bab i pendahuluan 1 -...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur perilaku adalah salah satu ilmu yang dipelajari dalam arsitektur. Arsitektur perilaku ini mempelajari tentang perilaku manusia dan hubungan dari perilaku tersebut ke dalam ruang yang akan didesain oleh seorang arsitek, sehingga ruang yang didesain bisa optimal bagi pengguna ruang tersebut. Salah satu teori yang dipelajari dalam arsitektur perilaku adalah antropometri dan ergonomi. Demi bisa menjadi arsitek yang bisa mendesain ruang yang optimal bagi pengguna ruang. Antropometri ini adalah teori yang mempelajari tentang desain sesuatu dengan berpatokan kepada ukuran tubuh manusia. Sedangkan ergonomi adalah fasilitas ruang untuk kenyamanan manusia, atau akibat dari antropometri tersebut. Sehingga antropometri dan ergonomi ini adalah ilmu yang penting untuk dipelajari bagi seorang arsitek untuk menciptakan ruang yang optimal. Dengan mempelajari ilmu ini seorang arsitek akan lebih mengetahui kebutuhan ruang seseorang berdasarkan tubuh mereka dan aktifitas mereka. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan-permasalahan yang ingin dipelajari dalam makalah ini adalah: Apa pengertian dari antropometri dan ergonomi? Apa hubungan antropometri dan ergonomi dalam ruang dalam arsitektur? Apa yang dimaksud dengan kenyamanan fisik dan kenyamanan psikis? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini dapat dilihat berdasarkan rumusan masalah yang ada: Untuk mengetahui pengertian dari antropometri dan ergonomi

Upload: lamnguyet

Post on 04-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur perilaku adalah salah satu ilmu yang dipelajari dalam

arsitektur. Arsitektur perilaku ini mempelajari tentang perilaku manusia

dan hubungan dari perilaku tersebut ke dalam ruang yang akan didesain

oleh seorang arsitek, sehingga ruang yang didesain bisa optimal bagi

pengguna ruang tersebut.

Salah satu teori yang dipelajari dalam arsitektur perilaku adalah

antropometri dan ergonomi. Demi bisa menjadi arsitek yang bisa

mendesain ruang yang optimal bagi pengguna ruang. Antropometri ini

adalah teori yang mempelajari tentang desain sesuatu dengan berpatokan

kepada ukuran tubuh manusia. Sedangkan ergonomi adalah fasilitas

ruang untuk kenyamanan manusia, atau akibat dari antropometri tersebut.

Sehingga antropometri dan ergonomi ini adalah ilmu yang penting

untuk dipelajari bagi seorang arsitek untuk menciptakan ruang yang

optimal. Dengan mempelajari ilmu ini seorang arsitek akan lebih

mengetahui kebutuhan ruang seseorang berdasarkan tubuh mereka dan

aktifitas mereka.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan-permasalahan yang ingin dipelajari dalam

makalah ini adalah:

Apa pengertian dari antropometri dan ergonomi?

Apa hubungan antropometri dan ergonomi dalam ruang dalam

arsitektur?

Apa yang dimaksud dengan kenyamanan fisik dan kenyamanan

psikis?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini dapat dilihat berdasarkan rumusan

masalah yang ada:

Untuk mengetahui pengertian dari antropometri dan ergonomi

2

Mengetahui hubungan antropometri dan egonomi dalam ruang dalam

arsitektur.

Mengetahui pengertian kenyamanan fisik dan kenyamanan psikis.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat dirasakan dalam penulisan makalah ini

adalah dapat mengetahui tentang ilmu antropometri dan ergonomi,

sehingga kita sebagai mahasiswa arsitektur dapat membuat desain yang

optimal. Dapat menggunakan ilmu tersebut ke dalam desain sehingga

didapatkan hasil yang sesuai dengan target yang diharapkan.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antropometri

Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah

istilah anthropometri yang berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan

“metron” yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dinyatakan sebagai

suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi

rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa, dan kekuatan tubuh.

Pengertian anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991)

adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh

manusia berupa ukuran, bentuk dan kekuatan, serta penerapan dari data tersebut

untuk penanganan masalah desain.

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Antropometri :

a. Umur

Dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan

berkembangnya umur sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20

tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.

b. Jenis Kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan

wanita, kecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti lingkaran dada dan

pinggul.

c. Suku/Ras

Setiap suku bangsa ataupun etnis akan memiliki karakteristik fisik yang akan

berbeda satu dengan lainnya.

d. Postur dan Posisi Tubuh

Ukuran tubuh akan berbeda dipengaruhi oleh posisi tubuh pada saat akan

melakukan aktivitas tertentu yaitu structural dan functional body dimensions.

