bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/skripsi bab i.pdf ·...

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Al-Quran merupakan kitab pedoman bagi umat muslim. Dalam kitab tersebut berisi tentang petunjuk- petunjuk dan arahan hidup yang diturunkan Allah untuk manusia agar hidupnya selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Allah yang menciptakan manusia maka Allah sangat mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh manusia. Dengan demikian mempelajari dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an menjadi hal penting dalam hidup ini. Dalam suatu hadits menjelaskan bahwa sebaik- baik umat muslim adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Adapun keutamaan membaca dan menghafal Al-Qur’an adalah individu yang mengamalkannya akan menjadi sebaik-baiknya orang, dinaikkan derajatnya oleh Allah, Al-Qur’an akan memberi syafaat kepada orang yang membacanya, Allah menjanjikan akan memberikan orang tua yang anaknya menghapal Al-Qur’an sebuah mahkota yang bersinar, hati orang yang membaca Al-Qur’an akan senantiasa dibentengi dari siksaan, hati mereka akan menjadi tentram dan 1

Upload: others

Post on 09-Dec-2020

14 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Al-Quran merupakan kitab pedoman bagi umat

muslim. Dalam kitab tersebut berisi tentang petunjuk-

petunjuk dan arahan hidup yang diturunkan Allah untuk

manusia agar hidupnya selamat di dunia maupun di akhirat

kelak. Allah yang menciptakan manusia maka Allah sangat

mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh

manusia. Dengan demikian mempelajari dan mengamalkan

isi kandungan Al-Qur’an menjadi hal penting dalam hidup

ini. Dalam suatu hadits menjelaskan bahwa sebaik- baik

umat muslim adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan

mengajarkannya. Adapun keutamaan membaca dan

menghafal Al-Qur’an adalah individu yang

mengamalkannya akan menjadi sebaik-baiknya orang,

dinaikkan derajatnya oleh Allah, Al-Qur’an akan memberi

syafaat kepada orang yang membacanya, Allah

menjanjikan akan memberikan orang tua yang anaknya

menghapal Al-Qur’an sebuah mahkota yang bersinar, hati

orang yang membaca Al-Qur’an akan senantiasa dibentengi

dari siksaan, hati mereka akan menjadi tentram dan

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

2

tenang, serta dijauhkan dari penyakit menua yaitu

kepikunan (Chairani dan Subandi, 2010).

Allah SWT memudahkan Al-Qur’an untuk diingat

oleh seseorang (penghafal Al-Qur’an) dan menjaminnya

selamat dari berbagai perubahan. Allah sendirilah yang

menjamin penjagaan Al-Qur’an, dan Allah SWT juga telah

mempersiapkan kedudukan yang tinggi bagi mereka di

dunia dan akhirat (Az-Zawawi, 2010). Allah SWT berfirman

dalam surah Al-Hijr: 9 sebagai berikut:

كر نزلنا نحن إنا لحافظ ون له وإنا الذ

Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan

Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya” (QS. Al-Hijr: 9).

Penghafal Al-Qur’an terbukti mempunyai daya

konsentrasi dan daya ingat yang tinggi. Hal itu dikarenakan

fungsi otaknya distimulus secara terus-menerus. Senada

dengan Hasil penelitian yang dilakukan Lutfiah (2011)

menunjukkan adanya hubungan yang berbanding lurus

antara jumlah hafalan Al-Qur’an dengan prestasi belajar.

Menghafal Al-Qur’an bukan hanya terkait persoalan

kemampuan kognitif, melainkan juga membutuhkan faktor

lain yang berkaitan dengan psikologis penghafal Al-Qur’an,

1

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

3

seperti motivasi, minat, kemampuan merespon gangguan,

serta faktor pendukung lainnya seperti lingkungan dan

metode menghafal. Faktor psikologis dalam proses

pembelajaran sangat penting karena mempengaruhi

tingkat konsentrasi individu. Faktor psikologis tersebut

berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola diri agar

fokus pada tujuan yang ingin dicapai atau dalam istilah

psikologi disebut regulasi diri (Chairani Dan Subandi, 2010).

