bab i kontrasepsi

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha–usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat berbagai berikut: 1) dapat dipercaya; 2) tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat dapat diatur menurut kebutuhan. (1) Pilihan kontrasepsi sebagian bergantung kepada efektivitas metode kontrasepsi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Pada beberapa metode tertentu, efektivitas metode kontrasepsi tidak hanya bergantung pada perlindungan yang diberikan tapi juga pada konsistensi dan ketepatan penggunaan metode tersebut. Sangat beragamnya konsistensi maupun ketepatan penggunaan metode kontrasepsi disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, penghasilan, keinginan klien untuk mencegah atau menunda kehamilan, serta budaya. Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. 1

Upload: ade2584

Post on 26-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kontrasepsi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Kontrasepsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha–usaha itu

dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada

wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum

ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat berbagai berikut: 1) dapat dipercaya; 2)

tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat dapat diatur

menurut kebutuhan. (1)

Pilihan kontrasepsi sebagian bergantung kepada efektivitas metode kontrasepsi dalam

mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Pada beberapa metode tertentu, efektivitas

metode kontrasepsi tidak hanya bergantung pada perlindungan yang diberikan tapi juga pada

konsistensi dan ketepatan penggunaan metode tersebut. Sangat beragamnya konsistensi maupun

ketepatan penggunaan metode kontrasepsi disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia,

penghasilan, keinginan klien untuk mencegah atau menunda kehamilan, serta budaya.

Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling

dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana

merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang

sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan

pilihan kontrasepsi yang sulit, karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima

sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individu dan seksualitas wanita atau biaya

untuk memperoleh kontrasepsi.(2)

Hasil sementara Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

mengisyaratkan bahwa indikator pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang

menjadi tanggungjawab BKKBN seperti TFR, ASFR, CPR dan Unmet need belum tercapai.

Target indikator TFR (Total Fertility Rate - rata-rata wanita usia subur yang melahirkan anak)

sebesar 2,1 di tahun 2014 baru tercapai 2,6 tahun 2012. Indikator ASFR 15-19 tahun sebesar

30/1000 wanita di tahun 2014, baru tercapai 48/1000 wanita. CPR atau angka pemakaian

kontrasepsi sebesar 65 persen di tahun 2014, baru tercapai 57,9 persen. Demikian juga target

1

Page 2: BAB I Kontrasepsi

unmet need (pasangan usia subur ingin KB tetapi belum terlayani) akan ditekan hingga 5 persen

tahun 2014 namun kini masih 8,5 persen.(3)

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana gambaran penggunaan alat-alat kontrasepsi?

b. Bagaiman gambaran efek samping kepada pasien yang menggunakan kontrasepsi?

1.3.Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran penggunaan alat-alat kontrasepsi

b. Untuk gambaran efek samping kepada pasien yang menggunakan kontrasepsi

2

Page 3: BAB I Kontrasepsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan

kehamilan, Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut.

Cara kerja kontrasepsi yaitu mengusahakan agar tidak terjadi evolusi, melumpuhkan

sperma, Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.(4)

2. Metode Kontrasepsi

Beberapa metode kontrasepsi yang lazim digunakan oleh warga Negara Indonesia adalah

sebagai berikut:

a. Metode Sederhana

Kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan

metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe

Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode

Suhu Basal Badan dan Simptotermal yaitu paduaan antara Suhu Basal dengan Lendir Serviks.

Sedangkan metode kontrasepsi dengan alat yaitu Kondom, Diafragma, Cup Serviks dan

Spermisid

b. Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi

(mengandung hormone progesterone dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesterone

saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada Pil dan Suntikan/injeksi. Sedangkan

kontrasepsi hormone yang berisi progesterone terdapat pada Pil, Suntik dan Implant.

