bab i pendahuluan 1.1. latar belakang masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. bab i.pdfberbagai...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu dunia pendidikan diharapkan bisa menjadi salah satu wahana untuk mempersiapkan generasi bangsa, sehingga lahir sumber daya manusia yang handal dan mempunyai kemampuan untuk menghadapi dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini secara cepat, tepat dan efektif. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Manusia yang mempunyai kemampuan-kemampuan seperti itu akan dapat memanfaatkan berbagai macam informasi, sehingga informasi yang melimpah ruah dan cepat yang datang dari berbagai sumber dan tempat di dunia, dapat diolah dan dipilih, karena tidak semua informasi tersebut dibutuhkan manusia. Seperti yang disampikan oleh Irwan (Mandur, 2013:2) menjelaskan bahwa: Salah satu mata pelajaran yang membekali siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut adalah matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional. Sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PerMendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Depdiknas, 2006) bahwa matematika mendasari perkembangan kemajuan teknologi, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia, matematika diberikan sejak dini di sekolah untuk membekali anak dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sitematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Semua kemampuan itu

Upload: lydien

Post on 20-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu dunia pendidikan

diharapkan bisa menjadi salah satu wahana untuk mempersiapkan generasi

bangsa, sehingga lahir sumber daya manusia yang handal dan mempunyai

kemampuan untuk menghadapi dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi saat ini secara cepat, tepat dan efektif.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis,

logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Manusia yang

mempunyai kemampuan-kemampuan seperti itu akan dapat memanfaatkan

berbagai macam informasi, sehingga informasi yang melimpah ruah dan cepat

yang datang dari berbagai sumber dan tempat di dunia, dapat diolah dan dipilih,

karena tidak semua informasi tersebut dibutuhkan manusia. Seperti yang

disampikan oleh Irwan (Mandur, 2013:2) menjelaskan bahwa:

Salah satu mata pelajaran yang membekali siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut adalah matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional. Sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PerMendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Depdiknas, 2006) bahwa matematika mendasari perkembangan kemajuan teknologi, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia, matematika diberikan sejak dini di sekolah untuk membekali anak dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sitematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Semua kemampuan itu

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

2

merupakan bekal dan modal penting yang diperlukan anak dalam meniti kehidupan di masa depan yang penuh dengan tantangan dan berubah dengan cepat.

Oleh karena itu untuk menghadapi kehidupan dalam era global menuntut

berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO (Mulyasa,

2013:2) telah mengemukakan dua basis landasan dalam melaksanakan perubahan

dalam bidang pendidikan, yaitu: pertama; pendidikan harus diletakkan pada

empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan

(learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan

belajar menjadi diri sendiri (learning to be); kedua; belajar seumur hidup (life

long learning).

Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan juga tidak luput dari

perhatian pemerintah, hal ini terlihat pembaharuan yang terus-menerus dilakukan

pemerintah dalam memperbaiki tatanan kurikulum yang ada di Indonesia.

Diantaranya perubahan-perubahan guna perbaikan mutu pendidikan yang

dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah, dari kurikulum 1964, kurikulum

1974, kurikulum 1984, kurikulum 1994 beserta suplemennya, Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) atau disebut juga kurikulum 2004, Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) sebagai penyempurnaan dari kurikulum 2004 dan sekarang ini

kurikulum 2013 (K-13) atau kurilulum pendidikan berkarakter.

Seperti yang disampaikan oleh Mulyasa (2013:4) “upaya meningkatkan

kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun

inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

3

pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan

jenjang pendidikan”.

Pemerintah mencanangkan Kurikulum 2013 sebagai kurikulum

pendidikan berkarakter dilandasi kemerosotan moral peserta didik, yang ditandai

maraknya perkelahian antar pelajar dan mahasiswa, kecurangan dalam ujian. Jadi

dapat dikatakan dewasa ini siswa tidak hanya mengalami kemunduran kognitif

saja akan tetapi juga mengalami kemunduran moral. Disamping itu menurut

Mulyasa (2013:60) perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013

didorong oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik

Indonesia dalam kancah internasional. Hasil survey “Trends in International Math

and Science” tahun 2007, yang dilakukan oleh Glonal Institute, menunjukkan

hanya lima peserta didik Indinesia yang mampu mengerjakan soal penalaran

berkategori tinggi; padahal peserta didik Korea dapat mencapai 71 persen.

