bab i pendahuluan 1.1 latar belakang · berikan atau diselenggarakan oleh dpm-ptsp provinsi...

41
Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau 2018 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyediakan pelayanan publik yang berkualitas merupakan tanggungjawab utama pemerintah kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan hakekat dilahirkannya sebuah pemerintahan. pada dasarnya, salah satu tujuan utama dilahirkannya sebuah pemerintahan adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat yang tidak bisa dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri maupun oleh mekanisme pasar. Seiring perkembangan zaman, tuntutan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas semakin meningkat, Masyarakat saat ini tidak lagi hanya mempersoalkan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan akan pelayanan publik, akan tetapi masyarakat juga sudah mulai mempertanyakan mutu atau kualitas dari layanan publik yang mereka dapatkan dari pemerintah, mulai dari tingkat pemerintah pusat sampai pada level pemerintah daerah. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang semakin baik dan berkualitas sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan publik tersebut adalah dengan melakukan evaluasi untuk menilai kinerja pelayanan yang disediakan oleh berbagai Unit Organisasi/Perangkat Pemerintah baik pusat maupun daerah. Pada umumnya terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja pelayanan publik, yaitu: 1. pendekatan yang melihat kinerja pelayanan dari perspektif pemberi layanan (birokrasi-Pemerintah Daerah), dan

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Menyediakan pelayanan publik yang berkualitas merupakan tanggungjawab

    utama pemerintah kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan hakekat

    dilahirkannya sebuah pemerintahan. pada dasarnya, salah satu tujuan utama

    dilahirkannya sebuah pemerintahan adalah untuk melayani kebutuhan

    masyarakat yang tidak bisa dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri maupun oleh

    mekanisme pasar.

    Seiring perkembangan zaman, tuntutan masyarakat akan pelayanan yang

    berkualitas semakin meningkat, Masyarakat saat ini tidak lagi hanya

    mempersoalkan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan akan pelayanan publik,

    akan tetapi masyarakat juga sudah mulai mempertanyakan mutu atau kualitas

    dari layanan publik yang mereka dapatkan dari pemerintah, mulai dari tingkat

    pemerintah pusat sampai pada level pemerintah daerah. Pemerintah pusat

    maupun pemerintah daerah dituntut untuk mampu menyelenggarakan

    pelayanan publik yang semakin baik dan berkualitas sesuai dengan

    perkembangan zaman.

    Salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan

    publik tersebut adalah dengan melakukan evaluasi untuk menilai kinerja

    pelayanan yang disediakan oleh berbagai Unit Organisasi/Perangkat

    Pemerintah baik pusat maupun daerah.

    Pada umumnya terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai

    kinerja pelayanan publik, yaitu:

    1. pendekatan yang melihat kinerja pelayanan dari perspektif pemberi

    layanan (birokrasi-Pemerintah Daerah), dan

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    2

    2. pendekatan yang melihat kinerja pelayanan dari perspektif pengguna

    layanan atau publik.

    Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

    Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, telah

    memberikan amanat kepada seluruh institusi pemerintahan, baik di tingkat

    pusat maupun daerah, untuk melakukan Survei Kepuasan Masyarakat sebagai

    tolak ukur keberhasilan penyelanggaraan pelayanan.

    Kedua produk hukum tersebut secara tersurat memberikan penegasan bahwa

    kepuasan masyarakat merupakan ukuran untuk menilai kualitas layanan

    publik. Dalam rangka menindak lanjuti kedua peraturan tersebut, Kementerian

    Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi selanjutnya telah

    menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan

    Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 Tentang

    Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara

    Pelayanan Publik. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi tersebutlah menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan

    daerah untuk mengevaluasi penyelanggaraan pelayanan publik sekaligus

    sebagai alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik.

    Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan,

    maka Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP)

    Provinsi Kepulauan Riau sebagai salah satu instansi pemerintah daerah, pada

    tahun 2018 ini mencoba kembali melakukan evaluasi kinerja pelayanan melalui

    kegiatan survey kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan

    publik yang diselenggarakan oleh DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau.

    Kegiatan serupa pada tahun 2017 yang lalu juga telah dilaksanakan, namun

    untuk menjaga dan memperbaiki kualitas pelayanan publik yang diberikan

    secara berkelanjutan maka kegiatan serupa dirasakan perlu untuk juga

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    3

    dilakukan secara berkesinamabungan setiap tahunnya agar dapat terus

    dievaluasi perkembangan kualitas pelayanan yang diberikan.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    A. Maksud

    Maksud dari kegiatan survey kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan

    pelayanan publik ini adalah:

    1. Melaksanakan Survei Kepuasan Masyarkat terhadap Kualitas Pelayanan

    Publik yang diselenggarakan oleh DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau

    pada Tahun 2018, baik parsial maupun total, sehingga diperoleh

    Nilai/Tingkat Kepuasan Masyarakat sebagai pedoman untuk mengukur

    perubahan Nilai Kepuasan Masyarakat pada tahun berikutnya;

    2. Memetakan kinerja Pelayanan Publik sekaligus memberikan cerminan

    kinerja pelayanan publik menurut persepsi pengguna jasa layanan publik

    Pada DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018;

    3. Mengevaluasi tingkat perubahan kepuasan masyarakat terhadap

    kualitas pelayanan publik pada DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau dari

    tahun 2017 ke tahun 2018.

    B. Tujuan

    Sedangkan tujuan dari kegiatan survey kepuasan masyarakat terhadap

    penyelenggaraan pelayanan publik ini adalah:

    1. Terukurnya tingkat Kepuasan masyarakat Provinsi Kepuluan Riau

    terhadap kualitas pelayanan publik pada DPM-PTSP Provinsi Kepulauan

    Riau.

    2. Terpetakannya kinerja pelayanan publik yang telah dilaksanakan oleh

    DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau.

    3. Terpetakannya kelemahan dan kekurangan kualitas pelayanan publik pada

    DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    4

    4. Tergambarnya tingkat perubahan kepuasan masyarakat dan harapan

    masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik pada DPM-PTSP Provinsi

    Kepulauan Riau dari tahun 2017 ke tahun 2018.

    5. Sebagai bahan dalam penetapan kebijakan terkait dengan peningkatan

    kualitas pelayanan publik pada DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau.

    6. Sebagai ukuran dasar dalam menilai penilaian pencapaian kinerja

    pelayanan publik pada tahun berikutnya.

    1.3 Ruang Lingkup

    Ruang lingkup dari kegiatan survey kepuasan masyarakat terhadap

    penyelenggaraan pelayanan publik ini adalah semua jenis pelayanan yang di

    berikan atau diselenggarakan oleh DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau baik

    yang bersifat perizinan maupun non perizinan.

    1.4 Dasar Hukum

    Dasar hukum dari kegiatan survey kepuasan masyarakat ini adalah:

    1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

    3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun

    2017 Tentang Pedoman Penyusunan Survey Kepuasan Masyarakat Unit

    Penyelenggara Publik.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pelayanan Publik

    Tugas pemerintah menurut Kaufman (dalam Ndraha, 2000;226) adalah

    untuk melayani dan mengatur (regulatory) masyarakat. Kaufman

    menyatakan bahwa: "tugas pelayanan lebih menekankan kepada

    mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,

    mempersingkat waktu proses pelaksanaan urusan publik. Sedangkan tugas

    mengatur lebih menekankan kepada kepuasan atau power yang melekat

    pada posisi jabatan birokrasi."

    Istilah dan konsep pelayanan banyak ditemui dalam berbagai aspek kehidupan

    manusia dewasa ini. Keragaman istilah dan konsep pelayanan menandakan

    ketertarikan para ahli untuk memberikan kontribusi terhadap perkembangan

    konsep pelayanan itu sendiri. Istilah-istilah tersebut antara lain pelayanan

    umum, pelayanan publik, pelayanan civil, pelayanan prima, dan lain

    sebagainya.

    Salah satu konsep mengenai pelayanan yang dikemukakan oleh Moenir

    (1995;16) adalah “proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang yang

    berlangsung”. Pada bagian lain dikatakan bahwa, Pelayanan umum adalah

    kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan

    landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam

    rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

    Pelayanan itu adalah proses dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia

    sesuai dengan haknya.

