bab i pendahuluan 1.1 latar belakang filekepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat, lebih...

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, tentu diperlukan pemberian kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh komponen bangsa apalagi aparat penegak hukum sudah semestinya menempatkan dan menjunjung tinggi hukum tersebut guna memberikan jaminan perlindungan bagi masyarakat.Salah satu profesi hukum yang sangat diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut adalah Notaris. Profesi Notaris memang menjadi tumpuan bagi terwujudnya kepastian hukum yang diharapkan masyarakat, mengingat pada Notaris diberikan kewenangan sebagai pejabat negara yang menyelenggarakan pembuatan akta otentik yang sangat penting sifatnya untuk menjamin perlindungan hukum.Banyak aspek praktek hukum yang berhubungan dengan para Notaris berkaitan dengan akta otentik dan penggunaannya dalam proses pembuktian. 1 Terkait dengan pembuktian dan kepastian hak serta kewajiban hukum seseorang dalam kehidupan masyarakat, salah satunya dilakukan dengan peran yang dimainkan oleh Notaris. Pentingnya peranan notaris dalam menciptakan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat, lebih bersifat preventif, atau bersifat pencegahan terjadinya masalah hukum, dengan cara penerbitan akta otentik yang dibuat dihadapannya terkait dengan status hukum, hak dan kewajiban seseorang dalam hukum, dan lain sebagainya, yang berfungsi sebagai alat bukti yang paling sempurna di pengadilan, dalam hal terjadi sengketa. 2 Notaris tidak dibawahi oleh siapa pun kecuali oleh peraturan perundang- undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Kedua ciri utama notaris ini harus 1 Tan Thong Kie, 2007, Study Notariat & Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal. 627 2 Sjaifurrachman, dkk, 2011 Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta,Mandar Maju, Bandung, hal. 7

Upload: vankien

Post on 26-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, tentu diperlukan

pemberian kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Seluruh komponen

bangsa apalagi aparat penegak hukum sudah semestinya menempatkan dan

menjunjung tinggi hukum tersebut guna memberikan jaminan perlindungan bagi

masyarakat.Salah satu profesi hukum yang sangat diharapkan dapat mewujudkan

hal tersebut adalah Notaris. Profesi Notaris memang menjadi tumpuan bagi

terwujudnya kepastian hukum yang diharapkan masyarakat, mengingat pada

Notaris diberikan kewenangan sebagai pejabat negara yang menyelenggarakan

pembuatan akta otentik yang sangat penting sifatnya untuk menjamin

perlindungan hukum.Banyak aspek praktek hukum yang berhubungan dengan

para Notaris berkaitan dengan akta otentik dan penggunaannya dalam proses

pembuktian.1

Terkait dengan pembuktian dan kepastian hak serta kewajiban hukum

seseorang dalam kehidupan masyarakat, salah satunya dilakukan dengan peran

yang dimainkan oleh Notaris. Pentingnya peranan notaris dalam menciptakan

kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat, lebih bersifat preventif, atau

bersifat pencegahan terjadinya masalah hukum, dengan cara penerbitan akta

otentik yang dibuat dihadapannya terkait dengan status hukum, hak dan kewajiban

seseorang dalam hukum, dan lain sebagainya, yang berfungsi sebagai alat bukti

yang paling sempurna di pengadilan, dalam hal terjadi sengketa.2

Notaris tidak dibawahi oleh siapa pun kecuali oleh peraturan perundang-

undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Kedua ciri utama notaris ini harus

1 Tan Thong Kie, 2007, Study Notariat & Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve,

Jakarta, hal. 627

2 Sjaifurrachman, dkk, 2011 Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta,Mandar

Maju, Bandung, hal. 7

2

pula didukung oleh norma dan nilai yang tumbuh di dalam masyarakat serta etika

profesi yang berlaku di dalam lingkungan para notaris itu sendiri.

Ketidakbergantungan atas kemandirian Notaris walaupun tidak diatur secara

khusus seperti pada ketidakmemihakkan, dianggap sudah dengan sendirinya

merupakan ciri dan sifat yang essentiil harus ada pada jabatan ini agar notaris

dapat melaksanakan jabatannya dengan sempurna.3

Sesuai penjelasan UU Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris ( selanjutnya

disebut UUJN 2014), Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan profesi

dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat perlu mendapat perlindungan

dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum sehingga menegaskan dan

memantapkan fungsi, dan kewenangan Notaris sebagai pejabat yang menjalankan

pelayanan publik.

Demikian besarnya harapan masyarakat terhadap profesi notaris sehingga

memang secara etika moral seorang Notaris wajib menjunjung tinggi hukum dan

amanat jabatannya tersebut. Ini tentunya semakin teruji manakala pertumbuhan

notaris dewasa ini semakin banyak sebab dengan kewenangan dan kewibawaan

serta penghasilan yang cukup menjanjikan, profesi ini banyak diminati, sehingga

dari waktu ke waktu persaingan antar profesi notaris sangat terasa. Apalagi bidang

kerjanya kini berhadapan dengan tuntuan globalisasi yang bukan tidak mungkin

dengan pertumbuhan notaris yang semakin banyak ini dapat menimbulkan sikap

tindak yang bisa saja mengarah pada pelanggaran etika profesionalitas profesi.

Data pertumbuhan notaris di Indonesia hingga tahun 2013 sebagaimana

dilaporkan Media Notariat, edisi Mei 2013 menyatakan bahwa formasi notaris

sesungguhnya harus memperhatikan perbandingan dengan jumlah penduduk,

yakni dengan jumlah penduduk seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2013

sebanyak 237.641.326 orang, maka terdapat 19.027 formasi Jabatan Notaris. Di

3 Herlien Budiono, 2010, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Bidang Kenotariatan,Citra

Aditya Bakti , Bandung, hal. 282

3

mana berdasarkan data yang ada sampai dengan saat ini jumlah notaris aktif di

seluruh wilayah Indonesia sebanyak 11.579 orang.4

Bahkan beberapa daerah berdasarkan ketentuan Ditjen Administrasi

Hukum Umum Kementrian Hukum dan HAM telah ditutup untuk formasi notaris

mengingat rasio perbandingan formasi notaris dirasa sangat padat. Pertumbuhan

Notaris yang pesat seperti di lansir dalam situs hukum online dapat menimbulkan

permasalahan baru yang mengarah pada persaingan tidak sehat dan pelanggaran

kode etik Notaris. Dalam hal ini kaitannya adalah tindakan Notaris yang

menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

Wilayah Bali sendiri, khususnya kota Denpasar berdasar pengamatan

langsung memang nanpak telah terjadi pertumbuhan notaris yang cukup pesat. Di

beberapa ruko kantor Notaris misalnya bahkan berderet di beberapa kantor

Notaris di tempat yang sangat berdekatan. Belum lagi ruko yang berseberangan di

ruas jalan yang sama dapat juga kita jumpai lagi kantor Notaris. Ini tentu dapat

menimbulkan persaingan tidak sehat yang bukan tidak mungkin menyebabkan

oknum Notaris dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya dapat bersikap

tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Beberapa kasus tentang oknum notaris yang tersangkut pelanggaran etika

profesi hingga mengarah ke pelanggaran hukum yang bersifat pidana telah banyak

mengemuka. Data indikasi pelanggaran kode etik dan tindakan notaris yang

mengarah ke kasus Pidana , salah satunya dimuat dalam Renvoi, Majalah Berita

Notaris dan PPAT, edisi Februari 2008, oknum notaris di wilayah kerja Medan ,

tersangkut pidana penggelapan dana klien. Ada juga kasus di Bali yang pernah

ada berkaitan dengan penggelapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

( BPHTB) Ini tentu menunjukkan bahwa bagaimanapun juga dalam pelaksanaan

tugas jabatannya sangat memungkinkan notaris tersangkut permasalahan hukum,

meskipun sudah semestinya kinerja seorang Notaris harus selalu mengedepankan

etika profesionalnya sesuai UUJN 2014 dan kode etik yang berlaku. Di samping

4 Download internet,www.notariatnews.com, 10 Maret 2014

4

tentunya diperlukan pengawasan yang maksimal pada Notaris yang dilakukan

oleh unsur kelembagaan yang diatur menurut Undang-Undang.