Sebaliknya, 78 persen peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal hapalan

berkategori rendah, sementara siswa Korea 10 persen. Data lain diungkapkan oleh

Programme for International Student Assessment (PISA), hasil studinya tahun

2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar, dari 65 negara

peserta PISA.

Sehingga dapat dikatakan bahwa proses dari pada pembelajaran yang

dilakukan selama ini belum mampu memberikan hasil yang baik, yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran, khususnya tujuan pembelajaran matematika.

Tujuan pembelajaran matematika mulai dari SD (Sekolah Dasar) dan MI (Madrasah Ibtidaiyah) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (Wardhani, 2008:8) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

4

dalam hal: (1) memahami konsep-konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan kosep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan matematis dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memperlajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sehingga hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan besar bagi kita, apa

yang salah dengan sistem pendidikan dan pembelajaran kita?. Jika kita perhatikan

pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu diberikan

kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali diri mereka

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta

kemampuan bekerja sama. Sehingga apabila dalam penyampaiannya di dalam

kelas guru masih menggunakan paradigma lama dalam artian guru secara aktif

menyampaikan pengetahuan matematika sementara siswa hanya duduk dan diam

mendengarkan, dengan kata lain proses pembelajaran masih bersifat satu arah.

Maka pembelajaran akan cenderung monoton sehingga membuat merasa peserta

didik jenuh dan bosan. Turmudi (2008:1) menjelaskan bahwa sudah bertahun-

tahun telah diupayakan agar matematika dapat dikuasai siswa dengan baik oleh

ahli pendidikan dan ahli pendidikan matematika. Namun, hasilnya masih

menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai matematika dari setiap

kelasnya.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

5

Ketidak sukaan atau persepsi siswa yang negatif terhadap pembelajaran

matematika ini berdampak terhadap hasil belajar yang akan diperoleh. Sehingga

tak jarang siswa tidak tuntas ketika diberikan tes pembelajaran matematika, salah

satu yang menjadikan keberhasilan program belajar mengajar dipengaruhi oleh

factor intern siswa. Disamping itu juga bergantung pada bentuk komunikasi yang

dibangun oleh guru di dalam pembelajaran, pada saat berinteraksi dengan siswa,

kemampuan komunikasi sangat berpengaruh pada konsep antara guru dan siswa.

Hal ini didasari pendapat Ansari (2012:22) yang menyatakan “kompetensi yang

dikembangkan dalam komunikasi matematik sebagai alat bantu berpikir, alat

untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan dan sebagai aktivitas social

yang merupakan bagian terpenting untuk mempercepat pemahaman siswa”.

Kemampuan komunikasi matematik merupakan salah satu kemampuan

yang harus dikuasai oleh siswa dari lima jenis kemampuan dalam metematika

seperti penalaran, representasi, koneksi dan pemecahan masalah. Seperti yang

disampaikan oleh NCTM (2000:29) “The Process Standards Problem Solving,

Reasoning and Proof, Communication, Connections, and Representation,

highlight ways of acquiring and using content knowledge”.

NCTM dalam executive summary principles and satndardsfor school

mathematics (2000:4) menjelaskan:

Mathematical communication is a way of sharing ideas and clarifying understanding. Through communication, ideas become objects of reflection, refinement, discussion, and amendment. When students are challenged to communicate the results of their thinking to others orally or in writing, they learn to be clear, convincing, and precise in their use of mathematical language. Explanations should include mathematical arguments and rationales, not just procedural descriptions or summaries. Listening to others’ explanations gives

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

6

students opportunities to develop their own understandings. Conversations in which mathematical ideas are explored from multiple perspectives help the participants sharpen their thinking and make connections.

Dengan kata lain komunikasi matematik adalah cara berbagi ide dan

memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi, gagasan menjadi objek refleksi,

perbaikan, diskusi, dan perubahan. Ketika siswa ditantang untuk

mengkomunikasikan hasil pemikiran mereka kepada orang lain secara lisan

maupun tertulis, mereka belajar untuk menjadi jelas, meyakinkan, dan tepat dalam

penggunaan bahasa matematika. Penjelasan harus mencakup argumen matematika

dan alasan-alasan, bukan hanya deskripsi prosedural atau ringkasan.

Mendengarkan penjelasan lain memberikan siswa kesempatan untuk

mengembangkan pemahaman mereka sendiri. Percakapan di mana ide-ide

matematika dieksplorasi dari berbagai perspektif membantu peserta mempertajam

pemikiran mereka dan membuat koneksi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa pelu

menguasai kemampuan komunikasi matematik, dengan kemampuan komunikasi

matematik siswa dapat menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan,

demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami,

menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam

bentuk visual, mengkontruksikan dan menghubungkan bermacam-macam

representasi ide dan hubungannya.