    Kata “umum” dalam “pelayanan“ menunjukkan masyarakat, orang banyak,

    yang punya kepentingan, terjemahan dalam Bahasa Inggris “Public” kalau

    dihubungkan dengan kata pelayanan maka menjadi pelayanan umum (public

    service) atau pelayanan publik. Adapun pengertian pelayanan umum

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    6

    sebagaimana dikemukakan oleh Saefullah (1997;5-9) yakni; Pelayanan umum

    (public service) adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum

    yang menjadi warga negara atau secara sah menjadi penduduk negara yang

    bersangkutan.

    Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi

    publik, dapat dibedakan lagi menjadi : Yang bersifat primer adalah semua

    penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di

    dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan

    pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah

    pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan. Yang

    bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang

    diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak

    harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

    Dilihat dari hasil atau produk pelayanan yang dihasilkan, pelayanan

    pemerintahan dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) jenis, yaitu :

    1. Pelayanan Administratif yang menghasilkan berbagai produk berupa

    dokumentasi resmi yang dibutuhkan masyarakat. Produk-produk ini

    antara lain berupa status kewarganegaraan, status sertifikat kepemilikan

    atas barang atau jasa, sertifikat kompetensi. Adapun contoh produk

    fisiknya adalah SIUP, izin usaha, akta, KTP, dan sertifikat tanah.

    2. Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa

    yang dibutuhkan masyarakat, misalnya pendidikan, kesehatan, dan

    transportasi.

    3. Pelayanan Barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang

    dibutuhkan masyarakat seperti listrik, air, telepon dan lain sejenisnya

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    7

    Tindakan pemerintah yang berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan

    masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menurut Osborne dan

    Geabler (1996;23) cara tersebut antara lain:

    1. Pemerintah lebih mengutamakan pelayanan, pengembangan dan

    pengendalian (customer-driven government).

    2. Pemerintah menumbuhkan volume persaingan sebagai suatu cara

    untuk meningkatkan pelajaran kepada masyarakat (competitive

    government)

    3. Pemerintah berorientasi pada pasar (market-oriented government).

    2.2 Pelayanan Publik di Indonesia

    Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

    merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin

    penyediaan pelayanan public di Indonesia yang sesuai dengan asas-asas umum

    pemerintahan yang baik, serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga

    negara dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan

    publik. Diharapkan, Undang-Undang ini dapat memberi kejelasan mengenai

    penyelenggaraan pelayanan publik, antara lain meliputi:

    a) pengertian dan batasan penyelenggaraan pelayanan publik;

    b) asas, tujuan, dan ruang lingkup penyelenggaraan pelayanan publik;

    c) pembinaan dan penataan pelayanan publik;

    d) hak, kewajiban, dan larangan bagi seluruh pihak yang terkait dalam

    penyelenggaraan pelayanan publik;

    e) aspek penyelenggaraan pelayanan publik yang meliputi standar

    pelayanan, maklumat pelayanan, sistem informasi, sarana dan

    prasarana, biaya/tarif pelayanan, pengelolaan pengaduan, dan

    penilaian kinerja;

    f) peran serta masyarakat;

    g) penyelesaian pengaduan dalam penyelenggaraan pelayanan; dan (h)

    sanksi.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    8

    Sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tersebut di atas,

    pemerintah juga telah menerbitkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan

    kualitas pelayanan publik berupa pedoman penyelenggaraan pelayanan

    publik yang diatur dalam Keputusan Menpan No. 81/1993, dan kemudian

    diperbaharui dengan Keputusan Menpan Nomor 63/Kep/M.PAN/7/2003

    tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang antara lain

    mengatur:

    a) hakekat pelayanan publik;

    b) asas dan prinsip pelayanan publik;

    c) kelompok pelayanan publik; dan

    d) penyelenggaraan pelayanan publik.

    Dalam rangka mendukung upaya perbaikan kualitas pelayanan tersebut,

    selanjutnya dikeluarkan Keputusan Menpan Nomor 148/M.PAN/5/2003 tentang

    Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat; Keputusan Menpan

    Nomor Kep/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indek

    Kepuasan Masyarakat (IKM); dan Peraturan Menpan Nomor 20/M.PAN/2006

    tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik (SPP).

    Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu bagian

    dari pembangunan nasional bidang aparatur. Pada UU Nomor 17 Tahun 2007

    tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,

    pada arah pembangunan disebutkan bahwa “Pembangunan aparatur negara

    dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme

    aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat

    maupun daerah agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di

    bidang-bidang lainnya”.

    Selanjutnya pada dokumen RPJPN tersebut dielaborasi tahapan

    pembangunan aparatur negara tiap lima tahunan yang harus diperhatikan

    pada RPJMN. Pada RPJMN 2010-2014, digariskan bahwa pembangunan di

    bidang aparatur diarahkan pada kualitas pelayanan publik yang lebih murah,

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    9

    cepat, transparan, dan akuntabel serta makin meningkat, yang ditandai

    dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan

    pemerintah.

    Dalam RPJMN 2010-2014 pada Buku II Bab VIII Bidang Hukum dan Aparatur

    telah dirumuskan arah kebijakan pembangunan aparatur negara yakni:

    a) peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas

    korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN);

    b) peningkatan kualitas pelayanan publik;

    c) peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi; dan

    d) pemantapan pelaksanaan reformasi birokrasi.

    Khusus untuk peningkatan kualitas pelayanan publik, maka sasaran yang ingin

    dicapai adalah “terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada

    penduduk dan masyarakat, yang ditandai oleh meningkatnya skor integritas

    pelayanan publik pada unit layanan pada instansi pemerintah, dan

    meningkatnya peringkat kemudahan berusaha”.

    Selanjutnya terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik di daerah, telah

    ada upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di

    daerah yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun

    2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM

    adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan

    urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

    Sebagai kebijakan yang akan menjadi acuan bagi unit organisasi terbawah

    dalam memberikan pelayanan, maka terdapat prinsip-prinsip yang harus

    diperhatikan oleh Menteri/pimpinan LPND/Pemda dalam menyusun SPM,

    sebagai berikut:

    a) Konsensus; disepakati bersama oleh komponen-komponen atau unit-

    unit kerja yang ada pada kementerian/LPND yang bersangkutan;

    b) Sederhana; mudah dimengerti dan dipahami;

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    10

    c) Nyata; memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau

    prosedur teknis;

    d) Terukur; dapat dihitung atau dianalisa;

    e) Terbuka; dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat;

    f) Terjangkau; dapat dicapai bersama SPM jenis-jenis pelayanan dasar

    lainnya dengan menggunakan sumber-sumber daya dan dana yang

    tersedia;

    g) Akuntabel; dapat dipertanggungjawabkan kepada publik;

    h) Bertahap; mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan

    keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian SPM.

    Walaupun berbagai kebijakan telah ditetapkan, namun hingga saat ini

    penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang

    belum sesuai dengan yang diharapkan dan tidak dapat mengantisipasi

    kebutuhan dan dinamika di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat. Hal

    tersebut terutama disebabkan oleh ketidaksiapan untuk mengantisipasi

    terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak dari berbagai

    masalah pembangunan yang kompleks. Sementara itu, masyarakat Indonesia

    dihadapkan pada tantangan global yang sarat dengan kompetisi yang dipicu

    oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, komunikasi,

    transportasi, investasi, dan perdagangan. Apabila tantangan global tersebut

    tidak dapat direspon dengan melakukan berbagai terobosan yang cepat dalam

    pembangunan pelayanan publik di berbagai bidang, maka dapat diperkirakan

    Indonesia akan semakin tidak memiliki daya saing dibandingkan negara lain.

    Hal tersebut karena pelayanan publik sangat berpengaruh terhadap iklim

    investasi dan daya saing Indonesia.

    World Economic Forum (WEF) telah mempublikasikan Global Competitiveness

    Report 2015-2016. Dalam laporan tersebut, Indeks Daya Saing Global (Global

    Competitiveness Index; GCI) Indonesia meningkat dari sebelumnya pada

    peringkat 34 ditahun 2014/2015, turun ke peringkat 37. Laporan ini menilai 12

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    11

    pilar daya saing, guna memberikan gambaran komprehensif tentang landscape

    daya saing antara negara-negara di dunia. Di lihat dari pencapaian peringkat

    Indonesia memperlihatkan kenaikan, namun apabila dibandingkan dengan

    negara-negara di kawasan ASEAN maka Negara Indonesia masih tertinggal

    dan perlu upaya lebih keras untuk mengejar ketertinggalan tersebut.