Pengaturan pengawasan terhadap notaris menurut Pasal 1 angka 6 UUJN

2014 berbunyi : Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut sebagai

Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan

kewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris. Dalam

Pasal 69 UUNJN 2014 tersebut juga tercantum unsur-unsur pengawasan Notaris

hingga di tingkat daerah yaitu dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD).

Untuk uraian kewenangan MPD berdasar UUJN 2014 tidak dilakukan perubahan

lagi sehingga acuan ketentuannya sesuai dengan UU No 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris ( selanjutnya di sebut UUJN 2004). Sesuai pasal 70 UUJN 2004

ditegaskan kewenangan MPD dalam melakukan pembinaan dan pengawasan

pada Notaris ditingkat daerah.

Oleh karena itu, maka tujuan pokok pengawasan agar segala hak dan

kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada Notaris dalam

menjalankan tugasnya sebagaimana yang diberikan peraturan dasar yang

bersangkutan senantiasa dilakukan di atas rambu-rambu hukum yang telah

ditentukan, bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi

demi terjaminnya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. 5

Bagaimana kinerja Notaris dalam pelaksanaan tugasnya berdasar kode etik

dan peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan kepada

Notaris inilah menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Apalagi di wilayah kota

Denpasar yang menjadi sentral perekonomian Bali, dengan pertumbuhan ekonomi

dan banyaknya formasi Notaris sangat potensial dapat menjawab permasalahan

bagaimana kinerja Notaris dan pengawasan yang dilakukan pada profesi hukum

tersebut.

5 Sjaifurrahman,opcit, hal 230

5

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana kinerja Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya menurut kode

etik Notaris?

2. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan

terhadap Notaris dalam mencegah terjadinya pelanggaran kode etik oleh Notaris

di Kota Denpasar?

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kode Etik Notaris

Notaris sebagai pengemban profesi adalah orang yang memiliki keilmuan

dan keahlian dalam bidang ilmu hukum dan kenotariatan, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan pelayanan, maka dari itu

secara pribadi Notaris bertanggungjawab atas mutu jasa yang diberikannya.

Sebagai pengemban misi pelayanan, profesi Notaris terikat dengan kode etik

notaris yang merupakan penghormatan martabat manusia pada umumnya dan

martabat Notaris khususnya, maka dari itu pengemban profesi Notaris mempunyai

ciri-ciri mandiri dan tidak memihak, tidak terpacu dengan pamrih, selalu

rasionalitas dalam arti mengacu pada kebenaran yang objektif, spesialitas

fungsional serta solidaritas antar sesama rekan seprofesi.6

Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayan, maka dari itu seorang

Notaris harus mempunyai perilaku baik yang dijamin oeh undang-undang,

sedangkan undang-undang telah mengamatkan pada perkumpulan untuk

menetapkan kode etik profesi Notaris. Perilaku notaris yang baik adalah perilaku

yang berlandaskan pada kode etik profesi Notaris, dengan demikian kode etik

Notaris mengatur hal-hal yang harus ditaati oleh seorang Notaris dalam

menjalankan jabatannya dan juga di luar jabatannya.7

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, jabatan Notaris merupakan

jabatan kepercayaan. Oleh karena itu untuk melaksanakan jabatan luhur itu

6 HM Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral,& Keadilan, Sebuah Kajian Filsafat Hukum,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal.113

7 ibid

7

Notaris tidak semata-mata hanya keahlian di bidang ilmu kenotariatan, tetapi juga

perlu dijabat oleh mereka yang berakhlak tinggi.8

Berdasar pemaparan di atas, profesi Notaris mengandung pengertian suatu

bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan

sebagainya) tertentu, bersifat terus menerus mendahulukan pelayanan daripada

imbalan, mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, dan berkelompok dalam

suatu organisasi. Jabatan Notaris diartikan sebagai mempunyai fungsi sebagai

notaris. Dengan demikian, profesi jabatan Notaris adalah bidang pekerjaan yang

dilandasi keahlian untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya oleh

mereka yang berfungsi sebagai notaris sebagaimana dimaksud di dalam UUJN.

Pelaksanaan atas fungsi jabatan tersebut, menurut Herlien Budiono

terdapat etika jabatan Notaris yang menyangkut masalah yang berhubungan

dengan sikap para Notaris berdasar nilai dan moral terhadap rekan Notaris,

masyarakat, dan negara. Dengan dijiwai pelayanan yang berintikan penghormatan

terhadap martabat manusia pada umumnya dan martabat notaris pada khususnya,

maka ciri pengembanan profesi Notaris adalah :

1. Jujur, mandiri, tidak berpihak, dan bertanggungjawab;

2. Mengutamakan, pengabdian pada kepentingan masyarakat dan negara;

3. Tidak mengacu pamrih ( disinterestedness)

4. Rasionalitas yang berarti mengacu kebenaran objektif;

5. Spesifitas fungsional, yaitu ahli di bidang kenotariatan; dan

6. Solidaritas antara sesama rekan dengan tujuan menjaga kualitas dan

martabat profesi.

8 Munir Fuady, 2005, Profesi Mulia Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat,

Notaris, Kurator dan Pengurus PT Citra Aditya Bakti, Bandung,hal.5

8

Mendasarkan pada spirit Kode Etik Notaris dan dengan memiliki ciri

pengembanan profesi Notaris, maka kewajiban Notaris dapat dibagi menjadi:

Kewajiban Umum:

a. Notaris senantiasa melakukan tugas jabatannya menurut ukuran yang

tertinggi dengan amanah, jujur, seksama, mandiri, dan tidak berpihak.

b. Notaris dalam menjalankan jabatannya jangan dipengaruhi oleh

pertimbangan keuntungan pribadi

c. Notaris tidak memuji diri sendiri, dan tidak memberikan imbalan atas

pekerjaan yang diterimanya.

d. Notaris hanya memberikan atau pebdapat yang dapat dibuktikan

kebenarannya

e. Notaris berusaha menjadi penyuluh masyarakat dalam bidang

jabatannya.

f. Notaris hendaknya memelihara hubungan sebaik-baiknya dengan para

pejabat pemerintah terkait ataupun dengan para profesional hukum

lainnya.

Sesuai jabatan dan pelaksanaan tugasnya, menurut Habib Adjie harus

direkonstruksi hubungan hukum notaris dan para penghadap ( menghadap-

berhadapan) yakni dimulai dari penghadap datang ke Notaris agar tindakan dan

perbuatannya diformulasikan ke dalam akta otentik sesuai dengan kewenangan

Notaris, dan kemudian Notaris membuatkan akta atas permintaan atau keinginan

para penghadap tersebut, maka dalam hal ini memberikan landasan kepada

Notaris dan para penghadap telah terjadi hubungan hukum. Oleh karena itu

Notaris harus menjamin bahwa akta yang dibuat tersebut telah sesuai menurut

aturan hukum yang telah ditentukan sehingga kepentingan yang bersangkutan

terlindungi dengan akta tersebut. Dengan hubungan hukum sepertti itu, maka

perlu ditentukan kedudukan hubungan hukum tersebut yang merupakan awal dari

tanggung gugat Notaris yang ,ana ini dapat ditujukan terutama terhadap

9

kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam menjalankan jabatan-jabatan khusus

tertentu (beroepsaansprakelijkheid) 9

Hubungan hukum Notaris dengan para penghadap merupakan hubungan

hukum yang khas, dengan karakter :

1. Tidak perlu dibuat suatu perjanjian, baik lisan maupun tertulis dalam

bentuk pemberian kuasa untuk membuat akta atau untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan tertentu;

2. Mereka yang datang ke hadapan Notaris dengan anggapan bahwa notaris

mempunyai kemampuan untuk membabtu memformulasikan keinginan

para pihak secara tertulis dalam bentuk akta otentik

3. Hasil akhir dari tindakan Notaris berdasarkan kewenangan Notaris yang

berasal dari permintaan atau keinginan para pihak sendiri dan

4. Notaris bukan pihak dalam akta yang bersangkutan10

Lebih lanjut Habib Adjie menjelaskan bahwa pelaksanaan tugas jabatan

notaris merupakan pelaksanaan tugas jabatan yang esoterik, artinya diperlukan

pendidikan khusus dan kemampuan yang memadai untuk menjalankannya. Oleh

sebab itu, Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya harus mematuhi ketentuan

yang tersebut dalam UUJN. Karenanya dalam hal ini diperlukan

kecermatan,ketelitian,dan ketepatan tidak hanya dalam teknik administratif

membuat akta, tetapi juga penerapan berbagai aturan hukum yang tertuang dalam

akta yang bersangkutan untuk para penghadap dan kemampuan menguasai

keilmuan bidang Notaris secara khusus dan hukum pada umumnya. Dengan

demikian, kedudukan akta Notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

akta di bawah tangan atau akta Notaris yang batal demi hukum tidak berdasarkan

akta notaris tidak memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, tetapi dalam hal

ini :

9 Habieb Adjie, 2013, Menjalin Pemikiran-Pendapat Tentang Kenotariatan, Citra Aditya

Bakti, Bandung, ( selanjutnya disingkat Habieb Adjie I) hal 113

10 Ibid

10

1. Undang-Undang (UUJN) telah menentukan sendiri ketentuan syarat akta

notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah

tangan atau akta notaris menjadi batal demi hukum, yaitu tidak memenuhi

syarat ekternal.

