bab i - hendra prijatna – pikir, dzikir, ikhtiar · web viewpendahuluan a. latar belakang masalah...

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat Madani Indonesia. Tentunya masyarakat tersebut haruslah berakar dan hidup dalam kebudayaan Indonesia. Memang diakui bahwa suatu masyarakat madani mempunyai nilai-nilai universal, namun perwujuan nilai-nilai universal itu tergantung pada kondisi sosial serta perkembangan suatu masyarakat. Bangsa Indonesia yang berbhinneka sedang dalam tahap belajar untuk hidup berdemokrasi dalam arti yang sebenarnya, memerlukan proses belajar dengan prioritas nilai-nilai tertentu seperti toleransi yang tinggi, rasa kebangsaan yang sehat, ketaatan hukum, serta tanggung jawab sosial. Pembentukan masyarakat madani Indonesia selain meminta usaha-usaha dari dalam, sekaligus pula menghadapi tantangan-tantangan eksternal dalam era globalisasi. Pendidikan dalam hal ini Pendidikan Nasional memegang peranan yang sangat strategis dalam setiap masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan Nasional haruslah didasarkan pada paradigma baru yang bertolak dari pengembangan manusia Indonesia yang merdeka, bermoral dan bertaqwa serta bertanggung jawab. Hal ini 1

Upload: doankhanh

Post on 05-May-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan

Masyarakat Madani Indonesia. Tentunya masyarakat tersebut haruslah berakar

dan hidup dalam kebudayaan Indonesia. Memang diakui bahwa suatu masyarakat

madani mempunyai nilai-nilai universal, namun perwujuan nilai-nilai universal itu

tergantung pada kondisi sosial serta perkembangan suatu masyarakat. Bangsa

Indonesia yang berbhinneka sedang dalam tahap belajar untuk hidup

berdemokrasi dalam arti yang sebenarnya, memerlukan proses belajar dengan

prioritas nilai-nilai tertentu seperti toleransi yang tinggi, rasa kebangsaan yang

sehat, ketaatan hukum, serta tanggung jawab sosial.

Pembentukan masyarakat madani Indonesia selain meminta usaha-usaha

dari dalam, sekaligus pula menghadapi tantangan-tantangan eksternal dalam era

globalisasi. Pendidikan dalam hal ini Pendidikan Nasional memegang peranan

yang sangat strategis dalam setiap masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan

Nasional haruslah didasarkan pada paradigma baru yang bertolak dari

pengembangan manusia Indonesia yang merdeka, bermoral dan bertaqwa serta

bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan USPN No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang

berbunyi :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sistem Pendidiakan Nasional yang sedang dijalankan bangsa Indonesia

harus memperhatikan geostrategis Republik Indonesia yang terdiri dari ribuan

pulau. Masing-masing penghuni pulau tentunya menginginkan kehidupan yang

layak sesuai dengan tuntutan Masyarakat Madani. Hal ini sesuai dengan pendapat

Prof. Dr. Mohamad Zen (2002 : 228) yang menyatakan :

1

Page 2: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

Operasionalisasi Sistem Pendidikan Nasional secara seragam dan menyeluruh ke pelosok tanah air, hendaknya memperhatikan kenyataan yang terdapat di lapangan terutama kenyataan geostrategi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang terdiri dari satu kesatuan laut dengan ribuan pulau di dalamnya memerlukan suatu penataan pendidikan dasar secara desentralisasi dengan memperhatikan karakteristik lingkungan aspek ilmiah (trigatra) yaitu : posisi lokasi dan geografi negara, kekayaan alam dan kemampuan penduduk serta aspek sosial (pancagatra) yang meliputi ; ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan menjadi satu kesatuan yang utuh dalam astagatra sebagai unsur kesatuan nasional.

Reformasi yang digulirkan bertujuan untuk membina masyarakat

Indonesia baru dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita proklamasi tahun 1945

yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis. Masyarakat Indonesia

yang demokratis inilah yang dinamakan masyarakat madani. Masyarakat madani

Indonesia merupakan visi dari gerakan reformasi dan juga visi dari reformasi

Sistem Pendidikan Nasional. Gerakan untuk membentuk masyarakat madani

berkaitan dengan proses demokratisasi yang sedang melanda dunia dewasa ini.

Sudah tentu perwujudan kehidupan yang demokratis untuk setiap bangsa

mempunyai ciri-ciri tertentu disamping ciri-ciri yang universal.

Pertumbuhan masyarakat maju melahirkan kelompok-kelompok

masyarakat yang mandiri. Hal ini didorong oleh sifat fitri manusia yang

membutuhkan pengakuan ats kehadirannya ditengah-tengah masyarakat .

Semakin besar kompleksitas masyarakat akibat pembangunan, makin kuat hasrat

memperoleh pengakuan terhadap kehadiran diri sebagai anggota masyarakat.

Apabila masyarakat diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengaktualisasikan

dirinya dalam mewujudkan aspirasinya secara mandiri, maka timbulah kekuatan

besar dalam masyarakat untuk membangun.