Posisi standar tubuh pada saat melakukan gerakan-gerakan dinamis dimana

gerakan tersebut harus dijadikan dasar pertimbangan pada saat data antropometri

diimplementasikan.

e. Pakaian

Pakaian seperti model, jenis bahan, jumlah rangkapan, dan lain-lain yang melekat

di tubuh akan menambah dimensi ukuran tubuh manusia.

4

f. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan mewajibkan adanya persyaratan dalam menyeleksi

dimensi tubuh manusia seperti tinggi, berat badan, lingkar perut, dan lain-

lain. Seperti untuk buruh dermaga atau pelabuhan harus mempunyai postur

tubuh yang relatif besar dibandingkan dengan pegawai kantoran atau

mahasiswa.

g. Cacat Tubuh Secara Fisik

Cacat tubuh secara fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

variabilitas data antropometri. Seperti, orang normal dan orang yang

memiliki keterbatasan fisik tidak mempunyai lengan. Untuk dimensi tinggi

siku, tinggi pinggul, tinggi tulang ruas, tinggi ujung jari, dan lain-lain

sangatlah berbeda antara orang normal dengan orang yang memiliki

keterbatasan fisik. Sehingga, data antropometri yang digunakan dalam

merancang produk dan stasiun kerja untuk orang yang cacat tubuh secara

fisik berbeda dengan orang normal.

h. Faktor Kehamilan Wanita

Faktor kehamila pada wanita merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi variabilitas data antropometri yaitu terutama pada tebal

perut dan tebal dada. Sehingga, data antropometri yang digunakan dalam

merancang produk dan stasiun kerja untuk wanita hamil berbeda dengan

data antropometri wanita lainnya.

2.2 Pengertian Ergonomi

Ergonomi merupakan ilmu yang menitikberatkan pada pembahasan

mengenai manusia sebagai elemen utama dalam suatu sistem kerja. Banyak

definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar di bidangnya, antara

lain sebagai berikut:

a. International Ergonomics Association

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu ERGON (kerja) dan NOMOS

(hukum alam), jadi ergonomi dapat diartikan sebagai studi tentang aspek-

aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan untuk

5

mendapatkan suasana kerja yang sesuai dengan manusianya (Nurmianto,

2003).

b. Iftikar Z. Sutalaksana

Iftikar Z. Sutalaksana dalam bukunya yang berjudul “Teknik Tata Cara Kerja”

menuliskan bahwa ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan

keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang

dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan

yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman

(Sutalaksana, 1979).

c. OSHA (Occupational Safety and Health Act)

Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan

sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada

pekerja. (OSHA, 2000).

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat diintepretasikan bahwa pusat

dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran,

keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk

mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan

dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang

terlibat dengan pekerjaan tersebut.

Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang

sangat kompleks. Proses mempelajari manusia tidak cukup hanya ditinjau dari

segi keilmuan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa untuk

mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin, antara lain

psikologi, antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan

lain-lain (Sutalaksana, 1979).

Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factors”. Pembahasan tentang

ergonomi membutuhkan studi tentang sistem manusia, di mana manusia, fasilitas

kerja, dan lingkungan saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu

menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Penerapan ergonomi umumnya

meliputi aktivitas rancang bangun (design) maupun rancang ulang (re-design).

6

Hal ini dapat mencakup perangkat keras seperti perkakas kerja (tools), bangku

kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem

pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (acces ways), pintu

(doors), jendela (windows), dan lain-lain. Ergonomi dapat berperan pula sebagai

desain pekerjaan pada suatu organisasi, desain perangkat lunak, meningkatkan

faktor keselamatan dan kesehatan kerja, serta desain dan evaluasi produk

(Nurmianto, 2003).

Ilmu ergonomi pada dasarnya sangat penting dipelajari karena memberi

berbagai manfaat bagi manusia berkaitan dengan pekerjaannya. Terdapat beberapa

manfaat yang dapat diperoleh dari mempelajari ilmu ergonomi. Manfaat-manfaat

ilmu ergonomi yaitu sebagai berikut:

Meningkatkan unjuk kerja, seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan,

keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.

Mengurangi waktu, biaya pelatihan, dan pendidikan.

Mengopimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan

keterampilan yang diperlukan.

Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan

peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.

Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.

2.3 Antropometri Ergonomi dan Ruang Dalam Arsitektur

2.3.1 Jangkauan, Jarak Ruangan dan Kesesuaian

Pemilihan antropometrik yang tepat didasarkan pada sifat dari masalah

desain tertentu yang sedang dipertimbangkan. Sebagai contoh ada data yang

menunjukkan bahwa sebesar 5 persen populasi memiliki lengan pendek,

sementara 95 persen dari populasi, memiliki lengan panjang . Jika desain dibuat

untuk mengakomodir pengguna dengan lengan pendek , jelas itu akan berfungsi

dengan pengguna dengan jangkauan yang lebih panjang juga.

