bab i - iv ca otak

84
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman saat ini menyebabkan perubahan berbagai pola hidup, di antaranya pola hidup tradisional menuju pola konsumtif. Selain pola hidup, pergeseran kehidupan sosial ekonomi pun menjadi pemicu timbulnya pola hidup konsumtif yang mengarah pada pola hidup yang tidak sehat. Kondisi tersebut mempengaruhi terjadinya berbagai penyakit yang berkaitan dengan degeneratif di antaranya kanker. Kanker merupakan penyakit yang saat ini tergolong dalam penyakit mematikan. Menurut WHO ( 2013), kejadian kanker selalu meningkat sekitar 7 juta orang pertahun di mana 2/3 kejadian terjadi di negara berkembang. Selain itu, diperkirakan aka ada 26 juta penderita kanker pada tahun 2030 dengan kematian akan mencapai 17 juta orang pada tahun tersebut ( International Union Against Cancer/UICC, 2009 dalam WHO, 2013). Kematian akibat kanker sebagian besar karena metastasis kanker hingga menimbulkan kondisi kedaruratan pada kanker tersebut (Samphaos, 2009). Kanker yang ditemukan di otak, walaupun kecil merupakan hal yang berbahaya. Kanker otak merupakan 1

Upload: johansen-hutajulu

Post on 25-Oct-2015

100 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jojo

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - IV ca otak

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan jaman saat ini menyebabkan perubahan berbagai pola

hidup, di antaranya pola hidup tradisional menuju pola konsumtif. Selain pola

hidup, pergeseran kehidupan sosial ekonomi pun menjadi pemicu timbulnya

pola hidup konsumtif yang mengarah pada pola hidup yang tidak sehat.

Kondisi tersebut mempengaruhi terjadinya berbagai penyakit yang berkaitan

dengan degeneratif di antaranya kanker.

Kanker merupakan penyakit yang saat ini tergolong dalam penyakit

mematikan. Menurut WHO ( 2013), kejadian kanker selalu meningkat sekitar

7 juta orang pertahun di mana 2/3 kejadian terjadi di negara berkembang.

Selain itu, diperkirakan aka ada 26 juta penderita kanker pada tahun 2030

dengan kematian akan mencapai 17 juta orang pada tahun tersebut

( International Union Against Cancer/UICC, 2009 dalam WHO, 2013).

Kematian akibat kanker sebagian besar karena metastasis kanker hingga

menimbulkan kondisi kedaruratan pada kanker tersebut (Samphaos, 2009).

Kanker yang ditemukan di otak, walaupun kecil merupakan hal yang

berbahaya. Kanker otak merupakan salah satu jenis kanker yang mematikan.

Menurut Smeltzer & Bare ( 2010), kematian yang disebakan oleh kanker

otak mencapai 20%. Hal ini yang menyebabkan semua jenis kanker otak baik

primer maupun sekunder harus segera ditangani. Kanker otak primer

merupakan kanker yang tumbuh secara primer di jaringan otak dan bukan

suatu proses metastase. Sedangkan kanker otak sekunder merupakan

metastasis kanker dari organ lain ke jaringan otak. 20% - 40% dari semua

jenis kanker dalam tubuh manusia mengalami metastasis ke otak, sedangkan

kanker primer otak jarang bermetstasis ( Smeltzer & Bare, 2010). Kanker

otak yang ditemukan sebagian besar ( 70% ) adalah jenis Glioma ( Oghaki,

2010).

Kematian akibat kanker otak, baik kanker primer dan sekunder

disebabkan oleh gangguan fungsi otak seperti gangguan pernafasan dan

1

Page 2: BAB I - IV ca otak

peningkatan tekanan intrakranial ( Lewis.et.al 2011). Hal ini harus menjadi

perhatian khusus bagi pasien, dan tim kesehatan karena kanker otak

merupakan jenis kanker yang paling menyebabkan kondisi kedaruratan

onkologis yang memerlukan tindakan segera dengan cepat dan tepat. Jika

tidak tertolong maka akan menimbulkan gangguan irreversibel dan bahkan

kematian ( Rubin & Williams, 2001). Kondisi ini hendaknya memerlukan

diagnosis cepat ( early diagnosis) serta penanganan yang cepat dan tepat

( Samphaos, 2010 ). Fenomena yang terjadi, manifestasi yang membahayakan

dari kanker otak seperti peningkatan tekanan intrakranial, kejang, gangguan

neurologis fokal, hidrosepalus dan gangguan hipofisis belum tertangani

dengan baik karena terlambatnya diagnosis dan terapi sehingga menyebabkan

prognosis yang buruk dan meningkatkan angka kesakitan bahkan kematian.

Menejemen penanganan kanker otak memerlukan keterlibatan berbagai

profesi untuk melakukan upaya promotif, pereventif, kuratif dan rehabilitatif,

di antaranya perawat. Perawat professional harus mampu mengkaji secara

dini manifestasi yang membahayakan dari kanker otak dan segera melakukan

tindakan perawatan efektif dengan cepat dan tepat. Penangan yang efektif

pada pasien dengan kanker otak akan meningkatkan kualitas hidup penderita

kanker terutama bagi penderita yang sudah memasuki stadium akhir dan

terminal (Lewis.et.al, 2011 ). Selain itu, upaya penting yang perlu dilakukan

perawat adalah membuat penderita kanker otak menerima kondisinya dan

bersahabat dengan segala manifestasi penyakit yang akan dialaminya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting bagi perawat untuk

mempelajari lebih lanjut tentang kanker otak dan penatalaksanaannya

terutama penatalaksanaan keperawatan, agar dapat melakukan early diagnosis

dan tindakan perawaatan yang efektif pada kondisi tersebut.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

kanker otak.

2

Page 3: BAB I - IV ca otak

2. Tujuan khusus

a. Memberikan gambaran tentang konsep dasar kanker otak.

b. Memberikan gambaran tentang konsep penatalaksanaan keperawatan

pasien dengan kanker otak

c. Memberikan gambaran tentang aplikasi asuhan keperawatan pada

pasien dengan kanker otak.

d. Memberikan gambaran tentang trends dan issue yang berkaitan

dengan kanker otak.

3

Page 4: BAB I - IV ca otak

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Definisi

Kanker otak atau Tumor otak merupakan massa dari sel abnormal

yang tumbuh tidak terkendali di setiap bagian otak dan sum-sum tulang

belakang yang mengkompresi dan menginfiltrasi jaringan di sekitarnya

sehingga mengakibatkan terjadinya lesi pada intrakranial dan

meningkatkan tekanan intrakranial. (Smeltzer, 2010; Lewis, 2011 &

deWit Kumagai, 2013).

Tumor otak dapat bersifat primer (timbul dari jaringan dalam otak)

atau sekunder, dihasilkan dari metastatis dari neoplasma ganas di tempat

lain dalam tubuh.

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Struktur Otak

4

Page 5: BAB I - IV ca otak

Otak dibagi menjadi empat bagian utama dan masing-masing

memiliki fungsi yang berbeda, antara lain:

a. Cerebrum (otak besar); adalah bagian terbesar dari otak manusia

yang disebut juga Cerebral Cortex, Forebrain atau otak depan. Fungsi

Cerebrum adalah persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa,

sifat pribadi manusia dan proses mental yang membuat manusia

memiliki kemampuan berpikir, mengingat, membuat keputusan,

kesadaran diri, perencanaan, memori dan kemampuan visual.

Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh cerebrum .

Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut

lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan

yang menyerupai parit disebut sulcus. Lobus otak meliputi :

1) Lobus frontal; merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan

dari otak besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan

membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan,

penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol

perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara

umum.

2) Lobus parietal; berada di tengah, berhubungan dengan proses

sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

3) Lobus temporal; berada di bagian bawah berhubungan dengan

kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam

bentuk suara.

4) Lobus occipital; ada di bagian paling belakang, berhubungan

dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu

melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina

mata.

b. Cerebellum (Otak Kecil)

Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, di antaranya:

mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,

koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan

5

Page 6: BAB I - IV ca otak

melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti

gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan

mengunci pintu dan sebagainya

c. Brain stem (Batang otak)

Batang otak berfungsi mengatur fungsi dasar manusia termasuk

pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses

pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight

or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang otak terdiri

dari tiga bagian, yaitu:

1) Mesencephalon atau otak tengah, adalah bagian teratas dari batang

otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah

berfungsi dalam mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,

pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

2) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari

sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga

sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti

detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

3) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke

pusat otak bersama dengan formasi retikular. Pons berfungsi

sebagai pusat tidur.

d. Limbic System (Sistem limbik)

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang

otak. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala,

hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi

menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara

homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,

metabolisme dan juga memori jangka panjang. (Sherwood, 2001)

6

Page 7: BAB I - IV ca otak

3. Etiologi/Faktor Predisposisi

Faktor penyebab utama terjadinya tumor otak belum dapat diketahui

secara pasti. (Black & Hawks, 2009). Namun faktor resiko terjadinya

tumor otak, meliputi :

a. Faktor Genetik

Faktor keturunan mempunyai peranan yang kecil

dalam penyebab brain tumor. Di bawah 5% penderita

glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita

brain tumor. Beberapa penyakit warisan seperti

tuberous sclerosis, neurofibriomatosis tipe I, Turcot

syndrome dan 4 Li-Fraumeni cancer syndrome,

mempengaruhi pasien menjadi penderita glioma.

b. Faktor Lingkungan

Prior cranial irradiation adalah satu-satunya yang

beresiko menyebabkan neoplasma intrakranial.

c. Karakteristik Gaya Hidup

Tumor otak tidak berhubungan dengan gaya hidup

seperti merokok, minuman beralkohol atau penggunaan

ponsel.

4. Klasifikasi Tumor Otak.

a. Tumor yang berasal dari jaringan otak atau astrosit

Glioma; tumor penginfiltrasi yang dapat menyerang beberapa

bagian otak. Biasanya tipe ini banyak pada tumor otak dan tidak dapat

dibuang secara total karena tumor menyebar dengan infiltrasi ke

dalam sekitar jaringan saraf. Beberapa bentuk glioma sesuai tipe sel

adalah:

1) Astrocytoma; berasal dari jaringan pendukung, astrocytes dan sel

glial. Lokasi: dapat berkembang disemua bagian otak dan sum-

sum tulang belakang. Karakteristik termasuk derajat 1 dan 2,

pertumbuhan lambat dan invasif. 7

Page 8: BAB I - IV ca otak

2) Glioblastoma; berasal dari astrosit matang, umumnya terjadi di

bagian hemisper otak. Karakteristik termasuk derajat 3 dan 4,

pertumbuhan cepat dan malignant

3) Ependimoma; berasal dari sel ependimal, umumnya terjadi

pada anak-anak. Karakteristik; pertumbuhan lebih ganas dan

dapat meluas dan menyerang jaringan otak. Lokasi

pertumbuhan; intramedulal, dinding ventrikel atau dibagian

ekor tulang belakang.

4) Oligodendroglioma

b. Tumor yang muncul dari lapisan pembungkus otak

Meningioma dura; terbungkus dalam kapsul, dapat dipastikan

dengan baik, pertumbuhan keluar jaringan otak dan dapat menekan

dan menginvasi otak.

c. Tumor yang berkembang didalam atau di atas saraf kranial, seperti

neuroma akustik (berasal dari lapisan pembungkus saraf akusti, saraf

optik spongioblastoma polar umumnya dapat menyerang saraf kranial

VIII)

d. Tumor yang berasal dari bagian tubuh lainnya (lesi metastatik).

