bab i (bimbingan 2)
DESCRIPTION
Bab 2TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan sumber daya
manusia (SDM) dan jalan untuk membentuk sikap, tingkah laku dan pola pikir
selalu berusaha ke arah yang lebih baik dan sistematik. Maka dari itu
pendidikan dirancang berlandaskan pemikiran-pemikiran tertentu. Pendidikan
dilaksanakan oleh suatu bangsa atau masyarakat berdasarkan kondisi
sosiologis, kultural dan psikologis tertentu sesuai dengan apa yang ada pada
bangsa atau masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perancang
pendidikan perlu memikirkan analisis dan identifikasi mengenai kebutuhan
masyarakat agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang
pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai fungsi dan tujuan
tersebut pendidikan melibatkan berbagai macam komponen pendidikan.
Komponen pendidikan tersebut adalah tujuan pendidikan, peserta didik,
pendidik, orang tua, pemimpin masyarakat dan keagamaan, interaksi edukatif
antara pendidik dan peserta didik, isi pendidikan dan lingkungan pendidikan.
Pendidikan berperan mewujudkan dan mengembangkan potensi diri
menjadi kompetensi diri yang berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut
masyarakat perlu melalui proses pendidikan yang diimplementasikan melalui
proses pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses
interaksi yang dilaksanakan oleh guru dan siswa pada lembaga pendidikan
yang bertujuan untuk mempengaruhi siswa agar siswa mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Peranan pendidikan tidak terlepas dari
peranan pendidikan menengah. Dalam Pasal 18 UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :
“(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar; (2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan; (3) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan(MAK), atau bentuk lain yang sederajat; (4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”
Dalam ketentuan di atas terlihat dengan jelas bahwa satuan pendidikan
menengah dibedakan dengan adanya pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilanpeserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Pendidikan kejuruan
disamping menyiapkan tenaga kerja yang terampil juga mempersiapkan
peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
sesuai dengan program kejuruan yang diikuti. SMK sebagai salah satu institusi
yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan yang
sebagaimana diharapkan dunia industri.
Salah satu SMK yang mengemban amanah untuk menyiapkan tenaga
kerja yang mandiri dan berdaya saing adalah SMK Muhammadiyah 1 Bantul.
Berdasarkan hasil penjajakan ujian nasional pada tahun ajaran 2011/2012
SMK Muhammadiyah berada di urutan ke-47 dari total 195 SMK negeri dan
swasta di Yogyakarta. Peserta yang mengikuti tes penjajakan ujian nasional
berjumlah 429 peserta. Adapun rincian rata-rata nilai sekolah tersebut untuk
nilai bahasa Indonesia adalah 6,73, nilai bahasa Inggris adalah 4,59 dan nilai
matematika adalah 4,50. Nilai total dari rata-rata tersebut adalah 15,82. Hal ini
menunjukkan bahwa posisi ranking SMK Muhammadiyah 1 Bantul masih
belum bisa dikatakan baik.
Selain itu berdasarkan observasi ketika melaksanakan kegiatan Kuliah
Kerja Nyata dan Praktik Pengalaman Lapangan (KKN-PPL), hasil belajar
siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) pada mata pelajaran
chasis di SMK Muhammadiyah 1 Bantul kurang begitu optimal. Hal itu dapat
dilihat dari pengambilan nilai menjelang berakhirnya kegiatan KKN PPL di
SMK Muhammadiyah 1 Bantul. Dari jumlah total 38 siswa di dalam kelas XI
TKR 3, sebanyak 28 siswa masih memiliki nilai di bawah Kritera Kelulusan
Minimum (KKM). Artinya 73,68 % dari siswa kelas tersebut masih memiliki
nilai di bawah KKM. Nilai KKM yang ditetapkan saat ini untuk siswa SMK
adalah 70.
Apabila ditinjau dari segi pendidik salah satu penyebab hal tersebut
diduga diantaranya adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang
cocok ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlansung. Mayoritas guru
cenderung menggunakan metode ceramah dalam penyampaiannya.
Pembelajaran tersebut berpusat pada guru sehingga menyebabkan siswa pasif
dan menimbulkan suasana pembelajaran satu arah. Dalam hal ini guru perlu
untuk menggunakan strategi pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa
agar aktif dalam pembelajaran.
Apabila ditinjau dari segi peserta didik, siswa di SMK Muhammadiyah
1 Bantul cenderung aktif saat pembelajaran berlangsung. Bagi siswa Ikatan
Pelajar Muhammadiyah (IPM) keaktifan siswa cenderung ditunjukkan melalui
bertanya dengan guru di kelas. Namun untuk beberapa siswa yang selain IPM
keaktifan siswa cenderung ditunjukkan dengan berbicara dengan teman dan
membuat kegaduhan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas.
