bab i kontrasepsi
DESCRIPTION
KontrasepsiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha–usaha itu
dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada
wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum
ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat berbagai berikut: 1) dapat dipercaya; 2)
tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat dapat diatur
menurut kebutuhan. (1)
Pilihan kontrasepsi sebagian bergantung kepada efektivitas metode kontrasepsi dalam
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Pada beberapa metode tertentu, efektivitas
metode kontrasepsi tidak hanya bergantung pada perlindungan yang diberikan tapi juga pada
konsistensi dan ketepatan penggunaan metode tersebut. Sangat beragamnya konsistensi maupun
ketepatan penggunaan metode kontrasepsi disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia,
penghasilan, keinginan klien untuk mencegah atau menunda kehamilan, serta budaya.
Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling
dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan
pilihan kontrasepsi yang sulit, karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individu dan seksualitas wanita atau biaya
untuk memperoleh kontrasepsi.(2)
Hasil sementara Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
mengisyaratkan bahwa indikator pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang
menjadi tanggungjawab BKKBN seperti TFR, ASFR, CPR dan Unmet need belum tercapai.
Target indikator TFR (Total Fertility Rate - rata-rata wanita usia subur yang melahirkan anak)
sebesar 2,1 di tahun 2014 baru tercapai 2,6 tahun 2012. Indikator ASFR 15-19 tahun sebesar
30/1000 wanita di tahun 2014, baru tercapai 48/1000 wanita. CPR atau angka pemakaian
kontrasepsi sebesar 65 persen di tahun 2014, baru tercapai 57,9 persen. Demikian juga target
1
unmet need (pasangan usia subur ingin KB tetapi belum terlayani) akan ditekan hingga 5 persen
tahun 2014 namun kini masih 8,5 persen.(3)
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana gambaran penggunaan alat-alat kontrasepsi?
b. Bagaiman gambaran efek samping kepada pasien yang menggunakan kontrasepsi?
1.3.Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran penggunaan alat-alat kontrasepsi
b. Untuk gambaran efek samping kepada pasien yang menggunakan kontrasepsi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan, Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut.
Cara kerja kontrasepsi yaitu mengusahakan agar tidak terjadi evolusi, melumpuhkan
sperma, Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.(4)
2. Metode Kontrasepsi
Beberapa metode kontrasepsi yang lazim digunakan oleh warga Negara Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Metode Sederhana
Kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan
metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode
Suhu Basal Badan dan Simptotermal yaitu paduaan antara Suhu Basal dengan Lendir Serviks.
Sedangkan metode kontrasepsi dengan alat yaitu Kondom, Diafragma, Cup Serviks dan
Spermisid
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormone progesterone dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesterone
saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada Pil dan Suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormone yang berisi progesterone terdapat pada Pil, Suntik dan Implant.
3
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormone (sintetik progesterone) dan yang tidak mengandung hormon.
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu: Metode Operatif Wanita (MOW)
dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode
ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan
antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong
atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.e. Metode
Kontrasepsi DaruratMetode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu:
Pil dan AKDR.(5)
3. Macam-macam Kontrasepsi(5)
a. Kontrasepsi Sterilisasi
Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi)
atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (dokter
kandungan). Efektif bila memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen,
misalnya karena faktor usia.
b. Kontrasepsi Teknik
1. Coitus Interruptus (senggama terputus)
Ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya
terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat
menarik penis keluar
2. Sistem kalender (pantang berkala)
Tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu kedisiplinan dan pengertian antara
suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum) mampu bertahan hidup s/d 48 jam setelah
ejakulasi. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur (saat
ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat.
4
3. Prolonged lactation
Atau menyusui, selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan
menstruasi belum terjadi, otomatis tidak akan hamil. Tapi begitu Ibu hanyamenyusui < 6 jam /
hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar.
C. Kontrasepsi Mekanik
1. Kondom
Efektif 75-80%. Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun wanita serta
berfungsi sebagai pemblokir / barrier sperma. Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak
dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga
kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina. Kekurangan metode ini yaitu
mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain, membutuhkan waktu untuk pemasangan,
mengurangi sensasi seksual
2. Spermatisida
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu vagina
yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya 70%.
Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang
belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas
dalam waktu < 6 jam setelah senggama.
3. Vaginal diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang
dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat kecil, karena itu harus
digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran
diafragma tidak pas, tergeser saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (<8 jam) setelah
senggama.
4. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral
Terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan
dipasang di mulut rahim. Efektivitasnya 92-94%. Kelemahan alat ini yaitu bisa menimbulkan
rasa nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan diluar masa menstruasi atau darah menstruasi
lebih banyak dari biasanya.IUS atau Intra Uterine System adalah bentuk kontrasepsi terbaru yang
menggunakan hormon progesterone sebagai ganti logam. Cara kerjanya sama dengan IUD
5
tembaga, ditambah dengan beberapa nilai lebih. Lebih tidak nyeri dan kemungkinan
menimbulkan pendarahan lebih kecil. Menstruasi menjadi lebih ringan (volume darah lebih
sedikit) dan waktu haid lebih singkat.
Adapun keuntungan-keuntungan lainnya diantaranya :
Akan segera efektif begitu terpasang di rahim anda
Anda tidak perlu mengingat-ngingat ataupun melakukan kunjungan ulang untuk menyuntik
tubuh anda
Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan dapat meningkatkan kenyamanan berhubungan
karena tidak perlu takut hamil
Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi hormonal
Tidak akan mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dengan catatan tidak terjadi
infeksi
Dapat digunakan hingga masa menopause (1 tahun atau lebih setelah masa haid terakhir)
Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
Dapat dipasang kapan saja, tidak perlu pada saat masa haid saja asal anda tidak sedang
hamil atau diperkirakan hamil.
Selain keuntungan diatas, anda juga harus memperhatikan kerugian dan efek samping dari
IUD ini, Ada beberapa efek samping dari penggunaan IUD ini, diantaranya:
Perubahan siklus haid pada 3 bulan pertama, dan akan berkurang setelah 3 bulan
Pada saat seorang perempuan memilih untuk ber-KB IUD, maka akan ada alat kontrasepsi
yang merupakan benda asing bagi rahim. Karena IUD ini berbahan dasar padat, maka pada
saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukan. Hal inilah yang
dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) di antara masa haid. Demikian pula
ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena ketika haid, terjadi
peluruhan dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga
apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar
pada masa haid anda. Darah yang keluar bisa dibedakan, biasanya jika spotting, yang
keluar adalah berwarna merah segar, sedangkan pada saat haid, darah akan berwarna
kecoklatan.
Haid akan lebih lama dan lebih banyak, serta rasa sakit pada saat haid
6
Jika pada saat haid anda mengalami kondisi yang lebih sakit dari biasanya, itu juga ada
kaitannya dengan IUD ini. Biasanya pada saat masa haid ini rahim akan berkontraksi dan
dinding rahim akan sedikit berdenyut dikarenakan ada benda asing di dalam tubuh anda.
Untuk mengatasi hal ini, anda dapat mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit yang banyak
di jual bebas di apotek atau toko obat.
Kadang-kadang terjadi pendarahan (spotting) diantara masa menstruasi
Akan terasa sakit dan kejang selama 3 hingga 5 hari setelah pemasangan
Mungkin dapat menyebabkan anemia jika pendarahan pada saat haid sangat banyak
Jika pemasangan tidak benar, bisa saja terjadi perforasi dinding uterus.
Tidak bisa mencegah infeksi penyakit menular seksual
Tidak baik digunakan pada perempuan yang rentan terkena penyakit menular seksual
karena sering berganti pasangan
Jika perempuan yang terkena IMS (infeksi menular seksual) memakai IUD, dikhawatirkan
akan memicu penyakit radang panggul.
Memerlukan prosedur medis, termasuk diantaranya adalah pemeriksaan pelvik sebelum
dipasang IUD
Sedikit nyeri setelah pemasangan, namun biasanya akan hilang dalam jangka waktu 1-2
hari
Tidak dapat dipasang dan dikeluarkan oleh anda sendiri, namun memerlukan bantuan
petugas terlatih. Dalam hal ini adalah bidan atau dokter
Ada kemungkinan IUD bisa keluar dengan sendirinya dari rahim. Hal ini biasanya terjadi
pada pasien yang baru saja melahirkan dan segera dilakukan pemasangan IUD. Selain itu,
posisi IUD di dalam rahim juga dapat mempengaruhi apakah IUD dapat terlepas atau tidak.
Namun kejadian ini sangat langka. Cuma hitungan per mil. Artinya hanya 1 orang yang
gagal dari 1000 orang yang dipasangi IUD
Anda harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu. Untuk melakukan pemeriksaan
ini, anda harus memasukkan jari anda ke dalam vagina. Sebagian perempuan tidak mau
melaksanakan ini.