Menurut National Council of Teachers of Mathematics NTCM

(Ansari, 2012:11) mengemukakan matematika sebagai alat komunikasi

(mathematics as communication) merupakan pengembangan bahasa dan simbol

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

7

untuk mengkomunikasikan ide matematika, sehingga siswa dapat: (1)

mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan

hubungannya, (2) merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang

diperoleh melalui investigasi, (3) mengungkapkan ide matematika secara lisan dan

tulisan, (4) membaca wacana matematika dengan pemahaman, (5) menjelaskan

dan mengajukan serta memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah

dipelajarinya, dan (6) menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematik, serta

perannnya dalam mengembangkan ide/gagasan matematik.

Namun hal ini bertolak belakang dengan fakta dilapangan, selama ini

proses pembelajaran di kelas belum mampu meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik, bahkan ketika siswa diminta untuk memberikan ide atau

pendapat mengenai pembelajaran matematika, siswa masih terlihat takut dan

malu. Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada siswa MTsN Madrasah

Ulumul Qur’an menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa

rendah. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban siswa dari pertanyaan soal

komunikasi matematik sebagai berikut.

Pak Ali memiliki sebidang tanah berukuran , Pak Ali ingin

membuat sebuah kolam berbentuk lingkaran berjari-jari 40 m. Di sekeliling tepi

kolam tersebut dibuat jalan melingkar selebar 5 m. Jika biaya untuk membuat

jalan tiap 1 m2 adalah Rp 12.500,00, berapakah biaya yang diperlukan oleh Pak

Ali untuk membuat jalan tersebut. Dan berapakah panjang kawat yang dibutuhkan

jika Pak Ali ingin memasang pagar pada tanahnya?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

8

Dari 36 orang siswa yang dapat menyelesaikan atau menjawab

pertanyaan dengan baik hanya 8 orang siswa, sedangkan yang lainnya belum

mampu menjawab soal tersebut dengan benar. Hal ini dapat dijelaskan pada

gambar hasil jawaban siswa berikut.

Gambar. 1.1. Hasil Jawaban Siswa

Dari hasil penyelesaian jawaban siswa di atas dapat dilihat bahwa siswa

tidak dapat memahami soal sehingga siswa tidak dapat menuliskan informasi yang

diketah secara lengkap dan siswa tidak dapat mengkomunikasikannya dengan

benar dan membuat sketsa dari cerita soal tersebut.

Selain itu siswa juga masih terlihat kesulitan ketika diminta untuk

memberikan ide matematika secara tertulis atas soal yang diberikan. Disamping

itu siswa tidak dapat membaca soal yang disajikan dengan gambar atau

Siswa tidak dapat menuliskan dengan lengkap informasi yang diketahui dari soal

Siswa tidak memahami soal, sehingga tidak dapat meneyelesaikannya dengan benar, seharusnya 𝑟 kolam dijumlahkan dengan lebar jalan ditepi kolam untuk dapat menentukan luas lebar jalan ditepi kolam

Secara perhitungan benar, namun untuk menentukan biaya yang diperlukan siswa harus mengurangkan luas lingkaran dengan 𝑟 = 4 dengan 𝑟 = 4 terlebih dahulu.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut
Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

10

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti terlebih dahulu juga

menunjukkan kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah yaitu hasil

penelitian dari Nufus (2012) “menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis melalui penerapan

pembelajaran berbasis masalah di SMP”. Hal ini juga diperkuat oleh hasil laporan

TIMSS menyebutkan bahwa kemampuan siswa indonesia dalam komunikasi

matematik sangat jauh tertinggal dengan negara-negara lain, yaitu untuk

permasalahan matematika yang menyangkut komunikasi matematik, siswa

indonesia berhasil menjawab benar hanya 5% dan jauh tertinggal dari negara

seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mancapai lebih dari 50%.