Biasanya berasal dari tumor paru, payudara, ginjal, thyroid dan

prostat.

e. Tumor kelenjar tanpa duktus (hipofisis dan pinealis); terjadi di bagian

pineal, pineal parenkim, posterior atau ventrikel III. Karakteristik;

terdapat beberapa tipe yaitu germinoma, pineocytoma, teratoma dan

dapat berasal dari beberapa sel asal yang berbeda

f. Tumor pembuluh darah (Hemagloblastoma, Angioma); berasal dari

kelainan bentuk arteriovena sejak lahir, pertumbuhan lambat dan

umumnya terjadi di belahan otak posterior.

8

Page 9: BAB I - IV ca otak

5. Patofisiologi ( black & Jacobs, 2005; Black & Hawks, 2009; Rubin &

Williams, 2001)

Tumor primer terjadi karena adanya gangguan DNA pada stem sel.

Abnormalitas DNA menyebabkan mitosis tidak terkontrol pada sel – sel

otak sedangkan sistem imun tubuh tidak mampu mengendalikan mitosis

tersebut.jaringan tumor yang membesar menyebabkan kematian jaringan

otak oleh karena adanya penekanan dan infiltrasi tumor. Akibat lanjutnya

adalah timbul lesi jaringan otak yang dilanjutkan dengan edema disekitar

jaringan otak yang rusak. Tulang tengkorak tidak fleksibel menampung

volume otak sehingga timbul peningkatan tekanan intrakranial, akibat

lanjut adalah herniasi otak. Penekanan pada batang otak akan

menyebabkan gangguan pada pengatur organ vital manusia yaitu

pernafasan dan jantung sehingga dapat menimbulkan kematian.

Neoplasma pada otak dapat mengakibatkan terjadinya lesi pada otak

dan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial karena tumor

mengompresi jaringan di sekitarnya. Jika tumor berasal dari sel-sel otak,

saraf kranial dan kelenjar pituitari, sel-sel neoplastik dapat menginfiltrasi

dan menghancurkan struktur ini, selain itu tumor juga dapat merusak

jaringan melalui tekanan dan umumnya bersifat keganasan. Beberapa

tumor otak merupakan tumor jinak (benigna), seperti meningioma atau

neuroma acostic. Namun, karena peningkatan tekanan intracranial yang

sebabkan karena tumor dan bersifat menginvasi jaringan otak, tumor jinak

juga dapat mengakibatkan kondisi serius (deWit Kumagai, 2013)

Tumor intrakranial dapat muncul di bagian di otak itu sendiri, atau

dapat diawali pada selaput meningens, saraf kranial, atau kelenjar

pituitari. Tumor otak ganas primer jarang bermetastasis di luar sistem

saraf pusat karena otak dibungkus oleh struktur (meningens) dan

fisiologis (darah otak) sebagai penghalang. Tumor pada belahan otak

yang disebut supratentorial terletak di bawah tentorium (lipatan dura

mater) yang disebut infratentorial.

9

Page 10: BAB I - IV ca otak

6. Manifestasi Klinis ( Lewis.et.al, 2011; Black & Hawks, 2009; Black &

Jacobs, 2005)

Tumor otak menunjukan gejala dan tanda baik spesifik

maupun nonspesifik.

a. Gejala dan Tanda Non Spesifik

Tanda dan gejala yang timbul pada pasien dengan

tumor otak secara non spesifik meliputi:

1)Sakit kepala, yang ditemukan pada sekitar separuh

pasien, nyeri kepala ini biasanya hilang timbul dan

durasinya makin meningkat. Nyeri kepala terjadi

karena peningkatan tekanan intrakranial (TIK).

2)Mual dan muntah, yang disebabkan oleh

bertambahnya tekanan intracranial. Muntah biasanya

bersifat proyektil ( menyemprot ). Mual muntah

terjadi karena penekanan pada medulla sebagai

pusat muntah.

3)Papiledema, terjadi karena kompresi pada nervus

kranial II. Peningkatan tekanan intrakranial

menghambat aliran balik vena dari mata dan terjadi

aliran balik darah menuju ke pusat retina.

Papiledema akan ditandai dengan penurunan

kemampuan penglihatan.

4)Perubahan status mental, ditunjukkan dengan

perubahan level of consciousness ( LOC ) atau

perubahan sensasi. Perubahan status mental dan

emosional meliputi kondisi letargi, bingung,

disorientasi, serta perubahan kepribadian serta

proses pikir.

b. Gejala dan Tanda Spesifik

10

Page 11: BAB I - IV ca otak

Biasanya menunjukan pada keterangan lokasi

intracranial tumor.

1)Tanda-tanda lateral, meliputi hemiparesis, aphasia,

dan visual-field deficits nampak padasekitar 50%

pasien.

2)Kejang, merupakan gejala yang biasa nampak, terjadi

pada sekitar 25% pasien denganhigh-grade glioma

dan pada sekurangnya 50% dengan low-grade tumor.

Kejang dapat terjadi pada keseluruhan maupun

parsial.

3)Stroke-like presentation, perdarahan dalam tumor

dapat terlihat seperti stroke, walaupun sakit kepala

dan perubahan kesadaran yang menyertai biasanya

lebih berkesan intracranial hemorargi. Hemorargi

biasanya berhubungan dengan high-grade glioma,

terjadi pada5%-8% pasien penderita glioblastoma.

Bagaimanapun juga oligodendroglioma memiliki

kecenderungan untuk berdarah, dan hemorargi

terjadi pada 7%-14% low-grade neoplasma ini.

Gangguan sensorik dan fatigue secara tiba-tiba dapat

dilihat pada tumor pituitari,disebut juga pituitary

apoplexy.

Tanda dan gejala tumor otak menurut lokasi

tumor

Lokasi Tumor Manifestasi Klinis

Hemisfer

serebral

Lobus

frontal

gangguan kepribadian, perubahan status

emosional dan tingkah laku, dan

disintegrasi perilaku mental, gangguan

11

Page 12: BAB I - IV ca otak

memori jangka panjang, gangguan spinter

untuk control BAB dab BAK, paralisis, dan

kejang. Pasien sering menjadi ekstrim

yang tidak teratur dan kurang merawat diri

dan menggunakan bahasa cabul.

Lobus

parietal

Penurunan kemampuan sensorik motorik,

agnosia, gangguan bicara,

ketidakmampuan menulis, penurunan

perhatian.

Lobus

temporal

Kejang, disfagia, afasia, gangguan pemori,

tinnitus, ataksia, dan gangguan

kepribadian.

Lobus

oksipital

Gangguan penglihatan, kejang, halusinasi,

Serebelum pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)

atau gaya berjalan yang sempoyongan

dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang

lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan

nistagmus (gerakan mata berirama tidak

sengaja) biasanya menunjukkan gerakan

horisontal.

Lokasi Tumor Manifestasi Klinis

Brain stem Vertigo, dizziness, vomitus, disfungsi

nervus cranial III – XII, nistagmus,

penurunan reflex kornea, gangguan

berjalan, penurunan kemampuan sensorik

motorik, tuli, henti pernafasan dan jantung.

Pituitary dan

sellar

Penurunan penglihatan, nyeri kepala,

nausea, papiledema, nistagmus, diabetes

insipidus, disfungsi hormonal, gangguan

12

Page 13: BAB I - IV ca otak

tidur, gangguan keseimbangan cairan,

elevasi suhu tubuh, gangguan

metabolisme lemak dan karbohidrat,

cushing’s syndrome

Ventrikel Obstruksi CSS, hidrosepalus, peningkatan

TIK secara cepat, nyeri kepala karena

perubahan posisi.

Subkortikal Hemiplegi

7. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

Diagnosis tumor otak dapat dilakukan melalui

pemeriksaan sebagai berikut ( Lewis, 2011; Rubin &

Williams, 2001):

a. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan

penggunaan kranial MRI. MRI harus menjadi

pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan

gejala kelainan pada intracranial. MRI menggunakan

magnetic field bertenaga untuk menentukan

nuclearmagnetic spin dan resonansi yang tepat pada

sebuah jaringan bervolume kecil. Jaringan yang berbeda

memiliki nuclear magnetic spin dan resonansi yang

berbeda pula.

b. CT Scan ( Computerise Tomography Scaning )

CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-

X dan dengan penggunaan komputer yang akan

menghasilkan gambar organ-organ tubuh manusia. CT

Scan dapat digunakan apabila MRI tidak tersedia.

Namun, low-grade tumor pada posterior fossa dapat

terlewatkan oleh CT Scan.

13

Page 14: BAB I - IV ca otak

c. PET Scan ( Positron Emission Tomography Scan )

Merupakan pemeriksaan untuk mengetahui biokemikal dan efek fisik

dari keberadaan tumor.

Pemeriksaan penunjang yang menjelaskan adanya gangguan neurologi

akibat tumor, meliputi ( Lewis, 2011; Black & Hawks, 2009) :

a. EEG ( Electro Encephalogram )

EEG menggambarkan adanya gangguan aktivitas listrik otak akibat

invasi tumor, sehingga bisa menentukan atau memprediksi luasnya

kerusakan otak.

b. Lumbal punksi

Lumbal punksi untuk mengidentifikasi resiko herniasi serebral dan

perubahan komposisi CSS.

c. Angiografi

Angiografi mampu menentukan aliran darah pada tumor serta lokasi

tumor.

d. Pemeriksaan yang berkaitan dengan fungsi endokrin

Pemeriksaan fungsi endokrin yang meliputi hormonal dan sekresi lain

yang berkaitan dengan fungsi endokrin harus diidentifikasi pada tumor

di pituitari.

8. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan pada tumor otak dapat berupa initial

supportive dan definitive therapy.

a. Supportive Therapy

Supportive treatment berfokus pada meringankan

gejala dan meningkatkan fungsi neuroligik pasien.

Supportive treatment yang utama digunakan adalah

anticonvulsants dan corticosteroid.

1) Anticonvulsants

Anticonvulsants diberikan pada pasien yang

menunjukan tanda-tanda kejang. Phenytoin (300-14

Page 15: BAB I - IV ca otak

400mg/d) adalah yang paling umum digunakan, tapi

carbamazepine (600-1000mg/h), Phenobarbital (90-

150mg/h), dan valproic acid (750-1500mg/h) juga

dapat digunakan.

2) Corticosteroids

Corticosteroid mengurangi edema peri tumoral

dan mengurangi tekanan intrakranial. Efeknya

mengurangi sakit kepala dengan cepat.

Dexamethasone adalah corticosteroid yang dipilih

karena aktivitas mineralocorticoid yang minimal.

Dosisinya dapat diberikan mulai dari 16 mg/h, tetapi

dosis ini dapat ditambahkan maupun dikurangi

untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk

mengontrol gejala neurologik.

b. Definitive Therapy

Definitive treatment tumor intrakranial meliputi

pembedahan, radiotherapi, kemoterapi dan yang

sedang dikembangkan yaitu immunotherapi.

a. Pembedahan

Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia,

dan pendekatan pembedahan yang dipilih harus

berhati-hati untuk meminimalisir resiko deficit

neurologic setelah operasi. Tujuan pembedahan

adalah menghasilkan diagnosis histologic yang

akurat, mengurangi tumor pokok, memberikan jalan

untuk CSF mengalir, dan mencapai potensial

penyembuhan.