Selain itu, IUD ini adalah terkadang timbul keluhan dari pasangan anda ketika
melakukan hubungan. Beberapa kasus mencatat bahwa para suami mengeluh bahwa terdapat
gangguan pada saat berhubungan. Ini dapat dijelaskan bahwa benang IUD itu sebenarnya tidak
7
boleh terlalu panjang dan keluar dari rahim. Nah, pada kasus keluhan tersebut, benang IUD
rupanya terlalu panjang dan menggantung pada lubang vagina (liang sanggama), akibatnya
benang tersebut akan ‘tersentuh’ oleh suami. Inilah yang menyebabkan gangguan pada saat
anda dan suami sedang melakukan ritual hubungan. Ketika terjadi kasus seperti ini. Anda
cukup mendatangi bidan atau dokter yang memasangi anda IUD. Ceritakan keluhan yang
suami anda utarakan. Nanti petugas medis akan melipat benangnya ke dalam rahim anda.
Meminjam istilah salah satu trainer di balai latihan dan pengembangan KB Provinsi Jawa
Barat, melipat benang ini diistilahkan dengan istilah “di blow”,. Dengan demikian keluhan
suami sudah terselesaikan.6
D. Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinyakehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone.
Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi), kontrasepsi ini
juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron
dalam tubuh. Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang
bersifat hormonal, yaitu sama sekali tidak boleh diberikan pada saat kehamilan, gejala
thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam Rahim.
Bisa diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter terhadap penyakit kencing manis (DM),
hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari
yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB
atau spiral berhormon. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi
hormonal yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral (Pil) Kontrasepsi Implant.
a. Kontrasepsi Suntikan
1) Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.
2) Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.
3) Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate testosteron.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum untuk
terjadinya ovulasidengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
8
b) Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.
c) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk implantasi dari
hasil konsepsi.
Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
1) Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu untuk 6
bulan pertama 3x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12 minggu.
2) DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.
3) Tingkat efektifitasnya tinggi
4) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
5) Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.
6) Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.
7) Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak disuntik
ulang, sedangkan IUDdan implant yang non-bioderdable harus dikeluarkan oleh
orang lain.
8) Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu
memberitahukan kepadasiapapun termasuk suami atau keluarga lain.
9) Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang disebabkan estrogen,
antara lain mualatau efek samping yang lebih serius seperti timbulnya bekuan darah
disamping estrogen juga dapatmenekan produksi ASI.
b. Kerugian
1) Perdarahan yang tidak menentu
2) terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan
3) Berat badan yang bertambah
4) Sakit kepala
5) Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
6) Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.
7) Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.
8) Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
9) Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan
10) Memerlukan biaya yang cukup tinggi.
9
Saat Pemberian Yang Tepat
a. Pasca persalinan
1) Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu post partum dan
sebelum berkumpul dengan suami.
2) Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
b. Pasca Abortus
1) Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
2) Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
c. Interval.
1). Hari kelima menstruasi
2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.
Kontra Indikasi
a. Tersangka hamil
b. Perdarahan ginekologi (perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui penyebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru hebat.
Cara Penggunaan
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular tiap 12 minggu dengan
kelonggaran batas waktu suntik, biasa diberikan kurang satu minggu.
Efek Samping dan Penanggulangannya
Efek samping
1) Gangguan Haid : a). Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama
menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem. b). Spoting yaitu
bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan
kontrasepsisuntikan.c). metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
2) KeputihanAdanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa
mengganggu ( jarang terjadi)
3) Perubahan berat badanBerat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan
setelah menggunakan kontrasepsisuntikan
4) Pusing dan sakit kepalaRasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi,
kedua sisi atau keseluruhan dari bagiankepala . Ini biasanya bersifat sementara.
10
5) Hematoma warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah
kulit.
Penanggulangannya
1) Gangguan haid:
a) Konseling: Memberikan penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada pemakaian
kontrasepsi suntikan dapatmenyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat pengaruh
hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala perdarahan tidak berlangsung lama
b) Pengobatan:Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian Pil KB
hari I sampai ke II masing-masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1
selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat puladiberikan preparat estrogen
misalnya : Lymoral 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan
berhenti, dapat dilaksanakan “tepering off” ( 1 x 1 tablet ).
2) Keputihan
a) Konseling :Menjelaskan kepada akseptor bahwa kontrasepsi suntikan jarang terjadi
keputihan. Bila hal ini terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan segera di berikan
pengobatan.
b) Pengobatan : Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Pada kasus dimana cairan
berlebihan dapat diberikan preparat Anti Cholinergis seperti extrabelladona 10 mg
dosis 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan. Perubahan warna dan bau
biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.