Tentunya hal ini menyebabkan suasana pembelajaran di kelas yang kurang
kondusif.
Upaya pembelajaran melalui berbagai metode dan strategi telah
dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas. Metode ceramah, metode
tanya jawab, metode demonstrasi, metode pemberian tugas dan strategi
pembelajaran siswa aktif melalui rangsangan yang dilakukan oleh guru. Dari
sekian banyak metode dan strategi, strategi pembelajaran siswa aktif atau lebih
dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) cenderung menimbulkan
suasana pembelajaran yang kondusif. CBSA bertujuan untuk membelajarkan
siswa agar berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa
menguasai materi pelajaran.
Ada berbagai macam strategi untuk mewujudkan CBSA. Menurut
Melvin L. Silberman strategi CBSA dibagi menjadi beberapa kelompok besar
yakni strategi pembentukan tim, strategi penilaian sederhana, strategi
pelibatan belajar langsung, kegiatan belajar dalam satu kelas penuh,
mestimulasi diskusi kelas, pengajuan pertanyaan, belajar bersama, pengajaran
sesama siswa, belajar secara mandiri, belajar efektif, pengembangan
keterampilan, strategi peninjauan kembali, penilaian sendiri, perencanaan
masa depan dan ucapan perpisahan. Dari sebagian banyak strategi tersebut
terdapat satu strategi peninjauan kembali yang bertujuan agar menjadikan
belajar tidak terlupakan. Proses belajar yang tidak terlupakan cenderung
membuat siswa paham dan mengerti apa yang diajarkan oleh guru. Strategi
peninjauan kembali dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yakni
pencocokan kartu indeks, peninjauan ulang topik, memberikan pertanyaan dan
mendapatkan jawaban (question and getting answer), teka-teki silang,
meninjau kesulitan pada materi pelajaran, bowling kampus, ikhtisar siswa,
tinjauan ala permainan bingo dan tinjauan ala permainan hollywood.
Berdasarkan karakteristik peserta didik di SMK Muhammadiyah 1
Bantul maka diduga dari sekian banyak strategi CBSA di atas, strategi
question and getting answer cocok digunakan untuk membantu peserta didik
agar materi pelajaran tidak terlupakan sehingga mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Strategi giving question and getting answer merupakan strategi
untuk melibatkan siswa dalam peninjauan kembali materi pada mata pelajaran
sebelumnya dengan melibatkan siswa untuk membuat pertanyaan dan
menjawab pertanyaan. Strategi giving question and getting answer
dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan
keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan.
Strategi giving question and getting answer memiliki beberapa
kelebihan dalam penerapannya. Adapun kelebihan strategi tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila
dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong.
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat
sehingga nampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti.
3. Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat di bawa
ke arah suatu diskusi.
4. Meningkatkan soft skill siswa untuk mengemukakan pendapat dan
berbicara kepada orang lain.
Untuk mendukung hasil belajar siswa kelas XI TKR 3 di SMK
Muhammadiyah 1 Bantul maka diperlukan kajian mengenai strategi
pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis berminat melaksanakan penelitian yang berjudul
“Implementasi Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) melalui Strategi Giving
Question and Getting Answer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Chasis Kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul.”
B. Identifikasi Masalah
SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja,
dituntut mampu menghasilkan lulusan yang sebagaimana diharapkan dunia
industri. Namun dalam realitanya masih banyak lulusan SMK yang belum
mampu berdaptasi di dunia industri. Hal ini disebabkan banyak faktor mulai
dari faktor psikologis siswa sampai dengan bekal kemampuan dan
keterampilan yang dirasa belum cukup untuk bisa terjun dalam dunia industri.
Bagaimana tindakan SMK dalam mewujudkan lulusan SMK agar mampu
berdaptasi di dunia industri ?
Hasil penjajakan ujian nasional pada tahun ajaran 2011/2012 SMK
Muhammadiyah berada di urutan ke-47 dari total 195 SMK negeri dan swasta
di Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa posisi ranking SMK
Muhammadiyah 1 Bantul masih belum bisa dikatakan baik. Hasil belajar
peserta didik SMK Muhammadiyah 1 Bantul pun belum bisa dikatakan baik
apabila dilihat dari rangking tersebut. Bagaimana tindakan yang tepat yang
dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di
SMK Muhammadiyah 1 Bantul ?