Menurut Lewis, 2011; Black & Hawks, 2009;

black & Jacobs, 2005 ) Tindakan pembedahan pada

tumor otak, meliputi :

15

Page 16: BAB I - IV ca otak

1) Craniotomi

Craniotomi adalah metode pembedahan

dengan cara membuka cranium. Jika tulang

tengkorak di ambil disebut craniektomi. Tujuan

kraniotomi untuk dekompresi intrakranial,

mengambil masa tumor dan untuk tindakan

biopsi dan pemeriksaan diagnostik.

Craniotomi merupakan bedah mayor

sehingga memerlukan persiapan serius dan

pengawasan ketat bahkan memerlukan ruang

intensif untuk perawatan paska bedah.

2) Ventricular shunt

Ventricular shunt adalah pemasangan

kateter dari ventrikel lateral menuju ke

peritoneum. Tujuan pemasangan ventricular

shunt adalah mengalirkan cairan serebro spinal

( CSS ) dari ventrikel untuk menurunkan TIK.

Hidrosepalus merupakan indikasi pasti

pemasangan shunt. Hidrosepalus biasa terjadi

pada tumor pineal yang meluas pada ventrikel III.

Jenis shunt meliputi Av Shunt dan VP Shunt.

Prinsip pemasangan shunt adalah tidak

menyebabkan penurunan TIK secara cepat

karena dapat membahayakan fungsi otak, serta

tetap dalam posisi paten agar tetap mampu

mengalirkan CSS.

Ventrikuloperitoneal Shunt ( VP Shunt )

merupakan jenis Shunt yang pasling sering

digunakan. VP-Shunt adalah pemasangan saluran yang

mengaliri cairan dalam otak menuju rongga perut yang

16

Page 17: BAB I - IV ca otak

menghubungkan ventrikel ( ruang di dalam otak ) dan

peritoneal ( ruang di dalam perut ). Tujuan VP Shunt adalah

untuk membuat saluran baru antara aliran likuor dengan

kavitas drainase dan untuk mengalirkan cairan yang

diproduksi di dalam otak ke dalam rongga perut untuk

kemudian diserap ke dalam pembuluh darah.

Sejumlah komplikasi dapat terjadi setelah pemasangan

VP shunt dalam manajemen hidrosefalus. Komplikasi ini

termasuk infeksi, blok, subdural hematom, ascites, CSSoma,

obstruksi saluran traktus gastrointestinal, perforasi organ

berongga, malfungsi, atau migrasi dari shunt. Migrasi dapat

terjadi pada ventrikel lateralis, mediastinum, traktus

gastrointestinal, dinding abdomen, vagina, dan skrotum.

Infeksi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan,

yang terjadi dalam 6 bulan pasca prosedur shunting. Penyebab

infeksi adalah bakteri staphylococcus dan propioni

bacterialyang terisolasi dalam cairan ventrikuler, peritonium

dan selang shunt. Manifestasi yang muncul meliputi demam,

peritonitis, meningitis, dan gejala yang tidak spesifik seperti

nyeri kepala, muntah, perubahan status mental dan kejang.

Tindakan yang dilakukan bila terjadi infeksi adalah

pengangkatan selang dan pemasangan shunt yang baru.

Penatalaksanaan infeksi shunt dengan terapi antibiotik,

pengangkatan shunt dan pemasangan ekstrenal shunt. Terapi

shunt yang terinfeksi hanya dengan antibiotik tidak

direkomendasikan karena bakteri dapat di tekan untuk jangka

waktu yang lama dan bakteri kembali saat antibiotik

diberhentikan.

Subdural hematom merupakan komplikasi yang biasa

terjadi pada orang dewasa akibat aktivitas pasca pembedahan.

Insiden ini dapat dikurangi dengan memperlambat mobilisasi

17

Page 18: BAB I - IV ca otak

paska operasi. Subdural hematom diterapi dengan drainase

dan mungkin membutuhkan oklusi sementara dari shunt.

VP shunt merupakan tindakan khusus yang memerlukan

perawatan khusus pula. Perawat mempunyai peran yang

sangat menentukan keberhasilan penggunaan VP shunt

tersebut. Peran perawat pada fase preoperasi pemasangan VP

shunt, meliputi :

a) Memantau dan mencegah peningkatan TIK

b) Memastikan pasien bebas dari tanda infeksi sebelum

pemasangan shunt ( bebas panas selama 3 hari )

c) Menyiapkan pasien dan keluarga secara psikososial untuk

tindakan pembedahan.

d) Menyiapkan pengetahuan pasien dan keluarga akan resiko

dan tindakan perawatan yang harus dilakukan pasca

pemasangan shunt.

Peran perawat pascaoperasi pamasangan VP shunt, meliputi :

a) Memantau tanda vital dan status neurologi pasien.

b) Memantau adanya gejala infeksi ( demam, inflamasi, nyeri

tekan jalur shunt, mual dan muntah )

c) Memantau kepatenan shunt.

d) Mencegah malformasi drainase dengan memberikan posisi

kepala elevasi 30o, memiringkan pasien pada sisi non

bedah, tirah baring minimal 72 jam pasca operasi dan

pembatasan aktivitas.

e) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan

keluarga tentang pencegahan infeksi, obstruksi shunt dan

peningkatan TIK.

18

Page 19: BAB I - IV ca otak

f) Mendampingi pasien dan keluarga menghadapi

stressemosional akibat tindakan pembedahan dan

perawatan yang lama.

3) Transsphenoidal untuk tumor di pineal/pituirati

Transsphenoidal merupakan pembedahan

untuk pengambilan tumor pada pituitari melalui

tulang sphenoid secara langsung.

b. Terapi Radiasi

Terapi radiasi memainkan peran penting dalam

pengobatan brain tumor pada orang dewasa.Terapi

radiasi adalah terapi non pembedahan yang paling

efektif untuk pasien dengan malignant glioma dan

juga sangat penting bagi pengobatan pasien dengan

low-grade glioma.

c. Kemoterapi

Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam

treatment pasien dengan malignant

glioma.Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata

pertahanan semua pasien, tetapi sebuah subgroup

tertentu nampaknya bertahan lebih lama dengan

penambahan kemoterapi danradioterapi. Kemoterapi

juga tidak berperan banyak dalam pengobatan

pasien dengan low grade astrocytoma. Sebaliknya,

kemoterapi disarankan untuk pengobatan pasien

dengan oligodendroglioma.

d. Imunoterapi

Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang

masih perlu diteliti lebih lanjut. Dasarpemikiran

19

Page 20: BAB I - IV ca otak

bahwa sistem imun dapat menolak tumor,

khususnya allograft, telah didemonstrasikan lebih

dari 50 tahun yang lalu. Hal itu hanya sebuah contoh

bagaimanasistem imun dapat mengendalikan

pertumbuhan tumor. Tumor umumnya menghasilkan

level protein yang berbeda (dibandingkan protein

normal) disekitar jaringan, dan beberapa protein

mengandung asam amino substitusi atau deletions,

atau mengubah phosphorylation atau glycosylation.

Beberapa perubahan protein oleh tumor sudah

mencukupi bagi sistemimun untuk mengenal protein

yang dihasilkan tumor sebagai antigenik, dan

memunculkanimun respon untuk melawan protein-

protein tersebut.

9. Komplikasi

a. Edema cerebral

b. Peningkatan intra kranial

c. Herniasi otak

d. Hidrochepalus

e. Kejang/epilepsi

f. Metastasis ketempat lain

10. Patoflowdiagram

20

Mengganggu fungsi spesifik bagian otak

tempat tumor

Factor lingkungan

Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral

ke sub arachnoid

Pertumbuhan sel

otak abnormal Tumor otak

Hipoksia cerebral

Kompensasi takipnea

Timbul manifestasi klinik/gejala lokal

sesuai fokal tumor Hidrochepalus

Perubahan perfusi jaringan cerebral

Kompensasi kurang cepat

Penekanan jaringan otak terhadap sirkulasi darah &

O2

Masa dalam otak bertambah

Penurunan suplay O2 ke jaringan otak akibat

obstruksi sirkulasi otak

Akumulasi CO2

di cerebral

(CO2 reseptor vasodilatasi)

Pola nafasin efektif

Kerusakan

darah otak Perpindahan cairan

intravaskuler ke jaringan serebral

↑ volume intrakranial

↑ TIK

Kompensasi (butuh waktu berhari-hari sampai berbulan-bulan) dengan cara :

↓ volume darah intracranial↓ volume cairan cerebrospinal↓ kandungan cairan intra selmengurangi sel-sel parenkim

Statis vena cerebral

Obstruksi sistem cerebral

Obstruksi drainage vena retina Papil edema

Kompresi saraf optikus

(N. III/IV)Gangguan penglihatan

Perubahan persepsivisual

Kompresi

batang otak Iritasi pusat

vagal di medula oblongata

Muntah proyektil

Resiko gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit

Bergesernya ginus medialis labis temporal ke inferion melalui insisura tentorial

Herniasi cerebral

Nyeri kepala Perubahan perfusi jaringan cerebral

Gaya hidupGenetik

Page 21: BAB I - IV ca otak

21

Sakit kepala

Muntah

Papil edema

KEMATIAN

Page 22: BAB I - IV ca otak

22

Tumor cerebellum Tumor di enchepalon (otak tengah)

Gangguan fungsi cerebellum (atur sikap

badan / aktifitas oto dan keseimbangan)

Resiko cidera

Pusing, ataxia,

otot tidak

terkoordinasi

Thalamus (penghubung sensasi somatic, lihat, dengar dari organ ke kortek sebri)

Berperan dalam integrasi sensoris interprestais secara kasar (visual, auditory, tektil, temperatur, pain dan tas sensation)

Gangguan Tingkat kewaspadaan

kesadaran

Impuls dari aras ke gartex cerebral

terganggu

Penurunan

akfititas

↑ aktifitas

Terjaga terus/ tidak bisa

tidur

Gangguan sensori

Resiko cidera

Hipotalamus

Atur temperatur Atur cairan dan elektrolit(

DI)Tidur/ terbangun/ terjagaIntake makananEmosiKontrol endokrin/ respon

seksual, SIADH

Resiko perubahan suhu tubuh

Ketidakseimbangan cairan & elektrolit

Resti nutrisi krg dr kebutuhan

Kelebihan cairan

Tertidur

Epitalamus

9% pasien pusat

affectory (penciuman)

Perubahan persepsi sensori

penciuman Perubahan pola tidur

Tumor di meningen/ infracranial

Gangguan kepribadian,

konfusi, gangguan gaya berjalan

Tumor korteks motorik

Perubahan suplai darah

Nekrosis jar.otak

Perubahan kepekaan

neuron

Gangguan hantaran

listrik otak

Kejang

Resiko cidera

Tumor cerebrum / telenchepalon (cerebral

hemisphere)

Iobus temporalis

Pusat pendengaran (membedakan suara)

Pusat bicara (mengerti bagaimana mengucapkan huruf & mendengarkanny

Pusat memoriPusat organ vital &

emosiKerusakan kontruksi

verbalPerubahan persepsi

sensori, pandangan (halusinasi)

Dimensia

Iobus parentalis (sebagai penerima &

pembeda impuls sensori : nyeri

sentuhan, suhu

Resiko cidera

Iobus frontalis (sebagai motor

korteks, pemantau gerak bicara, aktivitas mental, aktivitas

jari tangan)

Gangguan kepribadian,

perubahan status emosional &

tingkah laku & disintegritasi

perilaku mental kurang merawat diri

Gangguan proses pikir

Iobus oksipital (visual center, visual speech center, atur

kemampuan)

Gangguan visual,

hemiomapia, homonimus kontralateral

Perubahan persepsi

sensori visual

Perubahan rasa nyaman

nyeri

Nyeri kepala

Page 23: BAB I - IV ca otak

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian (( lewis.et.al, 2011; Black & Jacobs, 2005)

a. Anamnesa

1) Keluhan utama

Keluhan utama yang dikaji adalah tanda gejala yang menyebabkan

pasien ke rumah sakit, seperti adanya sakit kepala, kejang, mual

dan muntah, gangguan penglihatan, dan lain- lain.