Sebenarnya istilah “masyarakat Madani” sering diperbincangkan oleh

kaum intelektual Indonesia sejak tahun 1990-an, namun agak terbatas dan wacana

ini semakin semarak ketika media massa mempublikasikannya. Munculnya istilah

masyarakat madani merupakan terjemahan dari beberapa perkataan sebagaimana

yang diungkapkan oleh Masykur Hakim (2003 : 13-14) “Pada awalnya istilah

“Masyarakat Madani” merupakan salah satu terjemahan-terjemahan dari istilah

2

Page 3: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

Civil Society seperti “masyarakat sipil”, “masyarakat kewargaan”, dan

“masyarakat warga”. Ernest Gellner pernah menulis sebuah buku berjudul

Condition of Liberty, Civil Society and its Rivals lalu diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia dengan judul Membangun Masyarakat Sipil; Prasarat Menuju

Kebebasan”.

Masyarakat Madani adalah suatu masyarakat yang berbudaya, maju dan

modern, setiap warganya menyadari dan mengetahui hak-hak dan kewajibannya

terhadap negara, bangsa dan agama serta terhadap sesama, dan menjunjung tinggi

hak-hak asasi manusia. Masyarakat Madani adalah suatu masyarakat yang

didambakan oleh banyak orang, bahkan oleh masyarakat dunia. Mereka adalah

gambaran masyarakat yang diidealkan oleh Islam, dan pernah menjadi bagian dari

sejarah Rasulullah ketika beliau memimpin negara Islam pertama di Madinah.

Ciri-ciri pokok masyarakat madani Indonesia adalah : 1) Kesukarelaan,

artinya bukan masyarakat paksaan. 2) Keswasembadaan, artinya tidak

menggantungkan hidup dengan orang lain. 3) Kemandirian, artinya percaya

dengan kekuatan sendiri. 4) Keterkaitan dengan hukum yang disepakati, artinya

mentaati hukum yang berlaku (Tilaar, 2002 : 159).

Kebebasan masyarakat untuk mengaktualisasikan dirinya merupakan

prasarat pokok bagi perkembangan masyarakat maju. Pemberdayaan masyarakat

merupakan konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.

Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat people

centered. Pemberdayaan tidak hanya penguatan individu, tetapi juga pranata-

pranatanya, serta nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, terbuka, dan

bertanggung jawab. Kondisi ini menciptakan manusia kreatif produktif,

berwawasan kemasa depan, dan berdaya unggul.

Masyarakat Madani yang didambakan manausia modern adalah

masyarakat yang pluralistik, memiliki sikap toleran terhadap perbedaan yang ada,

serta dapat memberikan iklim kebebasan yang kondusif untuik mengemukakan

pendapat dan mengepresikan sikap dan pemikirannya, serta menjunjung tinggi

nilai-nilai demokrasi. Misalnya, berkenaan dengan paham pluralisme tidaklah

cukup hanya dengan sikap mengakui realitas masyarakat yang majemuk, tetapi

3

Page 4: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

harus disertai dengan tindakan yang konkrit dan tulus untuk menerima kenyataan

kemajemukkan itu sebagai nilai yang positif dan menghormati kebudayaan

maupun paham yang beragam.

Tulisan ini mengungkapkan dasar pemikiran, kendala-kendala, dan

alternatif strategi untuk menciptakan masyarakat madani Indonesia. Masyarakat

madani Indonesia akan dikembangkan melalui tiga alternatif strategi yaitu : 1)

Strategi pemberdayaan masyarakat, 2) Strategi keterpaduan perencanaan

pendidikan, 3) Strategi keterpaduan IPTEK dan IMTAQ. Berdasarkan uraian

diatas maka penulis memberi judul makalah ini adalah : STRATEGI

MENCIPTAKAN MASYARAKAT MADANI INDONESIA.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Madani Indonesia

2. Apa ciri-ciri masyarakat madani Indonesia

3. Strategi apa yang digunakan untuk menciptkan agar terwujudnya masyarakat

madani Indonesia.

4. Upaya apa yang telah dilakukan pemerintah dalam menciptkan masyarakat

madani Indonesia

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian dalam makalah ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Untuk memberikan penjelasan tentang Masyarakat Madani Indonesia

2. Untuk mengetahui seperti apa sebenarnya masyarakat Madani Indonesia itu

3. Untuk mengidentifikasi strategi yang digunakan untuk menciptakan masyarakat

Madani Indonesia

4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan

masyarakat Madani Indonesia

4

Page 5: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi berbagai

pihak antara lain :

1. Guru (mitra peneliti khususnya), dapat memacu prestasi siswa agar terciptanya

masyarakat Madani Indonesia dimasa yang akan datang.

2. Siswa, dapat meningkatkan kualitas hasil belajar terutama dalam meningkatkan

cinta tanah air dan disiplin nasional

3. Lembaga Pendidikan, menjadi bahan pertimbangan dalam membina

kemampuan tenaga pendidik untuk tetap mengacu terwujudnya masyarakat

Madani Indonesia

5. Pemerintah Indonesia, menjadi bahan masukan bahwa masyarakat Madani

Indonesia harus sesegera mungkin terwujud tanpa harus menunggu waktu

yang terlalu lama. Dan harus disadari tanpa campur tangana pemerintah

masyarakat Madani Indonesia tidak akan dapat terwujud.

