bab i dan ii luka bakar

18

Click here to load reader

Upload: andy-simarmata

Post on 09-Aug-2015

537 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Luka bakar

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Dan II Luka Bakar

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh di rumah sakit, jenis

yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan

dengan cedera oleh sebab lain. Penyebab luka bakar selain karena api, juga karena pajanan

suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat

tidak langsung dari api banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Alam, 2012).

Luka bakar atau combustio merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena itu

perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Sekitar 12

ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang

berhubungan dengan luka bakar. 1 juta hari hilang setiap tahunnya karena luka bakar

(Brunner&Suddarth, 2002).

Lebih separuh dari kasus kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit harusnya dapat

dicegah. Perawat dapat memainkan peran yang aktif dan pencegahan kebakaran dan luka

bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan UU tentang

pengamanan kebakaran. Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko

tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja pria dan wanita dalam usia kerja juga lebih

sering menderita luka bakar daripada yang diperkirakan lewat representasinya dalam total

populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau

menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini.

Kecelakaan industri juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar.

Berdasarkan pada fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk karya tulis yang

membahas tentang luka bakar beserta asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.

B. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan tujuan

umum dan tujuan khusus sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui masalah asuhan keperawatan pada penyakit luka bakar.

2.Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien dengan luka bakar.

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan luka bakar.

c. Mampu melakukan intervensi keperawatan dan rasional pada pasien dengan Luka

luka bakar untuk mengurangi dan menghilangkan masalah klien.

d. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan luka bakar dilakukan sesuai

rencana atau intervensi yang tepat, pada situasi yang tepat.

e. Mampu melakukan evaluasi dari intervensi yang telah dilakukan pada pasien dengan

luka bakar, untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai atau belum.

1

Page 2: BAB I Dan II Luka Bakar

C. METODE PENULISAN

Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dan dalam

mengumpulkan data, penulis menggunakan metode studi kasus dengan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung pada klien, keluarga klien,

dokter atau kesehatan lain yang ikut merawat dan mengobati klien selama melakukan

keperawatan.

2. Observasi

Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

klien serta ikut dalam memberikan asuhan keperawatan selama melakukan asuhan

keperawatan.

3. Pemeriksaan fisik

Metode pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan kepada klien dimulai dari

ujung kepala sampai dengan ujung kaki (head to toe).

4. Studi dokumentasi

Dengan mempelajari catatan medik, catatan keperawatan yang berkaitan dengan kasus

selama asuhan keperawatan.

5. Studi kepustakaan

Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan judul karya

tulis ilmiah selama pembuatan karya tulis ilmiah.

2

Page 3: BAB I Dan II Luka Bakar

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI

a. Definisi

Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik, atau

bahan kimia maupun suhu yang terlalu rendah. Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan

kedalaman dan luas daerah yang terbakar (Elizabeth, 2009).

b. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air,

klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat

berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (syok hipovolemik)

merupakan komplikasi yang sering terjadi, manifestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini

adalah:

1. Respon Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah

terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume

vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan

ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan

melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan frekuensi

denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung

(Smeltzer, 2002). 

2. Respon Renalis

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume intravaskuler

maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan

bisa berakibat gagal ginjal (Smeltzer, 2002).

3. Respon Gastro Intestinal

Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik (tidak adanya

peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus merupakan

manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat

mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi lambung (dengan

pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stres

fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau vomitus yang berdarah.

3

Page 4: BAB I Dan II Luka Bakar

Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum (ulkus curling) (Smeltzer,

2002). 

4. Respon Imunologi

Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian basis mekanik,

kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan

integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka (Smeltzer, 2002). 

