bab i pendahuluanrepository.uph.edu/6194/3/chapter1.pdf · 1.1 latar belakang masalah indonesia...

9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung tinggi hak dan martabat diri mereka masing-masing. Namun pada kenyataannya semua hal tersebut belum sejalan dengan pemenuhan hak asasi manusia (HAM) pada kaum perempuan (Erdianto, 2016). Menurut Estu Fanani (2016), seorang peneliti dari CEDAW (The Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Against Women) Working Group, saat ini tindakan diskriminatif terhadap kaum perempuan masih banyak terjadi. Diskriminasi tersebut banyak terjadi di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sipil. Salah satu contoh nyatanya dalam kehidupan bermasyarakat bisa dilihat pada kuota keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan pemerintah. Saat ini kuota keterwakilan perempuan di lembaga legislatif belum mencapai 30 persen sebegaimana yang sudah ditentukan dalam UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewa Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 1

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara

Indonesia dituntut untuk menjunjung tinggi hak dan martabat diri mereka

masing-masing. Namun pada kenyataannya semua hal tersebut belum sejalan

dengan pemenuhan hak asasi manusia (HAM) pada kaum perempuan

(Erdianto, 2016). Menurut Estu Fanani (2016), seorang peneliti dari CEDAW

(The Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Against

Women) Working Group, saat ini tindakan diskriminatif terhadap kaum

perempuan masih banyak terjadi. Diskriminasi tersebut banyak terjadi di

bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sipil. Salah satu contoh nyatanya

dalam kehidupan bermasyarakat bisa dilihat pada kuota keterwakilan

perempuan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan

pemerintah. Saat ini kuota keterwakilan perempuan di lembaga legislatif

belum mencapai 30 persen sebegaimana yang sudah ditentukan dalam UU

Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Anggota Dewa Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

!1

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

Diskriminasi yang terjadi ditatanan kehidupan masyarakat hanya salah

satu dari banyak contoh yang diambil pada lingkup kehidupan masyarakat.

Tentu saja kasus-kasus lain di ruang lingkup kehidupan yang lebih kecil dan

lebih besar masih banyak. Dari berbagai ruang lingkup kehidupan, yang

membuat Penulis cemas dan cukup menarik perhatian Penulis adalah ruang

lingkup kehidupan usia dini. Perbuatan diskriminasi gender pada usia dini

memiliki dampak yang cukup fatal dan sangat memprihatinkan karena

perbuatan diskriminasi di usia dini berarti mengajarkan kepada generasi-

generasi muda bahwa perempuan selalu ditempatkan pada posisi kedua

setelah pria di dunia ini. Padahal awal mulanya perempuan diciptakan bukan

di bawah atau di atas pria, tetapi sama kodratnya dengan pria. Salah satu kasus

diskriminasi gender wanita yang terjadi di usia dini bisa dilihat pada salah satu

berita mengenai seorang anggota DPRD Jambi yang bernama Bambang Bayu

Suseno yang mengusulkan agar diadakan tes keperawanan bagi setiap calon

siswi ketika hendak masuk SLTP/SLTA/Perguruan Tinggi. Walaupun hanya

sekedar usul dan wacana, namun ada beberapa hal yang sungguh

diprihatinkan pada usul yang disampaikan oleh anggota DPRD tersebut

karena jika sampai usul tersebut diterima dan dilaksanakan, bagaimana

dengan nasib para siswi yang tidak lulus tes sehingga tidak bisa melanjutkan

melanjutkan jenjang SLTP, SMA, dan Perguruan Tinggi dan berakhir hanya

!2

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

sebagai pengangguran dan berujung pada prostitusi sedangkan anak laki-laki

baik yang masih perjaka maupun tidak, tetap bisa melanjutkan pendidikannya

sampai tahap akhir dan meniti karirnya hingga sukses. Inilah salah satu contoh

kasus ketidaksetaraan gender yang terjadi di usia dini.