2) Riwayat penyakit sekarang

Merupakan perjalanan penyakit hingga pasien mencari bantuan.

Kaji pula paparan zat karsinogenik yang terkait dengan

kanker/tumor otak.

3) Riwayat kesehatan masa lampau

a) Riwayat tumbuh kembang , infeksi dan imunisasi : gangguan

tumbuh kembang, infeksi CMV, rubella, meningitis.

b) Riwayat hospitalisasi : kejang, gangguan perilaku, diabetes

mellitus, cancer pada organ lain seperti paru dan payudara.

c) Riwayat pengobatan: pengobatan hormonal, narkotik,

stimulant CNS, dan obat yang memacu kanker.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat genetic kanker atau tumor pada keluarga.

5) Riwayat psikososial

a) Kaji aktivitas rutin pasien, latar belakang pendidikan, dan

perubahan kepribadian.

b) Kaji pula hal-hal yang menyebabkan gangguan psikososial

seperi pajanan zat adiktif yang bersifat karsinogenik atau

ketidaknyamanan lingkungan tempat timggal.

b. Pemeriksaan fisik

1) Tanda vital

Peningkatan tekanan darah sistolih, bradikardi, dan perubahan

respirasi rete merupakan tanda peningkatan TIK. Elevasi dan

fluktuasi suhu merupakan tanda tumor pituitary.

23

Page 24: BAB I - IV ca otak

2) Status mental

Kaji tingkat kesadaran, orientasi, memori, mood dan efeksi,

penampilan intelektual, judgement and insight, kemampuan

berbahasa dan komunikasi.

3) Pengkajian fungsi XII Saraf cranial

4) Sistem motorik

Kaji ukuran otot ( atrofi ), kekuatan otot ( hemiplegic ), tonus

otot, koordinasi pergerakan, gaya berjalan ( ataksia ), dan

gangguan pergerakan.

5) Sistem sensorik

Kaji parestesi dan nyeri.

6) Reflex

Kaji reflex fisiologis seperti reflex bisep, trisep, kornea yang

menunjukkan gangguan hemisfer serebral.

Kaji reflex patologi yang menandakan kerusakan saraf pusat

akibat tumor seperti reflex babinski.

c. Pemeriksaan diagnostik ( Black & Jacobs, 2005 )

MRI dan CT Scan ditemukan masa tumor.

Dilanjutkan pemeriksaan spesifik sesuai lokasi tumor, seperti fungsi

endokrin jika tumor terletak pada pituitary, pemeriksaan funduskopi

jika tumor ada di oksipital, dan lainnya.

Jika pasien mengalami pembedahan, maka pengkajian focus, meliputi :

a. Preoperasi

1) Tanda vital, kesadaran, orientasi, kemampuan mengikuti perintah,

ukuran dan reaksi pupil, fungsi saraf cranial, warna dan suhu kulit.

2) Kemampuan pergerakan dan sensasi

3) Manifestasi peningkatan tekanan intrakranial

4) Manifestasi fungsi paru

5) Balan cairan dan elektrolit serta fungsi ginjal

6) Manifestasi klinis tumor sesuai lokasi

24

Page 25: BAB I - IV ca otak

b. Pascaoperasi

1) Tanda vital, tingkat kesadaran dan kemampuan bicara,

kemampuan pergerakan, intake output cairan, darah dan elektrolit

( glukosa, sodium, potassium, hematokrit, hemoglobin).

2) Kaji perdarahan ( langsung atau melalui drainase ) dan kebocoran

CSS pasa area operasi

3) Kaji perubahan fungsi neurologis setelah operasi.

2. Diagnosa Keperawatan ( Black & Jacobs, 2005 ; Black & Hawks, 2009 ;

Lewis.et.al., 2011; Gulanick & myers, 2013)

a. Preoperasi

1) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

peningkatan tekanan intra cranial akibat massa tumor atau edema.

2) Kecemasan dan takut berhubungan dengan ketidaktahuan hasil

dari operasi tumor otak.

3) Kurang pengetahuan tidak adanya penjelasan tentang penyakit.

4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur dan perawatn

baru.

5) Risiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan

SIADH pascaoperasi.

b. Pascaoperasi

1) Penurunan kapasitas adaptasi intracranial berhubungan dengan

peningkatan TIK, hidrosepalus, edema paska eksisi tumor.

2) Resiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

edema pascaoperasi, perdarahan pascaoperasi.

3) Risiko kekurangan cairan berhubungan dengan diabetes insipidus

neurogenik pascaoperasi.

4) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

25

Page 26: BAB I - IV ca otak

3. Rencana Keperawatan

a. Preoperasi

1) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial akibat massa tumor atau

edema.

Tujuan Rencana Tindakan

Pasien menunjukkan perfusi jaringan serebral yang normal. Kriteria : 1) Perbaikan GCS2) Respons pupil membaik 3) Tidak ada chusing’s respons4) Bebas dari kejang

a. Kaji tanda vital b. Kaji tanda peningkatan TIK ( chusing’s respons )c. Kaji status neurologis ( kesadaran, pupil dan tanda gangguan

neurologis fokal )d. Berikan agen vasikonstriksie. Monitor oksigenasi jaringan otak dengan AGDf. Monitor intake dan output g. Hindarkan tindakan valsava maneuverh. Berikan lingkungan yang nyamani. Kendalikan suhu tubuh

2) Kecemasan dan takut berhubungan dengan ketidaktahuan hasil dari operasi tumor otak.

Tujuan Rencana Tindakan

Pasien mampu mengelola kecemasan. Kriteria : 1) Verbalisasi penurunan level kecemasan 2) Verbalisasi pemahaman tentang tindakan

operasi dan akibatnya. 3) Ekspresi rileks dan tenang

a. Berikan pengetahuan tentang penyakit dan tindakan operasi. b. Lakukan komunikasi secara terbuka pada klien dan keluarga c. Libatkan dukungan spiritual dari orang yang berkompeten. d. Hindarkan dari harapan yang salah e. Berikan sugestif tentang hal baik yang dapat mendukung pasien.

26

Page 27: BAB I - IV ca otak

3) Risiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan SIADH

Tujuan Rencana Tindakan

Pasien mengalami normovolemik.Kriteria : 1) Urine output lebih dari 30cc/hari 2) Berat badan stabil 3) Sodium dalam serum normal 4) Osmolaritas darah normal5) Berat jenis urine 1.005 – 1.025

a. Monitor elektrolit serum dan urineb. Monitor intake dan output cairan tubuh c. Kaji tanda hiponatremia ( bingung, sakit kepala, fatique, vomitus,

kejang otot, atau kejang )d. Batasi asupan oral dan IV. e. Berikan koreksi natrium 3%f. Berikan diuretik

4) Kurang pengetahuan tentang perawatan lanjutan berhubungan dengan prosedur dan perawatan baru pascaoperasi.

Tujuan Rencana Tindakan

Pengetahuan pasien tentang prosedur dan perawatan baru pascaoperasi adekuat. Kriteria : Pasien memverbalisasi pemahamannya tentang diagnosis, prosedur pembedahan, dan akibat yang ditimbulkan.

Kaji pengetahuan pasien tentang pembedahan dan tindaklanjut pascaoperasi. Diskusikan tentang perawatan pascaoperasi, meliputi :

Tindakan monitoring yang akan selalu dilakukan pascaoperasi.perubahan gambaran tubuh seperti adanya balutan luka di kepala, pencukuran rambut area bedah, serta adanya kemungkinan pembengkakan pada wajah.

Perawatan luka pascaoperasi Pengobatan jangka panjang ( kortikosteroid, antikonvulsan

dan antibiotic )Diskusikan perawatan di rumah.

27

Page 28: BAB I - IV ca otak

b. Pascaoperasi

1) Penurunan kapasitas adaptasi intracranial berhubungan dengan peningkatan TIK, hidrosepalus, edema paska eksisi tumor. Tujuan Rencana Tindakan

Pasien mampu mempertahankan kapasistas adaptasi intracranial secara optimal. Kriteria : a. Perfusi jaringan serebral optimal

1) Fungsi neurologi baik2) Tidak ada nyeri kepala 3) Tidak ada penurunan kesadaran 4) Kemampuan kognitif baik

b. Status neurologi optimal1) Kemampuan kognitif baik 2) Fungsi sensorik motorik baik 3) Nadi 60 – 100x/mt kuat 4) Tekanan darah sistolik 100 – 120 mmHg5) Tekanan darah diastolik 70 – 90 mmHg6) Kemampuan komunikasi baik

a. Kaji tanda vital b. Kaji status neurologi ( kesadaran, pupil, motorik, sensorik,

postural rigiditas )c. Kaji tanda pningkatan tekanan intracranial ( muntah proyektil,

nadi cepat dan respirasi menurun) terutama setelah aktivitasd. Kaji kepatenan VP shunte. Pertahankan suhu tubuh normal f. Lakukan pemijatan shunt jika tidak lancarg. Pertahankan posisi elevasi kepala 30o ( hindarkan fleksi leher)h. Anjurkan pasien tidak melakukan valsava maneuver ( saat

perubahan posisi, batuk, megejan) i. Hindarkan stimulus lingkungan yang memicu peningkatan

tekanan intrakranial ( gaduh, stress, panas, dll)j. Kolaborasi terapi untuk menurunkan TIK

2) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

Tujuan Rencana Tindakan

Pasien mampu mengalihkan nyeri. Kriteria : 1) Penurunan intensitas nyeri 2) Tidak menunjukkan kelemahan3) Mampu beristirahat tanpa nyeri 4) Kemampuan terlibat dalam aktivitas

perawatan tanpa nyeri

a. Hindarkan kegiatan aktivitas yang tiba-tiba seperti bangun dari tempat tidur secara mendadak.

b. Jaga lingkungan tetap tenang c. Berikan terapi analgetik d. Hindarkan tindakan yang meningkatkan TIK

3) Resiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema pascaoperasi, perdarahan pascaoperasi.