5. Respon Pulmoner

Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat

sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi akibat

panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran

yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen

oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan halogen. Komplikasi

pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup kegagalan akut respirasi dan

ARDS (adult respiratory distress syndrome) (Smeltzer, 2002).

c. Etiologi

Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh

melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik (Smeltzer, 2002). Berikut ini adalah beberapa

penyebab luka bakar, antara lain :

a. Panas (misal api, air panas, uap panas)

b. Radiasi

c. Listrik

d. Petir

e. Bahan kimia (sifat asam dan basa kuat)

f. Ledakan kompor, udara panas

g. Ledakan ban, bom

h. Sinar matahari

i. Suhu yang sangat rendah (frost bite)

d. Klasifikasi Luka Bakar

1.       Kedalaman luka

Berdasarkan kedalaman lukanya luka bakar diklasifikasikan sebagai berikut :

o Luka bakar derajat I.

Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri,

sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan daerah yang

terbakar akan memutih, belum terbentuk lepuhan.

4

Page 5: BAB I Dan II Luka Bakar

o Luka bakar derajat II.

Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau

keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi

putih dan terasa nyeri.

o Luka bakar derajat III.

Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan

lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang

terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar

melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh tidak

timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.

2.       Luas permukaan

Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan metode yaitu :

a.       Kepala 9 %

b.       Badan ; thorak & abdomen anterior 18 %, posterior 18 %

c.       Genital 1 %

d.      Ekstremitas atas masing-masing 9 %

e.       Ekstremitas bawah masing-masing 18 %

3.       Usia

Luka bakar yang bagaimanapun dalam dan luasnya menyebabkan kematian yang lebih

tinggi pada anak – anak di bawah usia 2 tahun dan di atas usia 60 tahun. Kematian pada anak

- anak disebabkan oleh sistem imun yang belum sempurna, pada orang dewasa sering kali

terdapat penyakit sampingan yang dapat memperparahnya.

Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar,

maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada

luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa

menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke

otak dan organ lainnya sangat sedikit.

e. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

Laboratorium : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin,

Protein, Albumin, Hapusan luka, dan Urine lengkap.

Analisa gas darah (bila diperlukan).

Foto rontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi

EKG : untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.

5

Page 6: BAB I Dan II Luka Bakar

CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30

% dewasa dan lebih dari 20 % pada anak (Doenges, 2000). 

f. Penatalaksanaan

Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah 6C: clothing, cooling, cleaning,

chemoprophylaxis, covering, dan comforting :

Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar.

Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir,

hindari hipotermia terutama pada anak dan orang tua. Cara ini efektif sampai dengan 3

jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin sebagai analgesia untuk luka

yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah

vasokonstriksi sehingga memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.

Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.

Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan

risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam

dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan

infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial.

Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka

bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.

Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi

pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.

Comforting: Dapat dilakukan pemberian obat pengurang rasa nyeri (Rosfanty, 2013).

 Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC yaitu:

Airway and breathing

Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana hitam, gagal napas, bulu

hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher

membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang

tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka.

Circulation

Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk

perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas

luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan infus

yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%). Kristaloid dengan

6

Page 7: BAB I Dan II Luka Bakar

dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar

(Rosfanty, 2013).

B. KASUS

Contoh Kasus:

            Ibu M 40 tahun, dirawat 2 hari di RS karena mengalami luka bakar  pada lengan atas

kanan terkena air panas. Ibu M mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, apalagi kalo

digerakkan”. Ketika diperiksa lengan atas kanan klien kelihatan merah dan bengkak. Suami

klien mengatakan bahwa aktivitas seperti berpakaian dibantu oleh keluarga klien. Wajah

klien kelihatan meringis menahan nyeri, dan nafas lebih cepat dari biasanya. Suami klien

mengatakan setiap tengah malam sering bangun dan tidak bisa tidur nyenyak. Mata klien juga

kelihatan merah dan sekitar mata hitam.  Hasil vital sign TD : 100/80 mmHg, Nadi  : 70

X/menit, suhu 37°C.