3) Perubahan Berat Badan,
a) Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan berat badan adalah salah
satu efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga disebabkan
hal-hal lain.
b) Pengobatan: diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk melaksanakan diet
rendah kalori serta olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus, dianjurkan untuk diet
tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkanuntuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.
4) Pusing dan Sakit Kepala,
a) Konseling: Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek samping tersebut mungkin ada
tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara.
11
b) Pengobatan: Pemberian anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan acetosal
500mg, 3 x 1 tablet/hari
5) Hematoma,
a) Konseling: Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan efek
samping
b) Pengobatan: Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari. Setelah itu
diubah menjadi kompres hangat sehingga warna biru/kuning menjadi hilang.
Komplikasi dan Penanggulangannya
a. Komplikasi. Abses, Rasa sakit dan panas didaerah suntikan. Bila terdapat abses teraba
adanya benjolan yang nyeri di daerah suntikan. Biasanya diakibatkan karena pemakaian
jarum suntik yang berulang dan tidak suci hama.
E. Susuk KB (Implan)
Depot progesterone: pemasangan dan pencabutan harus dengan operasi kecil.
F. Koyo KB (Patch)
Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang berkulit sensitif sering
menimbulkan reaksialergi.(5)
12
BAB III
PEMBAHASAN
Setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu akan dibahas beerapa
kasus yang terjadi selama penggunaan alat kontrasepsi.
Kasus 1
Pada kasus pertama kita akan membahas mengenai penggunaan IUD (Intra Uterine
Device). IUD merupakan salah satu alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan, mengingat
esikonya yang lebih rendah dibandingkan metode hormonal. Efektifitasnya tinggi. 0,6 – 0,8
kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan IUD (1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan).
Penggunaan IUD juga ada yang mengalami kegagalan, yaitu terjadinya kehamilan pada
wanita yang menggunakan IUD. Untuk mengetahui beberapa factor resiko terjadinya kegagalan
tersebut, telah dilakukan penelitian studi kasus yang dilakukan di Prancis. Penelitian skala besar
ini dilakukan dari tahun 1999-2002. Kasus , dalam hal ini terjadinya kehamilan pada wanita
berusia 18-44 tahun yang menggunakan IUD dan sebagai kontrol (wanita yang menggunakan
IUD dan tidak terjadi kehamilan) dianalisis oleh ahli kandungan. Masing-masing peserta
diberikan kuesioner salah satunya mengenai riwayat penggunaan obat-obatan. Hasil dari
penelitian tersebut, dari 216 kasus, dan 657 kontrol, umur merupakan salah satu faKtor penting
yang berhubungan dengan gagalnya IUD, dengan resiko kegagalan yang minimal pada wanita
berumur > 35 tahun. Selain itu wanita dengan riwayat ekspulsi IUD juga berisiko untuk
mengalami kegagalan, sedangkan riwayat medis sepertiu fibroma, polip, mioma, keguguran tidak
berpengaruh terhadap penggunaan IUD, termasuk penggunaan obat-obatan seperti obat anti
radang dan pengobatan lain. Faktor yang paling berpengaruh adalah riwayat keluarnya IUD dari
rahim, hal ini dapat diakibatkan karena ukuran rongga rahim yang memang lebih besar. Untuk
meminimalisir kegagalan tersebut, maka disarankan pemeriksaan secara teratur bagi pengguna
IUD. 7
Kasus 2.
Selain IUD, penggunaan kontrasepsi berupa hormon pun mempunyai beberapa efek
samping. Walaupun sudah dipakai selama lebih dari 50 tahun, keamanan dan efektivitas alat
kontrasepsi terus dikaji. Kontrasepsi oral atau pil KB yang mengandung hormon diketahui
13
meningkatkan risiko gangguan kesehatan berupa penyumbatan pembuluh darah
vena(tromboembolisme vena).
Tromboembolisme vena adalah darah beku yang menyumbat pembuluh vena. Gumpalan
darah yang membeku dapat merusak dan memblokir sirkulasi darah dalam tubuh dan berakibat
fatal.
