bab i pendahuluanrepository.unpas.ac.id/39944/4/bab i.pdf · 2018. 10. 26. · 2 berdasarkan tabel...

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah mengalami dampak krisis ekonomi global yang disebabkan dari krisis ekonomi Amerika Serikat. Dampak dari krisis ekonomi itu sendiri yaitu semakin melemahnya nilai rupiah terhadap nilai kurs dollar. Sehingga mengakibatkan beberapa perusahaan di Indonesia mengalami financial distress (kesulitan keuangan) hal ini disebabkan oleh para investor yang enggan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Situasi perekonomian yang selalu berubah-ubah seperti ini telah mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar sehingga banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia (BEI), 5 tahun terakhir BEI telah banyak melakukan penghapusan pencatatan efek ( delisting) pada perusahaan yang mengalami kesulitan dalam keuangan. terdapat 19 perusahaan yang dinyatakan delisting dari berbagai sektor yaitu sebagai berikut : Tabel 1.1 Perusahaan yang Delisting di BEI tahun 2012 2017 Sektor Jumlah Perusahaan % Utama 2 8% Manufaktur 9 36% Keuangan 6 24% Jasa 8 32% Jumlah 25 100% Sumber : factbook BEI dan www.sahamok.com

Upload: others

Post on 12-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah mengalami dampak

krisis ekonomi global yang disebabkan dari krisis ekonomi Amerika Serikat.

Dampak dari krisis ekonomi itu sendiri yaitu semakin melemahnya nilai rupiah

terhadap nilai kurs dollar. Sehingga mengakibatkan beberapa perusahaan di

Indonesia mengalami financial distress (kesulitan keuangan) hal ini disebabkan

oleh para investor yang enggan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.

Situasi perekonomian yang selalu berubah-ubah seperti ini telah

mempengaruhi kegiatan dan kinerja perusahaan, baik perusahaan kecil maupun

perusahaan besar sehingga banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan.

Berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia (BEI), 5 tahun terakhir BEI telah

banyak melakukan penghapusan pencatatan efek (delisting) pada perusahaan yang

mengalami kesulitan dalam keuangan. terdapat 19 perusahaan yang dinyatakan

delisting dari berbagai sektor yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1

Perusahaan yang Delisting di BEI tahun 2012 – 2017

Sektor Jumlah Perusahaan %

Utama 2 8%

Manufaktur 9 36%

Keuangan 6 24%

Jasa 8 32%

Jumlah 25 100%

Sumber : factbook BEI dan www.sahamok.com

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

2

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang

mengalami delisting sektor keuangan sebesar 24% serta sektor utama dan jasa

yang masing-masing sebesar 8% dan 32% dan sektor tertinggi yaitu sebesar 36%

dialami oleh peusahaan yang bergerak didalam sector manufaktur. Hal ini

disebabkan perusahaan tidak mampu menilai dan memprediksi kondisi

perusahaanya. Prediksi ini penting bagi perusahaan khususnya bagi perusahaan

manufaktur guna menghindari kebangkrutan atau mengantisipasi lebih awal

kondisi perusahaan dari segi keuangan sebelum terjadinya kebangkrutan dengan

kata lain kondisi financial distress (kesulitan keuangan).

Perusahaan manufaktur terdiri dari berbagai sektor, salah satunya yaitu

sektor aneka industri. Kinerja industri manufaktur Indonesia saat ini sedang

menghadapi sejumlah masalah. Pada tahun 2012, industri manufaktur

memberikan konstribusi terhadap PDB sebesar 21,45% dan terus menurun hingga

mencapai 20,84% ditahun 2015 (kementrian Perindustrian: 2016). Selain itu data

dari BAPPENAS menyatakan bahwa kurs dolar Amerika Serikat menguat dari

2012 sampai 2015 sebesar Rp. 13.792 terhadap rupiah. Hal ini memberikan

dampak yang kurang baik khusunya bagi sektor aneka industri yaitu menyebabkan

biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan dari tahun ke tahun mengalami

pembengkakkan dikarenakan kebanyakan perusahaan industri yang membutuhkan

bahan baku yang didapat dari luar negri, sehingga membuat biaya impor menjadi

meningkat dan menyebabkan penurunan daya saing juga.

Pengaruh adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang berlaku pada

akhir tahun 2015 juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak sektor

aneka industri yang belum siap bersaing dengan berbagai industri lainya. Dilansir

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

3

dari Tempo.com Jakarta, 8 Januari 2015 menyebutkan bahwa siap atau tidak

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan tetap berlaku akhir tahun ini, namun

dalam menghadapinya pemerintah telah melakukan identifikasi terhadap beberapa

perusahaan yang rawan terkena dampak buruk dalam persaingan se-Asia

Tenggara ini. Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Bachrul

Chairi menyatakan hasil studi yang dilakukan Kementrian Perindustrian bahwa

sektor yang paling rentan terpengaruh oleh MEA yaitu daya saing di sektor

industri. Beberapa sektor itu menurut Bahcrul adalah industri tekstil, alas kaki,

elektronik, baja, kulit dan beberapa produk pertanian.