5

Page 6: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

BAB IIMASYARAKAT MADANI SEBAGAI AMANAH REFORMASI

A. Pengertian Masyarakat Madani

Kata “Madani” berasal dari unsur serapan Bahasa Arab yaitu “Madaniah”

yang berarti ; tempat /bersifat kekotaan atau beradab/berbudaya. Madanaiah atau

Madinah adalah sebuah Kota suci di Arab Saudi. Dikota inilah Rasulullah

mengembangkan ajaran Islam selama 13 tahun dan sampai akhir hayatnya untuk

mewujudkan masyarakat yang beriman dan sejahtera. Rasulullah telah memulai

pembinaan masyarakat yang sejahtera, aman, damai, demokratis tanpa

membedakan agama, suku, ras. Sehingga orang diluar Islampun mendapat

perlindungan dari Rasulullah. Sehingga pada waktu itu masyarakat Madinah

menyebut kotanya dengan “ Al-mujtama’ al madani .Piagam perdamaian yang

ditandatangani telah menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

pada zaman Rasulullah. Piagam perdamaian itulah yang disebut dengan Piagam

Madinah. Di dalam Piagam Madinah, terdapat 10 prinsip dasar, yaitu :

1. Prinsip kebebasan beragama2. Prinsip persaudaraan seagama3. Prinsip persatuan politik untuk mencapai cita-cita bersama4. Prinsip saling membantu yaitu setiap orang mempunyai kedudukan yang sama

sebagai anggota masyarakat5. Prinsip persamaan hak dan kewajiban warga negara terhadap negara6. Prinsip persamaan di depan hukum bagi setiap warga negara7. Prinsip penegakan hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa

pandang bulu8. Prinsip pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan dan

kebenaran.9. Prinsip pedamaian dan keadilan10. Prinsip pengakuan hak asasi atas setiap orang (Tilaar, 2002:160).

Prinsip Piagam Madinah diatas merupakan ciri masyarakat Madani pada

zaman Rasulullah. Masyarakat Madani Indonesia tentunya tidak akan jauh

perbedaan dengan apa ayang telah dilakukan Rasulullah. Mewujudkan masyarakat

madani Indonesia, yang menuntut pergeseran paradigma masyarakat Indonesia

dewasa ini, tentunya tidak terlepas dari peran pendidikan nasional. Karena dari

sinilah segala persoalan dimulai.

6

Page 7: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

Hal senada tentang masyarakat madani dikemukakan oleh para pakar

pendidikan sosial sebagai berikut :

Secara teroritik untuk memaknai masyarakat madani sering mengacu kepada konsep “civil society” yang dikemukakan Cicero (106-34 SM). Artinya adalah suatu komunitas politik yang beradab seperti di contohkan “masyarakat kota” yang memiliki sistem hukum tersendiri. Sistem ini dikembangkan berdasark pada konsep “civility dan urbanity” (kewargaan dan budaya kota). Kota dalam konsep politik dimaknai lebih luas yaitu sebagai pusat peradaban kebudayaan bukan hanya kumpulan orang-orang untuk hidup bersama. Dalam masyarakat tersebut ada nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi memiliki kekuatan di atas sistem yang di ciptakan oleh masyarakat itu sendiri (Suwarma, 2001:3).

Masyarakat madani dipahami sebagai pengelompokkan dari anggota-

anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri yang dapat dengan bebas dan

egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis mengenai segala hal yang

berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya (Hikam, 1996:84).

Adapun terminologi masyarakat Madani pertama kali dipopulerkan oleh

Prof. Naquib Al-Attas yang secara etimologi mempunyai dua arti : Pertama,

Masyarakat Kota; karena Madani adalah derivat dari kata bahasa arab yakni

Madinah yang berarti kota. Kedua, Masyarakat Berperadaban; karena Madani

adalah juga merupakan derivat dari kata Arab Tammaddun atau Madaniah yang

berarti peradaban. Dalam bahasa Inggris ini dikenal sebagai civility atau

civilization. Maka dari makna ini Masyarakat madani dapat berarti sama dengan

civil siciety yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Nurcholis Madjid, bahwa istilah tersebut

merujuk kepada masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi di Madinah. Dalam

hal ini kita dapat melihat bahwa nurcholis berusaha melakukan pendekatan antara

konsep masyarakat Madani yang tadinya terlahir sebagai reaksi terhadap realitas

kepolitikan Orde Baru dengan Islam, yaitu dengan mengidentikkan masyarakat

Madani dengan masyarakat Rasulullah di Madinah. Hal ini mudah untuk

dimengerti karena sebenarnya konsep masyarakat Madani yang ingin diwujudkan

di negeri ini sebagai acuan masyarakat ideal yang tidak pernah terwujud pada

masa Orde Baru adalah sebuah konsep masyarakat yang menjadi prasyarat

terciptanya alam demokrasi (Petikan internet, …………….)

7

Page 8: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

B. Ciri-Ciri Masyarakat Madani

Cita-cita untuk membentuk masyarakat madani telah merupakan suatu

gerkan internasional sejalan berkembangnya kehidupan berdemokrasi. Bahkan ide

masyarakat madani telah mulai berkembang sejak zaman Yunani klasik. Ciri-ciri

khas dari kehidupan bermasyarakat Indonesia ialah kebhinnekaan. Pada masa orde

baru unsur kebhinnekaan itu cenderung dikesampingkan dan menekankan sifat

kesatuan bangsa. Padahal justru dalam kebhinnekaan itulah terletak kekuatan dari

persatuan bangsa Indonesia. Orde baru telah menghilangkan kekuatan

kebhinnekaan itu dan mencoba menyusun suatu masyarakat yang uniform

sehingga terciptalah suatu struktur kekuasaan yang sangat sentralistik dan

birokratik. Hal ini justru telah mengakibatkan disintegrasi bangsa kita karena

dalam usaha menekankan persatuan kita telah mengenyampingkan perbedaan

melalui cara-cara refresif, berakibat mematikan inisiatif dan kebebasan berfikir.

