yang tercermin dari LDR. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama

BPR, oleh karena itu sumber pendapatan utama BPR berasal dari kegiatan kredit.

Semakin besar penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkandengan deposit

atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin

besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan.

Menurut (Darmawi 2012),Kalau rasio LDR meningkat ke tingkat yang

lebih tinggi secara relatif bankir kurang berminatuntuk memberikan pinjaman atau

investasi.Selain itu, mereka menjadi selektif dan kalau standar dinaikan dan kredit

menjadi lebih sulit, maka suku bunga cendrung naik.Berdasarkan data pada Tabel

1.1 LDR BPR di Provinsi Bali mengalami fluktuasi dari tahun ketahun. Bulan

Desember 2008 LDR BPR di Provinsi Bali 79,69 persen sedangkan pada bulan

Desember 2009 dan Desember 2010 LDR BPR di Provinsi Bali 81,87 persen dan

81,03 persen. LDR BPR di Provinsi Bali dalam waktu Desember 2008 sampai

dengan Desember 2014 mengalami naik turun dan tertinggi pada Desmber 2013

yaitu sebesar 87,38 persen.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

14

Rasio

Gambar 1.1

Perkembangan ROA, NPL, BPR Tahun 2008- 2014 di Provinsi Bali

7

6

5

4

ROA

3 NPL

2

1

0

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : data di olah dari Statistik BI, www.bi.go.id

Menurut (Kasmir 2003), batas aman untuk LDR dari peraturan Bank

Indonesia adalah maksimal 110 persen.Praktisi perbankan menyepakati bahwa

batas aman dari loan to deposit ratio suatu bank adalah sekitar 85 persen dan 100

persen. Peran BPR dalam menyalurkan kredit jugadipengaruhi oleh kemampuan

BPR dalam menghimpun dana masyarakat, makin besar dana yang dihimpun

maka makin besar kredit yang akan disalurkan. Penghimpunan dana maupun

penyaluran kredit oleh bank juga akan dipengaruhi oleh tingkat bunga yang

sedang berlaku. Tingkat bunga di pasaran sangat tergantung dari kebijakan suku

bunga Bank Indonesa atau BI Rate. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

15

Rasio

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank

Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Gambar 1.2

Perkembangan LDRBPR Tahun 2008- 2014 di Provisi Bali

LDR

90

88

86

84

82

80

78

76

74

72

70

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

LDR

Sumber : data di olah dari Statistik BI, www.bi.go.id

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulan

dan implementasinya pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia

melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional

kebijakan moneter.Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada

perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan

di suku bunga deposito, dan pada gilirannya akan berpengaruh pada suku bunga

kredit perbankan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

16

SBI

10.00%

9.00%

Gambar 1.3

Perkembangan SBI Tahun 2008- 2014

7.00%

6.00%

5.00%

4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

0.00%

SBI

Sumber : data di olah dari Statistik BI, www.bi.go.id

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank

Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan

diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia

akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah

sasaran yang telah ditetapkan.Bulan Desember 2012, Bank Indonesia menerbitkan

peraturan yang mengatur tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh Bank

Umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan

menengah. Disebutkan secara bertahap hingga tahun 2018, Bank Umum wajib

memberikan kredit atau pembiayaan paling rendah 20 persen dari total kredit atau

pembiayaan.Pembiayaan tersebut dapat dilakukan secara langsung kepada UMK

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

17

atau tidak langsung melalui kerjasama pola executing, channeling atau secara

sindikasi. Pembiayaan tidak langsung dapat dilakukan antara lain melalui BPR.

Keuntungan yang diperoleh oleh Bank Umum melalui cara tersebut antara

lain adalah dapat mengandalkan BPR dalam infrastruktur serta pengalamannya

menilai resiko kredit debitur, yang selama ini mungkin belum didalami oleh Bank

Umum. Dalam jangka panjang dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia

tersebut, diharapkan dapat menekan suku bunga kredit BPR konvensional karena

semakin meningkatnyasupply dan kemudahan akses dana dari Bank Umum

melalui penyaluran kredit langsung atau tidak langsung kepada masyarakat.

Didalam pelayanan BPR pada konsumen memiliki beberapa keunggulan

antara lain, (1) Kemampuan memahami kebutuhan pelanggan lebih baik, (2)

pendekatan emosional dan pribadi yang sering dilakukan oleh petugas lapangan

(account officer) terhadap nasabah dan debiturnya, (3) persyaratan yang fleksibel

dan dinamis, dan (4) kehandalan petugas lapangan untuk terjun hingga ke pelosok

pasar dan kawasan padat penduduk dengan gaji/upah yang relatif rendah, telah

mampu memikat hati masyarakat untuk tidak mudah berpaling dari BPR meski

mendapatkan tawaran bunga yang relatif jauh lebih murah dari bank

umum/layanan mikro lain.