2. Notaris telah tidak cermat, tidak teliti, dan tidak tepat dalam menerapkan

aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris

berdasarkan UUJN dan juga dalam menerapkan aturan hukum yang

berkaotan dengan isi akta.

Pedoman secara langsung atas semua pandangan di atas, telah diatur

lengkap melalui kaidah Undang-Undang Jabatan Notaris dan kode etik Notaris

yang dirumuskan Ikatan Notaris Indonesia. Berdasar ketentuan UU No 2 Tahun

2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris (selanjutnya disebut UUJN 2014) ditentukan dalam Pasal 15 yaitu sebagai

berikut :

(1) Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan

perjanjian,perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang

berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin

kepaastian tangga pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan

grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan

akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain

atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Notaris

berwenang pula :

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di

bawah tangan dengan mendaftar dalam buku dengan mendaftar dalam

buku khusus;

c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang

memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang

bersangkutan.

11

d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta

f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

g. membuat akte risalah lelang

Dalam pelaksanaan tugas berdasar ketentuannya seorang notaris melalui

organisasi profesinya telah menetapkan Kode Etik Notaris Ikatan Notaris

Indonesia ( INI) dimana dalam ketentuan sesuai Bab I Ketentuan Umum Pasal 1

angka 2 dinyatakan:

Kode etik Notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh

Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut

“perkumpulan”berdasar keputusan kongres perkumpulan dan atau/ yang

ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua

anggota perkumpulan da semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai

Notaris , termasuk didalamnya notaris para pejabat sementara, Notaris pengganti

dan Notaris pengganti khusus.

Selanjutnya terkait kewajiban, larangan dan ketentuan yang harus

dilakukan notaris, diatur dalam Pasal 3 Kode Etik Notaris, sebagai berikut :

Notaris dan orang lain yang memangku jabatan notaris wajib :

1. Memiliki akhlak serta kepribadian yang baik

2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan notaris

3. Menjaga dan membela kehormatan perkumpulan

4. Bertindak jujur, mandiri,tidak berpihak,penuh rasa tanggungjawab

berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan

Notaris

12

5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada

ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan

6. Mengutamakan pengabdian pada kepentingan masyarakat dan Negara

7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotariatan lainnya untuk

masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium

8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut

merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam

melaksnakan tugas jabatan sehari-hari

9. Memasang 1( satu) buah papan nama di depan lingkungsn kantornya

dengan pilihan ukuran yaitu : 100cmx 40cm, 150 cmx60 cm atau 200 cmx

80 cm yang memuat :

a. Nama lengkap dan gelar yang sah

b. Tanggal dan nomor surat keputusan pengangkatan yang terakhir

sebagai notaris

c. Tempat kedudukan

d. Alamat kantor dan nomor telepon, fax. Dasar papan nama berwarna

putih dengan huruf berwaran hitam dan tulisaan dipapan nama hiatam

dan tulisan dipapan nama harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali di

lingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasanagan

papan nama dimaksud.

10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap yang

diselenggarakan oleh perkumpulan, menghormati,mematuhi,

melaksanakan setiap dan seluruh keputusan perkumpulan

11. Membayar uang iuran perkumpulan secara tertib

12. Membayar uang duka untuk perkumpulan secara tertib

13

13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketetuan tentang honorarium yang

ditetapkan perkumpulan

14. Menjalankan jabatan notaris terutama dalam perbuatan , pembacaan,dan

penandatanganan akta dilakukan dikantornya, kecuali alasan-alasan yang

sah

15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dan melaksanakan

tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan

sejawat secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling

membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silahturahmi

16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan

status ekonomi dan/atau status sosialnya.

17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai

kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antsara lain namun tidak terbatas

pada ketentuan yang tercantum dalam :

a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan

notaris

c. Isi sumpah jabatan Notaris

d. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia

Di samping kewajiban yang harus ditaati, kode etik Notaris juga mengatur

tentang larangan yang termuat dalam pasal 4, yaitu :

1. Mempunyai lebih dari satu kantor, baik merupakan kantor cabang

maupun kantor perwakilan

2. Memasang papan nama dan atau ditulis berbunyi “notaris/ Kantor

notaris di luar lingkungan kantor

14

3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara

bersama-sama dengan mencantumkan nama jabatannya,

menggunakansarana media cetak dan/ atau elektronik dalam bentuk

iklan, ucaan selamat, ucapan bela sungkawa, ucapan terima kasih,

kegitan pemasaran, kegiatan sponsor baik dalam bidang sosial,

keagamaan maupun olahraga

4. Bekerjasama dengan biro jasa/orang/badan hukum yang pada

hakikatnya bertindak sebagai perantarauntuk mencari/mendapatkan

klien.

5. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah

disiapkan oleh pihak lain.

6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani

7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun agar seseorang berpindah

dari notaris lain kepadanya baik upaya itu ditujukan langsung kepada

klien yang bersangkutan maupun melalui perantara orang lain

8. Melakukan pemaksaan pada klien dengan cara menahan dokumen-

dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan psikologi

dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya

9. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dengan jumlah

honorarium yang telah ditetapkan perkumpulan

10. Mempekerjaan dengan sengaja orang yang yang masih berstatus

karyawan kantor notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari

Notaris yang bersangkutan

11. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan notaris atau akta yang

dibuat olehnya

12. Membentuk kelompok terhadap rekan sejawat yang bersifat ekslusif

dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau

15

lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk

berpartisipasi

13. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

14. Melakukan perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai

pelanggaran kode etik Notaris, anatara lain namun tidak terbatas pada

pelanggaran terhadap ketentuan UUJN.

Notaris sebagaimana etika profesi dan ketentuan peraturan jabatannya

telah tergambarkan melalui penjelasan di atas, tetapi secara umum tentu harus

dikaitkan juga dengan pelaksanaan tugas jabatan yang baik dalam pemerintahan

sesuai asas-asas umum pemerintahan yang baik dan juga asas umum dalam

penyelenggaraan negara. Asas tersebut yakni :11

a. Asas persamaan

b. Asas kepercayaan

c. Asas kepastian hukum

d. Asas kecermatan

e. Asas pemberian alasan

f. Asas penyalahgunaan wewenang

g. Larangan bertindak sewenang-wenang

Untuk kepentingan pelaksanaan jabatan notaris ditambah dengan asas

proporsionalitas dan asas profesionalitas sebagai pedoman dalam

menjalankan tugas jabatan notaris, sebagai asas-asas pelaksanaan tugas

jabatan notaris yang baik dengan substansi dan pengertian untuk

kepentingan notaris, sebagai berikut :

11 Habib Adjie, 2009, Sekilas dunia notaris dan PPAT Indonesia, Mandar Maju, Bandung,

( selanjutnya disingkat Habieb Hadjie II) hal.75

16

a. Asas persamaan

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-

bedakan satu dengan yang lainnya berdasarkan keadaaan sosial

ekonomi atau alasan lainnya.alasan-alasan itu tidak dibenarkan

untuk dilakukan oleh Notaris dalam melayani masyarakat, hanya

alasan hukumyang daat dijadikan dasar bahwa notaris dapat tidak

memberikan jasa kepada yang menghadap notaris.