Alasan peneliti memilih Sektor Aneka Industri karena sebagai salah satu

sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri merupakan

salah satu penopang perekonomian nasional karena sektor ini memberikan

kontribusi yang cukup signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil

Kementrian Perindustrian yang telah dipaparkan diatas menambah alasan peneliti

yang menyebutkan bahwa industri tekstil, alas kaki, dan elektronik merupakan

tiga industri yang termasuk kedalam Sector Aneka Industri yang rentan

terpengaruh buruk adanya MEA dan masih kurangnya daya saing sektor aneka

industri dapat mengakibatkan kerugian yang ridak diinginkan perusahaan, produk-

produk industri tergeser oleh banyaknya produk luar yang masuk ke Indonesia

yang bisa saja membuat perusahaan-perusahaan industri mengalami kesulitan

dalam keuangannya atau yang lebih buruk sampai harus dikatakan bangkrut.

Adanya persaingan usaha menuntut perusahaan untuk mengembangkan

inovasi, memperbaiki kinerja dan memperhatikan kondisi keuangannya. Hal ini

dilakukan agar perusahaan terhindar dari kondisi financial distress dan terjadinya

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

4

kebangkrutan. Namun dalam dunia bisnis, persaingan yang semakin kompetitif

membuat beberapa perusahaan mengalami kerugian atau mengalami kesulitan

keuangan yang pada akhirnya membuat perusahaan tersebut tidak dapat

melanjutkan kegiatan usahanya atau sampai dikatakan mengalami kebangkrutan

apabila perusahaan tidak dapat memprediksi kondisi kesulitan keuangan (financial

distress) tersebut.

Menurut Stephen A. Ross, Randolph, Westerfield dan Jeffrey Jeff

(2010:917) financial distress is a situation where a firm’s operating cash flows

are not sufficient to satisfy current obligations (such as trade credits or interest

expenses) and the firm is forced to take corrective action. Artinya kesulitan

keuangan adalah suatu keadaan dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup

untuk memenuhi kewajibannya saat ini (seperti kredit perdagangan atau beban

bunga) dan perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan korektif.

Model prediksi kebangkrutan yang bermunculan merupakan antisipasi dan

sistem peringatan dini terhadap kondisi kesulitan keuangan, karena model tersebut

dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasi bahkan memperbaiki

kondisi sebelum sampai pada kondisi bangkrut. Model yang pertama kali

dikemukakan oleh Edward Altman atau yang lebih dikenal dengan Altman Z-

Score merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk memprediksi

kondisi kesulitan keuangan perusahaan. Model ini pada dasarnya hendak mencari

nilai “Z” yaitu nilai yang menunjukkan kondisi perusahaan, apakah dalam

keadaan sehat atau tidak dan menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus

merefleksikan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Z-score merupakan

rumus yang menjumlahkan nilai bobot tertentu dari beberapa rasio keuangan.

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

5

penilaian analisis Z-Score dikelompokan kedalam 3 kategori/wilayah yaitu

distress, grey area dan non-distress.

Perusahaan yang diprediksi mengalami financial distress yaitu perusahaan

yang termasuk kedalam kategori distress dan grey area hal ini dikarenakan

perusahaan yang termasuk kategori grey area (meragukan) merupakan perusahaan

yang mungkin saja bisa mengalami masalah kesulitan keuangan. Berdasarkan

model prediksi kesulitan keuangan (financial distress) menggunakan Model Z-

Socre pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri tahun 2012-2017 yaitu

berikut :

Sumber : ICMD 2013 dan 2017 (data diolah peneliti)

Gambar 1.1

Grafik Persentase Perusahaan yang Diprediksi Mengalami Financial Distress

Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Periode 2012-2017

Gambar 1.1 menunjukkan kondisi perusahaan yang diprediksi mengalami

kesulitan keuangan (finansial distress) pada perusahaan sektor aneka industri

periode 2012-2017 yang fluktuatif dengan kecenderungan meningkat. Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Distress 38% 44% 44% 51% 44% 62%

Grey Area 26% 23% 23% 26% 33% 10%

Non-Distress 36% 33% 33% 23% 23% 28%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Axi

s Ti

tle

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

6

2012 sampai 2015 perusahaan yang diprediksi mengalami kesulitan keuangan

terus meningkat yaitu dari 38% sampai sebesar 51%, kemudian menurun ditahun

berikutnya menjadi sebesar 44% tahun 2016 dan meningkat kembali ada tahun

2017 menjadi sebesar 62% sedangkan perusahaan yang berada di zona grey area

cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahunnya. Hal ini disebabkan oleh semakin

lemahnya ekonomi Indonesia yang tercermin dari kurs nilai dollar Amerika

terhadap rupiah yang semakin tinggi sehingga menyebabkan semakin

meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Kebangkrutan merupakan situasi yang paling tidak diinginkan oleh semua

pelaku bisnis karena hal ini berarti berakhirnya keberlangsungan hidup suatu

perusahaan. Tetapi pada kenyataannya masih banyak perusahaan industri yang

tidak mampu memprediksi kondisi keunagannya sehingga berujung pada

kebangkrutan. Maka dengan memprediksi kondisi keuangan diharapkan

perusahaan mampu mencegah terjadinya kebangkrutan lebih dini.

