bab i konsep dasar profesi · konsep dasar profesi a. pendahuluan dalam pembangunan secara...
TRANSCRIPT
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
1
BAB I
KONSEP DASAR PROFESI
A. Pendahuluan
Dalam pembangunan secara keseluruhan dirasakan perlu profesionalisme.
Praktek kerja dengan tingkat mutu keahlian tinggi yang menunjang produktifitas.
Profesionalisme dalam bidang hukum, khususnya notariat, dan kedokteran relatif
sudah mapan. Mutu prakteknya mendapat pengakuan, ada kode etik, ada undang-
undang, ada organisasi. Bidang konsultasi dan kewartawanan sudah mulai mengarah
pada profesionalitas, begitu pula pada kemiliteran sudah mengumandangkan konsep
prajurit dan profesional. Pertanyaannya yang paling relevan dalam kajian saat ini,
bagaimana dalam dunia pendidikan?, apakah guru, kepala sekolah, konselor dan
pengelola sistem pendidikan semuanya telah profesional? Seberapa jauh pendidikan
mampu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan jati diri bangsa dalam
mengembangkan demokrasi dan memupuk persatuan bangsa? Sebuah pertanyaan yang
sering terlontarkan, terkesan bernada klise, namun memiliki makna dan jangkauan
yang dalam.
Secara umum terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam
pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan sumber daya
manusia (SDM), yakni (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, dan (3) guru serta
tenaga kependidikan yang profesional. Sementara yang terjadi saat ini pendidikan yang
dilakukan baru mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dalam
bidang tertentu saja. Pendidikan selama ini belum mampu membangkitkan kemauan
peserta didik untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan umat.
Padahal dalam kapasitasnya yang sangat luas pendidikan memiliki peran dan
berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia
dengan berbagai aspek kepribadiannya.
Di Indonesia, orang pandai sudah cukup banyak, orang terampil juga sudah
membludak. Masalahnya bagaimana agar mereka memiliki kemauan untuk
memanfaatkan kepandaian dan keterampilannya bagi pemecahan persoalan masyarakat
dan bangsa, dalam skala kecil sekalipun, bukan malah menambah masalah dan
menghambat pembangunan. Uraian ini tidak tanpa alasan, buktinya dapat disaksikan
betapa banyak peserta didik yang keluyuran di mall pada jam-jam efektif belajar.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
2
Mengapa mereka lebih senang bermain daripada belajar?. Ini adalah tantangan,
khususnya bagi para guru, bagaimana menciptakan pembelajaran yang menggairahkan,
menantang keingintahuan peserta didik, dan menyenangkan.
Guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang
memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip
pendapat laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc. Lendon dalam bukunya “This is
Teaching”: Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan
mengelola kelas. Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare
dijelaskan bahwa guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan
tingkah laku dari seseorang individu hingga terjadilah kegiatan pendidikan. Jadi, guru
adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggungjawab dalam mendidik,
mengajar dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dengan baik dan nyaman, hingga pada
akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses
pendidikan. Untuk itu, diperlukan guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan,
sehingga mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, suasana
pembelajaran yang menantang, dan mampu membelajarkan dengan menyenangkan.
Hal ini penting dilakukan dalam setiap pembelajaran karena guru memiliki peranan
yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas
pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan profesional guru, terutama dalam
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif dan efisien.
B. Pengertian Profesi dan Profesionalisme
Perlu adanya pemahaman mengenai definisi profesi, profesional,
profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi. Secara bahasa; Profesi berarti
nomina-kondisi, keadaaan pekerjaan; Profesional berarti ajektiva yang bisa juga
nomina-sifat atau orang; profesionalisme berarti nomina-paham, kesepakatan
keyakinan; profesionalitas berarti nomina-produk, kadar; profesionalisasi berarti
nomina-proses.
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
3
pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002).
Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan
persiapan akademik. Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian, keterampilan, kejuruan
tertentu. Jadi Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian yang menggunakan teknik teknik ilmiah, serta dedikasi
yang tinggi.
Pengertian yang lebih luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan, dalam
arti sempit profesi berarti: kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Lebih
rinci dijelaskan Profesi berarti jabatan atau pekerjaan yang menuntut landasan
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu dan etika khusus
anggotanya. Hal ini memiliki makna tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang
tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Profesi
adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian para
anggotanya. Artinya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih
dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. keahlian diperoleh
melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang
menjalani profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani suatu
profesi (in-service training). Diluar pengertian ini, ada beberapa ciri profesi khususnya
yang berkaitan dengan profesi kependidikan.
Pengertian profesi menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut:
a. Secara leksikal, perkataan profesi mengandung berbagai makna dan pengertian.
Pertama; profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan (to
profess means to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas suatu kebenaran
(the truth) ajaran agama atau kredibilitas seseorang (Hornby,1962). Kedua; profesi
itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan
tertentu (a particular business, Hornby, 1962).
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
4
b. Webster‟s New World Dictionary menunjukkan bahwa profesi merupakan suatu
pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembannya) dalam liberal
arts atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan
manual, seperti mengajar, keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya; terutama
kedokteran, hukum dan teknologi.
c. Good‟s Dictionary of Education mengungkapkan bahwa profesi merupakan suatu
pekerjaan yang meminta persiapan khusus (specialisation) yang relatif lama di
perguruan tinggi (pada pengembannya) dan diatur oleh suatu kode etika khusus.
d. Vollmer (1956) menjelaskan pendekatan kajian sosiologik, mempersepsikan
bahwa profesi itu sesungguhnya hanyalah merupakan suatu jenis model atau tipe
pekerjaan ideal saja, karena dalam realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk
mewujudkannya. Namun demikian, bukanlah merupakan hal yang mustahil pula
untuk mencapainya asalkan ada upaya yang sungguh-sungguh kepada
pencapaiannya.
Berdasarkan pernyataan Vollmer yang mengimplikasikan bahwa pada
dasarnya seluruh pekerjaan apapun memungkinkan untuk berkembang menuju kepada
suatu jenis model profesi tertentu. Dengan mempergunakan perangkat persyaratannya
sebagai acuan, maka kita dapat menandai sejauh mana suatu pekerjaan itu telah
menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu atau seorang pengemban pekerjaan
tersebut juga telah memiliki dan menampilkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu pula
yang dapat dipertanggungjawabkan secara profesional (memadai persyaratan sebagai
suatu profesi). Berdasarkan indikator-indikator tersebut maka selanjutnya kita dapat
mempertimbangkan derajat profesionalitasnya (ukuran kadar keprofesiannya). Jika
konsepsi keprofesian itu telah menjadi budaya, pandangan, paham, dan pedoman
hidup seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat tertentu, maka hal itu dapat
mengandung makna telah berkembang profesionalisme dikalangan orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan
yang kemudian berkembang makin matang.
Dua hal pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi adalah pengetahuan dan
persiapan akademik. Profesi merujuk pada pekerjaan. Pekerjaan di sini dengan
sendirinya melahirkan pelayanan keahlian khusus yang pada gilirannya akan menuntut
adanya etika yang tumbuh dan mekar. Etika profesi meliputi tanpa pamrih dalam
melakukan pekerjaannya, pengacuan pada norma luhur yang hidup di masyarakat, dan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
5
berorientasi pada kepentingan masyarakat serta solidaritas sesama rekan profesi.
Proses usaha menuju kearah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan
(profesi) ideal itulah yang dimaksudkan dengan profesionalisasi.
Profesionalisasi adalah usaha menjadikan suatu jabatan sebagai pekerjaan
profesional; upaya dan proses peningkatan dasar, kriteria, standar, kemampuan,
keahlian, etika dan perlindungan suatu profesi. Profesionalisasi menunjuk pada proses
peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi. Pada dasarnya
merupakan serangkaian proses pengembangan profesional baik dilakukan melalui
pendidikan atau latihan. Profesionlisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi
maupun kemampuan para anggota profesi dalam penampilannya sebagai anggota suatu
profesi.
Profesionalisasi merupakan suatu proses menuju kearah untuk mewujudkan
dan meningkatkan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Profesionalisasi menunjukkan pada proses peningkatan
kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi untuk mencapai kriteria yang
standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada
dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan profesional (professional
development) baik dilakukan melalui pendidikan/latihan “pra-jabatan” maupun
“dalam-jabatan”. Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan proses yang life-long
and never-ending, secepat seseorang telah menyatakan dirinya sebagai warga suatu
profesi.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.
Profesional memiliki keterkaitan dengan kemampuan seseorang/individu yang
melakukan bidang pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu. Profesional adalah
kemampuan seseorang dalam menjalankan profesi tertentu. Pada umumnya orang
memberi arti yang sempit terhadap pengertian profesional. Istilah profesional ini
mempunyai dua makna, yaitu (1) mengacu kepada orang yang menyandang suatu
profesi atau orang yang memegang profesi tersebut, (2) mengacu pada sebutan tentang
sikap atau cara seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.
Hal ini telah mendapatkan pengakuan baik formal maupun informal seperti
pemerintah, organisasi profesi, masyarakat dan para pengguna jasa suatu profesi.
Profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimiliki
seseorang. Misalnya seorang guru dikatakan guru profesional bila guru tersebut
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
6
memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal pengertian profesional tidak sesempit
itu, namun pengertiannya harus dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu: expert [ahli],
responsibility [rasa tanggung jawab] baik tanggung jawab intelektual maupun moral,
dan Feel Solidarity [memiliki rasa kesejawatan]. Seorang pekerja profesional,
khususnya guru dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena di samping menguasai
sejumlah teknik serta prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional juga ditandai
adanya Informed responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari objek
kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang pekerja profesional harus memiliki persepsi
filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan
melaksanakan pekerjaannya. Jadi, seorang profesional tidak akan mau mengerjakan
sesuatu yang memang bukan bidangnya.
Profesionalisme adalah sebutan yang lebih mengarah pada sikap mental dalam
bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk selalu mewujudkan
meningkatkan kualitas atau kemampuan kerjanya. Hal ini merupakan bentuk motivasi
intristik pada diri sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kearah
perwujudan professional.
Profesionalisme menunjuk kepada mutu, kualitas tindak-tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi, atau orang yang profesional, menunjuk kepada
komitmen para anggota suatu profesi tertentu untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan
dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Selain itu, dalam bidang
apapun profesionalisme seseorang ditunjang oleh tiga hal, yaitu; (1) keahlian, (2)
komitmen, dan (3) keterampilan yang relevan yang membentuk sebuah segitiga sama
sisi yang ditengahnya terletak profesionalisme. Ketiga hal itu pertama-tama
dikembangkan melalui pendidikan pra-jabatan dan selanjutnya ditingkatkan melalui
pengalaman dan pendidikan/latihan dalam jabatan. Karena keahliannya yang tinggi
maka seorang profesional dibayar tinggi. “ well educated, well trained, well paid” ,
adalah salah satu prinsip profesionalisme.
Ciri-ciri individu yang memiliki profesionalisme tinggi yaitu, (1) keinginan
untuk selalu memperlihatkan perilaku yang standar ideal; (2) meningkatkan dan
menjaga citra profesi, ia berkeinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra
profesi melalui perwujudan prilaku profesional; (3) keinginan untuk senantiasa
mengejar dan memanfaatkan kesempatan pengembangan profesional; (4) mengejar
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
7
kualitas dan cita-cita profesi, ia akan berusaha untuk selalu mencapai kualitas dan cita-
cita sesuai dengan program yang telah ditentukan.
Profesionalitas adalah perihal profesi; keprofesian, mengacu pada sikap para
anggota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. Profesionalitas adalah sebutan
terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat menjalankan tugasnya.
Profesi kependidikan merupakan suatu payung yang melingkupi berbagai profesi
seperti dikemukakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Dalam lingkup tenaga kependidikan ini termasuk
guru, laboran, pengembang kurikulum, pustakawan, administrator, konselor.
Pekerjaan induknya adalah pendidikan, namun profesionalisasi dilakukan dalam
setiap sub-profesi, yang disebutkan di atas. Oleh sebab itu, setiap diskusi mengenai
profesi-profesi dalam lingkup pendidikan tidak dapat dilepaskan dari payungnya yaitu
profesi kependidikan. Bagaimanakah hubungan antara profesi-profesi ( sub profesi)
kependidikan dapat dilukiskan di bawah ini:
Dalam pengertian di atas, profesi kependidikan umumnya menunjukkan kepada
profesi-profesi yang bergerak dalam lingkup persekolahan. Hal ini berarti bahwa
memang sekolah merupakan basis dari profesi kependidikan.
Akan tetapi timbul masalah, karena dengan pengertian yang terbatas ini, maka
seolah-olah diluar sekolah profesi kependidikan terbatas ruang geraknya, atau bahkan
PENDIDIK/ GURU
PENGELOLA KONSELOR
PENDIDIKAN
PENILIK/
PENGAWAS PUSTAKAWAN
PENDIDIKAN
PENELITI TEKNISI
PENDIDIKAN SUMBER BELAJAR
LABORAN
PROFESI
PENDIDIKAN
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
8
tidak mempunyai hak hidup. Bagaimana, misalnya, dengan pendidikan luar sekolah?.
Selain itu, akan timbul kesan seakan-akan pendidikan yang harus digarap secara
profesional dan oleh tenaga-tenaga kependidikan yang profesional hanya terbatas di
sekolah. Padahal pendidikan berlangsung pula di luar sekolah, dalam masyarakat,
melalui wadah pendidikan non formal. Pendidikan yang berlangsung di luar lingkup
persekolahan pun harus dilakukan secara profesional.
Selain tenaga pendidikan yang di rujuk Undang Undang Ssistem Pendidikan
Nasional, yang pada hakekatnya bukan penetapan limitatif itu, sesungguhmya profesi
kependidikan mengacu pula kepada pendidikan luar sekolah. Ini berarti bahwa
pendidikan yang berlangsung di luar dinding sekolah pun harus dilakukan secara
profesional.
C. Ciri-Ciri Profesi
Pengertian profesi sebagai jabatan/pekerjaan yang memberikan pelayanan
intelektual spesialistik yang sangat tinggi dengan sifat-sifat utamanya antara lain:
(1) penguasaan ilmu dan kemampuan/keahlian menerapkannya, seperangkat sikap dan
teknik yang ditujukan sebagai pelayanan bagi kepentingan kemanusiaan;
(2) standar keberhasilan yang diukur oleh kesempurnaan melayani kebutuhan
manusia, bukan diukur oleh keuntungan pribadi;
(3) keterpanggilan untuk menjalankan praktek itu, dipertanggungjawabkan lewat
pendidikan dan ujian, serta pengawasan hukum serta melalui asosiasi dan kode
etiknya.
Jika dalam masa pendidikan/latihan pra-jabatan itu profesionalisasi lebih
banyak ditentukan oleh lembaga (community of scholars, faculty members) dengan
berpegang pada kaidah-kaidah akademik dan latihan praktek yang standar, maka
setelah bekerja profesionalisasi lebih banyak tergantung kepada setiap individu
profesional tersebut.
Profesi mempunyai ciri-ciri utama sebagai berikut:
1. Fungsi dan signifikansi sosial; suatu profesi merupakan suatu pekerjaan yang
memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang krusial.
2. Keterampilan/keahlian; untuk mewujudkan fungsi ini, dituntut derajat
keterampilan/keahlian tertentu.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
9
3. Pemerolehan keterampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin,
melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang
menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Batang tubuh ilmu; suatu profesi didasarkan kepada suatu disiplin ilmu yang
jelas, sistematis dan eksplisit (a systematic body of knowledge) dan bukan
hanya common sense.
5. Masa pendidikan; upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan
keterampilan/keahlian tersebut membutuhkan masa latihan yang lama,
bertahun-tahun, dan tidak cukup hanya beberapa bulan. Hal ini dilakukan pada
tingkat perguruan tinggi.
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional; proses pendidikan tersebut juga
merupakan wahana untuk sosialisasi nilai-nilai profesional di kalangan para
siswa/mahasiswa.
7. Kode etik dalam memberikan pelayanan kepada klien, seorang profesional
berpegang teguh kepada kode etik yang pelaksanaannya dikontrol oleh
organisasi profesi. Setiap pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan
sanksi.
8. Kebebasan untuk memberikan judgment; anggota suatu profesi mempunyai
kebebasan untuk menetapkan judgment-nya sendiri dalam menghadapi atau
memecahkan sesuatu dalam lingkup kerjanya.
9. Tanggungjawab profesional dan otonomi; komitmen pada suatu profesi adalah
melayani klien dan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Tanggungjawab
profesional harus diabdikan kepada mereka. Oleh karena itu, praktek
profesional itu otonom dari campur tangan pihak luar.
Pengakuan dan imbalan sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang lama,
komitmennya dan seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka seorang
profesional mempunyai prestise yang tinggi di mata masyarakat dan karenanya
juga imbalan yang layak.
National Education Association (NEA) (1948) menyarankan ciri-ciri sebagai
berikut; (1) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. (2) Jabatan yang meliputi
batang tubuh ilmu yang khusus. (3) Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang
lama. (4) Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. (5)
Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. (6) Jabatan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
10
yang menentukan bakunya sendiri. (7) Jabatan yang mementingkan layanan diatas
keuntungan pribadi. (8) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin rapat.
D. Karakteristik dan Persyaratan Profesi
Karakteristik profesi yaitu mencakup tentang kepribadian, dan lain-lain. Lebih
rinci karakteristik ini adalah sebagai berikut:
1) Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
2) Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.
3) Pendidikan yang ekstensif: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoretis.
4) Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5) Pelatihan institusional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui
pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6) Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya
dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
7) Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut
bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi
masyarakat.
Syarat profesi yang secara internal memenuhi kriteria administratif, akademis,
dan kepribadian, sehat jasmani dan rohani, bertaqwa, berilmu pengetahuan, berlaku
adil, berwibawa, ikhlas, mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi dan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
11
menguasai bidang yang ditekuninya. Ada beberapa hal yang termasuk dalam syarat-
syarat Profesi seperti:
1) Standar unjuk kerja
2) Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan
standar kualitas
3) Akademik yang bertanggung jawab
4) Organisasi profesi
5) Etika dan kode etik profesi
6) Sistem imbalan
7) Pengakuan masyarakat.
Menurut ornstein dan levine (1984) yang dikutip oleh Firgiawianto (2012),
Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999) bahwa suatu pekerjaan atau jabatan dapat disebut
profesi bila pekerjaan atau jabatan itu dilakukan dengan: (1) Melayani masyarakat
dan merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti
pekerjaan); (2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan
khalayak ramai, tidak setiap orang melakukannya; (3) Menggunakan hasil penelitian
dan aplikasi dari teori praktik (teori baru dikembangkan dari hasil penelitian); (4)
Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang; (5) Terkendali berdasarkan
lisensi baku dan mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut
memerlukan ijin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat
mendudukinya); (6) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja
tertentu (tidak diatur oleh orang lain); (7) Menerima tanggung jawab terhadap
keputusan yang diambil dan tampilan untuk kerjanya berhubungan dengan layanan
yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya,tidak
dipindahkan keatasan instansi yang lebih tinggi); (8) Mempunyai sekumpulan unjuk
kerja yang baku; (9) Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan
penekanan terhadap layanan yang akan diberikan; (10) Menggunakan administrator
untuk memudahkan profesi, relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya
dokter memakai tenaga administrasi untuk mendata klien, sementara tidak ada
supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter sendiri); (11) Mempunyai organisasi yang
diatur oleh anggota profesi sendiri; (12) Mempunyai asosiasi profesi dan atau
kelompok “elit”; (13) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik; (14)
Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
12
Syarat utama suatu profesi sebagai berikut:
1. Suatu jabatan memiliki fungsi signifikansi sosial yang menentukan (crusial).
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik dan
tertulis, bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu yang cukup
lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-
nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu berpegang
teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement
terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom bebas dari
campur tangan orang lain.
10. Jabatan itu mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat oleh karenanya
memperoleh imbalan tinggi pula.
Berikut ini ada beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:
1) Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas.
2) Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program
dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai
dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang
melandasi profesi itu.
3) Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan
memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
4) Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya dalam
memperlakukan kliennya.
5) Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.
6) Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam) terhadap pekerjaan
itu sebagai suatu profesi.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
13
E. Profesi Kependidikan dan Ilmu Pendidikan
Keberadaan pekerjaan - pekerjaan di bidang kependidikan sebagai profesi masih
banyak dipertanyakan. Apakah pendidikan merupakan suatu profesi, dan apakah
pekerjaan mendidik merupakan pekerjaan perofesional? Pertanyaan ini berlangsung
lama, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara-negara maju.
Mungkin rumusan pertanyaannya pun kurang jelas. Di bawah ini ada rumusan
lain. Apakah pekerjaan – pekerjaan mengajar dan mendidik pada umumnya sudah
dinyatakan sebagai profesi oleh peraturan undang – undang? Lalu adakah perbedaan
dalam tingkat – tingkat dan mutu keahlian bagi praktek pekerjaan itu, sehingga
keahlian profesional itu dapat dibedakan dari keahlian non- profesional? Mungkin
sekali keraguan muncul juga karena beberapa kenyataan, di antaranya:
(1) Beragamnya latar belakang pendidikan orang – orang yamg bergerak dalam
profesi ini,
(2) Tiadanya acuan baku mengenai praktek atau prilaku profesional tenaga
kependidikan yang disepakati bersama,(dan dikuatkan hukum),
(3) Tiadanya perbedaan yang nyata dalam performans tenaga kependidikan
yang berlatar belakang pendidikan tenaga kependidikan dengan yang di luar
tenaga kependidikan.
(4) Tidak/belum ada penbedaan dari tingkat / derajat mutu keahlian dalam
keguruan dan bidang pendidikan pada umumnya.
Keadaan itu berpangkal dari ketidakjelasan konsep pendidikan. Pendidikan
cenderung hanya diartikan mengajar. Padahal mendidik itu membesarkan anak melalui
medium pendidikan. Yang terjadi sekarang melalui pengajaran di sekolah – sekolah
pada umumnya bukan mendidik dalam arti “membesarkan” anak, melainkan
memindahkan atau mengajarkan pengetahuan/ informasi.
Status Ilmu Pendidikan memang banyak didiskusikan akhir – akhir ini. Ini
mengaitkan dengan timbulnya sorotan bahkan gugatan terhadap mutu pendidikan.
Kemudian orang mulai secara kritis menoleh kepada hal yang lebih mendasar,
mungkin pangkalnya terletak pada ketidakjelasan status ilmu pendidikan itu sendiri.
Diagnose sementara yang masih bersifat hipotetis menyatakan bahwa ilmu pendidikan
(di kita) sedang mengalami krisis identitas. Batang tubuhnya tak jelas, batas – batasnya
kabur, strukturnya sebagai “a body of knowledge” samar – samar.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
14
Struktur dan kerangka dasar Ilmu Pemdidikan harus di cari, dan rumusan itu bisa
terus berkembang. Ada pandangan bahwa sosok Ilmu Pendidikan masa depan akan
lebih berorientasi futuristik, seraya mengakomodasi perkembangan dalam masyarakat
dan bidang – bidang dalam keilmuan yang lain. Sikap kalangan ilmuwan pendidikan
yang secara ketat terkungkung (atau mengungkung diri?) dalam tembok – tembok yang
disebutnya batas – batas disiplin akan kurang relevan. Memang batas itu harus ada,
tetapi orang harus mau melihat Ilmu Pendidikan secara inter-disiplin dan multi-
disiplin.
Tantangan global masa kini mengharuskan orang-orang yang bergerak dalam
bidang ini untuk melihat pendidikan jauh lebih luas dari apa yang sering diartikan
secara sempit dalam konteks persekolahan. Untuk bisa berperan dalam mengentaskan
martabat manusia dan mengantarkan mereka dalam melakukan transformasi budaya,
maka kalangan ilmuwan pendidikan ditantang untuk juga mau melihat realitas dunia
yang semakin ruwet dan penuh dengan berbagai trend dan bahkan ketidak-pastian.
Untuk itu, studi-studi antropologi, sosiologi, ekologi, dll perlu menjadi menu para ahli
pendidikan.
F. Etika Profesi Keguruan
Secara bahasa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan
atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat. Etika
menurut berbagai literatur sama juga dengan akhlak, moral, serta budi pekerti, dimana
akhlak berarti perbuatan manusia (bahasa arab), moral berasal dari kata “mores” yang
berarti perbuatan manusia, sedangkan budi adalah berasal dari dalam jiwa, ketika
menjadi perbuatan yang berupa manifestasi dari dalam jiwa menjadi pekerti (bahasa
sansekerta).
Menurut para ahli definisi etika adalah:
a. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
b. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
c. H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
15
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika dapat dibagi menjadi
beberapa pengertian, dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi
kepada masyarakat yang memerlukan. Etika dan profesi dewasa ini menjadi
perbincangan yang penting bagi semua kalangan. Bukan hanya etika profesi untuk
guru saja, tetapi semua kalangan pun akan memberlakukan etika dalam profesi sebagai
seorang pekerja.
Etika profesi sebagai seorang guru khususnya. Kieser menuliskan: “Seluruh ilmu
dan usahanya hanya demi kebaikan pasien/klien. Menurut keyakinan orang dan
menurut aturan-aturan kelompok (profesi luhur), para profesional wajib membaktikan
keahlian mereka semata-mata kepada kepentingan yang mereka layani, tanpa
menghitung untung ruginya sendiri. Sebaliknya, dalam semua etika profesi, cacat jiwa
pokok dari seorang profesional ialah bahwa ia mengutamakan kepentingannya sendiri
di atas kepentingan klien.” Para pelaksana profesi luhur ini harus memiliki pegangan
atau pedoman yang ditaati dan diperlukan oleh para anggota profesi, agar kepercayaan
para klien tidak disalahgunakan. Selanjutnya hal ini kita kenal sebagai kode etik.
Mengingat fungsi dari kode etik itu, maka profesi luhur menuntut seseorang untuk
menjalankan tugasnya dalam keadaan apapun tetap menjunjung tinggi tuntutan
profesinya.
Jabatan guru juga merupakan sebuah profesi. Namun demikian profesi ini tidak
sama seperti profesi-profesi pada umumnya. Mereka yang memilih profesi ini wajib
menyadari bahwa motivasi dalam bekerja adalah keinginan untuk mengabdi kepada
sesama serta menjalankan dan menjunjung tinggi kode etik yang telah diikrarkannya,
bukan semata-mata segi materinya belaka. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
menyadari bahwa Pendidikan adalah merupakan suatu bidang Pengabdian terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya.
Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang –Undang Dasar 1945 . Maka Guru
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
16
Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai Guru dengan mempedomani
dasar –dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangun yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing –masing
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri – sendiri dan atau bersama – sama berusaha mengembangkan
dan meningkatkan mutu Profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan.
8. Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi
Guru Profesional sebagai sarana pengabdiannya
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah
dalam bidang Pendidikan.
Bila kita membicarakan tentang konsep dasar, maka kita akan dihubungkan
dengan konsep dari profesi itu sendiri, etika profesi, dan landasan filosofinya dan
secara tidak langsung pula kita diarahkan pada pertanyaan tentang mengapa muncul
konsep, etika dan landasan filosofi dalam berprofesi dan harus seperti apa konsep,
etika dan landasan filosofi yang baik dalam berprofesi khususnya profesi sebagai
pendidik atau Guru. Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami apa arti
dari etika dan profesi itu sendiri dan selanjutnya konsep dasar etika profesi guru.
Etika hubungan guru dengan peserta didik menuntut terciptanya hubungan berupa
helping relationship (Brammer,1979), yaitu hubungan yang bersifat membantu dengan
mengupayakan terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi perkembangan peserta
didik.
Etika hubungan guru dengan pimpinan di sekolah menuntut adanya kepercayaan.
bahwa guru percaya kepada pimpinannya dalam memberi tugas dapat dan sesuai
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
17
kemampuan serta guru percaya setiap apa yang telah dikerjakan mendapatkan imbalan
dan sebaliknya pimpinan harus yakin bahwa tugas yang telah diberikan telah dapat
dilaksanakan. Guru sangat perlu memelihara hubungan baik dengan masyarakat untuk
kepentingan pendidikan. Guru juga harus menghayati apa saja yang menjadi tanggung
jawab tugasnya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
18
BAB II
KEGIATAN DAN JABATAN GURU
A. Pengertian Guru
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara
terpola, formal dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (Pasal 1) dinyatakan bahwa : “Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah”.
Dalam bahasa Inggris ditemukan beberapa kata untuk sebutan guru, yaitu
“teacher”, “tutor”, “educator”, dan “instructor”. Kamus Webster‟s rinci menjelaskan;
teacher diartikan seseorang yang mengajar; tutor diartikan seseorang yang
memberikan pengajaran terhadap siswa/ seorang guru privat; instructor adalah
seseorang yang mengajar/guru; educator diartikan dengan seseorang yang mempunyai
tanggung jawab pekerjaan mendidik yang lain. Kamus Umum Bahasa Indonesia
mengartikan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (WJS
Poerwadarminta, 1995: 228). Dalam Ensiklopedi bebas Wikipedia, guru (berasal dari
bahasa Sanskerta) berarti "berat". Dapat bermakna bahwa guru adalah seorang
pengajar suatu ilmu.
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Secara umum, guru adalah pendidik dan pengajar pada
sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-
guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang
lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap
seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain:
dosen, mentor, tentor, dan tutor. Di Indonesia secara formal, guru adalah seorang
pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan
latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki
ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen
yang berlaku di Indonesia.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
19
Menurut Amitai Etzioni (1969:89) guru adalah jabatan semi profesional karena:
"...The training (of teacher) is shorter, their status less legitimated (low or moderate),
their right to privilege communication less established; there is less of a specialized
knowledge, and they have less autonomy from supervision or societal control than 'the
professions'...". Guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul, dan karena itu
mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semiprofesional, bahkan mendekati
jabatan profesi penuh.
Makagiansar, M. (1996) profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang
pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu. Nasanius,
Y. (1998) mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga
masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada
beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: (a)
sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih (b)
pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai petugas kemaslahatan dengan fungsi mengajar
dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik. Galbreath, J.
(1999) Profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan
atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas berat mencerdaskan anak didik. Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi
lainnya merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab,
dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang yang tidak
dilatih atau dipersiapkan untuk itu.