3

Page 4: BAB I Kontrasepsi

c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang

mengandung hormone (sintetik progesterone) dan yang tidak mengandung hormon.

d. Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu: Metode Operatif Wanita (MOW)

dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode

ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan

antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong

atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.e. Metode

Kontrasepsi DaruratMetode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu:

Pil dan AKDR.(5)

3. Macam-macam Kontrasepsi(5)

a. Kontrasepsi Sterilisasi

Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi)

atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (dokter

kandungan). Efektif bila memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen,

misalnya karena faktor usia.

b. Kontrasepsi Teknik

1. Coitus Interruptus (senggama terputus)

Ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya

terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat

menarik penis keluar

2. Sistem kalender (pantang berkala)

Tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu kedisiplinan dan pengertian antara

suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum) mampu bertahan hidup s/d 48 jam setelah

ejakulasi. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur (saat

ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akurat.

4

Page 5: BAB I Kontrasepsi

3. Prolonged lactation

Atau menyusui, selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan

menstruasi belum terjadi, otomatis tidak akan hamil. Tapi begitu Ibu hanyamenyusui < 6 jam /

hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar.

C. Kontrasepsi Mekanik

1. Kondom

Efektif 75-80%. Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun wanita serta

berfungsi sebagai pemblokir / barrier sperma. Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak

dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga

kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina. Kekurangan metode ini yaitu

mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain, membutuhkan waktu untuk pemasangan,

mengurangi sensasi seksual

2. Spermatisida

Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu vagina

yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya 70%.

Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang

belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas

dalam waktu < 6 jam setelah senggama.

3. Vaginal diafragma

Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang

dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat kecil, karena itu harus

digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran

diafragma tidak pas, tergeser saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (<8 jam) setelah

senggama.

4. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral

Terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan

dipasang di mulut rahim. Efektivitasnya 92-94%. Kelemahan alat ini yaitu bisa menimbulkan

rasa nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan diluar masa menstruasi atau darah menstruasi

lebih banyak dari biasanya.IUS atau Intra Uterine System adalah bentuk kontrasepsi terbaru yang

menggunakan hormon progesterone sebagai ganti logam. Cara kerjanya sama dengan IUD

5

Page 6: BAB I Kontrasepsi

tembaga, ditambah dengan beberapa nilai lebih. Lebih tidak nyeri dan kemungkinan

menimbulkan pendarahan lebih kecil. Menstruasi menjadi lebih ringan (volume darah lebih

sedikit) dan waktu haid lebih singkat.

Adapun keuntungan-keuntungan lainnya diantaranya :

Akan segera efektif begitu terpasang di rahim anda

Anda tidak perlu mengingat-ngingat ataupun melakukan kunjungan ulang untuk menyuntik

tubuh anda

Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan dapat meningkatkan kenyamanan berhubungan

karena tidak perlu takut hamil

Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi hormonal

Tidak akan mempengaruhi kualitas dan volume ASI

Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dengan catatan tidak terjadi

infeksi

Dapat digunakan hingga masa menopause (1 tahun atau lebih setelah masa haid terakhir)

Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

Dapat dipasang kapan saja, tidak perlu pada saat masa haid saja asal anda tidak sedang

hamil atau diperkirakan hamil.

Selain keuntungan diatas, anda juga harus memperhatikan kerugian dan efek samping dari

IUD ini, Ada beberapa efek samping dari penggunaan IUD ini, diantaranya:

Perubahan siklus haid pada 3 bulan pertama, dan akan berkurang setelah 3 bulan

Pada saat seorang perempuan memilih untuk ber-KB IUD, maka akan ada alat kontrasepsi

yang merupakan benda asing bagi rahim. Karena IUD ini berbahan dasar padat, maka pada

saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukan. Hal inilah yang

dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) di antara masa haid. Demikian pula

ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena ketika haid, terjadi

peluruhan dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga

apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar

pada masa haid anda. Darah yang keluar bisa dibedakan, biasanya jika spotting, yang

keluar adalah berwarna merah segar, sedangkan pada saat haid, darah akan berwarna

kecoklatan.

Haid akan lebih lama dan lebih banyak, serta rasa sakit pada saat haid

6

Page 7: BAB I Kontrasepsi

Jika pada saat haid anda mengalami kondisi yang lebih sakit dari biasanya, itu juga ada

kaitannya dengan IUD ini. Biasanya pada saat masa haid ini rahim akan berkontraksi dan

dinding rahim akan sedikit berdenyut dikarenakan ada benda asing di dalam tubuh anda.