a. Pengkajian Keperawatan

i)    Biodata Pasien      :     Nama                     : Ibu “M”     Umur                       : 40 tahun     Suku/Bangsa           : Jawa / Indonesia     Status                     : Menikah     Agama                        : Islam     Pendidikan               : SMA     Pekerjaan                  : Guru     Alamat                     : Aek Kanopan     Keluhan utama          : Luka Bakar     Riwayat penyakit dahulu : Tidak diketahui     Riwayat penyakit sekarang : Lengan atas kanan merah dan bengkak   ii) Pemeriksaan Fisik

1.  Keadaan Umum Pasien

- Penampilan : Wajah klien kelihatan meringis menahan nyeri.

- Kesadaran : Compos mentis.

- Vital sign : TD : 110/80 mmHg, Nadi  : 76 x/i, RR: 20 x/i, Suhu : 37 °C.

2.  Kepala

Bentuk kepala : simetris, tidak ada kotoran pada kulit kepala, pertumbuhan rambut merata,

tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.

3.  Kulit

7

Page 8: BAB I Dan II Luka Bakar

Warna kulit sawo matang, turgor kulit cepat, terdapat odem dan kemerahan pada lengan

kanan bagian atas.

4.  Penglihatan

Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal, mata kemerahan, refleks pupil terhadap

cahaya normal, konjungtiva anemis, ketajaman penglihatan normal.

5.   Penciuman/Penghidung

Simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada peradangan, tidak ada polip.

6.   Pendengaran/Telinga

Bentuk daun telinga simetris, letaknya simetris, fungsi pendengaran baik, ada serumen.

7.  Mulut

Warna bibir kemerahan, kering, gigi bersih, fungsi pengecapan baik.

8.  Leher

Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, ROM baik.

9.   Dada/Pernafasan

Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada bunyi/irama pernapasan

tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, tidak ada bunyi jantung.

10.   Abdomen

Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada peningkatan peristaltik usus, ada nyeri tekan,

tidak ada odem.

11.  Sistem Reproduksi

Tidak ada pengeluaran cairan.

12.   Ekstremitas Atas/Bawah

Bentuk simetris, tidak ada pembatasan gerak, ada odem pada lengan kanan bagian atas, tidak

ada varises, ada nyeri dan kemerahan pada lengan kanan bagian atas, tidak ada kelemahan

tungkai.

iii) Pengelompokan Data

      1) Data Obyektif

            - Lengan atas kanan merah dan bengkak.

            - Wajah klien kelihatan meringis menahan sakit.

            - Mata klien tampak merah.

     - Hasil vital sign TD : 110/80 mmHg, Nadi  : 76 X/menit, suhu 37°C.

2) Data Subyektif

- Ibu “M” mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, apalagi kalo digerakkan

8

Page 9: BAB I Dan II Luka Bakar

- Suami klien mengatakan, aktivitas seperti berpakain dibantu oleh keluarga klien

   - Suami klien mengatakan klien sering bangun tengah malam dan susah tidur nyenyak

iv) Analisis data

No Data Etiologi Problem

1 DO :Wajah klien kelihatan meringis menahan sakitDS  : Ibu M mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, apalagi kalo digerakkan”

Inkontinuitas jaringan kulit

Nyeri akut

2 DO : Mata klien tampak merah.DS : Suami klien mengatakan bahwa klien sering bangun tengah malam dan tidak bisa  tidur dengan nyenyak

Restrain fisikGangguan pola

tidur

3 DO  : Lengan atas kanan merah dan bengkakDS : Suami klien mengatakan bahwa aktivitas seperti berpakaian dibantu oleh keluarga klien

NyeriDefisit

Perawatan diri:berpakaian*

b. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan inkontinuitas jaringan kulit.

Defisit perawatan diri : berpakaian* berhubungan dengan nyeri.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik.

c. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan  kriteria

hasil

Intervensi Rasionalisasi

1 Nyeri akut

berhubungan

dengan

inkontinuitas

jaringan kulit.