B. Jenis, Fungsi Dan Jabatan Guru
Kalau kita ikuti perkembangan profesi keguruan Indonesia, jelas bahwa pada
mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari orang-orang yang tidak berpendidikan
khusus untuk menduduki jabatan guru. Dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia,
Nasution (1987) sejarah jelas melukiskan perkembangan guru di Indonesia. Pada
mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki pendidikan khusus yang
ditambah dengan orang-orang yang lulus dari sekolah guru (kweekschool) yang
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
20
pertama kali didirikan di Solo tahun 1852. Karena mendesaknya keperluan guru maka
Pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru yaitu:
1) Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh.
2) Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi
guru.
3) Guru bantu. Yakni yang lulus ujian guru bantu.
4) Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru.
5) Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal dari
warga yang pernah mengecap pendidikan.
Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebagai jabatan profesional penuh,
status mulai membaik. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di
DPR/MPR. Dalam sejarah pendidikan guru Indonesia, guru pernah mempunyai
status yang sangat tinggi di masyarakat, mempunyai wibawa yang sangat tinggi, dan
dianggap sebagai orang yang serba tahu.
Pergeseran pandangan masyarakat tentang keberadaan seorang guru,
memunculkan sebuah pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia pendidikan
saat ini. Guru sebagai sosok yang ikut andil dalam proses belajar mengajar mempunyai
peranan yang penting, pasalnya seperti dalam pepatah jawa yang mengatakan bahwa
seorang guru adalah seorang yang patut digugu (dipercaya) dan ditiru (menjadi
panutan), jadi guru benar-benar menjadi panutan dan contoh bagi masyarakat pada
umumnya dan bagi peserta didik pada khususnya. Oleh karena itu sebagai seorang
guru harus memiliki etika yang baik. Seperti tertera dalam buku Ringkasan Ihya‟
Ulumuddin, karangan Imam Ghazali, disana di tuliskan bahwa: “orang yang alim
menjalankan agama, patutlah makanan dan pakaiannya, tempat tinggal dan segala yang
berkaitan dengan penghidupannya di dunia bersifat sedang. Ia tidak condong kepada
kemewahan dan tidak suka bersenang-senang serta tidak berlebih-lebihan dalam
kemewahan ini, jika ia tidak bersifat zuhud. Patutlah dia tidak bergaul dengan raja-raja
dan orang-orang kaya sedapat mungkin untuk menghindari fitnah.”
a. Jenis Guru
Terdapat berbagai jenis sebutan guru yang ada di Indonesia disesuaikan dengan
tugas dan peranannya di dalam suatu sekolah, yaitu guru wali kelas, guru mata
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
21
pelajaran, dan guru BK (Bimbingan Konseling). Guru wali kelas adalah guru bidang
studi tertentu namun mereka mendapat tugas lain sebagai penanggung jawab dinamika
pembelajaran di dalam kelas tertentu (Nur Kholiq, Tt). Guru mata pelajaran disebut
juga guru bidang studi yang berperan sebagai seorang pendidik yang mengajarkan,
mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik sesuai dengan bidang studi (mata pelajaran) yang dikuasainya. Guru BK
(Bimbingan Konseling) disebut juga konselor pendidikan adalah konselor yang
bertugas dan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik di satuan pendidikan. Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi
yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
maupun Undang-undang tentang Guru dan Dosen. Konselor pendidikan semula
disebut sebagai Guru Bimbingan Penyuluhan (Guru BP). Seiring dengan perubahan
istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan
Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan guru lain,
kemudian disebut pula sebagai Guru Pembimbing (Ensiklopedia bebas Wikipedia,
2011).
1. Berdasarkan sifat, tugas, dan kegiatannya, guru digolongkan dalam 4 jenis guru
sebagai berikut:
a) Guru Mata Pelajaran, adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam proses belajar mengajar mata pelajaran
tertentu.
b) Guru Pembimbing, adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik.
c) Guru Praktik, guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak secara penuh dalam proses belajar mengajar pada kegiatan praktik di SMK.
2. Pemilihan dan penetapan jenis guru:
a) Seorang guru hanya dapat memilih dan menetapkan satu jenis guru yang sesuai
dengan spesialisasi/bidang keahliannya, atau tugas yang telah diembannya
selama ini, contohnya :
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
22
Tabel
Contoh Daftar Nama Guru, Bidang Keahlian dan Jenis Guru
No. N a m a Bidang Keahlian Jenis Guru
1. Drs. Ahmad Syarif S1 / Matematika Guru Mata Pelajaran
Matematika
2. Salmiyatun, SPd. Psikologi Pendidikan Guru Pembimbing
3. Drs. Zulhelmi, SE S1/
Sosiologi/Ekonomi
Guru Mata Pelajaran
Sosiologi atau Ekonomi
4. Ir. Abas Hasan S1/Teknik Mesin Guru Mata Pelajaran atau
Guru Praktik
b) Guru yang bertugas sebagai Kepala Sekolah atau Wakil Kepala Sekolah, dalam
memilih dan menetapkan jenis guru, maka yang bersangkutan harus
memperhatikan bidang keahliannya atau spesialisasinya, baik yang diperoleh
melalui pendidikan sekolah, pengalaman, maupun pelatihan yang telah
diperolehnya. Dalam melaksanakan tugas dalam proses belajar mengajar, yang
bersangkutan wajib mengajar dan bersifat tetap, bukan sebagai standing teacher
(guru pengganti bila guru yang seharusnya berhalangan hadir).
c) Pergantian jenis guru satu ke jenis guru lain dapat dilakukan, apabila seorang
guru memperoleh bidang keahlian yang berbeda dengan yang telah dimiliki
dengan persetujuan Kepala Sekolah yang menjadi atasannya langsung.
b. Fungsi Guru
Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik
masyarakat, tempat masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah
pribadi maupun sosial. Namun, wibawa guru mulai memudar sejalan dengan kemajuan
zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang
meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Ketika ilmu pengetahuan masih terbatas, penemuan hasil-hasil teknologi belum
berkembang hebat seperti sekarang ini, maka peran utama guru di sekolah adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang
dianggap berguna sehingga harus dilestarikan. Dalam kondisi demikian guru berperan
sebagai sumber belajar.
Setiap guru wajib melakukan berbagai kegiatan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung-jawabnya. Lingkup kegiatan guru tersebut meliputi: (1) mengikuti
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
23
pendidikan, (2) menangani proses pembelajaran, (3) melakukan kegiatan
pengembangan profesi dan (4) melakukan kegiatan penunjang.
Guru sebagai tenaga profesional mempunyai peran yang bermacam-macam
sesuai dengan fungsi guru tersebut, antara lain:
1) Peran dan Fungsi Guru Wali Kelas. Sebagai pengelola kelas tertentu dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan: (1) Membantu guru
pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya; (2) Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan
peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya; (3) Membantu memberikan kesempatan dan
kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya,
untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling;
(4) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti
konferensi kasus; dan (5) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor.
2) Peran dan Fungsi Guru Mata Pelajaran. Di sekolah, tugas dan tanggung jawab
utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian,
bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna
kepentingan efektivitas dan efisien. Guru-guru mata pelajaran dalam melakukan
pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah,
mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
3) Peran dan fungsi Guru Bimbingan dan Konseling. Dalam batas-batas tertentu guru
pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Salah satu peran yang
dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing, guru harus memiliki pemahaman
tentang anak yang sedang dibimbingnya. Bimbingan itu suatu proses, artinya
bahwa kegiatan bimbingan bukan sekali jadi melainkan sebagai suatu proses
berkelanjutan sesuai dengan dinamika perkembangan individu. Pengertian
konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan
masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan
keadaan individu yang dihadapinya untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Bimbingan konseling mempunyai unsur-unsur yang dapat dijelaskan sebagai
berikut: (a) Adanya wawancara langsung (face to face) dari dua individu, satu
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
24
sebagai konselor dan yang lain sebagai klien. (b) Adanya masalah yang dihadapi
klien yang harus dipecahkan. (c) Klien sangat memerlukan bantuan dari konselor
dalam memecahkan masalah. (d) Ada hubungan timbal balik, saling menghargai
dan menghormati sehingga tumbuh saling percaya mempercayai. (e) Konselor
membantu untuk meningkatkan kemampuan agar klien mampu memecahkan
masalahnya sendiri.
Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara
lain: (a) sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan
melatih; (b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh
kemampuan kemanusiaan yang dimiliki; (c) sebagai petugas kemaslahatan dengan
fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik.
C. Guru Sebagai Profesi
Ada tujuh komponen yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan
tugasnya sebagai guru yang profesional, yaitu:
1. Guru sebagai sumber belajar.
Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi
pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang profesional manakala ia dapat
menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai
sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan
dengan materi pelajaran yang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh
keyakinan. Sebagai sumber belajar, guru harus memiliki bahan referensi yang
lebih banyak dibandingkan dengan siswanya.
Guru harus mampu menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa
yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya. Guru
harus mampu melakukan pemetaan materi pelajaran, misalnya dengan
menentukan materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi
tambahan, dan mana materi yang diingat kembali karena pernah di bahas.
2. Guru sebagai fasilitator.
Sebagai fasilitator guru guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat
melaksanakan peran sebagai fasilitator, ada beberapa hal yang harus dipahami
guru, yaitu; (1) Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
25
beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman terhadap media
penting, belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan semua
bahan pelajaran. (2) Guru perlu mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu
media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Dengan merancang media yang
cocok akan memudahkan proses pembelajaran, yang pada gilirannya tujuan
pembelajaran akan tercapai secara optimal. (3) Guru dituntut untuk mampu
mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan sebagai
sumber belajar, termasuk memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan
tehnolgi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan
teknologi mutakhir. Melalui teknologi informasi memungkinkan setiap guru bisa
menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok. (4) Sebagai fasilitator
guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif
dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar mereka.
3. Guru Sebagai pengelola.
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap
kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa. Sebagai manajer guru
memiliki empat fungsi umum; (1) Merencanakan tujuan belajar. Fungsi
perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer.
Kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya memperkirakan
tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus, menentukan topik
yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber yang
diperlukan. Melalui fungsi ini guru berusaha menjembatani jurang dimana murid
berada dan kemana mereka harus pergi. Keputusan semacam ini menuntut
kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif. (2) Mengorganisasikan berbagai
sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar. Fungsi pengorganisasian
melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang
kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka
mewujutkan tujuan program pembelajaran yang telah direncanakan. (3)
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
26
Memimpin yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.
Fungsi memimpin adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya
tertentu. Tugas memimpin adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong,
dan mengawasi siswa sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan. (4) Mengawasi segala sesuatu apakah sudah berfungsi sebagaimana
mestinya atau belum dalam rangka pencapaiaan tujuan. Fungsi mengawasi
bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rencana
yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan
pengambilan pengawasan yang terstruktur, walaupun proses tersebut sangat
kompleks.
4. Guru sebagai demonstrator.
Peran guru sebagai demonstrator adalah peran guru agar dapat mempertunjukkan
kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan
memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai
demonstrator; (1) sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sifat-sifat
terpuji dalam setiap aspek kehidupan, dan guru merupakan sosok ideal yang dapat
diteladani siswa; (2) sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan
bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati
oleh setiap siswa.
5. Guru sebagai pembimbing.
Seorang guru dan siswa seperti halnya petani dengan tanamannya. Seorang petani
tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat tumbuh dengan menarik batang atau
daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah
serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah
menjaga agar tanamannya itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama dan
penyakit yang bisa menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh
dengan sehat, hingga tanaman menghasilkan buah. Demikian juga halnya seorang
guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi “ini” atau jadi “itu”.
Siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tugas guru
adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensinya.Agar guru dapat berperan sebagai
pembimbing, ada dua hal yang harus dimiliki; (1) guru harus memahami anak
didik yang sedang dibimbingnya. Misalnya memahami tentang gaya dan kebiasaa
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
27
belajarnya, memahami potensi dan bakatnya. (2) guru harus memahami dan
terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang
akan dicapai, maupun merencanakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan
dapat dilakukan dengan baik, manakala sebelumnya guru merencanakan hendak
dibawa kemana siswanya, apa yang harus dilakukan, dan lain sebagainya.
6. Guru sebagai motivator.
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang
sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan
oleh kurangnya kemampuan. Tetapi disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk
belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru
dituntut kreatif untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Beberapa hal yang patut diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajar
adalah sebagai berikut: (1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai, (2)
Membangkitkan minat siswa, (3) Menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, (4) Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa, (5)
Memberikan penilaian yang positif, (6) Memberi komentar tentang hasil pekerjaan
siswa, dan (7) Menciptakan persaingan dan kerjasama.
7. Guru sebagai evaluator.
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi tidak hanya
dilakukan terhadap hasil akhir pembelajaran (berupa nilai atau angka-angka) tetapi
juga dilakukan terhadap proses, kinerja, dan skill siswa dalam proses
pembelajaran.
Guru sebagai jabatan/pekerjaan profesional memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri
pokok dari pekerjaan profesional sebagai berikut:
1. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang
hanya mungkin didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai,
sehingga kinerjanya didasarkan pada keilmuan yang dimilikinya dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang
spesifik sesuai dengan jenis profesinya sehingga antara profesi yang satu dengan
yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
28
3. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan pada latar belakang
pendidikan yang dialaminya dan diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi
latar belakang pendidikan akademis sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula
tingkat penghargaan yang diterimanya.
4. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki kepekaan yang
sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya
itu.
Ciri-ciri dan karakteristik dari proses mengajar sebagai tugas profesional sebagai
berikut:
1. Mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi
merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan
pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik. Artinya, setiap keputusan dalam
melaksanakan aktivitas mengajar bukanlah didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan subyektif atau tugas yang dapat dilakukan sekehendak hati, akan
tetapi didasarkan pada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu,
sehingga apa yang dilakukan guru dalam mengajar dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan
latar belakang yang sesuai dengan latar belakang kependidikan keguruan.
2. Sebagaimana halnya tugas seorang dokter yang berprofesi menyembuhkan
penyakit pasiennya, maka tugas seorang guru pun memiliki bidang keahlian yang
jelas, yaitu mengantarkan peserta didik ke arah tujuan yang jelas, yaitu
mengantarkan peserta didik ke arah tujuan yang diinginkan. Memang hasil
pekerjaan seorang dokter atau profesi lainnya berbeda dengan hasil pekerjaan
seorang guru. Kinerja profesi non keguruan, seperti seorang dokter biasanya dapat
dilihat dalam waktu yang singkat. Dikatakan seorang dokter yang profesional
mana kala dalam waktu yang singkat dapat menyembuhkan pasien dari
penyakitnya. Namun, tidak demikian dengan guru. Hasil pekerjaan guru seperti
mengembangkan minat dan bakat serta potensi yang dimiliki seseorang, termasuk
mengembangkan sikap tertentu memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga
hasilnya baru dapat dilihat setelah beberapa lama, mungkin satu generasi. Oleh
karena itu, kegagalan guru dalam melakukan pembelajaran, berarti kegagalan
membentuk satu generasi manusia.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
29
3. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang
keahliannya, diperlukan tingkat keahlian yang memadai. Menjadi guru bukan
hanya cukup memahami materi yang harus disampaikan, akan tetapi juga
diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan
yang lain, misalnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan manusia,
pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah laku, kemampuan merancang
dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan mendesain
strategi pembelajaran yang tepat dan lain sebagainya, termasuk mengevaluasi
proses dan hasil kerja. Oleh karena itu, seorang guru bukan hanya tahu tentang
what to teach, akan tetapi juga paham tentang how to teach. Kemampuan-
kemampuan semacam itu tidak mungkin datang dengan sendirinya, akan tetapi
hanya mungkin didapatkan dari satu lembaga pendidikan khusus yaitu lembaga
pendidikan keguruan.
4. Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan
berperan aktif di masyarakat. Oleh sebab itu, tidak mungkin pekerjaan seorang
guru dapat melepaskan diri dari kehidupan sosial. Hal ini berarti apa yang
dilakukan guru akan memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat.
Sebaliknya, semakin tinggi derajat profesionalisme seseorang, misalnya tingkat
keguruan seseorang, maka semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan
masyarakat.
d. Kewajiban Guru
Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, akan tetapi pekerjaan yang
dinamis, yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu guru dituntut peka terhadap dinamika
perkembangan masyarakat baik perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah,
perkembangan sosial budaya, politik, termasuk perkembangan teknologi.
Kewajiban Guru dalam melaksanakan tugas adalah:
a) Merencanakan pembelajaran dan atau bimbingan, melaksanakan pembelajaran dan
atau bimbingan yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran dan
atau bimbingan, serta melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
30
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
c) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
Guru, serta nilai agama dan etika.
e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Jabatan Guru
Menurut Undang-Undang nomor 8/1974 tentang pokok kepegawaian, ada dua
jenis pegawai negeri sipil, yakni jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan
struktural adalah jabatan maneger yang disusun pada struktur organisasi serta dibawahi
oleh satu jabatan atasan dan membawahi beberapa struktur bawahan. Sedangkan
jabatan fungsional adalah jabatan profesi yang disusun untuk menerapkan fungsi
tertentu suatu organisasi, yang didasarkan pada tingkat keahlian dan keterampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan fungsi dan profesinya.
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Permenegpan RB) No. 16 tahun 2009 dijelaskan bahwa Jabatan
fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai
Negeri Sipil. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Jabatan guru terdiri dari empat bentuk keinginan atau aktivitas, yakni:
1. Pendidikan
2. Proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan
3. Pengembangan profesi
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
31
4. Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan
Syarat-syarat profesi jabatan guru, sebagai berikut:
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan
kepentingan pribadi.
b. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep-konsep serta prisip-prinsip pengetahuan khusus yang
mendukung keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu
mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara
kerja.
e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri
dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.
g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.
h. Memandang profesi suatu karier hidup (a live career) dan menjadi seorang
anggota yang permanen.
Guru adalah jabatan fungsional bagi pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan disekolah.secara rinci
jabatan fungsional adalah sebagai berikut: (1) Pengatur Muda II/a Guru Pratama; (2)
Pengatur Muda Tk.1 II/b Guru Pratama Tk.; (3) Pengatur II/c Guru Muda; (4) Pengatur
Tk.1 II/d Guru Muda Tk.1; (5) Penata Muda III/a Guru Madya; (6) Penata Muda Tk.1
III/b Guru Madya Tk.1; (7) Penata III/c Guru Dewasa; (8) Penata Tk.1 III/d Guru
Dewasa Tk.1; (9) Pembina IV/a Guru Pembina; (10) Pembina Tk.1 IV/b Guru
Pembina Tk. 1; (11) Pembina Utama Muda IV/c Guru Utama Muda; (12) Pembina
Utama Madya IV/d Guru Utama Madya; (13) Pembina Utama IV/e Guru Utama.
Jenjang jabatan, golongan ruang guru dan persyaratan kumulatif nilai prestasi
kerja guru untuk kenaikan jabatan dan atau golongan ruang setingkat lebih tinggi, bagi
setiap jabatan guru dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi digambarkan
dalam tabel berikut ini :
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
32
Tabel
Jenjang Jabatan Guru, Golongan Ruang
Persyaratan Nilai Kinerja untuk Kenaikan Golongan dan Jabatan
No JABATAN GURU Golongan
Ruang
Persyaratan Nilai untuk Kenaikan
Golongan/Jabatan
Kumulatif
Minimal
Per-Jenjang
01 02 03 04 05
1. Guru Pratama II/a 25 25
2. Guru Pratama Tingkat I II/b 40 15
3. Guru Muda II/c 60 20
4. Guru Muda Tingkat I II/d 80 20
5. Guru Madya III/a 100 20
6. Guru Madya Tingkat I III/b 150 50
7. Guru Dewasa III/c 200 50
8. Guru Dewasa Tingkat I III/d 300 100
9. Guru Pembina IV/a 400 100
10. Guru Pembina Tingkat I IV/b 550 150
11. Guru Utama Muda IV/c 700 150
12. Guru Utama Madya IV/d 850 150
13. Guru Utama IV/e 1000 150
Tiga unsur utama yang menjadi tolak ukur tiap jabatan fungsional adalah:
1. Pelaksanan tugas sehari-hari
2. Mengembangkan ilmu dan keterampilan.
3. Pengabdian pada masyarakat.
Jenis Guru berdasarkan sifat, tugas, dan kegiatannya meliputi guru kelas, guru
mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling/konselor. Rincian kegiatan tugas
jabatan guru kelas dimuat pada Permenegpan RB pasal 13 ayat 1, guru mata pelajaran
pada Permenegpan RB pasal 13 ayat 2, dan guru bimbingan dan konseling/konselor
pada Permenegpan RB pasal 13 ayat 3.
Adapun rincian kegiatan tugas jabatan guru berdasarkan jenisnya adalah sebagai
berikut:
1. Rincian Kegiatan Jabatan Guru Kelas; (a) Menyusun kurikulum pembelajaran
pada satuan pendidikan; (b) Menyusun silabus pembelajaran; (3) Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran; (c) Melaksanakan kegiatan pembelajaran;
(d) Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran; (e) Menilai dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran di kelasnya; (f)
Menganalisis hasil penilaian pembelajaran; (g) Melaksanakan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
33
pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi; (h) Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya; (i) Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi
terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; (j) Membimbing
guru pemula dalam program induksi; (k) Membimbing siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler proses pembelajaran; (l) Melaksanakan pengembangan diri; (m)
Melaksanakan publikasi ilmiah; dan (n) Membuat karya inovatif.
2. Rincian Kegiatan Guru Mata Pelajaran: (a) Menyusun kurikulum pembelajaran
pada satuan pendidikan; (b) Menyusun silabus pembelajaran; (c) Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran; (d) Melaksanakan kegiatan pembelajaran;
(e) Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran; (f) Menilai dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran yang diampunya; (g)
Menganalisis hasil penilaian pembelajaran; (h) Melaksanakan
pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi; (i) Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan
hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; (j) Membimbing guru pemula dalam
program induksi; (k) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses
pembelajaran; (l) Melaksanakan pengembangan diri; (m) Melaksanakan
publikasi ilmiah; dan (n) Membuat karya inovatif.
3. Rincian Kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor: (a) Menyusun
kurikulum bimbingan dan konseling; (b) Menyusun silabus bimbingan dan
konseling; (c) Menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling; (d)
Melaksanakan bimbingan dan konseling per semester; (e) Menyusun alat
ukur/lembar kerja program bimbingan dan konseling; (f) Mengevaluasi proses
dan hasil bimbingan dan konseling; (g) Menganalisis hasil bimbingan dan
konseling; (h) Melaksanakan pembelajaran/perbaikan tindak lanjut bimbingan
dan konseling dengan memanfaatkan hasil evaluasi; (i) Menjadi pengawas
penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan
nasional; (j) Membimbing guru pemula dalam program induksi; (k)
Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran; (l)
Melaksanakan pengembangan diri; (m) Melaksanakan publikasi ilmiah; dan (n)
Membuat karya inovatif.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
34
Guru selain melaksanakan kegiatan dapat melaksanakan tugas tambahan
dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah sebagai:
1) Kepala sekolah/madrasah;
2) Wakil kepala sekolah/madrasah;
3) Ketua program keahlian atau yang sejenisnya;
4) Kepala perpustakaan sekolah/madrasah;
5) Kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya pada
sekolah/madrasah; dan
6) Pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi.
Rincian kegiatan tugas jabatan guru ini diperlukan oleh guru kelas, guru mata
pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling/konselor dalam menjalankan jabatan
fungsionalnya. Selain itu sebagai pedoman dalam Penilaian Kinerja (PK) guru dan
Penilaian Prestasi Kerja (PPK) khusunya pada bagian Sasaran Kerja Guru (SKP).
Unsur – unsur yang dimulai dalam perolehan angka kredit terdiri dari dari unsur
utama (meliputi aktifitas pendidikan, PBM atau BP dan mengembangkan profesi)
minimal 70% dan unsur penunjang (aktifitas penunjang PBM atau BP) maksimum
30%.
D. Perlindungan Hukum Yang Diperoleh Seorang Guru
Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul, menyusul keluarnya
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, lalu
muncul pula Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam
kedua undang-undang tersebut, secara khusus dibicarakan mengenai tenaga
kependidikan. Ini menunjukkan bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting
dalam rangka upaya memajukan pendidikan secara keseluruhan.
Bagi profesi kependidikan, undang-undang sistem pendidikan nasional dan
undang-undang guru dan dosen mempunyai arti yang sangat penting, karena dalam
undang-undang ini, profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya, bahkan
pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaannya. Insan-insan pendidikan
(yaitu tenaga kependidikan dan murid) dilindungi secara hukum, mempunyai hak-hak
di samping kewajiban-kewajibannya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
35
Gagasan mendasar yang dikandung Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional
dan Undang-Undang Guru dan Dosen dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan
ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti terhadap jabatan guru khususnya
dan tenaga kependidikan umunya. Profesi-profesi ini secara tegas akan dilindungi,
dihargai, diakui dan dijamin keberadaannya secara hukum. Perlindungan itu secara
eksplisit dikemukakan dalam banyak pasal, baik pada Undang-Undang Sistem
Pendidikan nasional maupun Undang-Undang Guru dan Dosen. Prinsip-prinsip
tersebut berlaku untuk tenaga kependidikan pada semua jenjang pendidikan. Proteksi
terhadap jabatan tenaga kependidikan menyangkut juga lembaga penghasilnya, yakni
LPTK.
Dengan adanya 2 Undang-Undang tersebut berkaitan erat dengan dasar
pengakuan status profesional tenaga kependidikan ialah adanya perlindungan hukum
bagi tenaga kependidikan dalam menjalankan tugasnya. Hal ini membuktikan adanya
keistimewaan kepada tenaga kependidikan, karena memiliki “dua jenis” perlindungan
hukum, yaitu sebagai warga negara biasa dan sebagai tenaga kependidikan.
Perlindungan hukum begitu penting bagi tenaga kependidikan, karena hanya
dengan ada jaminan ini maka mereka akan terbebas dari rasa terancam, tidak berani
mengambil resiko, tidak mampu mengambil keputusan mandiri. Padahal sifat-sifat
semacam ini justru merupakan ciri-ciri yang seharusnya melekat pada orang-orang
profesional, termasuk tenaga kependidikan. Perlindungan hukum bagi tenaga
kependidikan memerlukan penjabaran lebih lanjut, dan yang lebih penting lagi adalah
implementasinya secara nyata, jangan sampai jaminan ini hanya ada di atas kertas.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
36
BAB III
KOMPETENSI GURU
Guru adalah salah satu unsur penting yang harus ada sesudah siswa. Apabila
seorang guru tidak punya sikap profesional maka murid yang di didik akan sulit untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini karena guru adalah salah satu tumpuan
bagi negara dalam hal pendidikan. Dengan adanya guru yang profesional dan
berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa yang berkualitas pula. Kunci
yang harus dimiliki oleh setiap pengajar adalah kompetensi. Kompetensi adalah
seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru di dalam menjalankan tugas
profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa dicapai
dengan baik.
Menurut Finch & Crunkilton, (1992: 220) Menyatakan “Competencies are those
taks, skills, attitudes, values, and appreciation thet are deemed critical to successful
employment”. Pernyataan ini mengandung makna bahwa kompetensi meliputi tugas,
keterampilan, sikap, nilai, apresiasi diberikan dalam rangka keberhasilan
hidup/penghasilan hidup. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi merupakan
perpaduan antara pengetahuan, kemampuan, dan penerapan dalam melaksanakan tugas
di lapangan kerja.
Kompetensi guru terkait dengan kewenangan melaksanakan tugasnya, dalam hal
ini dalam menggunakan bidang studi sebagai bahan pembelajaran yang berperan
sebagai alat pendidikan, dan kompetensi pedagogis yang berkaitan dengan fungsi guru
dalam memperhatikan perilaku peserta didik belajar (Djohar, 2006 : 130)
Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif dilibatkan dalam
memecahkan masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi, serta
menyajikan dan mempertahankan pandangan dan basil kerja mereka kepada
teman sejawat dan yang lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara
intensif dengan guru lainnya dalam merencanakan pembelajaran, baik
individual maupun t im, membuat keputusan tentang desain sekolah,
kolaborasi tentang pengembangan kurikulum, dan partisipasi dalam proses
penilaian. Berikut akan diuraikan tentang kompetensi profesional yang harus
menjadi andalan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
37
Sementara itu, standard kompetensi yang tertuang ada dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional mengenai standar kualifikasi akademik serta kompetensi guru
dimana peraturan tersebut menyebutkan bahwa guru profesional harus memiliki 4
kompetensi guru profesional yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional serta kompetensi sosial.
A. Kompetensi Umum
Menurut Sudjana (2002:17-19) Kompetensi profesional guru dapat
dikelompokkan menjadi tiga bidang yaitu pedagogik, personal dan sosial. Kompetensi
pedagogik menyangkut kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran,
pengetahuan menganai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu, pegetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi
kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar, pengetahuan tentang
kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.
Kompetensi bidang personal menyangkut kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai
pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang
dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang
keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
Kompetensi sosial menyangkut kemampuan guru dalam berbagai
ketrampilan/berperilaku, seperti ketrampilan mengajar, membimbing, menilai,
menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa,
ketrampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, ketrampilan menyusun
persiapan/ perencanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas, dan
lain-lain.
Perbedaan dengan kompetensi kognitif terletak pada sifatnya. Kompetensi
kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuannya, pada kompetensi perilaku
yang diutamakan adalah praktek/ketrampilan melaksanakannya.
Menurut Murniati (2007 : 2) salah satu ciri dari profesi dituntut memiliki
kecakapan yang memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang
berwewenang (standar kompetensi guru). Istilah kompetensi diartikan sebagai
perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan
dalam pola berpikir dan bertindak atau sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
38
tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial (Depdiknas, 2005:90-91), lebih rinci yaitu:
1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang yang mantap, arif, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
3) Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dap mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum matapelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru.
4) Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 28 bahwa: Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik
adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Kompetensi guru menurut Surya dalam Kunandar (2007:55) meliputi:
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
39
1. Kompetensi intelektual,yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam
diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai
guru.
2. Kompetensi fisik yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi.
3. Kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemapuan
individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk
melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri.
4. Kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari
pemahaman diri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial
serta tercapainya interaksi social secara efektif.
5. Kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengalaman
kaidah-kaidah keagamaan.