Bagi pelaku usaha, kecepatan proses, ketepatan nominal dan momentum,

dan tentunya pelayanan yang mudah dengan kesederhanaan persyaratan lebih

menjadi faktor utama. Hubungan emosional yang terbina antara nasabah dan

petugas/personal lembaga keuangan/perbankan mikro (termasuk BPR) juga

semakin mengeratkan hubungan kemitraan antara keduanya. Hal inilah yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

18

sepertinya sulit untuk bisa diimbangi oleh kalangan bank

umum.Menurut(Wiryosukarto2014) BPRbisa tumbuh dan berkembang karena

beberapa faktor yaitu; 1) Nasabah BPR adalah nasabah mikro dan kecil. 2)

Nasabah di kelas ini tidak terlalu sensititif dengan bunga tinggi sehingga BPR

mampu meraup pendapatan tebal dengan tingginyaNet Interest Margin(NIM).

3)Bagi nasabah di segmen ini, kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh

kredit menjadi pertimbangan utama ketika memutuskan mengambil pinjaman. 4)

Nasabah di segmen ini memiliki kedekatan emosional dengan petugas-petugas

BPR. 5) Nasabah di segmen ini masih banyak yang belum disentuh bank-bank

umum sehingga peluang BPR terbuka lebar.

Dana yang diperoleh dari hasil lingkage bunganya akan relatif lebih tinggi

jika dibandingkan dengan dana pihak ketiga yang berasal dari masyarakat. Bunga

pada perbangkan dipengaruhi oleh tingkat efisiensi dan produktifitas yang mampu

dilakukan oleh BPR, tetapi apakah suku bungan simpanan maupun suku bunga

kredit BPR juga dipengaruhi olehtingkat suku bunga SBI. Dengan bunga dana

yang lebih rendah akan mampu mendorong daya saing BPR dalam menyalurkan

kredit pada masyarakat dengan bunga kredit lebih rendah.Penelitian ini berusaha

melakukan penelusuran dampak dari arah pergerakan kebijakan Suku Bunga SBI

terhadap kinerja BPR secara langsung maupun tidak langsung berproses melalui

trasmisi NPL, maupun LDR, yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan

ROA BPR.Penelitian ini melakukan pokus kajian untuk mendapat kontruksi yang

menentukan kinerja BPR dari resiko kredit yaitu NPL, LDR serta pada akhirnya

diharapkan memberi dampak positif terhadap kemampuan BPR meningkatkan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

19

produktivitas yaitu ROA.Dengan demikian hasil/penelitian ini menjadi syarat

penting untuk dilakukan bagi kemajuan BPR di Provinsi Bali.Informasi tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi ROA pada BPR di Provinsi Bali sampai saat ini

belum memadai, informasi ini sangat penting untuk diketahui agar dapat

meningkatkan/memperbaiki kondisi ROA BPR.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1). Bagaimana pengaruh secara langsung kebijakan Sukubunga Bank Indonesia

(SBI), Non Performing Loan (NPL)danLoan to Deposit Ratio (LDR),

terhadapReturn On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi

Bali?

2). Bagaimana pengaruh Suku bunga Bank Indonesia (SBI), Non Performing

Loan (NPL) terhadapLoan Deposit Ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat di

Provinsi Bali?

3). Apakah Suku bunga Bank Indonesia (SBI), Non Performing Loan (NPL)

berpengaruh secara tidak langsung terhadapReturn On Asset (ROA)melalui

Loan Deposit Ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

20

1). Menganalisis pengaruh secara langsung kebijakan Sukubunga Bank Indonesia

(SBI), Non Performing Loan (NPL)dan Loan to Deposit Ratio (LDR), terhadap

Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Bali.

2). Menganalisis pengaruh Suku bunga Bank Indonesia (SBI), Non Performing

Loan (NPL) terhadap Loan Deposit Ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) di Provinsi Bali.

3). Menganalisispengaruh tidak langsung kebijakan Suku bunga Bank Indonesia

(SBI), Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA)

melaluiLoan Deposit Ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi

Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih untuk sumber

informasi mengenai prilaku pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat dalam

mengelola dana masyarakat, menyalurkan kredit, dengan memanfaatkan

kebijakan Suku Bunga Bank Indonesia terkait dengan kebijakan moneter,

serta dapat menambah khasanah serta masukan bagi otoritas dalam

membuat kebijakan terhadap Bank Perkreditan Rakyat dengan wilayah

oprasi pada satu Provinsi dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.

2) Praktis

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

21

Mmemberikan masukan kepada para pengelola dan pelaku usaha Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) tetang faktor-faktor yang mempengaruhi ROA

agar dalam pengelolaan BPR menjadi lebih baik.Bagi Bank Sentral

danOtoritas Jasa Keuangan(OJK), dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam mengambil kebijakan dan pengawasan agar lembaga BPR dapat

diberdayakan lebih maksimal dalam pembangunan perekonomian

masyarakat kedepannya.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah1.pdfmaupun cadangan sekender, fasilitas rediskonto, oprasi pasar terbuka dengan . 2 lelang surat berharga Bank Sentral, lelang surat berharga

22