bab i (bimbingan 2)

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dan jalan untuk membentuk sikap, tingkah laku dan pola pikir selalu berusaha ke arah yang lebih baik dan sistematik. Maka dari itu pendidikan dirancang berlandaskan pemikiran-pemikiran tertentu. Pendidikan dilaksanakan oleh suatu bangsa atau masyarakat berdasarkan kondisi sosiologis, kultural dan psikologis tertentu sesuai dengan apa yang ada pada bangsa atau masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perancang pendidikan perlu memikirkan analisis dan identifikasi mengenai kebutuhan masyarakat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Upload: wahyuonugraha

Post on 27-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab 2

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I (Bimbingan 2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan sumber daya

manusia (SDM) dan jalan untuk membentuk sikap, tingkah laku dan pola pikir

selalu berusaha ke arah yang lebih baik dan sistematik. Maka dari itu

pendidikan dirancang berlandaskan pemikiran-pemikiran tertentu. Pendidikan

dilaksanakan oleh suatu bangsa atau masyarakat berdasarkan kondisi

sosiologis, kultural dan psikologis tertentu sesuai dengan apa yang ada pada

bangsa atau masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perancang

pendidikan perlu memikirkan analisis dan identifikasi mengenai kebutuhan

masyarakat agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang

pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai fungsi dan tujuan

tersebut pendidikan melibatkan berbagai macam komponen pendidikan.

Komponen pendidikan tersebut adalah tujuan pendidikan, peserta didik,

pendidik, orang tua, pemimpin masyarakat dan keagamaan, interaksi edukatif

antara pendidik dan peserta didik, isi pendidikan dan lingkungan pendidikan.

Pendidikan berperan mewujudkan dan mengembangkan potensi diri

menjadi kompetensi diri yang berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut

masyarakat perlu melalui proses pendidikan yang diimplementasikan melalui

proses pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses

interaksi yang dilaksanakan oleh guru dan siswa pada lembaga pendidikan

yang bertujuan untuk mempengaruhi siswa agar siswa mencapai tujuan

Page 2: BAB I (Bimbingan 2)

pendidikan yang telah ditetapkan. Peranan pendidikan tidak terlepas dari

peranan pendidikan menengah. Dalam Pasal 18 UU Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :

“(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar; (2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan; (3) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan(MAK), atau bentuk lain yang sederajat; (4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”

Dalam ketentuan di atas terlihat dengan jelas bahwa satuan pendidikan

menengah dibedakan dengan adanya pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilanpeserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Pendidikan kejuruan

disamping menyiapkan tenaga kerja yang terampil juga mempersiapkan

peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

sesuai dengan program kejuruan yang diikuti. SMK sebagai salah satu institusi

yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan yang

sebagaimana diharapkan dunia industri.

Salah satu SMK yang mengemban amanah untuk menyiapkan tenaga

kerja yang mandiri dan berdaya saing adalah SMK Muhammadiyah 1 Bantul.

Berdasarkan hasil penjajakan ujian nasional pada tahun ajaran 2011/2012

SMK Muhammadiyah berada di urutan ke-47 dari total 195 SMK negeri dan

swasta di Yogyakarta. Peserta yang mengikuti tes penjajakan ujian nasional

berjumlah 429 peserta. Adapun rincian rata-rata nilai sekolah tersebut untuk

nilai bahasa Indonesia adalah 6,73, nilai bahasa Inggris adalah 4,59 dan nilai

matematika adalah 4,50. Nilai total dari rata-rata tersebut adalah 15,82. Hal ini

menunjukkan bahwa posisi ranking SMK Muhammadiyah 1 Bantul masih

belum bisa dikatakan baik.

Page 3: BAB I (Bimbingan 2)

Selain itu berdasarkan observasi ketika melaksanakan kegiatan Kuliah

Kerja Nyata dan Praktik Pengalaman Lapangan (KKN-PPL), hasil belajar

siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) pada mata pelajaran

chasis di SMK Muhammadiyah 1 Bantul kurang begitu optimal. Hal itu dapat

dilihat dari pengambilan nilai menjelang berakhirnya kegiatan KKN PPL di

SMK Muhammadiyah 1 Bantul. Dari jumlah total 38 siswa di dalam kelas XI

TKR 3, sebanyak 28 siswa masih memiliki nilai di bawah Kritera Kelulusan

Minimum (KKM). Artinya 73,68 % dari siswa kelas tersebut masih memiliki

nilai di bawah KKM. Nilai KKM yang ditetapkan saat ini untuk siswa SMK

adalah 70.

Apabila ditinjau dari segi pendidik salah satu penyebab hal tersebut

diduga diantaranya adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang

cocok ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlansung. Mayoritas guru

cenderung menggunakan metode ceramah dalam penyampaiannya.

Pembelajaran tersebut berpusat pada guru sehingga menyebabkan siswa pasif

dan menimbulkan suasana pembelajaran satu arah. Dalam hal ini guru perlu

untuk menggunakan strategi pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa

agar aktif dalam pembelajaran.