Menurut Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, untuk
dapat menjadi guru yang profesional seseorang harus memiliki empat kompetensi,
yakni kompetensi pedogagik, kompetensi kepibadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi profesional merupakan penguasan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, mencakup penguasaan materi kurikulum pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadapa
struktur dan metodologi keilmuannya. Sedangkan kompetensi social merupakan
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
Menurut Kunandar (2007:56) untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki
kompetensi, maka diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek
kompetensi yang ada pada dirinya, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional,
dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi pribadi adalah sikap guru berjiwa
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
40
pancasila yang mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi
kelestarian bangsa dan negaranya. Kompetensi profesional adalah penguasaan
akademik yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus
sehingga guru itu memiliki wibawa akademis. Sementara itu, kompetensi
kemasyarakatan (sosial) adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk
partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tempat ia
bekerja, baik formal maupun informal. Guru yang dapat mengembangkan ketiga aspek
kompetensi dalam dirinya dengan baik, maka ia tidak hanya memperoleh keberhasilan
tetapi juga akan memperoleh kepuasan atas profesi yang dipilihnya.
Kompetensi yang dimiliki guru dalam melaksanakan profesinya, selain
menguasai teknik dan strategi dalam kegiatan pembelajaran juga harus menguasai
seperangkat kemampuan (competency) yang beraneka ragam. Jenis-jenis kompetensi
menurut Usman (2004:15) dibagi menjadi 2 yaitu: Kompetensi Pribadi dan
Kompetensi Profesional.
1. Kompetensi Pribadi
Mengembangkan kepribadian yaitu: bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila,
mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru.
Berinteraksi dan berkomunikasi, yaitu: berinteraksi dengan teman sejawat
untuk meningkatkan kemampuan profesional, berinteraksi dengan masyarakat
untuk penuaian misi pendidikan.
Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, yaitu: membimbing siswa yang
mengalami kesulitan belajar, membimbing siswa yang berkelainan dan
berbakat khusus.
Melaksanakan administrasi sekolah, yaitu: mengenal pengadministrasian
sekolah, melaksanakan kegiatan pengadministrasian sekolah.
2. Kompetensi Profesional
Menguasai landasan kependidikan, seperti: mengenal tujuan pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam
masyarakat, dan mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Menguasai bahan pembelajaran, seperti: menguasai materi pembelajaran,
kurikulum pembelajaran sesuai jurusan.
Menyusun progam pengajaran, seperti: menetapkan tujuan, memilih dan
mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan media
pembelajaran, memilih dan mengembangkan sumber belajar.
Melaksanakan progam pengajaran, yaitu: menciptakan iklim pembelajaran
yang tepat, mengatur ruangan belajar, dan mengelola interaksi belajar
mengajar.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
41
Menilai hasil dan proses pembelajarn yang telah dilaksanakan, yaitu: menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran, dan menilai proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Sementara Sudjana (1998:18) telah membagi kompetensi guru dalam tiga jenis antara
lain:
1) Kompetensi Kognitif, artinya kemampuan bidang intelektual seperti
penguasaan mata pelajaran, pemgetahuan tentang mata pelajaran, pengetahuan
mengenai cara belajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu,
pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil
belajar siswa, dan pengetahuan tentang kemasyarakan serta pengetahuan umum
lainnya.
2) Kompetensi Sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal
berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya, sikap menghargai
pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran
yang dibinanya, sikap toleransi terhadap teman seprofesinya, dan memiliki
kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
3) Kompetensi Perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai
ketrampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu
pengajaran, bergaul dan berkomunikasi dengan siswa, ketrampilan
menumbuhkan semangat belajar para siswa, ketrampilan menyusun
persiapan/perancanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas,
dan lain-lain.
Sehubungan dengan hal itu, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (dalam
Arikunto,2002) menjabarkan sepuluh kompetensi yaitu:
1) Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan
2) Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang akan disajikan
3) Kemampuan mengelola program belajar mengajar
4) Kemampuan mengelola kelas
5) Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
6) Kemampuan menggunakan media/sumber belajar
7) Kemampuan menilai hasil belajar (prestasi siswa)
8) Kemampuan mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan
penyuluhan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
42
9) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan
10) Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan mengajar.
B. Kompetensi Inti Guru Profesional
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun
macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain:
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Keempat kompetensi inti tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa dalam kelas.
Kompetensi pedagogik meliputi, kemampuan guru dalam menjelaskan materi,
melaksanakan metode pembelajaran, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
mengelola kelas, dan melakukan evaluasi.
Secara rinci setiap sub-kompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai
berikut;
Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial:
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
43
proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery
learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya,
memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang
membedakan guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7 aspek kemampuan, yaitu:
1) Mengenal karakteristik anak didik
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
3) Mampu mengembangan kurikulum
4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik
5) Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik
6) Komunikasi dengan peserta didik
7) Penilaian dan evaluasi pembelajaran
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang sempurna. Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan,
beberapa aspek kompetensi ini misalnya: Dewasa, Stabil, Arif dan bijaksana,
Berwibawa, Mantap, Berakhlak mulia, Menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, Mengevaluasi kinerja sendiri, Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi kepribadian dapat dirinci menjadi sub-kompetensi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga
sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai
guru.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
44
Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku
yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong),
dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
stuktur dan metodologi keilmuannya.
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti
perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi
profesional yang harus terus dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
1. Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan
materi ajar.
2. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
3. Hubungan konsep antar pelajaran terkait.
4. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan
nilai dan budaya nasional
Setiap sub-kompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki
indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren
dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
45
Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial bisa dilihat
apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta
guru-guru lainnya.
Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan
bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial yang
harus dikuasai guru meliputi:
1. Berkomunikasi lisan dan tulisan
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
5. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia
6. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
7. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik
memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja
guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan
peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu
(disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c)
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
46
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk
perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas
secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60)
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
47
BAB IV
PROFESIONALISME DAN KODE ETIK JABATAN GURU
A. Tantangan Profesionalisme Jabatan Guru
Dalam rangka menjaga dan meningkatkan layanan profesi secara optimal serta
menjaga agar masyarakat jangan sampai dirugikan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab, tuntutan jabatan profesional harus sangat tinggi. Profesi
kependidikan, khususnya profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani
masyarakat dalam dunia pendidikan.
Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar
(Kariman, 2002). Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan
kompetensi profesional akan menerapkan "pembelajaran dengan melakukan"
untuk menggantikan cara mengajar di mana guru hanya berbicara dan peserta didik
hanya mendengarkan.
Sejalan dengan alasan tersebut, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam
bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Sehingga
dimunculkan sejumlah asumsi yang melandasi pekerjaan mendidik sebagai profesi
sehingga perlu ada profesionalisasi dalam pendidikan, yakni sebagai berikut;
1) Subjek kegiatan pendidikan adalah manusia dengan segala potensinya untuk
berkembang. Karena itu, pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan;
pendidikan menghargai martabat manusia, manusia yang memiliki kemauan,
pengetahuan, emosi dan perasaan.
2) Dalam melakukan aktivitasnya, pendidikan dilakukan secara sadar dan
bertujuan, jadi intensional. Ia tidak dilakukan secara random. Oleh karena ada
unsur tujuan ini, maka pendidikan menjadi normatif, diikat oleh norma-norma
dan nilai-nilai, baik yang bersifat universal maupun yang nasional atau lokal
yang menjadi acuan pelaku pendidikan, yaitu pendidik, peserta didik, dan
pengelola pendidikan itu.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
48
3) Oleh karena yang dihadapi oleh pendidikan adalah manusia dengan segala teka
tekinya (enigma), maka ada teori-teori pendidikan yang merupakan jawaban
kerangka hipotesis tentang bagaimana seharusnya pendidikan dilakukan.
4) Dalam memandang manusia, pendidikan bertolak dari asumsi yang positif
tentang potensi manusia. Potensi yang baik itulah yang harus dikembangkan,
yang oleh Norton (1977) disebut sebagai “daimon” yakni suatu potensi yang
unggul pada diri manusia (a potential excellence in personhood). Pendidikan
merupakan usaha mengembangkan potensi manusia yang baik (education as
development).
5) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yaitu situasi pendidikan yang
memungkinkan terjadi dialog antara pendidik dan terdidik. Dialog
memungkinkan terdidik untuk tumbuh ke arah tujuan yang dikehendaki oleh
pendidik yang selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
6) Tujuan utama pendidikan terletak pada dimensi intrinsiknya, yakni menjadikan
manusia sebagai manusia yang baik, yang dalam tujuan pendidikan nasional
digambarkan sebagai manusia yang beriman, bertakwa, berbudi luhur dst. Oleh
karena pendidikan tidak berlangsung dalam kevakuman dari tuntutan
masyarakat.
Karena asumsi-asumsi dan karakteristik-karakteristik pekerjaan kependidikan
yang demikian, maka terlalu penting jika pendidikan dilakukan secara random, hanya
menurut “common sense”. Pendidikan harus dilakukan secara profesional.
Konsekuansinya, diperlukan upaya – upaya yang sistematis dan intensional dalam
rangka profeionalisasi tenaga kependidikan yang dibahas dalam bagian selanjutnya.
Kriteria khusus jabatan guru yang menjadi tantangan Profesionalisme, antara
lain:
1) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. Jelas sekali bahwa jabatan guru
memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-upaya yang bersipat
sangat didominasi kegiatan intelektual. oleh sebab itu mengajar seringkali di sebut
sebagai ibu dari segala profesi.
2) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota
mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan
tentang jabatanya. Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
49
membangun keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan,
amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin mencari
keuntungan. Namun belum ada kesepakatan tenteng bidang ilmu khusus yang
melatari pendidikan atau keguruan.
3) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan
pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka). Yang membedakan jabatan
profesional dengan non profesional antara lain adalah dalam penyelesaian
pendidikan melalui kurikulum yaitu ada yang di atur universitas / institut atau
melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan
kuliah.
4) Jabatan yang memerlukan “latihan dalam jabatan” yang berkesinambungan
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional ,
sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional
,baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
5) Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. Banyak
guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun saja pada profesi
mengajar , setelah itu mereka pindah kerja kebidang lain, yang lebih banyak
menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
6) Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri. Baku jabatan guru masih sangat
banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga
guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
7) Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. Jabatan mengajar
adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi, tidak perlu di ragukan
lagi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang
lebih baik dari warga negara masa depan.
8) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Semua
profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk dapat
mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya.
Ada enam tahap dalam tantangan profesionalisasi Jabatan Guru, sebagai berikut:
1. Bidang layanan ahli “unik”yang diselenggarakan itu harus ditetapkan. Dengan
adanya Surat Keputusan Men-PAN No. 26/1989 berarti untuk bidang ini dapat
dikatakan telah tercapai dan terpenuhi.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
50
2. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan pra jabatan yang mempersiapkan
tenaga guru yang profesional.
3. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada program
pendidikan pra jabatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada lulusan program
pendidikan pra jabatan yang memiliki kemampuan minimal yang dipersyaratkan
(sertifikasi).
5. Secara perorangan dan secara kelompok, kaum pekerja professional bertanggung
jawab penuh atas segala aspek pelaksanaan tugasnya.
6. Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk
melindungi para anggota yang menjunjung tinggi nilai – nilai profesional, di
samping merupakan sarana untuk mengambil tindakan penertiban terhadap
anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan suara dan semangat
kode etik.
Dari enam tahap itu apabila disimpulkan, maka ada dua aspek yang harus hadir
secara baku dan menunjang bidang layanan, termasuk keguruan-kependidikan, agar
memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai profesi, yaitu: (1) Keterandalan layanan,
dan (2) Keunikan layanan atau layanan yang khas itu, diakui dan dihargai oleh
masyarakat dan pemerintah. Selanjutnya suatu layanan dapat diandalkan apabila: (a)
Pemberi layanan menguasai betul apa yang dikerjakan, dan (b) Penerima layanan dapat
mempercayai bahwa kemaslahatannya didahulukan dalam proses pemberi layanan itu.
B. Karakteristik Guru Profesional
Ciri-ciri guru yang profesional seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Richey
(1974) sebagai berikut:
1. Para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan
kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan pribadi.
2. Para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk
mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi
anggota organisasi guru.
3. Para guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam
hal bahan pengajar, metode, anak didik, dan landasan kependidikan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
51
4. Para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang
dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti
perkembangan yang terjadi.
5. Para guru, diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop,
seminar, konvensi serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service.
6. Para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career).
7. Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun
secara lokal.
C. Peningkatan dan Pengembangan Profesionalitas Guru
Sehubungan hal di atas,maka upaya peningkatan profesi guru di Indonesia
sekurang-kurangnya menghadapi dan memperhitungkan empat faktor, yaitu:
1) Ketersediaan dan mutu calon guru
Jabatan fungsional diharapkan menjadi daya pikat tersendiri terhadap profesi guru.
Daya pikat itu merefleksikan masyarakat untuk memberikan makna tersendiri,
baik dalam membangkitkan rasa bangga diri maupun dalam usaha mencari bibit-
bibit guru berkualitas.
2) Pendidikan pra-jabatan.
Pendidikan pra-jabatan untuk meyakinkan pemilihan kemampuan
professional awal, saringan calon peserta pendidikan pra jabatan perlu
dilakukan secara efektif, baik dari segi kemampuan potensial, aspek-aspek
kepribadian yang relevan, maupun motivasinya.
Pendidikan pra-jabatan harus benar-benar secara sistematis menyiapkan calon
guru untuk menguasai kemampuan professional.
3) Mekanisme pembinaan dalam jabatan
Mekanisme dan prosedur penghargaan aspek layanan ahli keguruan perlu
dikembangkan.
System penilaian dijenjang SD dan juga system kepagawaian di jenjang SMA
yang berlaku sekarang jelas memerlukan penyesuaian mendasar.
Keterbukaan informasi dan kesempatan untuk meraih kualifikasi formal yang
lebih tinggi, katakanlah S1 dan bahkan S2 dan S3.
4) Peranan organisasi profesi.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
52
Dengan diberlakukannya undang-undang RI No.20/2003 tentang system
pendidikan nasional dan surat keputusanmenteri penertiban aparatur Negara
no.26/1989. langkah awal yang mendasar untuk mengakhiri perlakuan kurang taat
asas terhadap jajaran guru telah diambil.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan, meliputi:
1. Pengembangan diri: (a) diklat fungsional; dan (b) kegiatan kolektif Guru yang
meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian Guru.
2. Publikasi Ilmiah: (a) publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif
pada bidang pendidikan formal; dan (b) publikasi buku teks pelajaran, buku
pengayaan, dan pedoman Guru.
3. Karya Inovatif: (a) menemukan teknologi tepat guna; (b)
menemukan/menciptakan karya seni; (c) membuat/memodifikasi alat
pelajaran/peraga/praktikum; dan (d) mengikuti pengembangan penyusunan
standar, pedoman, soal dan sejenisnya.
Tugas guru adalah merangsang potensi peserta didik dan mengajarnya supaya
belajar. Guru tidak membuat peserta didik menjadi pintar. Guru hanya memberikan
peluang agar potensi itu ditemukan dan dikembangkan. Kejelian itulah yang
merupakan ciri kepribadian profesional. Upaya peningkatan profesi guru di Indonesia
sekurang-kurangnya menghadapi dan memperhitungkan empat faktor, yaitu:
1. Ketersediaan guru dan mutu calon guru
2. Pendidikan pra jabatan
3. Mekanisme pembinaan dalam jabatan
4. Peranan organisasi profesi.
Dalam kegiatan on-service lesson study ini dapat meningkatkan profesionalisme
guru. Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Tahap-tahap Lesson Sudy meliputi perencanaan (Plan), implementasi dan
observasi (Do), serta refleksi (See). Dalam hal ini berlaku prinsip kolegalitas dalam
bentuk penelitian bersama terhadap kualitas pengajaran yang dilakukan guru, sehingga
Lesson Study dapat digunakan guru sebagai ajang penelitian yang dilakukan guru-guru
dalam proses pembelajaran mereka sehari-hari untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Kesan bahwa proses pembelajaran itu
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
53
adalah membosankan, dapat berangsur-angsur hilang jika dalam setiap proses
pembelajaran sebagian besar siswa merasa senang belajar. Hal itu dapat tercapai oleh
seorang tenaga pengajar yang kompeten di bidangnya, yaitu guru yang menguasai
konsep-konsep yang diajarkan dan memiliki metode yang tepat untuk
menyampaikannya pada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang akan
disampaikan, sehingga siswa menjadi senang belajar.
Guru yang kompeten terbentuk melalui pengalaman dan peningkatan ilmu
pengetahuan secara berkelanjutan, materi ajar maupun metodologinya. Melalui
kegiatan on-service Lesson Study hal itu diharapkan dapat tercapai, karena:
Lesson study memungkinkan guru bertambah pengetahuan dan pengalaman
hasil sharing pendapat dengan sesama guru.
Lesson study mengungkapkan kebutuhan siswa dalam belajar, sehingga guru
dapat meningkatkan kualitas kinerjanya pada pembelajaran selanjutnya
sehingga pembelajaran makin sesuai dengan kebutuhan siswa.
Lesson study mengandung nilai evaluatif dari pembelajaran yang dilakukan
oleh guru yang bersangkutan, baik dari guru satu bidang studi, guru lain,
pengawas, kepala sekolah, dan stake holders (pemangku kepentingan) lainnya,
sehingga dapat memperkaya pengalaman guru.
Lesson study mempermudah fungsi supervisi kepala sekolah, sebab kepala
sekolah dapat langsung menilai kinerja guru dan langsung merevisinya.
Prinsip utama Lesson Study adalah terus berlangsungnya perubahan
pembelajaran pada tingkat yang lebih baik. Jika guru sudah merasa baik dalam
melaksanakan pembelajaran, maka pada saat itulah Lesson Study ”mati”
Bentuk-bentuk pengembangan profesi keguruan secara garis besar, sebagai berikut:
1) Pengembangan profesi secara individual.
2) Pengembangan melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh Departemen yang
terkait.
3) Pengembangan profesi melalui belajar sendiri, dalam hal ini para guru dapat
memilih sendiri sumber-sumber yang diperlukan dan sesuai bagi kepentingannya
untuk dipelajari sendiri.
4) Pengembangan profesi melalui media, berbagai media dapat dimanfaatkan seperti
media massa elektronik/cetak dan online yang banyak memuat artikel-artikel
pengetahuan atau keterampilan yang penting untuk dipelajari.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
54
5) Pengembangan profesi keguruan melalui organisasi profesi.
Yang dimaksud organisasi profesi adalah organisasi atau perkumpulan yang
memiliki ikatan-ikatan tertentu dari satu jenis keahlian atau jabatan. Seperti para guru
yang menyatukan diri pada PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Untuk lokal
bisa disebut seperti PGS (Persatuan Guru Swasta), MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran), IGI (Ikatan Guru Indonesia), dan sebagainya. Organisasi profesi ini
bermanfaat untuk: (1) Tempat pertemuan antara guru yang mempunyai keahlian sama
untuk saling mengenal; (2) Tempat memecahkan berbagai masalah yang menyangkut
profesinya; (3) Tempat peningkatan mutu profesi masing-masing.
D. Kode Etik Profesi Guru Indonesia
Dalam menjalankan profesinya guru harus taat dan tunduk pada kode etik yaitu
norma dan asas yang disepakati dan diterima guru-guru di Indonesia sebagai pedoman
dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat
dan warga negara.
a. Pengertian Kode Etik.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
kepegawaian, pasal 28 Undang-Undang ini dengan jelas menyatakan bahwa “Pegawai
Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
didalam dan diluar kedinasan.” Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII,Basumi
sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode atik guru Indonesia merupakan
landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan
panggalilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973).
Dari pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kode
etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni:
(1) Sebagai landasan moral.
(2) Sebagai pedona tingkah laku. Dari uraian tersebut kelihatan, bahwa kode etik
suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat.
Mekanisme Penetapan Kode Etik Profesi hanya dapat ditetapkan oleh suatu
organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik
tidak dapat dilakukan oleh orang perseorangan melainkan harus dilakukan oleh orang-
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
55
orang yang diutus atas nama anggota-anggota profesi dari organisasi yang
besangkutan.
Untuk itu orang-orang yang bukan anggota profesi tersebut tidak terikat oleh
kode etik tersebut. Kode etik hanya mempunyai pengaruh yang kuat, atau mengikat
orang-orang yang berada pada kalangan satu profesi dan tergabung dalam organisasi
profesi yang bersangkutan.
b. Tujuan Kode Etik.
Menurut R. Hermawan S (1979) secara umum tujuan kode etik adalah sebagai
berikut:
(1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
Diharapkan kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat,agar mereka tidak memandang rendah atau remeh profesi yang
bersangkutan.
(2) Untuk menjaga dam memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan yang dimaksud meliputi kesejahteraan lahir (material) maupaun
kesejahteraan bathin(spiritual/mental).
(3) Untuk meningkatkan penabdian para anggota profesi.
Hal ini berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,sehingga
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
dalam melaksanakan tugasnya.
(4) Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk itulah kode etik memuat norma-norma atau anjuran agar anggota profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
(5) Untuk meningkatkan mutu oranisasi profesi.
Setiap anggota profesi diwajibkan secara aktif berpartisifasi dalam membina
organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh organisasi.
c. Kode Etik Guru Indonesia.
Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan
norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu
sistem yang utuh dan bulat.
Adapun kode etik guru Indonesia adalah:
(1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
56
(2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
(3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
(4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
(5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
(6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
(7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
(8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sarana perjuangan dan pengabdian.
(9) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
d. Fungsi Kode Etik Guru.
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992)
mengemukakan fungsi dari kode etik guru adalah:
(1) Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
(2) Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyrakat, dan
pemerintah.
(3) Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya.
(4) Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas.
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan
guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyrakat serta dengan
misi tugasnya. Menurut Oteng Sutisna(1986-364) bahwa pentingnya kode etik guru
dengan teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung
dalam bidang mendidik peserta didik.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
57
e. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya Negara mencampuri urusan
profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi
tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila
terjadi hal demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang
sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode
etik adalah sanksi moral. Barang siapa melanggar kode etik akan mendapat celaan dari
rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah sipelanggar
dikeluarkan dari organisasi profesi. Adanya kode Etik dalam suatu organisasi profesi
tertentu, menandakan bahwa organisasi profesi itu telah mantap.
E. Organisasi Profesi Guru
Suatu profesi perlu memiliki organisasi profesi yang berfungsi sebagai lembaga
pengendali keseluruhan profesi itu, baik secara sendiri, maupun secara bersama-sama
dengan pihak lain yang relevan. Fungsi pengendalian itu diwujudkan dalam kaitannya
dengan:
a) Penataan standar perilaku profesional guru. Fungsi ini berkaitan dengan
landasan filsafat, etika dan kode etik guru.
b) Penataan stnadar kualifikasi dan wewenang guru. Fungsi ini berkaitan dengan
pendidikan dan pelatihan guru, baik dalam hal pendidikan prajabatan maupun
dalam jabatan. Dengan demikian, fungsi ini berkaitan pula dengan sertifikasi
dan perijinan kerja bagi para anggotanya.
c) Memberikan perlindungan kepada anggotanya. Fungsi ini berkaitan dengan
perlindungan profesional, perlindungan hukum dan perlindungan kesejahteraan
anggotanya.
d) Pengembangan profesi beserta ilmu yang melandasinya, serta pengembangan
kemampuan profesional dan akademik dari para anggotanya. Fungsi ini
berkaitan dengan upaya sinambung dari organisasi profesi itu untuk
mengembangkan profesi dan ilmu tersebut selaras dengan perkembangan ilmu
pengetahuan kemajuan teknologi dan keluwesan kiat dalam segala bidang.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
58
e) Menata alur kerja sama dengan profesi lainnya. Fungsi ini berkaitan dengan
upaya organisasi profesi itu untuk menjalin hubungan dengan organisasi
profesi lainnya,baik dalam rangka meningkatkan kelancaran kerjanya maupun
dalam rangka peningkatan kemampuan para anggotanya sendiri.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
59
BAB V
TUGAS DAN PERANAN GURU
Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru khususnya
ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan
seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar
memersosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya. Seorang yang berpribadi
khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap danm keterampilan keguruan yang akan
ditransformasikan kepada anak didik atau siswanya. Guru yang memahami fungsi dan
tugasnya tidak hanya sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai penghubung
sekolah dengan masyarakat yang juga memiliki beberapa tugas.
Menurut Rostiyah (dalam Djamarah, 2000:36) mengemukakan bahwa fungsi dan
tugas guru profesional adalah: Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa
kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman, membentuk kepribadian anak
yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara kita Pancasila, menyiapkan anak
menjadi warga negara yang baik, serta sebagai prantara dalam belajar Guru adalah
sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan.
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang
kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai
orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya.
Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya
terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan
awal akan tertanam dalam diri siswa.
A. Tugas-Tugas Guru Profesional
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang
kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
60
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai
orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya.
Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya
terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan
awal akan tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu
bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah
bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan
tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang.
Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa
sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di
tengah-tengah masyarakat.
1. Pengaturan Tugas Guru
Tugas utama guru adalah mendidik dan membelajarkan anak didiknya, sehingga
anak didiknya menjadi tahu mengenai sesuatu dari asalnya yang tidak tahu, karenanya
adalah kewajiban guru untuk mendisain dan melaksanakan keseluruhan kegiatan
belajar mengajar atau bimbingan dan konseling bagi siswanya sesuai dengan tugas
pokok yang menjadi tanggung jawanya. Tugas pokok tersebut adalah:
a. Untuk guru mata pelajaran dan guru praktik, wajib melaksanakan:
1) Penyusunan program pengajaran;
2) Penyajian program pengajaran sekurang-kurangnya 24 jam pelajaran
perminggu;
3) Evaluasi belajar;
4) Analisis hasil belajar;
5) Penyusunan dan pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.
b. Guru pembimbing, wajib melaksanakan:
1) Penyusunan program bimbingan dan konseling;
2) Pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap sekurang-kurangnya 150
siswa;
3) Evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling;
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
61
4) Analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling;
5) Pelaksanaan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Tugas pokok pertama yaitu penyusunan program. Pada awal tahun pelajaran
setiap guru diharuskan minimal membuat:
a. Rencana program tahunan,
b. Program semester msing-masing 1 (satu) untuk setiap semesternya, untuk jangka
waktu satu tahun pelajaran,
c. Satuan Acara Pembelajaran (SAP) untuk guru mata pelajaran, lembaran kerja
praktik untuk guru praktik, dan rencana pelayanan bimbingan dan konseling untuk
guru pembimbing. Masing-masing jenis guru dapat menyusunnya paling tidak 6
SAP untuk satu semester.
Setelah tersusunnya program pengajaran / praktik / bimbingan dan konseling,
guru harus menyajikan / melaksanakan program pengajaran/ praktik/bimbingan dan
konseling yang telah disusunnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan evaluasi terhadap hasil
belajar/praktik peserta didiknya bagi guru mata pelajaran/guru praktik, yang bisa
dilakukan melalui test formatif, subsumatif maupun test sumatif. Dan untuk guru
pembimbing melaksanakan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling. Evaluasi
ini wajib dilaksanakan oleh setiap guru, guna mendapatkan informasi tentang
perkembangan belajar peserta didiknya, sekaligus dimaksudkan sebagai umpan balik
bagi peningkatan dan perbaikan proses belajar mengajar/praktik/bimbingan dan
konseling selanjutnya.
Setelah diadakan evaluasi belajar, hasil evaluasi belajar tersebut dijadikan
sebagai bahan analisis bagi guru yang bersangkutan. Analisis dapat dilakukan pada
setiap akhir test, atau paling tidak sekali dalam setiap caturwulan atau semester.
Analisis tersebut dapat dimaksudkan untuk menguji kehandalan (validitas) alat test
atau juga dapat dimaksudkan untuk mengukur tingkat daya serap peserta didik atas
materi yang telah disajikan, dapat juga dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara
tujuan yang telah dirumuskan dengan materi yang disajikan. Bila seorang guru belum
bisa menganalisis hasil belajar siswa, guru senior dapat membantunya, dan bila guru
seniorpun belum memahami cara menganalisis hasil belajar siswa, maka Yayasan
dapat mengadakan suatu penataran/lokakarya tentang cara menganalisis hasil belajar
siswa.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
62
Dari hasil analisis hasil belajar siswa terlihat sesuatu keberhasilan atau ketidak
berhasilan. Program perbaikan ditujukan untuk peserta didik yang pencapaian prestasi
belajarnya berada pada level di bawah rerata, sedangkan program pengayaan ditujukan
untuk mereka yang memperoleh prestasi di atas rerata. Layaknya kedua-dua substansi
kegiatan tersebut dan kedua-dua kegiatan di atas harus dilakukan oleh setiap guru,
terutama guru yang telah memiliki jabatan Guru Madya golongan ruang III/a ke atas.
2. Kompetensi Dan Tugas Guru
Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar
(Kariman, 2002). Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru
dengan kompetensi profesional akan menerapkan "pembelajaran dengan
melakukan" untuk menggantikan cara mengajar di mana “guru hanya
berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan”.
Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif dilibatkan dalam
memecahkan masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi, serta
menyajikan dan mempertahankan pandangan dan basil kerja mereka kepada
teman sejawat dan yang lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara
intensif dengan guru lainnya dalam merencanakan pembelajaran, baik
individual maupun t im, membuat keputusan tentang desain sekolah,
kolaborasi tentang pengembangan kurikulum, dan partisipasi dalam proses
penilaian. Berikut akan diuraikan tentang kompetensi profesional yang harus
menjadi andalan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas
mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru, terdiri dari 3 (tiga), yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan
oleh ketiganya dengan penekanan pada kemampuan mengajar. Selanjutnya,
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
63
akan diuraikan masing-masing pembahasan tentang kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru, yaitu sebagai berikut;
Kompetensi Pribadi
Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sebagai
makhluk Tuhan. la wajib menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya
kepada peserta didik secara benar dan bertanggung jawab. Ia harus memiliki
pengetahuan penunjang tentang kondisi fisiologis, psikologis, dan pedagogis
dari para peserta didik yang dihadapinya.
Beberapa kompetensi pribadi yang semestinya ada pada seorang guru,
yaitu memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya. Selain itu, mempunyai pengetahuan tentang perkembangan
peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan mereka secara
individual.