b. Asas Kepercayaan

Jabatan Notaris merupakan jabatan yang harus selaras dengan

mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai orang

yang dapat dipercaya. Notaris sebagai jabatan kepercayaan tidak

berarti apa-apa, jika ternyata mereka menjalankan tugas jabatan

sebagai notaris sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, sehingga

hal tersebut, antara jabatan Notaris dan pejabatnya ( yang

menjalankan tugas jabatan Notaris) harus sejalan bagaikan dua sisi

mata uang yamg tidak dapat dipisahkan.

c. Asas kepastian hukum

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman

secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan dengan

segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan

dalam akta. Bertindak berdasarkan aturan hukum yang berlaku

akan memberikan kepastian kepada para pihak, bahwa akta yang

dibuat di hadapan atau oleh Notaris telah sesuai dengan aturan

hukum yang berlaku sehingga tidak terjadi permasalahan, akta

notaris yang dijadikan pedoman oleh para pihak.

d. Asas kecermatan

Notaris dalam mengambil suatu tindakan harus dipersiapkan dan

didasarkan pada aturan hukum yang berlaku. Meneliti semua bukti

yang diperlihatkan kepada Notaris dan mendengarkan keterangan

17

atau pernyataan para pihak wajib dilakukan sebagai bahan dasar

untuk dituangkan dalam akta. Asas kecermatan ini merupakan

penerapan dari Pasal 16 ayat 1 huruf a, antara lain menjalankan

tugas jabatannya wajib bertindak seksama.

e. Asas pemberian alasan

Setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris harus

mempunyai alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang

bersangkutan atau ada pertimbangan hukum yang harus dijelaskan

kepada para pihak /penghadap

f. Larangan penyalahgunaan wewenang

Pasal 15 UUJN merupakan batas kewenangan Notaris dalam

menjalankan tugas jabatannya. Penyalahgunaan wewenang yaitu

suatu tindakan yang dilakukan oleh notaris di luar dari wewenang

yang telah ditentukan. Jika Notaris membuat suatu tindakan yang

di luar wewenang yang telah ditentukan, maka tindakan Notaris

dapat disebut sebagai tindakan penyalahgunaan wewenang.

g. Larangan bertindak sewenang-wenang

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya dapat menentukan

tindakan para pihak dapat dituangkan dalam bentuk akta Notaris

atau tidak. Sebelum sampai pada keputusan seperti itu, Notaris

harus mempertimbangkan dan melihat semua dokumen yang

diperlihatkan pada Notaris.

h. Asas proporsionalitas

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib bertindak

menjaga kepentingan para pihak yang terkait dalam perbuatan

hukum atau dalam menjalankan tugas jabatan Notaris, wajib

mengutamakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban

para pihak yang menghadap Notaris.

18

i. Asas Profesionalitas

Notaris wajib memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan

UUJN, kecuali ada alasan untuk menolaknya.

Berdasar pedoman asas umum kewenangan jabatan, UUJN, dan khususnya

kode etik, tentu diharapkan Notaris menjalankannya dengan baik sesuai

tanggungjawab yang diembannya. Tetapi dalam realitasnya, masih tampak juga

terjadinya pelanggaran atas kaidah tersebut, sehingga Notaris sebagai salah satu

profesi hukum yang terhormat sekalipun dapat saja berurusan dengan hukum.

Untuk mencegah penyimpangan dari seharusnya seorang Notaris memegang

teguh jabatannya, tentu perlu pengawasan terhadap notaris secara maksimal.

Namun perlu juga dikaji, adanya pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum

dalam kaitannya dengan hukum dan kepribadian, tentu ini menyangkut

pelanggaran yang dilakukan Notaris, Soerjono Soekanto menyampaikan 3

golongan yang memungkinkan menjadi penyebab tindakan pelanggaran tersebut

yaitu 12:

1. Sebab-sebab terjadinya pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum yang

bersumber pada jiwa manusia.

2. Usaha-usaha atau cara yang telah melembaga dan mendarah daging, untuk

menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum.

3. Hasil-hasil dari tindakan yang telah melembaga untuk menetralisasikan

akibat pelanggaran terhadap kaidah-kaidah hukum.

Akan adanya tindakan pelanggaran dari kaidah norma yang mengatur dalam

teori hukum integratif, Romli Atmasasmita, mengkaitkan dengan kondisi individu

12

Soerjono Soekanto, 1988, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, RajaGrafindo Persada,

Jakarta, hal 172

19

penegak hukum yang harus mengedepankan integritas moral sosial dan individu

yang seimbang dan proporsional.13

2.2 Pengawasan Terhadap Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah

Pada dasarnya yang mempunyai wewenang melakukan pegawasan dan

pemerksaan terhadap notaris adalah menteri hukum dan ham yang dalam

pelaksanaannya menteri membentuk Majelis Pengawas Notaris. Menteri sebagai

Kepala Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas membantu

Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang hukum

dan hak asasi manusia. Dengan demikian kewenangan pengawasan terhadap

notaris ada pada pemerintah, sehingga berkaitan dengan cara pemerintah

memperoleh wewenang pengawasan tersebut.14

Wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap Notaris terselenggara

secara atributif ada pada menteri sendiri dimana secara atribusi pembentukan

wewenang tertentu dan pemberiannya kepada organ tertentu atau juga dirumuskan

pada atribusi terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu

ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian wewenang ini didasarkan

pada aturan hukum yang dapat dibedakan dari asalnya, yakni yang asalnya dari

peraturan perunfdang-undangan pusat atau peratura daerah. Dalam hal

pengawasan terhadap notaris diperintahkan berdasarkan ketentuan Undang-

Undang Jabatan Notaris.15

Pelaksanaan pengawasan Notaris yang dilakukan oleh majelis pengawas

daerah sesuai UUJN 2014 disebutkan yaitu berdasar Pasal 1 angka 6 berbunyi :

Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut sebagai Majelis Pengawas

adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris.

13

Romli Atmasasmita , 2012, Teori Hukum Integratif, Rekonstruksi Terhadap Teori

Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publising, Yogyakarta, hal 4

14 Habieb Hadjie II, op. cit, hal.90

15 Habieb Adjie II, loc. cit.

20

Pelaksanaan pengawasan Notaris yang dilakukan oleh majelis pengawas

daerah sesuai UUJN 2014 disebutkan yaitu berdasar Pasal 1 angka 6 berbunyi :

Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut sebagai Majelis Pengawas

adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris.

Majelis Pengawas Daerah (MPD) diberi kewenangan khusus oleh UUJN.

Eksistensi MPD harus dihormati oleh siapapun karena kehadirannya

diperintahkan oleh UUJN. Ketika penyidik, hakim, dan kejaksaan akan

memanggil notaris berkaitan dengan akta yang dibuat Notaris bersangkutan ,

panggilan tersebut harus melalui MPD karena berwenang untuk terlebih dahulu

memeriksanya.

Ketika UUJN diundangkan,para Notaris berharap dapat perlindungan yang

proporsional saat menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, setidaknya atau

salah satunya melalui atau berdasarkan ketentuan atau mekanisme implementasi

pasal 66 UUJN yang dilakukan MPD, juga setidaknya ada pemeriksaan yang adil,

transparan, beretika, dan ilmiah ketika MPD memeriksa Notaris atas permohonan

pihak lain( kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan). Akan tetapi, hal tersebut

sangat sulit untuk dilaksanakan karena para anggota MPD yang terdiri atas unsur-

unsur yang berbeda, yaitu 3 orang notaris, 3 orang akademis, dan 3 orang birokrat.