    Tabel. 2.1

    Perbandingan Peringkat Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia

    dengan Negara ASEAN

    No

    Negara

    Peringkat Beberapa Negara Anggota ASEAN

    2006 2007

    2007 2008

    2008 2009

    2009 2010

    2010 2011

    2011 2012

    2012 2013

    2013 2014

    2014 2015

    20152016

    1 Singapura 8 7 5 3 3 2 2 2 2 2

    2 Malaysia 19 21 21 24 26 21 25 24 20 18

    3 Brunei - - 39 32 28 28 28 26 - -

    4 Thailand 28 28 34 36 38 39 38 37 31 32

    5 Indonesia 54 54 55 54 44 46 50 38 34 37

    Sumber: weforum.org, 2015

    Selain global competitiveness index yang menggambarkan posisi bangsa

    Indonesia dalam persaingan dunia, World Bank mengeluarkan indeks yang

    digunakan untuk mengetahui kemudahan peraturan yang memberikan

    pengaruh langsung tehadap perkembangan dunia bisnis. Peringkat yang lebih

    tinggi mengindikasikan adanya peraturan yang lebih baik, lebih simple dalam

    bisnis, dan lebih kuatnya perlindungan terhadap hak milik. Dari indeks

    tersebut Bangsa Indonesia juga mengalami peningkatan dari peringkat 168 di

    tahun 2005 menjadi peringkat 109 di tahun 2015. Akan tetapi meskipun

    mengalami peningkatan yang cukup besar, bangsa Indonesia masih

    ketinggalan jauh di banding dengan negara tetangga seperti Singapura,

    Malaysia, Thailand, dan Filipina. Masih banyak peraturan yang harus dibenahi

    untuk mendorong perkembangan dunia bisnis di Indonesia.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    12

    Tabel 2.2

    Doing Business Index

    NEGARA Tahun

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

    Cambodia 94 94 86 86 86 145 138 138 133 133 127

    Indonesia 168 151 151 97 76 115 126 129 128 120 109

    Laos 198 198 198 163 103 169 163 165 163 139 134

    Malaysia 30 30 30 30 24 23 23 18 12 17 18

    Philippines 60 60 58 58 58 146 134 136 138 97 103

    Singapore 8 8 6 6 5 1 1 1 1 1 1

    Thailand 33 33 33 33 33 16 16 17 18 46 49

    Vietnam 63 50 50 50 50 88 80 98 99 93 90

    Brunei - - - - - 117 86 83 79 105 84

    Myanmar - - - - - - - - - 177 167

    Sumber: doingbusiness.org, 2015

    World Bank juga mengemukakan bahwa untuk mencapai standar pemberian

    pelayanan, Indonesia masih harus mengembangkan efektifitas kelembagaan,

    khususnya dalam bidang akuntabilitas, pemberantasan korupsi dan kapasitas

    SDM.

    2.3 Kelembagaan Pelayanan publik

    Kelembagaan (institutions) merupakan salah satu pilar/parameter yang diukur,

    yang antara lain mencakup lingkungan kelembagaan, kualitas institusi,

    peranan institusi pemerintahan secara efisien, dan manajemen keuangan

    publik/negara. Dengan demikian, kualitas birokrasi pemerintah dan efektivitas

    dan efisiensi manajemen pemerintahan, termasuk di dalamnya dalam

    penyelenggaraan pelayanan publik, merupakan salah satu faktor pendorong

    daya saing nasional suatu negara. Variabel yang berkaitan dengan manajemen

    pemerintah antara lain pemborosan atas belanja pemerintah; hambatan atas

    peraturan pemerintah; efisiensi atas kerangka kerja kebijakan; dan

    transparansi atas pengambilan keputusan pemerintah.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    13

    Untuk dapat meningkatkan daya saing tersebut, maka diperlukan berbagai

    kebijakan dan strategi yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.

    Sejauh ini, permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah

    berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang

    berkualitas sangat ditentukan oleh beberapa aspek, seperti: bagaimana

    pengembangan kebijakan dan strateginya; bagaimana kelembagaannya;

    bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana); bagaimana dukungan

    sumber daya manusianya; serta bagaimana dukungan sarana dan prasarana

    termasuk penggunaan IT.

    Bangsa Indonesia tidak hanya menghadapi permasalahan untuk menghadapi

    tantangan global. Di dalam negeri, permasalahan yang terjadi adalah

    munculnya ketidakpercayaan publik terhadap kinerja pemerintah. Dari data

    yang ada, terlihat bahwa ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga

    pemerintah masih sangat tinggi, terutama untuk 4 instansi pemerintah yang

    memegang peranan sangat penting dalam kepemerintahan yaitu kepolisian,

    kejaksaan, pengadilan dan DPRD. Seharusnya instansi tersebut mampu

    memberikan cerminan yang baik dan positif terhadap masyarakat, akantetapi

    pada kenyatannya justru keempat lembaga tersebut yang mempunyai citra

    terburuk di mata masyarakat. Berbagai permasalahan yang masih saja

    dihadapi terkait dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik

    menyangkut beberapa aspek yang menjadi penentu kualitas pelayanan.

    Dilihat dari sisi pengembangan kebijakan dan strateginya, ada beberapa

    tumpang tindih (overlapping) pada aspek kebijakan pelayanan publik.

    Pertama, yang bersumber dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

    Penanaman Modal yang mengamanatkan perlunya Model Pelayanan Satu

    Pintu. Selanjutnya Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2006 tentang Paket

    Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi yang kemudian ditindaklanjuti Peraturan

    Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman

    Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Kedua, berbagai kebijakan

    yang telah dikeluarkan oleh Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi dan

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    14

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Ketiga,

    Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

    Peraturan Menteri Teknis yang mengamanatkan perlunya penetapan Standar

    Pelayanan Minimal (SPM) bagi setiap daerah, yang selanjutnya ditindaklanjuti

    dengan Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

    Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

    Selain masalah tumpang tindih tersebut di atas, masalah lain adalah terkait

    dengan implementasinya, dimana belum banyak instansi pelayanan publik

    yang mengembangkan kebijakan dan strategi secara baik dan tepat, sehingga

    belum mampu meningkatkan kualitas pelayanan sebagai-mana yang

    diharapkan.

    Dari aspek kelembagaan, kelemahan utama terletak pada disain organisasi

    yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada

    masyarakat, penuh dengan hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-

    belit (birokratis), dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan

    dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih

    sangat kental dilakukan oleh pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan

    publik menjadi tidak efisien.

    Sedangkan dari aspek pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih

    memiliki berbagai kelemahan antara lain:

    a) Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan

    unsur pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line)

    sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi. Respon terhadap

    berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali

    lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.

    b) Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan

    kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada

    masyarakat.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    15

    c) Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari

    jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang

    memerlukan pelayanan tersebut.

    d) Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan

    lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang

    tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan

    dengan instansi pelayanan lain yang terkait.

    e) Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya

    dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai

    level/tingkat, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang

    terlalu lama. Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah pelayanan,

    kemungkinan staf pelayanan (front line staff) untuk dapat

    menyelesaikan masalah sangat kecil, dan dilainpihak kemungkinan

    masyarakat untuk bertemu dengan penanggungjawab pelayanan,

    dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi ketika pelayanan

    diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, diperlukan waktu yang lama

    untuk menyelesaikan berbagai masalah pelayanan.

    f) Enggan mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya

    aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar

    keluhan/saran/aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan

    dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke

    waktu.

    g) Tidak efisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam

    pelayanan perijinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang

    diberikan.

    Penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih berkutat dengan

    masalah prosedur pelayanan. Walaupun pemerintah sudah mengeluarkan

    berbagai kebijakan yang mengatur mengenai pemberian pelayanan publik,

    akan tetapi masih ditemui adanya prosedur pelayanan yang berbelit belit dan

    sulit. Dalam tiga jenis pelayanan-pelayanan perijinan, kesehatan dan

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    16

    pendidikan-prosedur pelayanan yang ditetapkan dalam ketiga jenis pelayanan

    ini masih sulit untuk dipahami dan dilakukan, terutama untuk pelayanan

    perijinan yang memiliki presentase kesulitan terbesar sebanyak 42,03%.