Penghambatan pada kesetaraan gender atau diskriminasi gender tidak

membawa keuntungan apapun bagi semua orang termasuk negara, perbuatan

tersebut hanya membawa kerugian yang mempengaruhi beberapa aspek, yakni

pertumbuhan ekonomi yang terhambat, politik negara yang tidak stabil, dan

transformasi sosial yang tidak berkembang. Menurut Kofi Annan (2004),

sekretaris jenderal UN yang ke-7, tidak ada cara yang lebih efektif untuk

berkembang selain melakukan pemberdayaan wanita. Pemberdayaan wanita

sendiri merupakan terjemahan kata dari bahasa inggris, yaitu women

empowerment. Kata women empowerment tidak memiliki definisi yang pasti,

namun sering dikaitkan dengan kasus kesetaraan gender. Menurut World Bank

(2001), kata empowerment didefinisikan sebagai sebuah proses di mana

terjadi peningkatan kapasitas baik pada perorangan maupun kelompok untuk

membuat sebuah keputusan dan melakukan keputusan tersebut dalam

kehidupan nyata. Susi Pudjiastuti, seorang Menteri Kelautan dan Perikanan

Indonesia pernah memanfaatkan moment hari Kartini untuk berpesan dan

!3

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

mengingatkan kepada seluruh wanita Indonesia untuk tetap memperjuangkan

kesetaraan gender dan bersama – sama membangun negara.

! Gambar 1.1 Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat mengenakan kebaya dalam

rangkaian peringatan Hari Kartini. Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/ (diakses pada tanggal 15 September 2018)

Terinspriasi dari pesan yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan

Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti, Penulis memutuskan untuk membuat

motion comic yang ditujukan bagi generasi-generasi muda sebagai bentuk

respon kepedulian Penulis pada kejadian yang telah di bahas pada paragraf

kedua mengenai kasus diskriminasi pada wanita yang terjadi di usia dini.

Tujuan dibuatnya motion comic ini adalah untuk menanamkan dan

mengajarkan sikap kritis mengenai pentingnya peranan wanita sejak usia

muda sehingga mencegah terjdinya perbuatan diskriminasi di masa

mendatang. Motion comic ini akan diadaptasi dari sebuah iklan komersial dari

Thailand berjudul “Taxi“. Film yang dirilis pada tahun 2015 ini, ditujukan

!4

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

untuk film keluarga dan memiliki makna yang mendalam dan bagus untuk

diterapkan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Film ini berpesan bahwa

wanita juga memiliki peranan sosial yang penting dalam kehidupan di

masyarakat dan wanita mampu melakukan hal apapun, sekalipun hal tersebut

adalah pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pria.

Film “Taxi“ ini diproduksi oleh Teo Brunett Group Thailand untuk

swalayan Tesco Lotus dan dibuat dalam rangka untuk memperingati hari Ibu

di Thailand. Walaupun film ini hanya diperuntukan untuk iklan komersial,

namun film ini banyak menjadi sorotan berita-berita internasional karena

maknanya yang mendalam.

! Gambar 1.2 Salah satu adegan dari film “Taxi”.

Sumber: http://www.leoburnett.co.th/a (diakses pada tanggal 15 September 2018)

Seperti yang sudah dibahas pada paragraf sebelumnya bahwa film

“Taxi” memliki pesan moral yang baik dan penting. Maka dari itu, film ini

layak disebarkan ke banyak orang. Menurut teori cognivitive development

!5

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

yang ditemukan oleh seorang psikolog bernama Jean Piaget (1966) beliau

berkata bahwa anak-anak usia muda (7-12 tahun) sedang dalam tahap

menyerap dan mempelajari hal - hal dari hal konkret disekitar mereka, seperti

nilai moral, filosofi, etika, sosial, dan masalah politik yang membutuhkan

alasan teoritis dan abtrak. Melalui teori ini, Penulis memutuskan untuk

memilih usia dini sebagai target audience yang utama. Tujuannya adalah

untuk menumbuhkan sikap kritis mengenai pentingnya peranan wanita sejak

usia muda sehingga hal-hal yang bersangkutan dengan diskriminasi terhadap

wanita diharapkan tidak terjadi lagi di masa yang akan mendatang. Penulis

akan berpegang pada teori cognitive development yang ditemukan oleh Jean

Piaget dan mengaplikasikannya ke media baru, yaitu motion comic.