Untuk mengatasi hal ini, anda dapat mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit yang banyak

di jual bebas di apotek atau toko obat.

Kadang-kadang terjadi pendarahan (spotting) diantara masa menstruasi

Akan terasa sakit dan kejang selama 3 hingga 5 hari setelah pemasangan

Mungkin dapat menyebabkan anemia jika pendarahan pada saat haid sangat banyak

Jika pemasangan tidak benar, bisa saja terjadi perforasi dinding uterus.

Tidak bisa mencegah infeksi penyakit menular seksual

Tidak baik digunakan pada perempuan yang rentan terkena penyakit menular seksual

karena sering berganti pasangan

Jika perempuan yang terkena IMS (infeksi menular seksual) memakai IUD, dikhawatirkan

akan memicu penyakit radang panggul.

Memerlukan prosedur medis, termasuk diantaranya adalah pemeriksaan pelvik sebelum

dipasang IUD

Sedikit nyeri setelah pemasangan, namun biasanya akan hilang dalam jangka waktu 1-2

hari

Tidak dapat dipasang dan dikeluarkan oleh anda sendiri, namun memerlukan bantuan

petugas terlatih. Dalam hal ini adalah bidan atau dokter

Ada kemungkinan IUD bisa keluar dengan sendirinya dari rahim. Hal ini biasanya terjadi

pada pasien yang baru saja melahirkan dan segera dilakukan pemasangan IUD. Selain itu,

posisi IUD di dalam rahim juga dapat mempengaruhi apakah IUD dapat terlepas atau tidak.

Namun kejadian ini sangat langka. Cuma hitungan per mil. Artinya hanya 1 orang yang

gagal dari 1000 orang yang dipasangi IUD

Anda harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu. Untuk melakukan pemeriksaan

ini, anda harus memasukkan jari anda ke dalam vagina. Sebagian perempuan tidak mau

melaksanakan ini.

Selain itu, IUD ini adalah terkadang timbul keluhan dari pasangan anda ketika

melakukan hubungan. Beberapa kasus mencatat bahwa para suami mengeluh bahwa terdapat

gangguan pada saat berhubungan. Ini dapat dijelaskan bahwa benang IUD itu sebenarnya tidak

7

Page 8: BAB I Kontrasepsi

boleh terlalu panjang dan keluar dari rahim. Nah, pada kasus keluhan tersebut, benang IUD

rupanya terlalu panjang dan menggantung pada lubang vagina (liang sanggama), akibatnya

benang tersebut akan ‘tersentuh’ oleh suami. Inilah yang menyebabkan gangguan pada saat

anda dan suami sedang melakukan ritual hubungan. Ketika terjadi kasus seperti ini. Anda

cukup mendatangi bidan atau dokter yang memasangi anda IUD. Ceritakan keluhan yang

suami anda utarakan. Nanti petugas medis akan melipat benangnya ke dalam rahim anda.

Meminjam istilah salah satu trainer di balai latihan dan pengembangan KB Provinsi Jawa

Barat, melipat benang ini diistilahkan dengan istilah “di blow”,. Dengan demikian keluhan

suami sudah terselesaikan.6

D. Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah

terjadinyakehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone.

Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi), kontrasepsi ini

juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron

dalam tubuh. Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang

bersifat hormonal, yaitu sama sekali tidak boleh diberikan pada saat kehamilan, gejala

thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam Rahim.

Bisa diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter terhadap penyakit kencing manis (DM),

hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.

Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari

yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB

atau spiral berhormon. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi

hormonal yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral (Pil) Kontrasepsi Implant.

a. Kontrasepsi Suntikan

1) Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.

2) Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.

3) Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate testosteron.

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan

a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum untuk

terjadinya ovulasidengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.

8

Page 9: BAB I Kontrasepsi

b) Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.

c) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk implantasi dari

hasil konsepsi.

Keuntungan dan Kerugian

a. Keuntungan

1) Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu untuk 6

bulan pertama 3x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12 minggu.

2) DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.