28

Page 29: BAB I - IV ca otak

Tujuan Rencana Tindakan

Perfusi jaringan serebar pasien adekuat. Kriteria :

1) Fungsi saraf cranial II, III, IV dan V baik2) Tidak ada nyeri kepala 3) Tidak ada penurunan kesadaran 4) Kemampuan kognitif dan emosi baik 5) Tekanan darah sistolik 100 – 120 mmHg6) Tekanan darah diastolic 70 – 90 mmHg7) Mampu beristirahat secara optimal

a. Kaji tanda vital b. Kaji status neurologi ( kesadaran, nervus cranial II-III-IV dan V,

motorik, sensorikc. Pertahankan suhu tubuh normal d. Anjurkan pasien tidak melakukan valsava maneuver ( saat

perubahan posisi, batuk, megejan) e. Berikan posisi supine dengan elevasi kepala hingga 30of. Berikan lingkungan yang aman dari cidera g. berikan pertolongan jika ada reaksi mual muntah akibat nistagmus. h. Hindarkan stimulus lingkungan yang memicu peningkatan

metabolisme otak ( gaduh, stress, panas, dll)i. Kolaborasi terapi lanjutan tumor

4) Risiko kekurangan cairan berhubungan dengan diabetes insipidus neurogenik pascaoperasi.

Tujuan Rencana Tindakan

Pasien mengalami normovolemik. Kriteria:

1) Tekanan darah sistolik lebih dari 90mmHg2) Tidak ada keluhan hipotensi orthostatis3) HR 60 -100x/mt 4) Urine output lebih ari 30cc/jam 5) Kadar sodium darah normal6) Berat jenis urine 1,005 – 1,025

a. Monitor intake dan output urineb. Kaji berat jenis urine c. Monitor serum dan elektrolit urine d. Kaji tanda dehidrasi e. Kaji berat badan f. Berikan cairannIV jika oral tidak mencukupi g. Berikan vasopressin

29

Page 30: BAB I - IV ca otak

4. Discharge Planning ( DeWit, 2009)

a. Meminimalkan risiko untuk kanker

1) Makan makanan yang bervariasi dan asupan kalori dengan latihan

keseimbangan untuk menjaga berat badan yang sehat.

2) Membatasi asupan daging merah dan daging olahan. makan ikan

berlemak dua kali seminggu untuk meningkatkan asupan omega 3.

membatasi asupan lemak lainnya, terutama lemak jenuh dan trans.

Pengganti minyak zaitun untuk memasak

3) Makan lima atau lebih porsi berbagai sayuran dan buah-buahan

setiap hari. termasuk sayuran yang mengandung beta karoten,

tomat, bawang dan bawang putih, buah jeruk, serta buah merah dan

biru dan sayuran (kubis, brocoli, brussels sprout, kol, kembang kol,

wortel, labu kuning, ubi jalar, anggur merah, berry, serta ceri

merah).

4) Memilih makanan gandum dan olahan (halus) biji-bijian, kacang-

kacangan, sereal gandum, biji rami, roti, dan pasta untuk

meningkatkan asupan serat harian.

5) Menjaga konsumsi alkohol moderat: tidak lebih dari dua minuman

atau dua gelas anggur atau bir per hari (satu minuman untuk

wanita). tidak ada alkohol yang terbaik.

6) Menghindari merokok, dan makan makanan yang dibakar

b. Menghindari dan membatasi paparan karsinogen

1) Mengetahui bahan yang digunakan dalam rumah tangga, halaman

dan area rekreasi dan di tempat kerja yang carcinogenic dan

menggunakan perlindungan untuk mengurangi paparan.

2) Penggunaan pakaian pelindung, sarung tangan, dan masker yang

sesuai saat penyemprotan pestisida atau bahan kimia atau

menggunakan pembersih kimia

3) Mencuci tangan dan setiap kulit yang terbuka setelah menggunakan

senyawa karsinogenik untuk memberikan perlindungan.

30

Page 31: BAB I - IV ca otak

4) Menggunakan tabir surya dan pakaian pelindung yang sesuai ketika

di luar rumah untuk mengurangi insiden kanker kulit.

5) Menghindari berenang dan olahraga air yang terkontaminasi yang

terkontaminasi paparan kimia.

6) Mencuci atau membilas buah dan sayuran untuk menghindari

pestisida.

c. Upaya Mengatasi Masalah Makan Pasien dengan anoreksia atau cepat

merasa kenyang.

1) Makan makanan yang disukai dan dapat diterima walau tidak

merasa lapar.

2) Makan lebih banyak bila ada rasa lapar

3) Hindari minum dekat dengan waktu makan.

4) Memotivasi diri bahwa makan adalah bagian penting dalam

program pengobatan.

5) Porsi makanan kecil dan diberikan sering ( lebih dari 3 kali sehari).

6) Olahraga sesuai kemampuan.

7) Makan dalam situasi yang nyaman.

d. Pasien dengan perubahan rasa pengecapan.

1) Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.

2) Tambahkan bumbu yang sesuai untuk menambah rasa.

3) Minuman segar misalnya sari buah atau jus.

4) Gunakan alat makan plastik bila sering merasa makanan berbau

logam.

5) Berkumur dengan larutan soda (larutan 5 gram soda dalam 500 ml

air).

e. Pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan.

1) Banyak minum, 8-10 gelas per hari. Bila perlu minum dengan

menggunakan sedotan.

2) Makanan dan minuman diberikan pada suhu kamar atau dingin.

3) Bentuk makanan saring atau cair.

4) Hindari makanan terlalu asam atau asin

31

Page 32: BAB I - IV ca otak

5) Sering berkumur.

6) Makan tiap 2 jam dengan diselingi minum.

f. Pasien dengan mulut kering.

1) Makanan dan minuman diberikan dengan suhu dingin.

2) Makanan sering berkuah atau berbentuk makanan cair.

3) Minum yang hangat atau asam untuk meningkatkan saliva.

4) Kunyah permen karet atau hard candy.

g. Pasien dengan keluhan mual dan muntah.

1) Beri makanan bentuk kering

2) Hindari makanan yang beraroma tajam/ merangsang, berlemak

tinggi dan minuman yang terlalu manis.

3) Batasi cairan pada waktu makan.

4) Makan dan minum perlahan-lahan.

5) Setelah selesai makan, tetap dalam posisi duduk selama 1-2 jam.

h. Memperbaiki dan Memperoleh Kembali Kemampuan Bergerak

Kondisi sakit menyebabkan pasien sulit / tidak mampu bergerak, kaki

dan lengan dirasakan berat dan bila berjalan pasien merasa akan jatuh

sehingga pasien memerlukan bantuan keluarga / orang lain untuk dapat

kembali bergerak / beraktivitas.

32

Page 33: BAB I - IV ca otak

BAB III. PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus

1. Deskripsi Kasus

Seorang laki-laki bernama B, umur 17 tahun, pendidikan SMA.

Pasien anak ke 7 dari 10 bersaudara.Sejak kecil diasuh oleh orang tuanya,

hubungan dengan saudara-saudaranya cukup baik. Riwayat pendidikan

sejak SD hingga SMA prestasinya baik, selalu mendapat ranking di kelas

dan pandai bergaul.

Semenjak 2 bulan lalu, pasien mengeluh tidak dapat berkonsentrasi,

pikirannya sering kacau dan tingkah lakunya semakin aneh. Pernah terjadi

tiba-tiba pasien bicaranya kacau, tingkah lakunya anch, tidak selayaknya

sebagai pelajar dan dianggapnya karena kesurupan. Akhirnya pasien

dirawat di rumah sakit di bagian jiwa kira-kira 1 bulan sehingga pasien

tinggal kelas.

Setelah masuk sekolah lagi, prestasinya semakin menurun dan

sekali-kali menunjukkan keanehan. Sewaktu sekolah penyakitnya kambuh

lagi, selanjutnya pasien dirawat lagi di rumah sakit dan oleh psikiater

setempat didiagnosis Skizofrenia. Selama dalam perawatan kira-kira 6

bulan, respon terhadap terapi kurang begitu baik. Hasil konsultasi

33

Page 34: BAB I - IV ca otak

dengan bagian Neurologi dan punksi lumbal semuanya tidak menemukan

kelainan neurologis.

Pada tanggal 10-1-1987, pasien dirujuk ke RS dengan surat

pengantar dan diagnosis Skizofrenia. Pasien datang dalam keadaan

sadar, dapat berjalan sendiri, sikapnya acuh tak acuh, ekspresi wajah

tampak kosong, kontak psikis tidak adckuat, kadang-kadang bicara

sendiri. Orientasi terhadap waktu, tempat, personal tidak  jelas terganggu.

Hasil pemeriksaan neurologis, tidak jelas ada kelainan. EEG dalam batas

normal. Setelah 5 hari dalam perawatan di Bagian Jiwa RS, pasien

menunjukkan adanya nystagmus dan penglihatan merasa kurang terang.

Hasil konsultasi ulang Bagian Neurologi didapat kesan Observasi tumor

hipofisis dan disarankan untuk  CT Scan kepala. Hasil CT Scan kepala:

Neoplasma daerah pineal dengan ukuran yaitu 5 x 4 x 5 cm yang meluas

ke supra sellar. Diagnosa akhir : Tumor ventrikel III dengan hidrosefalus.

Selanjutnya pasien ditangani dokter bedah syaraf sambil menunggu

persiapan operasi. Kemudian pasien dioperasi dengan tindakan

pembedahan VP shunt.

34

Page 35: BAB I - IV ca otak

35

Page 36: BAB I - IV ca otak

2. Analisa Data Pengkajian Sesuai Kasus

Analisa Data

Data pada kasus Data yang Perlu Dikaji Kemungkinan Penyebab Masalah

Preoperatif

Nistagmus Penglihatan kurang terang CT Scan : Neoplasma Pineal ukuran

5x4x5 cm meluas ke supra Sellar dan tumor Ventrikel III dengan Hidrosephalus

Tekanan darah meningkat Nadi lemah Elevasi suhu tubuh Mual – muntah Respirasi cepat

Peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya tumor

Gangguan perfusi

jaringan serebral

Pasien tidak dapat konsentrasi Pasien berperilaku aneh Pikiran sering kacau Sikap acuh takacuh Ekspresi kosong Kontakpsikis tidak adekuat Kadang-kadang bicara sendiri

Perubahan fungsi neurologis akibat tumor otak

Gangguan proses pikir

Pascaoperatif

Pasca pembedahan VP shuntTumor ventrikel III dengan Hidrosepalus

Tanda vital pasca operasiCT Scan pasca operasi

Penurunan perfusi cerebral akibat peningkatan tekanan inrakranial pasca VP shunt

Resiko penurunan kapasitas adaptasi intrakranial

Pasca pemasangan VP Shunt Tanda vital ( suhu, nadi tensi)Keluhan nyeri tekan pada jalur shuntAktivitas pasien setelah pemasangan shunt

Invasi bakteri pada jalur VP shunt

Resiko infeksi

36

Page 37: BAB I - IV ca otak

3. Diagnosa Keperawatan

Preoperatif

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan

intracranial, ditandai dengan Nistagmus, Penglihatan kurang terang, CT

Scan : Neoplasma Pineal ukuran 5x4x5 cm meluas ke supra Sellar dan

tumor Ventrikel III dengan Hidrosephalus

b. Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan fungsi neurologis

akibat tumor, ditandai dengan pasien tidak dapat konsentrasi, pasien

berperilaku aneh, pikiran sering kacau.