Fokus pemeriksaan yang dilakukan oleh MPD 16 :

1. Objek Pemeriksaan MPD

Dilakukan pembedaan atas antara notarisnya sendiri sebagai objek dan

akta sebagai objek.Jika Notaris sebagai objek, artinya MPD akan

memeriksa tindakan dan perbuatan Notaris dalam menjalankan tugas

jabatannya, yang akhirnya akan menggiring Notaris pada kualifikasi turut

serta atau membantu terjadinya suatu tindak pidana. Sudah tentu tindakan

16

Habib Adjie, 2011, Merajut Pemikiran dalam dunia notaris dan PPAT, PT Citra Aditya

Bakti, Bandung,( selanjutnya disingkat Habieb Hadjie III) hal.35

21

seperti ini tidak dapat benarkan karena sutu hal yang sangat menyimpang

bagi notaris dalam menjalankan tugas jabatannya untuk turut serta atau

membantu melakukan atau menyarankan dalam akta untuk terjadinya

suatu tindak pidana dengan para pihak/penghadap. Dalam kaitan ini tidak

ada aturan hukum yang membedakan MPD mengambil tindakan dan

kesimpulan yang dapat mengkualifikasikan Notaris turut serta serta

membantu melakukan tindakan suatu tindak pidana bersama-sama para

pihak/ penghadap. MPD bukan instansi pemutus untuk menentukan

Notaris dalam kualifikasi seperti itu.

Dalam tataran hukum yang benar bahwa MPD harus menempatkan akta

notaris sebagai objek karena Notaris dalam menjalankan jabatannya

berkaitan untuk membuat dokumen hukum berupa akta sebagai alat bukti

tulis yang berada dalam ruang lingkup hukum perdata sehingga

menempatkan akta sebagai objek harus dinilai berdasarkan aturan hukum

yang berkaitan dengan pembuatan akta. Jika terbukti ada pelanggaran,

akan dikenai sanksi sebagaimana yang tersebut dalam pasal 84 dan 84

UUJN.

2. Batasan MPD dalam melakukan pemeriksaan

Penempatan akta sebagai objek, maka batasan MPD dalam melakukan

pemeriksaan akan berkisar pada :

a. Kekuatan pembuktian lahirlah akta Notaris

Dalam memeriksa aspek lahiriah dari akta Notaris, MPD harus

membuktikan otensitas akta Notaris tersebut. MPD harus melakukan

pembktian terbalik untuk menyangkal aspek lahir lahiriah dari akta

notaris. Jika MPD tidak mampu untuk membuktikannya, akta tersebut

harus dilihat apa adanya, bukan dilihat ada apa.

b. Kekuatan pembuktian formal akta Notaris

Dalam hal MPD harus dapat membuktikan ketidakbenaran apa yang

dilihat, disaksikan, dan didengar oleh Notaris, juga harus dapat

22

membuktikan ketidakbenaran pernyataan atau keterangan para pihak

yang diberikan /disimpan di hadapan Notaris. Dengan kata lain, MPD

tetap harus melakukan pembuktian terbalik untuk menyangkal aspek

formal dari akta Notaris. Jika MPD tidak mampu untuk

membuktikanya, akta tersebut harus diterima oleh siapa pun termasuk

oleh MPD sendiri.

c. Kekuatan pembuktian meteriil akta Notaris

Dalam kaitan ini MPD harus dapat membuktikan bahwa Notaris tidak

menerangkan atau menyatakan yang sebenarnya dalam akta( akta

pejabat) atau para pihak yang telah benar berkata ( di hadapan Notaris)

menjadi tidak bena. MPD harus melakukan pembuktian terbalik untuk

menyangkal aspek materiil dari akta Notaris. Jika MPD tidak mampu

untuk membuktikannya,akta tersebut benar adanya.

Jika anggota MPD yang berasal dari Notaris memahami dengan benar

pelaksanaan tugas jabatan notaris sesuai UUJN, maka ia akan mengerti untuk

menempatkan fokus pemeriksaan Notaris dengan objek pada akta Notaris. Jika

anggota MPD yang berasal dari Notaris memahami dengan benar lembaga

kenotariatan, sudah pasti ia akan tetap menjaga jabatan Notaris sebagai jabatan

kepercayaan. Untuk mengerti dan memahami dunia Notaris, para Notaris

sebelumnya harus menimba ilmu kenotariatan kurang lebih selama dua tahun

sehingga anggota MPD yang bukan dari Notaris untuk dapat memahami dunia

notaris, juga terlebih dahulu untuk menimba dunia Notaris secara komprehensif.

Jika ini dapat dilakukan, akan ada persepsi yang sama ketika memeriksa Notaris.

Hasil akhir dari pemeriksaan yang dilakukan oleh MPD berupa surat

keputusan ( yang merupakan suatu penetapan tertulis). Jika dikaji, ternyata suatu

keputusan tersebut bersifat konkret, individual, final, dan menimbulkan akibat

hukum. Konkret, artinya objek yang diputuskan bukan suatu hal yang abstrak,

melainkan dalam hal ini objeknya, yaitu akta tertentu yang diperiksa oleh MPD

yang dibuat oleh nnotaris yang bersangkutan.Individual artinya keputusan itu

tidak ditujukan kepada umum atau kepada semua orang, tetapi kepada nama

23

notaris yang bersangkutan. Final artinya sudah definitif, yang tidak lagi

memerlukan persetujuan dari pihak lain atau institusi atasannya sehingga hal ini

dapat menimbulkan akibat hukum tertentu bagi notaris yang bersangkutan.17

17 Ibid, hal. 40

24

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kinerja Notaris dalam

dalam melaksanakan tugas jabatannya menurut kode etik notaris

2. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana peran Majelis

Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris

dalam mencegah terjadinya pelanggaran kode etik oleh notaris di kota

Denpasar

3.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

hukum pada umumnya yaitu menyangkut bagaimana melihat aneka permasalahan

hukum umum yang terjadi dan study kenotariatan yang berkaitan dengan kinerja

notaris dan bagaimana pelakdanaan pengawasan terhadap Notaris pada

khususnya.

b. Manfaat praktis

- Bagi Notaris, untuk lebih menyesuaikan kinerja dalam jabatannya agar

selalu mengedepankan profesionalitas sesui peraturan perundang-

undangan yang terkait dan kode etik notaris yang berlaku.

- Bagi Majelis Pengawas Daerah, sebagai pengawas notaris untuk

memaksimalkan pengawasannya tersebut dalam mencegah tindakan

pelanggaran kode etik oleh notaris.

- Bagi Pemerintah, tentunya penelitian ini sangat penting untuk masukan

dalam pembuatan kebijakan yang terkait dengan masalah pengawasan

notaris agar peran Majelis Pengawas Notaris menjadi maksimal.

25

- Bagi masyarakat, bermanfaat untuk mengetahui kinerja dan

pengawasan yang dilakukan pada notaris sehingga benar-benar dapat

memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat.

26

BAB IV

METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian :

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yaitu akan menelusuri

secara langsung pelaksanaan kinerja notaris di kota Denpasar dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan kode etik notaris yang berlaku. Demikian

pula halnya akan menelusuri bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam

melakukan pengawasan terhadap Notaris dalam mencegah terjadinya pelanggaran

kode etik oleh notaris di kota Denpasar . Untuk melakukan penelusuran ini tentu

akan disesuaikan dengan aturan hukum terkait yang menjadi pendukung dari

penelitian ini, khususnya Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris.

b. Sifat Penelitian

Merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dimana akan memberikan

gambaran berdasarkan data-data yang diperoleh dalam kaitannya dengan

pelaksanaan kinerja notaris dan peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan

pengawasan terhadap notaris di kota Denpasar.

c. Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang terkait

langsung dengan penelitian ini, yaitu Notaris, Majelis Pengawas Daerah di Kota

Denpasar merupakan data primer. Sedangkan data yang diperoleh dari pihak yang

tidak terlibat langsung, dan dari bahan-bahan tertulis yang sesuai dengan

permasalahan merupakan data sekunder.

d.Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan jenis dan

sumber data yang ada. Data primer dan data sekunder dikumpulkan dengan

teknik wawancara, menggunakan pedoman berstruktur.Pewawancara mengajukan

27

pertanyaan-pertanyaan yang telah dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban

relevan dari resonden ataupun narasumber.18

Data lain yang berupa data tertulis dikumpulkan dengan teknik dokumen baik

pencatatan dan kutipan. Demikian pula halnya dengan bahan-bahan hukum yang

relevan dengan penelitian ini.

e.Teknik Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan dan analisis data dilakukan kualitatif, yaitu dimaksudkan pada

keseluruhan data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder, akan

diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis,

diklasifikasikan untuk dapat dihubungkan satu dengan lainnya.