3) Tingkat efektifitasnya tinggi

4) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.

5) Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.

6) Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.

7) Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak disuntik

ulang, sedangkan IUDdan implant yang non-bioderdable harus dikeluarkan oleh

orang lain.

8) Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu

memberitahukan kepadasiapapun termasuk suami atau keluarga lain.

9) Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang disebabkan estrogen,

antara lain mualatau efek samping yang lebih serius seperti timbulnya bekuan darah

disamping estrogen juga dapatmenekan produksi ASI.

b. Kerugian

1) Perdarahan yang tidak menentu

2) terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan

3) Berat badan yang bertambah

4) Sakit kepala

5) Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan

6) Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.

7) Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.

8) Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.

9) Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan

10) Memerlukan biaya yang cukup tinggi.

9

Page 10: BAB I Kontrasepsi

Saat Pemberian Yang Tepat

a. Pasca persalinan

1) Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu post partum dan

sebelum berkumpul dengan suami.

2) Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.

b. Pasca Abortus

1) Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.

2) Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.

c. Interval.

1). Hari kelima menstruasi

2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.

Kontra Indikasi

a. Tersangka hamil

b. Perdarahan ginekologi (perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui penyebabnya

c. Tumor/keganasan

d. Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru hebat.

Cara Penggunaan

Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular tiap 12 minggu dengan

kelonggaran batas waktu suntik, biasa diberikan kurang satu minggu.

Efek Samping dan Penanggulangannya

Efek samping

1) Gangguan Haid : a). Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama

menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem. b). Spoting yaitu

bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan

kontrasepsisuntikan.c). metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya

2) KeputihanAdanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa

mengganggu ( jarang terjadi)

3) Perubahan berat badanBerat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan

setelah menggunakan kontrasepsisuntikan

4) Pusing dan sakit kepalaRasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi,

kedua sisi atau keseluruhan dari bagiankepala . Ini biasanya bersifat sementara.

10

Page 11: BAB I Kontrasepsi

5) Hematoma warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah

kulit.

Penanggulangannya

1) Gangguan haid:

a) Konseling: Memberikan penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada pemakaian

kontrasepsi suntikan dapatmenyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat pengaruh

hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala perdarahan tidak berlangsung lama

b) Pengobatan:Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian Pil KB

hari I sampai ke II masing-masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1

selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat puladiberikan preparat estrogen

misalnya : Lymoral 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan

berhenti, dapat dilaksanakan “tepering off” ( 1 x 1 tablet ).

2) Keputihan

a) Konseling :Menjelaskan kepada akseptor bahwa kontrasepsi suntikan jarang terjadi

keputihan. Bila hal ini terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan segera di berikan

pengobatan.

b) Pengobatan : Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Pada kasus dimana cairan

berlebihan dapat diberikan preparat Anti Cholinergis seperti extrabelladona 10 mg

dosis 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan. Perubahan warna dan bau

biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.

3) Perubahan Berat Badan,

a) Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan berat badan adalah salah

satu efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga disebabkan

hal-hal lain.

b) Pengobatan: diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk melaksanakan diet

rendah kalori serta olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus, dianjurkan untuk diet

tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkanuntuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.

4) Pusing dan Sakit Kepala,

a) Konseling: Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek samping tersebut mungkin ada

tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara.

11

Page 12: BAB I Kontrasepsi

b) Pengobatan: Pemberian anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan acetosal

500mg, 3 x 1 tablet/hari

5) Hematoma,

a) Konseling: Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan efek

samping

b) Pengobatan: Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari. Setelah itu

diubah menjadi kompres hangat sehingga warna biru/kuning menjadi hilang.

Komplikasi dan Penanggulangannya

a. Komplikasi. Abses, Rasa sakit dan panas didaerah suntikan. Bila terdapat abses teraba

adanya benjolan yang nyeri di daerah suntikan. Biasanya diakibatkan karena pemakaian

jarum suntik yang berulang dan tidak suci hama.

E. Susuk KB (Implan)

Depot progesterone: pemasangan dan pencabutan harus dengan operasi kecil.