Cita-cita reformasi yang diinginkan adalah mengakui adanya kebhinnekaan

sebagai modal utama abangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu masyarakat

madani yang menghargai akan perbedaan.

Negara Indonesia terletak dipersimpangan pengaruh budaya Internasional.

Oleh sebab itu bangs Indonesia bukan hanya terjadi dari berbagai suku tetapi juga

dengan berbagai jenis kebudayaan sesuai dengan pengaruh kebudayaan dunia

yang telah memasuki Indonesia sejak berbad abad yang lalu. Dengan demikian

kebudayaan Indonesia terjadi dari lapisan-lapisan budaya dengan ciri-ciri yang

khas yang telah memasuki dan berintegrasi dalam budaya lokal. Kita mengenal

lapisn budaya hindu budha, budaya kristen, budaya Islam, dan kebudayaan global.

Pengaruh kebudayaan ini telah membentuk suatu mozaik kebudayaan yang sangat

kaya dan bervariasi dari kebudayaan Indonesia, sama dengan kebudayaan hayati

yang dimiliki oleh Indonesia.

Seperti yang telah dikemukakan cita-cita untuk membentuk masyarakat

madani telah merupakan suatu gerakan Internasional sejalan dengan

berkembangnya kehidupan berdemokrasi. Bahkan ide masyarakat madani telah

mulai sejak zaman Yunani Kuno. Setidaknya ada empat ciri utama masyarakat

madani, yaitu :

8

Page 9: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

1. Kesukarelaan

Artinya suatu masyarakat madani bukanlah suatu masyarakat paksaan atau

karena indoktrinasi. Keanggotaan masyarakat madani adalah keanggotaan

dari pribadi yang bebas, yang sukarela membentuk suatu kehidupan bersama

dan oleh sebab itu mempunyai komitmen bersama yang sangat besar untuk

mewujudkan cita-cita bersama. Dengan sendirinya tanggung jawab pribadi

sangat kuat karena diikat oleh keinginan bersama untuk mewujudkan

keinginan tersebut.

2. Keswasembadaan

Seperti kita lihat keanggotaan yang sukarela untuk hidup bersama tentunya

tidak akan menggantungkan kehidupannya kepada orang lain. Dan tidak

tergantung kepada negara, juga tidak tergantung kepada lembaga atau

organisasi lain. Setiap anggota mempunyai harga diri yang tinggi yang

percaya akan kemampuan sendiri.

3. Kemandirian Tinggi Terhadap Negara

Berkaitan dengan ciri yang kedua tadi, para anggota masyarakat madani

adalah manusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung kepada perintah

orang lain termasuk negara. Bagi mereka, negara adalah kesepakatan bersama

sehingga tanggung jawab yang lahir dari kesepakatan tersebut adalah juga

tuntutan dan tanggung jawab dari masing-masing anggota. Inilah negara yang

berkedaulatan rakyat.

4. Berdasarkan Hukum

Masyarakat madani adalah masyarakat yang taat dan tunduk terhadap hukum.

Hukum ditegakkan dan semua warga negara tidak ada yang kebal terhadap

hukum. Yang melakukan perbuatan melawan hukum harus ditinda sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini jelas dan tercantum dalam Piagam

Madinah yang berbunyi “Bahwa orang-orang yang beriman dan bertaqwa

harus melawan orang yang melakukan kejahatan diantara mereka sendiri, atau

orang-orang yang suka melakukan perbuatan aniaya, kejahatan, permusuhan

atau berbuat kerusakan diantara orang-orang beriman sendiri dan mereka

harus bersama-sama melawannya walaupun terhadap anak sendiri”.

9

Page 10: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

5. Egaliter

Egaliter artinya kesetaraan. Egalitarian adalah paham yang mempercayai

bahwa semua orang sederajat, semenatara egalitarisme diartikan sebagai

doktrin atau pandangan yang menyatakan bahwa manusia-manusia itu

ditakdirkan sama, sederajat, tidak ada perbedaan kelas dan kelompok. Jadi

masyarakat egeliter adalah masyarakat yang mengemban nilai egalitarisme

dapat digambarkan sebagai masyarakat yang mengakui adanya kesetaraan

dalam posisi di masyarakat dari sisi hak dan kewajiban tanpa memandang

suku, keturunan, ras, agama dan sebagainya.

6. Toleransi dan Pluralisme

Toleransi dan pluralisme adalah bahwa setiap pemeluk agama dituntut bukan

hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain tetapi juga terlibat dalam

usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapai kerukunan dalam

kebhinnekaan. Ide pluralisme sebenarnya berasal dari suatu pemahaman

mengenai masyarakat. Ide ini berasal dari ideologi kapitalisme yang

memandang bahwa masyarakat itu tersusun atas individu-individu yang

mempunyai berbagai aqidah (keyakinan, pandangan), kemaslahatan,

keturunan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu mereka

menganggap telah menjadi keharusan bahwa masyarakat itu majemuk,

masing-masing kelompok memiliki tujuan khusus. Perbedaan yang dimiliki

suatu masyarakat tersebut harus dijaga karena tidak mungkin dapat disatukan.

Begitu pula tentang masalah agama, pluralisme diekspresikan dalam bentuk

dialog antar agama, toleransi secara luas antar umat beragama. Dalam bidang

politik pun mencerminkan ide pluralisme ini, sebagaimana yang terlihat dalam

konstelasi politik barat yang membolehkan partai-partai yang berseberanagan

aqidah untuk berkoalisi melawan partai penguasa. .