Dalam situasi lain itu mungkin diinginkan untuk memberikan desain yang

memiliki kemampuan penyesuaian. Sebagai contoh beberapa jenis kursi , rak yang

bisa disesuaikan , dan lain-lain. Batasan penyesuaian harus didasarkan pada

antropometri pengguna, keterbatasan fisik dan mekanis terlibat . Rentang ini harus

7

memungkinkan desain untuk mengakomodasi setidaknya 90 persen dari populasi

pengguna atau lebih yang terlibat. Perlu dicatat bahwa semua contoh di atas

terutama digunakan untuk penggambaran dasar logis yang mendasari pemilihan

dimensi tubuh dari pengguna yang terlibat untuk diakomodasi.

Antropometri dan Ergonomi merupakan pedoman dalam proses

perancangan pada industri berat maupun industri ringan, bahkan dalam proses

perancangan busana sekalipun. Dalam perancangan arsitektur dan interior,

antropometri dan ergonomic berperan penting dalam memberikan data-data dan

informasi, sebagai dasar pertimbangan atau acuan mengenai jangkauan, dan

interaksi, serta dinamika pergerakan dari variabilitas dan realibilitas ( berdasar

kelompok umur, jenis kelamin, kelompok kegiatan, kelompok pekerjaan, suku

bangsa, maupun cacat tubuh ) dimensi dan fungsi tubuh manusia terhadap dimensi

ruang ( perancangan area kerja/ruang dan bangunan ) beserta kelengkapan-

kelengkapan yang berada di dalamnya ( perancangan system dan alat-alat kerja ).

Tujuan utama dari penggunaan antropometri dan ergonomi adalah untuk

mengurangi tingkat kelelahan bekerja, sehingga diharapkan akan meningkatkan

perfomansi dan efektifitas kerja, serta meminimasi akan potensi terjadinya

kecelakaan dalam bekerja, dalam hal ini sebuah system kerja atau dimensi

kelengkapan kerja harus sesuai dengan variabilitas/realibilitas dimensi, fungsi,

dan kemampuan kontinuitas gerak tubuh manusia dalam rentang waktu tertentu.

Pada tubuh manusia terdapat dua jenis dimensi yang mempengaruhi proses

perancangan interior dan arsitektur, yang pertama adalah dimensi struktural atau

statis, dalam hal ini mencakup dimensi pada bagian-bagian tubuh pada posisi

diam atau statis, seperti posisi tubuh dalam keadaan diam, yang kedua adalah

dimensi dinamik, yaitu dimensi pada saat fungsi-fungsi tubuh bekerja, atau ketika

fungsi-fungsi tubuh bergerak dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, maka

dalam proses perancangan arsitektur dan interior akan terdapat suatu pendekatan

dimensional, yaitu proses penyesuaian antara dimensi-dimensi ruang dan

kelengkapannya dengan dimensi tubuh manusia dalam keadaan diam/statis

maupun dalam keadaan bergerak/dinamis.

Oleh sebab itu, dalam proses perancangan arsitektur dan interior, kaidah-

kaidah antropometri dan ergonomi sangat dibutuhkan sebagai salah satu aspek

8

dari pendekatan perancangan yang bertujuan menjamin keamanan, keselamatan,

dan kenyamanan interaksi dan kegiatan manusia tercapai dengan baik.

2.3.2 Ergonomi Dalam Bekerja

Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja. Penerapan

ergonomi antara lain dapat dilakukan pada posisi kerja, proses kerja, tata letak

tempat kerja, dan cara mengangkat beban (http://www.depkes.go.id/downloads/

Ergonomi.PDF, 2011).

a. Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak

terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan

posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan

tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

b. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu

bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran

anthropometri barat dan timur.

c. Tata Letak Tempat Kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan

simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada

kata-kata.

d. Mengangkat Beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yaitu, dengan kepala, bahu,

tangan, punggung, dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat

gerakan yang berlebihan.

9

2.4 Kenyamanan Fisik dan Psikis

Kenyamanan dalam arsitektur dapat dibagi menjadi menjadi 2, yaitu :

kenyamanan fisik dan kenyamanan psikis. Kenyamanan fisik ini adalah

kenyamanan yang bisa diukur secara kuantitatif. Contoh dari kenyamanan fisik ini

adalah dimensi ruang yang sesuai dengan proporsi tubuh seseorang, di mana

ruang tersebut tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.