Klien dapat

mendemonstrasikan

hilang dari

ketidaknyamanan.

Kriteria evaluasi :

1. Melaporkan nyeri

berkurang/terkontrol.

2. Menunjukan espresi

wajah/postur tubuh

rileks.

3. Berpartisipasi

dalam aktivitas dan

   Kolaborasi dengan

dokter dalam

memberikan

analgesik

sedikitnya 30 menit

sebelum prosedur

perawatan luka.

   Bantu dengan

pengubahan posisi

setiap 2 jam bila

diperlukan.

   Analgesik diperlukan

untuk memblok rasa nyeri.

  

Menghilangkan tekanan

pada tonjolan tulang

dependen.

9

Page 10: BAB I Dan II Luka Bakar

tidur/istirahat dengan

tepat.

2 Defisit

perawatan

diri :

berpakaian*

berhubungan

dengan nyeri.

Klien akan mengalami

penurunan

berkurangnya

kemampuan diri dan

akan memperlihatkan

peningkatan

partisipasi dalam

perawatan diri.

   Kaji kemampuan

klien dalam

melakukan

perawatan diri.

   Meningkatkan perawatan

diri klien

3 Gangguan

pola tidur

berhungan

dengan

restrain fisik.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 8 jam pada ibu

“M”, maka gangguan

pola tidur akan

berkurang atau hilang.

untuk mencapai tujuan

antara lain :

   Klien bisa tidur

dengan nyenyank

   Mata pasien tidak

tampak merah dan

disekitar mata tidak

kehitaman.

   Pasien perlu

ditenangkan untuk

dapat beristirahat.

Sediakan

kesempatan klien

untuk bisa

menghirup udara

segar, latihan

ringan dan

lingkungan yang

dapat di toleransi

pasien.

   Meningkatkan rasa

mengantuk atau keinginan

untuk tidur.

10

Page 11: BAB I Dan II Luka Bakar

d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Tgl Jam Implementasi Evaluasi

1 28/01/2013 07.30

08.00

08.30

10.00

12.00

13.00

14.00

Timbang terima klien.

Merapikan / membersihkan tempat

tidur dan lingkungan klien.

Bersama dengan dokter merawat

luka pada daerah luka bakar.

Melaksanakan observasi tensi

110/80 mmHg, Nadi  : 76 x/menit,

suhu 37 °c.

Membantu membawakan pasien

makanan.

Membantu klien meminum obat.

Menjelaskan pada klien tentang :

1.      teknik untuk mengurangi nyeri,

upaya mencegah infeksi, pentingnya

nutrisi dan kebutuhannya.

S:  Mengatakan lukanya

sudah mendingan.

O: Combustio AB 4,5 %

suhu 37 °c, Nadi 76 x /

menit.

A: Tujuan belum

tercapai.

P: Intervensi dilanjutkan.

2 29/01/2013 07.30

08.00

08.30

10.00

12.00

13.00

14.30

Timbang terima klien.

Merapikan / membersihkan tempat

tidur dan lingkungan klien.

Bersama dengan dokter merawat

luka pada daerah luka bakar.

Melaksanakan observasi tensi

110/70 mmHg, Nadi  : 76 x/menit,

suhu 37 °c.

Membantu membawakan pasien

makanan.

Membantu klien meminum obat.

Menganjurkan klien mencoba

memakai baju sendiri.

S: Mengatakan lukanya

sudah mendingan dan

agak lebih baik.

O: Combustio AB 4,5 %

suhu 37 °c, Nadi 76 x /

menit.

A: Tujuan Tercapai.

P: Intervensi dihentikan.

11

Page 12: BAB I Dan II Luka Bakar

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Luka bakar tidak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil

penanganan harus cepat dilaksanakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan

secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan

pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-

lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama

dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai

masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula

teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk

sembuh bagi penderita luka bakar.

B. SARAN

Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan

sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu

kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak

diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas

terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

12