Pascaoperatif

a. Resiko penurunan kapasitas adaptasi intracranial berhubungan dengan

penurunan perfusi serebral akibat peningkatan tekanan intracranial,

didukung data : pasien pasca pembedahan VP shunt, ada tumor pada

Ventrikel III dan hidrosepalus.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri pada jalur VP shunt,

didukung data : pasien pasca VP shunt ( ditambath data yang seharus

dikaji meliputi gambaran tanda vital, keluhan nyeri dan aktivitas pasien).

37

Page 38: BAB I - IV ca otak

4. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

Preoperatif

Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan sirkulasi area pineal dan sella akibat tumor , ditandai dengan Nistagmus, Penglihatan kurang terang, CT Scan : Neoplasma Pineal ukuran 5x4x5 cm meluas ke supra Sellar dan tumor Ventrikel III dengan Hidrosephalus

Perfusi jaringan serebar pasien adekuat. Kriteria :

1) Fungsi saraf cranial II, III, IV dan V baik

2) Tidak ada nyeri kepala 3) Tidak ada penurunan kesadaran 4) Kemampuan kognitif dan emosi

baik 5) Tekanan darah sistolik 100 – 120

mmHg6) Tekanan darah diastolic 70 – 90

mmHg7) Mampu beristirahat secara optimal

Ongoing a. Kaji tanda vital b. Kaji status neurologi ( kesadaran, nervus cranial II-III-IV dan V, motorik,

sensorik)Therapeutic a. Pertahankan suhu tubuh normal b. Anjurkan pasien tidak melakukan valsava maneuver (perubahan posisi, batuk,

megejan) c. Berikan posisi supine dengan elevasi kepala hingga 30od. Berikan lingkungan yang aman dari cidera e. berikan pertolongan jika ada reaksi mual muntah akibat nistagmus. f. Hindarkan stimulus lingkungan yang memicu peningkatan metabolisme otak

( gaduh, stress, panas, dll)g. Kolaborasi terapi lanjutan tumor

Gangguan proses pikir berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis akibat tumor, ditandai dengan pasien tidak dapat konsentrasi, pasien berperilaku aneh, pikiran sering kacau

Pasien kemampuan proses pikir yang sesuai. Kriteria : a. Kemampuan orientasi terhadap

orang, ruang dan waktu baik b. Mampu mengambil keputusan c. Mampu menunjukkan perilaku

yang sesuai d. Kemampuan kognitif baik dan

sesuai

Ongoing Kaji perubahan lanjut gangguan proses pikir pasienTherapeutic a. Anjurkan pasien untuk memverbalisasikan apa yang dipikirkan pada orang tepat b. Anjurkan pasien untuk belajar mempunyai alasan rasional dari setiap tindakan

yang dipilihc. Beritahukan status pasien saat ini, lalu dukung pasien untuk memutuskan akan

dirawat atau tidakd. Tunjukkan perilaku yang konsisten terhadap pasiene. Hindarkan tindakan yang menyalahkan pasien f. Informasikan pada keluarga untuk berperilaku yang sesuai dan memahami

kondisi pasien

38

Page 39: BAB I - IV ca otak

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

Pascaoperatif Resiko penurunan kapasitas adaptasi intrakranial berhubungan dengan penurunan perfusi serebral akibat peningkatan tekanan intrakranial pasang VP shunt, didukung data : pasien pasca pembedahan VP shunt, ada tumor pada Ventrikel III dan hidrosepalus.

Pasien mampu mempertahankan kapasistas adaptasi intracranial secara optimal. Criteria : a. Perfusi jaringan serebral optimal

1) Fungsi neurologi baik2) Tidak ada nyeri kepala 3) Tidak ada penurunan kesadaran 4) Kemampuan kognitif baik

b. Status neurologi optimal1) Kemampuan kognitif baik 2) Fungsi sensorik motorik baik 3) Nadi 60 – 100x/mt kuat 4) Tekanan darah sistolik 100 –

120 mmHg5) Tekanan darah diastolic 70 – 90

mmHg6) Kemampuan komunikasi baik

Ongoing a. Kaji tanda vital b. Kaji status neurologi ( kesadaran, pupil, motorik, sensorik, postural rigiditas )c. Kaji tanda pningkatan tekanan intracranial ( muntah proyektil, nadi cepat dan

respirasi menurun) terutama setelah aktivitasd. Kaji kepatenan VP shunt

Therapeutic a. Pertahankan suhu tubuh normal b. Lakukan pemijatan shunt jika tidak lancarc. Pertahankan posisi elevasi kepala 30o ( hindarkan fleksi leher)d. Anjurkan pasien tidak melakukan valsava maneuver ( saat perubahan posisi,

batuk, megejan) e. Hindarkan stimulus lingkungan yang memicu peningkatan tekanan intracranial

( gaduh, stress, panas, dll)f. Kolaborasi terapi untuk menurunkan TIKg. Ukur balance cairan

Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri pada jalur VP shunt, didukung data : pasien pasca VP shunt ( ditambath data yang seharus dikaji meliputi gambaran tanda vital, keluhan nyeri dan aktivitas pasien).

Pasien terhindar dari infeksi.Kriteria : Tidak ada tanda infeksi ( demam, inflamasi, nyeri tekan, dan mual-muntah)

a. Kaji patensi shunt b. Kaji tanda vital c. Kaji tanda infeksi d. Segera lakukan kultur darah jika ada tanda infeksi e. Pertahankan posisi kepala 30of. Pertahankan tirah baring hingga minimal 72 jam g. Jelaskan posisi yang dapat memperlancar shunt seperti tidur miring kearah yang

berlawanan dengan posisi shunt, cegah leher fleksi)h. Kolaborasi antibiotik

39

Page 40: BAB I - IV ca otak

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Data pengkajian pada kasus Anak B ( 17 tahun ) menunjukkan bahwa

pasien mengalami tumor hipofise/pineal dan tumor ventrikel III dengan

hidrosepalus. Menurut Black & Hawks ( 2009), tumor pada hipofisis atau

pineal akan meluas pada ventrikel III. Maka pada kasus ini sangat sesuai,

karena awal pasien mengalami tumor pineal yang akhirnya meluas pada

ventrikel III. Hidrosepalus pada kasus ini dapat terjadi karena adanya

sumbatan sirkulasi Cairan Serebro Spinal ( CSS ) pada ventrikel.

Berdasarkan tanda dan gejala yang timbul, yaitu manifestasi

gangguan memori, proses pikir dan gangguan penglihatan merupakan

tanda pasti adanya gangguan pada pineal dan ventrikel. Lewis.et.al

( 2011) dan Black & Hawks ( 2009), menyatakan bahwa pada tumor

pineal akan terjadi deficit penglihatan, gangguan hormonal, nyeri kepala

hebat, gangguan tidur, fluktuasi suhu tubuh, gangguan keseimbangan

cairan gan metabolisme tubuh, sedangkan pada tumor ventrikel akan

mengalami peningkatan TIK akibat hidrosepalus.

Implikasi konsep pengkajian keperawatan pada kasus Anak B

( 17 tahun ) tampak belum komprehensif. Hal ini dapat dianalisis

berdasarkan temuan data pada kasus tersebut. Jika disesuaikan dengan

konsep yang seharusnya, ada beberapa dat pengkajian yang perlu

dilengkapi, di antaranya :

a. Riwayat kesehatan masa lalu, seperti riwayat paparan karsinogenik,

riwayat tumbuh kembang yang menjadi predisposisi kanker, riwayat

penyakit keluarga yang menjadi salah satu aspek genetic, riwayat

pengobatan di masa lalu. Riwayat paparan karsinogenik, medikasi dan

genetic menjadi aspek penting yang harus di kaji karena hal tersebut

mengidentifikasi adanya predisposisi kanker yang sedang terjadi

( Rubin & Williams, 2001). Berdasarkan data riwayat kesehatan, kita

40

Page 41: BAB I - IV ca otak

dapat memprediksi apakah kanker merupakan penyebab primer atau

merupakan metastase dari kanker/tumor lain. Black & Hawks ( 2009)

menyatakan bahwa kanker otak dapat merupakan metastase dari

kanker payu dara dan kanker paru.

b. Pengkajian tanda vital. Tanda vital merupakan aspek penting untuk

mengetahui adanya gangguan spesifik pada otak. Pada kondisi

peningkatan TIK akan terjadi elevasi tanda vital yang signifikan.

Peningkatan TIK merupakan masalah kegawatan yang sering terjadi

pada tumor otak di tiap lokasi otak karena adanya tambahan massa

akan menyebabkan pertambahan volume cranial ( Black & Jacobs,

2005). Pada kasus ini, peningkatan tekanan intrakranial sangat

mungkin terjadi akibat hidrosepalus meskipun sudah dilakukan

pemasangan VP shunt.

c. Pengkajian tentang gambaran nyeri kepala. Pada kasus tumor di

peneal dan ventrikel akan ternya respons nyeri kepala hebat yang

disebut postural headache (Black & Hawks, 2009).

d. Pengkajian khusus terkait dengan fungsi pineal. Hal yang perlu dikaji

adalah fungsi sistem endokrin, pengaturan suhu dan fungsi nervus

cranial II – II – IV yaitu terkait dengan penglihatan karena pineal

sangat berdekatan dengan syaraf tersebut dan khiasma optikum. Pada

gangguan/ tumor arena pineal rentan terjadi gangguan penglihatan

( Lewis.et.al, 2011; Black & Hawks, 2009). Hana Vakili.et.al ( 2012)

dalam penelitian” Negative Regulation of Human Growth Hormone

Gene Expression by Insulin Is Dependent on Hypoxia-inducible

Factor Binding in Primary Non-tumor Pituitary Cells” menyatakan

bahwa gangguan insulin akan terjadi sebagai respons awal terjadinya

gangguan growth hormone pada tumor pituitari. Maka observasi kadar

gula darah menjadi target pengkajian penting pada tumor ini.

41

Page 42: BAB I - IV ca otak

e. Pengkajian khusus pasca tindakan VP shunt, meliputi tanda vital,

tanda peningkatan tekanan intracranial, tanda infeksi ( demam, nyeri

tekan, inflamasi, mual dan muntah) dan fungsi neurologi umum

(Jill.et.al,2007). Tai-Tong Wong ( 2011), dalam penelitian tentang

“Hydrocephalus with brain tumors in children” menyatakan bahwa

pasca pemasangan VP shunt masih mungkin terjadi peningkatan TIK,

oleh karena itu perlu pemantauan dan pengkajian berkelanjutan. Diana

& John (2013) dalam penelitian tentang” Ventriculoperitoneal Shunt

Infections in Adult Patients” menyatakan bahwa pengkajian tanda

vital juga penting untuk menetukan adanya infeksi pada VP shunt,

karena infeksi merupakan masalah utama pada pasien dengan

pemasangan shunt.

Pengkajian keperawatan pada pasien dengan tumor / kanker otak

difokuskan pada penyediaan data dasar terkait dengan status neurologi

pasien , yang harus disajikan secara realistis dan lengkap ( Ansell.et.al,

2013). Tujuan pengkajian keperawatan pada pasien dengan tumor/kanker

otak adalah untuk menentukan level rencana keperawatan yang tepat

sesuai masalah yang terjadi pada pasien ( American Brain Tumor

Association ( ABTA), 2013) .