Kegiatan menghafal Al-Qur’an tentunya menuntut

kemampuan regulasi diri yang baik. Hal ini terkait dengan

syarat menghafal yang berat yaitu harus menjaga

kelurusan niat, memiliki kemampuan kuat, displin dalam

menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan)

kepada sorang guru serta mampu menjaga hafalan Al-

Qur’an. Kemampuan mengelola emosi di dalam menghafal

juga menjadi pertimbangan penting. Senada dengan Sirjani

dan Khaliq (2007) mengatakan bahwa pada saat menghafal

mengupayakan mengatur durasi waktu artinya tidak terlalu

cepat dan tidak terlalu lambat. Hoyle (2010) menjelaskan

bahwa regulasi diri mengacu pada kemampuan untuk

mengesampingkan atau mengendalikan pikiran, perasaan,

dan perilaku. Individu yang berhasil melakukan regulasi diri

akan mampu dengan mudah untuk menetapkan tujuan,

membuat perencanaan dan memberi respon efektif

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

4

terhadap stimulus dari luar dirinya, beradaptasi dengan

lingkungan sosialnya secara fleksibel serta tidak merasa

terbebani dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat.

Bandura menjelaskan bahwa Regulasi diri

merupakan kemampuan manusia mengatur dirinya sendiri,

mempengaruhi tingkah lakunya dengan cara mengatur

lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, serta

mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Self

regulation merupakan kemampuan diri untuk mengatur

perilaku dan tindakan, serta sebagai daya penggerak

utama kepribadian manusia. Seseorang harus mampu

mengatur perilaku sendiri guna mencapai tujuan yang

diinginkan. Memanagemen waktu dan mengontrol perilaku

sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat dioptimalkan

dengan baik (Musyrifah, 2016)

Cervone dan Pervin (2012) mengatakan bahwa

regulasi diri memiliki peran penting dalam diri seorang

individu untuk membantu perkembangan diri. Keadaan

lingkungan dan emosional yang mempunyai

kecenderungan untuk mengganggu tahap perkembangan

akan dapat dikontrol oleh regulasi diri. Regulasi diri sangat

mempengaruhi seseorang dalam bertingkahlaku. Seif

(Ashlaghi, 2017) juga menyatakan bahwa regulasi diri akan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

5

menghasilkan dan mengarahkan pikiran, emosi dan

perilaku individu untuk mencapai tujuan. Regulasi diri

adalah kemampuan individu dalam memotivasi diri untuk

mencapai tujuan dengan cara merencanakan,

mengevaluasi dan memodifikasi perilaku individu sendiri.

Regulasi diri tidak hanya terbentuk untuk mencapai tujuan,

tetapi juga berusaha menghindari gangguan lingkungan

dan rangsangan emosional yang dapat mengganggu

perkembangan individu (Cervone & Pervin, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri

menurut Zimmerman dan Pons (Ghufron & Risnawita,

2011) antara lain, pengetahuan, tingkat kemampuan

metakognisi, tujuan, perilaku. kemudian ditambahkan

Bandura (Feist & Feist, 2010) observasi diri, evaluasi diri,

reaksi diri, lingkungan dan penguatan. Menurut

Zimmerman (Ghufron & Risnawita, 2011) regulasi diri

mempunyai 3 aspek. Pertama, metakognitif yang dapat

membimbing individu, mengatur atau menyusun peristiwa

yang akan dihadapi, dan memilih strategi yang sesuai agar

dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya dimasa

mendatang. Schank (Ghufron & Risnawita, 2011)

menambahkan metakognitif meliputi perencanaan,

observasi diri, dan evaluasi terhadap perilaku.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

6

Eksistensi atau keberadaan penghapal Qur’an di

Indonesia sendiri semakin mandapat perhatian dari

masyarakat. Dikutip dari kabar (makkah.com13) gerakan

menghafal Al-Qur’an sedang mengalami perkembangan

yang pesat. Hal ini dapat dilihat adanya program yang

menyelenggarakan Tahfidzul Qur’an yang ditayangkan

setiap tahunnya di program tv. Dalam bidang kemiliteran

indonesiapun memprioritaskan penghafal Al-Qur’an. KBRN,

Gorontalo menyatakan ada dua golongan yang

diprioritaskan untuk diterima menjadi prajurit TNI. Kedua

golongan itu, adalah para Hafiz atau penghafal Al-Qur’an

dan anak TNI, sebagaimana ungkapan Danrem dalam

rri.co.id. Hal ini merupakan bentuk perhatian TNI terhadap

para penghafal Al-Qur’an, mereka akan diprioritaskan

diterima prajurit TNI walaupun pada beberapa test

mengalami kekurangan point (Rri. Co.id)

Di Sumatra selatan sendiri Gubernur Sumatra

Selatan (Sumsel) Herman Deru, bertempat di komplek

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Palembang meresmikan

rumah tahfiz Ash-Sholihin, sebagai upaya mendidik siswa

madrasah agar memiliki keahlian membaca dan menghafal

Al-Quran serta ilmu pengetahuan keislaman, sehingga

terwujud generasi penghafal Quran (Republika.co.id). Saat

ini di sejumlah daerah kota palembang telah bermunculan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

