bab i dan ii luka bakar
DESCRIPTION
Luka bakarTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh di rumah sakit, jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Penyebab luka bakar selain karena api, juga karena pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Alam, 2012).
Luka bakar atau combustio merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena itu
perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Sekitar 12
ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang
berhubungan dengan luka bakar. 1 juta hari hilang setiap tahunnya karena luka bakar
(Brunner&Suddarth, 2002).
Lebih separuh dari kasus kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit harusnya dapat
dicegah. Perawat dapat memainkan peran yang aktif dan pencegahan kebakaran dan luka
bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan UU tentang
pengamanan kebakaran. Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko
tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja pria dan wanita dalam usia kerja juga lebih
sering menderita luka bakar daripada yang diperkirakan lewat representasinya dalam total
populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau
menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini.
Kecelakaan industri juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar.
Berdasarkan pada fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk karya tulis yang
membahas tentang luka bakar beserta asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
B. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan tujuan
umum dan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui masalah asuhan keperawatan pada penyakit luka bakar.
2.Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien dengan luka bakar.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan luka bakar.
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan dan rasional pada pasien dengan Luka
luka bakar untuk mengurangi dan menghilangkan masalah klien.
d. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan luka bakar dilakukan sesuai
rencana atau intervensi yang tepat, pada situasi yang tepat.
e. Mampu melakukan evaluasi dari intervensi yang telah dilakukan pada pasien dengan
luka bakar, untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai atau belum.
1
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dan dalam
mengumpulkan data, penulis menggunakan metode studi kasus dengan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung pada klien, keluarga klien,
dokter atau kesehatan lain yang ikut merawat dan mengobati klien selama melakukan
keperawatan.
2. Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
klien serta ikut dalam memberikan asuhan keperawatan selama melakukan asuhan
keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Metode pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan kepada klien dimulai dari
ujung kepala sampai dengan ujung kaki (head to toe).
4. Studi dokumentasi
Dengan mempelajari catatan medik, catatan keperawatan yang berkaitan dengan kasus
selama asuhan keperawatan.
5. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan judul karya
tulis ilmiah selama pembuatan karya tulis ilmiah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI
a. Definisi
Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik, atau
bahan kimia maupun suhu yang terlalu rendah. Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
kedalaman dan luas daerah yang terbakar (Elizabeth, 2009).
b. Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air,
klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (syok hipovolemik)
merupakan komplikasi yang sering terjadi, manifestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini
adalah:
1. Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan
ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan
melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan frekuensi
denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung
(Smeltzer, 2002).
2. Respon Renalis
Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume intravaskuler
maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan
bisa berakibat gagal ginjal (Smeltzer, 2002).
3. Respon Gastro Intestinal
Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik (tidak adanya
peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus merupakan
manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat
mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi lambung (dengan
pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stres
fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau vomitus yang berdarah.
3
Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum (ulkus curling) (Smeltzer,
2002).
4. Respon Imunologi
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian basis mekanik,
kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan
integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka (Smeltzer, 2002).
5. Respon Pulmoner
Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat
sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi akibat
panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran
yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur oksida, nitrogen
oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan halogen. Komplikasi
pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup kegagalan akut respirasi dan
ARDS (adult respiratory distress syndrome) (Smeltzer, 2002).
c. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh
melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik (Smeltzer, 2002). Berikut ini adalah beberapa
penyebab luka bakar, antara lain :
a. Panas (misal api, air panas, uap panas)
b. Radiasi
c. Listrik
d. Petir
e. Bahan kimia (sifat asam dan basa kuat)
f. Ledakan kompor, udara panas
g. Ledakan ban, bom
h. Sinar matahari
i. Suhu yang sangat rendah (frost bite)
d. Klasifikasi Luka Bakar
1. Kedalaman luka
Berdasarkan kedalaman lukanya luka bakar diklasifikasikan sebagai berikut :
o Luka bakar derajat I.
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri,
sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan daerah yang
terbakar akan memutih, belum terbentuk lepuhan.
4
o Luka bakar derajat II.
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau
keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi
putih dan terasa nyeri.
o Luka bakar derajat III.
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan
lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang
terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar
melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh tidak
timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.
2. Luas permukaan
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan metode yaitu :
a. Kepala 9 %
b. Badan ; thorak & abdomen anterior 18 %, posterior 18 %
c. Genital 1 %
d. Ekstremitas atas masing-masing 9 %
e. Ekstremitas bawah masing-masing 18 %
3. Usia
Luka bakar yang bagaimanapun dalam dan luasnya menyebabkan kematian yang lebih
tinggi pada anak – anak di bawah usia 2 tahun dan di atas usia 60 tahun. Kematian pada anak
- anak disebabkan oleh sistem imun yang belum sempurna, pada orang dewasa sering kali
terdapat penyakit sampingan yang dapat memperparahnya.
Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar,
maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada
luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa
menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke
otak dan organ lainnya sangat sedikit.
e. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Laboratorium : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin,
Protein, Albumin, Hapusan luka, dan Urine lengkap.
Analisa gas darah (bila diperlukan).
Foto rontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi
EKG : untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
5
CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30
% dewasa dan lebih dari 20 % pada anak (Doenges, 2000).
f. Penatalaksanaan
Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah 6C: clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering, dan comforting :
Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar.
Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir,
hindari hipotermia terutama pada anak dan orang tua. Cara ini efektif sampai dengan 3
jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin sebagai analgesia untuk luka
yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
vasokonstriksi sehingga memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.
Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan
infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial.
Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.
Comforting: Dapat dilakukan pemberian obat pengurang rasa nyeri (Rosfanty, 2013).
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC yaitu:
Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana hitam, gagal napas, bulu
hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher
membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang
tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka.
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan infus
yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%). Kristaloid dengan
6
dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar
(Rosfanty, 2013).
B. KASUS
Contoh Kasus:
Ibu M 40 tahun, dirawat 2 hari di RS karena mengalami luka bakar pada lengan atas
kanan terkena air panas. Ibu M mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, apalagi kalo
digerakkan”. Ketika diperiksa lengan atas kanan klien kelihatan merah dan bengkak. Suami
klien mengatakan bahwa aktivitas seperti berpakaian dibantu oleh keluarga klien. Wajah
klien kelihatan meringis menahan nyeri, dan nafas lebih cepat dari biasanya. Suami klien
mengatakan setiap tengah malam sering bangun dan tidak bisa tidur nyenyak. Mata klien juga
kelihatan merah dan sekitar mata hitam. Hasil vital sign TD : 100/80 mmHg, Nadi : 70
X/menit, suhu 37°C.
a. Pengkajian Keperawatan
i) Biodata Pasien : Nama : Ibu “M” Umur : 40 tahun Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Status : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Guru Alamat : Aek Kanopan Keluhan utama : Luka Bakar Riwayat penyakit dahulu : Tidak diketahui Riwayat penyakit sekarang : Lengan atas kanan merah dan bengkak ii) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Pasien
- Penampilan : Wajah klien kelihatan meringis menahan nyeri.
- Kesadaran : Compos mentis.
- Vital sign : TD : 110/80 mmHg, Nadi : 76 x/i, RR: 20 x/i, Suhu : 37 °C.
2. Kepala
Bentuk kepala : simetris, tidak ada kotoran pada kulit kepala, pertumbuhan rambut merata,
tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
3. Kulit
7
Warna kulit sawo matang, turgor kulit cepat, terdapat odem dan kemerahan pada lengan
kanan bagian atas.
4. Penglihatan
Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal, mata kemerahan, refleks pupil terhadap
cahaya normal, konjungtiva anemis, ketajaman penglihatan normal.
5. Penciuman/Penghidung
Simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada peradangan, tidak ada polip.
6. Pendengaran/Telinga
Bentuk daun telinga simetris, letaknya simetris, fungsi pendengaran baik, ada serumen.
7. Mulut
Warna bibir kemerahan, kering, gigi bersih, fungsi pengecapan baik.
8. Leher
Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, ROM baik.
9. Dada/Pernafasan
Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada bunyi/irama pernapasan
tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, tidak ada bunyi jantung.
10. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada peningkatan peristaltik usus, ada nyeri tekan,
tidak ada odem.
11. Sistem Reproduksi
Tidak ada pengeluaran cairan.
12. Ekstremitas Atas/Bawah
Bentuk simetris, tidak ada pembatasan gerak, ada odem pada lengan kanan bagian atas, tidak
ada varises, ada nyeri dan kemerahan pada lengan kanan bagian atas, tidak ada kelemahan
tungkai.
iii) Pengelompokan Data
1) Data Obyektif
- Lengan atas kanan merah dan bengkak.
- Wajah klien kelihatan meringis menahan sakit.
- Mata klien tampak merah.
- Hasil vital sign TD : 110/80 mmHg, Nadi : 76 X/menit, suhu 37°C.