Financial distress dapat dialami oleh setiap perusahaan, karena faktor

penyebab kesulitan keuangan perusahaan yang dapat diklasifikasikan menjadi dua

bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Bhattacharyya, 2012:446).

Faktor internal yaitu proses produksi yang kurang modern(outdated), biaya bahan

baku yang tinggi, rendahnya produktivitas karyawan, kurangnya karyawan yang

memiliki keterampilan, pemborosan waktu dalam proses produksi, pergantian

tenaga kerja yang tinggi, lemahnya kualitas pemimpin, salah pemilihan

lokasi/tempat, perencanaan keuangan yang buruk, manajemen yang tidak efisien,

sktruktur kepemilikan yang buruk, manajemen persediaan yang buruk,

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

7

manajemen arus kas yang buruk, manajemen piutang yang buruk dan kinerja

keuangan yang buruk. Sedangkan factor eksternal yaitu terdiri dari

kekurangan/terbatasnya ketersediaan bahan baku, kekurangan kekuatan/daya

listrik, masalah transportasi, pemberlakuan control harga dari pemerintah,

kebijakan pajak dari pemerintah, fluktuasi nilai tukar, kebijakan ekspor dan impor,

ancaman dari perusahaan multinasional, bencana alam seperti banjir, gempa bumi,

tornado dsb, dan keresahaan politik.

Penelitian ini menggunakan faktor internal perusahaan yang dapat

mempengaruhi kondisi financial distress yaitu salah satu caranya dengan melihat

ukuran suatu perusahaan. Ukuran suatu perusahaan menggambarkan seberapa

besar total aset yang dimiliki perusahaan tersebut, apabila total aset suatu

perusahaan semakin besar maka perusahaan tersebut mencerminkan bahwa

perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding

perusahaan dengan total aset yang kecil, maka perusahaan akan mampu melunasi

kewajiban di masa depan, sehingga perusahaan dapat terhindar dari permasalahan

keuangan (Wiwin, 2016).

Dalam menganalisis ukuran perusahaan dalam penelitian ini digunakan

model logaritma natural dari total aset yang dapat memberikan gambaran tentang

baik atau buruknya keadaan keuangan perusahaan seperti kebangkrutan atau

financial distress. Berikut adalah table rata-rata komponen variable nilai ukuran

perusahaan sector aneka industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2010-2017:

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

8

Tabel 1.2

Ln Total Asset pada Perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di

BEI periode 2012-2017

Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

ADMG 15.57 15.72 15.57 15.63 15.45 12.83

ARGO 14.41 14.67 14.41 14.46 14.26 11.5

CNTX 12.62 12.83 12.85 - 17.28 -

ERTX 12.98 13.21 13.26 13.56 13.47 10.99

ESTI 13.56 13.69 13.67 13.63 13.41 17.94

HDTX 14.12 14.68 15.26 15.4 15.37 15.21

INDR 15.71 15.99 16.04 16.28 16.25 13.59

MYTX 13.9 14.56 14.53 14.48 14.3 15.06

PBRX 14.51 14.87 15.33 15.69 15.76 -

POLY 15.18 15.28 17.35 15.04 14.95 12.35

RICY 13.64 13.92 13.97 14 14.07 14.13

SRIL 15.27 15.54 15.98 16.26 16.36 13.99

SSTM 13.61 13.59 13.56 13.49 13.42 13.31

STAR 13.53 13.53 13.56 13.5 13.44 13.37

TFCO 15.13 15.28 15.26 15.35 15.28 12.71

TRIS 12.81 13.01 13.17 13.26 13.35 13.21

UNIT 12.85 13.04 13 13.04 12.98 12.96

BIMA 11.51 11.68 11.55 11.51 11.43 11.4

BATA 13.26 13.43 13.56 13.59 13.6 -

PTSN 13.7 13.75 13.61 13.74 13.7 11.12

IKBI 13.57 13.73 13.76 13.97 13.83 -

JECC 13.47 14.03 13.88 14.12 14.28 14.47

KBLI 13.97 14.11 14.11 14.25 14.44 14.92

KBLM 13.49 13.39 13.38 13.39 13.37 14.03

SCCO 14.21 14.38 14.32 14.39 14.71 15.21

VOKS 14.35 14.49 14.26 14.24 14.33 14.56

ASII 19.02 19.18 19.28 19.32 19.38 19.5

AUTO 16 16.35 16.48 16.48 16.5 16.51

BOLT - - - 13.73 13.75 13.99

BRAM 14.61 14.89 15.16 17.57 15.2 12.63

GDYR 14 14.12 14.26 14.37 14.23 11.73

GJTL 16.37 16.55 16.59 16.68 16.74 16.72

IMAS 16.68 16.92 16.97 17.03 17.06 17.26

Dilanjutan

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

9

Lanjutan Tabel 1.2

INDS 14.33 14.6 14.64 14.75 14.72 14.71

LPIN 12.06 12.19 12.13 - 13.08 -

MASA 15.61 15.86 15.87 15.99 15.92 13.4

NIPS 13.17 13.59 14 14.25 14.39 14.46

PRAS 13.27 13.59 14.07 14.24 14.28 14.25

SMSM 14.18 14.35 14.37 14.61 14.63 14.71

Rata-rata 14.22 14.44 14.55 14.74 14.69 14.08

Sumber : ICMD (data diolah peneliti)

Berdasarkan table 1.2 menunjukkan bahwa terdapat nilai Ln Total Asset

yang dihasilkan oleh perusahaan sector aneka industry untuk variable nilai ukuran

perusahaan, sehingga dapat diperoleh rata-rata nilai Ln Total Asset.

Berikut adalah grafik rata-rata ukuran perusahaan dengan menggunakan

Ln Total Asset per tahun pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017 :

Sumber : ICMD 2013 dan 2017 (data diolah peneliti)

Gambar 1.2

Grafik Rata-rata Ukuran Perusahaan per tahun Pada Perusahaan Sektor

Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-

2017

Gambar 1.2 menunjukkan rata-rata Ukuran Perusahaan per tahun pada

perusahaan sektor aneka industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2012-2017 berdasarkan grafik cenderung mengalami meningkat setiap

14.22

14.44 14.55

14.74 14.69

14.08

13.60

13.80

14.00

14.20

14.40

14.60

14.80

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rata-rata Ukuran Perusahaan

Ln TOTAL ASET

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

10

tahunnya. Tahun 2012 rata-rata ukuran perusahaan sebesar 14,22 kemudian

mengalami peningkatan tiga tahun berturut-turut yakni tahun 2013 sebesar 14,44

kemudian 2014 sebesar 14,55 dan 2015 sebesar 14,74 hal ini disebabkan oleh

semakin meningkatnya total aset yang dimiliki perusahaan sector aneka industri.

Perusahaan dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda bahwa

ukuran perusahaan tersebut semakin berkembang dan mengurangi kecenderungan

ke arah kebangkrutan. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar

menunjukan sinyal yang positif bagi kreditur sebab perusahaaan akan mudah

melakukan diversifikasi dan mampu melunasi kewajiban di masa depan, sehingga

perusahaan dapat menghindari terjadinya financial distress (Nora, 2016).

Sedangkan pada tahun 2016 dan 2017 mengalami penurunan yaitu menjadi 14,69

dan turun menjadi 14,08 hal ini disebabkan oleh menurunnya total aset yang

dimiliki perusahaan dan mengindikasikan bahwa perusahaan dalam keadaan yang

kurang baik sehingga kemungkinan mengalami kasulitan keuangan semakin besar.

Selain menggunakan indikator ukuran perusahaan dalam memprediksi

terjadinya kondisi financial distress, terdapat pula faktor lain yaitu good good

corporate governance yang ada di dalam perusahaan. Menurut Organisation for

Economic Cooperation and Development (OECD) good corporate governance

(GCG) merupakan sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan,

pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan

perusahaan. Corporte governance adalah suatu sistem yang mengatur hubungan

antara dewan komisaris, direksi, manajemen dan pemegang saham agar tercipta

keseimbangan dalam pengelolaan perusahaan. Oleh karena itu peran good

corporate governance tidak dapat diabaikan karena dapat membantu dalam

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

11

mengukur financial distress (Fatmawati 2017).

OJK selaku pengawas keuangan menyebutkan bahwa perkembangan GCG

di Indonesia masih jauh tertinggal di banding dengan negara-negara di kawasan

ASEAN, ketua dewan komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan, hanya

dua emiten dari Indonesia yang masuk dalam daftar 50 emiten terbaik dalam

praktik GCG di ASEAN dalam ajang penganugerahan ASEAN Corporate

Governance Award 2015. Maka dari itu penerapan GCG penting bagi perusahaan,

apabila penerapan GCG kurang baik maka kinerja keuangan perusahaan tidak

akan berkelanjutan,(CNN Jakarta, 20 September 2017). Disamping itu pemerintah

Indonesia memberikan dorongan yang sangat kuat terhadap penerapan Good

Corporate hal ini berawal dari dibentuknya Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG) melalui Surat Keputusan Menko. Bidang Perekonomian

Nomer: KEP/49/MENKON/11/2004. Perusahaan-perusahaan di Indonesia

khususnya yang akan melakukan penjualan sahamnya di pasar modal wajib untuk

menerapkan GCG, begitu pula bank-bank yang beroperasi di Indonesia yang

berlandaskan sifat yaitu transparan, akuntabilitas, responsibilitas, Independen, dan

keadilan. Perusahaan yang berhasil menerapkan GCG akan mampu meningkatkan

kepercayaan investor, begitupun sebaliknya.