F. Koyo KB (Patch)

Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang berkulit sensitif sering

menimbulkan reaksialergi.(5)

12

Page 13: BAB I Kontrasepsi

BAB III

PEMBAHASAN

Setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu akan dibahas beerapa

kasus yang terjadi selama penggunaan alat kontrasepsi.

Kasus 1

Pada kasus pertama kita akan membahas mengenai penggunaan IUD (Intra Uterine

Device). IUD merupakan salah satu alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan, mengingat

esikonya yang lebih rendah dibandingkan metode hormonal. Efektifitasnya tinggi. 0,6 – 0,8

kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan IUD (1 kegagalan dalam 125 – 170

kehamilan).

Penggunaan IUD juga ada yang mengalami kegagalan, yaitu terjadinya kehamilan pada

wanita yang menggunakan IUD. Untuk mengetahui beberapa factor resiko terjadinya kegagalan

tersebut, telah dilakukan penelitian studi kasus yang dilakukan di Prancis. Penelitian skala besar

ini dilakukan dari tahun 1999-2002. Kasus , dalam hal ini terjadinya kehamilan pada wanita

berusia 18-44 tahun yang menggunakan IUD dan sebagai kontrol (wanita yang menggunakan

IUD dan tidak terjadi kehamilan) dianalisis oleh ahli kandungan. Masing-masing peserta

diberikan kuesioner salah satunya mengenai riwayat penggunaan obat-obatan. Hasil dari

penelitian tersebut, dari 216 kasus, dan 657 kontrol, umur merupakan salah satu faKtor penting

yang berhubungan dengan gagalnya IUD, dengan resiko kegagalan yang minimal pada wanita

berumur > 35 tahun. Selain itu wanita dengan riwayat ekspulsi IUD juga berisiko untuk

mengalami kegagalan, sedangkan riwayat medis sepertiu fibroma, polip, mioma, keguguran tidak

berpengaruh terhadap penggunaan IUD, termasuk penggunaan obat-obatan seperti obat anti

radang dan pengobatan lain. Faktor yang paling berpengaruh adalah riwayat keluarnya IUD dari

rahim, hal ini dapat diakibatkan karena ukuran rongga rahim yang memang lebih besar. Untuk

meminimalisir kegagalan tersebut, maka disarankan pemeriksaan secara teratur bagi pengguna

IUD. 7

Kasus 2.

Selain IUD, penggunaan kontrasepsi berupa hormon pun mempunyai beberapa efek

samping. Walaupun sudah dipakai selama lebih dari 50 tahun, keamanan dan efektivitas alat

kontrasepsi terus dikaji. Kontrasepsi oral atau pil KB yang mengandung hormon diketahui

13

Page 14: BAB I Kontrasepsi

meningkatkan risiko gangguan kesehatan berupa penyumbatan pembuluh darah

vena(tromboembolisme vena).

Tromboembolisme vena adalah darah beku yang menyumbat pembuluh vena. Gumpalan

darah yang membeku dapat merusak dan memblokir sirkulasi darah dalam tubuh dan berakibat

fatal.

Penelitian yang dilakukan tahun 2002 dilakukan penelitian kasus-kontrol yang melibatkan

semua kasus selama 5 tahun. Dari 987 penderita thomboembolisme, 518 (52,5%) merupakan

pengguna kontrasepsi oral. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan

kontrasepsi oral meningkatkan resiko terjadinya tromboembolisme. Resiko berkurang 50%

pada penggunaan pada tahun pertama, dan resiko semakin meningkat 100% seiring dengan

meningkatnya dosis estrogen.8 Penelitian lain menunjukkan bahwa kontrasepsi kombinasi

yang berbeda juga mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap terjadinya

thromboembolisme, tergantung jenis dan dosisnya. Kontrasepsi yang mengandung

desogestrol, gestoden atau drospirenone yang dikombinasikan dengan ethinylestradiol

mempunyai resiko tromboembolisme yang lebih tinggi dibanding kontrasepsi yang

mengandung ethinylestradiol dan levonorgestrel atau norethisterone. Kontrasepsi yang

mengandung progesterone saja tidak beresiko terjadinya tromboembolisme. 9

Kasus 3.