    Adapun dari aspek dukungan sarana dan prasarana serta penggunaan IT,

    permasalahan utamanya adalah ketersediaan sarana dan prasarana serta

    penggunaan IT di unit-unit pelayanan masih dirasa minim.

    Selanjutnya dari aspek sumber daya manusia (aparatur pelayanan), kelemahan

    utamanya adalah berkaitan dengan profesionalisme, kompetensi, empathy

    dan etika. Berbagai pandangan juga setuju bahwa salah satu dari unsur yang

    perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang tepat. Kondisi

    aparatur pelayanan publik tersebut, pada hakekatnya tidak terlepas dari

    permasalahan yang menyangkut:

    (1) permasalahan instrumental, yaitu masih adanya berbagai peraturan

    perundang-undangan di bidang kepegawaian yang tumpang tindih

    (overlapping), saling bertentangan satu sama lain antara peraturan

    yang lebih rendah dengan yang lebih tinggi, banyak peraturan

    perundang-undangan yang sudah obsolete, serta berbagai kondisi yang

    belum ada peraturan perundang-undangannya (vakum);

    (2) permasalahan environmental; yaitu masih adanya beberapa daerah

    khususnya daerah yang kemampuannya masih tertinggal dari daerah

    lainnya, masyarakatnya masih sangat menggantungkan lapangan

    pekerjaan di sektor pemerintah, dan bahkan menjadi satu-satunya

    lapangan pekerjaan yang tersedia dan menjanjikan, karena sektor lain

    tidak tersedia;

    (3) permasalahan potensial, berupa adanya berbagai konflik antar elit

    politik (Pilkada), antar kelompok masyarakat, tarik-menarik

    kepentingan antara eksekutif dan legislatif, antara pemerintah pusat

    dan daerah;

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    17

    (4) permasalahan sejarah yaitu pasang surut yang terjadi dalam sistem

    manajemen kepegawaian sejak mulai dari zaman kerajaan, zaman

    pemerintahan kolonial, zaman kemerdekaan, era orde baru, sampai era

    reformasi; dan

    (5) permasalahan faktual berupa kondisi dan kemampuan aparatur

    pelayanan, sulitnya mengubah mindset serta masih tingginya ego-

    sektoral dan konflik kepentingan yang masih mewarnai berbagai

    institusi penyelenggara pemerintahan. Beberapa permasalahan faktual

    yang sangat mempengaruhi kualitas aparatur pelayanan publik

    tersebut, antara lain mencakup:

    1. sistem rekrutmen pegawai yang belum sesuai dengan yang

    diharapkan;

    2. jumlah dan komposisi PNS antara birokrat dan non birokrat yang

    masih sangat timpang;

    3. banyaknya tenaga honorer sebagai akibat sistem pengadaan

    pegawai masa lampau yang tidak tepat;

    4. distribusi PNS yang tidak merata;

    5. kompetensi sdm aparatur pelayanan yang relatif rendah,

    mengingat rekruitmen pegawai tidak sesuai dengan keahlian yang

    dibutuhkan. Disamping itu, pengangkatan dalam jabatan lebih

    banyak pertimbangan “like and dislike” dengan mengabaikan

    keahlian profesi, pengetahuan, dan pengalaman yang dibutuhkan

    organisasi. Sedangkan jika dilihat dari tingkat pendidikan PNS dari

    tahun ketahun didominasi oleh tingkat pendidikan SLTA yang

    sebesar 1,5 juta pegawai atau 38% dari jumlah PNS yang ada. Kondisi

    SDM aparatur yang secara umum demikian tersebut, sudah barang

    tentu juga akan berpengaruh terhadap kualitas dan kapasitas SDM

    aparatur pelayanan publik.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    18

    2.4 Mengukur Kinerja Pelayanan Publik

    Dalam berbagai literatur tentang reformasi pelayanan publik, terdapat ragam

    indikator yang dapat digunakan untuk mengukur atau menilai kinerja

    pelayanan publik tersebut. Salim & Woodward (1992) misalnya, menggunakan

    4 (empat) tolok ukur utama untuk menentukan kinerja pelayanan umum yang

    terdiri dari economy, efficiency, effectiveness, dan persamaan pelayanan. Aspek

    ekonomis dilihat sebagai strategi dalam menggunakan sumber daya dengan

    seminimal mungkin dalam proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik.

    Aspek efisiensi menekankan pada suatu kondisi tercapainya perbandingan

    yang proporsional antara input pelayanan dengan output pelayanan. Aspek

    efektivitas adalah untuk melihat tercapainya pemenuhan tujuan atau target

    yang telah ditetapkan dan aspek persamaan pelayanan (keadilan) dilihat

    sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah

    memperhatikan aspek keadilan dan membuka akses yang sama bagi publik

    untuk mendapatkan pelayanan. Sedangkan Rogers (1990: 61) mengenalkan

    model ‘Three E’s’ yang terdiri dari: economies, efficiency, dan effectiveness.

    Pertama, economies yang diartikan sebagai seberapa besar biaya yang

    dikeluarkan untuk mendapatkan resources yang dibutuhkan. Kedua, Efisiensi

    adalah perbandingan antara output dengan input yang dibutuhkan.

    Sedangkan yang ketiga, efektifitas adalah hasil akhir dari pelayanan dikaitkan

    dengan outputnya. Dan yang dimaksud Out-Comes adalah nilai tertinggi atau

    keuntungan pelayanan bagi pengguna sebagai perpaduan kebutuhan

    pengguna dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan tingkat

    pelayanan adalah volume pelayanan kaitannya dengan target populasi yang

    dapat dijangkau. Take-up (proporsi target populasi menggunakan pelayanan)

    di sini adalah perhitungan yang didasarkan atas indikator kegunaan paling

    tinggi dari kualitas pelayanan yang diberikan.

    Lebih lanjut menurut Rogers (1990) dalam menilai Kinerja Pemerintah harus

    dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada empat dimensi yakni:

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    19

    (1) tingkat komitmen sumberdaya manusia terhadap organisasinya; (2) tingkat

    orientasi pemerintahan kepada masyarakat; (3) tingkat keaktifan sebagai

    produsen pelayanan; (4) tingkat keteraturan birokrasi. Keempat dimensi tolak

    ukur tersebut secara rinci terbagi menjadi 14 tolok ukur yang sebelumnya

    dilakukan perincian atas 8 kriteria dasar: dimensi I di atas menjadi dua, yakni:

    tingkat keterlibatan pegawai dan pengembangannya; dimensi II tingkat

    penyesuaian dan daya tanggap; dimensi III tujuan dan hasil; dimensi IV

    stabilitas dan pengawasan.

    Namun demikian, dalam menilai kinerja pelayanan publik dengan perspektif

    publik sebagai pengguna layanan masih terbilang jarang, padahal penilaian

    kinerja tersebut selain menggunakan pendekatan dari perspektif penyedia

    layanan (birokrasi-Pemerintah Daerah) juga harus memperhatikan perspektif

    publik yang berkepentingan. Asumsi ini berangkat dari satu kenyataan bahwa

    secara umum pelayanan yang disediakan belum mencapai suatu tingkat

    pemenuhan kebutuhan seperti yang diharapkan oleh masyarakat lokal. Dalam

    kerangka demokrasi lokal, masyarakat sebagai konsumen dan konstituen

    memiliki hak untuk menyatakan puas atau tidak puas terhadap setiap

    pelayanan publik yang dirasakan.

    Dengan berkembangnya tuntutan publik akan kinerja pelayanan publik yang

    baik maka telah mendorong pula perkembangan penerapan penilaian kinerja

    pelayanan publik dengan melandaskan pada pendekatan service quality

    (servqual), bahkan di Negara-negara maju isu tentang kepuasaan publik

    terhadap kinerja pelayanan yang diberikan pemerintah menjadi perhatian

    penting dalam setiap pemilihan umum, pasalnya publik selain sebagai

    pengguna layanan juga merupakan konstituen dari partai-partai politik yang

    memperebutkan suara untuk menduduki kursi eksekutif dan parlemen.