Kompetensi Sosial
Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk etis.
la harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan
agar tercapai optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta didik. la
harus memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistik yang
beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan yang ada
pada diri peserta didik tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani mereka
sesuai kebutuhan mereka masingmasing. Kompetensi sosial yang dimiliki
seorang guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik
dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).
Kompetensi Profesional Mengajar
Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, harus
memiliki kemampuan:
1. Merencanakan sistem pembelajaran
- Merumuskan tujuan
- Memilih prioritas materi yang akan diajarkan.
- Memilih dan menggunakan metode.
- Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada.
- Memilih dan menggunakan media pembelajaran.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
64
2. Melaksanakan sistem pembelajaran
- Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat
- Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat
3. Mengevaluasi sistem pembelajaran
- Memilih dan menyusun jenis evaluasi
- Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses
- Mengadministrasikan hasil evaluasi
4. Mengembangkan sistem pembelajaran
- Mengoptimalisasi potensi peserta didik
- Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri
- Mengembangkan program prmbelajaran lebih lanjut.
3. Seperangkat Tugas Guru
Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh
guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat
berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Secara garis besar, tugas guru
dapat ditinjau dari tugas-tugas yang langsung berhubungan dengan tugas
utamanya, yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas
lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran,
tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi guru yang andal dan dapat
diteladani.
Menurut Uzer (1990) terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam
bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Uraian dari penjelasan Uzer dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti
meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan pada peserta didik. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi
bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami
peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai makhluk
bermain (homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya (homopither), dan
sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens). Membantu peserta didik
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
65
dalammentransformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan
membantu peserta dalam mengidentifikasikan diri peserta itu sendiri.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang Iebih terhormat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan
bangsa Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Sedangkan secara khusus
tugas guru dalam proses pembelajaran tatap muka sebagai berikut.
1) Tugas Pengajar sebagai Pengelola pembelajaran, terdiri dari;
a) Tugas manajerial
Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal maupun
eksternal.
- Berhubungan dengan peserta didik
- Alat perlengkapan kelas (material).
- Tindakan-tindakan profesional.
b) Tugas edukasional
Menyangkut fungsi mendidik, bersifat:
- Motivasional
- Pendisiplinan
- Sanksi sosial (tindakan hukuman)
c) Tugas instruksional
Menyangkut fungsi mengajar, bersifat:
- Penyampaian materi
- Pemberian tugas-tugas pada peserta didik
- Mengawasi dan memeriksa tugas
2) Tugas Pengajar sebagai Pelaksana (Executive Teacher)
Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-
macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Lingkungan
belajar yang kondusif adalah Iingkungan yang bersifat menantang dan
merangsang peserta untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan
dalam mencapai tujuan.
Sedangkan secara khusus, tugas guru sebagai pengelola proses
pembelajaran sebagai berikut;
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
66
(1) Menilai kemajuan program pembelajaran.
(2) Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar
sambil bekerja (learning by doing).
(3) Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan
alat-alat belajar.
(4) Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas.
(5) Mengomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik.
(6) Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu.
(7) Bertindak sebagai manusia sumber.
(8) Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari.
(9) Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada
peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya
pada guru).
(10) mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk
mencapai hasil yang optimal.
4. Tugas Tambahan
Selain tugas pokok tersebut di atas, setiap guru dapat diberikan tugas tambahan.
Tugas tambahan adalah tugas-tugas yang dilaksanakan di lingkungan sekolah dan atau
du luar lingkungan sekolah yang dimaksudkan mewujudkan visi dan misi sekolah,
guna meningkatkan citra dan prestasi sekolah/lembaga di hadapan masyarakat maupun
stakeholder-nya. Tugas tambahan diberikan dan dipercayakan kepada guru oleh
Kepala Sekolah dituangkan melalui surat keputusan yang relevan dengan waktu
tertentu minimum 1 bulan.
Macam-macam tugas tambahan tersebut, antara lain adalah walikelas, petugas
piket, petugas perpustakaan, pengelola laboratorium, dan pembina kegiatan extra
kurikuler dan kesiswaan dalam bidang olahraga, kesenian, pramuka, UKS/PMR, dan
lain-lain. Mengingat tugas tambahan ini hanya akan dinilai satu jenis saja, maka sudah
seharusnya Kepala Sekolah melakukan pembagian tugas tambahan tersebut secara adil
dan merata kepada setiap guru, namun tetap memperhatikan bidang keahlian dan
pengalaman dari guru yang ditugaskan untuk itu.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
67
B. Peran Guru Dalam Dunia Pendidikan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1
ayat 5 bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan menurut ayat
6 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya
berarti, setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana kita
mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses
belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Dalam hal ini pengaruh dari peran seorang
pendidik sangat besar sekali. Di mana keyakinan seorang pendidik atau pengajar akan
potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar dan berprestasi
merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental pendidik
atau pengajar berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran peserta didik
yang diciptakan pengajar. Pengajar harus mampu memahami bahwa perasaan dan
sikap peserta didik akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. (Bobbi
DePorter : 2001)
Proses pendidikan merupakan totalitas ada bersama pendidik bersama-sama
dengan anak didik; juga berwujud totalitas pengarahan menuju ke tujuan pendidikan
tertentu, disamping orde normatif guna mengukur kebaikan dan kemanfaatan produk
perbuatan mendidik itu sendiri. Maka perbuatan mendidik dan membentuk manusia
muda itu amat sukar, tidak boleh dilakukan dengan sembrono atau sambil lalu, tetapi
benar-benar harus dilandasi rasa tanggung jawab tinggi dan upaya penuh kearifan.
Barang siapa tidak memperhatikan unsur tanggung jawab moril serta
pertimbangan rasional, dan perbuatan mendidiknya dilakukan tanpa refleksi yang arif,
berlangsung serampangan asal berbuat saja, dan tidak disadari benar, maka pendidik
yang melakukan perbuatan sedemikian adalah orang lalai, tipis moralnya, dan bisa
berbahaya secara sosial. Karena itu konsepsi pendidikan yang ditentukan oleh akal
budi manusia itu sifatnya juga harus etis. Tanpa pertanggungjawaban etis ini perbuatan
tersebut akan membuahkan kesewenang-wenangan terhadap anak-didiknya. Peran
seorang pengajar atau pendidik selain mentransformasikan ilmu pengetahuan yang
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
68
dimilikinya kepada anak didik juga bertugas melakukan pembimbingan dan pelatihan
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 20 Pasal 39
ayat 2. Di samping itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang
bertanggung jawab, bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara
yang sesuai dengan keadaan peserta didik Di mana selain peran yang telah disebutkan
di atas, hal yang perlu dan penting dimiliki oleh pendidik yaitu pendidik harus
mengetahui psikologis mengenai peserta didik. Dalam proses pendidikan persoalan
psikologis yang relevan pada hakikatnya inti persoalan psikologis terletak pada peserta
didik, sebab pendidikan adalah perlakuan pendidik terhadap peserta didik dan secara
psikologis perlakuan pendidik tersebut harus selaras mungkin dengan keadaan peserta
didik. (Sumardi Suryabrata : 2004)
C. Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik
(nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5)
komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7)
kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan
dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan
mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan
norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua,
dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan
dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak
tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada. Peran guru sebagai model atau
contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau
model baginya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
69
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar.
1. Dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar
signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar
mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor,
motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran
yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai: (1) Demonstrator; (2)
Manajer/pengelola kelas; (3) Mediator/fasilitator; (4) Evaluator.
2. Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai: (1) Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan
pendidikan; (2) Wakil masyarakat; (3) Ahli dalam bidang mata pelajaran; (4)
Penegak disiplin; (5) Pelaksana administrasi pendidikan.
3. Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai: (1) Petugas sosial; (2) Pelajar
dan ilmuwan; (3) Orang tua; (4) Teladan; dan (5) Pengaman
4. Peran Guru Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah: (1) Ahli psikologi pendidikan; (2)
Relationship; (3) Catalytic/pembaharu; dan (4) Ahli psikologi perkembangan.
Efektivitas dan efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada
peran guru. Dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang idealnya
dapat berperan sebagai:
1) Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan;
2) Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;
3) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;
4) Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebutmelalui penjelmaan
dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
5) Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan
menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang
menciptakannya).
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
70
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, dengan mengutip
pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran
peserta didik, yang mencakup:
1) Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan
dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).
2) Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber
(resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti
demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during
teaching problems).
3) Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas
tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, satu peran lagi
yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu
mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar,
melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus
membantu pemecahannya (remedial teaching).
Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga
dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola
pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan
pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagaipendidik
dalam keluarga (family educator). Sementara itu di masyarakat,guru berperan sebagai
pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social inovator), dan
agen masyarakat (social agent). Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru
yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri
pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis.
Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan,
guru berperan sebagai:
1) Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
71
2) Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara
dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
3) Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya;
4) Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin;
5) Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
6) Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan
perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris
masa depan; dan
7) Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai:
1) Pekerja sosial (social worker), yaitu seorangyang harus memberikan pelayanan
kepada masyarakat;
2) Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus
menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
3) Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta
didik di sekolah;
4) model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh
oleh mpara peserta didik; dan
5) Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan
merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai:
1) Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami
psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik;
2) Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya
guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan
antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan;
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
72
3) Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan
kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan;
4) Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu
menciptakan suatu pembaharuan bagi membuatsuatu hal yang baik; dan
5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung
jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002)
mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan
keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating
learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung
atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk,
disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya,interaksi
peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran,
pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistemyang
mendukung proses pembelajaran,lingkungan belajar, dan lain-lain.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru
pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan
profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan
proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-
satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan
yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di
masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta
didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang
demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan
kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk
menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif
dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham
penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya,
sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek
pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
73
mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil
penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang
bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Selain itu terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap
muka yang dikemukakan oleh Moon (1989), yaitu sebagai berikut;
1. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer of Instruction)
Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan
pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu
tertentu. Di sini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM
tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran
yang meliputi:
1) Membuatdan merumuskan TIK.
2) Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,
perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,
sistematis, dan fungsional efektif.
3) Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
4) Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator
dalam pengajaran.
5) Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan
memerhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif dan efisien,
kesesuaian dengan metode, serta pert imbangan praktis.
Jadi, dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat
merancang dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif
dan efisien. Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai
tentang prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.
2. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager of Instruction)
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh basil yang
diharapkan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
74
Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-
hari ke arah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri
manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk
sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru hingga mereka
mampu membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan
pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga
memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik mengendalikan
pelaksanaan pengajaran dan pencapaian tujuan.
3. Guru sebagai Pengarah Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru
mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar
mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi
adalah sebagai berikut;
- Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar
- Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
- Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat
merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
- Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Pendekatan yang dipergunakan oleh guru dalam hal ini adalah pendekatan
pribadi, di mana guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam
hingga dapat membantu dalam keseluruhan PBM, atau dengan kata lain, guru
berfungsi sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing dalam PBM, guru diharapkan
mampu untuk;
- Mengenal dan memahami setiap peserta didik, baik secaraindividu maupun
secara kelompok.
- Membantu tiap peserta didik dalam mengatasi masalah pribadi yang
dihadapinya.
- Memberikan kesempatan yang memadai agar tiap peserta didik dapat
belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya.
- Mengevaluasi keberhasilan Rancangan Acara Pembelajar dan langkah
kegiatan yang telah dilakukannya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
75
Untuk itu, guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan
menerapkannya dalam proses pembelajaran.
4. Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student Learning)
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan,
efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk
mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Dalam fungsinya
sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus-
menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke
waktu.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi umpan
balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak
untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan
demikian, proses pembelajaran akan terus-menerus ditingkatkan untuk
memperoleh basil yang optimal.
5. Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah !a diharapkan akan
dapat merespons segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar:
- Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul
antara peserta didik dengan orang tuanya.
- Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat
mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-
macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya
sendiri, balk itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya. Semua
hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan
dengan orang lain, terutama siswa.
6. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat
oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi
kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-
citakan (Ali, 1985: 30).
Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
76
bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya,
guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala
sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan
mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun
berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan
pribadi guru.
Untuk pernyataan tersebut terdapat beberapa alasan, yaitu:
a) Guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum di suatu kelas.
b) Gurulah yang bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkat
pembelajaran, karena ia melakukan tugas sebagai berikut.
1) Menganalisis tujuan berdasarkan apa yang tertuang dalam kurikulum
resmi.
2) Mengembangkan alat evaluasi berdasarkan tujuan.
3) Merumuskan bahan yang sesuai dengan isi kurikulum.
4) Merumuskan bentuk kegiatan belajar yang dapat memberikan
pengalaman belajar bagi peserta didik dalam melaksanakan apa yang
telah diprogramkan.
c) Gurulah yang langsung menghadapi berbagai permasalahan yang muncul
sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum di kelas.
d) Tugas gurulah yang mencarikan upaya memecahkan segala permasalahan
yang dihadapi dan melaksanakan upaya itu.
Sehubungan dengan pembinaan dan pengembangan kurikulum,
permasalahan yang sering kali muncul dan harus dihadapi oleh guru yaitu;
- Permasalahan yang berhubungan dengan tujuan dan hasil -hasil yang
diharapkan dari suatu lembaga pendidikan.
- Permasalahan yang berhubungan dengan isi/materi/bahan pela jaran dan
organisasi atau cara pelaksanaan dari kurikulum.
- Permasalahan dalam hubungan dengan proses penyusunan kurikulum dan
revisi/perbaikan kurikulum.
Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan
kurikulum secara aklif clapat dijabarkan sebagai berikut;
(1) Dalam perencanaan kurikulum
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
77
Kurikulum di tingkat nasional dirancang dan dirumuskan oleh para pakar
dari berbagai bidang disiplin ilmu yang terkait, sedangkan guru-guna yang sudah
berpengalaman biasanya terlibat untuk memberikan masukan berupa saran, ide,
dan/atau tanggapan terhadap kemungkinan pelaksanaannya di sekolah.
(2) Dalam pelaksanaan di lapangan
Para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan kurikulum, balk
secara keseluruhan kurikulum maupun tugas sebagai penyampaian mata pelajaran
sesuai dengan GBPP yang telah dirancang dalam suatu kurikulum.
(3) Dalam proses penilaian
Selama pelaksanaan kurikulum akan dinilai seberapa jauh tingkat
ketercapaiannya. Biasanya guru diminta saran atau pendapat maupun menilai
kurikulum yang sedang berjalan guna melihat kebaikan dan kelemahan yang ada,
dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek filosofis, sosiologis, dan metodologis.
(4) Pengadministrasian
Guru harus menguasai tujuan kurikulum, isi program (pokok bahasan/
subpokok bahasan) yang harus diberikan kepada peserta didik. Misalnya pada
kelas dan semester berapa suatu pokok bahasan diberikan dan bagaimana
memberikannya. Biasanya dengan menyusun suatu bagan analisis tugas
pembelajaran dan rencana pembelajaran.
(5) Perubahan kurikulum
Guru sebagai pelaku kurikulum mau tidak mau tentu akan selalu terlibat
dalam pembaruan yang sedang dilakukan sebagai suatu usaha untuk mencari format
kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman. Masukan sebagai input
berupa saran, ide, dan kritik berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh
guru sangat besarartinya bagi perubahan dan pengembangan suatu kurikulum.
Sebagai kesimpulan dapat dijelaskan bahwa seorang guru haruslah
memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum, selain tugas
utamanya sebagai pembina kurikulum. Ini berarti bahwa guru dituntut untuk
selalu mencari gagasan baru demi penyempurnaan praktik pendidikan dan
praktik pembelajaran pada khususnya. Hal ini harus dilakukan agar hasil
belajar peserta didik dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Untuk itu, seorang
guru harus menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelajaran yang
harus diberikan kepada peserta didik bukan sebagai barang mati, sehingga apa
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
78
yang terdapat dalam kurikulum dapat dijabarkan oleh guru menjadi suatu materi
yang menarik untuk disajikan pada peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
7. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya
dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan
peserta didik dalam belajar maka seorang guru dituntut untuk memiliki
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai.
Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dituntut dari guru dalam
proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas
posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang
profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis
lingkungan dalam proses pembelajaran, di mana guru harus menempatkan diri
sebagai:
a) Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi,
pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b) Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan kepada
peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam
berbagai bentuk.
c) Moderator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar
peserta didik. Guru sebagai moderator tidak hanya mengatur arus kegiatan
belajar, tetapi juga bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau
jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat
yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
d) Motivator belajar, dalam arti guru sebagai pendorong peserta didik agar mau
melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan
kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar,
balk individual maupun kelompok.
e) Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang objektif dan
komprehensif. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi,
memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang
dicapainya. Guru juga berkewajiban untuk melakukan upaya perbaikan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
79
proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara
memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara
klasikal.
Peranan Guru Dalam Pemberdayaan Lingkungan
Proses pembelajaran yang bernapaskan lingkungan lebih menekankan
pada pentingnya proses belajar peserta daripada hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik. Karena itu, pengendalian proses pembelajaran peserta didik
merupakan tugas dan tanggung jawab guru.
Ada beberapa kemampuan yang dituntut dari guru agar dapat
menumbuhkan minat dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut;
1) Mampu menjabarkan bahan pembelajaran ke dalam berbagai bentuk cara
penyampaian.
2) Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi, seperti
analisis, sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut maka kegiatan belajar
peserta didik akan lebih aktif dan komprehensif.
3) Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya
belajar yang dimiliki oleh peserta didik secara individual.
4) Memiliki sikap yang positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran yang
dibinanya sehingga selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru.
5) Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran sederhana sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta penggunaannya
dalam proses pembelajaran.
6) Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran yang
dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
7) Terampil dalam melakukan interaksi dengan para peserta didik, dengan
mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi peserta didik, suasana
belajar, jumlah peserta didik, waktu yang tersedia, dan faktor yang berkenaan
dengan diri guru itu sendiri
8) Memahami sifat dan karakterist ik peserta didik, terutama kemampuan
belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat terhadap pelajaran, motivasi
untuk belajar, dan hasil belajar yang telah dicapai.
9) Terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai bahan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
80
ataupun media belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
10) Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam
belajar sehingga suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan.
(Sudjana dan Arifin, 1989: 31-39)
Syarat Guru yang Baik dan Berhasil
Tidak sembarang orang dapat melaksanakan tugas profesional sebagai
seorang guru. Untuk menjadi guru yang balk haruslah memenuhi syaratsyarat
yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Ngalim Purwanto, 1985: 170-175).
Syarat utama untuk menjadi seorang guru, selain berijazah dan syarat-syarat
mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah mempunyai sifat-sifat yang
perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran.
Selanjutnya, dari syarat-syarat tersebut dapat dijabarkan secara lebih
terperinci, yaitu sebagai berikut;
1) Guru harus berijazah
Yang dimaksud ijazah di sini adalah ijazah yang dapat memberi wewenang
untuk menjalankan tugas sebagai seorang guru di suatu sekolah tertentu.
2) Guru harus sehat rohani dan jasmani
Kesehatan jasmani dan rohani merupakan salah satu syarat penting dalam
setiap pekerjaan. Karena, orang tidak akan dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik jika ia diserang suatu penyakit. Sebagai seorang guru syarat
tersebut merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan. Misalnya saja
seorang guru yang sedang terkena penyakit menular tentu saja akan
membahayakan bagi peserta didiknya.
3) Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan
baik. Sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia susila
yang bertakwa kepada Tuhan YME maka sudah selayaknya guru
sebagai pendidik harus dapat menjadi contoh dalam melaksanakan
ibadah dan berkelakuan baik.
4) Guru haruslah orang yang bertanggung jawab
Tugas dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik, pembelajar, dan
pembimbing bagi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung yang
telah dipercayakan orang tua/ wall kepadanya hendaknya dapat dilaksanakan
dengan sebaikbaiknya. Selain itu, guru juga bertanggung jawab terhadap
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
81
keharmonisan perilaku masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
5) Guru di Indonesia harus berjiwa nasional
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang mempunyai bahasa
dan adat-istiadat berlainan. Untuk menanamkan jiwa kebangsaan merupakan
tugas utama seorang guru, karena itulah guru harus terlebih dahulu berjiwa
nasional.
Syarat-syarat di atas adalah syarat umum yang berhubungan dengan
jabatan sebagai seorang guru. Selain itu, ada pula syarat lain yang sangat erat
hubungannya dengan tugas guru di sekolah, sebagai berikut; (a) Harus adil dan
dapat dipercaya. (b) Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didiknya.
(c) Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis. (d) Bersikap baik
pada rekan guru, staf di sekolah, dan masyarakat. (e) Harus memiliki wawasan
pengetahuan yang luas dan menguasai benar mata pelajaran yang dibinanya. (f)
Harus selalu introspeksi diri dan siap menerima kritik dari siapa pun. (g) Harus
berupaya meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
82
BAB VI
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Sejarah Bimbingan dan Konseling
Pemikiran-pemikiran mengenai bimbingan dan konseling memang sudah ada
sejak jaman Yunani kuno. Karena ketertarikannya pada pemahaman psikologis
individu, Plato dianggap sebagai konselor Yunani kuno saat itu. Kemudian menyusul
tokoh-tokoh lain seperti Aristoteles, Hippocrates, dan para dokter (tabib) yang
jugamenaruh perhatian terhadap bidang psikologi. Namun, gerakan bimbingan dan
konseling di sekolah mulai berkembang sekitar permulaan abad ke-20 sebagai dampak
dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-
sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai
memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907
dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para
ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper,
Frank Parson, E.G Will Amson, Carl R. Rogers.
Di Indonesia sendiri, Bimbingan dan Konseling telah terbentuk jauh sebelum era
kemerdekaan, dari bimbingan itulah siswa dipupuk untuk merealisasikan cita-cita
bangsa, yaitu kemerdekaan. Setelah kemerdekaan Bimbingan dan Konseling dalam
sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum
1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum
1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang.
Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru
diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian
disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir
didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001 dan sampai saat ini
terus berkembang pada bimbingan dan konseling.
Di beberapa daerah banyak yang menyebut guru BP sebagai guru pembimbing, dalam
UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (6) disebut istilah “konselor” untuk profesi
pendidik ini. Lebih lanjut dalam buku Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikeluarkan Dirjen PMPTK
Depdiknas tahun 2007, dijelaskan pendidikan minimal konselor adalah sarjana (S1)
program studi bimbingan dan konseling. Diharapkan setelah lulus pendidikan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
83
akademik dan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) jurusan bimbingan dan
konseling, lulusan dapat melanjutkan pendidikan profesi konselor (PPK).
B. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung
beberapa makna. Sertzer & Stone (1966) menemukakan bahwa guidance berasal kata
guide yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan,
menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Sedangkan menurut W.S. Winkel (1981)
mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : “ showing a
way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving
instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan)
dan giving advice (memberikan nasehat).
Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses
bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja
tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, dimana pada saat ini klien lah
yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses
pengambilan keputusan serta bertanggungjawab sepenuhnya terhadap keputusan yang
diambilnya.
Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan
pendapat dari beberapa ahli :
Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan sebagai :
the process of helping the individual to understand himself and his world so that
he can utilize his potentialities.
United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan bimbingan
sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis
kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk
problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan,
sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
84
kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat.
Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : “guidance is the help given
by one person to another in making choice and adjusment and in solving problem.
I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk
dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima
dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction)
dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan
potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan,
baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan”.
Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok
agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Rochman Natawidjaja (1978) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Menurut bimo Walgito (1982 : 11) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan
yang di berikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau
sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Dari beberapa pengertian para ahli diatas dapat dikemukakan bahwa bimbingan
merupakan :
a. Suatu proses berkesinambungan,
b. Suatu proses membantu individu,
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
85
c. Bantuan yang diberikan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
kemampuan / potensinya, dan
d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat
memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Pengertian Konseling
Konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan dalam
kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Menurut mereka yang lebih
tepat adalah konseling. Karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama
dengan kegiatan-kegiatan penyuluhan lain seperti penyuluhan dalam bidang pertanian
dan penyuluhan dalam keluarga berencana. Untuk menekankan kekhususannya itulah
maka dipakai istilah Bimbingan dan Konseling. Pelayanan konseling menuntut
keahlian khusus , sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan dan
mampu memberikan jenis layanan konseling ini (Winkel, 1978).
Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976 : 19a), Konseling
adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang
(konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami
dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu
itu dan pada waktu yang akan datang.
Menurut Bimo Walgito (1982:11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan
yang diberikan kepada individhu dalam memecahkan masalah kehidupanya dengan
wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individhu yang dihadapinya
unuk mencapai hidupnya.) dan menyetir (to steer).
Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari
kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah atu
jenis layanan bimbingan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa kegiatan konseling
itu mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
a) Pada umumnya dilaksanakan secara individual
b) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
c) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli
d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling dimaksudkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
86
e) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan
masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
Dari pengertian bimbingan dan konseling yang diungkapkan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan konseling adalah Pelayanan
bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang
secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir; melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku.
C. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh,
maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional
dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain menyumbangkan
kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau
hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang
tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah sekolah itu. Kegiatan ini
dilakukan malalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat
mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh.
Bimbingan dan konseling memiliki kegiatan yang berbeda dengan kegiatan
belajar mengajar. Perbedaan tersebut antara lain:
1) Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan mengajar sudah dirumuskan terlebih
dahulu dan target pencapaian tujuan tersebut sama untuk siswa dalam satu tingkat
(kelas). Sedangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling target pencapaian
tujuan lebih bersifat individual dan kelompok.
2) Pembicaraan dalam kegiatan mengajar lebih banyak diarahkan dalam pemberian
informasi, atau pembuktian dalam suatu masalah. Sedangkan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling, pembicaraan dalam konseling lebih ditujukan untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi klien.
3) Dalam kegiatan mengajar, siswa belum tentu memiliki masalah yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan. Sedangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling
pada umumnya klien telah atau sedang menghadapi masalah.
4) Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, bagi konselor dituntut suatu
keterampilan khusus dan berbeda dengan tuntunan bagi seorang guru / pengajar.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
87
Namun, konselor dan guru merupakan satu tim yang sangat penting dalam kegaitan
pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran
yang lebih efektif. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan sekolah.
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya di
setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan
oleh Koestoer Partowisastro sebagai berikut:
a. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam
waktu sekian jam + enam jam hidupnya berada di sekolah.
b. Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik
dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, mapun dalam mengatasi
berbagai macam kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan
Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor
ternyata sangat membantu guru, dalam hal:
1) Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang
mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2) Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan
mempengaruhi proses belajar mengajar.
3) Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4) Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan. Keudanya dapat saling menunjang tercapainya proses pembelajaran yang
lebih efektif.
D. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:
1) Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang
tinggi.
2) Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada
saat proses belajar mengajar berlangsung dan hubungan sosial.
3) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
88
4) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan
pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
6) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional
di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya
sendiri, lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah
membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
E. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua
siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut
sering kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam
kesulitan dalam belajar. Maka dalam hal ini Abu Ahmadi (1997) mengemukakan
gejala yang dialami oleh siswa dalam kesulitan belajar yaitu sebagai berikut :
1) Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
3) Menunjukkan sikap yang kurang wajar : suka menentang, dusta, tidak mau
menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
4) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti suka bolos, suka mengganggu
dan sebagainya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti
bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada
juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan
masalahnya. Apabila masalah itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajar
dengan baik, karena konsentrasinya akan terganggu. Maka bimbingan dan konseling
dapat memberikan layanan dalam :
1) Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang
berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Bimbingan ini antara lain meliputi:
a. Cara belajar, baik belajar secara kelompok ataupun individual.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
89
b. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.
c. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.
d. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.
e. Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.
2) Bimbingan Sosial
Dalam proses belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya toleransi atau
tenggang rasa, saling memberi dan saling menerima. Bimbingan sosial ini
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-
kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar
mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini
dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.
b. Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
c. Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.
3. Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
Bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-
masalah pribadi, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang
mempunyai masalah dan belum dapat diatasi akan cenderung terganggu
konsentrasinya dalam belajarnya, dan akibatnya prestasi belajar yang dicapainya
rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 tentang Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan dinyatakan ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan
konseling, yaitu masalah akibat konflik antara:
a. Perkembangan intelektual dan emosionalnya.
b. Bakat dengan aspirasi lingkungannya.
c. Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya.
d. Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya.
e. Situasi sekolah dengan situasi lingkungan.
f. Bakat dengan pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan keengganan
mengambil pilihan.
Kemudian juga Downing (1968) mengemukakan bahwa layanan bimbingan di
sekolah sangat bermanfaat, terutama dalam membantu:
a. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
90
b. Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan
belajar mengajar.
c. Menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna
d. Meningkatkan motivasi siswa.
e. Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
F. Landasan Bimbingan dan Konseling
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan
atas landasan-landasan utama, hal ini berupa keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya
dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel (1991)
landasan-landasan itu adalah:
1) Bimbingan selalu memeperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang
mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.
2) Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu.
3) Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing
dengan yang dibimbing.
4) Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang
dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi.
5) Bimbingan adalah sesuatu yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-
bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis.
6) Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja.
7) Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus-menerus,
berkesinambungan, berurutan dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
G. Prinsip-Prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prinsip-prinsip dalam hal ini adalah landasan teoritis yang mendasari layanan
bimbingan dan konseling. Bagi para konselor dalam melaksanakan kegiatan ini perlu
sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut.
Berikut ini rumusan tentang prinsip-prinsip bimbingan:
1. Prinsip-Prinsip Umum
a) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikapa dan tingkah laku individu,
perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
91
aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh pengalam-pengalamannya. Oleh karena itu, dalam pemberian
layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan
mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.
b) Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individu yang
dibimbing.
c) Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang
bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam
menghadapi kesulitan-kesulitannya.
d) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang
bersangkutan.
e) Pelaksaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan
para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber
yang berguna di luar sekolah
f) Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara
teratur untuk mengetahui sampai di mana hasil dan manfaat yang diperoleh
serta penyesuaian antara pelaksaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu.
3) Prinsip-Prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing
a) Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa.
b) Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.
c) Program bimbingan harus berpusat pada siswa.
d) Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu
yang yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.
e) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang
dibimbing.
f) Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing
dirinya sendiri.
1. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Individu yang Memberikan
Bimbingan
a) Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan,
pengalaman, dan kemampuannya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
92
b) Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta
keahliannya melalui berbagai latihan penataran.
c) Konselor hendaknua selalu mempergunakan informasi yang tersedia mengenai
individu yang dibimbing beserta lingkungannya, sebagai bahan untuk
membantu individu yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih
baik.
d) Koselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang
individu yang dibimbinganya.
e) Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jeis metode dan teknik yang
tepat dalam melakukan tugasnya.
f) Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian
dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan
perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
2. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi
Bimbingan
a) Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
b) Dalam pelaksaannya bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative
record) bagi setiap individu (siswa)
c) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan.
d) Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
e) Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam situasi,
kelompok sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam
memecahkan masalah itu.
f) Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang
menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan
penyuluhan pada umumnya.
g) Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksaan
bimbingan.
H. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dengan orientasi baru Bimbingan dan konseling terdapat beberapa fungsi yang
hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. yaitu:
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
93
1. Pemahaman; menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk pengembangan
dan pemacahan masalah peserta didik meliputi : (a) pemahaman diri dan kondisi
peserta didik, orang tua, guru pembimbing; (2) lingkungan peserta didik termasuk
di dalamnya lingkungan sekolah; dan keluarga peserta didik dan orang tua;
lingkungan yang lebih luas, informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan, dan sosial
budaya/terutama nilai-nilai oleh peserta didik.
2. Pencegahan; menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang timbul dan menghambat proses perkembangannya.
3. Pengentasan; menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami peserta didik.
4. Advokasi; menghasilkan kondisi pembelaaan terhadap pengingkaran atas hak-hak
dan/atau kepentingan pendidikan.
5. Pemeliharaan dan pengembangan; terpelihara dan terkembangkannya berbagai
potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya
secara mantap dan berkelanjutan.
I. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipengaruhi dalam melaksanakan suatu
kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil
yang memuaskan. Dalam kegiatan atau layanan bimbingan dan konseling menurut
Prayitno (2000) ada beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Asas Kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan siswa yang
menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak
layak diketahui orang lain.
2. Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam
membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan,
pikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya
permasalahan. Konselor juga terbuka dalam memberikan tanggapan terhadap hal-
hal yang dikemukakan oleh klien.
3. Asas Kesukarelaan
Konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien.
4. Asas Kekinian
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
94
Asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling,
yakni permasalahan yang dihadapi siswa adalah dalam kondisi sekarang. Adapun
kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat siswa pada saat sekarang.
5. Asas Kegiatan
Konselor mampu memotivasi klien untuk melaksanakan semua saran yang telah
disampaikannya, keberhasilan layanan bimbingan dan konseling tidaklah terwujud
dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan oleh klien itu sendiri.
6. Asas Kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu
peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
7. Asas Kedinamisan
Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Maka konselor harus
memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri
klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar bersifat monoton, melainkan perubahan
menuju pada suatu kemajuan.
8. Asas Keterpaduan
Berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait
dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan
sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan,
adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku, serta
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
95
kegiatan bimbingan dan konseling harus dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
Layanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus, dalam hal ini para
pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya
merupakan tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan
Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan yang tidak
tepat, maka bila ditemukan masalah-masalah klien di luar bidang keahlian
konselor, maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada ahli lain.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan
tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya, di luar layanan
pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dapat dirasakan, sehingga
tercipta hubungan yang harmonis antara konselor dan klien.
J. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Orientasi Individual
Pada hakekatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lainnya.
Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan,
sifat-sifat kepribadian yang dimiliki an sebagainya. Menurut Willer Man (1979)
anak kembar satu telur pun juga mempunyai perbedaan apalagi dibesarkan dalam
lingkungan berbeda. Ini dibuktikan bahwa kondisi lingkungan juga ikut andil
terjadinya perbedaan individu. Taylor (1956) juga menyatakan kelas sosial dapat
menimbulkan perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhi dalam cara
berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah dalam layanan
bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2. Orientasi Perkembangan
Masing-masing individu berada pada usia perkembangannya. Setiap usaha
perkembangan yang bersangkutan mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangan
itu. Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas-tugas masa remaja menurut
Havighurts yang dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain :
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
96
a) Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman
sebaya baik laki-laki maupun perempuan
b) Dapat berperan sosial yang sesuai, baik peranannya sebagai laki-laki
c) Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan
baik
d) Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan
tanggung jawab sosial.
e) Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
3. Orientasi Masalah
Pelayanan bimbingan dan konseling harus menekankan penanganannya pada
masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor jangan sampai terperangkap
kepada masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hal ini identik
dengan „asas kekinian‟ (Priyatno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan
pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien.
K. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Bimo Walgito (2009) mengemukakan beberapa butir rumusan kode etik
bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang pembimbing
dan penyuluhan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil
yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannyaatau wewenangnya.
3. Oleh karena pekerjaan pembimbing langsung berkaitan dengan kehidupan pribadi
orang seperti telah dikemukakan maka seorang pembimbing harus :
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c. Menunjukkan penghargaan yang sama kepada bermacam-macam klien.
d. Pembimbing tidak diperkenankan:
1) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
2) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan.
3) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak
baik bagi klien.
4) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien tersebut.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
97
5) Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau di luar
keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling.
6) Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang
memerlukan pengabdian penuh.
Di samping rumusan tersebut, pada kesempatan ini dikemukakan rumusan kode etik
bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia,
yang dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad (2006), yaitu:
1. Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
2. Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan pribadi
pembimbing/konselor sendiri.
3. Pembimbing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku bangsa, warna
kulit, kepercayaan atau status sosial ekonominya.
4. Pembimbing/konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk
mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangka yang ada pada
dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan
serta merugikan klien.
5. Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkansifat-sifat rendah hati,
sederhana, sabar,tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
6. Pembimbing/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan
padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional
sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
7. Pembibingan/konselor memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan
orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya.
8. Pembimbing/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin.
9. Pembimbing/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang
hakikat dantingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan
bimbingan guna memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.
10. Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembimbing menjaga kerahasiaan ini.
11. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
98
12. Testing psikologi baru diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang
membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf inteligensi,
minat, bakat, dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
13. Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang
diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi
lainnya itu.
14. Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
15. Hasil tes psikologi harus di beritahukan kepada klien dengan disertai dengan
alasan-alasan tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada
pihak lain, sejauh pihak yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha
bantuan pada klien dan tidak merugikan klien sendiri.
L. Program Bimbingan Dan Pelaksanaannya
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana
dimulai adanya program yang disusun dengan baik. Program berisi rencana kegiatan
yang akan dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan konseling. Program
bimbingan itu menyangkut dua faktor, yaitu : (1) faktor pelaksanaan atau orang yang
akan memberikan bimbingan dan (2) faktor-faktor yang berkaitan dengan
perlengkapan,metode, bentuk layanan siswa-siswi,dan sebagainya, yang mempunyai
kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi,1977).
Pelayanan bimbingan di Sekolah/Madrasah merupakan usaha mambantu peserta
didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar,
serta perencaaan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik, secara individual atau kelompok, sesuai kebutuhan
potensi, bakat, minat, serta perkembangan peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan ini juga mambantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah
yang dihadapi peserta didik. Tohorin (2007:259) mengemukakan bahwa “Program
bimbingan dan konseling merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.” Rancangan atau terancang kegiatan
tersebut disusun secara sistematis, terorganisasi, dan terkoordinasi dalam jangka waktu
tertentu.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
99
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak akan berjalan efisien
sesuai kebutuhan keadaan siswa jika dalam pelaksanaannya tanpa suatu sistem
pengelolaan (manajemen) yang bermutu, artinya dilakukan secara sistematis jelas dan
terarah.
Penyusunan program bimbingan dan konseling sangat memegang peranan
penting dalam keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah. Dewa Ketut
Sukardi dan Desak Made Sumiati (1995:2) mengemukakan bahwa: “Penyusunan
program bimbingan dan konseling disekolah hendaknya berdasarkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh siswa serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam mereka mencapai
tujuan pendidikan yaitu kedewasaan siswa itu sendiri.” Berdasarkan hal tesebut di atas,
maka perlulah disusun program bimbingan di sekolah agar usaha layanan bimbingan di
sekolah betul berdaya guna dan berhasil guna serta tepat sasaran.
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa program
bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan,
seperti diantaranya: memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha,biaya
dengan menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak
menguntungkan.
1. Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti
dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya
(1985) seperti berikut :
a) Tahap Persiapan
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk
oleh pemimpin sekolah
c) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
d) Pembentukan panitia penyelenggara program.
e) Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya
dirumuskan dan diinventarisasikan berbagai fasilitas yang ada.
f) Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya merumuskan
masalah-masalah yang dihadapi.
Di samping rumusan tentang langkah-langkah penyusunan program bimbingan
sebagaimana dikemukakan itu, berikut ini dapat pula disajikan langkah-langkah
penyusunan program bimbingan yang sederhana, yaitu :
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
100
a) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya
dengan bimbingan.
b) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan
yang akan dilakukan, dan menyusun konsep program bimbingan yang akan
dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah dan bila perlu
mengundang personel sekolah.
d) Penyempurnaan konsep program yang telah di bahas bersama kepala sekolah.
e) Pelaksanaan program yang telah direncanakan
f) Evaluasi
g) Revisi
2. Variasi Program Bimbingan Belajar Menurut Jenjang Pendidikan
Winkel memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun
program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu :
a) Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu
b) Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik
c) Menyusun pola dasar sebagi pedoman dalam memberikan layanan
d) Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan
e) Menentukan bentuk bimbingan yang diutamakan
f) Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan.
Berdasarkan rambu-rambu tersebut, program bimbingan untuk masing-masing
jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai karakteristiknya, yaitu :
1) Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak hendaknya ditekankan
pada :
a) Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam
menjalin hubungan sosial dengan teman sebayanya.
b) Bimbingan pribadi.
Di samping itu, bimbingan untuk taman kanak-kanak perlu dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan psikologis, seperti pemberian kasih sayang dan perasaan aman.
2) Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah dasar lebih
menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara lain
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
101
mengatur kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab, dapat berbuat dengan cara-
cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta teman-teman sebayanya,
mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan
membentuk kata hati (Winkel, 1991).
Gibson dan Mitchell (1981) mengemukakan beberapa factor yang harus
dipertimbangkan, seperti :
a) Menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.
b) Masih menggunakan sistem guru kelas.
c) Kecenderungan anak bergantung pada teman sebayanya.
d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e) Masalah-masalah yang timbul di SD tidak terlalu kompleks.
3) Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Dalam hal ini, Winkel(1991) mengemukakan tugas-tugas perkembangan untuk
siswa/anak pada tingkat SMP antara lain; menerima peranannya sebagai pria atau
wanita,memperjuangkan taraf kebebasan yang wajar dari orang tua serta orang dewasa.
Program bimbingan dan konseling di SMP hendaknya berorientasi kepada pencapaian
tugas-tugas perkembangannya. Secara garis besar program bimbingan dan konseling di
SMP hendaknya berorientasi kepada:
a) Bimbingan belajar
b) Bimbingan hubungan sosial
c) Membentuk kelompok sebaya (peer group)
d) Tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun
e) Bimbingan karir
4) Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Cole (1959) mengemukakan beberapa tugas-tugas perkembangan pada usia
remaja (siswa SLTA), yaitu bertujuan untuk mencapai: (1) kematangan emosional, (2)
kemantapan minat terhadap lawan jenis, (3) kematangan sosial.
Program bimbingan dan konseling di SLTA hendaknya dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga mereka dapat mencapai
tugas-tugas perkembangan dengan baik. Oleh sebab itu, program bimbingan di SLTA
berorientasi pada:
a) Hubungan sosial
b) Pemberian infoemasi pendidikan dan jabatan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
102
c) Bimbingan cara belajar
5) Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa menuntut seseorang untuk lebih
mandiri, dan bersikap disiplin. Mereka dituntut untuk mampu mengembangkan sikap
membina ilmu demi kemajuan bangsanya(Winkel, 1991). Efektivitas dan efesiensi
program bimbingan dapat terwujud bila diarahkan kepada masalah-masalah. Oleh
sebab itu, program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada :
a) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik
b) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.
3. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah
(Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya 1985). Dengan demikian, diperlukan adanya
keterpaduan dan kebersamaan di antara personel sekolah dalam pelaksanaan
bimbingan.
1) Kepala Sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Membuat rencana atau program sekolah secara menyeluruh.
b. Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
c. Mengawasi pelaksanaan program.
d. Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan konseling.
e. Mempertanggungjawabkan program tersebut baik di dalam maupun di luar
sekolah.
f. Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga dalam rangka kerjasama
pelaksanaan bimbingan.
g. Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan – kegiatan lainnya.
2) Penyuluh Pendidikan (Konselor Sekolah)
Peran dan tugas konselor di sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah :
a. Menyusun program bimbingan dan konseling bersma kepala sekolah
b. Bertanggung jawab terhadap jalannya program
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
103
c. Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-hari
d. Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah
e. Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan
f. Menganalisis dan menafsirkan data siswa
g. Menyelenggarakan pertemuan staf
h. Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual
i. Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa
j. Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan
bimbingan dan konseling.
k. Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa
l. Menyelenggarakan pembicaraan kasus
m. Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
n. Melakukan studi kelayakan
o. Berkolaborasi dengan guru mata pelaajran
p. Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling.
3) Wali Kelas
Peran dan tanggung jawab wali kelas adalah :
a. Mengumpulkan data tentang siswa
b. Menyelenggarakan bimbingan kelompok
c. Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa
d. Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari
e. Mengobservasi kegiatan siswa di rumah
f. Mengadakan kegiatan orientasi
g. Memberikan penerangan
h. Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari berbagai
segi.
i. Bekerja sama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan
j. Mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan.
k. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah peserta didik.
4) Guru/Pengajar
Tugas dan tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah :
a. Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program BK.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
104
b. Memberikan informasi mengenai siswa kepada staf bimbingan dan
konseling.
c. Memberikan informasi kepada siswa.
d. Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
e. Memberikan layanan intruksional (pengajaran).
f. Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
g. Mengidentifikasi bakat siswa.
h. Menilai hasil belajar siswa
i. Berpartisipasi dalam penemuan kasus
j. Mengirimkan masalah siswanya yang tidak selesai kepada konselor.
k. Bekerja sama dengan konselor mengumpulkan data siswa dan
mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi
l. Membantu memecahkan masalah siswa
5) Petugas Administrasi
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan bimbingan dan
konseling adalah :
a. Mengisi kartu pribadi siswa.
b. Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya.
c. Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa.
d. Mengirim dan menerima surat panggilan dan pemberitahuan.
e. Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa.
4. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan tanggung
jawab kepala sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian yang
terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan. Dalam kurikulum SMA tahun 1975
buku III C dinyatakan bahwa kepala sekolah berperan langasung sebagai koordinator
bimbingan dan berwenang untuk menentukan garis kebijaksanaan bimbingan,
sedangkan konselor merupakan pembantu kepala sekolah yang bertanggung jawab
kepada kepala sekolah.
5. Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah, konselor
beserta personel sekolah perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut :
a. Komponen Pemrosesan Data
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
105
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa aspek,
yaitu : (1) pengumpulan data, (2) pengkklasifikasian, (3) pendokumentasian, (4)
penyimpanan, (5) penyediaan data yang diperlukan, dan (6)penafsiran.
Data yang perlu diproses adalah tentang keadaan siswa di sekolah yang meliputi :
(a) kemampuan skolastik, (b) cita-cita, (c) hubungan sosial, (d) minat terhadap
mata pelajaran, (e) kebiasaan belajar, (f) kesehatan fisik, (g) pekerjaan orang tua,
(h) keadaan keluarga.
b. Komponen Kegiatan Pemberian Informasi
Komponen ini terdiri : (1) pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa.
(2) pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang dipandang
memerlukannya, (3) pemberian informasi jabatan kepada siswa, (4) pemberian
informasi pendidikan lanjutan.
c. Komponen Kegiatan Konseling
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang sifatnya lebih
pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan,
perlu di alih tangankan kepada pihak yang lebih ahli.
d. Komponen Pelaksana
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru
bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi peranannya masing-
masing.
e. Komponen Metode/Alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu
adalah: angket kartu pribadi, konseling dan sebagainya.
f. Komponen Waktu Kegiatan
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun pelajaran atau waktu lain
tergantung dari jenis atau macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
g. Komponen Sumber Data
Data yang diperlukan dapat diperoleh langsung dari siswa yang bersangkutan. Hal
ini tergantung atau jenis data yang diperlukan. Semua kegiatan ini dikoordinasikan
oleh konselor dan dipertanggungjawabkan kepada kepala sekolah.
6. Syarat-Syarat Pembimbing (Konselor) Sekolah
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
106
Syarat-syarat petugas bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah dipilih
berdasarkan kualifikasi: kepribadian, pendidikan, pengalaman, dan kemampuan".
(Arifin dan Eti Kartikawai, 1994/1995).
1. Kepribadian
Seorang guru pembimbing dan konselor harus mempunyai kepribadian yang baik,
karena pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan sangat berkaitan
dengan pembentukan perilaku konseli. Melalui konseling diharapkan terbentuk
perilaku positif pada diri konseli. Hal ini akan terwujud jika bimbingan tersebut
dilakukan oleh orang yang berkepribadian baik berdasarkan norma-norma yang
ada.
Pada saat tertentu seorang konselor juga bisa menjadi idola bagi konseli dan uswah
hasanah. Aktualisasi syarat ini akan terwujud jika konselor mempunyai jiwa ihlas,
jujur, objektif dan simpatik serta senantiasa menjunjung tinggi kode etik profesi
pembimbing.
1) Seorang konselor sekolah di dalam mengadakan kontak dengan orang lain
harus memiliki sifat-sifat kepribadian tertentu yang memiliki pemahaman
terhadap orang lain secara obyektif dan simpatik.
2) Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara baik dan
lancar.
3) Memahami batas kemampuan yang ada ada dirinya sendiri.
4) Memiliki minat yang mendalam mengenai murid-murid, dan sungguh-sungguh
dalam memberikan bantuan.
5) Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, social, dan fisik.
2. Pendidikan
Secara umum seorang konselor sekolah serendah-rendahnya memiliki ijazah
sarjana muda dari suatu pendidikan yang sah serta memenuhi syarat untuk menjadi
guru dalam jenjang pendidikan dimana ia ditugaskan.
1) Secara professional seorang konselor hendaknya memiliki pendidikan profesi
yaitu, jurusan bimbingan konseling Strata satu(S1), S2 atau S3. Atau sekurang-
kurangnya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan
konseling. Ia juga harus menguasai bidang-bidang tertentu diantaranya : Proses
konseling
2) Pemahaman individu
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
107
3) Informasi dalam bidang pendidikan
4) Administrasi dan kaitannya dengan program bimbingan
5) Prosedur penelitian dan penilaian bimbingan.
Guru pembimbing dan konseling atau konselor tidak saja harus memiliki ilmu
bimbingan dan konseling, tetapi juga harus memiliki ilmu-ilmu tentang
manusia dengan berbagai macam problermatikanya seperti ilmu psikologi,
ekonomi, sosiologi dan pedagogi. Ilmu-ilmu tersebut akan membantu dalam
penguasaan terhadap konsep, teori-teori tentang manusia dan problematikanya.
3. Pengalaman
Pengalaman konselor dalam bimbingan dan konseling sangat berpengaruh pada
keberhasilannya dalam melakukan tugasnya, sarjana BK strata dua yang belum
memiliki pengalaman luas tentu tidak akan lebih baik jika dibandingangkan dengan
yang strata S1atau DIII tapi telah berpengalaman kerja selama 10 atau 15 tahun. Selain
itu pengalaman pribadi konselor yang mengesankan juga turut membantu upayanya
dalam mencari alternative pemecahan masalah
4. Kemampuan
Kemampuan atau kompetensi dan keterampilan yang dimiliki oleh konselor
adalah satu keniscayaan. Tanpa adanya kemampuan dan keterampilan tidak mungkin
konselor dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Konselor dituntut untuk memiliki
berbagai keterampilan melaksanakan konseling. Guru pembimbing atau konselor harus
mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-sifat seseorang, daya
kekuatan pada diri seseorang, merasakan kekuatan jiwa apakah yang mendorong
seseorang berbuat, dan mendiagnosis persoalan siswa selanjutnya mengembangkan
potensi individu secara positif.(M.D. Dahlan, 1987).
M. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah
Peranan guru dalam bimbingan di sekolah dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :
(1) tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas dan (2) di luar kelas.
1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa fungsi
bimbingan dalam proses belajar-mengajar itu merupakan salah satu kompetensi guru
yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya. Dan ada beberapa hal yang harus
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
108
diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru
dan pembimbing.
a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa
memiliki potensi untuk dikembangkan dan maju serta mampu mengarahkan
dirinya sendiri untuk madiri.
b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.
d. Pemahaman siswa secara empatik.
e. Penerimaan siswa apa adanya.
f. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
g. Penampilan diri secara asli
Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut :
a. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.
b. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan
minatnya.
c. Mengusahakan siswa-siswa agar dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan
sikap, minat, dan pembawaannya.
d. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.
Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas bimbingan dalam
proses pembelajaran seperti berikut :
a. Melaksanakan kegiatan diagnostik kesulitan belajar.
b. Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada
murid dalam memecahkan masalah pribadi.
2. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Luar Kelas
Tugas-tugas guru dalam layanan bimbingan di luar kelas antara lain :
a. Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching)
b. Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa
c. Melakukan kunjungan rumah (home visit)
d. Menyelenggarakan kelompok belajar yang bermanfaat.
Bimbingan terhadap peserta didik bermasalah tetap menjadi perhatian bimbingan
dan konseling, namun perlu diingat bahwa tidak semua masalah peserta didik harus
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
109
ditangani oleh Guru Pembimbing (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004)
mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang
menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut :
a) Masalah (kasus) ringan, seperti : membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang
tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap
awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas
dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru
pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
b) Masalah (kasus) sedang, seperti : gangguan emosional, berpacaran, dengan
perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena
gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas
sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru
pembimbing (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah,
ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi
kasus.
c) Masalah (kasus) berat, seperti : gangguan emosional berat, kecanduan alkohol
dan narkotika, pelaku kriminalitas, peserta didik hamil, percobaan bunuh diri,
perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal
(alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum
yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Proses Konseling
Dari beberapa jenis layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan kepada
peserta didik, tampaknya untuk layanan konseling perorangan perlu mendapat
perhatian lebih. Karena layanan yang satu ini boleh dikatakan merupakan ciri khas dari
layanan bimbingan dan konseling.
Dalam prakteknya, memang strategi layanan bimbingan dan konseling harus
terlebih dahulu mengedepankan layanan-layanan yang bersifat pencegahan dan
Masalah peserta didik
Ringan
Sedang
Berat
Semua Guru/Wali Kelas
Guru Pembimbing
Alih Tangan Kasus
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
110
pengembangan, namun tetap saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih
diperlukan. Oleh karena itu, guru maupun konselor seyogyanya dapat menguasai
proses dan berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang diberikan kepada peserta
didik dalam rangka pengentasan masalahnya dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu :
1. Tahap Awal (Tahap Mendefinisikan Masalah)
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai
konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya :
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport).
Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri,
maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien.
c. Membuat penaksiran dan perjajagan
Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah dan merancang
bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi
klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.
d. Menegosiasikan kontrak
Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi :
1) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan
konselor tidak berkebaratan.
2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien.
3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung
jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan
konseling.
2. Tahap Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah
memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus
dilakukan, diantaranya :
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
111
Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif
baru terhadap masalah yang sedang dialaminya. Konselor melakukan reassessment
(penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan yang
dihadapi klien.
b. Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi jika :
1) Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta
menampakan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah
yang dihadapinya.
2) Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar
peduli terhadap klien.
c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak
konselor maupun klien.
3. Tahap Akhir (Tahap Perubahan dan Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
a. Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling
b. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
c. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
d. Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ;
a. Menurunnya kecemasan klien
b. Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
c. Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya.
d. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan
Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama
antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Rochman
Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Miller yang mengatakan
bahwa:
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
112
a. Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan
langsung dengan tujuan-tujuan pribadi siswa.
b. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka
terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kelas.
c. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara
lebih nyata.
Berdasarkan pendapat tersebut, layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila
guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya
keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak, menuntut adanya kerjasama
tersebut.
Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan :
1) Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa.
2) Keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk
layanan.
Di lain pihak, guru juga mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Koestoer
Partowisastro (1982) keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain :
a. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-
macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan tugas itu.
b. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi di
tambah tugas yang banyak untuk memecahkan masalah-masalah siswa.
Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru atau
pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Kegiatan semacam ini disebut dengan konferensi kasus (case conference). Bila guru
menemui masalah yang sudah berada di luar batas kewenangannya, guru dapat
mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada konselor.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
113
BAB VII
KEPRIBADIAN DAN PROFESIONALISME GURU
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian disebut sebagai sesuatu yang
abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan,
dan atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat
diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari
kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap
perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan
kepribadian seseorang.
Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai
pendidik yang baik atau sebaliknya. Sikap dan citra negatif dan berbagai penyebabnya
seharusnya dihindari oleh seorang guru. Para guru harus mencari jalan keluar atau
solusi mengenai cara meningkatkan kewibawaan dan dibutuhkan anak didik dan
masyarakat luas. Jangan sebaliknya.
Guru sebagai teladan bagi siswa-siswanya harus memiliki sikap dan kepribadian
utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan dalam seluruh segi kehidupan. Karenanya
guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif. Di samping
itu guru juga harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang
diambil dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak
munafik. Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk mengetahui karakteristik
kepribadian guru. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan
teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan
tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat, ucapan, atau perintahnya)
dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).
A. Karakteristik Guru
Karakter adalah watak, ciri khas seseorang sehingga ia berbeda dari orang lain
keseluruhan. Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Karena guru
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
114
memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru adalah pihak yang
paling dekat dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru
merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Saat ini guru dianggap sebuah profesi yang sejajar dengan profesi yang lain,
sehingga seorang guru dituntut bersikap profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Sifat-sifat (karakter) yang harus dimiliki guru:
1. Ikhlas dalam menyampaikan ilmu
Guru adalah suatu profesi yang sangat mulia. Seorang guru haruslah mempunyai
niat yang ikhlas dalam memberikan didikan dan ajaran kepada anak didik. Hendaknya
dengan profesinya sebagai pendidik dan dengan keluasan ilmunya, guru hanya
bermaksud mendapatkan keridlaan Allah, mencapai dan menegakkan kebenaran; yakni
menyebarkan ke dalam akal anak-anak dan membimbing mereka sebagai para
pengikutnya. Segala sesuatu pasti akan mendapatkan ganjaran dari Allah.
2. Jujur
Hendaknya guru jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya. Tanda
kejujuran itu ialah menerapkan anjurannya itu pertama-tama pada dirinya sendiri. Jika
ilmu dengan amalnya telah sejalan, maka peserta didik akan mudah meniru dan
mengikutinya dalam setiap perkataan dan perbuataannya. Tetapi jika perbuatannya
bertentangan dengan seruannya, maka pada peserta didik timbul keengganan
mengamalkan apa yang diucapkan gurunya, bahkan mulai goyah kepercayaan kepada
perkataan gurunya; atau setidak-tidaknya merasa bahwa perkataan gurunya itu tidak
sungguh-sungguh.
3. Amanah
Guru mempunyai tanggung jawaba yang besar dalam menjalankan
profesinya.Seorang guru diharapkan untuk selalu dapat menjaga amanah dalam
memberikan pelajaran dan didikan kepada anak didik.
4. Wajib menyampaikan ilmu yang diperoleh
Guru diwajibkan untuk menyampaikan ilmu yang dia miliki karena
sesungguhnya kewajiban guru terhadap anak didik salah satunya adalah
menyampaikan ilmu.
5. Cerdas
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
115
Seorang guru tidak hanya dituntut untuk pintar tetapi juga guru harus memiliki
kecerdasan dalam memberikan pelajaran kepada anak didik.
6. Rajin menambah dan memperbaharui ilmu pengetahuan yang dimiliki
Seiring dengan perkembangan zaman guru dituntut untuk selalu memperbaharui
ilmu yang dia miliki karena ilmu pada zaman sekarang sudah banyak mengalami
perkembangan dan pembaharuan. Hendaknya guru senantiasa membekali diri dengan
ilmu dan kesediaan membiasakan untuk terus mengkajinya.
7. Berani
Seorang guru dituntut untuk memiliki keberanian dalam menghadapi para
peserta didik. Guru tidak boleh takut dalam mengambil suatu tindakan. Guru harus
bisa mengambil suatu tindakan yang bijaksana dalam memecahkan suatu perkara
ataupun masalah tanpa harus harus merasa takut ataupun tertekan.
8. Sabar
Hendaknya guru bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada
anak-anak. Hal itu memerlukan latihan dan ulangan, bervariasi dalam menggunakan
metoda, serta melatih jiwa dalam memikul kesusahan.Dalam menghadapi anak didik,
guru senantiasa dituntut untuk dapat bersifat sabar kepada anak didik.Karena
sesungguhnya siswa memiliki kepribadian yang beraneka ragam dan tentunya tidak
semua mempunyai latarbelakang yang baik.Oleh sebab itu guru harus sabar dalam
mendidiknya.
B. Kepribadian Guru
Menurut Koetjaraningrat pengertian kepribadian adalah beberapa ciri watak yang
diperlihatkan seseorang secara lahir, konsistten, dan konsekuen dalam nertingkah laku,
sehingga individu memlliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Untuk
menjadi guru seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji. Kepribadian
yang harus ada pada guru yakni, kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi tauladan bagi peserta didik dan berakhlaq mulia.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai pribadi yang mereka
miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainnya. Prof.
Dr. Zakiah Daradjat mengatan bahwa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak
(ma‟nawi), sukar dilihat atau dketahi secara nyata, yang dapat diketahu adalah
penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
116
tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi persoalan atau
masalah baik yang ringan maupun yang berat. Kepribadian dapat menentukan apakah
guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil
(tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
remaja).