Penelitian yang dilakukan tahun 2002 dilakukan penelitian kasus-kontrol yang melibatkan
semua kasus selama 5 tahun. Dari 987 penderita thomboembolisme, 518 (52,5%) merupakan
pengguna kontrasepsi oral. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
kontrasepsi oral meningkatkan resiko terjadinya tromboembolisme. Resiko berkurang 50%
pada penggunaan pada tahun pertama, dan resiko semakin meningkat 100% seiring dengan
meningkatnya dosis estrogen.8 Penelitian lain menunjukkan bahwa kontrasepsi kombinasi
yang berbeda juga mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap terjadinya
thromboembolisme, tergantung jenis dan dosisnya. Kontrasepsi yang mengandung
desogestrol, gestoden atau drospirenone yang dikombinasikan dengan ethinylestradiol
mempunyai resiko tromboembolisme yang lebih tinggi dibanding kontrasepsi yang
mengandung ethinylestradiol dan levonorgestrel atau norethisterone. Kontrasepsi yang
mengandung progesterone saja tidak beresiko terjadinya tromboembolisme. 9
Kasus 3.
Terjadinya osteoporosis/osteopenia juga terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormon terutama yang berisi progesterone saja. Penelitian kohort dari Februari
1998 sampai Agustus 2006, yang melibatkan wanita berusia 12-18 tahun yang menggunakan
kontrasepsi depot medroxyprogesterone acetate (DMPA). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa telah terjadi penurunan massa tulang pada wanita yang menggunakan
medroxyprogesterone acetateselama 2-3 tahun. Setelah penghentian DMPA kepadatan tulang
mengalami perbaikan. Hal ini dikarenakan, DMPA menekan produksi estrogen di ovarium
yang berperan dalam menjaga kepadatan tulang. Untuk meminimalisisr terjadinya hal tersebut
diperlukan suplementasi Kalsium dan Vitamin D, pemberian hormone estrogen, dah olahraga
beban untuk meningkatkan kepadatan tulang.
Tabel 1.Perbandingan Kasus 1, 2, dan 3
14
Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3
Jenis Kasus Terjadinya
kehamilan
Tromboembolisme
vena
Osteopenia/Osteoporosis
Jenis Kontrasepsi IUD Kontrasepsi
kombinasi estrogen
dan progesteron
Kontrasepsi yang berisi
progesterone tunggal
Diagnosa USG, Tes Urin Uji laboratorium
yang terkait dengan
D-dimer, produk
degradasi fibrin
(FDP, fibrin
degradation
products), waktu
protrombin (PT,
prothrombin time),
waktu tromboplastin
parsial (PTT, partial
thromboplastin time
atau aPTT),
fibrinogen dan hitung
plasma.
Kebanyakan hasil uji
laboratorium
menyatakan nilai 0-
300 ng/ml sebagai
rentang nilai normal.
Nilai di atas 250, 300
atau 500 ng/ml
(berbeda tergantung
alat uji) dinyatakan
sebagai positif.
Tes Kepadatan Tulang/
DXA
15
Terapi Lebih pada tindakan
yaitu IUD segera
dikeluarkan setelah
terjadi kehamilan
antikoagulan
(pengencer darah,
misalnya warfarin),
aspirin, atau
vasodilator (obat
yang mengendurkan
dan memperlebar
pembuluh).
Suplementasi Kalsium,
Vit D, Pemberian
estrogen
BAB IV
KESIMPULAN
16
1. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal lebih mempunyai resiko dibandingkan kontrasepsi
non hormonal
2. Diperlukan pemeriksaan secara berkala, terkait efek samping yang berkaitan dengan
penggunaan kontrasepsi
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono, “Ilmu Kebidanan”, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 2008
2. Depkes R.I., “Profil Kesehatan Indonesia” , Jakarta, 2008
3. Diakses dari “http://batam.tribunnews.com/2013/02/10/hasil-sdki-2012-bkkbn-harus-kerja-
lebih-keras-lagi”, 22 April 2013, 15.30 WIB
4. Diakses dari “http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/cara.htm”, 22 April 2013,
16.00 WIB
5. Hartanto, Hanafi, “Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
2004
6. http://tentangkb.wordpress.com/2010/07/04/tentang-iud-4-keuntungan-kerugiannya/ diakses
tanggal 23 april 2013
7. Thonneau, P, dkk . Risk factors for IUD failure: results of a large multicentre case–control
study. Human Reproduction Vol.21, No.10 pp. 2612–2616, 2006 doi:10.1093/humrep/del208
17
8. Lidegaard, O. Oral contraceptives and venous thromboembolism: a five-year national case-
control study.Contraception 65 (2002) 187–196
9. Rott, H.2012. Thrombotic risks of oral contraceptives. Reproductive endocrinology.Volume
24, Number 4, August 2012
10. Harel, Z. Recovery of bone mineral density in adolescents following the use
Of depot medroxyprogesterone acetate contraceptive injections.Contraception 81 (2010)
281–291
18