    Menurut Lovelock (1980) pelayanan yang diberikan akan memberikan nilai

    tambah dari suatu produk yang dihasilkan sehingga pada akhirnya dapat

    meningkatkan keuntungan dari suatu perusahaan/organisasi yang

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    20

    memproduksinya. Perbedaan produk yang dihasilkan tersebut pada dasarnya

    memiliki suplemen pelayanan yang sama yang oleh Lovelock digambarkan

    sebagai diagaram bunga dengan delapan kelopaknya yang menganalogikan

    delapan suplemen pelayanan.

    Diagram bunga ini disebutnya dengan the Flower of Services yang meliputi:

    Pertama, Information. Suplemen informasi yang berkenaan dengan

    produk barang dan jasa merupakan titik awal dari suatu proses

    pelayanan yang berkualitas.

    Kedua, Consultation. Informasi yang diperoleh menjadi acuan bagi para

    pengguna dalam menentukan pilihannya, yaitu membeli atau tidak. Dan

    dalam tahapan ini seringkali pengguna melakukan konsultasi untuk

    menguatkan pilihannya tersebut, misalnya tentang masalah teknis,

    administrasi, harga, hingga pada kualitas barang dan manfaatnya.

    Ketiga, Ordertaking. Hasil dari konsultasi tersebut mendorong pengguna

    untuk menggunakan produk yang telah dipilihnya tersebut.

    Keempat, Hospitality. Keramahan dan sopan santun dari para karyawan,

    suasana dan ruang tunggu yang nyaman, kios untuk membeli makanan

    dan minuman hingga WC/Toilet yang bersih dan tidak bau menjadi

    etalase yang akandirasakan langsung oleh pengguna.

    Kelima, Caretaking. Variasi latar belakang pengguna yang berbeda-beda

    akan menuntut pelayanan yang berbeda-beda pula.

    Keenam, Exceptions. Dalam hal tertentu pengecualian kualitas

    pelayanan diharapkan oleh pengguna layanan, misalnya, restitusi akibat

    produk tidak bisa dipakai, layanan untuk orang tua. dan sebagainya.

    Ketujuh, Billing. Keputusan pengguna layanan untuk membeli atau tidak

    juga terletak pada titik krusial ketika tahap administrasi pembayaran.

    Kedelapan, Payment. Penyedia layanan hendaknya memberikan

    alternative layanan pembayaran sesuai dengan kebutuhan dari

    pelanggan, misalnya, self service payment seperti transfer bank melalui

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    21

    credit card, debet langsung pada rekening pelanggan di bank, hingga

    tagihan di rumah.

    Lebih jauh Hogwood menekankan bahwa agenda yang berkaitan dengan

    efisiensi melalui otonomi pada manajemen sektor publik menggunakan

    indikator- indikator tanggung jawab politik dan keuangan serta tanggung

    jawab pada customer/consumer sektor publik. (Hogwood dalam Eliassen

    Kooiman). Sejalan dengan penjelasan tersebut, paradigma baru dalam

    melakukan reformasi birokrasi pemerintahan melalui reinventing government

    menekankan ke arah pelayanan yang Customer driven yaitu suatu pelayanan

    publik yang dikendalikan oleh kebutuhan dan harapan publik

    (Osborne,Gaebler, 1995). Secara singkat dinyatakan bahwa customer atau

    consumer (publik pengguna layanan) atau user adalah bagian dari lingkungan

    eksternal yang melingkupi organisasi publik yang dapat menghasilkan demand

    maupun support dalam setiap produk kebijakan dan program yang dihasilkan.

    Dengan demikian, memperhatikan dengan sungguh- sungguh kepuasan publik

    dalam menggunakan layanan yang disediakan menjadi titik perhatian penting

    bagi kelangsungan Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah (Hughes,1994:214-

    216).

    Dalam menilai kinerja pelayanan publik dengan mengacu pada kepuasan

    publik sebagai pengguna layanan tersebut, Parasuraman et all. (1988)

    mengajukan beberapa indikator kepuasan publik, yaitu, pertama, tangible,

    yaitu kualitas pelayanan yang dilihat dari sarana fisik yang kasat mata,

    misalnya berupa fasilitas atau sarana perkantoran, komputerisasi,

    administrasi, ruang tunggu, tempat informasi dan sebagainya. Kedua,

    reliability, yaitu kemampuan dan kehandalan untuk menyediakan pelayanan

    yang terpercaya. Ketiga, responsiveness, yaitu kesanggupan untuk membantu

    dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap

    keinginan konsumen. Keempat, assurance, yaitu kemampuan dan keramahan

    serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    22

    Kelima, empathy, yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian terhadap

    konsumen.

    Namun demikian penerapan pendekatan servqual tersebut hendaknya

    memperhatikan pula pengukurannya terhadap dua dimensi yang terkait yaitu,

    disatu sisi penilaian servqual dilakukan pada dimensi konsumen (consumer),

    sedangkan disisi lain penilaian juga dilakukan pada dimensi provider (penyedia

    layanan) atau secara lebih operasional terhadap kemampuan kualitas layanan

    dari mereka yang ada tingkat front-line service. Dengan melakukan

    penilaianterhadap dua dimensi tersebut maka akan terlihat kesenjangan atau

    gap antara harapan dan kenyataan yang dialami oleh para pengguna layanan

    tersebut. Perbedaan ini terjadi antara persepsi manajemen (hingga front-line

    service) terhadap harapan-harapan konsumen tersebut. Dalam menjelaskan

    perbedaaan tersebut Zeithaml-Parasuraman-Berry memaparkan terdapat lima

    kesenjangan dalam service quality, yaitu, pertama, kesenjangan antara

    harapan konsumen dengan persepsi manajemen. Terjadi antara dimensi

    konsumen dengan dimensi manajemen pada tingkat atas. Faktor-faktor utama

    yang menjadi penyebab adalah:

    pertama, perusahaan atau organisasi kurang berorientasi pada riset

    pasar. Kedua, ketidakcukupan komunikasi ke atas secara hirarkis dan

    ketiga, jenjang struktur organisasi yang terlalu bertingkat sehingga

    menimbulkan jarak yang jauh antara para pembuat kebijakan dengan

    front line.

    Kedua, kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap harapan

    konsumen dengan spesifikasi kualitas pelayanan. Terdapat dua faktor

    utama yang menjadi penyebab gap ini, yaitu; pertama, komitmen

    manajemen terhadap kualitas layanan yang rendah; kedua, standarisasi

    tugas belum tersedia.

    Ketiga, kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan dengan

    kenyataan delivery service di tingkat bawah. Gap ini terjadi karena suatu

    perusahaan atau organisasi belum memiliki spesifikasi atau suatu citra

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    23

    pelayanannya yang khas. Faktor-faktor penyebabnya adalah, Pertama,

    role ambiguity, atau kecenderungan yang menimpa front line service

    terhadap kondisi bimbang dalam memberikan pelayanan karena tidak

    terdapatnya kepastian/standarisasi dari tugas mereka. Kedua, role

    conflict, kecenderungan dimana para pegawai merasa tidak memilik

    kemampuan untuk memuaskan pelanggan. Ketiga, tidak ada kesesuaian

    antara skill pegawai bidang tugas yang sesuai. Keempat, kurangnya

    teknologi yang sesuai. Kelima, tidak ada kesesuaian antara sistem

    kontrol/evaluasi dengan sistem imbalan bagi pegawai. Keenam, kurang

    teamwork.

    Keempat, kesenjangan antara kenyataan delivery service quality dengan

    komunikasi terhadap pelanggan. Faktor-faktor penyebabnya adalah,

    pertama, ketidakpastian komunikasi horizontal antara level operasional,

    antara bagian penjual-bagian operasional, dan antara cabang-cabang

    dengan induk organisasi. Kedua, kecenderungan menjanjikan sesuatu

    pada konsumen secara berlebihan.

    Kelima, kesenjangan yang terjadi pada “harapan” konsumen dengan

    “persepsi” tentang pelayanan. Secara keseluruhan gap atau

    kesenjangan pada kedua dimensi (customer dan provider) digambarkan

    dalam gambar di bawah ini.