Apabila ditinjau dari segi peserta didik, siswa di SMK Muhammadiyah

1 Bantul cenderung aktif saat pembelajaran berlangsung. Bagi siswa Ikatan

Pelajar Muhammadiyah (IPM) keaktifan siswa cenderung ditunjukkan melalui

bertanya dengan guru di kelas. Namun untuk beberapa siswa yang selain IPM

keaktifan siswa cenderung ditunjukkan dengan berbicara dengan teman dan

membuat kegaduhan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas.

Tentunya hal ini menyebabkan suasana pembelajaran di kelas yang kurang

kondusif.

Upaya pembelajaran melalui berbagai metode dan strategi telah

dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas. Metode ceramah, metode

tanya jawab, metode demonstrasi, metode pemberian tugas dan strategi

pembelajaran siswa aktif melalui rangsangan yang dilakukan oleh guru. Dari

sekian banyak metode dan strategi, strategi pembelajaran siswa aktif atau lebih

Page 4: BAB I (Bimbingan 2)

dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) cenderung menimbulkan

suasana pembelajaran yang kondusif. CBSA bertujuan untuk membelajarkan

siswa agar berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa

menguasai materi pelajaran.

Ada berbagai macam strategi untuk mewujudkan CBSA. Menurut

Melvin L. Silberman strategi CBSA dibagi menjadi beberapa kelompok besar

yakni strategi pembentukan tim, strategi penilaian sederhana, strategi

pelibatan belajar langsung, kegiatan belajar dalam satu kelas penuh,

mestimulasi diskusi kelas, pengajuan pertanyaan, belajar bersama, pengajaran

sesama siswa, belajar secara mandiri, belajar efektif, pengembangan

keterampilan, strategi peninjauan kembali, penilaian sendiri, perencanaan

masa depan dan ucapan perpisahan. Dari sebagian banyak strategi tersebut

terdapat satu strategi peninjauan kembali yang bertujuan agar menjadikan

belajar tidak terlupakan. Proses belajar yang tidak terlupakan cenderung

membuat siswa paham dan mengerti apa yang diajarkan oleh guru. Strategi

peninjauan kembali dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yakni

pencocokan kartu indeks, peninjauan ulang topik, memberikan pertanyaan dan

mendapatkan jawaban (question and getting answer), teka-teki silang,

meninjau kesulitan pada materi pelajaran, bowling kampus, ikhtisar siswa,

tinjauan ala permainan bingo dan tinjauan ala permainan hollywood.

Berdasarkan karakteristik peserta didik di SMK Muhammadiyah 1

Bantul maka diduga dari sekian banyak strategi CBSA di atas, strategi

question and getting answer cocok digunakan untuk membantu peserta didik

agar materi pelajaran tidak terlupakan sehingga mampu meningkatkan hasil

belajar siswa. Strategi giving question and getting answer merupakan strategi

untuk melibatkan siswa dalam peninjauan kembali materi pada mata pelajaran

sebelumnya dengan melibatkan siswa untuk membuat pertanyaan dan

menjawab pertanyaan. Strategi giving question and getting answer

dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan

keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan.

Page 5: BAB I (Bimbingan 2)

Strategi giving question and getting answer memiliki beberapa

kelebihan dalam penerapannya. Adapun kelebihan strategi tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila

dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong.

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat

sehingga nampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti.

3. Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat di bawa

ke arah suatu diskusi.

4. Meningkatkan soft skill siswa untuk mengemukakan pendapat dan

berbicara kepada orang lain.

Untuk mendukung hasil belajar siswa kelas XI TKR 3 di SMK

Muhammadiyah 1 Bantul maka diperlukan kajian mengenai strategi

pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal

tersebut maka penulis berminat melaksanakan penelitian yang berjudul

“Implementasi Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) melalui Strategi Giving

Question and Getting Answer untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran Chasis Kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul.”

B. Identifikasi Masalah

SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja,

dituntut mampu menghasilkan lulusan yang sebagaimana diharapkan dunia

industri. Namun dalam realitanya masih banyak lulusan SMK yang belum

mampu berdaptasi di dunia industri. Hal ini disebabkan banyak faktor mulai

dari faktor psikologis siswa sampai dengan bekal kemampuan dan

keterampilan yang dirasa belum cukup untuk bisa terjun dalam dunia industri.

Bagaimana tindakan SMK dalam mewujudkan lulusan SMK agar mampu

berdaptasi di dunia industri ?

Hasil penjajakan ujian nasional pada tahun ajaran 2011/2012 SMK

Muhammadiyah berada di urutan ke-47 dari total 195 SMK negeri dan swasta

di Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa posisi ranking SMK

Page 6: BAB I (Bimbingan 2)

Muhammadiyah 1 Bantul masih belum bisa dikatakan baik. Hasil belajar

peserta didik SMK Muhammadiyah 1 Bantul pun belum bisa dikatakan baik

apabila dilihat dari rangking tersebut. Bagaimana tindakan yang tepat yang

dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di

SMK Muhammadiyah 1 Bantul ?