Sebagai teladan, guru harus memliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan
idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna. Itulah kesan tehadap guru
sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik akan
mengurangi kewibawaannya dan kharisma secara perlahan libur dari jati diri. Arena
itu, kepribadian adalah masalah yang sangat sensitif sekali. Guru adalah mitra anak
didik dalam kebaikan, guru yang baik anak didikpun menjadi baik.Guru adalah
spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik. Ialah yang memberikan
santpan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlaq, dan membenarkannya, maka
menghormati guru berarti ,menghormati anak didik kita, menghargai guru bararti
penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan
berkembang, sekiranya setiap guru itu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup
dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa, kenyataannya bahwa banyak sekali yang
dipelajari oleh siswa dari gurunya. Para siswa menyerap sikap-sikap gurunya,
merefleksikan perasaan-perasannya, menyerap keyakinan-keyakinannya, meniru
tingkah lakunya, dan mengutip pernyataan-pernyataannya. Pengalaman menunjukkan
bahwa masalah-masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan
hasrat belajar yang terus-menerus pada diri siswa yang bersumber dari kepribadian
guru.
Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap siswa, maka guru perlu memiliki
ciri sebagai orang yang berpribadi matang dan sehat. Allport mengemukakan bahwa
ciri-ciri orang yang memiliki kepribadian matang adalah:
a) Orang yang telah dewasa yang telah memiliki tujuan dan pedoman hidup
(philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan
menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Seorang guru yang telah dewasa tidak
mudah terombang-ambing karena telah punya pegangan yang jelas, ke mana akan
pergi, dan dengan cara mana akan pergi, dan dengan cara mana ia mencapainya.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
117
b) Orang dewasa adalah orang mampu melihat segala sesuatu secara objektif. Tidak
banyak dipengaruhi oleh subjektivitas dirinya. Mampu melihat dirinya dan orang
lain secra objektif, melihat kelebihan dan kekurangan dirinya dan juga orang lain.
Lebih dari itu ia mampu bertindak sesuai dengan hasil penglihatan tersebut.
c) Seorang dewasa adalah orang yang bisa bertanggung jawab. Orang dewasa adalah
orang yang telah memiliki kemerdekaan, kebebasan; tetapi sisi lain dari kebebasan
adalah tanggung jawab. Dia bebas menentukan arah hidupnya, perbuatannnya,
tetapi setelah berbuat ia dituntut bertanggung jawab. Guru harus terdiri atas orang
yang bisa bertanggug jawab atas segala perbuatannya. Perbuatan yang
bertanggung jawab adalah perbuatan yang berencana, yang dikaji terlebih dulu
sebelum dilakukan.
d) Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan mampu menjauhi sikap
overact. Biasanya guru yang memiliki sifat ini mempunyai toleansi tinggi terhadap
frustasi, dan mau menerima apa adanya dalam dirinya.
e) Memiliki persepsi yang realistik terhadap kenyataan. Guru yang memilii sikap
berorientasi pada persoalan rill yang dihadapi, bukan hanya pada diri sendiri
semata.
Selain kepribadian matang atau dewasa orang juga memilik kepribadian yang
sehat, karakteristik yang harus dimilikinya, oleh E.B Hurlock, adalah sebagi berikut:
1) Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiaanya sehat mampu
menilai dirinya sebagai mana adanya, baik mnyangkut kelebihan (kecerdasan dan
keterampilan) maupun kekurangannya (postur tubuh, wajah, keutuhan dan
kesehatan).
2) Mampu menilai situasi secara realistik. Individu seprti ini dapat menghadapi
kondisi ehidupan yang dialamiya secara realistik dan mau menerimanya secara
wajar dia juga tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai situasi yang
sempurna.
3) Berorientasi keluar. Inividu yang sehat memiliki orientrasi keluar dari dirinya.
Orang seperti ini bisanya respek dan empati terhadap orang lain, mempunyai
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkunganya dan bersifat
fleksibel dalam berpikir.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
118
4) Di terima secara sosial. Individu yang dinilai positif oleh orang lain. Dia juga mau
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sifat bersahabat dalam
berhungan dengan orang lain.
5) Bahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan.
Kebahagiaan ini didukung oelh faktor-faktor pencapaian, prestasi, penerimaan dari
orang lain, persaan diintai atau disayangi orang lain.
C. Karakteristik Kepribadian Guru
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Mengapa demikian?
Alasannya disamping ia berperan sebagai pembimbing, pembantu dan juga berperan
sebagai anutan. Karakteristik kepribadian guru meliputi: Fleksibilitas kognitif guru dan
Keterbukaan Psikologis pribadi guru
1. Fleksibiltas kognitif guru
Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir
yang diikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu. Kebalikannya
adalah Frigiditas kognitif atau kekakuan ranah ciptanya ditandai dengan
kekurangmampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang
dihadapi.
Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan
beradaptasi. Selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap
ketertutupan ranah cipta yang premature (terlampau dini) dalam pengamatan dan
pengenalan. Ketika mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu,
seorang guru yang fleksibel selalu berfikir kritis. Berfikir kritis (critical thinking)
adalah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat (reasonable reflective)
yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mengingkari atau
mempercayai sesuatu dan melakukan atau menghindari sesuatu ( Heger dan Kaye
1990).
2. Keterbukaan psikologis pribadi guru
Hal lain yang juga menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan tugas
seorang guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Keterbukaan ini
merupakan dasar kompetensi professional (kemampuan dan kewenangan
melaksanakan tugas) keguruan yang dimiliki oleh setiap guru.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
119
Guru yang terbuka secara pskologis biasannya ditandai dengan kesediaannya yang
relative tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern
antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Ia
mau menerima kritik dengan ikhlas. Disamping itu ia juga memiliki empati
(empathy), yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan
tertentu orang lain. Jika salah eorang muridnya diketahui sedang mengalami
kemalangan, umpamanya, maka ia turut bersedih dan menunjukkan simpati serta
berusaha memberi jalan keluar.
Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansinya, keterbukaan psikologis merupakan
karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalm hubungannya sebagai
direktur bejar (director of learning) selain sebagai anutan siswanya. Oleh karena
itu, hanya guru yang memiliki keterbukaan psikologis yang benar-benar dapat
diharapkan berhasil dalam mengelola proses belajar mengajar. Optimisme ini
muncul karena guru yang terbuka dapat lebih terbuka dalam berfikir dan bertindak
sesuai dengan kebutuhn para siswanya, bukan hanya kebutuhan itu sendiri.
D. Ciri-Ciri Kepribadian Guru Profesional
1. Fisik Dan Mental Guru
Guru adalah profesi yang paling sehat di antara semua profesi yang ada, termasuk
pengacara, dokter, pengusaha, dan lainnya. Kesehatan mental guru paling tinggi di
antara semua profesi. Peneliti dari South Florida mengatakan hal itu dikarenakan
profesi guru lebih dari sekedar pekerjaan, tapi merupakan sebuah panggilan. Para guru
mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang menyenangkan karena
langsung berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
The Gallup-Healthways Well-Being Index melakukan survei skala besar untuk
mengetahui hubungan antara profesi dan tingkat kesehatan. Dengan menggunakan
definisi sehat dari badan kesehatan dunia (WHO) yaitu keadaan fisik, mental, dan
sosial yang sehat dan sejahtera, peneliti menemukan bahwa guru adalah profesi yang
paling sehat. “Kami juga melalui saat-saat yang sulit di bidang pendidikan. Tapi
seorang guru yang baik selalu punya alasan untuk terus menjalankan profesinya tanpa
bisa dimengerti oleh orang lain,” kata Ned Oistacher, seorang guru dari Pompano
Beach High School business seperti dikutip Sunsentinel.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
120
Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa guru adalah profesi yang memiliki
tingkat kesehatan mental dan kelakuan yang paling tinggi, yaitu dengan skor 71,7
persen. Rahasia yang membuat guru tetap sehat adalah lingkungannya yang selalu
berhubungan dengan orang-orang muda. Selain harus memiliki standar atau
kompetensi profesional, seorang guru atau calon guru juga perlu memiliki standar
mental, spiritual, intekektual, fisik dan psikis, sebagai berikut:
a) Standar mental; guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi,
dan memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya.
b) Standar moral; guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang
tinggi.
c) Standar sosial; guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan
bergaul dengan masyarakat lingkungannya.
d) Standar spiritual; guru harus beriman dan bertakwa kepada Allah swt. yang
diwujudkan dalam ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
e) Standar intelektual; guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan
profesional.
f) Standar fisik; guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki
penyakit menular yang membahayakan diri, peserta didik, dan lingkungannya.
g) Standar psikis; guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan
jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas profesinya.
2. Keilmuan Dan Pengalaman
Sebagai guru yang profesional, guru perlu mempunyai ciri-ciri profesional
seperti berkemahiran. Kemahiran yang mesti dikuasi oleh guru adalah kemahiran
berfikir; kemahiran interpersonal, kemahiran komunikasi, kemahiran memimpin, serta
kemahiran berilmu, Lebih rinci sebagai berikut;
a) Kemahiran Berfikir
Pemikiran melibatkan pengelolaan operasi-operasi mental tertentu yang berlaku
dalam sistem kognitif seseorang yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah.
Pemikiran dilihat sebagai aktiviti psikologikal yang membolehkan manusia
melihat proses yang dialami dari berbagai perspektif bagi menyelesaikan
masalah dalam situasi yang sukar, (Dewey (1933) Edward de Bono (1976)). Dari
pandangan Islam, berfikir ialah fungsi akal yang memerhatikan tenaga supaya
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
121
otak manusia dapat bekerja dan beroperasi. Ada dua kemahiran berfikir yang
harus dimiliki seorang pendidik, yaitu:
(11) Kemahiran Berfikir Secara Kritis. Dewey (1933), menyatakan pemikiran
kritis sebagai pemikiran reflektif yaitu memikir dengan mendalam dan
memberi pertimbangan yang serius tentang sesuatu. Pemikiran kritis
melibatkan tiga jenis aktiviti mental yaitu analisis, sintesis, dan penilaian;
(Taksonomi Bloom, 1956). Ennis mentakrifkan pemikiran kritis sebagai
„pemikiran reflektif‟ yang bertumpu kepada memutuskan sama ada sesuatu
kritis menggalakkan individu menganalisis penyataan-penyataan dengan
berhati-hati, mencari bukti yang sah sebelum membuat kesimpulan.
(12) Kemahiran Berfikir Secara Kreatif. Pemikiran kreatif ditakrifkan sebagai
kebolehan menggabungkan idea-idea bagi memenuhi sesuatu keperluan,
(Halpern,1984). Sebagai agen penggerak tamadun bangsa, guru perlu
sentiasa mencari ruang untuk merekayasa amalan mereka dalam menjamin
kualiti pendidikan. Kreativitas wujud hasil daripada peleburan masa,
penyediaan atau ketekunan memerlukan kosentrasi dan keazaman yang kuat.
Selain usaha dan masa, individu kreatif berani mengambil resiko mencapai
matlamat mereka dan menolak alternatif-alternatif yang ternyata karena
mereka ingin mencari yang lain dan luar biasa. Pemikiran kreatif melibatkan
kebolahan fleksibiliti (kelenturan) dan keaslian.
b) Kemahiran Interpersonal
Oleh karena guru merupakan teras penting dalam aspek pembangunan
pendidikan negara, guru seharusnya mempunyai berbagai ciri dan kemahiran-
kemahiran profesional. Antaranya ialah kemahiran interpersonal. Kemahiran
Interpersonal merupakan kemahiran antara insan.
Abdullah Hassan & Ainon, memfokuskan kemahiran interpersonal guru kepada
kemahiran berkomunikasi, kemahiran mendengar, kemahiran bertanya,
kemahiran berucap, maklum balas, unsur bahasa, mengubah sikap dan tingkah
laku, penampilan dan komunikasi bukan lisan.
Hubungan interpersonal adalah aspek penting yang perlu diketahui oleh guru.
Persoalannya sejauh manakah guru menguasainya adalah sesuatu yang subjektif
walaupun terdapat kaedah-kaedah serta panduan-panduan tertentu yang boleh
dipelajari oleh guru untuk menguasai kemahiran ini.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
122
Menurut Sarina dan Yusmini 2007, kepentingan kemahiran interpersonal ialah
ianya dapat melahirkan persefahaman yang baik antara guru dan pelajar serta
wujud rasa percaya mempercayai di kalangan mereka serta dapat memberi kesan
positif kepada proses pengajaran dan pembelajaran.
c) Kemahiran Komunikasi
Seorang guru yang profesional seharusnya memiliki atau mempunyai kemahiran
komunikasi yang baik. Komunikasi ialah satu asas perhubungan yang bertujuan
menyampaikan khabar, berita , mesej, pendapat atau maklumat kepada
pendengar.
Interaksi dan komunikasi yang hanya menggunakan akal atau hanya
menggunakan perasaan akan menjadi tidak berkesan. Guru atau siapa yang
berkomunikasi dengan berkesan akan menggunakan ke semua indera manusia
dengan bijaksana. Konsep ini adalah selaras dengan falsafah eksistensialisme
yang mengutamakan pengalaman yang diperoleh daripada indera seperti
penglihatan, rasa, dan sebagainya. Oleh karena itu selaras dengan tujuan faham
mazhab eksistensialisme adalah membolehkan setiap individu yakni guru dan
pelajar memperkembangkan sepenuhnya potensi yang dimiliki demi mencapai
objektif pengajaran dan pembelajaran.
d) Kemahiran Memimpin
Di dalam organisasi sebuah kelas di sekolah posisi guru berada di atas sekali.
Guru memainkan peranan sebagai guru kelas untuk membimbing para pelajar ke
arah kecemerlangan dari segi akademik, sahsiah, dan jasmani. Oleh karena itu
kemahiran dari segi memimpin perlu ada dalam diri seorang guru. Menurut
Kamus Dewan Edisi Empat definisi memimpin ialah melatih, mendidik atau
mengasuh supaya boleh berfikir sendiri. Kepimpinan boleh dimaksudkan sebagai
seni atau proses mempengaruhi kegiatan manusia yang berkaitan dengan tugas
mereka, supaya mereka terlibat dan berusaha ke arah keberkesanan dan
pencapaian matlamat organisasi (Rahmad 2005).
e) Kemahiran Berilmu
Kehidupan seorang guru adalah sinonim dengan ilmu. Lazimnya masyarakat
mengaitkan guru dengan tanggungjawab memberi ilmu tetapi hakikatnya guru
bukan sahaja bertanggungjawab mencurahkan ilmu kepada para pelajarnya
malah meningkatkan ilmu merupakan salah satu kemahiran yang perlu ada di
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
123
dalam diri setiap guru sebelum ilmu yang ada itu dicurahkan kepada para
pelajarnya.
Ilmu dan pengetahuan guru sebagai seorang yang berautoriti tidak boleh
dipersoalkan. Oleh yang demikian, guru mesti menguasai ilmu dengan baik (Abu
Bakar & Ikhsan, 2008). Sikap proaktif, berdaya saing dan bersemangat kental dalam
melengkapkan diri dengan pelbagai disiplin ilmu dan berketerampilan perlu menjadi
amalan dan budaya hidup seorang pendidik (Wan Marzuki, 2008). Guru sebagai
penyebar sumber ilmu perlu memahami konsep ilmu yang sentiasa berkembang dan
pencarian ilmu baru di kalangan guru mesti diteruskan tanpa henti (Lokman, 2004).
Menurut Uzer Usman, Kompetensi profesional yang harus dipenuhi atau
dimiliki seorang guru atau calon guru adalah;
1. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan nasional
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam
masyarkat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
2. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum
pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan.
3. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih
dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi
belajar mengajar,memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai,
memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
4. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat,
mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar.
5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yakni menilai
prestasi murid untuk kepentingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan.
3. Kemampuan Dan Keterampilan Serta Sertifikat
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal
sebagai berikut:
(1) Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya.
(2) Menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkannya
serta cara mengajarnya kepada peserta didik.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
124
(3) Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai
cara evaluasi.
(4) Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan cara belajar
dari pengalamannya.
(5) Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya
Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap adalah
gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan
pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam Azwar (2000:5)
menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor
kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka
sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang
(dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan,
pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau
persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif
dan negatif dalam menghadapi suatu objek. Struktur sikap siswa terhadap konselor
terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas:
(1) Komponen kognitif. Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, dan keyakinan tentang objek. Hal tersebut berkaitan dengan
bagaimana orang mempersepsi objek sikap.
(2) Komponen afektif. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi
seseorang terhadap sikap. Perasaan tersebut dapat berupa rasa senang atau
tidak senang terhadap objek, rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
Komponen ini menunjukkan ke arah sikap yaitu positif dan negatif.
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap (Azwar, 2000:26), secara umum komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun
pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila
dikaitkan dengan sikap.
(3) Komponen kognitif. Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang
untuk bereaksi, bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas sikap, yaitu besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
125
berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Komponen-komponen tersebut di
atas merupakan komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen
tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lain. Saling
ketergantungan tersebut apabila seseorang menghadapi suatu objek tertentu,
maka melalui komponen kognitifnya akan terjadi persepsi pemahaman
terhadap objek sikap.
Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat
fungsi, yaitu:
a) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.
Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk
mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat
digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat
membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif
terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat
dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap
tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang artinya sampai sejauh mana
manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai
fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat
menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya.
b) Fungsi pertahanan ego.
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan
ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang yang bersangkutan
terancam dalam keadaan dirinya atau egonya, maka dalam keadaan terdesak
sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego.
c) Fungsi ekspresi nilai.
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri
seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya.
Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat menggambarkan sistem nilai
yang ada pada individu yang bersangkutan.
d) Fungsi pengetahuan.
Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk
ingin tahu. Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
126
diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa
sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu
terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut objek
sikap yang bersangkutan.
Untuk mendapatkan pengakuan atas keprofesionalannya, maka seorang tenaga
pengajar dapat mengikuti sertifikasi. Sertifikasi dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi di sini dapat diartikan sebagai
usaha pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Sertifikasi adalah uji
kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang
sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian
yang esensial dalam rangka memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah
ditetapkan dalam sertifikasi adalah sertifikat kompetensi pendidik.
Wibowo (Mulyasa, 2008:35), mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk
hal-hal sebagai berikut:
(1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidikan.
(2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga
merusak citra pendidik dan tenaga pendidikan.
(3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap
pelamar yang kompeten.
(4) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan.
(5) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
127
Kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompetensi guru, baik untuk lulusan
strata satu (S1) kependidikan maupun lulusan S1 non-kependidikan dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1) Lulusan program Sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukan
kompetensi belajar (PKM). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh perpendidikan tinggi yang memiliki PPTK
(Program Pengadaan Tenaga Kependidikan) terakreditasi dan ditunjuk oleh
Ditjen Dikti, Depdiknas.
2) Lulusan Sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses
pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi yang memiliki
PPTK secara terstruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan
kompetensi mengajar, baru lulusan sarjana nonkependidikan boleh mengikuti
uji sertifikasi. Sedangkan lulusan program Sarjana kependidikan tentu sudah
mengalami proses pembentukan kompetensi mengajar, tetapi tetap diwajibkan
mengikuti uji kompetensi untuk mempeoleh serifikat kompetensi.
3) Penyelenggaraan program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga
pendidikan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan untuk
pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi
mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh Dirjen Dikti, Depdiknas.
4) Peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik yang berasal dari
lulusan Sarjana pendidikan maupun nonkependidikan diberikan sertifikat
kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk
melakukan praktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
5) Peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas
dalam interval waktu tertentu (10-15 tahun) sebagai bentuk kegiatan
penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Di samping itu,
kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya
sebagai guru dalam jangka waktu tertentu.
Proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya
harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekruitmen guru,
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
128
pembinaan, dan peningkatan karir guru. Kesejahteraan guru dapt diukur dari gaji dan
insentif yang diperolehnya. Gaji guru di Indonesia ini masih relatif rendah jika
dibandingkan dengan negara lain di dunia. Rendahnya tunjangan kesejahteraan guru
bisa mempengaruhi kinerja guru, semangat pengabdian, dan juga upaya
mengembangkan profesionalismenya.
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia nomor
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat
berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh
melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium.
Namun, sertifikat kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga
pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk
tenaga kependidikan maupun nonkependidikan yang ingin memasuki profesi guru.
Menumbuhkembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru
profesional, serta mencintai tugasnya, dan bertanggung jawab untuk mencapai hasil
yang sebaik-baiknya.
Pengembangan karir guru terkait dengan profesionalisme dan daya tarik jabatan
guru memerlukan kebijakan sebagai berikut:
(1) Menumbuhkembangkan kesadaran guru terhadap kode etik sebagai guru
profesional, serta mencintai tugasnya, dan bertanggung jawab untuk mencapai
hasil yang sebaik-baiknya.
(2) Menyederhanakan prosedur dan penilaian kenaikan jabatan fungsional guru,
dan sedapat mungkin masyarakat dapat dimintai pendapatnya, agar hasilnya
lebih objektif.
(3) Beban yang tidak terkait dengan fungsi dan tugas guru sebaiknya dihilangkan,
karena akan mengganggu perhatian guru terhadap tugasnya.
(4) Pengangkatan kepala sekolah perlu dilakukan melalui seleksi yang ketat dan
adil, mempertimbangkan latar belakang mental dan prestasi kerja, serta
melibatkan orang tua murid dan masyarakat yang tergabung dalam komite
sekolah atau madrasah.
(5) Pengawasan kepada semua jenjang pendidikan harus dilaksanakan secara
teratur, terkendali, dan terus menerus dengan menggunakan paradigma
penilaian yang akademik.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
129
Proses sertifikasi selain dilakukan oleh LPTK dengan memberikan sertifikat
kompetensi, juga dilakukan dengan cara pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh
lembaga uji kompetensi. Tujuan dari pendidikan dan latihan tersebut adalah untuk
meningkatkan kemampuan pengelolaan administrasi siswa dan pengelolaan kegiatan
belajar di kelas. Akhir dari kegiatan pendidikan dan latihan tersebut tentunya dilihat
dari nilai akhir yang diperoleh setelah dilakukan penilaian oleh asesor. Uji sertifikasi
dengan uji kompetensi dan diklat, keduanya sama-sama bertujuan untuk membentuk
seorang guru atau calon guru yang profesional, yang mengabdikan diri sepenu hati
demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.
GURU SEBAGAI TENAGA PENDIDIK HARUS PROFESIONAL
Apabila pekerjaan guru itu telah diakui sebagai suatu profesi, maka apakah
semua guru dapat digolongkan kepada petugasan profesional? Untuk itu, perlu kiranya
diketahui apa yang dpat dijadikan tolok ukur unjuk kerja yang profesional yang
merujuk kepada stnadar kemampuan dasar yang dikemukakan di atas itu?
Seseorang menampilkan unjuk kerja yang profesional apabila dia mampu
menampilkan keandalannya dalam melaksnakan tugasnya sebagai guru. Keandalan
kerja itu dapat dilihat dari segi:
1. Mengetahui, memahami, dan menerapkan apa yang harus dikerjakannya sebagai
guru.
2. Memahami mengapa dia harus melakukan pekerjaannya itu.
3. Memahami serta menghormati batas-batas kemampuan dan kewenangan
profesinya, dan menghormati profesi lain.
4. Mewujudkan pemahaman dan penghayatannya itu dalam perbuatan mendidik,
mengajar dan melatih.
Sepuluh kemampuan dasar guru sebagai standar unjuk kerja guru, telah
diterapkan dalam rangka pengembangan program kurikulum pendidikan dan dalam
mengamati tingkat kemampuan guru kita dewasa ini. Untuk mengamati unjuk kerja
guru itu, Soedijarto (1982) merinci kesepuluh kemampuan dasar itu menjadi 17 gugus
pengetahuan dan penguasaan teknik dasar profeional, yang kemudian dibaginya
menjadi empat gugu kemampuan profesional dan berbagai jenis kegiatan profesional.
Gugus-gugus pengetahuan dan penguasaan teknis dasar profesional terbagi
menjadi 17 yaitu sebagai berikut;
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
130
1. Pengetahuan tentang disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan studi
(structure, concepts, dan ways of knowing)
2. Penguasaan bidang studi sebagai objek belajar
3. Pengetahuan tentang karakteristik/perkembangan pelajar
4. Pengetahuan tentang berbagai model teori belajar (umum maupun khusus)
5. Pengetahuan dan penguasaan berbagai proses belajar (umum dan khusus)
6. Pengetahuan tentang karakteristik dan kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik
sebagai latar belakang dan konteks berlangsungnya proses belajar.
7. Pengetahuan tentang proses sosialisasi dan kulturisasi
8. Pengetahuan dan penghayatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
9. Pengetahuan dan penguasaan berbagai media sumber belajar
10. Pengetahuan tentang berbagai jenis informasi kependidikan dan manfaatnya.
11. Penguasaan teknik mengamati proses belajar mengajar
12. Penguasaan berbagai metode mengajar
13. Penguasaan teknik menyusun instrumen penilaian kemajuan belajar
14. Penguasaan tekanik perencanaan dan pengembangan program belajar mengajar
15. Pengetahuan tentang dinamika hubungan interaksi antara manusia, terutama dalam
proses belajar mengajar
16. Pengetahuan tentang sistem pendidikan sebagai bagian terpadu dari sistem sosial
negara – bangsa
17. Penguasaan teknik memperoleh informasi yang diperlukan untuk kepentingan
proses pengambilan keputusan.
Ketujuh belas pengetahuan dan penguasaan teknis dasar profesional ini
kemudian dirangkumkan untuk menjadi kompetensi atau kemampuan dasar
profesional guru dan sekaligus program kegiatan-kegiatan profesional yang harus
dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Merencanakan program belajar dan mengajar, dengan kegiatan;
1.1) merumuskan tujuan tujuan instruksional
1.2) menguraikan deskripsi satuan bahasan
1.3) merancang kegiatan belajar mengajar
1.4) memilih media dan sumber belajar
1.5) menyusun instrumen evaluasi
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
131
2. Melaksanakan dan memimpin proses belajar-mengajar, dengan kegiatan;
2.1) memimpin dan memimbimbing proses belajar mengajar
2.2) mengatur dan mengubah suasana belajar mengajar
2.3) menetapkan dan mengubah urutan kegiatan belajar
3. Menilai kemajuan belajar, dengan kegiatan;
3.1) memberikan skor atas hasil evaluasi
3.2) mentransformasikan skor menjadi nilai
3.3) menetapkan ranking
4. Menafsirkan dan memanfaatkan berbagai informasi hasil penilaian dan penelitian
untuk memecahkan masalah profesional kependidikan, dengan kegiatan;
4.1) mengembangkan wawasan dan kreatif mengolah inovasi menjadi strategi
dalam pembelajaran
4.2) melakukan penelitian tindakan dan pengembangan kemampuan ilmiah
yang dimiliki
4.3) membuat keputusan dari hasil penilaian untuk dapat merubah,
memperbaiki, meningkatkan kemampuan peserta didik dengan tujuan akhir
pencapaian hasil belajar.
Dengan menggunakan standar unjuk kerja yang rinci itu, maka dapatlah diamati,
sampai di mana guru-guru kita telah memperlihatkan unjuk kerja yang diharapkan itu?
Dari pengamatan terhadap banyak kasus guru dalam melaksanakan tugas
profesionalnya itu dapat dideskripsikan kecenderungan unjuk kerja guru kita dan
teknis. Kadang-kadang, penerapan standar-standar itu cenderung untuk terlalu
mekanistik, kurang dilambari oleh penghayatan landasan konseptual yang mendalam.
Oleh sebab itu seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan
beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, yaitu sebagai berikut;
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi
pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan
sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam
berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
132
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran
dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta
didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar
peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru
dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulangulang hingga tanggapan
peserta didik menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara
mata pelajaran dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan
cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung,
mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina
hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual
agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya
untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan
perbaikan dan pengembangan. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi
yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji
informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator,
dan pembimbing yang Iebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru
harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip
mengajar seperti telah diuraikan.
A. Guru Profesional Dapat Sebagai Contoh (Suri Tauladan)
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta
didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
dimiliki oleh seorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai
pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
133
Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta
didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang
pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi
teladan, yang dapat digugu dan ditiru. Seorang guru sangat berpengaruh
terhadap basil belajar yang dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya. Untuk itu,
apabila seseorang ingin menjadi guru yang profesional maka sudah seharusnya
ia dapat selalu meningkatkan wawasan pengetahuan akademis dan praktis
melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun up grading dan/atau pelatihan
yang bersifat in service training dengan rekan-rekan sejawatnya.
Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui
peningkatan kemampuan mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang
efektif dapat segera terdeteksi dan perlahan-lahan dihilangkan. Untuk itu, maka
perlu adanya perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru yang diharapkan
akan berpengaruh pada cara belajar siswa, di antaranya sebagai berikut;
1) Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat
merasa puas dalam mengajar apabila banyak menyajikan informasi
(ceramah) dan terlalu mendominasi kegiatan belajar peserta didik.
2) Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi
kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi
bantuan bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta
kondisi yang merangsang dan menantang peserta untuk berpikir dan
bekerja (melakukan).
3) Mengubah dari sekadar metode ceramah dengan berbagai variasi metode
yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan
cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak
mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar
kalau ada guru.
4) Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar
sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berke lompok,
percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat orang
lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
134
B. Guru Profesional, Aktif, Kreatif Dan Efektif
Sebagai salah satu elemen tenaga kependidikan, seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional dengan selalu berpegang teguh pada etika
kerja, merdeka (bebas tekanan), produktif, efektif, efisien, dan inovatif, serta siap
melakukan pelayanan prima berdasarkan pada kaidah ilmu atau teori yang sistematis,
kewenangan profesional, pengakuan masyarakat.
(A) Guru Profesional
Sejak lama, guru memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam
masyarakat Indonesia, ada saatnya guru memiliki wibawa besar karena pekerjaannya
dikaitkan dengan kemampuan yang luar biasa di samping tidak ada kepedulian guru
terhadap balas jasa atau imbalan terhadap pekerjaannya itu.
Syaodih (1998) mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup
penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut
dikemukakannya bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang
kurikulum bagi kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum
yang terdepan, maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan
terhadap kurikulum. Menyadari hal tersebut, betapa pentingnya untuk meningkatkan
aktivitas, kreativitas, kualitas dan profesionalisme guru. Hal tersebut lebih nampak lagi
dalam pendidikan yang dikembangkan secara desentralisasi sejalan dengan kebijakan
otonomi daerah, karena di sini guru diberi kebebsan untuk memilih dan
mengembangkan materi standar dan kompetensi dasar sesuai dengan kondisi serta
kebutuhan daerah dan sekolah.
