bab 9.1 footer

11
Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan Sejarah Penataan Ruang Indonesia - Abdul Alim Salam - IX.1-1 9.1 IKATAN AHLI PERENCANAAN Oleh Abdul Alim Salam PEMBENTUKAN DAN MISI IAP Awal dekade 70-an, kalangan profesional teknokrat mulai berbenah diri dan membentuk berbagai asosiasi profesi. Kegairahan ini terdorong oleh pencanangan Repelita I (1969-1974) yang menandai era penyelenggaraan pembangunan secara sistematis dan terencana. Para ahli perancang (saat itu planner) yang menyebut diri sebagai ahli perancang dan bukan ahli perencanaan, tentu tak mau tertinggal. Maka, setelah melalui serangkaian pertemuan, pada tanggal 13 April 1971, di Jakarta, dibentuk Ikatan Ahli Perancang (bukan Perencanaan) disingkat IAP. Pembentukan IAP diprakarsai oleh para alumni Planologi ITB angkatan pertama, seperti. Djoko Sujarto dan Tubagus M. Rais. Namun, sejak awal, organisasi profesi ini tidak membatasi diri hanya alumni Planologi ITB. Hal ini, setidaknya, tercermin dari susunan pengurus periode pertama yang diketuai Koes Hadinoto (almarhum) didampingi Risman Maris dan Hendropranoto Suselo sebagai sekretaris. Kecuali Koes Hadinoto yang sudah meninggal dunia, tiga tokoh lainnya adalah saksi hidup pembentukan IAP. Ternyata, tidak mudah mengembangkan organisasi profesi kala itu. AD/ART bahkan baru tersusun pada tanggal 13 April 1976. Barulah IAP lebih berani tampil keluar, guna meraih pengakuan masyarakat. Pengakuan antara lain datang dari Ali Sadikin yang tertuang dalam Keputusan Gubernur nomor D.IV. 4297/11/76, tanggal 20 Juni 1976, tentang “Pengukuhan Akhli Perancang”. IAP dinyatakan sebagai wadah tunggal profesi perencanaan di DKI Jakarta. Di balik itu, peran Tb. M. Rais sebagai planner pertama yang masuk jajaran birokrasi pemerintah DKI Jakarta, tentu tak dapat dikesampingkan.

Upload: rasthoen

Post on 11-Sep-2015

234 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

BAB 9.1 footer

TRANSCRIPT

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-1

    99..11

    IIKKAATTAANN AAHHLLII PPEERREENNCCAANNAAAANN

    Oleh Abdul Alim Salam

    PPEEMMBBEENNTTUUKKAANN DDAANN MMIISSII IIAAPP

    Awal dekade 70-an, kalangan profesional teknokrat mulai berbenah diri dan membentuk berbagai asosiasi profesi. Kegairahan ini terdorong oleh pencanangan Repelita I (1969-1974) yang menandai era penyelenggaraan pembangunan secara sistematis dan terencana. Para ahli perancang (saat itu planner) yang menyebut diri sebagai ahli perancang dan bukan ahli perencanaan, tentu tak mau tertinggal. Maka, setelah melalui serangkaian pertemuan, pada tanggal 13 April 1971, di Jakarta, dibentuk Ikatan Ahli Perancang (bukan Perencanaan) disingkat IAP.

    Pembentukan IAP diprakarsai oleh para alumni Planologi ITB angkatan pertama, seperti. Djoko Sujarto dan Tubagus M. Rais. Namun, sejak awal, organisasi profesi ini tidak membatasi diri hanya alumni Planologi ITB. Hal ini, setidaknya, tercermin dari susunan pengurus periode pertama yang diketuai Koes Hadinoto (almarhum) didampingi Risman Maris dan Hendropranoto Suselo sebagai sekretaris. Kecuali Koes Hadinoto yang sudah meninggal dunia, tiga tokoh lainnya adalah saksi hidup pembentukan IAP.

    Ternyata, tidak mudah mengembangkan organisasi profesi kala itu. AD/ART bahkan baru tersusun pada tanggal 13 April 1976. Barulah IAP lebih berani tampil keluar, guna meraih pengakuan masyarakat. Pengakuan antara lain datang dari Ali Sadikin yang tertuang dalam Keputusan Gubernur nomor D.IV. 4297/11/76, tanggal 20 Juni 1976, tentang Pengukuhan Akhli Perancang. IAP dinyatakan sebagai wadah tunggal profesi perencanaan di DKI Jakarta. Di balik itu, peran Tb. M. Rais sebagai planner pertama yang masuk jajaran birokrasi pemerintah DKI Jakarta, tentu tak dapat dikesampingkan.

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-2

    Dalam AD/ART ditegaskan, IAP berasaskan Pancasila. Misi IAP sebagai wadah tunggal ahli perencanaan wilayah dan kota di Indonesia tercermin dari tujuan pendiriannya, yaitu (1) mengembangkan keahlian perencanaan wilayah dan kota dan (2) meningkatkan mutu, kesejahteraan, persatuan dan kesatuan ahli perencanaaan wilayah dan kota di Indonesia. IAP berfungsi sebagai wadah pembinaan, komunikasi, konsultasi dan koordinasi antarahli perencanaan wilayah dan kota, juga antara ahli perencanaan wilayah dan kota dengan ahli lainnya, lembaga masyarakat, swasta, pemerintah dan internasional. Juga, sebagai wadah untuk melindungi kepentingan masyarakat luas. Ada pun tugas IAP adalah:

    Meningkatkan peran perencana wilayah dan kota dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan wilayah dan kota;

    Meningkatkan kemampuan profesional dan kesejahteraan anggota;

    Mengembangkan bidang pengembangan wilayah dan kota sebagai ilmu dan teknik terapan;

    Membina hubungan dan kerjasama harmonis antara perencana wilayah dan kota dengan ahli lainnya, lembaga masyarakat, swasta, pemerintah dan internasional;

    Melaksanakan berbagai kegiatan lain dalam bentuk pelayanan teknis, advokasi dan konsultasi seta pelatihan dan pemanfaatan teknologi.