7. Keterbukaan

Keterbukaan adalah konsekwensi dari prikemanasiaan, suatu pandangan yang

melihat semua manusia adalah baik, dan harus berprasangka baik kepada

orang lain. Tidak merasa selalu benar, bersedia mendengar pendapat orang

lain untuk diambil dan diikuti mana yang terbaik.

10

Page 11: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

C. Masyarakat Madani Amanah Reformasi

Salah satu amanah reformasi yang paling mendasar adalah tuntutan akan

terwujudnya Masyarakat Madani Indonesia. Di era reformasi sekarang ini, bangsa

Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat Madani Indonesia. Tentunya masyarakat

tersebut haruslah berakar dan hidup dalam kebudayaan Indonesia. Memang diakui

bahwa suatu masyarakat madani mempunyai nilai-nilai universal, namun

perwujuan nilai-nilai universal itu tergantung pada kondisi sosial serta

perkembangan suatu masyarakat. Bangsa Indonesia yang berbhinneka sedang

dalam tahap belajar untuk hidup berdemokrasi dalam arti yang sebenarnya,

memerlukan proses belajar dengan prioritas nilai-nilai tertentu seperti toleransi

yang tinggi, rasa kebangsaan yang sehat, ketaatan hukum, serta tanggung jawab

sosial.

Tujuan digulirkannya reformasi adalah untuk membina masyarakat

Indonesia baru dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita proklamasi

kemerdekaan RI yaitu membangun masyarakat Indonesia yang demokratis.

Masyarakat Indonesia yang demokratis inilah yang dinamakan masyarakat

madani. Masyarakat madani Indonesia merupakan visi dari gerakan reformasi dan

juga visi dari reformasi Sistem Pendidikan Nasional. Gerakan untuk membentuk

masyarakat madani berkaitan dengan proses demokratisasi yang sedang melanda

dunia dewasa ini.

Gaung reformasi terhadap realitas kepolitikan orde baru telah menggiring

pakar ilmu-ilmu sosial melakukan pengkajian paradigma masyarakat ideal dimasa

yang akan datang yaitu masyarakat madani. Gagasan masyarakat madani adalah

sebagai reaksi bagi kecenderungan berbagai analisa terhadap politik di Indonesia.

Menurut pendekatan konsep negara, eksistensi negara digambarkan sebagai

faktor determinan dan paling menentukan proses politik yang berjalan selama

orde baru. Walau akhirnya kekuasaan orde baru yang terajut demikian kukuh

malalui aliansi strategis antara birokrasi golkar dan militer tersebut runtuh.

Pelajaran yang dapat dipetik dari gagalnya orde baru adalah bahwa kemutlakan,

kemahakuasaan negara dan ketidakberdayaan masyarakat hanya akan melahirkan

berbagai praktek distortif yang dapat meruntuhkan berbagai tantangan yang ada.

11

Page 12: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

BAB IIISTRATEGI MENCIPTAKAN MASYARAKAT MADANI INDONESIA

A. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam memberdayakan masyarakat terdapat tiga hal yang perlu dipahami

besama, yaitu :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang.

2. Memperkuat potensi atau pemberdayaan masyarakat

3. Memberdayaklan mengandung pula pengertian melindungi. Artinya dalam

proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah lemah.

Ketiga strategi pemberdayaan diatas bermuara apada tiga langkah, yaitu :

1. Secara konkret pemberdayaan masyarakat diupayaklan melalui pembangunan

ekonomi rakyat

2. Pemberdayaan masyarakat diarahkan pada terwujudnya transformasi struktur

sosial secara bertahap.

3. Pengemabangan kelembagaan melalaui pemberdayaan masyarakat, harus

diupayakan adanya pengembangan kelembagaan. Dalam konteks ini perlu

dilakukan revitalisasi organisasi masyarakat tersebut, sehingga keberadaannya

benar-benar dapat menjadi peluang yang terbuka bagi seluruh anggota

masyarakat untuk ikut serta dalam proses apembangunan.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat.

1. Prinsip keberpihakan (mengutamakan yang terabaikan); dalamm proses

pembangunan kerapkali sebagian besar masyarakat tetap berada dipinggir arus

pembangunan yang berjalkan cepat.

2. Prinsip Penguatan (empowering) masyarakat; dalam konteks ini terkandung

pengertian bahwa masyarakat memiliki akses (peluang kesempatan) dan

kontrol terhadap berbagai keadaan yang terjadi dalam kehidupan sekitarnya.

3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator dan bukan

guru.

4. Prinsip saling belajar dan mengharagai perbedaan; diawali dari adanya

pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat.

12

Page 13: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

5. Prinsip informal; upaya pemberdayaan masyarakat bersifat luwes, terbuka dan

tidak memaksa. Dengan prinsip ini akan timbul hubungan yang akrab, karena

orang luar akan berproses masuk sebagai anggota komunitas, bukan sebagai

tamu asing.

6. Prinsip mengoptimalkan hasil informasi kepada masyarakat; artinya dalam

mengumpulkan informasi tentang suatu komunitas, orang luar harus juga

menyerap pendapat masyarakat tentang informasi yang menurut masyarakat

itu lebih penting dari pada yang dirumuskan orang luar.

7. Prinsip orientral praktis, yaitu pengembangan kegiatan bersama yang diarahkan

pada pemecahan masalah komunitas dan meningkatkan kehidupan bersama.

8. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu; kepentingan dan masalah masyarakat

terus berkembang, bergeser menulis waktu sesuai dengan perubahan yang

dialami oleh masyarakat itu sendiri.

9. Prinsip belajar dari kesalahan; dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat

adalah sesuatu yang wajar.

10. Prinsip terbuka (transparancy); setiap kegiatan harus terbuka, baik informasi,

sumber dana, maupun pengelolaannya sehingga masyarakat ikut bertanggung

jawab atas kegagalan dan ikut menikmati atas keberhasilan.

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, hal yang paling mendasar

adalah memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berbuat yang terbaik, hal

sesuai yang dikemukakan oleh Engking Soewarman Hasan (2001 : 1) “ Apabila

masyarakat diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengaktualisasikan dirinya dalam

mewujudkan aspirasinya secara mandiri, maka timbulah kekuatan besar dalam

masyarakat untuk membangun. Untuk itu kebebasan mayarakat untuk

mengaktualisasikan diri dan mewujudkan aspirasinya merupakan prasarat bagi

perkembangan masyarakat maju”.

B. Keterpaduan Penyelenggaraan Pendidikan

Sistem pendidikan nasional secara terbuka memberi peluang kepada setiap

warga negara untuk mengikuti pendidikan tanpa membeda-bedakan jenis kelamin,

agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi dengan

13

Page 14: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Permasalahan yang masih darasakan di dalam melaksanakan kebijaksanaan

pendidikan nasional adalah sebagai berikut :

1. Pemerataan Kesempatan

Dalam pemerataan kesempatan terkandung tiga arti yaitu : a. persamaan

kesempatan (equality of oppurtunity), b. Aksesibilitas, c. keadilan atau

kewajaran (equity).

2. Relevansi Pendidikan

Relevansi mengandung makna pendidikan harus menyentuh kebutuhan yang

cakupannya sangat luas. Konsep link and match (keterkaitan dan

kesepadanan) merupakan salah satu kebijakan yang mengarah pada relevansi

pendidikan.

3. Kualitas Pendidikan

Kualitas inimengacu kepada kualitas proses dan kualitas produk. Peningkatan

kualitas proses dan produk pendidikan diharapkan akan tercapai tahapan

proses belajar yang terus meningkat berkelanjutan dan ditopang oleh empat

pilar yaitu , learning to know, leraning to do, learning to be, and learning to

live together.

4. Efisiensi Pendidikan

Upaya pendidikan menjadi episien jika hasil yang dicapai maksiomal dengan

biaya yang wajar. Tidak ada pendidikan yang efisien tanpa ada effectiveness.

Upaya semaksimal mungkin untuk menekan biaya pendidikan yang

dikeluarkan oleh masyarakat dengana penghematan.

Keterpaduan penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu

pembinaan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Banyak pihak

yang menginginkan agar pendidikan kita mementingkan intelektual, ada pula yang

menginginkan moral, akhlak, dan ada yang mengambil jalan tengah supaya

kedua-duanya diakomodir. Memang ditengah-tengah euphoria demokrasi selalu

muncul berbagai pendapat. Munculnya perbedaan pendapat, pandangan, konsep

seperti ini merupakan ekspresi yang sudah lama terpendam, supaya pendidikan

nasional direformasi. Karena itulah (Tilaar, 2002: 3) menyebut:

14

Page 15: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

Reformasi pendidikan nasional semakin lama semakin perlu, mengingat proses pendidikan merupakan tuntutan konstitusi yang mengatakan bahwa tujuan untuk membangun negara yang merdeka ini ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa…tujuan kita membentuk negara ialah untuk melahirkan bangsa Indonesia yang cerdas. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pendidikan nasional. dengan demikian sitem pendidikan nasional sangat erat kaitannya dengan politik bangsa.

Hal tersebut adalah contoh nyata keinginan yang berbeda dari masing-

masing kelompok dalam masyarakat yang bhinneka, yang tidak mudah untuk

dapat diakomodir oleh pemerintah dalam satu bingkai yang sama, tunggal ika.

Menyadari hal-hal seperti ini maka ada baiknya pendidikan kita bertolak dari

kebhinnekaan, baik agama, maupun budaya, setiap daerah mempunyai latar

belakang budaya tertentu, memiliki nilai-nilai pendidikan tradisi tertentu pula,

mengapa tidak itu saja yang dikembangkan?

Karena itu sistem pendidikan nasional yang digariskan dalam UU tentang

Sisdiknas, disamping mempersiapkan peserta didik ke arah pencapaian tujuan

tertentu, harus juga memuat/mengatur dan mengakomodir peran pendidikan

(sekolah) dalam mempersiapkan peserta didiknya untuk menghadapi realita sosial

budaya yang ada di lingkungan daerah tempat tinggalnya. Hal ini sesungguhnya

telah diakomodir oleh pemerintah dalam kurikulum 1994, dengan memasukkan

20% kurikulum muatan lokal ke dalam kurikulum sekolah, namun dari

pelaksanaannya selama satu dasawarsa, kurikulum muatan lokal yang dulu

dituntut oleh daerah juga tidak berhasil dengan baik (mungkin gagal), karena

pemerintah dan daerah hanya mempersiapkan kurikulumnya saja, tanpa diiringi

dengan persiapan tenaga guru yang professional untuk itu

Pendidikan dapat menghaluskan dan mempertinggi derajat peserta didik, atau pendidikan budaya merupakan pendidikan yang mempertinggi nilai kemanusiaan. Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia atau menuntun manusia agar tetap berada dalam kodratnya sebagai mahluk manusia. Pendidikan menuntun manusia untuk menyempurnakan rasa, karsa dan ciptanya. Pendidikan dicurahkan untuk menolong insan manusia menyingkap rahasia alam, memupuk bakat serta memimpinnya untuk kebaikan dirinya dan masyarakatnya. (Ki Hajar Dewantara, 1962:318-324)