Berdasarkan observasi ketika melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Nyata dan Praktik Pengalaman Lapangan (KKN-PPL), hasil belajar siswa
kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) pada mata pelajaran chasis
di SMK Muhammadiyah 1 Bantul kurang begitu optimal. Hal itu dapat dilihat
dari pengambilan nilai menjelang berakhirnya kegiatan KKN PPL di SMK
Muhammadiyah 1 Bantul. Dari jumlah total 38 siswa di dalam kelas XI TKR
3, sebanyak 28 siswa masih memiliki nilai di bawah Kritera Kelulusan
Minimum (KKM). Artinya 73,68 % dari siswa kelas tersebut masih memiliki
nilai di bawah KKM. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran chasis kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul ?
Apabila ditinjau dari segi pendidik salah satu penyebab rendahnya
hasil belajar siswa diduga diantaranya adalah penggunaan metode
pembelajaran yang kurang cocok ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
berlansung. Mayoritas guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam
penyampaiannya. Pembelajaran tersebut berpusat pada guru sehingga
menyebabkan siswa pasif. Bagaimana tindakan guru yang tepat agar
pembelajaran tidak menyebabkan siswa pasif ?
C. Batasan Masalah
Dengan banyaknya permasalahan yang teridentifikasi maka dipandang
perlu untuk membatasi permasalahan yang akan dikaji sesuai dengan
ketersediaan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana prasarana
penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini mengambil pokok
bahasan mengenai implementasi CBSA melalui strategi giving question and
getting answer untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
chasis kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul
D. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah dipaparkan di muka maka dirumuskan masalah penelitian
ini yaitu :
1. Bagaimanakah langkah-langkah implementasi Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) melalui strategi giving question and getting
answer untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran chasis
kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul ?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran chasis kelas XI TKR 3 dengan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) melalui strategi giving question and getting answer di SMK
Muhammadiyah 1 Bantul ?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan yang hendak
dicapai pada penelitian ini yakni :
1. Mengetahui langkah-langkah implementasi Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) melalui strategi giving question and getting
answer untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran chasis
kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran chasis kelas XI TKR 3 dengan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) melalui strategi giving question and getting answer di SMK
Muhammadiyah 1 Bantul
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai
berikut diantara :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada umumnya dan siswa SMK jurusan TKR pada
khususnya.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
lanjutan di bidang peningkatan hasil belajar siswa khususnya melalui
implementasi CBSA melalui strategi giving question and getting
answer.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini memberikan cerminan kondisi hasil siswa yang ada
pada instansi tersebut.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai umpan balik bagi pihak-
pihak yang terlibat agar lebih mengedepankan keaktifan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini terdiri dari teori-teori yang relevan sebagai landasan untuk
menguraikan deskripsi teoritis, kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian.
A. Deskripsi Teoritis
Deskripsi teoritis merupakan uraian sistematis mengenai teori –teori
(bukan pendapat) dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Adapun deskripsi
teoritis dalam kajian penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan Menengah Kejuruan
a. Pengertian Pendidikan Menengah
Kejuruan
Pendidikan menengah kejuruan merupakan bagian dari
pendidikan menengah. Hal ini tercantum dalam Pasal 18 UU Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan
bahwa :
“(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan
dasar; (2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan; (3)
Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas
(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan
(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan(MAK), atau bentuk lain
yang sederajat; (4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”
Dalam ketentuan di atas terlihat dengan jelas bahwa satuan
pendidikan menengah dibedakan menjadi 2 yakni pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk
melaksanakan jenis pekerjaan tertentu (PP No. 29 tahun 1990 Bab I,
pasal 1 ayat 3). Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan
penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan
sikap professional.
Pengertian lain pendidikan menengah kejuruan
b. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
Menurut M. Ali (2009 : 308-309) pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilanpeserta didik untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program
kejuruannya. Pendidikan kejuruan disamping menyiapkan tenaga kerja
yang terampil juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan
program kejuruan yang diikuti.
Pendidikan kejuruan harus memandang peserta didik sebagai
individu yang selalu dalam proses untuk mengembangkan diri dan
segenap potensi yang dimilikinya.
c.
2. Hasil Belajar
3. Pembelajaran Siswa Aktif (Active Learning)
4. Strategi Giving Question and Getting Answer
B. Kerangka Berfikir
C. Pertanyaan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Bab 1
Yamin, Martinis (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press
Sudjana, nana dan Suwariyah, Wari (1991). Model-model Mengajar CBSA.
Bandung : CV. Sinar Baru
Ali, Mohammad (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Bandung : PT
Imperial Bhakti Utama
Suprijono, Agus (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Pasal 18 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Anonim (Kompas) 2012