Hasil penelitian Hasibuan (2011:150) juga memperlihatkan “rata-rata

kemampuan komunikasi matematik siswa kelas IX SMA berada dalam klasifikasi

kurang, hanya terdapat 8 dari 78 siswa yang menjawab soal tes kemampuan

komunikasi dengan indicator menjelaskan ide matematika dengan grafik masih

perlu ditingkatkan kembali”. Dari beberapa penjelasan di atas maka guru perlu

memperhatikan pembelajaran yang tepat yang memungkinkan dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

Terkait dengan peran kemampuan komunikasi, Collins (Umar, 2012:3)

mengungkapkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan

kesempatan seluasluasnya kepada para siswa untuk mengembangkan dan

mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui modeling, speaking,

writing, talking, drawing, serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

11

Hal lain yang juga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika juga dipengaruhi oleh siswa itu sendiri, tak jarang siswa

menganggap matematika sebagai pembelajaran yang sulit, sukar untuk dipahami

dan bahkan siswa merasa bosan ketika belajar matematika. Siswa kurang

termotivasi untuk belajar, perhatian siswa terhadap hasil belajar atau nilai yang

diperoleh siswa terkesan menerima apa adanya dan “pasrah” bahkan ketika

mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimalpun siswa tersebut tidak

mau untuk melakukan perbaikan.

Rendahnya sikap positif siswa terhadap matematika, rasa percaya diri

dan keingintahuan siswa berdampak pada hasil pembelajaran yang rendah. Hal

tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Syaban (2009:113) “Pada saat ini,

daya dan disposisi matematis siswa belum tercapai sepenuhnya”. Hal tersebut

antara lain karena pembelajaran cenderung berpusat pada guru yang menekankan

pada proses prosedural, tugas latihan yang mekanistik, dan kurang memberi

peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis.

Untuk meningkatkan disposisi matematik, guru harus mampu memberikan

pengalaman belajar matematik yang baik pada siswa. Disposisi matematis siswa

tidak akan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan pembelajaran yang

disetting agar siswa hanya duduk dengan manis untuk mendengar dan menerima

informasi dari guru. Hal lain yang perlu disampaikan pada siswa adalah jika siswa

mengabaikan disposisi maka dapat merugikan dirinya dalam belajar.

“Disposisi matematis merupakan salah satu faktor penunjang

keberhasilan belajar matematika siswa. Siswa memerlukan disposisi matematis

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

12

untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mengambil tanggung jawab dan

membiasakan kerja yang baik dalam matematika” (Mahmudi, 2010: 5). Sikap dan

kebiasaan berpikir yang baik pada hakekatnya akan membentuk dan

menumbuhkan disposisi matematis (mathematical disposition).

Namun hal ini masih belum terlihat pada diri siswa, siswa masih terlihat

cenderung takut ataupun malas untuk belajar matematika. Kenyataan rendahnya

disposisi matematis siswa diperoleh dari hasil observasi awal dan hasil wawancara

dengan salah seorang guru matematika yang mengajar di MTsN Ulumul Qur’an

Langsa yaitu Bapak Nasri, S.PdI pada tanggal 20 September 2014. Berdasarkan

hasil penjelasan beliau siswa terlihat kurang bersemangat dalam belajar

matematika walau guru sudah berusaha menyajikan pembelajaran dengan menarik

dengan membentuk siswa ke dalam kelompok belajar, dan melakukan percobaan-

percobaan dalam menemukan konsep matematika. Bagi siswa matematika terasa

sulit karena siswa harus tetap bias mengingat pembelajaran pembelajaran

sebelumnya dikarenakan materi matematika yang saling berkesinambungan.

Faktor lain yang menyebabkan kurang berhasilnya pembelajaran

matematika adalah keaktifan siswa. Metode konvensional yang banyak dijumpai

dalam pembelajaran mengakibatkan siswa pasif karena sebagian besar proses

pembelajaran didominasi oleh guru, siswa hanya mendengarkan dan mencatat

yang pokok dari penyampaian guru sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran hampir tidak ada. Siswa dikatakan belajar aktif jika ada

mobilitas, misalnya nampak dari interaksi yang terjadi antara guru dan siswa,

antara siswa itu sendiri. Komunikasi yang terjadi tidak hanya satu arah dari guru

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

13

ke siswa tetapi banyak arah. Dalam pengajaran matematika diharapkan siswa

benar-benar aktif sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang

dipelajari akan lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat

oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah

yang tepat, jelas dan menarik.

Mengingat pentingnya kemampuan komunikasi matematik dan disposisi

matematis, maka guru sebagai pengajar sudah seharusnya mencari atau

memberikan sebuah alternative pembelajaran yang dapat mengupayakan

peningkatan kemampuan komunikasi matematik dan disposisi matematis dengan

mencipatkan suatu pembelajaran yang inovatif, kreatif yang dapat melibatkan

aspek kognitif, afektif dan piskomotorik siswa. Sehingga pembelajaran yang

diciptakan dapat menjawab tuntunan pengembangan kurikulum 2013 (K-13).

Seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa (2013:99) tema kurikulum 2013 adalah

menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui

penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk

mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk

secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna

(menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan

pembelajaran yang tepat, menuntut prosedur pembelajaran dan pembentukan

kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sudah seharusnya

guru memilih sebuah pendekatan, strategi ataupun model pembelajaran yang

dapat melibatkan siswa secara aktif di dalam pembelajaran sehingga siswa dapat

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

14

membangun pengetahuannya sendiri sehingga dapat melekat lebih lama dalam

ingatannya. Model pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan hal tersebut

di atas adalah model pembelajaran yang didesain menurut pandangan

konstruktivisme. Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme bertujuan

membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika

dengan kemampuannya sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi.

Sagala (2009:88) menjelaskan bahwa dalam pandangan konstruktivisme,

strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa

memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah

memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan

relevan bagi siswa; (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan

idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka

sendiri dalam belajar.

Salah satu model pembelajaran yang dilandasi oleh pandangan

konstruktivisme adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Berbeda dengan model-model lain yang penekanannya adalah pada

mempresentasikan ide-ide dan mendemonstrasikan keterampilan, dalam PBL guru

menyodorkan situasi-situasi bermasalah kepada siswa dan memerintahkan mereka

untuk menyelidiki dan menemukan sendiri solusinya (Arends, 2008:70).

Jadi dalam model pembelajaran problem based learning ini peran guru

hanya sebagai fasilitator yang menyodorkan atau memeberikan siswa masalah-

masalah yang autentik untuk diselidiki. Seperti yang dikemukakan oleh Arends

(2008:40) “bahwa esensi PBL melibatkan presentasi situasi-situasi yang autentik

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

15

dan bermakna, yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan

siswa”.

Model problem based learning (PBL) menutut siswa aktif untuk

mengkontruksi konsep-konsep matematika serta memecahkan masalah yang

diberikan, siswa dapat mengkomunikasikan dalam bahasa matematik dengan baik

sehingga menumbuhkan rasa percaya diri siswa terhadap potensi yang diberikan

dan meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan komunikasi matematik

siswa dan disposisi matematis siswa. Dalam penelitian ini yang menjadi istimewa

adalah penerapan model problem based learning (PBL) dikombinasikan dengan

pendekatan saintifik di dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntunan yang

diinginkan oleh implementasi kurikulum 2013.

Proses pembelajaran yang menggunakan sintaks problem based learning

(PBL) dalam pembelajaran akan dipadukan dengan lima pembelajaran pokok

sesuai dengan tuntunan kurikulum 2013 yaitu, mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Sehingga hal

tersebut diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa yang diperlukan

yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan

mempertimbangkan nilai dan moral.

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas maka peneliti akan

menerapkan model problem based learning (PBL) dalam pembelajaran

matematika yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik dan disposisi matematis siswa. Sehingga diharapkan dengan

kemampuan tersebut siswa dapat lebih baik lagi dalam memandang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

16

kebermanfaatan matematika di dalam kehidupannya. Untuk itu peneliti akan

melakukan sebuah penelitian dengan judul “Perbedaan Peningkatan Kemampuan

Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa yang Diberi Pembelajaran Problem

Based Learning dengan Siswa yang Diberi Pendekatan Realistic Mathematics

Education di MTsN Ulumul Qur’an Langsa”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih bersifat satu arah dan cenderung monoton sehingga

membuat merasa peserta didik jenuh dan bosan.

2. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih tergolong rendah.

3. Siswa masih terlihat kesulitan ketika diminta untuk memberikan ide

matematika secara tertulis atas soal yang diberikan.

4. Siswa tidak dapat membaca soal yang disajikan dengan gambar atau

menyajikan soal ke dalam model matematika.

5. Persepsi siswa yang negatif terhadap pembelajaran matematika, siswa

menganggap matematika sebagai pembelajaran yang sulit, sukar untuk

dipahami dan bahkan siswa merasa bosan ketika belajar matematika.