18 Amiruddin, dkk, Pengantar Penelitian Hukum Normatif, Rajagrafindo Persada,Jakarta ,hal.82

28

BAB V

PEMBAHASAN

5.1Pelaksanaan Kode Etik Notaris

Pelaksanaan kode etik dan Undang-Undang Jabatan tentu merupakan

keharusan bagi Notaris karena terikat dalam sumpah dan jabatannya sebagai

pengemban profesi hukum. Pedoman profesi tersebut menjadi acuan bagi setiap

orang yang berprofesi sebagai Notaris agar sesuai etika jabatan yang telah

dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan juga

organisasi notaris yang merupakan organisasi profesi dimana Notaris bernaung.

Pedoman itulah yang senantiasa menjadi acuan bagi notaris dalam melaksanakan

tugasnya. Beberapa Notaris di kota Denpasar menyampaikan hal yang sama

bagaimana Notaris harus tetap berprinsip teguh dalam menjalankan profesinya.

Notaris I Gusti Ayu Maha Santi Dewi, SH MKn, berdasarkan wawancara

19 Juli 2014, menyampaikan bahwa dalam melaksanakan kewenangannya,

Notaris telah melaksanakan kode etik dan sesuai dengan UUJN secara optimal

walaupun permasalahan yang sering terjadi adalah saat menangani klien dimana

dalam menuangkan keinginan para pihak dalam akta sering kali tidak sesuai

dengan aturan yang telah ada. Tetapi berhadapan dengan klien tersebut, Notaris

Maha Santi Dewi tetap berusaha sesuai dengan aturan yang ada dan memberi

penjelasan yang memadai bagi para pihak agar kehendaknya jangan sampai

menyalahi aturan yang telah ada.

Sesuai dengan apa yang dilakukan Notaris Maha Santi Dewi, dalam

wawancara dengan Notaris Indra Fajarwati, SH MKn, 31 tahun, pada 25 Agustus

2014, juga menyatakan bahwa pelaksanaan kinerja notaris harus sesuai dengan

kode etik dan peraturan dalam UUJN, tidak melanggar dan mengedepankan

kaidah yang telah dituangkan dalam kode etik tersebut.Demikian pula ketika

menuangkan ketentuan dalam akta jangan sampai melanggar dan tetap

memerlukan kesadaran dan tanggung jawab diri dan memberikan penjelasan

hukum terhadap klien.

29

Berhadapan dengan hambatan ketidaktahuan klien yang sering kali tidak

dimungkinkan menurut aturan yang ada menjadi tantangan dam hambatan bagi

pelaksanaan kinerja seorang notaris. Hal ini diakui sebagaimana pengalaman dari

Ni luh Ary Widiastuthi,SH MKn, 33 th. Walaupun selama ini kewenangan dan

kinerja notaris dapat berlangsung dengan baik, tetapi sering juga ditemui

beberapa hambatan dalam pelaksanaan tersebut karena terdapat beberapa

ketentuan kewenangan yang pada kenyataannya tidak dapat dilaksanakan

sepenuhnya oleh notaris contoh sebagaimana yang tercantum dalam pasal 15 (2)f.

Berdasar uraian yang dipaparkan beberapa Notaris di wilayah kota

Denpasar tersebut, apabila dianalisis maka dalam melaksanakan fungsinya,

Notaris telah melakukan kaidah sesuai pedoman kode etik dan asas umum jabatan

yaitu asas kecermatan. Cermat dalam arti meneliti semua bukti yang diperlihatkan

kepada notaris dan mendengarkan keterangan atau pernyataan para pihak wajib

dilakukan sebagai bahan dasar untuk dituangkan dalam akta. Asas kecermatan ini

merupakan penerapan dari Pasal 16 ayat 1 huruf a, antara lain menjalankan tugas

jabatannya wajib bertindak seksama. Tentu diteliti dengan mengemban sumpah

jabatan notaris agar selslu sesuai dengan aturan yang ada, meskupun dihadapan

pada persaingan ketat sesama notaris, tidak sampat melakukan tindakan

penyimpangan dari ketentuan hukum.

Apa yang dikemukan oleh beberapa Notaris yang berkedudukan di

wilayah kerja Kota Denpasar tersebut sejauh ini memang tidak sampai membawa

notaris sendiri ke permasalahan hukum akibat adanya persaingan yang tidak sehat

dengan pertumbuhan Notaris yang sangat pesat di Kota Denpasar.Munculnya

kekhawatiran tindakan menyimpang pada Notaris, seperti termuat di Majalah

Tempo Edisi September 2014, dimana memang persaingan tidak sehat notaris

tampaknya dapat menggiring sang Notaris untuk melakukan praktek yang tidak

sesuai kode etik. Menurut Ketua bidang Hukum dan Perlindungan INI Pusat,

Syafran Sofyan bahwa ratio pertrumbuhan Notaris dirasa memang sudah tak

sesuai dengan jumlah penduduk Artinya ada daerah yang kelebihan formasi

dibanding rasio jumlah penduduk. Diakuinya ini akan menjadi celah untuk

melakukan praktek yang tidak terpuji. Misalnya banting harga yang terjadi,

30

padahal seharusnya dalam penetapan tarif jasa Notaris telah ditentukan oleh pasal

36 UUJN.

Terhadap kondisi persaingan tidak sehat akibat formasi yang penuh di

wilayah kerja Kota Denpasar, berdasar pemaparan para Notaris di atas tetap dapat

disimpulkan bahwa Notaris tetap terikat pada etiksa jabatan dan bahkan rincinya

kode etik mengatur hal-hal yang menyangkut tindakan seorang Notaris masih

menjaga mereka pada koridor profesionalitas. Ini sesuai dengan asas

penyelenggaraan wewenang jabatan dimana Notaris selalu mengedepankan aturan

jabatan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang menjerumuskannya

ke permasalahan hukum, apalagi nantinya akan dikaitkan dengan kehormatan

profesi Notaris.

Agar selalu sesuai dengan kaidah etika Notaris, menurut I Gusti Kardinal

Made Maswibawa, SH MKn yang bertugas berdasarkan SK Mentri Kehakiman

dan HAM RI No: C-463.HT.03.01-Th 2005, Tgl 16 Juli 2014, pelaksanaan

kewenangan kinerja Notaris adalah berdasarkan kewenangan umum dan

kewenangan khusus notaris, dimana kewenangan umum Notaris dengan batasan

sepanjang :

1. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang telah ditetapkan oleh undang-

undang

2. Menyangkut akta yang harus dibuat adalah akta otentik mengenai semua

perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum

untuk dibuat atau dikehendaki oleh yang bersangkutan

3. Mengenai kepentingan subjek hukumnya yaitu harus jelas untuk

kepentingan siapa suatu akta itu dibuat.

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana Pasal 15 UUJN dan kekuatan

pembuktian dari akta notaris, maka ada 2 hal yang dapat kita pahami, yaitu :

1. Notaris dalam tugas jabatannya memformulasikan keinginan/ tindakan

para pihak ke dalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum

yang berlaku.

31

2. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang

sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti

lainnya. Jika misalnya ada pihak yang menyatakan bahwa akata tersebut

tidak benar, maka pihak yang menyatakan tidak benar inilah yang wajib

membuktikan pernyataannya sesuai dengan hukum yang berlaku.

Prinsip kehati-hatian dan cermat dalam menuangkan keinginan para pihak

dalam suatu akta seringkali dihadapkan oleh kendala misalnya identitaas yang

tidak lengkap, KTP para pihak sudah tidak berlaku, surat-surat persyaratan yang

belum lengkap dan maasih banyak lagi permasalahan yang ditemui. Peran notaris

disini tentunya juga memberikan petunujuk hukum dan tentunya nasehat kepada

kliennya, contoh dalam hal penjualan objek (tanah) ingin segera dijual padahal

belum turun waris, dan surat keterangan kematian pun tidak disertai. Disinilah

sangat tampak bagaimana asas-asas pelaksanaan kewenangan jabatan harus

melandasi tindakan dari Notaris agar sesuai dengan ketentuan hukum yang

seharusnya.

5.2Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Mencegah Pelanggaran Kode

Etik oleh Notaris

Tujuan dari pengawasan notaris adalah agar para Notaris ketika

menjalankan tugasnya jabatannya memenuhi semua persyaratan yang berkaitan

dengan pelaksanaan tugas jabatan Notaris, demi untuk pengamanan dari

kepentingan masyarakat, karena Notaris diangkat oleh pemerintah, bukan untuk

kepentingan diri Notaris sendiri, tapi untuk kepentingan masyarakat yang

dilayaninya.