7

pondok pesantren Tahfizh Al-Qur’an serta sering di

diadakan lomba menghafal Al-Qur’an seperti Musabaqoh

Tilawatil Qur’an (MTQ) di berbagai tingkatan. Bahkan

beberapa Rumah Tahfidz telah menyediakan jalur khusus

dan memberikan beasiswa kepada para penghafal Al-

Qur’an. Seperti halnya Rumah Tafidz Yatim Dhuafa

Palembang yang bekerja sama dengan UIN Raden Fatah

Palembang untuk memberikan biasiswa kepada Mahasiswa

yang menghapal Al-Qur’an. Ungkap bapak rektor UIN

Raden Fatah Palembang bapak Sirozi dalam kesempatan ini

mengungkapkan (01/06/2009) ”siapa saja yang hafal Al-

Qur’an, dapat kuliah di Institut Islam Negeri (IAIN) Raden

Fatah Palembang Hingga jenjang S2, secara gratis”. Dan

pada tahun 2019 Terdapat 3 mahasiswa yang berhasil

mendapatkan Beasiswa tersebut (Detiknews.com)

Tuntutan menjadi mahasiswa sekaligus santri

penghafal bukanlah suatu hal yang biasa, Mahasiswa di

tuntut agar dapat menyelesaikan tugas-tugas akademisnya.

Senada dengan Misra dan Castillo (2004) menemukan

berbagai tuntutan akademis pada mahasiswa, diantaranya

adalah tuntutan keluarga untuk berprestasi secara

akademik, mengerjakan tugas kuliah, kompetisi dengan

teman untuk mendapatkan penilaian yang baik, dan juga

terkait perubahan sistem pendidikan yang lebih menuntut

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

8

kemandirian. Disamping tuntutan akademis, mahasiswa

juga dihadapkan dengan tuntutan dalam hubungan sosial,

seperti menjalin hubungan baik dengan teman kuliah,

bekerjasama dalam kelompok, serta mengikuti kegiatan

organisasi kemahasiswaan. Begitu juga halnya tuntutan

menjadi santri penghapal Al- Qur’an yang dituntut agar

mampu menyetorkan hafalan ayat- ayat suci Al-Qur’an

setiap hari.

Pengaturan waktu antara tuntutan akademis dan

juga waktu untuk menghafal menjadi hambatan dalam

proses, sebab dalam dunia akademis Mahasiswa di tuntut

agar menyelesaikan tugas-tugasnya, begitu pula dalam

proses menghapal. Penghapal harus bisa mengulangi serta

menambah hapalan, tentu semua itu berkaitan dengan

waktu. Semakin banyak waktu luang makan penghafal

memiliki kesempatan untuk mengulang dan juga

menambah hafalannya. Hal ini diungkap Subjek yang

berinisial FD mengungkapkan bahwa yang menjadi

hambatan dalam proses menghapal yaitu mengenai waktu

dalam memenuhi tuntutan akademis dan juga tuntutan

yang ada di rumah tahfidz.

“ Yang menjadi hambatan waktu yang pastinyo, soalnyakan kuliah kadangan tu masuk jam 07.00 WIB baru keluar kelas jam 17.00 WIB dan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

9

malamnyo itu jugo kadangan ado tugaskan jadi menghapal itu terhambat waktunya, belum lagi nak murojaah, tilawah tapi menghapal harus disempatke…” (wawancara tanggal 01 sepetember 2019).

Selain waktu yang menjadi hambatan, subjek yang

berinisial AG juga menyatakan rasa malas adalah musuh

terbesar dan menjadi penghambat dalam proses

menghafal. Sebagaimana kutipan wawancara sebagai

berikut:

“ ……males, males mbak, males itu susah mbak, males itu jadi musuh terbesar nian” (wawancara tanggal 05 oktober 2019).

Dari kutipan di atas waktu antara akademis dan

menghapal menjadi tuntutan bagi mahasiswa untuk

meregulasikan dirinya dalam menghapal Al- Qur’an. Selain

itu, faktor sosial juga mendukung mendukung terhadap

kelancaran menghapal Qur’an. senada dengan penelitian

yang dilakukan Suadak (2006) mendapati bahwa

permasalahan yang biasa dialami oleh penghafal

bersumber dari beberapa hal yaitu: materi hafalan, kondisi

guru yang membimbing, kondisi penghafal, metode

menghafal dan lingkungan sekitar. Dengan demikian

regulasi diri menjadi yang paling penting dalam proses

menghafal Al-Qur’an.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

10

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk

meneliti secara mendalam mengenai kemampuan

mahasiswa penghafal Al-Qur’an meregulasikan dirinya agar

tetap bertahan dari segala hambatan dalam mencapai

tujuaanya yaitu menghapal Al-Qur’an.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas yang mejadi

pertanyaan peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Regulasi Diri Mahasiswa UIN Raden

Fatah Penghafal Al-Qur’an Di Rumah Tahfidz Yatim

Dhuafa Palembang?