Terjadinya osteoporosis/osteopenia juga terjadi pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi hormon terutama yang berisi progesterone saja. Penelitian kohort dari Februari

1998 sampai Agustus 2006, yang melibatkan wanita berusia 12-18 tahun yang menggunakan

kontrasepsi depot medroxyprogesterone acetate (DMPA). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa telah terjadi penurunan massa tulang pada wanita yang menggunakan

medroxyprogesterone acetateselama 2-3 tahun. Setelah penghentian DMPA kepadatan tulang

mengalami perbaikan. Hal ini dikarenakan, DMPA menekan produksi estrogen di ovarium

yang berperan dalam menjaga kepadatan tulang. Untuk meminimalisisr terjadinya hal tersebut

diperlukan suplementasi Kalsium dan Vitamin D, pemberian hormone estrogen, dah olahraga

beban untuk meningkatkan kepadatan tulang.

Tabel 1.Perbandingan Kasus 1, 2, dan 3

14

Page 15: BAB I Kontrasepsi

Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3

Jenis Kasus Terjadinya

kehamilan

Tromboembolisme

vena

Osteopenia/Osteoporosis

Jenis Kontrasepsi IUD Kontrasepsi

kombinasi estrogen

dan progesteron

Kontrasepsi yang berisi

progesterone tunggal

Diagnosa USG, Tes Urin Uji laboratorium

yang terkait dengan

D-dimer, produk

degradasi fibrin

(FDP, fibrin

degradation

products), waktu

protrombin (PT,

prothrombin time),

waktu tromboplastin

parsial (PTT, partial

thromboplastin time

atau aPTT),

fibrinogen dan hitung

plasma.

Kebanyakan hasil uji

laboratorium

menyatakan nilai 0-

300 ng/ml sebagai

rentang nilai normal.

Nilai di atas 250, 300

atau 500 ng/ml

(berbeda tergantung

alat uji) dinyatakan

sebagai positif.

Tes Kepadatan Tulang/

DXA

15

Page 16: BAB I Kontrasepsi

Terapi Lebih pada tindakan

yaitu IUD segera

dikeluarkan setelah

terjadi kehamilan

antikoagulan

(pengencer darah,

misalnya warfarin),

aspirin, atau

vasodilator (obat

yang mengendurkan

dan memperlebar

pembuluh).

Suplementasi Kalsium,

Vit D, Pemberian

estrogen

BAB IV

KESIMPULAN

16

Page 17: BAB I Kontrasepsi

1. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal lebih mempunyai resiko dibandingkan kontrasepsi

non hormonal

2. Diperlukan pemeriksaan secara berkala, terkait efek samping yang berkaitan dengan

penggunaan kontrasepsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono, “Ilmu Kebidanan”, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 2008

2. Depkes R.I., “Profil Kesehatan Indonesia” , Jakarta, 2008

3. Diakses dari “http://batam.tribunnews.com/2013/02/10/hasil-sdki-2012-bkkbn-harus-kerja-

lebih-keras-lagi”, 22 April 2013, 15.30 WIB

4. Diakses dari “http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/cara.htm”, 22 April 2013,

16.00 WIB

5. Hartanto, Hanafi, “Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,

2004

6. http://tentangkb.wordpress.com/2010/07/04/tentang-iud-4-keuntungan-kerugiannya/ diakses

tanggal 23 april 2013

7. Thonneau, P, dkk . Risk factors for IUD failure: results of a large multicentre case–control

study. Human Reproduction Vol.21, No.10 pp. 2612–2616, 2006 doi:10.1093/humrep/del208

17

Page 18: BAB I Kontrasepsi

8. Lidegaard, O. Oral contraceptives and venous thromboembolism: a five-year national case-

control study.Contraception 65 (2002) 187–196

9. Rott, H.2012. Thrombotic risks of oral contraceptives. Reproductive endocrinology.Volume

24, Number 4, August 2012

10. Harel, Z. Recovery of bone mineral density in adolescents following the use

Of depot medroxyprogesterone acetate contraceptive injections.Contraception 81 (2010)

281–291

18