Wewenang MPD juga diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Ham RI

Nomor 02.PR.08.10 Tahun 2004, seperti dalam pasal 13 ayat 1 dan 2 yang

menegaskan bahwa, kewenangan MPD yang bersifat administratif dilaksanakan

oleh ketua, wakil ketua atau salah satu anggota yang diberi wewenang

berdasarkan keputusan rapat MPD, yaitu mengenai :

a. Memberikan ijin cuti untuk jangka waktu sampai dengan 6 ( enam) bulan

32

b. Menetapkan notaris pengganti

c. Menentukan tempat penyimpanan protokol Notaris yang pada saat setah

terima protokol Notaris telah berumur 25 ( dua puluh lima) tahun atau

lebih

d. Menerima laporan masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran kode

etik notaris atau pelanggaran ketentuan dalam undang-undang;

e. Memberi paraf dan menandatangani daftar akta, daftar surat di bawah

rtangan yang disahkan, daftar surat lain yang diwajibkan undang-undang

f. Menerima penyampaian secara tertulis salinan dari daftar akta,daftar surat

dibawah tangan yang dibukukan yang telah disahkannya, yang dibuat pada

bulan sebelumnya paling lambat 15 (lima belas) hari kalender pada bulan

berikutnya, yang memuat sekurang-kurangnya nomor, tanggal dan judul

akta.19

Pelaksanaan kinerja notaris menurut wakil ketua MPD Kota Denpasar, I Gusti

Ngurah Maha Buana, 49 tahun, dalam wawancara 25 Juli 2014, selalu bertumpu

pada peraturan jabatan, setidak-tidaknya kewajiban hukum Notaris dalam

pembuatan akta-akta harus dilaksanakan.Dalam pelaksanaan tugas tidak

mengalami hambatan berarti karena selalu mengedepankan sikap tertib hukum

dan ketegasan Notaris dalam melaksanakan tugasnya sehingga akan terhindar dari

permasalahan hukum dikemudian hari, tidak ada celah untuk mempermasalahkan

akta yang dibuat oleh Notaris tersebut.

Untuk melakukan pengawasan, sebagai perwakilan dari organisasi Notaris,

menurut Notaris Maha Buana, kewajiban INI dan MPD hanyalah bersifat

administratif biasa, tanggung jawab tetap melekat pada notaris, artinya ada

pengawasan diri sendiri yang menjadi lebih penting agar tidak sampai mengalami

permasalahan hukum.MPD telah melakukan pengawasan dengan baik sebagai

lembaga yang mengingatkan dan melakukan pemeriksaan pelaksanaan kinerja

19

Habib Adjie, 2011, Majelis Pengawas Notaris, Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara,

Refika Aditama, Bandung, hal.10

33

notaris dan menjadi advisor agar notaris dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan peraturan jabatan dan kode etik. Apabila ada indikasi oknum Notaris yang

melakukan pelanggaran tersebut, harus ditindak sesuai dengan pelanggarannya

dan diberikan sanksi tegas namun tentunya dengan pemeriksaan yang adil dan

fair.Semua berdasarkan mekanisme yang sesuai dengan aturan yang ada.

Peran sebagai salah satu pengawas dalam MPD, menurut Notaris Maha

Buana adalah pengawasan berfungsi agar tercipta iklim usaha yang sehat

mengingat semakin banyaknya notaris di wilayah kerja kota Denpasar. Ini juga

memerlukan peran negara melalui Kemenkumham dengan perpanjangan tangan di

MPD, MPW, dan MPP serta peran internal organisasi INI mutlak tetap diperlukan

dan bahkan harus lebih ditingkatkan lagi tidak hanya fungsi pengawasan tetapi

secara rutin memberikan pembinaan secara komperehensif dan integral.

Notaris Indra Fajarwati, SH MKn, 31 tahun, Jl Kecubung No 27 Denpasar,

sesuai wawancara 25 Juli 2014, menyebutkan dalam hal pengawasan terhadap

Notaris telah dilakukan oleh MPD dengan baik dan optimal. Jika ada indikasi

pelanggaran disebabkan oleh tindakan dari oknum notaris itu sendiri dimana telah

melakukan pelanggaran aturan UUJN dan kode etik. Sehingga dalam menghadapi

tumbuh kembang formasi notaris di Kota Denpasar memerlukan kesadaran

/kepatuhan dari masing-masing Notaris itu sendiri.

Hal yang sama dikemukakan oleh Ni luh Ary Widiastuthi,SH MKn, 33 th,

tentang pengawasan oleh MPD, sampai saat ini telah menjalankan tugasnya

sesuai aturan yang berlaku. Akan tetapi apabila mengharapkan pengawasan yang

lebih optimal diperlukan penambahan personel pengawas lebih dari sekedar

komposisi yang sekarang, karena harus disesuaikan juga dengan rasio

pertumbuhan notaris dewasa ini. Ini diperlukan dalam hal bisa mengantisipasi

jumlah MPD saat ini karena komposisinya kan hanya terdiri dari unsur yang telah

ditentukan UU, menyebabkan pula pengawasan menjadi kurang maksimal.

Pengawasan tersebut diharapkan dapat lebih detail terhadap akta-akta yang

telah dibuat oleh notaris dan juga dapat memberikan solusi-solusi terhadap

permasalahan yang dialami oleh Notaris dalam pelaksanaan jabatannya. Dalam

34

pengawasan terhadap oknum Notaris yang terindikasi melakukan pelanggaran

aturan UUJN dan kode etik, wajib memang ditindak tegas. Tentunya juga

disesuaikan dengan kondisi banyaknya formasi Notaris di beberapa wilayah,

memang sebaiknya ada rumusan peraturan tentang standarisasi jarak kantor

Notaris guna mengantisipasi persaingan tidak sehat. Demikian ditambahkannya

harapan tentang pengawasan terhadap Notaris.

Peran dan pengawasan oleh MPD berdasarkan ungkapan sejumlah Notaris di

atas tentu dilandasi pandangan dan pengalamannya tentang pengawasan terhadap

Notaris. Dapat dikatkan telah berjalan dengan baik. Pelaksanaannya rutin dalam

memeriksa tiap-tiap Notaris sesuai jadwal, memberi masukan dan saran terhadap

Notaris yang menemui kendala dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

sehari-hari, serta memanggil Notaris apabila ada kendala dan atau laporan dari

masyarakat tentang masalahnya terhadap Notaris ke MPD.

Mekanisme pengawasan oleh MPD dilakukan juga untuk penyelesaian

permasalahan terkait adanya laporan dari masyarakat, terkadang masyarakat itu

sendiri yang menginginkan sesuatu proses agar segera selesai namun tidak

mengikuti aturan atau kesepakatan antara keduabelah pihak. Sehingga merasa

dirugikan dan melapor ke MPD. MPD dalam melaksanakan tugasnya akan

memeriksa Notaris untuk mendengarkan, memeriksa alat-alat bukti pendukung

yang ada sebelum mengambil sikap dan meneruskan sesuatu yang mana hasil

keputusan tersebut akan disampaikan secara tertulis kepada masyarakat dan

notaris yang dilaporkan tersebut.

Terkait pengawasan notaris dan munculnya oknum Notaris ang tersangkut

kasus hukum akibat tindakan kewenangannya, harapan Notaris I Gusti Ayu Maha

Santi Dewi, SH MKn, semakin dioptimalkannya fungsi MPD. Masih adanya

oknum Notaris yang tersangkut permasalahan hukum yang disebabkan oleh

karena situasi pertumbuhan Notaris yang semakin banyak dan kemudian

menciptakan persaingan yang tidak sehat membutuhkan pengawasan lembaga.

Indikasi adanya oknum notaris yang melakukan pelanggaran dapat dicegah

dengan pengawasan yang ketat oleh MPD, ini juga bermanfaat agar tidak

menimbulkan image yang tidak baik di masyarakat.