2. Apa makna menghapal Al-Qur’an bagi Mahasiswa

UIN Raden Fatah Penghafal Al-Qur’an Di Rumah

Tahfidz Yatim Dhuafa Palembang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas yang

menjadi Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui Regulasi Diri Mahasiswa UIN Raden

Fatah Penghafal Al-Qur’an Di Rumah Tahfidz Yatim

Dhuafa Palembang.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

11

2. Memahami makna menghapal Al-Qur’an bagi

Mahasiswa UIN Raden Fatah Penghafal Al-Qur’an Di

Rumah Tahfidz Yatim Dhuafa Palembang.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Upaya pengembangan keilmuwan psikologi

khususnya dalam bidang psikologi pendidikan serta dapat

digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian-

penelitian lain yang tertarik dalam bidang ini.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan

perubahan positif dalam menghapal Al-Qur’an dan

menanamkan pola pikir dan wawasan yang positif, serta

regulasi diri yang baik dalam mencapai tujuan pada

mahasiswa termasuk orang tua, masyarakat, pengajar dan

khusunya santri.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan adanya penelitian terdahulu yang

memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu yang

pertama, penelitian yang dilakukan oleh Faisal Tanjung,

Lukmawati, Jhon Supriyanto tahun 2017 tentang Al-Qur’an

Itu Menjaga Diri: Peranan Regulasi Diri Penghafal Al-

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

12

Qur’an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

melewati serangkaian tahapan dalam meregulasi dirinya

untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz maka

kedelapan subjek penelitian memperoleh satu makna yang

sama yaitu Al-Qur’an itu menjaga diri, seperti menjaga

image/ kehormatan, menjaga kesucian diri dengan

berwudhu, menjaga pandangan mata, menjaga cara

bersikap/ wibawa, menjaga diri agar tidak termasuk ke

dalam tipe golongan orang-orang yang tidak sesuai antara

perkataan yang diucapkan dengan perbuatan yang

dilakukannya, menjaga akhlak dalam berperilaku, menjaga

adab dalam berpakaian yang menutup aurat secara syar’i

dan menjaga akhlak dalam berbicara dengan orang lain

terutama yang lebih tua (Tanjung, Lukmawati &

Supriyanto, 2017)

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Fitria savira

dan yudi suharsono tahun 2013 tentang Self-regulated

learning (SRL) Dengan prokrastnasi akademik pada siswa

akselerasi. Hasil dari penelitian ini ada hubungan negatif

dan sangat signifikan antara SRL dengan prokrastinasi

akademik dengan koefisien korelasi korena (r)=- 0,73 dan

p= 0,000 (Savira & Suharsono, 2013). Ketiga, penelitian

yang dilakukan oleh Fitria dwi rizanti tahun 2013 tentang

Hubungan Antara Self Regulated Learning Dengan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

13

Prokrastinasi Akademik Dalam Menghafal Al-Qur’an Pada

Mahasantri Ma’had ‘Aly Masjid Nasional Al- Akbar Surabaya.

Hasil dari penelitian ini, Nilai r sebesar -0,832 dan p=0,000

(p<0,005), sehingga hipotesis penelitian diterima. Artinya,

ada hubungan yang negatif dan signifikan antara regulated

learning dengan prokrastinasi dalam menghafal Al- Qur’an

pada maha santri ma’had ‘aly masjid nasional al-akbar

Surabaya (Rizanti, 2013)

Penelitian keempat, penelitian yang dilakukan Dwi

Nur Rachmah tahun 2015 tentang Regulasi Diri dalam Belajar

pada Mahasiswa yang Memiliki Peran Banyak. Hasil dari

penelitian ini:

(1) Regulasi diri dalam belajar membuat mahasiswa yang

memiliki peran sosial yang lain yaitu sebagai wanita

karir dan ibu rumah tangga dapat meraih prestasi

akademik yang tinggi.

(2) Bentuk regulasi diri dalam belajar yang ditemukan

adalah regulasi kognitif, regulasi motivasi, regulasi

emosi, regulasi perilaku dan regulasi konteks.