Menurut Lewis.et.al. ( 2011), focus pengkajian pada tumor/kanker

otak meliputi tingkat kesadaran ( Level of Conciousness/LOC),

kemampuan motorik, kemampuan persepsi sensorik, fungsi bowel and

bladder, koordianasi dan keseimbangan, kemampuan koping pasien dan

keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Black & Jacobs ( 2005) yang

menyatakan bahawa pengkajian pada tumor otak meliputi pengkajian

riwayat kesehatan ( masa lalu, kesehatan keluarga, riwayat psikososial),

pemeriksaan fisik ( saraf cranial, tanda vital, fungsi tiap sistem tubuh),

status mental ( kesadaran, orientasi, memori, sikap dan perilaku,fungsi

kognitif, kemampuan komunikasi, judgement ang insight), sistem

42

Page 43: BAB I - IV ca otak

motorik, serta sistem sensorik perepsi. Secara khusus, pengkajian

tentang manifestasi klinis sesuai lokasi tumor merupakan hal penting yang

harus ada dalam data pengkajian.

Alex Molassiotis.et.al ( 2010), dalam penelitiannya tentang

“Symptom experience in patients with primary brain tumours: A

longitudinal exploratory study” menyatakan bahwa kondisi fatique dan

gangguan kognitif merupakan manifestasi yang harus dikaji pada

penderita tumor otak. Hal ini terjadi karena secara umum, otak akan

terganggu dan sebagian besar fungsi kognitif akan mengalami penurunan

fungsi yang nyata dapat diamati, baik pada penderita baru maupun

penderita lama.

Cahill.et.al (2012), dalam penelitian tentang “Brain Tumor

Symptoms as Antecedents to Uncertainty: An Integrative Review”

menyatakan bahwa pengkajian keperawatan seharusnya sampai pada

masalah distress dan kondisi kecemasan pasien. Kedua hal ini merupakan

pemicu terjadinya peningkatan metabolisme otak yang memungkinkan

akan terjadi peningkatan TIK yang merupakan manifestasi utama yang

berbahaya pada tumor otak.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan preoperasi pada kasus anak B, meliputi

gangguan perfusi jaringan serebral dan gangguan proses pikir. Kedua

diagnosis keperawatan ini saling berhubungan karena masalah tersebut

bersumber pada adanya tambahan volume intrakranial yang

menyebabkan penekanan dan gangguan fisiologis lokal dan sistemik

pada area otak yang tertekan.

43

Page 44: BAB I - IV ca otak

Diagnose keperawatan lain yang dapat terjadi pada preoperasi

adalah :

a. Kecemasan dan takut berhubungan dengan ketidaktahuan hasil dari

operasi tumor otak. Kecemasan merupakan masalah penting yang

harus di atasi karena adanya kecemasan akan meningkatkan resiko

komplikasi pascaoperasi seperti gangguan hemodinamik dan resiko

peningkatan TIK.

b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur dan perawatn

baru. Hal ini sering terjadi karena pasien akan menggunakan VP

shunt dalam waktu lama sehingga pasien harus mengetahui cara

perawatan VP shunt dan kondisi yang memerlukan bantuan tim

kesehatan untuk menghindari terjadinya peningkatan tekanan

intrakranial.

c. Risiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan SIADH.

Penekanan tumor pada pituitari merangsang pengeluaran ADH

berlebih sehingga terjadi retensi natrium dan air yang semakin

meningkatkan volume sirkulasi dan mencetus peningkatan TIK.

Diagnosis keperawatan pascaoperasi pada kasus anak B, difokuskan

pada penurunan kemampuan adaptasi intrakranial akibat masih adanya

tumor pineal dan ventrikel III serta kemungkinan adanya peningkatan TIK

akibat saluran VP shunt yang tidak lancar dan resiko infeksi akibat invasi

bakteri pada jalur shunt.

Diagnosis keperawatan lain yang dapat diangkat pada pasca operasi

adalah :

a. Risiko kekurangan cairan berhubungan dengan diabetes insipidus

neurogenik pascaoperasi. Resiko/aktual kekurangan cairan. Masalah

ini dikarenakan terjadi diabetes insipidus akibat gangguan sekresi

ADH oleh pituitari pascareseksi. Akibatnya terjadi pengeluaran

44

Page 45: BAB I - IV ca otak

cairan tubuh yang berlebihan melalui urine sehingga tubuh dapat

mengalami kekurangan cairan.

b. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. Nyeri akibat luka

akan terjadi hingga drainase luka selesai dan terjadi penyembuhan

luka. Nyeri segera diatasi karena setiap orang punya kebutuhan untuk

bebas nyari. Elevasi tanda vital merupakan indikasi nyeri. Nyeri

dapat meningkatkan metabolisme otak yang berperan juga dalam

peningkatan TIK.

Secara teori masih banyak diagnosis keperawatan lain yang menjadi

alternative baik diagnosis fisik maupun psikososial sehingga perlu

dilakukan pengkajian lebih komprehensif. Diagnosis keperawatan yang

berkaitan dengan kebutuhan fisilogis seperti gangguan tidur, gangguan

aktivitas, nyeri kepala, gangguan perawatan diri,resiko kejang dan lain-

lain sesuai manifestasi yang muncul merupakan masalah pasien dengan

tumor otak ( lewis.et.al ( 2011). Gangguan psikososial yang dapat dialami

pasien dengan tumor otak adalah kecemasan, mekanisme koping tidak

adekuat dan ketidakberdayaan ( Lewis.et.al, 2011 ; Black & Jacobs,

2005).

Ford.et.al ( 2012), dalam penelitian tentang” Systematic review of

supportive care needs in patients with primary malignant brain tumors”

menyatakan bahwa secara general pasien tumor otak mengalami masalah

psikososial, maka kebutuhan akan dukungan secara psikososial

merupakan hal rimer yang perlu didapatkan pasien dengan tumor otak.

45

Page 46: BAB I - IV ca otak

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan pada pasien tumor otak difokuskan pada

meningkatkan kualitas hidup pasien.

Preoperasi

Pada kasus Anak B, rencana keperawatan preopreasi bertujuan

untuk memperbaiki perfusi serebral pasien, dan meningkatkan

kemampuan proses pikir pasien.

a. Memperbaiki perfusi jaringan serebral.

Penurunan perfusi jaringan serebral pada kasus ini karena adanya

massa tumor pada pineal hingga meluas ke ventrikel dan karena

adanya hidrosepalus akibat sumbatan ventrikel III. Hal ini

menyebabkan peningkatan tekanan intracranial serta menyebabkan

perfusi darah pada area tertekan. Akibatnya timbul berbagai

manifestasi klinik lokal dan sistemik akibat peningkatan tekanan

intrakranial tersebut. Tindakan utama yang harus dilakukan dengan

mengambil tumor dari area intrakranial tersebut dengan pembedahan

dan dukungan terapi lain seperti radioterapi dan kemoterapi.

Pada kasus ini, rencana keperawatan untuk memperbaiki perfusi

jaringan serebral preoperasi bersifat supportif sambil menunggu

pembedahan, meliputi monitoring tanda vital, kaji status neurologi

( kesadaran, nervus cranial II-III-IV dan V, motorik, sensorik),

mempertahankan suhu tubuh normal, hindarkan valsava manuver

( saat perubahan posisi, batuk, megejan), berikan posisi supine dengan

elevasi kepala hingga 30o, berikan lingkungan yang aman dari cidera,

berikan pertolongan jika ada reaksi mual muntah akibat nistagmus,

hindarkan stimulus lingkungan yang memicu peningkatan metabolisme

otak ( gaduh, stress, panas, dll), kolaborasi terapi lanjutan tumor.

Prinsip penatalaksanaan pada gangguan perfusi serebral adalah

menurunkan tekanan intrakranial, mencegah stimulus yang dapat

46

Page 47: BAB I - IV ca otak

meningkatkan metabolisme otak sehingga area otak akan semakin

hipoksia serta menghilangkan penyebab primer gangguan perfusi

serebral ( Black & Hawks, 2009 ).

b. Meningkatkan kemampuan proses pikir.

Meningkatkan kemampuan proses pikir yang sesuai pada pasien

merupakan hal penting karena pasien dengan gangguan proses pikir

akan mengalami banyak kendala dalam menghadapi berbagai masalah

dalam hidupnya. Gangguan proses pikir yang kronis menyebabkan

ketidakberdayaan psikologis dan menimbulkan distress yang hebat.

Jika dikaitkan dengan patologi tumor, ketika seseorang mengalami

distress maka pasien akan semakin mengalami penurunan daya tahan

dan perkembangan tumor semakin pesat ( Rubin & Williams, 2001).

Beberapa tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan proses

pikir adalah dengan mengajarkan verbalisasi pikiran, belajar

mengambil keputusan, belajar rasionalitas, support sistem keluarga,

contoh perilaku benar yang konsisten dari orang disekitarnya

( keluarga dan tim kesehatan ), dan menyediakan lingkungan kondusif

bagi pasien ( Johnson.et.al, 2012 ; Gulanick & Myers, 2011).

Alex Molassiotis.et.al ( 2010 ), dalam penelitian tentang

“Symptom experience in patients with primary brain tumours: A

longitudinal exploratory study” menyatakan bahwa intervensi yang

dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan proses pikir pasien

dengan tumor otak adalah dengan mengajak pasien pada situasi yang

sebenarnya ( situasi nyata kondisi pasien), mengajarkan pengambilan

keputusan dari berbagai pilihan dan menyediakan lingkungan yang

optimal untuk belajar konsisten dan rasional.

Tindakan keperawatan lain yang direkomendasikan untuk

memperbaiki gangguan proses pikir pasien adalah dengan art therapy

dan recreational therapy. Tindakan ini dianggap signifikan

47

Page 48: BAB I - IV ca otak

meningkatkan kemamuan proses pikir pasien dengan tumor otak

( ABTA, 2013). Aplikasi dalam kasus dapat dilakukan dengan

menggunakan art therapy dan recreational therapy dalam mengajak

pasien belajar mengambil keputusan, berpikir rasional dan verbalisasi

pikiran.

Ford.et.al ( 2012), dalam penelitian tentang” Systematic review of

supportive care needs in patients with primary malignant brain

tumors” menyatakan bahwa tindakan mengajarkan pasien untuk belajar

mengambil keputusan dan berkomunikasi verbal secara teru menerus

penting dilakukan untuk memperbaiki fungsi kognitif yang

mengganggu proses pikir pasien dengan tumor otak.

Pascaoperasi

Rencana keperawatan pascaoperasi bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan adaptasi intrakranial dan mencegah terjadinya infeksi pada

jalur shunt.

a. Meningkatkan kemampuan adaptasi intrakranial.

Rencana keperawatan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi

intrakranial meliputi monitoring tanda vital, monitoring status

neurologi ( kesadaran, pupil, motorik, sensorik, postural rigiditas ),

monitoring tanda peningkatan tekanan intrakranial ( muntah proyektil,

nadi cepat dan respirasi menurun) terutama setelah aktivitas,kaji dan

pertahankan kepatenan VP shunt, pertahankan suhu tubuh normal,

pertahankan posisi elevasi kepala 30o ( hindarkan fleksi leher),

hindarkan valsava maneuver ( saat perubahan posisi, batuk, megejan),

hindarkan stimulus lingkungan yang memicu peningkatan tekanan

intrakranial ( gaduh, stress, panas), dan kolaborasi terapi untuk

menurunkan TIK ( Johnson.et.al, 2012 ; Gulanick & Myers, 2011;

Lewis.et.al, 2011).