6. Rendahnya sikap positif (disposisi matematis) siswa terhadap matematika.

7. Metode konvensional yang banyak dijumpai dalam pembelajaran

mengakibatkan siswa pasif karena sebagian besar proses pembelajaran

didominasi oleh guru, siswa hanya mendengarkan dan mencatat yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

17

pokok dari penyampaian guru sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran hampir tidak ada.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, maka berdasarkan dengan latar

belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, penelitian ini dibatasi agar lebih

fokus dan mencapai tujuan yang diharapkan maka peneliti membatasi masalah

pada perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII

MTsN Madrasah Ulumul Qur’an pada materi lingkaran dan disposisi matematis

siswa yang diberi pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dengan

siswa yang diberi pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa yang diajarkan melalui model PBL dengan

siswa yang diajarkan dengan pendekatan RME?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan disposisi

matematis siswa yang diajarkan melalui model PBL dengan siswa yang

diajarkan dengan pendekatan RME?

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

18

3. Bagaimana persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui

penerapan model PBL dan siswa yang diajarkan melalui pendekatan

RME?

4. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model PBL dan pendekatan

RME?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi

matematik siswa yang diajarkan melalui model PBL dengan siswa yang

menggunakan pendekatan RME.

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan disposisi matematis siswa yang

diajarkan melalui model PBL dengan siswa yang menggunakan

pendekatan RME.

3. Untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui

penerapan model PBL dan siswa yang diajarkan melalui pendekatan RME.

4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model PBL dan

pendekatan RME.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

19

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Bagi siswa

Diharapkan dengan adanya model PBL bisa mengembangkan kemampuan

siswa terhadap pembelajaran matematika, hal ini karena dalam PBL

membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan

keterampilan menagatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa

dan menjadi pelajar yang mandiri.

2. Bagi Guru matematika di sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa dan disposisi matematis siswa juga sebagai bahan

masukan atau pertimbangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

3. Bagi Kepala Sekolah

Memberikan izin dan kewenangan kepada setiap guru untuk

mengembangkan model-model pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik dan disposisi matematis siswa pada

khususnya dan hasil belajar siswa pada umumnya.

4. Bagi peneliti

Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan

melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik dan disposisi matematis siswa.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

20

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-

istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu

dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematik siswa adalah kemampuan siswa

secara tertulis menjawab masalah komunikasi siswa yang akan diukur

melalui kemampuan siswa dalam (1) menuliskan ide matematika dengan

kata-kata (2) menuliskan ide matematika ke dalam model matematika, (3)

menghubungkan gambar ke dalam ide matematika (4) menjelaskan

prosedur penyelesaian.

2. Disposisi matematika siswa adalah keterkaitan dan apresiasi terhadap

matematika yaitu suatu kecenderungan untuk berpikir dan bertindak

dengan cara yang positif

3. Model problem based learning (PBL) suatu pola pembelajaran dengan

mengajukan masalah autentik dan memfasilitasi penyelidikan pada siswa.

Aliran umum atau sintaksis PBL terdiri atas lima fase utama: memberikan

orentasi kepada siswa tentang permasalahannya; mengorganisasikan siswa

untuk meneliti; membantu investigasi mandiri dan kelompok;

mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit, dan

menganalisis dan mengevaluasi pekerjaan.

4. Pendekatan realistic mathematics education (RME) merupakan

penyampaian topik matematika yang dimulai dari hal-hal yang nyata atau

pernah dialami siswa. Ini tidak berarti segala sesuatu harus diajarkan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.unimed.ac.id/8209/3/9. BAB I.pdfberbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. UNESCO ... Kompetensi (KBK) atau disebut

21

dengan konkret (ada bendanya). Pembelajaran matematika realistik pada

dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami

peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika,

sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari

pada yang lalu. Adapun langkah-langkah dalam RME: 1) memahami

masalah kontekstual; 2) menjelaskan masalah kontekstual; 3)

menyelesaikan masalah kontekstual; 4) membandingkan dan

mendiskusikan jawaban; dan 5) menyimpulkan.

5. Aktivitas aktif siswa adalah kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran yang meliputi membaca (buku siswa, LAS, sumber

pelajaran yang relevan dengan materi pelajaran), menulis yang relevan

dengan kegiatan (menulis penjelasan guru, menyelesaikan masalah,

membuat rangkuman, mencatat dari buku teman atau penjelasan guru,

mengerjakan LAS), berdiskusi dan bertanya antara siswa dengan siswa,

berdiskusi atau bertanya antara siswa dengan guru (menanggapi

pertanyaan guru, bertanya pada guru).

6. Respons siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran adalah

pendapat siswa tentang senang/tidak senang dan baru/tidak baru terhadap

komponen dan kegiatan pembelajaran, siswa berminat mengikuti

pembelajaran dengan model problem based learnig (PBL) dan pendekatan

realistic mathematics education (RME) pada kegiatan pembelajaran

berikutnya.