    Gambar 2.1 Model Konseptual Service Quality (Servqual)

    Sumber : Zeithaml-Parasuraman-Berry, 1990

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    24

    Model tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Zeithaml bersama-

    sama dengan Parasuraman dan Berry untuk membuat instrument dalam

    mengukur kinerja pelayanan. Ada 10 (sepuluh) indikator kinerja pelayanan

    yang mereka kembangkan, yaitu:

    1. Penampilan fisik (Tangible), yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa

    fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa.

    2. Keterandalan (Reliability) mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi

    kerja (performance) dankemampuan untuk dipercaya (dependability).

    Berarti aparat pemerintah dalam memberikan jasanya harus secara

    tepat semenjak saat pertama (right the first time), disampng

    memenuhi janjinya.

    3. Daya tanggap (Responsiveness), artinya kemauan atau kesiapan para

    aparat pemerintah untuk memberikan jasa yang dibutuhkan

    masyarakat.

    4. Kemampuan (Competence), artinya setiap aparat pemerintah dalam

    suatu SKPD memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan

    agar dapat memberikan jasa tertentu.

    5. Kesopanan (Courtesy), meliputi sikap sopan, respek, perhatian dan

    keramahan yang dimiliki para contact personel (seperti resepsionis,

    operator telepon, dan lain-lain).

    6. Kredibilitas (Credibility), yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.

    Kredibilitas mencakup nama unit pelayanan (SKPD), reputasi unit

    pelayanan, karakteristik pribadi contact personel, dan interaksi dengan

    pelanggan.

    7. Keamanan (Security), yaitu aman dari bahaya, resiko, atau keraguan.

    Aspek ini meliputi keamanan secara fisik (physical safety), kemanan

    financial (financial security), dan kerahasiaan (confidentiality).

    8. Akses (Access) meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui,

    Berarti lokasi layanan jasa yang mudah dijangkau, waktumenunggu

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    25

    yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi unit layanan mudah

    dihubungi, dan lain- lain.

    9. Komunikasi (Communication), artinya memberikan informasi kepada

    pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu

    mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.

    10. Pemahaman terhadap pelanggan (Understanding the Customer), yaitu

    usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan.

    2.5 Survey Kepuasan Masyarakat

    Kualitas pelayanan publik merupakan sebuah indikator utama dalam

    penyelenggaraan pemerintahan yang baik, mulai pemerintah pusat hingga

    pemerintah daerah. Bahkan Kementerian PANRB mendorong peningkatan

    kualitas pelayanan publik melalui penghargaan bagi instansi pemerintah yang

    melakukan pengembangan dan Inovasi Pelayanan Publik. Untuk itu dalam

    rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik secara berkelanjutan,

    pemerintah menetapkan kebijakan untuk melaksanakan Survei Kepuasan

    Masyarakat bagi instansi penyelenggara pelayanan publik.

    Sebelumnya Survei Kepuasan Masyarakat diatur dalam peraturan Kep Menpan

    KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan IKM Unit

    Pelayanan Instansi Pemerintah.Namun dikarenakan belum mengacu kepada

    UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan perlu adanya

    keselarasan dengan Standar Pelayanan maka diubah menjadi Peraturan

    Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16

    Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap

    Penyelenggara Pelayanan Publik.

    Berdasarkan Permenpan No. 16 Tahun 2014, Survei Kepuasan Masyarakat

    adalah pengukuran secara komprehensif kegiatan tentang tingkat kepuasan

    masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat masyarakat.

    Melalui survei ini diharapkan mendorong partisipasi masyarakat sebagai

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    26

    pengguna layanan dalam menilai kinerja penyelenggara pelayanan serta

    mendorong penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas

    pelayanan dan melakukan pengembangan melalui inovasi-inovasi pelayanan

    publik.

    Pelaksanaan SKM menjadi sangat penting, selain untuk mengukur kepuasan

    masyarakat sebagai pengguna pelayanan juga meningkatkan kualitas

    penyelenggaraan pelayanan publik. Mengingat hasil SKM diharapkan dapat:

    a) memberikan informasi mengenai kelemahan atau kekuatan dari

    masing-masing unit penyelenggara pelayanan publik;

    b) mengukur secara berkala penyelenggaraan pelayanan yang telah

    dilaksanakan oleh unit pelayanan publik;

    c) menjadi bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan langkah

    perbaikan pelayanan;

    d) sebagai umpan balik dalam memperbaiki pelayanan.

    Mengingat begitu pentingnya pelaksanaan SKM, maka diharapkan agar

    penyelenggara pelayanan publik dapat melaksanakan SKM minimal satu kali

    dalam setahun, sesuai dengan apa yang diamanahkan dalam Peremenpan dan

    RB Nomor 14 Tahun 2017 tersebut.

    Agar SKM dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka hendaknya

    penyelenggara pelayanan publik memperhatikan beberapa hal diantaranya:

    (1) Internalisasi SKM. Penyelenggara pelayanan publik sebagai salah satu

    aktor dalam SKM, diharapkan memahami SKM secara menyeluruh.

    Mulai dari pengertian sampai dengan hasil yang diharapkan, sehingga

    menepis anggapan bahwa SKM hanyalah kegiatan rutin semata.

    Pemahaman mengenai SKM secara menyeluruh ini tentu saja harus

    dialami oleh seluruh elemen organisasi penyelenggara pelayanan

    publik. Hal ini penting karena untuk:

    a) mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan SKM;

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    27

    b) mendapatkan dukungan terhadap hasil SKM; dan

    c) mendapatkan komitmen untuk peningkatan kualitas pelayanan

    publik. Kegiatan yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan

    proses internalisasi, baik dengan melakukan sosialisasi formal dan

    personal kepada seluruh elemen irganisasi.

    (2) Memperhatikan Metodologi SKM. Menurut Permenpan 14 Tahun 2017,

    penyelenggara pelayanan diberikan keleluasaan untuk melakukan

    penyesuaian indikator, metodologi survey, pengolahan data, dan

    penyusunan laporan, selama dapat dipertanggung jawabkan secara

    akademis. Hal ini dikarenakan heterogenitas jenis pelayanan dan

    sumberdaya yang dimiliki oleh penyelenggara pelayanan publik.

    Walaupun demikian, penyelenggara pelayanan publik dapat melakukan

    memberikan perhatian khusus kepada metodologi dengan melakukan

    beberapa hal. Pertama, melakukan pemilihan jenis pelayanan yang

    menjadi objek SKM secara spesifik. Agar hasil yang diharapkan dapat

    menggambarkan kepuasan secara spesifik. Diharapkan seluruh jenis

    pelayanan yang disediakan penyelenggara pelayanan dapat menjadi

    objek SKM. Jika kurang memungkinkan prioritaskan pelayanan yang

    bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kedua, melakukan

    pemilihan metode pengambilan sampel yang semakin mendekati

    populasi. Mengingat sampel yang semakin mendekati populasi

    diharapkan dapat semakin menggambarkan karakteristik populasi.

    Ketiga, dengan melakukan pengujian validitas dan reliablitas

    instrument survei. Mengingat instrument yang baik memenuhi kriteria

    validitas dan reliabilitas, sehingga ukuran yang dihasilkan dapat

    menggambarkan kepuasan dengan baik.

    (3) Penguatan Partisipasi Masyarakat. Dalam pelaksanaan SKM,

    penyelenggara pelayanan publik bukanlah aktor tunggal. Aktor lain

    yang harus ikut terlibat adalah masyarakat. Mengingat objek utama

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    28

    dari SKM ini adalah pendapat masyarakat, sehingga mustahil kiranya

    SKM dapat dilaksanakan tanpa partisipasi masyarakat. Semakin banyak

    dan aktif masyarakat berpartisipasi, hasil SKM diharapkan menjadi

    semakin baik, mengingat akan semakin tergambarkan pendapat

    masyarakat dalam SKM. Keuntungan lain yang dapat diperoleh adalah

    meningkatnya kepercayaan masyarakat yang pada akhirnya dapat

    berbuah dukungan kepada penyelenggara pelayanan public serta

    tingkat objektivitas hasil akan semakin baik. Cara yang dapat ditempuh

    adalah memberikan sosialisasi mengenai SKM, khususnya mengenai

    mekanisme, tujuan, dan hasil SKM, secara komprehensif kepada

    masyarakat. Dan, melibatkan masyarakat sebagai elemen pelaksana

    SKM tidak sebatas sebagai responden saja, namun dapat juga sebagai

    tim ahli, narasumber, pengolah data, surveyor, dan lainnya.