(3) Regulasi diri dalam belajar dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti karakteristik individu atau

kepribadian, ajaran budaya dan agama yang dianut,

motivasi, keyakinan diri dan situasi pencetus yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

14

menyebabkan munculnya proses regulasi (Rachamah,

2015)

Penelitian kelima, penelitian mengenai gambaran

kesejahteraan spiritual mahasiswa penghafal Al-Qur’an

yang dilakukan oleh Widwi Mukhabibah, Retno Hanggarani

Ninin, Poeti Joefiani tahun 2017 tentang Kesejahteraan

Spiritual pada Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an. Adapun hasil

dari penelitian ini mengunkapkan Mayoritas responden

dalam penelitian ini memiliki spiritual well-being (SpWB)

yang tinggi. Responden yang memiliki spiritual well-being

(SpWB) yang sedang belum dapat menikmati kehidupannya

karena merasa masih memiliki banyak kekurangan diri.

Responden dengan kategori SpWB tinggi merasakan

adanya hubungan yang bermakna dengan Allah ditandai

dengan selalu dilibatkannya Allah dalam segala aspek

kehidupan mereka. Sedangkan pada responden dengan

kategori SpWB sedang secara kualitatif ditandai dengan

belum dirasakannya hubungan yang bermakna dengan

Allah. Responden yang memiliki skor spiritual well-being

yang tinggi didominasi oleh metode menghafal dengan

mengikuti lembaga tahfizh, memiliki jadwal yang tentatif

(berubah-ubah), serta dorongan untuk menghafal Al-Qur’an

bersumber dari dirinya sendiri. Sedangkan responden yang

memiliki skor spiritual well-being yang sedang didominasi

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

15

oleh responden yang jadwal menghafalnya tentatif

(berubah-ubah) serta dorongan menghafal yang bersumber

dari orang tua dan penghafal Al-Qur’an yang lain/idolanya.

Fakta tersebut memunculkan kesimpulan hipotetis pada diri

peneliti, bahwa motivasi intrinsik untuk menghafal dan

keikutsertaan dalam lembaga pembimbing hafalan,

merupakan faktor yang memiliki keterkaitan dengan SpWB

(Mukhabibah, Ninin & Joefiani, 2017)

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh siri raiyati

tahun 2017 tentang Presentasi diri mahasiswa penghafal Al

Qur’an dari segi performa semua subjek memiliki kekhasan

yang positif, sehingga secara mereka sadari atau tidak

lingkungan menyoroti mereka. Segi penampilan, mereka

berpenampilan memang bervariasi, namun tetap sesuai

dengan yang disyariatkan. Untuk gaya tingkah laku, para

subjek penghafal Al Qur’an ini ramah dan santun, sehingga

membuat orang lain nyaman saat berinteraksi dengan

mereka. Adapun untuk setting ruang mereka, yang penulis

fokuskan kepada kamarnya, kebanyakan mereka hiasi

gambar ulama, lafazh amalan, kata-kata motivasi, piagam

penghargaan yang mereka raih atau hal yang bermanfaat

lainnya. Bagaimanapun juga nilai-nilai Al-Qur’an menjadi

konsep ideal mereka, baik Al Qur’an sebagai sebuah

tanggung jawab hingga Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.radenfatah.ac.id/6913/1/Skripsi Bab I.pdf · menambah hafalan dan memurojaah (setoran hafalan) kepada ... mengalami kekurangan

16

Seperti prinsip hidup mereka yang mengatakan bahwa

segala hal harus berkesesuaian dengan Al-Qur’an. Sehingga

mereka berusaha menginternalisasikan nilai-nilai Al-Quran

tersebut kedalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal

tersebut tergambar dalam presentasi diri mereka melalui

dimensi khuluqiyyah yakni nilai-nilai etika dan dimensi

amaliyah yakni yang berkenaan dengan tingkah laku

sehari-hari (Raiyati, 2017)

Dengan demikian terdapat perbedaan dengan

penelitian sebelumnya yaitu kebanyakan penelitian

sebelumnya menggunakan metode kuantitatif untuk

mengukur regulasi diri penghapal Al-Qur’an, sedangkan

pada penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan

desain fenomenologi sehingga yang menjadi titik fokus

yaitu mengenai pemaknaan hidup subjek. Subjek pada

peneltian sebelumnya hanya memiliki satu peran yaitu

sebagai mahasiswa (pelajar), sedangkan pada penelitian ini

subjek memiliki peran ganda yaitu sebagai santri penghafal

Al-Qur’an 30 juz dan juga Mahasiswa.