Terdapat beberapa kasus masih kurangnya perusahaan menerapkan praktik

good corporate governance hingga berujung pada kebangkrutan dan delisting dari

BEI, salah satunya yang dilansir oleh detik finance, Jakarta 20 januari 2015 yang

menyatakan bahwa PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) salah satu perusahaan yang

bergerak di sector industri ini resmi tidak lagi tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Saham Davo „ditendang‟ karena perusahaan berkali-kali melanggar aturan bursa.

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

12

Pertama BEI memberikan sanksi denda berkali-kali kepada Davomas karena

perusahaan telat memberikan laporak keuangannya selama 3 tahun berturut-turut

terhitung 2012-2014 hal ini mengindikasikan lemahnya transparansi dan

akuntabilitas perusahaan namun perusahaan tetap bandel. Kedua pada tahun 2012

perusahaan tidak membayar denda bahkan pada waktu itu BEI kesulitan mencari

alamat dan menghubungi DAVO untuk dimintai keterangan soal keberlangsungan

perusahaan. Kemudian ketiga para pemegang saham mayoritas perusahaan

mencium ada yang tidak beres ditubuh perusahaa dan meminta manajemen

menggelar RUPS dengan tujuan mengganti jajaran direksi. Masalahnya adalah

pemegang saham perusahaan melihat bahwa nilai investasi mereka merosot sejak

perusahaan gagal bayar atas obligasi senilai US$ 238 juta tahun 2009, ditambah

dengan laporan keuangan Davomas tahun 2013 pun dinilai tidak wajar oleh BEI.

Melihat contoh kasus tersebut, dapat ditarik pertanyaan tentang efektifitas

penerapan good corporate governance dalam melihat kinerja suatu perusahaan

dari hubungan perusahaan atau manajemen dengan pemegang sahamnya. Selain

itu dengan Good corporate governance yang baik dapat mengurangi konflik

keagenan yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan. Konflik keagenan

menggambarkan hubungan kerja sama antara pihak principal (pemilik

perusahaan) dengan pihak agen (manajemen). Asimetri informasi terjadi ketika

manajer sebagai pihak internal memiliki informasi yang lebih banyak

dibandingkan stakeholders sebagai pihak eksternal (Puji Astuti, 2015). Good

corporate governance juga telah menjadikan topik utama di seluruh dunia

didalam lingkungan bisnis perusahaan. Konsep good corporate governance juga

telah sejak lama diperkenalkan di negera-negara maju yakni dengan adanya

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

13

konsep pemisahan kepentingan antara pemilik perusahaan dengan pihak

manajemen perusahaan, dalam hal ini sering dikenal dengan agency theory. Maka

Good corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan struktur

kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan

konstirusional (Triwahyuningtias, 2012)

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan perusahaan oleh

manejemen (direksi), semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajemen maka

semakin besar pula tanggung jawab manajemen tersebut dalam mengelola

perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan

akan menimbulkan peningkatan efektivitas monitoring perusahaan karena

kepemilikan yang terdiri atas kepemilikan oleh direksi dan komisaris akan

memberi insentif untuk melakukan yang terbaik dan memaksimalkan nilai

perusahaan. Mekanisme insentif melalui kepemilikan langsung saham dan kontrak

kompensasi oleh manajemen mampu menurunkan konflik keagenan antara

manajer dan pemegang saham perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan

perusahaan mengalami financial distress (Triwahyuningtias, 2012).

Pengukuran kepemilikan manajerial dalam menganalisis kondisi financial

distress dapat dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kepemilikan saham

oleh manajemen dengan jumlah seluruh saham yang diterbitkan oleh perusahaan

dengan kata lain jumlah daham yang beredar. Berikut adalah table variable nilai

corporate governance yaitu jumlah Kepemilikan Manajerial Sektor Aneka

Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017:

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

14

Tabel 1.3

Jumlah Kepemilikan Manajerial Sektor Aneka Industri yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017

Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

ADMG - - - - - -

ARGO 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

ASII 0.0004 0.0004 0.0003 0.0004 0.0004 0.0004

AUTO - 0.8 0.8 0.8 0.8 -

BATA - - - - - -

BIMA 0.89 - - 1.66 0.02 -

BOLT

- - -

BRAM - - - - - -

CNTX - - - - - -

ERTX - - - - - -

ESTI - - - - 0.24 0.24

GDYR 8.5 8.5 8.5 8.5 8.5 -

GJTL 0.001 0.001 0.001 0.009 0.011 0.011

HDTX - 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03

IKBI 0 0 - - - -

IMAS - - - - - -

INDR - - - - - -

INDS 0 0 0 0 0 -

JECC - - - - - -

KBLI - - - - - -

KBLM 0.15 - - - 0.09 0.09

LPIN - - - - - -

MASA - - 0.15 0.15 0.15 0.19

MYTX - - - - - -

NIPS 0.24 0.12 0.06 0.06 0.09 -

PBRX - 0.09 - - 0.05 -

POLY 0.13 0.13 0.14 0.14 0.14 -

PRAS 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05

PTSN 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7

RICY - - - - - 0.05

SCCO - - - - - -

SMSM - - - - 0.32 0.08

SRIL

0 0 0 0 0

SSTM 0.08 0.08 0.08 0.08 0.37 0.37

STAR - - - 0.07 - -

TFCO - 0 0 0 0 0.23

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

15

TRIS - - - - 0.01 0.01

UNIT - - - - - -

VOKS - - - 0.2 - -

Rata-rata 29% 28% 28% 32% 30% 5%

Sumber : Laporan Keuangan BEI tahun 2012-2017(data diolah peneliti)

Berdasarkan table 1.3 menunjukkan bahwa terdapat hasil dari variable

nilai corporate governance yaitu kepemilikan manajerial sehingga dapat diperoleh

rata-rata nilai kepemilikan manajerial, yang dapat dilihat pada grafik rata-rata nilai

kepemilikan manajerial.

Berikut adalah grafik rata-rata kepemilikan manajerial per tahun pada

perusahaan Sektor Aneka Industri periode 2012-2017 dalam bentuk persentase

(%):

Sumber: www.idx.co.id dan www.sahamoke.com (data diolah peneliti)

Gambar 1.3

Rata-rata Kepemilikan Manajerial per tahun pada perusahaan Sektor

Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-

2017

Gambar 1.3 menunjukkan rata-rata kepemilikan manajerial per tahun pada

perusahaan sektor aneka industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2012-2017 berdasarkan grafik mengalami fluktuatif dan cenderung

29% 28% 28%

32% 30%

5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2012 2013 2014 2015 2016 2017

RATA-RATA KEPEMILIKAN MANAJERIAL (%)

KEPEMILIKANMANAJERIAL

Lanjutan Tabel 1.3

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

16

menurun setiap tahunnya. Tahun 2012 berada pada 29% kemudian mengalami

penurunan menjadi 28% pada dua tahun berikutnya yaitu tahun 2013 dan tahun

2014. Sementara pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 32% kemudian

kembali menurun menjadi 30% pada tahun 2016 dan tahun 2017 menjadi sebesar

5%. Penurunan kepemilikan ini disebabkan oleh semakin berkurangnya

kepemilikan saham oleh manajemen dibandingkan dengan seluruh jumlah saham

yang beredar yang dimiliki oleh perusahaan sehingga, kurangnya kepemilikan

oleh manajemen menjadi berkurangnya tanggungjawab manajemen terhadap

perusahaan dapat memicu timbulnya resiko yang dapat membuat perusahaan

mengalami kesulitan keuangan (financial distress) (Irawati, 2016). Sedangkan

kenaikan kepemilikan terjadi disebabkan meningkatnya kepemilikan saham oleh

manajemen dibandingkan dengan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan

sehingga, meningkatnya tanggungjawab menajer dalam mengelola perusahaan hal

tersebut mengakibatkan rendahnya resiko mengalami kesulitan keuangan

(financial distress).

Struktur kepemilikan selain kepemilikan manajerial untuk memprediksi

financial distress, yaitu kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional

merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi seperti

perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasidan kepemilikan institusi lain.

Kepemilikan tersebut akan mengurangi terjadinya masalah keagenan karena

pemegang saham institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang

lebih optimal terhadap kinerja perusahaan (Triwahyuningtias,2012).

Dalam menganalisis kondisi perusahaan pengukuran kepemilikan

institusional dapat dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kepemilikan

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

17

saham oleh instirusi atau perusahaan dengan jumlah seluruh saham yang

diterbitkan oleh perusahaan dengan kata lain jumlah daham yang beredar. Berikut

adalah table variable nilai corporate governance yaitu kepemilikan instirusional

pada sector aneka industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2017:

Tabel 1.4

Jumlah Kepemilikan Institusioal pada Perusahaan Sektor Aneka

Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017

Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

ADMG 0.8 0.75 0.75 0.85 0.85 0.85

ARGO 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55

ASII 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

AUTO - - - - 0.8 0.8

BATA 0.88 0.87 0.87 0.87 0.87 0.87

BIMA 0.89 - - - 0.93 0.92

BOLT

0.58 0.58 -

BRAM 0.66 0.67 0.67 0.67 - -

CNTX 2.59 2.59 2.59 - 0.13 -

ERTX 0.86 0.87 - 0.92 7.63 0.95

ESTI 0.71 0.71 0.71 0.71 0.62 0.63

GDYR 0.09 0.09 0.09 0.92 0.71 9.21

GJTL 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6

HDTX 0.9 0.9 0.98 0.91 0.91 0.91

IKBI 0.93 0.93 - - - -

IMAS 0.7 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9

INDR 0.59 0.59 0.59 0.59 0.58 0.54

INDS 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 -

JECC 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9

KBLI 0.74 0.74 0.74 0.74 0.74 0.55

KBLM 0.75 - - - 0.82 0.82

LPIN 0.39 0.39 0.44 0.49 0.49 -

MASA 0.48 0.48 0.44 0.44 0.41 0.63

MYTX - 0.8 0.8 0.8 0.8 -

NIPS 0.37 0.37 0.63 0.63 0.66 0.5

PBRX 0.51 0.52 0.46 0.52 0.48 -

POLY 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96 0.89

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

18

PRAS 0.45 0.54 0.54 0.54 0.54 0.54

PTSN 0.22 - - - - -

RICY 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.54

SCCO 0.67 0.67 0.67 0.72 0.71 0.71

SMSM 0.58 0.58 0.58 0.58 2.33 0.58

SRIL - 0.56 0.56 0.56 0.64 0.6

SSTM 0.7 0.7 0.7 0.7 0.41 0.41

STAR 0.65 0.63 0.54 0.48 0.48 0.41

TFCO 1 0.99 0.99 0.99 0.99 0.67

TRIS 0.7 0.7 0.67 0.67 0.67 0.67

UNIT 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.29

VOKS 0.49 0.53 0.53 0.33 0.63 0.64

Rata-rata 67% 64% 60% 58% 84% 73%

Sumber : Laporan Keuangan BEI tahun 2012-2017(data diolah peneliti)

Berdasarkan table 1.2 menunjukkan bahwa terdapat hasil variable nilai

corporate governance yaitu kepemilikan institusional sehingga dapat diperoleh

rata-rata nilai kepemilikan institusional, yang dapat dilihat pada grafik rata-rata

kepemilikan institusional.

Berikut adalah grafik rata-rata kepemilikan institusional per tahun pada

perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2017 dalam bentuk persentase (%):

Sumber: www.idx.co.id dan www.sahamoke.com (data diolah peneliti)

Gambar 1.4

Rata-rata Kepemilikan Institusional per tahun pada perusahaan Sektor

Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017

Lanjutan Tabel 1.4

67% 64% 60% 58% 84% 73%

0%

50%

100%

2012 2013 2014 2015 2016 2017

RATA-RATA KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL (%)

KEPEMILIKANINSTITUSIONAL

Page 19: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

19

Gambar 1.4 merupakan grafik yang menunjukkan rata-rata kepemilikan

institusional per tahun pada perusahaan sektor aneka industry yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017 yang mengalami fluktuatif dan

cenderung menurun. Pada tahun 2012 rata-rata kepemilikan institusional berada

pada angka 67% dan mengalami penurunan menjadi 64% pada tahun berikutnya

yaitu tahun 2013. Kemudian pada tahun 2014 dan 2015 kembali menurun menjadi

60% dan 58% hal ini disebabkan semakin berkurangnya kepemilikan saham

perusahaan oleh institusi dibandingkan dengan keseluruhan saham yang dimiliki

perusahaan sehingga, menunjukkan bahwa masih kurang efisien pemanfaatan

aktiva perusahaan, selain itu penurunan kepemilikan ini mengindikasikan

kemampuan monitoring atau pengawasan perusahaan yang semakin kurang yang

pada akhirnya akan mampu mendorong semakin besarnyanya potensi kesulitan

keuangan yang mungkin terjadi dalam perusahaan (I Gusti, 2015). Sementara

tahun 2016 meningkat menjadi 84% kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya

jumlah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi dibandingkan dengan

jumalah saham yang dimiliki perusahaan hal ini mengindikasikan bahwa

pengawasan perusahaan semakin baik dan resiko perusahaan mengalami financial

distress semakin kecil. Kemudian pada tahun 2017 kembali mengalami penurunan

menjadi sebesar 73%.

Penelitian mengenai financial distress sudah banyak dilakukan oleh

peneliti dari tahun ke tahun dengan hasil yang sangat beragam. Penelitian yang

berkaitan dengan ukuran perusahaan yaitu pernah dilakukan oleh Robert (2017)

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap terjadinya

financial distress, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan leh Puji

Astuti (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpegaruh positif

Page 20: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

20

terhadap financial distress. Hal ini menunjukkan Perusahaan yang memiliki asset

besar menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajiban yang telah

jatuh tempo,dengan demikian perusahaan yang memiliki asset yang lebih besar

lebih kecil mengalami kondisi financial distress karena memiliki asset yang cukup

melimpah dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Sedangkan penelitian

lain menunjukkan hal yang berbeda yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wiwin

(2016) menyatakan bahwa secara parsial variabel ukuran perusahaan berpengaruh

tidak signifikan terhadap financial distress, penelitian ini sejalan dengan I Gusti

(2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh pada

kesulitan keuangan.