    (4) Penyusunan rencana tindak lanjut. Tentu saja diharapkan SKM tidak

    berhenti pada titik penyampaian laporan tentang SKM. Penyelenggara

    hendaknya menyusun rencana tindak lanjut peningkatan kualitas

    pelayanan publik sesuai dengan hasil SKM. Rencana ini dapat

    diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada indicator

    maupun jenis pelayanan yang masih memiliki nilai rendah oleh

    masyarakat. Rumusan rencana ini juga dapat didiskusikan dengan

    masyarakat untuk mendapatkan dukungan sumberdaya.Diharapkan

    dengan memperhatikan beberapa hal tersebut, hasil SKM dapat

    mencapai tujuan yang diharapkan dan peningkatan kualitas pelayanan

    publik dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    29

    BAB III

    PENDEKATAN DAN METODOLOGI

    3.1 Pendekatan

    Survey Kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik pada DPM-

    PTSP Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 ini menggunakan pendekatan

    kuantitatif dengan menyajikan tingkat kepuasan masyarakat akan kualitas

    pelayanan publik dalam bentuk angka-angka numerik yang kemudian akan

    dideskripsikan untuk memberikan penjelasan terhadap tingkat kepuasan

    masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh DPM-PTSP Provinsi

    Kepulauan Riau.

    3.2 Indikator

    Mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

    14 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat

    Unit Penyelenggara Pelayanan Publik, maka untuk mengukur tingkat

    kepuasan masyarakat terhadap kulitas pelayanan publik pada DPM-PTSP

    Provinsi Kepulauan Riau ini ditetapkanlah 9 indikator sebagai berikut:

    1. Persyaratan

    Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan

    suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.

    2. Prosedur

    Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan

    penerima pelayanan, termasuk pengaduan.

    3. Waktu pelayanan

    Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang diperlukan untuk

    menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    30

    4. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan

    Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah hasil pelayanan yang

    diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

    Produk pelayanan ini merupakan hasil dari setiap spesifikasi jenis

    pelayanan.

    5. Kompetensi Pelaksana

    Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh

    pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan

    pengalaman.

    6. Perilaku Pelaksana

    Perilaku Pelaksana adalah sikap petugas dalam memberikan pelayanan.

    7. Maklumat Pelayanan

    Maklumat Pelayanan adalah merupakan pernyataan kesanggupan dan

    kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai

    dengan standar pelayanan.

    8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan

    Penanganan pengaduan, saran dan masukan, adalah tata cara

    pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.

    9. Layanan Website

    Jenis layanan yang mempergunakan media daring berupa website

    3.3 Teknik Pengukuran

    Teknik pengukuran dalam survey kepuasan masyarakat ini menggunakan skala

    sebagai berikut:

    Tingkat Kepuasan

    Untuk mengukur kepuasan responden diminta untuk memilih 1 di antara 4

    jawaban dengan skor masing-masing sebagai berikut:

    a. Sangat Tidak Puas (STP) Skor = 1

    b. Tidak Puas (TP) Skor = 2

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    31

    c. Puas (P) Skor = 3

    d. Sangat Puas (SP) Skor = 4

    3.4 Teknik Analisa Data

    Untuk menjawab maksud dan tujuan dari kegiatan Survey Kepuasan

    Masyarakat ini digunakan beberapa teknik analisis data, diantaranya:

    1. Analisis deskriptif dan grafik

    Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan pengelompokkan responden

    dalam tampilan prosentase dan grafik sehingga mudah untuk dipahami.

    Selain untuk responden analisis ini juga digunakan untuk mendeskripsikan

    tanggapan responden terhadap kualitas dan harapan akan pelayanan dalam

    bentuk persentase.

    2. Perhitungan Indeks

    Perhitungan indeks dilakukan untuk mengetahui kategori kinerja

    pelayanan, apakah berada pada kategori Tidak Baik, Kurang Baik, Baik,

    atau Sangat Baik. Perhitungan indeks menggunakan pendekatan rumus

    sebagai berikut:

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    32

    Selanjutnya indeks yang diperoleh dikelompokkan sebagai berikut : Tabel. 3.1.

    Interval Indeks Kepuasan Masyarakat

    Nilai Interval IKM Nilai Interval

    Konversi IKM

    Mutu Pelayanan Kinerja

    Pelayanan

    1,00 – 2,59 25,00 – 64,99 D Tidak Baik

    2,60 – 3,06 65,00 – 76,60 C Kurang Baik

    3,064 – 3,53 76,61 – 88,30 B Baik

    3,53 – 4,00 88,31 – 100,00 A Sangat Baik

    3.5 Teknik Penyajian Data

    Dengan 2 teknik analisa data sebagaimana yang telah disebutkan di atas, ,

    tingkat kepuasan masyarakat akan pelyanan akan disajikan dalam dua bentuk,

    yaitu: secara keseluruhan yang terdiri dari 11 sektor pelayanan sebagaimana

    yang telah disebutkan pada bab sebelumnya dan secara parsial dengan

    menyajikan tingkat kepuasan masyarakat akan pelayanan per tiap sektor

    pelayanan tersebut.

    3.6 Rancangan Teknik Penarikan/Pengambilan Sampel

    Teknik penarikan sampel atau teknik sampling yang akan digunakan dalam

    survey kepuasan masyarakat ini adalah teknik Insidental Sampling, yaitu

    dengan menjadikan setiap orang atau masyarakat yang sedang melakukan

    proses pelayanan pada DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau sebagai

    responden. Kegiatan pengambilan sampel ini akan dilakukan dalam kurun

    waktu 07 Agustus s/d 18 September 2018, dengan jumlah responden sebanyak

    100 orang.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    33

    3.7 Instrumen Survey

    Instrumen yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah kuesioner yang terdiri

    dari bebereapa bagian, yaitu:

    a. Identitas responden

    Bagian ini berisi data identitas responden, data ini terutama digunakan

    untuk proses QC dan pengelompokkan responden. Data identitas

    responden meliputi: nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,

    pekerjaan responden dan jenis pelayanan yang diurus.

    b. Pendapat masyarakat

    Pada bagian ini ditanyakan pendapat masyarakat yang meliputi

    kepuasan atas 9 unsur pelayanan publik. 9 unsur pelayanan tersebut

    mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Survei

    Kepuasan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

    c. Keluhan dan Saran

    Pada bagian ini, masyarakat dapat menyampaikan:

    1. Keluhan yang pernah dirasakan responden terhadap pelayanan publik

    pada DPM-PTSP Provinsi Kepulauan Riau

    2. Saran responden untuk perbaikan pelayanan publik pada DPM-PTSP

    Provinsi Kepulauan Riau

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    34

    LAKI-LAKI, 86%

    PEREMPUAN, 14%14%

    LAKI-LAKI PEREMPUAN

    Bab IV

    Analisa dan Pembahasan

    4.1 Deskripsi/Gambaran Responden

    Pengguna layanan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

    Pintu, dalam kurun waktu pengambilan data 07 Agustus hingga 18 September

    2018 ialah berjumlah 100 orang responden, dengan rincian laki-laki sebanyak

    86% dan Perempuan 14%

    Diagram 4.1

    Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Diagram 4.2

    Responden Berdasarkan tingkat Pendidikan

    Dari 100 responden yang menggunakan dan menerima layanan pada Dinas

    Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, terdapat keragaman

    tingkat jenjang pendidikan responden, yakni: Sekolah Dasar terdapat 1

    SD SMP SMA S1 S2TIDAK

    JAWAB

    PENDIDIKAN 1 3 28 58 5 5

    1 3

    28

    58

    5 50

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    35

    responden, Sekolah Menengah Pertama 3 responden, Sekolah Menengah Atas

    28 responden, Strata 1 sebanyak 58 responden, strata 2 terdapat 5 responden,

    dan responden yang tidak menjawab sebanyak 5 responden.

    Diagram 4.3

    Responden Berdasarkan Usia

    Pengguna/penerima layanan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

    Terpadu Satu Pintu, berdasarkan usia terbanyak pada rentang usia 31-40 tahun

    berjumlah 14 responden, usia 41-50 tahun terdapat 12 responden, sedangkan

    pada rentang usia 20-30 dan 51 tahun keatas secara berturut-turut terdapat 5

    responden dan 1 responden.