35

Bagaimana pelaksanaan tugas pengawasan oleh MPD, menurut Notaris

Ayu Nanda Desrica, SH MKn, 31 Tahun, telah berjalan dengan baik, terkait

pelaksanaan tugasnya telah dengan cermat melakukan pengawasan, seperti

adanya laporan bulanan dan laporan pemeriksaan protokol notaris terhadap akta-

akta yang dibuatnya.Pemeriksaan dilakukan berkala 1 kali dalam 1 tahun atau

setiap waktu yang dianggap perlu dan memberikan pengawasan terhadap Notaris

agar dalam menjalankan jabatannya sesuai dengan kode etik dan UUJN yang

berlaku.

Upaya menghadapi tantangan yang ditemukan dalam menghadapi

persaingan antar Notaris khususnya di wilayah kota Denpasar adalah dengan tetap

saling menjaga komunikasi yang baik dengan sesama Notaris sehingga relasi yang

terjalin adalah saling menghargai dan menciptakan suasana kekeluargaan dan

kebersamaan dalam tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling

memperlakukan rekan sejawat dengan baik.

Tantangan lain yang ditemui Notaris yaitu adanya permasalahan yang

dihadapi dalam pelaksanaan kewenangannya, saat menuangkan keinginan para

pihak, dimana dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, maka

semakin beraneka ragam keinginan para pihak untuk menuangkannya ke dalam

suatu akta, dan kadang jenis akta yang dimaksud belum tentu semua Notaris

pernah membuatnya sehingga sebagai Notaris juga dituntut untuk mendalami dan

menggali potensinya sehingga dalam menuangkannya ke dalam akta tidak akan

bertentangan dengan hukum.

Apabila disimpulkan dari pemaparan tentang pelaksanaan kewenangan dan

pengawasan terhadap Notaris, maka prosedur pengawasan Notaris tersebut telah

dilakukan dengan baik, dengan tahapan yang sesuai yaitu :

1. Pemeriksaan secara rutin tiap-tiap notaris sesuai jadwal

2. Memberikan masukan dan saran terhadap Notaris yang menemui kendala

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari, serta memanggil

notaris apabila ada kendala dan atau laporan dari masyarakat tentang

masalahnya terhadap Notaris yang diajukan ke MPD

36

3. MPD dalam melaksanakan tugasnya akan memeriksa Notaris untuk

mendengarkan,memeriksa alat-alat bukti pendukung yang ada sebelum

mengambil sikap dan meneruskan sesuatu yang mana hasil keputusan

tersebut akan disampaikan secara tertulis kepada masyarakat dan Notaris

yang dilaporkan tersebut.

37

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dalam pembahasan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Pedoman profesi tersebut menjadi acuan bagi setiap orang yang

berprofesi sebagai notaris agar sesuai etika jabatan yang telah

dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan

juga organisasi notaris yang merupakan organisasi profesi dimana

notaris bernaung. Pedoman itulah yang senantiasa menjadi acuan bagi

notaris dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa notaris di kota

Denpasar menyampaikan hal yang sama bagaimana notaris harus tetap

berprinsip teguh dalam menjalankan profesinya. Notaris telah

melakukan kaidah sesuai pedoman kode etik dan asas umum jabatan

yaitu asas kecermatan. Cermat dalam arti meneliti semua bukti yang

diperlihatkan kepada Notaris dan mendengarkan keterangan atau

pernyataan para pihak wajib dilakukan sebagai bahan dasar untuk

dituangkan dalam akta. Asas kecermatan ini merupakan penerapan

dari Pasal 16 ayat 1 huruf a, antara lain menjalankan tugas jabatannya

wajib bertindak seksama. Tentu diteliti dengan mengemban sumpah

jabatan Notaris agar selalu sesuai dengan aturan yang ada, meskupun

dihadapan pada persaingan ketat sesama Notaris, tidak sampat

melakukan tindakan penyimpangan dari ketentuan hukum.

2. Pengawasan terhadap pelaksanaan kinerja selalu bertumpu pada

peraturan jabatan, setidak-tidaknya kewajiban hukum Notaris dalam

pembuatan akta-akta harus dilaksanakan.Dalam pelaksanaan tugas

tidak mengalami hambatan berarti karena selalu mengedepankan sikap

tertib hukum dan ketegasan Notaris dalam melaksanakan tugasnya

38

sehingga akan terhindar dari permasalahan hukum dikemudian hari,

tidak ada celah untuk mempermasalahkan akta yang dibuat oleh

Notaris tersebut. Untuk melakukan pengawasan, sebagai perwakilan

dari organisasi Notaris, MPD hanyalah bersifat administratif biasa,

tanggung jawab tetap melekat pada Notaris, artinya ada pengawasan

diri sendiri yang menjadi lebih penting agar tidak sampai mengalami

permasalahan hukum.MPD telah melakukan pengawasan dengan baik

sebagai lembaga yang mengingatkan dan melakukan pemeriksaan

pelaksanaan kinerja Notaris dan menjadi advisor agar Notaris dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan jabatan dan kode

etik.

Peran sebagai salah satu pengawas dalam MPD yaitu bahwa

pengawasan berfungsi agar tercipta iklim usaha yang sehat mengingat

semakin banyaknya notaris di wilayah kerja kota Denpasar. Ini juga

memerlukan peran negara melalui Kemenkumham dengan

perpanjangan tangan di MPD, MPW, dan MPP serta peran internal

organisasi INI mutlak tetap diperlukan dan bahkan harus lebih

ditingkatkan lagi tidak hanya fungsi pengawasan tetapi secara rutin

memberikan pembinaan secara komperehensif dan integral.

6.2 Saran

1. Pelaksanaan kinerja Notaris diupayakan selalu berdasar kaidah hukum

yang ada berdasar UUJN dan kode etik. Meski telah dilakukan hal

demikian sesuai yang disampaikan para Notaris di wilayah kerja Kota

Denpasar ini, tetapi dalam hal menggunakan kewenangannya notaris

tetap harus berjiwa besar dan tahan terhadap perkembangan kondisi

persaingan yang tidak sehat dengan pertumbuhan Notaris yang

semakin banyak Saling berkoordinasi dalam wadah organisasi INI

akan mampu mengarahkan diri pribadi dan tentu tanggung jawab

profesionalitas seorang Notaris.

39

2. Pelaksanaan pengawasan perlu dilakukan secara intensif dan integral,

juga ketat. Penekanannya adalah pada tantangan lain yang ditemui

Notaris yaitu adanya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan

kewenangannya, saat menuangkan keinginan para pihak, dimana

dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, maka

semakin beraneka ragam keinginan para pihak untuk menuangkannya

ke dalam suatu akta, dan kadang jenis akta yang dimaksud belum tentu

semua Notaris pernah membuatnya sehingga sebagai Notaris juga

dituntut untuk mendalami dan menggali potensinya sehingga dalam

menuangkannya ke dalam akta tidak akan bertentangan dengan

hukum.

40

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-Buku

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

Habib Adjie, 2011, Merajut Pemikiran dalam dunia notaris dan PPAT, PT Citra Aditya

Bakti, Bandung,

-------2011, Majelis Pengawas Notaris, Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara,

Refika Aditama, Bandung,

-------2009, Sekilas dunia notaris dan PPAT Indonesia, Mandar Maju, Bandung,

Herlien Budiono, 2010, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang

Kenotariatan,CitraAditya Bakti, Bandung.

HM Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral,& Keadilan, Sebuah Kajian Filsafat Hukum,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Romli Atmasasmita , 2012, Teori Hukum Integratif, Rekonstruksi Terhadap Teori

HukumPembangunan dan Teori Hukum Progresif, Genta Publising,

Yogyakarta

Sjaifurrachman dan Habib Adjie, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris

dalam Pembuatan Akta, Mandar Maju, Bandung

Soerjono Soekanto, 1988, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, RajaGrafindo Persada,

Jakarta

Tan Thong Kie, 2007, Study Notariat & Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru

VanHoeve, Jakarta.

Refika Aditama, Bandung,

-------2009, Sekilas dunia notaris dan PPAT Indonesia, Mandar Maju, Bandung,

41

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 20014 Tentang Perubahan

Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia ( INI)

C. Jurnal, Makalah, Internet

Majalah Renvoi, Majalah berita Bulanan Notaris, PPAT & Hukum, “ Notaris

Kemplang Notaris”, Nomor 9.57.V, Februari 2008

http:// www.notariatnews.com.10 Maret 2014

42

43

LAMPIRAN