48

Page 49: BAB I - IV ca otak

Mempertahankan patensi VP shunt adalah tindakan yang penting

untuk mencegah terjadinya sumbatan. Sciaretta.et.al. ( 2010 ), dalam

penelitian tentang “Surgical Repair of Persisting CSF Leaks Following

Standard or Extended Endoscopic Transsphenoidal Surgery for

Pituitary Tumor” pada pemasangan VP shunt akan rentan terjadi

sumbatan ulang akibat shunt yang tidak paten sebesar 1,2% dari

seluruh kejadian. Kondisi ini dapat menimbulkan peningkatan tekanan

intrakranial.

b. Mencegah infeksi

Tindakan pencegahan infeksi merupakan hal yang penting karena

bila terjadi infeksi pada jalur pemasangan shunt maka harus dilakukan

pengangkatan dan penggantian shunt yang baru. Beberapa tindakan

yang perlu dilakukan adalah monitoring tanda vital, jaga patensi shunt,

kaji adanya tanda infeksi dan pertahankan posisi drainase yaitu posisi

elevasi leher dan batasi aktivitas.

Betz &Sowden ( 1997 ), mengemukakan bahwa infeksi dapat

terjadi karena rekasi inflamasi oleh iritasi akibat aktivitas yang tidak

terkendali yang mempengaruhi posisi shunt. Oleh karena itu

mempertahankan tirah baring hingga 72 jam pasca pemasangan shunt

sangat direkomendasikan.

Diana & John (2013), dalam penelitian tentang

“Ventriculoperitoneal Shunt Infections in Adult Patients” menyatakan

bahwa selain pemberian antibiotik, maka perlu dilakukan upaya

batasan aktivitas dan memastikan kelancaran aliran shunt. Hal ini

sesuai dengan peran perawat yang disampaikan oleh Jill.et.al ( 2007)

dan Wong ( 2004), bahwa perawat berperan dalam mengobservasi

kepatenan drainase shunt dengan selalu mengkaji tanda peningkatan

TIK, karena jika drainase tidak lancar maka akan muncul manifestasi

peningkatan TIK.

49

Page 50: BAB I - IV ca otak

Berdasarkan pembahasan di atas maka tampak bahwa tujuan rencana

keperawatan secara umum pada pasien dengan kanker/tumor otak, adalah

( Black & Hawks, 2009; Lewis.et.al., 2009) :

a. Mempertahankan TIK normal

b. Memaksimalkan fungsi neurologi.

c. Mencapai kontrol terhadap nyeri dan tidak nyaman.

d. Waspada terhadap pengaruh jangka panjang dengan penekanan

terhadap prognosis dan fungsi kognitif dan fisik.

Perawatan pada pasien dengan tumor otak memerlukan keterampilan yang

unik. Menurut Lewis.et.al ( 2011 ), prinsip dalam melakukan tindakan

keperawatan pada tumor otak, meliputi :

a. Jadilah fasilitator antara pemberi asuhan/care giver pasien dengan

pasien dan keluarga agar memahami situasi yang sedang dihadapi ,

tumor metastatik atau primer di lobus frontal dapat menyebabkan

perubahan perilaku dan kepribadian. Kehilangan kontrol emosi,

bingung, disorientasi, kehilangan memori, impulsivitas dan depressi

dapat menjadi tanda lesi lobus frontal.

b. Lindungi pasien dari kemungkinan bahaya, pada saat klien menjadi

agresif pertimbangakn juga perlindungan diri bagi perawat.perhatikan

benar-benar aktivitas klien, gunakan pembatas bed, pertimbngkan

penggunaan fiksasi, berikan therapi sedasi yang sesuai, lakukan

pendekatan dengan lembut.

c. Minimalkan stimuli lingkungan, ciptakanorientasi yang realitas dan

rutin pada klien, masalah perseptual terkait dengan lobus frointal dan

parietal dapat mendukung disorientasi klien dan kebingungan.

d. Lakukan perlindungan pada klien jika ada kejang, berikan therapi anti

kejang, karena kejang terkait dengan tumor otak harus dikelola

50

Page 51: BAB I - IV ca otak

dengan obat antikejang. Beberapa perilaku muncul berhubungan

dengan akibat masalah kejang.

e. Perubahan mobilitas, dukung klien untuk mandiri sebanyak mungkin

sebab hal ini membantu gambaran diri positiuf klien. Disfungsi

motorik dan sensorik merupakan masalah yang seringkali

mengganggu aktivitas sehari-hari.

f. Usahakan untuk membuat komunikasi yang baik mengingat dan

menetapkan sistem komunikasi yang membantu antara klien, care

giver dan keluarga. Keterbatasan bahasa dapat terjadi pada klien

dengan tumor otak. Disfasia Motorik (ekspressif) atau sensorik

(reseptif) gangguan ini dapat membuat klien frustasi.

g. Dukung klien untuk makan, kaji status nutrisi karena kemungkinan

penurunan intake nutrisi terkait dengan ketidakmampuan klien untuk

makan, kehilangan nafsu makan dan selera makan.

4. Trends dan Issue yang Berkaitan dengan Perawatan Tumor / Kanker

Otak ( ABTA, 2013)

a. Paliatif care

Paliative care adalah penatalaksanaan penyakit kronis yang

bertujuan untuk mempertahankan hidup pasien dan mningkatkan

kualitas hidup. Perawatan paliatif pasien tumor otak difokuskan pada

menejemen mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, gejala lain

dan stres akibat tumor otak melalui upaya meningkatkan kualitas

hidup pasien dan keluarga sebagai support system.

Metode perawatan palliative care sedang dikembangkan di

Amerika sebagai perawatan unggulan pada pasien dengan tumor

otak. Tim palliative care terdiri dari Neurologists, Radiologists,

Radiation oncologists, Physical medicine and rehabilitation

specialists, Psychiatrists Surgeons, Nurses, Social workers,

51

Page 52: BAB I - IV ca otak

Nutritionists, Psychologists, yang tersertifikasi tentang palliative

care.

Ranah perawatan meliputi perawatan fisik, psikososial dan

spiritual. Metode ini dirasakan sangat efektif dan menjadi panduan

dalam perawatan penyakit tumor otak di Amerika Serikat.

b. Hospice care

Hospice care adalah sistem perawatan yang menciptakan

kondisi pada pasien untuk menikmati kehidupan dengan damai.

Prinsip hospice care adalah mendampingi pasien untuk menikmati

kehidupannya dengan aman dan damai hingga menju kematian

dengan damai pula.

Hospice care menghadirkan pendampingan yang komprehensif

dalam memenuhi kebutuhan pasien. berbagai profesi kesehatan yang

professional berperan dalam hospice care, terutama perawat. Hospice

care mengutamakan kedamaian pasien, sehingga pengobatan

terhadap hal yang membuat tidak nyaman yaitu nyeri dilakukan

secara terus menerus. Bahkan kadang pemberian analgetik dosis

tinggi menjadi rekomendasi untuk meningkatkan kenyamanan

pasien. pada kondisi tertentu pasien dapat di bawa ke umah sakit

untuk mendapat perawatan kedaruratan, tetapi pada kondisi biasa

perawatan dilakukan di rumah.

52

Page 53: BAB I - IV ca otak

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker otak atau Tumor otak merupakan massa dari sel abnormal yang

tumbuh tidak terkendali di setiap bagian otak yang mengkompresi dan

menginfiltrasi jaringan di sekitarnya sehingga mengakibatkan terjadinya lesi

pada intrakranial dan meningkatkan tekanan intrakranial. Kanker otak dapat

terjadi akibat genetik, paparan karsinogenik dan metastase dari tumor organ

lain. Manifestasi klinis yang muncul meliputi nyeri kepala, gangguan status

mental, mual muntah, papiledema dan tanda spesifik berdasarkan lokasi

tumor dalan bagian otak.

Pengkajian keperawatan pada tumor otak meliputi pengkajian

preoperatif dan pascaoperatif. Pengkajian preoperatif meliputi Tanda vital,

kesadaran, orientasi, kemampuan mengikuti perintah, ukuran dan reaksi

pupil, fungsi saraf kranial, warna dan suhu kulit, kemampuan pergerakan dan

sensasi, manifestasi peningkatan tekanan intracranial, manifestasi fungsi paru,

balan cairan dan elektrolit serta fungsi ginjal, manifestasi klinis tumor sesuai

lokasi. Pengkajian pascaoperatif meliputi tanda vital, tingkat kesadaran dan

kemampuan bicara, kemampuan pergerakan, intake output cairan, darah dan

elektrolit ( glukosa, sodium, potassium, hematokrit, hemoglobin), kaji

perdarahan ( langsung atau melalui drainase ) dan kebocoran CSS pasa area

operasi, kaji perubahan fungsi neurologis setelah operasi.

Diagnosis keperawatan pada tumor/kanker otak meliputi diagnosis

preoperative dan pascaoperatif. Diagnosis preoperatif meliputi gangguan

perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intra

cranial akibat massa tumor atau edema, kecemasan dan takut berhubungan

dengan ketidaktahuan hasil dari operasi tumor otak, kurang pengetahuan tidak

adanya penjelasan tentang penyakit, kurang pengetahuan berhubungan

dengan prosedur dan perawatn baru. Risiko kelebihan volume cairan tubuh

53

Page 54: BAB I - IV ca otak

berhubungan dengan SIADH. Diagnosis pascaoperatif meliputi penurunan

kapasitas adaptasi intracranial berhubungan dengan peningkatan TIK,

hidrosepalus, edema paska eksisi tumor, resiko gangguan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan edema pascaoperasi, perdarahan pascaoperasi,

risiko kekurangan cairan berhubungan dengan diabetes insipidus neurogenik

pascaoperasi, nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan dan resiko infeksi

pada pemasangan shunt.

Rencana keperawatan bertujuan untuk mempertahankan TIK normal,

memaksimalkan fungsi neurologi, mencapai kontrol terhadap nyeri dan tidak

nyaman, waspada terhadap pengaruh jangka panjang dengan penekanan

terhdap prognosis dan fungsi kognitif dan fisik.

Keberhasilan penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan

tumor otak memerlukan kerjasama tim kesehatan secara komprehensif

berdasarkan ilmu yang terkini dan evidence based terutama perawat yang

selalu mendampingi pasien selama 24 jam. Oleh karena itu kemampuan

professional dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosis

keperawatan dengan tepat, membuat rencana keperawatan yang tepat,

melakukan tindakan keperawatan secara professional dan selalu mengevaluasi

perkembangan pasien untuk menentukan rencana lanjutan adalah hal penting

yang selalu harus dikembangkan.

B. Saran

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan

a. Institusi pelayanan kesehatan hendaknya selalu melakukan up date

perkembangan penatalaksanaan pada tumor / kanker otak.

b. Mengembangkan evidence based untuk menemukan tindakan tepat

guna mengatasi masalah pasien dengan tumor/kanker otak.

c. Mengembangkan kemampuan tim kesehatan dalam pengkajian,

diagnosis dan penatalaksanaan terkini pada tumor/kanker otak.

54

Page 55: BAB I - IV ca otak

2. Bagi perawat

Melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan merawat pasien

dengan tumor otak.

Melakukan asuhan keperawatan secara professional berdasarkan ilmu

terkini dan evidence based nursing.

55