Berdasarkan observasi ketika melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja

Nyata dan Praktik Pengalaman Lapangan (KKN-PPL), hasil belajar siswa

kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) pada mata pelajaran chasis

di SMK Muhammadiyah 1 Bantul kurang begitu optimal. Hal itu dapat dilihat

dari pengambilan nilai menjelang berakhirnya kegiatan KKN PPL di SMK

Muhammadiyah 1 Bantul. Dari jumlah total 38 siswa di dalam kelas XI TKR

3, sebanyak 28 siswa masih memiliki nilai di bawah Kritera Kelulusan

Minimum (KKM). Artinya 73,68 % dari siswa kelas tersebut masih memiliki

nilai di bawah KKM. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran chasis kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul ?

Apabila ditinjau dari segi pendidik salah satu penyebab rendahnya

hasil belajar siswa diduga diantaranya adalah penggunaan metode

pembelajaran yang kurang cocok ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

berlansung. Mayoritas guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam

penyampaiannya. Pembelajaran tersebut berpusat pada guru sehingga

menyebabkan siswa pasif. Bagaimana tindakan guru yang tepat agar

pembelajaran tidak menyebabkan siswa pasif ?

C. Batasan Masalah

Dengan banyaknya permasalahan yang teridentifikasi maka dipandang

perlu untuk membatasi permasalahan yang akan dikaji sesuai dengan

ketersediaan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana prasarana

penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini mengambil pokok

bahasan mengenai implementasi CBSA melalui strategi giving question and

getting answer untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

chasis kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul

Page 7: BAB I (Bimbingan 2)

D. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah yang telah dipaparkan di muka maka dirumuskan masalah penelitian

ini yaitu :

1. Bagaimanakah langkah-langkah implementasi Cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA) melalui strategi giving question and getting

answer untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran chasis

kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul ?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran chasis kelas XI TKR 3 dengan Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA) melalui strategi giving question and getting answer di SMK

Muhammadiyah 1 Bantul ?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan yang hendak

dicapai pada penelitian ini yakni :

1. Mengetahui langkah-langkah implementasi Cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA) melalui strategi giving question and getting

answer untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran chasis

kelas XI TKR 3 di SMK Muhammadiyah 1 Bantul

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran chasis kelas XI TKR 3 dengan Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA) melalui strategi giving question and getting answer di SMK

Muhammadiyah 1 Bantul

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai

berikut diantara :

1. Manfaat Teoritis

Page 8: BAB I (Bimbingan 2)

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada umumnya dan siswa SMK jurusan TKR pada

khususnya.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian

lanjutan di bidang peningkatan hasil belajar siswa khususnya melalui

implementasi CBSA melalui strategi giving question and getting

answer.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini memberikan cerminan kondisi hasil siswa yang ada

pada instansi tersebut.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai umpan balik bagi pihak-

pihak yang terlibat agar lebih mengedepankan keaktifan siswa dalam

pelaksanaan pembelajaran

Page 9: BAB I (Bimbingan 2)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari teori-teori yang relevan sebagai landasan untuk

menguraikan deskripsi teoritis, kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian.

A. Deskripsi Teoritis

Deskripsi teoritis merupakan uraian sistematis mengenai teori –teori

(bukan pendapat) dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Adapun deskripsi

teoritis dalam kajian penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Menengah Kejuruan

a. Pengertian Pendidikan Menengah

Kejuruan

Pendidikan menengah kejuruan merupakan bagian dari

pendidikan menengah. Hal ini tercantum dalam Pasal 18 UU Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan

bahwa :

“(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan

dasar; (2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan

menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan; (3)

Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas

(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan

(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan(MAK), atau bentuk lain

yang sederajat; (4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah

sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur

lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”

Page 10: BAB I (Bimbingan 2)

Dalam ketentuan di atas terlihat dengan jelas bahwa satuan

pendidikan menengah dibedakan menjadi 2 yakni pendidikan

menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan

menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk

melaksanakan jenis pekerjaan tertentu (PP No. 29 tahun 1990 Bab I,

pasal 1 ayat 3). Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan

penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan

sikap professional.

Pengertian lain pendidikan menengah kejuruan

b. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan

Menurut M. Ali (2009 : 308-309) pendidikan menengah

kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilanpeserta didik untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program

kejuruannya. Pendidikan kejuruan disamping menyiapkan tenaga kerja

yang terampil juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan

program kejuruan yang diikuti.

Pendidikan kejuruan harus memandang peserta didik sebagai

individu yang selalu dalam proses untuk mengembangkan diri dan

segenap potensi yang dimilikinya.

c.

2. Hasil Belajar

3. Pembelajaran Siswa Aktif (Active Learning)

4. Strategi Giving Question and Getting Answer

B. Kerangka Berfikir

C. Pertanyaan Penelitian

Page 11: BAB I (Bimbingan 2)

DAFTAR PUSTAKA

Bab 1

Yamin, Martinis (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press

Sudjana, nana dan Suwariyah, Wari (1991). Model-model Mengajar CBSA.

Bandung : CV. Sinar Baru

Ali, Mohammad (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Bandung : PT

Imperial Bhakti Utama

Suprijono, Agus (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Pasal 18 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anonim (Kompas) 2012