15

Page 16: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

Tujuan tertentu secara nasional yang harus dicapai oleh peserta didik,

seperti yang digariskan dalam RUU Sisdiknas juga perlu, dalam rangka

mempersiapkan kualitas sumber daya generasi penerus bangsa, apalagi

perkembangan dunia masa depan penuh dengan persaingan global, kalau kita

tidak siap, maka kita akan menjadi bangsa ‘penonton’ saja, bukan bangsa pelaku,

dan lebih parahnya kalau kita menjadi ‘penonton’ di negeri sendiri, bagaimapun

lebih baik bila kita menjadi tuan di negeri sendiri. Pengembangan pribadi di

dalam masyarakat yang berbudaya, baik lokal, nasional, maupun dalam budaya

global, tidak dapat kita elakkan lagi dalam kehidupan global abad 21.

Kita telah melihat kegiatan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat

kita dewasa ini memerlukan paradigm shif untuk memenuhi kehidupan baru

millennium ketiga. Perundanga-undangan yang ada dirasakan tidak memadai lagi

untuk menjawab tantangan baru tersebut. Kehidupan baru dalam millennium

ketiga menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi, antara lain manusia

yang dapat bersaing dalam kehidupan global dan tentunya tetap merupakan

manusia yang bermoral dan bertaqwa. Manusia seutuhnya tersebut tentunya tidak

dapat sepenuhnya diwujudkan melalui lembaga-lembaga sekolah. Ada baiknya

apabila lembaga-lembaga sekolah kita mengkonsentrasikan kepada tugas-tugas

utamanya, ialah mengembangkan kemampuan intelektual generasi mda Indonesia

dalam arti seluas-luasnya, dan tetap dalam koridor manusia Indonesia seutuhnya

yang beriman dan bertaqwa.

Paradigma baru dalam pendidikan di sekolah-sekolah dalam masyarakat

Indonesia bukan berarti membawa pendidikan kita kepada kekeliruan yang selama

ini dilakukan, yaitu intelektualisme yang semu dan kurang memperhatikan

perkembangan seluruh pribadi manusia Indonesia.

Pendidikan adalah suatu kebutuhan bagi setiap warga negara, karena itu

pemerintah harus memenuhi kebutuhan ini, apalagi telah dijamin dalam konstitusi

bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

Menurut Tilaar (2002 : 169-175) strategi pembangunan pendidikan nasional harus

meliputi enam aspek, yaitu: Pertama, Pendidikan dari, oleh dan bersama-sama

masyarakat. Kedua, Pendidikan didasarkan pada kebudayaan nasional yang

16

Page 17: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

bertumpu pada kebudayaan lokal. Ketiga, Proses pendidikan mencakup proses

hominisasi dan proses humanisasi. Keempat, Pendidikan demokrasi. Kelima,

Kelembagaan pendidikan harus menjiwai dan mewujudkan nilai-nilai demokrasi.

Keenam, Desentralisasi manajemen pendidikan nasional.

Karena itu tepatlah apa yang ditulis oleh Fasli Jalal dan Dedi Supriadi

(2001:63):

Pendidikan nasional diharapkan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat Indonesia yang demokratis-religius yang berjiwa mandiri, bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, dan menekankan keunggulan sehingga tercapai kemajuan dan kemakmuran. Tujuan yang demikian mulia ini mempersyaratkan kepedulian keluarga, masyarakat, bersama-sama dengan organisasi dan institusi pendidikan nasional yang mandiri, mampu untuk selalu melakukan inovasi menuju ke suatu system pendidikan nasional yang unggul.

C. Keterpaduan Pembinaan IPTEK dan IMTAQ

Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pada

kemampuannya dalam meningkatkan kualitas sumbser daya manusia dan

menerapkan industrialisasi dalam kehidupan ekonominya. Industrialisasi itu

sendiri berintikan iptek, sedang teknologi merupakan ilmu yang diterapkan dalam

menunjang proses kehidupan sehari-hari. Penerapan teknologi tersebut hanya

dapat dilakukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan untuk meningkatkan taraf

hidup bangsa dengan jalan peningkatan nilai tambah sumber daya manusia.

Sebagai negara yang sedang berkembang, pembangunan Indonesia diarahkan

menuju suatu negara industri. Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan empat

tahapan transformasi teknologi, yaitu :

1. Pemanfaatan teknologi yang sudah ada

2. Integrasi teknologi untuk memproduksi barang-barang baru dengan cara

menciptakan desain baru.

3. Inovasi dan pengembangan teknologi baru dengan menciptakan teknologi tahap

sebelumnya.

4. Penelitian ilmu-ilmu dasar.

17

Page 18: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

Iptek akan menjadi unsur dinamis dan mempunyai peranan yang semakin

intensif dan ekstensif dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Upaya

untuk mengoptimalkan peranan iptek menuntut perhatian yang sungguh-sungguh

terhadap beberapa agenda strategi :

1. Kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan, khususnya dalam menguasai,

mengembangkan, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.