Simon dan Alexander (1980) telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di
negara-negara berkembang, dan menunjukkan adanya dua kunci penting dari peran
guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik; yaitu: (1)
jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran di kelas,
dan (2) kualitas kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang
berkualitas.
Kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi, dari segi proses dan dari segi hasil.
Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar
peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Di samping itu, dapat dilihatdari gairah dan semangat mengajarnya serta
adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
135
pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta
didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan
tersebut diperlukan berbagai kompetensi pembelajaran.
Dalam pelaksanaan berbagai kebijakan yang di buat oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, guru dituntut untuk menjadi ahli penyebar informasi yang baik,
karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta didik.
Guru juga berperan sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer) dan penilai
(evaluator) pembelajaran. Apabila pembelajaran diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi para peserta didik dengan penyediaan ilmu yang tepat dan latihan
keterampilan yang mereka perlukan, haruslah ada ketergantungan terhadap materi
standar yang efektif dan terorganisasi. Untuk itu diperlukan peran guru dari para guru,
mereka dituntut memiliki keterampilan-keterampilan teknis yang memungkinkan
untuk mengorganisasikan materi standar serta mengelolanya dalam pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik. Sehubungan dengan itu, guru harus kreatif,
inovatif, profesional, dan menyenangkan.
Permasalahan yang muncul untuk jabatan guru, dengan segudang tuntutan
kemampuan, kreativitas dan total layanan,sudahkan dipandang jabatan guru ini sebagai
suatu profesi? Pertanyaan ini muncul, karena guru itu sekaligus pendidik. Orang
menganggap siapapun dapat dan berhak mendidik. Ada pula sebagian orang yang
meragukan bahwa guru itu adalah suatu profesi, karena guru untuk jenjang pendidikan
tertentu mendapat pendidikan pada jenjang yang bukan sarjana, bahkan di didik pada
jenjang pendidikan menengah. Di samping itu, banyak orang yang mencari nafkah
dengan menjadi guru di sekolah-sekolah, padahal mereka tidak pernah mendapat
pendidikan khusus sebagai guru. Yang lebih mencolok lagi yaitu bahwa ada sebagian
orang yang menjadi guru tanpa pendidikan guru namun dapat melaksanakan tugasnya
sama atau bahkan lebih baik dari mereka yang berlatar belakang pendidikan guru.
Lebih baiknya bukan saja dalam hal penguasaan bahan ajar, melainkan juga dalam hal
metodologi dan sikapnya.
Untuk menjawab pertanyaan pokok di atas, kiranya perlu terlebih dahulu
memahami apa sebenarnya makna profesi dan petugas profesional itu sendiri.
Berdasarkan makna itu, dapatlah dirumuskan kriteria yang jelas untuk menentukan
suatu pekerjaan disebut sebagai suatu profesi. Didi Atmadilaga, menafsirkan makna
“profesi” sebagai ....wewenang praktek suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
136
kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh
penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan teknik,
yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus, yang penyelenggaraannya
dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi ...., yang bersama memberikan ijin
praktek atau penolakan praktek dan kelayakan praktek dilindungi oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku, baik yang diawasi langsung oleh Pemerintah
maupun oleh asosiasi profesi yang bersangkutan.
Selanjutnya, Walter Johnson (1959) mengartikan petugas profesional sebagai
“....seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat
kesulitan lebih dari biasa, dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan
cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan yang berkadar tinggi.”
Dari definisi di atas dapat diangkat beberapa kriteria untuk menentukan ciri-ciri
suatu profesi, yaitu sebagai berikut (Rochman Natawidjaya, 1989);
1) Ada standar unjuk kerja yang baku dan jelas.
2) Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelaku-nya dengan program
dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki stnadar akademik yang memadai
dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan pengetahuan yang melandasi
profesi itu.
3) Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan
memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya
4) Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para pelaku-nya dalam
memperlakukan kliennya.
5) Ada sistem imbalan terhadap jasa layananya yang adil dan baku.
6) Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam) terhadap pekerjaan
itu sebagai suatu profesi.
Dengan kriteria tersebut, dapatlah dilakukan penilaian apakah pekerjaan guru
itu suatu profesi, dan apakah guru itu seorang petugas profesional. Standar manakah
yang telah dipenuhi dan yang mana pula yang belum dipenuhi? Bagaimana cara untuk
mempertahankan dan mencapai standar-standar itu?
Secara konseptual dan umum, unjuk kerja guru itu mencakup aspek-aspek:
(b) kemampuan profesional, mencakup;
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
137
1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya
itu.
2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan
keguruan.
3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
(c) kemampuan sosial, mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai
guru.
(d) kemampuan personal (pribadi), mencakup;
1) Penampilan, sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru,
dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut
oleh seorang guru.
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi
para siswanya.
Standar-standar itu pada gilirannya di rinci secara lebih khusus menjadi 10
kemampuan dasar guru, atau sering di sebut 10 kompetensi guru, yakni:
2. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya
3. Pengelolaan program belajar-mengajar
4. Pengelolaan kelas
5. Penggunaan media dan sumber pembelajaran
6. Penguasaan landasan-landasan kependidikan
7. Pengelolaan interaksi belajar mengajar
8. Penilaian prestasi siswa
9. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
10. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah
11. Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk
kepentingan peningkatan mutu pengajaran.
Selain itu guru profesional dituntut untuk memiliki tiga kemampuan:
1) Kemampuan kognitif, yaitu guru harus menguasai materi, metode, media dan
mampu merencanakan dan mengembangkankegiatan pembelajaran.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
138
2) Kemampuan afektif, yakni guru harus memilikiakhlak yang luhur, terjaga
prilakunya sehingga akan mampu menjadi model yang bisa diteladani oleh
siswanya.
3) Kemampuan psikomotorik, artinya guru dituntut memilki pengetahuan dan
kemampuan dalam mengimplementasikan ilmu yang dimilikinya dalam kehidupan
nyata.
(B) Guru Aktif
Guru yang aktif dapat didefinisikan sebagai guru yang membantu siswa untuk
belajar. Guru mempunyai cara yang berbeda-beda dalam membantu siswa untuk
belajar. Cara tersebut dikenal dengan strategi. Strategi yang yang berpusat pada guru
lebih berfokus sebagai penyampai informasi. Sedangkan strategi yang berpusat pada
siswa lebih kepada perubahan dalam belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang
diinginkan dengan cara yang efektif.
Peran guru aktif adalah guru yang ikut terlibat berkontribusi terhadap
perkembangan yang terjadi pada pendidikan. Secara umum peran guru bertanggung
jawab atas rincian perencanaan kurikulum, isi program pengajaran dan strategi
pendidikan.
Tugas guru yang utama adalah sebagai penyampai informasi, namun tidak kalah
penting selain sebagai penyampai informasi guru hendaknya berperan sebagai panutan
terkhusus bagi siswanya, sebagai fasilitator, sebagaai penilai, sebagai perencana dan
sebagai pengembang sumber daya.
(C) Guru Kreatif
Semua orang mungkin bisa menjadi guru. Tetapi, menjadi guru yang memiliki
keahlian dalam mendidik perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai,
dalam artian, menjadi guru profesional setidaknya memiliki standar minimal, yakni:
(1) memiliki kemampuan intelektual yang baik, (2) Memiliki kemampuan memahami
visi dan misi pendidikan nasional, (3) Memiliki keahlian mentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa secara efektif, (4) Memahami konsep perkembangan
psikologi anak didik, (5) Memiliki kemampuan mengorganisasi proses belajar, (6)
Memiliki kreativitas dan seni mendidik.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
139
Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1989) telah mengelompokan kedalam 4
kelompok besar Guru yang efektif, yaitu:
1. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, dengan rincian:
a. Memiliki keterampilan antar personal, empati, penghargaan pada siswa dan
ketulusan.
b. Hubungan baik dengan siswa.
c. Mampu menerima, mengakui dan memperhatikan siswa secara tulus.
d. Menunjukan minat dan antusias tinggi dalam mengajar.
e. Mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama antar kelompok
siswa.
f. Mampu melibatkan siswa dalam organisasi pembelajaran.
g. Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa.
h. Mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.
2. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran:
a. Kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki
perhatian, suka menyela.
b. Mampu bertanya/memberi tugas yang memerlukan cara berpikir yang berbeda
untuk siswa.
3. Memilki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan
penguatan:
a. Mampu memberikan umpan balik yang positif.
b. Mampu memberikan respon yang membantu siswa belajar.
c. Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang kurang memuaskan.
d. Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika di butuhkan.
4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri:
a. Mampu menerapkan kurikulum dan metode belajar yang inovatif.
b. Mampu memperluas dan menambah wawasan pengetahuan mengenai metode
pembelajaran.
c. Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara berkelompok untuk
menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran yang relevan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
140
(D) Guru Efektif
Seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang efektif apabila guru tersebut
mempunyai kualitas. Kualitas guru mencangkup aspek afektif, perilaku dan kognitif.
Guru yang berkualitas akan mampu memberikan pengaruh positif atau berkualitas
pada siswa.
Total efektivitas guru melibatkan guru dan siswa. Efektifitas guru harus
melibatkan aspek perilaku, afektif dan kognitif dari semua guru dan siswa. Dalam
proses belajar mengajar melibakan kompetensi guru, kinerja guru, pengalaman siswa
dan hasil belajar siswa. Kompetensi guru meliputi kompetensi perilaku, afektif dan
kognitif. Kinerja guru adalah kinerja total guru yang merupakan kualitas dinamis guru
dalam proses pengajaran. Kualitas kinerja guru berhubungan secara positif dengan
kompetensi guru. Antara kompetensi guru dan kinerja guru dipengaruhi oleh
pengajaran eksternal misalnya faktor organisasi, kepemimpinan, lingkunggan sekilah
dan lain-lain. Pengalaman siswa merupakan pengalaman belajar total siswa dilihat
dari aspek perilaku, afektif dan kognitif.
Pengembangan profesional berhubungan dengan kinerja tinggi yang selalu
terfokus dan melayani strategi jangka panjang yang terencana dengan baik. Supaya
efektif dalam pengembangan profesional harus didasarkan pada strategi kurikuler dan
instruksional yang tinggi.
Guru efektif akan selalu;
1) memperdalam pengetahuan guru mata pelajaran yang diajarkan,
2) meningkatkan kemampuan mengajar dikelas,
3) mengikuti perkembangan bidang individu dan pendidikan umum,
4) menghasilkan dan menyuumbangkan pengetahuan baru ke profesi, dan
5) meningkatkan kemampuan untuk memonitor pekerjaan siswa, dalam rangka
memberikan umpan balik konstruktif kepada siswa dan tepat mengarahkan
mengajar.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
141
BAB VIII
SUPERVISI DAN EVALUASI
A. Supervisi
Menurut Kimball Wiles : “Kegiatan memimpin untuk memperbaiki pengajaran,
aktivitas yang berhubungan dengan pembangunan moral kerja, memperbaiki
hubungan-hubungan kemanusiaan, inservice education dan pengembangan kurikulum”
Menurut Evans: “Layanan bagi guru dalam perbaikan pengajaran, cara belajar, dan
perbaikan kurikulum” Menurut Gail: “Proses membantu guru memperkecil
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar
yang ideal” Menurut Franset : “Kepemimpinan yang mendorong dan melibatkan
semua staf sekolah dalam bentuk belajar bersama mewujudkan program-program
sekolah yang lebih efektif”
Supervisi adalah usaha pemberian pembinaan dan bimbingan profesional kepada
guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajarnya. Franset:
“Kepemimpinan yang mendorong dan melibatkan semua staf sekolah dalam bentuk
belajar bersama mewujudkan program-program sekolah yang lebih efektif” Inspeksi
merupakan “kegiatan menyelidiki (kesalahan) para bawahan (guru) dalam
melaksanakan instruksi/perintah serta peraturan-peraturan dari atasan”.
B. Kegiatan-kegiatan yang Mirip dengan Supervisi
1. Inspeksi
Inspeksi berasal dari bahasa Belanda, yaitu inspectie. Yang berarti pengawasan.
Disini pelakunya disebut inspektur.
Yang dilakukan Inspektur pendidikan dalam melaksanakan pengawasan
disekolah adalah mengawasi masalah ketata usahaan, masalah kemuridan,
keuangan dan sebagainya sampai pada usaha melihat kelemahan pelaksanaan
sekolah.
2. Penilikan
Berbeda dengan inspeksi, penilikan mempunyai pengertian suatu kegiatan yang
bukan hanya mencari kesalahan objek pengawasan itu semata-mata, tetapi juga
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
142
mencari hal-hal yang sudah baik, untuk dikembangkan lebih lanjut. Penilik ini
dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendidikan diluar sekolah
3. Pengawas
Tugas seorang pengawas juga sama dengan penilik, yang membedakan adalah
Pengawas dipakai untuk menunjukkan tugas pada jalur pendidikan disekolah.
4. Monitoring
Monitoring merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau
memantau proses perkembangan pelaksanaan program sekolah. Fokus
monitoring adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan
program sekolah, bukan pada hasilnya. Lebih spesifiknya, fokus monitoring
adalah pada komponen proses pelaksanaan program, baik menyangkut proses
pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
maupun pengelolaan proses belajar mengajar disekolah.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pelaksanaan program sekolah dengan kriteria tertentu untuk
pengambilan keputusan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program
sekolah mencapai sasaran yang diharapkan.
Dalam bidang pendidikan, supervisi tidak hanya kontrol/koreksi , tetapi juga
mengarahkan penentuan kondisi personil/material, sehingga tercipta situasi belajar
yang efektif.
Supervisi yang efektif, diarahkan kepada:
(1) Upaya membangkitkan semangat personal
(2) Upaya melengkapi peralatan
(3) Upaya mengembangkan suatu gagasan/ide-ide baru
(4) Upaya mengembangkan kemampuan personil
Aktivitas dalam supervisi:
a. Mengadakan orientasi (personal, program, fasilitas, lingkungan)
b. Mengadakan rapat dan diskusi
c. Melakukan observasi
d. Pertemuan individual dan kelompok
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
143
e. Inservice training (peningkatan pengetahuan dalam bidang tertentu)
Empat tahap aktivitas supervisi:
a. Penelitian terhadap guru yang akan disupervisi
b. Penilaian keadaan guru berdasarkan hasil penelitian
c. Perbaikan (improvement)
d. Pembinaan
Siapa supervisor yang tepat?
Supervisor adalah seorang spesialis dalam bidang tertentu, dan seorang generalis di
dalam melakukan approach terhadap keseluruhan program sekolah
Kualitas seorang supervisor:
Intuisi yang baik
Ramah tamah
Tekun
Sifat humor, dan
Sabar
Ciri-ciri Supervisor pendidikan:
a. Berpengetahuan luas
b. Memahami rencana dan program sekolah yang akan di supervisi
c. Berwibawa dan memiliki kecakapan dalam „human relation‟
d. Memiliki sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati
e. Berkemauan keras dan rajin
C. Peran, Fungsi Dan Pelaksanaan Supervisi
Peran supervisi:
1. Koordinator
Dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, tugas – tugas anggota staf sebagai
kegiatan yang berbeda – beda diantara guru. Contohnya mengkoordinasi tugas
belajar suatu mata pelajaran oleh berbagai guru.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
144
2. Konsultan
Dapat memberi bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru
baik secara individual maupun kelompok. Misalnya kesulitan dalam mengatasi anak
yang sulit belajar, yang menyebabkan guru sendiri sulit mengatasi dalam tahap
belajar
3. Pemimpin kelompok
Dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok,
pada saat mengembangkan kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional
guru-guru secara bersama. Sebagai pemimpin kelompok ia dapat mengembangkan
keterampilan dan kiat-kiat dalam bekerja untuk kelompok (working for the group)
bekerja dengan kelompok (working with the group) dan bekerja melalui kelompok
(working through the group)
4. Evaluator
Dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar. Dapat menilai
kurikulum yang sedang dikembangkan. Ia juga belajar menata dirinya sendiri. Ia
dibantu dalam merefleksikan dirinya, yaitu : konsep dirinya (self concept), ide /
cita-cita dirinya (self idea), realitas dirinya (self reality).
Fungsi Supervisi
1. Penelitian
Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang berhubungan
sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni
merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan
melakukan analisa, guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang berkembang
dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan diatas.
2. Penilaian
Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan,
seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara,
seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat
perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
145
3. Perbaikan
Fungsi perbaikan adalah mengacu pada hasil penilaian. Berdasarkan hasil penilaian
tersebut, maka ditempuh beberapa prosedur perbaikan hasil kegiatan superfisi, yaitu
mengidentifikasi berbagai segi negatif yang merupakan kelemahan, kekurangan,
dan kemandegan; mengklasifikasi segi negatif tersebut untuk mengetahui mana
masalah yang serius dan mana masalah yang sederhana; lalu melakukan perbaikan
berdasarkan skala prioritas masalah.
4. Peningkatan
Fungsi peningkatan disini adalah upaya perbaikan sebagai proses
berkesinambungan yang dilakukan secara terus menerus.
Pelaksanaan Supervisi
1. Kegiatan supervisi pendidikan harus dilandaskan berdasarkan atas filsafat
pancasila. Ini berarti seorang supervisor dalam melaksanakan bantuan untuk
perbaikan proses belajar mengajar harus di jiwai oleh penghayatan terhadap
nilai-nilai pancasila.
2. Pemecahan masalah supervisi harus dilandaskan kepada pendekatan ilmiah dan
di lakukan secara kreatif. Artinya, di dalam memecahkan masalah harus
digunakan kaidah ilmiah seperti berpikir logis, objektif, berdasarkan data yang
dapat diverifikasi , dan terbuka terhadap kritik.
3. Keberhasilan supervisi harus di nilai dari sejauh mana kegiatan tersebut
menunjang prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar
4. Supervisi harus dapat menjamin kontinuitas perbaikan dan perubahan program
pengajaran
5. Supervisi bertujuan mengembangkan keadaan yang favorable untuk terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif
C. Macam-macam Teknik Supervisi
1. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik adalah pendekatan yang sering dipakai dalam
melaksanakan supervisi. pendekatan humanistik ini timbul dari keyakinan
bahwa guru tidak dapat diperlakukan hanya sebagai alat untuk meningkatkan
kualitas belajar mengajar.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
146
Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus menerus
dan program supervisi harus dirancang mengikuti pola perkembangan itu.
Tugas supervisor adalah membimbing, sehingga semakin lama guru dapat
berdiri sendiri dan berkembang dalam jabatannya dengan usaha sendiri.
Belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang
dialami secara riil. Dengan demikian guru harus mencari sendiri pengalaman itu
secara aktif.
Supervisor percaya bahwa guru mampu melakukan analisis dan memecahkan
masalah yang dihadapinya dalam tugas mengajarnya. Guru merasakan adanya
kebutuhan bahwa ia harus berkembang dan mengalami perubahan, selanjutnya
ia bersedia mengambil tanggung jawab terjadinya perubahan itu. Supervisor
hanya sebagai fasilitator dengan menggunakan struktur fomal sedikit mungkin.
Pada teknik supervisi ini, supervisor tidak menggunakan format yang standar,
tetapi tergantung pada kebutuhan gurunya. Mungkin ia hanya melakukan
observasi tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin dia hanya
mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataran dengan memberi
sumber dan bahan belajar yang diminta guru.
Tahapan pada teknik humanistik adalah sebagai berikut :
1) Pembicaraan awal
Dalam pembicaraan awal, supervisor memulai pembicaraan agar guru
tersebut cerita apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan.
Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru
tidak meminta bantuan, maka proses supervisi akan berhenti. Ini yang
disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go-or-no-point).
2) Observasi
Jika guru memerlukan bantuan, maka tahap yang selanjutnya supervisor
lakukan adalah observasi kelas. Dalam observasi, supervisor masuk kelas
dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan
kelas
3) Analisis dan interpretasi
Sesudah observasi, supervisor kembali ke kantor dan kemungkinan-
kemungkinan kekeliruan yang dilakukan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Jika menurut supervisor guru telah menemukan jawaban,
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
147
maka supervisor tidak akan memberikan nasihat jika tidak diminta. Apabila
diminta nasihat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa
memberikan penilaian. Kemudian apakah yang dapat dilakukan oleh guru
tersebut untuk memperbaiki situasi tersebut. Apabila di minta saran,
supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara
lain yang kiranya tepat dalam upaya mengatasi kesulitannya
4) Pembicaraan akhir
Jika perbaikan telah dilakukan, guru dan supervisor mengadakan
pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha
membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada
pertanyaan dan menanyakan apakah guru tersebut memerlukan bantuan lagi
5) Laporan
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan
judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah, atau
atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya
2. Pendekatan kompetensi
Pendekatan kedua yang dapat digunakan dalam pelaksanaan supervisi adalah
pendekatan kompetensi. Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus
mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya.
Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi, bahwa tujuan supervisi adalah
membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai oleh guru. Guru yang
tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor
adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara
bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar.
Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya :
1. Defini tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap
kegiatan
2. Penilaian kemampuan mula guru dengan segala pirantinya
3. Program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci tentang
pelaksanaannya, dan
4. Monitoring kemajuan guru dan penilaian unntuk mengetahui apakah
program itu berhasil atau tidak
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
148
Tahapan-tahapan dalam teknik kompetensi adalah sebagi berikut :
1) Menetapkan kriteria untuk kerja yang dikehendaki. Tugas serta tanggung
jawab yang diberikan untuk melakukan suatu kerja mengajar tertentu, harus
dispesifikasikan sedemikian rupa, sehingga tugas-tugas tersebut menjadi
cukup rinci dan menjadi lebih jelas bagi guru yang bersangkutan. Tugas ini
dapat diklasifikasikan menjadi komponen-komponen. Misalnya kompetensi
untuk mengajarkan matematika dapat diuraikan kedalam kompetensi yang
lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan
memakai lebih dari satu sumber, keterampilan mengelola kelas dimana
digunakan metode yang sesuai, atau keterampilan melakukan evaluasi
tentang reaksi siswa dalam belajar matematika dan sebagainya. Supervisor
dan guru kemudian menilainya untuk menetapkan tingkat kemampuan guru
dalam melaksanakan tugas tersebut pada waktu itu. Pengetahuan ini dipakai
untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
2) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan,
supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai. Target ini harus
dinyatakan dalam bentuk tujuan yang dapat diamati dan dapat diukur.
Dalam tahap ini pula telah disepakati secara garis besar bagaimana
pengukuran prestasi guru itu dilakukan
3) Menentukan aktivitas unjuk kerja. Pada waktu tujuan unjuk kerja disetujui,
maka langkah selanjutnya adalah mendiskusikan cara untuk mencapai tujuan
itu. Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek
perilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang
dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai
perubahan itu. Apakah perubahan yang dikehendaki itu, apakah tentang
kemampuan guru untuk merencakan kegiatan belajar mengajar, atau
kemampuan guru untuk melakukan tugasnya dengan kreatif, atau
kemampuan guru dalam penguasaan bidang studi. Jika sudah jelas,
kemudian tentukan kegiatannya. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis,
jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
4) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam monitoring ini
supervisor mengumpulkan dan mengolah data menjadi informasi tentang
seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui. Dalam hal ini
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
149
supervisor dan guru harus sepakat tentang data apa yang akan dikumpulkan,
kapan dikumpulkan dan bagaimana data itu dikumpulkan.
5) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti menafsirkan
informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target
yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian diri
sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor
terhadap unjuk kerja guru. Kegiatan ini merupakan kegiatan kolegial.
6) Pembicaraan akhir. Pembicaraan tentang hasil evaluasi merupakan langkah
yang penting. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang
pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk
membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam
pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan
untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.
Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format format
yang berisi : 1) tujuan supervisi, 2) target yang akan dicapai, 3) tugas supervisor
dan guru untuk meperbaiki unjuk kerja guru, 4) kriteria pencapaian target, 5)
pengumpulan data monitoring, dan 6) evaluasi dan tindak lanjut.
Analisi dilakukan secara berama-sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru,
sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah
pelaksanaan supervisi. Kesepakatan ini dilakukan melalui pembicaraan akhir.
3. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa proses belajar guru untuk
berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang
dilakukan guru itu. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu proses sosialisasi
harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual.
Pendekatan ini mengkombinasikan target yang terstruktur dan pengembangan
pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru
yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu.
Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru
dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini
biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil
observasi.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
150
Goldhammer, Anderson, Krajewski (1980) mengemukakan sembilan
karakteristik supervisi klinis, yaitu :
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c) Berorientasi pada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan
mengembangkan kebutuhan pribadi
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor
e) Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian,
dukungan, dan komitmen untuk berkembang
f) Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan perubahan
metodologi yang terus menerus
g) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan
antara keadaan real dan ideal
h) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan
dengan guru
i) Memerlukan latihan untuk supervisor
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian
guru. Untuk itu, supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan
kepada guru yang meliputi antara lain :
a) Keterampilan mengamati dan memahami proses pengajaran secara analitis
b) Keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan
bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat
c) Keterampilan dalam pembaruan kurikulum, pelaksanaan, serta pencobaannya,
dan
d) Keterampilan dalam mengajar
Seperti telah disebutkan, sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar
bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran-
sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian keterampilan mengajar yang bersifat spesifik,
yang mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif
dilakukan untuk dapat secara tepat memberi penguatan (reinforcement) kepada pola
tingkah laku yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum
pola-pola tingkah laku yang belum sukses.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
151
Dalam supervisi klinis, guru dan supervisor adalah teman sejawat dalam memecahkan
masalah-masalah pengajaran diatas.
Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan pada :
(a) Kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas mengajar
(b) Keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic
skills), yang meliputi : keterampilan dalam menggunakan variasi dalam
mengajar dan menggunakan stimulasi, keterampilan melibatkan siswa dalam
proses belajar, serta keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis, yaitu :
1) Tahap pembicaraan pra observasi
Tahap ini disebut juga pembicaraan pendahuluan. Dalam tahap ini guru dan
supervisor bersama-sama membicarakan rencana keterampilan yang akan
diobservasi atau dicatat. Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan
supervisor untuk mengidentifikasi keterampilan mana yang memerlukan
perbaikan. Keterampilan yang dipilih kemuadian dioperasionalkan dalam
bentuk rumusan tingkah laku yang dapat diamati. Dalam pertemuan ini pula
dibicarakan dan ditentukan jenis data yang akan dicatat selama pelajaran
berlangsung. Pelaksanaan tahap ini memerlukan komunikasi terbuka, sehingga
tercipta ikatan kolegial antara supervisor dan guru dalam suasana kerjasama
yang harmonis. Secara teknis diperlukan lima langkah dalam pelaksanaan
pertemuan pendahuluan. Lima langkah itu adalah : (1) menciptakan suasana
akrab antara supervisor dengan guru, (2) melakukan tilik ulang rencana
pelajaran serta tujuan pelajaran, (3) melakukan tilik ulang komponen
keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati, (4) memilih atau
mengembangkan instrument observasi, dan (5) membicarakan bersama untuk
mendapatkan kesepakatan tentang instrumen observasi yang dipilih atau yang
dikembangkan.
2) Tahap Observasi
Pada tahap ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku mengajar yang
dipilih dan disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sementara guru berlatih,
supervisor mengamati dan mencatat atau merekamnya.
Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa
dikelas serta interaksi antara guru dan siswa.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
152
3) Tahap analisis dan penetapan strategi
Supervisor mengadakan analisis tentang hasil rekaman observasi. Tujuan tahap
ini adalah mengartikan data yang diperoleh dan merencanakan manajemen itu
meliputi isu apa yang akan mendapatkan pergantian, data mana yang dipakai
dalam pembicaraan, apa tujuan pembicaraan, dari mana mulainya, dan siapa
yang harus melakukannya. Dalam melakukan analisis, supervisor harus
menggunakan kategorisasi perilaku mengajar dan melihat data yang
dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan.
4) Pembicaraan tentang hasil
Tujuan pertemuan alat pembicaraan ini adalah untuk memberikan balikan
kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya, memberikan imbalan
dan perasaan puas, mendefinisikan isu dalam mengajar, memberikan bantuan
kepada guru dalam memperbaiki teknik mengajar dan teknik mengembangkan
diri sendiri. Langkah utama dalam taham ini adalah (Bolla, 1985) :
(1) Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia
mengajar serta memberikan penguatan,
(2) Melakukan tilik ulang tujuan pelajaran,
(3) Melakukan tilik ulang target keterampilan serta perhatian utama guru,
(4) Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pengajaran berdasarkan target
dan perhatian utamanya,
(5) Menunjukkan data hasil rekman dan memberi kesempatan kepada guru
menafsirkan data tersebut,
(6) Menginterpretasikan data rekaman secara bersama,
(7) Menunjukkan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut,
(8) Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan
keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya telah terjadi atau
tercapai, dan
(9) Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-
hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
5) Analisis sesudah pembicaraan (post-conference)
Supervisor harus menilik ulang tentang apa yang telah dilakukan dalam
menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan dalam pra-observasi
dan kriteria yang dipakai supervisor dalam membantu guru. Kegiatan ini akan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
153
mudah dilakukan apabila supervisor mempunyai catatan yang lengkap tentang
proses kegiatan yang dilakukan, kalau mungkin kegiatan tersebut direkam.