    Diagram 4.4

    Responden Berdasarkan Pekerjaan

    Berdasarkan pekerjaan responden yang memperoleh dan mempergunakan

    layanan pada Dinas Penanaman Modal; dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

    Prov Kepulauan Riau, yakni swasta 47%, wirausaha 16%, PNS (ASN) 17%, dan

    20-30TAHUN

    31-40TAHUN

    41--50TAHUN

    51 TAHUNKE ATAS

    TIDAKJAWAB

    USIA 5 14 12 1 68

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    BUMN

    DIREKTUR

    DOSEN

    HONORER

    HRD PNSSWAS

    TA

    WIRAUSAH

    A

    TIDAKJAWA

    B

    PEKERJAAN 2 1 1 1 1 17 47 16 14

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    36

    selanjutnya BUMN 2 responden, sedangkan direktur, dosen, honorer dan hrd

    sejumlah 1 pada tiap profesi.

    Diagram 4.5

    Loket Layanan yang diakses oleh Responden

    Loket layanan yang terbanyak diakses oleh responden ialah pada loket (2) 17

    responden, loket (4) 11 responden, loket (1) 8 responden, dan loket 3 dan 5

    sebanyak 5 responden.

    Pada tahun 2018 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

    telah mempergunakan layanan daring berbasis website, dari 100 responden

    yang dilakukan survey diketahui bahwasanya pengguna layanan daring

    tersebut berjumlah 34% dan sebanyak 66% tidak pernah memergunakan

    layanan daring tersebut(diagram 4.6), dan juga dapat diketahui bahwasanya

    tingkat kepuasan pengguna layanan daring yakni sebesar 2,85% (Tabel 4.7).

    8

    0 0 0 0

    2

    0 0 0 0

    0 10

    0 0 0

    0

    5

    0 0 0

    0

    2

    0 0 0

    0

    2

    0 0 0

    0

    0

    5

    0 0

    0

    0

    2

    0 0

    0

    0

    06

    0

    0

    0

    02

    0

    0

    0

    0

    1

    0

    0

    0

    0

    1

    0

    0

    0

    0

    1

    0

    0

    0

    0

    1

    0

    0

    0

    0

    0

    4

    0

    0

    0

    0

    1

    LOKET 1 LOKET 2 LOKET 3 LOKET 4 LOKET 5

    PERTAMBANGAN TIDAK JAWAB

    LINGKUNGAN SIUP

    SIPI PINJAM PAKAI

    IZIN OPERASIONAL SEKOLAH JASA TRANSPORTASI

    RPTK IPPKH

    PBF IPAK

    APK TIDAK JAWAB2

    PENANAMAN MODAL PERIZINAN

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    37

    Diagram 4.6

    Akses Websites

    4.2 Analisis Kepuasan Masyarakat

    Merujuk pada Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 31 Tahun 2018

    tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 51 Tahun

    2017 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi

    Kepulauan Riau, bahawasanya Jenis perizinan dan non perizinan terdiri dari

    sektor-sektor: a. Penanaman Modal; b. Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c.

    Kesehatan; d. Perhubungan; e. Tenaga Kerja dan Transmigrasi; f. Kelautan dan

    Perikanan; g. Energi dan Sumber Daya Mineral; h. Perindustrian dan

    Perdagangan; i. Pendidikan; j. Kebudayaan; k. Ketahanan Pangan, Pertanian,

    dan Kesehatan Hewan; l. Sosial; m. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah; n.

    Kesatuan Bangsa dan Politik; dan o. Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan

    Pertanahan.

    Diketahui bahwasanya kepuasan tertinggi yang dirasakan oleh responden

    ialah pada unsur Perilaku adalah 3,46 dan rerata kepuasan terendah ialah

    Waktu layanan adalah 2,83.

    34%

    66%

    PERNAH TIDAK PERNAH

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    38

    Tabel 4.7 Rata-rata kepuasan dan Indeks Kepuasan Masyarakat

    Berdasarkan survey yang dilakukan maka diperoleh Indeks Kepuasan

    Masyarakat pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

    pada tahun 2018 ialah 77,21.

    Unsur Rata-Rata Kepuasan

    Rata-Rata Timbang

    Persyaratan 3,37 0,37

    Prosedur 3,05 0,34

    Waktu 2,83 0,31

    Produk 2,99 0,33

    Kompetensi 3,36 0,37

    Perilaku 3,46 0,38

    Sapras 2,99 0,33

    Pengaduan 2,92 0,32

    Layanan Website 2,85 0,32

    Jumlah 27,82 3,09

    IKM 77,21

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    39

    BAB V

    Penutup

    5.1 Kesimpulan.

    Berdasarkan analisis kepuasan masyarakat yang telah disampaikan, maka

    dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:

    1. Diketahui bahwasanya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap kualitas

    pelayanan publik yang diselenggarakan oleh DPM-PTSP Prov

    Kepulauan Riau, memperoleh Nilai IKM 77.21 dengan Nilai Mutu “B”

    2. Dari sembilan unsur pelayanan yang diberikan oleh DPM-PTSP,

    diketahui bahwa : Unsur Perilaku dengan rata-rata kepuasan tertinggi,

    yakni 3.46, Unsur persyaratan dengan rerata kepuasan diperoleh nilai

    3.37, unsur prosedur dengan nilai 3.05, dan Unsur Kompetensi 3,36

    sedangkan unsur waktu, produk, sarana dan prasarana, pengaduan dan

    layanan website, masing-masing memperoleh nilai kurang dari 3.

    3. Sebanyak 66 % dari total responden tidak/belum mempergunakan

    layanan website, walaupun layanan ini telah dioperasionalkan oleh

    DPM-PTSP Prov Kepulauan Riau.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    40

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim.1993, Kebijaksanaan Nasional Penyelenggaraan Pelayanan, Deptan RI,

    Jakarta

    Basuki, Johanes. 2002. Pelayanan Prima. LAN. Jakarta.

    Batinggi, Ahmad, 1999. Manajerial Pelayanan Umum, Universitas Terbuka,

    Jakarta.

    Djoko Widodo, 2000. Buku Ajar Pola Pelayanan, JilidIII. EdisiIV. Jakarta. FKUI.

    Dwiyanto, Agus. 1997. Pemerintahan yang Efisien, Tanggap, dan Akuntabel: Kontrol atau Etika?. Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik (JKAP), MAP UGM. Yogyakarta. Vol. I, No.2 , Juli 1997.

    Gaspersz, V. 1997. Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-Konsep Kualitas

    Dalam Manajemen Bisnis Total, Penerbit PT Gramedia PustakaUtama,

    Jakarta.

    Masdar, Sjahrazad, et.al. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk

    Pelayanan Publik. Airlangga University Press. Surabaya

    Moenir, H.A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara,

    Jakarta.

    Moleong, Lexi J, Dr.M.A. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja

    Rosdakarya. Bandung.

    Ndraha, Taliziduhu. 2000. Ilmu Pemerintahan (Kybernology). Rineka Cipta.

    Jakarta.

    Osborne, David dan Gaebler, Ted. 1996. Mewirausahakan Birokrasi. Pustaka Binaman Pressindo Jakarta.

    Saefullah, Djadja. 1997. Tinjauan Pustaka dan Penggunaan Informasi

    Kepustakaan Dalam Penulisan Tesis dan Desertasi. Program Pascasarjana

    Universitas Padjadjaran. Bandung

    Syafiie, Inu Kencana. 1999. Ilmu Administrasi Publik, Rineka Cipta, Jakarta.

    Tjiptono, Fandy. 1997. Total Quality Manajemen. Andi. Yogyakarta.

  • Laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPM-PTSP Provinsi Kepulauaun Riau

    2018

    41

    Zeithaml, Valarie A. & Mary Jo Bitner. 1996. Service Marketing, Mcgraw–Hill

    International Edition.

    PeraturandanPerundang-undangan

    Undang-Undang RI No. 25 Tahun 2009 tentang PelayananPublik

    Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-

    Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

    Kepmenpan No 25 Tahun 2004 tentang pedoman umum penyusunan Indeks

    kepuasan masyarakat dan unit pelayanan instansi pemerintah

    Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 16 Tahun 2014

    Tentang Pedoman Survey Kepuasan Masyarakat Terhadap

    Penyelenggaraan Publik.