2) Data Subyektif
- Ibu “M” mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, apalagi kalo digerakkan
8
- Suami klien mengatakan, aktivitas seperti berpakain dibantu oleh keluarga klien
- Suami klien mengatakan klien sering bangun tengah malam dan susah tidur nyenyak
iv) Analisis data
No Data Etiologi Problem
1 DO :Wajah klien kelihatan meringis menahan sakitDS : Ibu M mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, apalagi kalo digerakkan”
Inkontinuitas jaringan kulit
Nyeri akut
2 DO : Mata klien tampak merah.DS : Suami klien mengatakan bahwa klien sering bangun tengah malam dan tidak bisa tidur dengan nyenyak
Restrain fisikGangguan pola
tidur
3 DO : Lengan atas kanan merah dan bengkakDS : Suami klien mengatakan bahwa aktivitas seperti berpakaian dibantu oleh keluarga klien
NyeriDefisit
Perawatan diri:berpakaian*
b. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan inkontinuitas jaringan kulit.
Defisit perawatan diri : berpakaian* berhubungan dengan nyeri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik.
c. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil
Intervensi Rasionalisasi
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan
inkontinuitas
jaringan kulit.
Klien dapat
mendemonstrasikan
hilang dari
ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi :
1. Melaporkan nyeri
berkurang/terkontrol.
2. Menunjukan espresi
wajah/postur tubuh
rileks.
3. Berpartisipasi
dalam aktivitas dan
Kolaborasi dengan
dokter dalam
memberikan
analgesik
sedikitnya 30 menit
sebelum prosedur
perawatan luka.
Bantu dengan
pengubahan posisi
setiap 2 jam bila
diperlukan.
Analgesik diperlukan
untuk memblok rasa nyeri.
Menghilangkan tekanan
pada tonjolan tulang
dependen.
9
tidur/istirahat dengan
tepat.
2 Defisit
perawatan
diri :
berpakaian*
berhubungan
dengan nyeri.
Klien akan mengalami
penurunan
berkurangnya
kemampuan diri dan
akan memperlihatkan
peningkatan
partisipasi dalam
perawatan diri.
Kaji kemampuan
klien dalam
melakukan
perawatan diri.
Meningkatkan perawatan
diri klien
3 Gangguan
pola tidur
berhungan
dengan
restrain fisik.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 8 jam pada ibu
“M”, maka gangguan
pola tidur akan
berkurang atau hilang.
untuk mencapai tujuan
antara lain :
Klien bisa tidur
dengan nyenyank
Mata pasien tidak
tampak merah dan
disekitar mata tidak
kehitaman.
Pasien perlu
ditenangkan untuk
dapat beristirahat.
Sediakan
kesempatan klien
untuk bisa
menghirup udara
segar, latihan
ringan dan
lingkungan yang
dapat di toleransi
pasien.
Meningkatkan rasa
mengantuk atau keinginan
untuk tidur.
10
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Tgl Jam Implementasi Evaluasi
1 28/01/2013 07.30
08.00
08.30
10.00
12.00
13.00
14.00
Timbang terima klien.
Merapikan / membersihkan tempat
tidur dan lingkungan klien.
Bersama dengan dokter merawat
luka pada daerah luka bakar.
Melaksanakan observasi tensi
110/80 mmHg, Nadi : 76 x/menit,
suhu 37 °c.
Membantu membawakan pasien
makanan.
Membantu klien meminum obat.
Menjelaskan pada klien tentang :
1. teknik untuk mengurangi nyeri,
upaya mencegah infeksi, pentingnya
nutrisi dan kebutuhannya.
S: Mengatakan lukanya
sudah mendingan.
O: Combustio AB 4,5 %
suhu 37 °c, Nadi 76 x /
menit.
A: Tujuan belum
tercapai.
P: Intervensi dilanjutkan.
2 29/01/2013 07.30
08.00
08.30
10.00
12.00
13.00
14.30
Timbang terima klien.
Merapikan / membersihkan tempat
tidur dan lingkungan klien.
Bersama dengan dokter merawat
luka pada daerah luka bakar.
Melaksanakan observasi tensi
110/70 mmHg, Nadi : 76 x/menit,
suhu 37 °c.
Membantu membawakan pasien
makanan.
Membantu klien meminum obat.
Menganjurkan klien mencoba
memakai baju sendiri.
S: Mengatakan lukanya
sudah mendingan dan
agak lebih baik.
O: Combustio AB 4,5 %
suhu 37 °c, Nadi 76 x /
menit.
A: Tujuan Tercapai.
P: Intervensi dihentikan.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Luka bakar tidak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat dilaksanakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan
secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan
pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-
lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama
dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula
teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuh bagi penderita luka bakar.
B. SARAN
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak
diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas
terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.
12