Penelitian yang berkaitan dengan good corporate governance antara lain

pernah diakukan oleh Sipatuhar (2014) yang meneliti hubungan antara struktur

kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional) dalam

kondisi financial distress dengan menemukan hasil bahwa kepemilikan manajerial

dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya

financial distress. I Gusti Agung Ayu, Prita Ginantia dan Ni Ketut Leli Aryani

Merkusiwati 2015 dalam penelitiannya menemukan bahwa kepemilikan

konstitusional berpengaruh terhadap financial distress, sedangkan kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap terjadinya kodisi financial distress.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Rosmita dkk (2016), yang menemukan

hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap financial

distress, sementara kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap terjadinya

kondisi financial distress..

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Good

Page 21: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

21

Corporate Governance terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress (Studi

empiris pada Perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2012-2017)”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan-

permasalahan yang akan diteliti untuk memudahkan dalam proses penelitian

selanjutnya dan memudahkan memahami hasil penelitian. Rumusan masalah

menggambaran permasalahan yang tercakup dalam penelitian.

1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, terdapat

beberapa fenomena yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini,

diantaranya:

1. Daftar perusahaan yang mengalami delisting terus meningkat berdasarkan data

dari BEI periode 2012-2017 dengan jumlah terbanyak yaitu perusahaan yang

berada pada sektor manufaktur.

2. Prediksi financial distress pada perusahaan sektor aneka industri periode

2012-2017 yang diprediksi dengan model Altman Z-Score mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2012 sampai 2015,

kemudian pada tahun 2017.

3. Kondisi rata-rata ukuran perusahaan mengalami penurunan pada tahun dua

tahun terakhir yaitu tahun 2016 dan 2017.

4. Kondisi rata-rata Good corporate governance yaitu Kepemilikan manajerial

mengalami penurunan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2012-2013

Page 22: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

22

kemudian pada tahun 2016-2017 sedangkan kenaikan terjadi pada tahun 2015.

5. Kondisi Good corporate governance yaitu Kepemilikan Institusional juga

mengalami penurunan berturut-turut yaitu pada tahun 2012-2015, kemudian

pada tahun 2017 dan terjadi kenaikan pada tahun 2016.

1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah diatas maka

disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi ukuran perusahaan, good corporate governance dan

financial distress pada perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

2. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan dan good corporate governance

secara simultan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan sector

aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

3. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan terhadap kondisi financial

distress pada perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2012-2017.

4. Seberapa besar pengaruh good corporate governance yaitu kepemilikan

manajerial terhadap kondisi financial distress pada perusahaan sektor aneka

industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

5. Seberapa besar pengaruh good corporate governance yaitu kepemilikan

institusional terhadap kondisi financial distress pada perusahaan sektor

aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017

Page 23: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

23

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Kondisi Financial Distress, Ukuran Perusahaan, dan Good Corporate

Governance pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2012-2017.

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Good Corporate Governance secara

simultan terhadap terjadinya kondisi Financial Distress pada perusahaan

Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-

2017.

3. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kondisi Financial Distress pada

perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2017.

4. Pengaruh good corporate governance yaitu kepemilikan manajerial terhadap

kondisi Financial Distress pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

5. Pengaruh good corporate governance yaitu kepemilikan institusional

terhadap kondisi Financial Distress pada perusahaan Sektor Aneka Industri

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan, tidak hanya di dapatkan oleh penulis

tetapi juga diharapkan dapat berguna bagi akademis, perusahaan manajemen,

investor maupun bagi pihak lainnya. Kegunaan penelitian ini, diantaranya:

Page 24: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

24

1. Bagi Penulis

a. Mengetahui Financial Distress, Ukuran Perusahaan, serta Corporate

Governance pada perusahaan manufaktur Sektor Aneka Industri yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

b. Mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan secara simultan maupun

parsial terhadap terjadinya kondisi Financial Distress pada perusahaan

manufaktur Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2017.

c. Mengetahui pengaruh Corporate Governance secara simultan maupun

parsial terhadap terjadinya kondisi Financial Distress pada perusahaan

manufaktur Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2017.

2. Bagi Akademisi

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi dan bisnis, khususnya pada

bidang ilmu manajemen keuangan. Hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Ukuran Perusahaan, Good

corporate governance, dan Financial Distress.

b. Memberikan konstribusi pada pengembangan teori manajemen keuangan

terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

integritas laporan keuangan.

3. Bagi Pihak Perusahaan/Manajemen

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

Page 25: BAB I PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/39944/4/BAB I.pdf · 2018. 10. 26. · 2 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami delisting sektor keuangan

25

pengambilan keputusan manajemen keuangan.

b. Mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan Ukuran perusahaan,

Good corporate governance, serta kondisi pada saat terjaidnya Financial

Distress.

4. Bagi Calon Investor

a. Penelitina ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang laporan

keuangan tahunan serta kondisi manajemen keuangan perusahaan

sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan

investasi.

5. Bagi Peneliti selanjutnya

a. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

referensi untuk memungkinkan peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian mengenai topik-topik yang berkaitan dengan penelitian ini,

baik yang bersifat melanjutkan atau melengkapi.