Motion comic adalah sebuah bentuk media digital hiburan baru yang

merupakan penggabungan antara buku komik dan animasi. Komik sendiri

memiliki pengertian sebagai bentuk bacaan yang dapat menghibur dari

kalangan anak kecil sampai dengan remaja. Komik sebagai paduan visual dan

teks sangat digemari oleh generasi muda. Sones (1944) mendeskripsikan

sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paul Witty bahwa beberapa anak muda

dari berbagai jenjang pendidikan ternyata masih suka membaca komik.

Mereka suka membaca komik karena mudah dibaca dan mempunyai cerita

yang menarik. Bahasa komik yang mudah untuk dibaca dan dimengerti tentu

!6

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

merupakan sebuah nilai unggul bagi tingkat kefektifan suatu proses

komunikasi dalam pembelajaran. Di samping keunggulan yang ditawarkan

oleh komik, animasi juga memiliki keunggulan yang sama dengan komik,

tampilan visualnya bersifat imajinatif dan memiliki warna yang beragam

sehingga banyak diminati oleh usia-usia muda.. Selain itu film animasi juga

banyak mengajarkan nilai-nilai kehidupan dengan cara yang sederhana yang

sebenernya terlihat kecil namun sebenarnya sangat berpengaruh bagi

kehidupan sehari-hari.

Melihat keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh kedua media

tersebut, Penulis yakin bahwa mengadaptasi film “Taxi” ke dalam bentuk

motion comic yang merupakan penggabungan dari media komik dan animasi

adalah hal yang tepat agar dapat dinikmati oleh banyak generasi-generasi

muda.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang permasalahan tersebut, Penulis tertarik untuk

merancang visualisasi motion comic yang diadaptasi dari film “Taxi”.

1. Diskriminasi pada wanita sudah sangat lumrah dan menjadi satu

dengan kehidupan kita sehari-hari. Diskriminasi dapat terjadi di

berbagai tatanan ruang lingkup kehidupan.

!7

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

2. Melihat pesan moral yang mendalam pada film ini, sudah selayaknya

film ini ditonton oleh banyak orang supaya orang tahu dan sadar akan

pesan yang terkandung di dalamnya.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi alasan Penulis ingin mengadaptasi motion comic

“Mother” menjadi motion comic?

1.4 Batasan Masalah

Penulis akan membuat sebuah motion comic yang bisa diakses melalui

media digital, seperti komputer, tablet, handphone, dan sejenisnya dengan

tema kesetaraan gender yang diadaptasi dari film pendek "Taxi” dan

mengandung pesan moral mengenai pentingnya peranan wanita di dunia serta

ditujukan bagi generasi-generasi muda.

1.5 Tujuan

Pembuatan motion comic yang diadaptasi dari film pendek “Taxi”

yang ditujukan bagi generas-generasi muda dengan tujuan untuk

menumbuhkan sikap kritis mengenai pentingnya peranan wanita sejak usia

!8

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uph.edu/6194/3/CHAPTER1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 dan setiap warga negara Indonesia dituntut untuk menjunjung

muda. Sehingga hal-hal yang bersangkutan dengan ketidaksetaraan gender

diharapkan tidak terjadi lagi di masa yang akan mendatang.

1.6 Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari perancangan motion comic ini adalah:

1.6.1 Bagi Masyarakat:

• Mengingatkan bahwa setiap wanita memiliki hak yang setara

dengan laki-laki dalam hal bertindak dan berpendapat.

• Sisi feminisme pada wanita seharusnya tidak membatasi wanita

untuk melakukan banyak hal, sekalipun hal tersebut biasa

dilakukan oleh pria.

• Mengubah paradigma bahwa seorang wanita identik dengan

posis nomor dua setelah pria. Wanita memiliki kodrat yang

sama dengan pria. Maka dari itu, wanita berada di posisi yang

sama dengan pria, bukan di depan maupun di belakang.

1.6.2 Bagi Dunia Keilmuan:

• Mengetahui teknik pembuatan animasi serta penerapan prinsip

animasi yang terkandung di dalam motion comic.

!9