2. Kekayaan sumber daya alam yang kita miliki memerlukan pemanfaatan dan

pengelolaan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan

seluruh bangsa.

3. Penyebaran pemerataan kegiatan pembangunan sampai ke kepulauan dan

daerah terpencil, sehingga memberikan manfaat yang merata pada seluruh

rakyat.

4. Globalisasi di bidang ekonomi sebagai akibat dari perkembangan di bidang

komunikasi, transpormasi dan teknologi produksi menuntut antisipasi melalui

upaya peningkatan daya saing dan jasa terhadap negara-negara lain.

5. Disamping melalui jalur pendidikan sekolah , ilmu pengetahuan dan teknologi

perlu di budidayakan dalam masyarakat. Pembudayaan ini dimaksudkan agar

mereka menjadi masyarakat yang melek iptek, yaitu masyaraklat yang

menyadari bahwa iptek merupakan upaya rasional untuk memahami alam

sekitar mampu berkomunikasi dengan bahasa iptek, dan mampu

mengapresiasikan kebijakan dan isu-isu di bidang iptek.

Tujuan dari Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan

bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa dn berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian iman dan taqwa akan menjiwai

sekaligus menjadi perekat dalam membina kualitas sumber daya manusia yang

berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan agama.

Manusia diberikan akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Karunia inilah yang dapat menghasilkan budaya yang salah satunya tertuang dalam IPTEK. Oleh karena itu, IPTEK sebagai karunia tidak langsung dari Tuhan wajib kita syukuri, bukan untuk didewa-dewakan atau dipertuhankan. Hubungan manusia dengan sesama makhluk diatur oleh Maha Pengatur, sedangkan IPTEK sebagai

18

Page 19: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

karunianya, merupakan instrumen pembantu untuk mencapai kesejahteraan. Melupakan, apalagi mengingkari kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa yang kemudian berpaling kepada IPTEK, merupakan kekufuran, yang akibatnya dapat menimbulkan bencana. (Nursid Sumaatmadja, 2000:76-77).

Manusia agamis, sesuai dengan tuntutan ajaran agamanya, adalah sosok

pribadi yang memiliki solidaritas sosial tinggi, pikiran dan prilakunya berjiwa

demokrasi, berbuat kebijakan dan kesalihan, santun, berbudi pekerti luhur dan

penuh kedamaian, disiplin waktu dan beribadah yang keseluruhannya itu dilandasi

iman dan taqwa. Indikator sosok pribadi tersebut adalah selaras denagan

kandungan tujuan pendidikan nnasional. Oleh sebab itu keterpaduan antara iptek

dan imtaq dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dalam arti

masyarakat madani telah terintegrasikan baik konsep maupun

operasionalisasinya.

19

Page 20: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan

1. Kata “Madani” secara etimologi mempunyai dua arti : Pertama, Masyarakat

Kota; karena Madani adalah derivat dari kata bahasa arab yakni Madinah yang

berarti kota. Kedua, Masyarakat Berperadaban; karena Madani adalah juga

merupakan derivat dari kata Arab Tammaddun atau Madaniah yang berarti

peradaban. Dalam bahasa Inggris ini dikenal sebagai civility atau civilization.

Masyarakat madani dapat berarti sama dengan civil siciety yaitu masyarakat

yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban. Pendapat senada juga

dikemukakan oleh Nurcholis Madjid, bahwa istilah tersebut merujuk kepada

masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi di Madinah.

2. Ciri-ciri Masyarakat Madani adalah sebagai berikut:

a. Kesukarelaan

b. Keswasembadaan

c. Kemandirian Tinggi Terhadap Negara

d. Berdasarkan Hukum

e. Egaliter

f. Toleransi dan Pluralisme

g. Keterbukaan

3. Strategi untuk menciptakan Masyarakat Madani adalah sebagai berikut.

a. Strategi pemberdayaan masyarakat

b. Strategi keterpaduan perencanaan pendidikan

c. Strategi keterpaduan IPTEK dan IMTAQ

B. Saran-Saran

1. Hendaknya setiap komponen dapat membuat strategi untuk mewujudkan

masyarakat Madani Indonesia.

2. Penerapan Masyarakat Madani Indonesia perlu dimodifikasi sesuai dengan

karateristik sasaran yang akan dicapai.

3. Pemerintah diharapkan pro aktif bersama rakyat untuk bersama-sama

membangun Masyarakat Madani Indonesia

20

Page 21: BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR · Web viewPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi sekarang ini, bangsa Indonesia ingin mewujudkan Masyarakat

DAFTRA PUSTAKA

Engking Suwarman Hasan. (2001). Strategi Menciptakan Manusia Yang Bersumber Daya Unggul.[online]. Tersedia :http:// www.Depdiknas.Go.Id

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi (eds). (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta. Adicita Karya Nusa.

H.A.R. Tilaar. (2002). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ki Hajar Dewantara. (1962). Pendidikan. Jogjakarta: Percetakan Taman Siswa

Masykur Hakim dan Tanuwijaya. (2003). Model Masyarakat Madani. Jakarta : Intimedia Cipta Nusantra.

Mohamad Zen. (2002). Orang Laut; Studi Etnopedagogi. Jakarta : Yayasan Bahari Nusantara.

Nursid Sumaatmadja. (2000). Manusia Dalam Konteks Sosial budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Suwarma Al Muchtar. (2001). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung : Gelar Pustaka Mandiri.

Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nosional. Jogjakarta : Media Wacana Press.

21