D. Supervisi Sebagai Keterampilan Dalam Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan:
„Kepemimpinan yaitu kemampuan mempengaruhi tindakan perseorangan dan
atau kelompok yang menyebabkan baik individual maupun kelompok, maju kearah
tujuan tertentu”
Kepemimpinan tampak di dalam proses ketika:
Mengarahkan
Membimbing
Mempengaruhi/menguasai pikiran-pikiran, perasaan dan tingkah laku orang
lain kearah tujuan (goal)
2. Fungsi Kepemimpinan
a. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berpikir dan mengeluar-kan
pendapat
b. Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif
c. Mendorong terjadinya pertemuan pendapat
d. Membantu menyelesaikan masalah
Peranan seorang pemimpin:
Sebagai pelaksana (executive)
Sebagai perencana (planner)
Sebagai seorang ahli (expert)
Mewakili kelompok dalam tindakan keluar
Mengawasi hubungan antar anggota kelompok
Bertindak sebagai pemberi ganjaran
Bertindak sebagai wasit dan penengah
Bagian dari kelompok
Merupakan lambang dari kelompok
Pemegang tanggungjawab
Sebagai pencipta
Bertindak sebagai seorang ayah/ibu
Siap sebagai „kambing hitam‟
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
154
3. Tipe-tipe kepemimpinan
a. otokratis
b. laisses faire
c. demokratis
Fungsi-fungsi supervisi pendidikan yang sangat penting untuk diketahui oleh
para pimpinan pendidikan adalah:
a. menyusun rencana dan policy bersama
b. mengikutsertakan anggota-anggota kelompok
c. memberikan bantuan kepada anggota kelompok
d. membangkitkan dan memupuk semangat kelompok
e. mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan keputusan
f. mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab
g. mempertinggi daya kreatif
h. menghilangkan rasa malu dan rendah diri anggota kelompok
Kemampuan di dalam menerapkan konsep dan teknik supervisi akan lebih
mengarahkan para pemimpin untuk dapat memimpin secara lebih efektif. Sebagai
seorang pemimpin harus mempunyai rasa tanggungjawab terhadap kepemimpinannya.
I. Supervisi Sebagai Keterampilan Hubungan Antar Manusia
1. Pengertian „hubungan antar manusia‟ (human relation)
“Suatu lapangan dari kegiatan manajemen yang merupakan proses
pengintegrasian manusia ke dalam suatu situasi kerja, sehingga dapat didorong untuk
bekerjasama secara produktif guna memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, dan
rohaniah” Tujuan utama ajaran human relations adalah bagaimana dapat kembali
kesuatu kehidupan yang lebih seimbang.
Elton Mayo menyimpulkan bahwa kerjasama dalam suatu organi-sasi tidak
dapat diwujudkan dengan cara kebetulan, melainkan harus direncanakan secara baik
dan bertujuan. Masalah manusia hanya dapat diselesaikan dengan cara kemanu-siaan
dengan data dan alat berupa manusia.
2. Hubungan antar manusia dalam supervisi pendidikan
Seorang supervisor pendidikan harus dapat menemukan cara-cara bekerja
secara kooperatif yang efektif dengan partner kerjanya (guru dan kepala sekolah)
Untuk itu kerjasama diarahkan kepada:
a. mengembangkan pengertian tentang tujuan-tujuan pendidikan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
155
b. Kesediaan untuk menerima tanggungjawab
c. Kecakapan untuk memberi sumbangan secara efektif dan kreatif
d. Koordinasi untuk kepentingan usaha bersama
Bentuk kerjasama bagi fungsi-fungsi supervisi adalah:
a. kerjasama dalam merencanakan pekerjaan
b. kerjasama dalam membagi sumber-sumber tenaga dan tanggungjawab
c. kerjasama dalam melaksanakan tugas-tugas penting
d. kerjasama dalam menilai pelaksanaan prosedur serta penilaian hasil pekerjaan
Seorang supervisor harus dapat membantu anggota-anggotanya dalam kegiatan
kerjasama dengan menerapkan rasa kekeluargaan, loyalitas, antusiasme, dapat
dipercaya, dan kesanggupan bekerja sama. Untuk itu dalam hubungan kemanusiaan,
seorang supervisor hendaknya memiliki kemampuan di dalam:
a. memanfaatkan kekeliruan/kesalahan yang terjadi, untuk dijadikan pelajaran dan
perbaikan
b. membantu mengatasi kesulitan yang terjadi
c. mengarahkan anggota kelompok pada sikap yang demokratis
d. memupuk rasa saling hormat-menghormati
e. menghilangkan rasa curiga-mencurigai
II. Supervisi Sebagai Keterampilan Dalam Proses Kelompok
1. Pengertian
Martin dalam Roestiyah (1991) “Kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok
siswa (manusia) yang diorganisir untuk kepentingan belajar (tertentu). Dalam bidang
supervisi, kerja kelompok adalah keharusan karena menyangkut proses kerjasama.
Dengan kerjasama, seseorang akan merasa menjadi bagian dari kelompok-nya dalam
upaya mewujudkan tujuan.
2. Dasar Pengelompokan
a. perbedaan individual dalam kemampuan
b. perbedaan individual dalam minat
c. fasilitas yang tersedia
d. peningkatan partisipasi
e. pembagian pekerjaan
f. kerjasama yang efektif
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
156
Kerja kelompok jangka pendek: „rapat kilat‟ dengan tujuan memecahkan
persoalan khusus. Kerja kelompok jangka panjang: tergantung pada luas dan
banyaknya tugas yang harus diselesaikan
Pengaruh terhadap hasil kerja kelompok
a. kecerdasan individual
b. hubungan emosional
c. familiaritas dalam masalah yang menjadi perhatian kelompok
d. familiaritas akan metoda-metoda kerja kelompok
3. Struktur kerja kelompok
Untuk memperoleh hasil yang baik di dalam kerja kelompok:
a. memberikan pengertian yang jelas mengenai tujuan dan kemajuan setiap bagian
b. mengadakan pembagian kerja
c. membagi tugas secara efisien
d. mendidik anggota dalam tugas-tugas baru
e. memotivasi kelompok
f. tingkat kesulitan tugas yang dihadapi
g. besarnya kelompok
h. besarnya persaingan antara kegiatan di luar kelompok dengan tugas kerja di
dalam kelompok
Metode interaksi kelompok:
a. panel
b. simposium
c. musyawarah kerja
d. seminar
e. forum
Tugas seorang supervisor:
memahami hakikat dari kelompok
memahami metode, bagaimana mewujudkan suatu tujuan bersama di dalam
proses kelompok
Fungsi dari pembinaan/supervisi yang dilakukan dalam proses kelompok:
a. mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok
b. menimbulkan dan memelihara sikap percaya diri dan saling memper-cayai
c. memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
157
d. memperbesar rasa tanggungjawab
e. bertindak bijaksana
f. menguasai teknik-teknik memimpin rapat/pertemuan
III. Supervisi Sebagai Keterampilan Pengelolaan SDM
Dalam bidang pendidikan, pengelolaan SDM berarti pengelolaan personalia
pendidikan, terdiri dari para guru dan para pegawai. Pengelolaan SDM/pengelolaan
personalia: manajemen yang menangani masalah-masalah kepegawaian dalam hal
perencanaan, pelaksanaan, dan pengontrolan tenaga kerja untuk tercapainya tujuan.
Sasaran pengelolaan SDM:
aspek perencanaan pegawai
pengadaan
pembinaan/pengembangan pegawai
promosi dan mutasi
pemberhentian pegawai
pensiun
kesejahteraan pegawai
Syarat SDM agar bekerja secara efektif dan efisien:
cerdas dan terampil
jumlahnya memadai sesuai kebutuhan organisasi, sehingga tercipta hasil yang
efisien, efektif, dan produktif
Supervisi sebagai keterampilan dalam pengelolaan SDM dihadapkan kepada
berbagai persoalan:
a. memilih personil yang memiliki syarat dan kecakapan yang diperlukan
b. menempatkan personil pada tempat dan tugas yang sesuai
c. mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya
kerja
IV. Supervisi Sebagai Keterampilan Dalam Evaluasi
1. Hakikat Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan. Evaluasi
mencakup penilaian terhadap keseluruhan kegiatan yang berlandaskan pada tujuan
pendidikan. Dengan mengetahui arah tujuan evaluasi, maka dapat ditetapkan cara/
bentuk evaluasi yang tepat untuk dilaksanakan.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
158
2. Prinsip-prinsip evaluasi
a. prinsip integritas (keseluruhan)
b. prinsip kontinyuitas
c. prinsip obyektivitas
d. prinsip kooperatif
Evaluasi umumnya lebih subyektif dibandingkan dengan pengukuran, karena
evaluasi bergantung pada siapa yang menilai, bukan apa yang dinilai. Melalui
pengukuran dan evaluasi, para supervisor pendidikan dapat melakukan pengambilan
keputusan tentang:
bagaimana kebijaksanaan
bagaimana perencanaan, dan
bagaimana tindakan yang akan dan telah dilakukan
Dengan evaluasi, berbagai keterangan yang dibutuhkan bagi perbaikan dan
pengembangan kehidupan berorganisasi secara keseluruhan dapat diperoleh. Evaluasi
adalah sarana di dalam pengambilan keputusan terhadap persoalan saat ini dan
perbaikan di masa yang akan datang.
Seorang supervisor diharapkan mampu melaksanakan fungsi-fungsi dalam:
a. menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus
b. menguasai dan memiliki norma-norma yang digunakan sebagai kriteria
penilaian
c. menguasai teknik-teknik pengumpulan data
d. menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian untuk mengadakan
perbaikan-perbaikan.
PENILAIAN KINERJA GURU
A. Pendahuluan
Penilaian kinerja adalah merupakan suatu mekanisme untuk memastikan
bahwa setiap individu pada tiap-tiap tingkatan mengerjakan tugas-tugasnya menurut
cara-cara yang diinginkan oleh organisasi. Ada beberapa alasan penting
diperlukannnya sistem penilaian kinerja bagi karyawan, dan dalam hal ini bagi guru
SMA, SMK dan SMLB di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yakni (1).
menyediakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan tentang promosi, demosi
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
159
dan gaji, (2). menyediakan kesempatan bagi atasan dan bawahan untuk bersama-sama
meninjau perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan, sebagai balikan tentang prestasi
kerjanya, dan (3). memungkinkan atasan-bawahan untuk menyusun suatu rencana
perbaikan bagi setiap inefisiensi, (4). mengenali kebutuhan guru akan pelatihan dan
pengembangan.
Untuk itu kriteria pengukuran dan penilaiannya harus dirancang dengan tepat,
karena hasil dari penilaian kinerja akan dapat :
1. membantu setiap guru untuk semakin banyak memahami peranannya dan
mengetahui dengan jelas fungsi-fungsinya,
2. merupakan instrumen penting dalam membantu tiap guru mengerti kekuatan dan
kelemahannya sendiri dalam kaitannya dengan peran dan fungsinya dalam
organisasi,
3. membantu mengenali kebutuhan-kebutuhan dan pengembangan setiap guru
berkenaan dengan fungsi dan perannya,
4. meningkatkan rasa kebersamaan antar masing-masing guru dan pejabat penyelia,
sehingga setiap karyawan senang bekerja, sekaligus menyumbangkan kemampuan
dan ketrampilannya sebanyak-banyaknya kepada organisasi,
5. merupakan mekanisme komunikasi untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang
dihadapi, serta usaha untuk mengatasinya,
6. merupakan instrumen untuk memberikan peluang bagi guru untuk mawas diri dan
menetapkan sasaran pribadi, sehingga dengan demikian terjadi pengembangan
yang direncanakan dan dimonitor sendiri,
7. membantu mempersiapkan guru untuk memegang pekerjaan pada jenjang jabatan
yang lebih tinggi dengan cara terus menerus memperkuat perkembangan perilaku
dan kualitas yang dibutuhkan bagi posisi yang lebih tinggi dalam organisasi,
8. merupakan instrumen dalam menciptakan sebuah iklim yang positif dan sehat
dalam organisasi yang menolong orang berusaha sekuat tenaga dan merasa senang
berbuat sesuatu,
9. membantu dalam berbagai keputusan kepegawaian dengan memberikan data
tentang guru secara berkala.
Dengan demikian dapat dilihat peranan penilaian kinerja bagi setiap individu
itu sangat penting dalam meningkatkan efektifitas kinerja individu yang pada
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
160
gilirannya juga akan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi itu sendiri, artinya
sekaligus meningkatkan kualitas dan produktifitas profil organisasi secara keseluruhan.
Suatu sistem penilaian kinerja yang baik hendaknya mampu membantu guru
untuk semakin jelas memahami fungsi dan perannya dalam lingkungan penugasannya,
untuk kepentingan organisasi dan sekaligus untuk kepentingan guru itu sendiri. Oleh
karena itu, merupakan tanggung jawab dan kewajiban atasannya untuk menjelaskan
dan mendiskusikannya dengan bawahannya secara terbuka tentang apa-apa dan
bagaimana cara dan kriteria penilaian itu, sehingga faktor subyektif dan kecurigaan
dapat dieliminir semaksimal mungkin. Setiap guru menginginkan promosi yang jelas
dan pasti, menginginkan kenaikan gaji secara berkala, lingkungan kerja yang kondusif,
posisi yang dapat memberikan mereka kepuasan yang sebesar-besarnya, karenanya
logis, bila merekapun harus memberikan apa yang diinginkan organisasi dari mereka
untuk meningkatkan produktifitas, efektifitas dan efisiensi bagi kehidupan organisasi.
Berangkat dari pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas, maka
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi
memandang perlu merancang dan menyusun buku pedoman penilaian kinerja guru
SMA, SMK dan SMLB yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil baik yang
bertugas pada sekoah negeri maupun sekolah swasta yang berada dalam lingkungan
pembinaan Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta.
B. Dasar Legalitas
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan,
Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
161
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
8. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun
1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
9. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun
1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2005 tentang
Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru;
11. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001
tentang Bentuk Susunan dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD
Provinsi DKI Jakarta;
12. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 21 tahun
2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
C. Tujuan
Pedoman praktis penilaian kinerja guru ini dimaksudkan untuk menjadi
pedoman dan acuan yang rinci baik dari segi substansi maupun teknisnya, bagi guru
dan pejabat penilai serta birokrasi pendidikan yang mempunyai kewenangan dalam
pembinaan dan pengembangan guru, agar ada kesatuan bahasa dan pengertian dalam
melaksanakan manajemen penilaian kinerja guru.
D. Pengertian Umum
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan :
1. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disebut SMA adalah satu bentuk
satuan pendidikan menengah setelah SMP yang menyelenggarakan pendidikan
bagi anak usia 15 – 18 tahun pada jalur pendidikan formal, yang mempersiapkan
calon peserta didik untuk pendidikan tinggi dengan lama pendidikan 3 (tiga)
tahun.
2. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disebut SMK adalah satu bentuk
satuan pendidikan menengah setelah SMP yang menyelenggarakan pendidikan
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
162
kejuruan bagi anak usia 15 – 18 tahun pada jalur pendidikan formal, yang
mempersiapkan calon tenaga kerja trampil dengan lama pendidikan 3 (tiga)
tahun.
3. Sekolah Menengah Luar Biasa Atas yang selanjutnya disebut SMLB adalah satu
bentuk satuan pendidikan menengah setelah SMP yang menyelenggarakan
pendidikan layanan khusus bagi anak yang secara fisik memiliki kekurangan atau
kelemahan (cacat) namun secara intelektual memiliki kemampuan yang tidak
jauh berbeda dengan peserta didik lainnya pada jalur pendidikan formal, yang
mempersiapkan calon peserta didik dengan lama pendidikan 3 (tiga) tahun.
4. Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang
secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
5. Penelusuran lulusan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran dan informasi yang menyeluruh mengenai tingkat keberhasilan lulusan
SMK, serta mencapai kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
6. Bimbingan Karir Kejuruan adalah bimbingan/layanan yang diberikan oleh guru
mata pelajaran kejuruan, dalam membentuk sikap dan pengembangan keahlian
profesi peserta didik agar mampu mengantisipasi potensi lapangan kerja.
7. Musyawarah Guru Mata Pelajaran selanjutnya disebut MGMP, atau Musyawarah
Guru Pembimbing selanjutnya disebut MGMP, adalah wadah kegiatan guru mata
pelajaran atau guru pembimbing dalam usaha meningkatkan kemampuan
profesional guru di bawah bimbingan Guru Inti dan bersifat mandiri.
8. Kriteria Penilaian adalah ukuran atau ketentuan yang harus digunakan bagi
penilai kegiatan atau prestasi kerja guru sebagai dasar untuk penetapan prestasi
kerja guru.
9. Prestasi Kerja adalah hasil kerja dan kemajuan yang telah dicapai oleh seorang
guru dalam bidang tugasnya.
10. Akta Kependidikan adalah terdiri dari Akta I. Akta I, Akta III, Akta IV, dan Akta
V yang merupakan bukti bahwa seseorang yang memperoleh Akta Kependidikan
tersebut mempunyai kewenangan mengajar.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
163
11. Akta Kependidikan Yang Disamakan adalah akta yang melekat pada semua
lulusan Sarjana Muda/Sarjana IKIP, FKIP, STKIP sebelum ada Program Akta.
Lulusan tersebut di samping memiliki ijazah Sarjana Muda/Sarjana juga diakui
mempunyai Akta III/IV.
12. Pendidikan dan Pelatihan Kedinasan, adalah upaya peningkatan dan atau
pemantapan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai dan ketrampilan yang sesuai
dengan profesi guru yang bermanfaat dalam pelaksanaan tugas guru.
13. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan Kedinasan adalah Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Pelatihan(STTPL) yang diperoleh guru karena mengikuti
pelatihan yang bermanfaat dalam pelaksanaan tugas guru.
14. Kegiatan ekstra kurikuler, adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa, yang
diatur oleh sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan peserta didik,
mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan
minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
15. Melaksanakan dengan bimbingan, adalah sifat kewenangan guru dalam
melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan proses
belajar mengajar atau bimbingan dan konseling yang masih memerlukan
bimbingan guru yang jenjang jabatannya lebih tinggi.
16. Melaksanakan, adalah sifat kewenangan guru dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan proses belajar mengajar atau
bimbingan dan konseling tanpa bimbingan guru yang jenjang jabatannya lebih
tinggi.
17. Membimbing, adalah sifat kewenangan guru untuk mengarahkan dan
membimbing guru pada jenjang jabatan tertentu dalam kegiatan proses belajar
mengajar atau bimbingan dan konseling.
18. DUPAK adalah Daftar Usul Penetapan Angka Kredit yang disampaikan oleh
guru untuk pengangkatan pertama kali dalam Jabatan Guru atau untuk kenaikan
Jabatan Guru setingkat lebih tinggi.
19. PAK adalah Penetapan Angka Kredit yang diterbitkan oleh Pejabat yang
berwenang untuk itu.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
164
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Hassan & Ainon Mohamad. Kemahiran Interpersonal Guru dalam
Perkembangan Psikologi Kanak-Kanak., Kemahiran Interpersonal Guru.
Bentong, Pahang: PTS Professional Publishing, 2002
Akhmad Sudrajat. Peranan Kepala Sekolah, Guru, Wali Kelas dalam Bimbingan
Konseling. Bandung: Alfabeta, 2008
Antonio, Muhammad Syafii, Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager,
Teladan Sukses Dalam Hidup dan Bisnis, Jakarta: ProLM Center, 2008
Aqib, Zainal, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, Bandung: Yrama
Widia, 2009
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta,
1993
Asmani, Jamal Ma‟mur, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif,
Jogjakarta: Diva Pers, 2014
Danim, Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, Ke
Profesional Madani, Jakarta: Prenada Media Grup, 2011
Danim, Sudarwan, Tranformasi Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, 1994.
Depdiknas. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas: Jakarta, Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2012
Djamarah, Syaiful Bahri, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional,
Surabaya, 1994
Harahap, Baharuddin. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya, 2003
Imron, Ali, Pembinaan Guru di Indonesia, Pustaka Jaya, Jakarta, 1995
Kinchelo, Joe. L., Guru Sebagai Peneliti: Pemberdayaan Mutu Guru Dengan Metode
Panduan Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: IrCiSod, 2014
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
1994
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yayasan Bhakti Winaya,
Bandung, 2003
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
165
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
Popham, James & Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka
Cipta, 2008
Raka, Gede, dkk, Pendidikan Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan,
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002
Ramayulis, Profesi Dan Etika Keguruan, Jakarta: Kalam Mulia, 2013
Roestiyah, NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta, 1986
Rustandi, Achmad, Gaya Kepemimpinan: Pendekatan Bakat Situasional, Bandung:
Armiko, 1985
Safrudin Nurdin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta :Ciputra
Press, 2002
Samana, A. Profesionalisme Keguruan, Kanisius, Yogyakarta, 1994
Sardiman, AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, CV. Rajawali, Jakarta, 1986
Soetjipto dan Rafis Rosasi. Profesi Keguruan. Jakarta :PT Rieneka Cipta, 2009
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo,
Bandung, 1989
Suharsini Arikunto. Manajemen Pengajran Secara Manusiawi. Jakarta :PT Rieneka
Cipta, 1993
Suherli Kusmana. Guru Profesional dalam Pengembangan Karakter, Jakarta:
Alphabeta, 2011
Sukardi, Dewa Ketut. Organisasi Administrasi Bimbingan & Konseling di Sekolah.
Surabaya : Usaha Nasional, 2003
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya, 2003
Sutisna, Oteng. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional.
Bandung: Angkasa, 1993
Suyanto dan Asep Djihad, Bagaimana Menjadi Calon Guru Dan Guru Profesional.
Multi pressindo, Yogyakarta. 2012
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
166
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam interaksi Edukatif. PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2000
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :PT
Rieneka Cipta, 1997
Udin Syafruddin Saud, Pengembangan Profesi Guru.Bandung: Alfabeta, 2009
Wijaya, H. ES dan Tabrani Rusyan, Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Nine
Karya Jaya, Bandung, 1992
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1980
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
167
CONTOH-CONTOH SOAL
1. Secara umum “profesi” dimaknai sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjutan di dalam …
A. manajemen terapan
B. komunikasi
C. ilmu pengetahuan keahlian dan teknologi
D. kepemimpinan
E. keahlian dan ketrampilan.
2. Wolmer & Mills, menyebutkan sakah satu criteria status professional adalah
memiliki :
A. pemimpin dalam bekerja
B. kode etik jabatan
C. organisasi pendukung
D. penilaian kinerja
E. supervisor jabatan.
3. UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan jenis-jenis tenaga kependidikan a.l. sbb,
kecuali : A. Guru
B. Kepala Sekolah
C. Pengawas Sekolah
D. Pustakawan
E. Laborant.
4. Seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan S 1 dan pendidikan profesi,
bila diangkat menjadi guru, maka ia berhak mendapatkan jabatan sebagai …
A. Guru Utama
B. Guru Pembina
C. Guru Muda
D. Guru Madya
E. Guru Pertama.
5. Kemampuan untuk menelaah dan mengem bangkan kurikulum, serta
penguasaan materi pembelajaran, merupakan yang harus dimiliki seorang guru
berkenaan dengan kompetensi …
A. pedagogik dan kepribadian
B. pedagogik dan sosial
C. kepribadian dan Profesional
D. pedagogik dan professional
E. professional dan sosial.
6. Sertifikasi bagi guru yang belum menduduki jabatan sebagai guru, dilakukan
melalui ...
A. pendidikan profesi
B. uji sertifikasi
C. uji komptensi
D. diklat sertifikasi
E. penilaian portofolio.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
168
7. UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mensyaratkan untuk menjadi
guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, harus memiliki kompetensi
sbb, kecuali :
A. pedagogik
B. kepribadian
C. evaluasi pendidikan
D. profesioal
E. sosial.
8. Salah satu prinsip penting dalam menjamin pengaturan hal-hal yang berkenaan
dengan tugas keprofesionalan guru adalah adanya ...
A. Jaminan penghasilan yang ditentukan berdasakan prestasi kerja,
B. Organisasi profesi yang mandiri
C. System pembinaan karir jabatan
D. Pengakuan yang layak dan pantas
E. Perlindungan hukum dalam melaksana-kan tugas keprofesionalan.
9. PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan 8 lingkup
standar nasional pendidikan. Manakah dari pernyataan berikut yang tidak
bersentuhan langsung dengan tugas professional guru ?
A. Standar isi
B. Standar proses
C. Standar kompetensi lulusan
D. Standar pembiayaan pendidikan
E. Standar penilaian.
10. Hak seorang guru yang dijamin oleh UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, a.l. adalah …
A. mengikuti pedidikan profesi
B. menciptakan suasana pendidikan yang kondusif
C. memberi teladan dalam melaaksanakan tugas profesi
D. memperoleh akses menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran tugas
E. mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
11. Prinsip profesionalitas lainnya adalah ”memiliki kesempatan untuk
mengembang kan keprofesionalan secara berkelanjutan”, dikaitkan dengan
”angka kredit jabatan fungsional guru”, makna mengembangkan
keprofesionalan, dapat diwujudkan melalui tugas ...
A. menjadi peserta dalam berbagai seminar ilmiah;
B. menjadi anggota asosiasi profesi;
C. menulis karya ilmiah hasil penelitian tindaan kelas;
D. melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar siswa.
E. melaksanakan program remedial.
12. Bagi guru yang telah menduduki jabatan tertentu dalam rangkaian jabatan
fungsional guru, syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat di atasnya
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
169
harus memenuhi jumlah angka kredit tertentu dengan perbandingan sebagai
berikut …
A. ≥ 90% Unsur Utama & ≤ 10 Penunjang
B. ≥ 80% Unsur Utama & ≤ 20 Penunjang
C. ≥ 70% Unsur Utama & ≤ 30 Penunjang
D. ≥ 60% Unsur Utama & ≤ 40 Penunjang
E. ≥ 50% Unsur Utama & ≤ 50 Penunjang
13. Perbedaan substansi dari quality control dan quality assurance dalam bidang
pendidikan adalah kalau quality control menunjuk pada kualitas hasil yang
telah dicapai, maka quality assurance menunjuk pada kualitas ...
A. input-nya D. feed back-nya
B. proses-nya E. keberlangsungannya
C. output-nya
14. Perlindungan terhadap tindakan kekerasan, ancaman dan perlakuan
diskriminatif dalam melaksankan tugas keprofesionalan adalah wujud dari
perlindungan ...
A. Jabatan D. keamanan
B. pekerjaan E. hukum
C. profesi
15. Pemberhentian guru “dengan hormat” dari jabatannya, dapat dilakukan apabila
…
A. melanggar sumpah/ janji jabatan
B. melanggar perjanjian kerja
C. melalaikan kewajiban selama satu bulan secara terus menerus
D. sakit jasmani dan/rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugas terus
menerus selama 12 bulan
E. melaksanakan tindak pidana dengan ancaman hukuman 5 tahun atau lebih.
16. Pengawas sekolah merupakan salah satu elemen penting dalam melaksanakan
quality assurance pendidikan di sekolah. Salah satu syarat penting untuk
menjadi pengawas sekolah adalah telah menjadi guru dengan pengalaman …
A. minimal 4 tahun secara terus menerus
B. minimal 5 tahun secara terus menerus
C. minimal 6 tahun secara terus menerus
D. minimal 7 tahun secara terus menerus
E. minimal 8 tahun secara terus menerus
17. Tugas utama pengawas sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik dan
supervisi manajerial di sekolah. Makna supervisi akademik adalah membantu
guru dalam ….
A. menyusun silabi dan RPP
B. meningkatkan mutu pembelajaran
C. melaksanakan proses pembelajaran
D. menilai hasil pembelajaran siswa
E. melaksanakan remedial.
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
170
18. Berikut adalah fungsi Kepala Sekolah … kecuali :
A. Inspector D. Climate maker
B. Leader E. Educator
C. Manager
19. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan motivatif, diperlukan Kepala Sekolah dengan
kemampuan yang unggul sebagai …
A. Inspektor D. Climate maker
B. Leader E. Educator
C. Manager
20. Guru senior yang berwenang memberikan bimbingan kepada guru yunior
dalam melaksanakan tugasnya, adalah guru dengan jabatan minimal …
A. Guru Utama
B. Guru Pembina
C. Guru Muda
D. Guru Madya
E. Guru Pertama
21. Kewajiban melaksanakan tugas yang harus dilakukan oleh guru kelas, tetapi
bukan keharusan bagi guru mata pelajaran adalah ...
A. penyusunan progam pembelajaran
B. penyajian program pembelajaran
C. pelaksanaan evaluasi belajar
D. pelaksanaan analisis hasil belajar
E. pelaksanaan program BK bagi peserta didiknya.
22. Perbedaan tugas dan fungsi Kepala Sekolah sebagai pemimpin dengan sebagai
manajer, sebagai pemimpin Kepala Sekolah mempunyai fungsi …
A. merencanakan
B. mengorganisasikan
C. memberdayakan
D. mengatur
E. mengendalikan
23. Salah satu ciri penting dari organisasi profesi adalah …
A. Memiliki akte pendirian dan tercatat pada instansi yang berwenang untuk
itu;
B. Memiliki kewenangan untuk mengatur hal-hal yang berkenaan dengan tugas
keprofesionalan;
C. Memiliki anggota dan pengurus, serta sekretariat;
D. Memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi
E. Memiliki sumber dana operasional yang bersifat tetap.
24. Salah satu tugas penting yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pengembangan profesinya adalah melalui kegiatan …
A. Penulisan karya ilmiah hasil penelitian
B. Mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional
Profesi & Kepribadian Guru (P&KG) Yuliwati & Nanang
171
C. Menjadi anggota asosiasi profesi
D. Menjadi peserta seminar ilmiah
E. Mengajar lebih dari 24 jam tatap muka
25. Pengembangan dan peningkatan profesionalitas guru dan kepala sekolah dapat
dilakukan melalui MGMP/PKG untuk guru dan MKKS/K3SK untuk Kepala
Sekolah. Kedua institusi tersebut dapat berfungsi sebagai …
A. Wadah untuk memperjuangkan kesejahtera-an anggota;
B. Kepanjangan tangan Dinas Pendidikan dalam mensosialisasikan kebijakan
pendidikan;
C. Wadah penggalian dan penyebaran gagasan baru di bidang pendidikan;
D. Wadah untuk mempromosikan anggota untuk menduduki jabatan tertentu
E. Wadah untuk memperkuat posisi bargaining Kepala Sekolah.
JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI!
1. Kinerja proses pembelajaran di kelas sangat menentukan kinerja guru. Jelaskan
factor-faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja proses
pembelajaran. (minimal empat).
2. Berdasarkan ketentuan UU No. 14 Tahun 2005, jelaskan persyaratan apa saja
yang diperlukan untuk menjadi guru professional.
3. Jelaskan 5 (lima) macam tugas pokok guru dari unsur utama kegiatan guru
berdasarkan angka kredit jabata fungsional guru.
4. Uraikan perbedaan fungsi Kepala Sekolah sebagai pemimpin, dan fungsinya
sebagai manajer. (paling tidak 4 macam fungsi).
5. Bila sekarang saudara telah berkedudukan sebagai guru, namun berdasarkan
tuntutan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan UU No. 14 Tahun
2005, ternyata saudara belum memenuhi kriteria tersebut. Apa sajakah langkah-
langkah yang harus saudara tempuh untuk memenuhi kriteria tersebut.