Gambar ruang keluarga yang cukup nyaman

Sumber : www.desainrumahkamu.com

Untuk kenyaman psikis adalah kenyamanan kejiwaan, menyangkut rasa

aman, tenang, gembira, dan sebagainya. Kenyamanan ini tidak terukur secara

kuantitatif, dan biasanya bersfiat subyektif. Kenyamanan psikis pada setiap orang

berbeda-beda tergantung dari faktor diri sendiri setiap orang. Contoh :

Sebagai orang yang ber Iman. Pada tempat untuk beribadah dapat

memberikan rasa ketenangan tersendiri. Hal ini dikarenakan karena adanya rasa

yang tenang apabila kita melangkah kedalam tempat tersebut. Rasa tenang

tersebut bisa didapatkan dari bentuk arsitekturnya dan tujuan kita mengunjungi

tempat tersebut.

Gambar disamping

merupakan contoh ruang

keluarga yang nyaman.

Kenyamanan tersebut dapat

dilihat dari pemilihan warna

yang pas dan furniture yang

ergonomis.

10

BAB III

STUDI KASUS

Studi kasus yang diangkat kali ini adalah elemen yang ada pada sebuah

rumah tinggal. Rumah tinggal merupakan tempat yang paling sering kita tempati.

Oleh karena itu, penerapan ergonomi dan antropometri penting untuk diterapkan

karena akan berhubungan dengan kita setiap saat. Salah satu elemen pada rumah

tinggal adalah tangga. Tangga yang berfungsi sebagai media berpijak dari lantai

satu ke lantai 2 ini harus memiliki ukuran-ukuran yang sesuai dengan bentuk

tubuh manusia (Antopometri). Dengan panjang telapak kaki untuk orang Asia

yang rata-rata sekitar 25cm maka tinggi pijakan ideal adalah 17,5cm. proporsi

inilah yang dianggap paling ideal untuk tipologi postur masyarakat Indonesia pada

umumnya. Dengan proporsi ini pengguna tangga tidak merasa terlalu berat dari

sisi tenaga yang harus dikeluarkan dan cukup aman untuk menghindarkan cedera..

hal tersebut juga sesuai dengan standar internasional.

Gambar Anak Tangga yang Salah

Dari gambar di atas terlihat bahwa ukuran-ukuran pada anak tangga tidak

ergonomis. Tangga tersebut memiliki dimensi anak tangga yang terlalu sempit

untuk orang dewasa sehingga menimbulkan potensi terjadinya kecelakaan. Lebar

tangga yang sempit juga membuat tangga tersebut susah untuk dilewati oleh 2

orang pada saat berpapasan. Tidak ditemukan adanya bordes pada anak tangga

tersebut dikarenakan tinggi lantai yang tidak terlalu tinggi. Tinggi anak tangga

juga melebihi standar yang ada sehingga timbul rasa lelah setelah menaiki tangga

tersebut.

11

Studi kasus lainnya adalah pada cara duduk pada saat menggunakan

komputer. Untuk mengoperasikan komputer tentunya kita akan bekerja dengan

menggunakan media seperti meja dan kursi. Selain itu untuk menciptakan suasana

yang nyaman kita juga perlu mengatur tempat dimana kita bekerja. Dibawah ini

adalah tata cara duduk didepan komputer yang benar:

Pada gambar di atas. Gambar sebelah kiri merupakan posisi yang salah.

Posisi tersebut mengakibatkan ketidaknyamanan dan dapat menimbulkan sakit

pada pundak karena terlalu bungkuk. Oleh karena itu pada gambar di kanan telah

mendapatkan adanya tindakan sehingga dapat memberikan kenyamanan dan lebih

sehat. Terdapat penggantian jenis kursi sehingga membuat tulang punggung

menjadi tegak. Kemudian layar dari komputer disesuaikan agar lurus dengan mata

sehingga tidak membuat menoleh kebawah. Selain itu keadaan ruangan juga

dihindarkan dari sinar matahari pada komputer agar layar monitor bisa lebih jelas

dilihat mata.

Dengan adanya prinsip-prinsip ergonomi seperti diatas maka kita dapat

mengetahui bagaimana sebaiknya merancang desain agar desain tersebut enak

untuk dipergunakan dan memberikan dampak positif bagi kesahatan.

12

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari penjabaran makalah diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengertian dari Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang

berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia berupa ukuran, bentuk dan

kekuatan, serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

Sedangkan Ergonomi adalah sesuatu yang mempelajari tentang aspek-aspek

manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau dari anatomi manusia, fisiologi,

psikologi, engineering, manajemen dan desain untuk mendapatkan suasana kerja

yang nyaman.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan makalah ini adalah arstiektur

perilaku ini perlu dielajari dengan baik dan mendapat perhatian khusus untuk

mempelajari teori antropometri dan ergonomi. Karena dari teori ini kita sebagai

mahasiswa arsitektur akan mengerti tentang bagaimana membuat ruangan yang

optimal yang diperlukan oleh seseorang berdasarkan ukuran tubuh mereka.