    Seminggu setelah SK Pengukuhan IAP, tepatnya tanggal 28-30 Juni 1976, diselenggarakan kongres pertama, bertema Tantangan dan Tanggung Jawab: Prospek suatu Profesi Muda. Kongres diarahkan untuk konsolidasi potensi perancang yang tersebar di lembaga pemerintah, pendidikan, penelitian maupun swasta. Kongres juga menetapkan kepengurusan baru. Dalam kongres Tb. M. Rais terpilih sebagai ketua. Namun, dalam susunan pengurus formal (dibacakan Tb. M. Rais), Koes Hadinoto tetap sebagai Ketua. Boleh jadi, karena alasan sungkan atau nuansa paguyuban masih lebih kental ketimbang keprofesian. Ada pun Tb. M. Rais sebagai ketua I dan Risman Maris MSCE sebagai ketua II, dengan sekretaris W.J. Waworoentoe dan bendahara Syarif Puradimadja.

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-3

    Selama kurun waktu 30 tahun sejak berdiri pada tahun 1971, kepengurusan IAP telah berganti enam kali, yaitu:

    Tahun 1971-1976: Ketua Presidium I R.P. Kus Hadinoto (almarhum), Sekretaris W.J Waworontoe;

    Tahun 1976-1983: Ketua Presidium II Tubagus M. Rais (mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta), Sekretaris Syarif Puradimadja;

    Tahun 1983-1989: Ketua Presidium III Aca Sugandhy (Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Kimpraswil), Sekretaris Hoedyono;

    Tahun 1989-1994: Ketua Sugijanto Soegijoko (almarhum, terakhir menjabat Deputy Bidang Regional dan Daerah BAPPENAS), Sekretaris Bambang Bintoro Soedjito;

    Tahun 1994-1997: Ketua Umum Sujana Royat (sekarang Direktur Penataan Ruang, Bappenas), Sekretaris Jenderal Tatag Wiranto;

    Tahun 1997-2000: Ketua Umum Bambang B. Soedjito (sekarang Deputi V Bappenas), Sekretaris Jenderal Ruchyat Deni Dj.;

    Tahun 2001-2004: Ketua Umum Kemal Taruc, Sekretaris Jenderal Nuryasin.

    Sampai saat ini, IAP telah mengangkat dan mengukuhkan empat anggota kehormatan, yaitu:

    1. Ginandjar Kartasasmita;

    2. Radinal Mochtar;

    3. Sayidiman Suryohadiprodjo;

    4. Herman Haeruman Js.

    Anggota Kehormatan diusulkan Pengurus Pusat IAP berdasarkan pertimbangan prestasi atau peran ketokohan nasional, kepakaran di bidang perencanaan wilayah dan kota, menduduki jabatan strategis di bidang perencanaan wilayah dan kota atau berjasa bagi pengembangan organisasi IAP. Penganugerahan dan pengukuhan anggota kehormatan dilakukan melalui kongres nasional.

    Awalnya, IAP hanya terdiri atas pengurus pusat serta cabang DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dalam perkembangannya, sejalan

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-4

    dengan penyebaran ahli perencanaan wilayah dan kota di seluruh pelosok tanah air, mulailah dibentuk pengurus cabang di berbagai daerah (propinsi). Saat ini, IAP mempunyai 18 cabang di seluruh Indonesia dan beberapa perwakilan di luar negeri. Pada masa kepengurusan Bambang Bintoro Soedjito, Pengurus Pusat IAP akhirnya memiliki kantor sendiri, beralamat di Jalan Tambak nomor 21 (lantai 4) Jakarta Pusat 10320. Pemilikan kantor sendiri ini berkat kerja keras para alumni, khususnya yang bekerja di sektor swasta. Ke 18 cabang IAP adalah:

    Pengurus Cabang IAP DKI Jakarta (kantor sama dengan Pengurus Pusat IAP)

    Pengurus Cabang IAP Jawa Barat

    Pengurus Cabang IAP Jawa Tengah

    Pengurus Cabang IAP DI Yogyakarta

    Pengurus Cabang IAP Jawa Timur

    Pengurus Cabang IAP Sumatera Utara

    Pengurus Cabang IAP Sumatera Selatan

    Pengurus Cabang IAP Riau

    Pengurus Cabang IAP Sumatera Barat

    Pengurus Cabang IAP Bengkulu

    Pengurus Cabang IAP Bandar Lampung

    Pengurus Cabang IAP Nanggroe Aceh Darusalam (NAD), dulu DI Aceh

    Pengurus Cabang IAP Sulawesi Utara

    Pengurus Cabang IAP Sulawesi Selatan

    Pengurus Cabang IAP Kalimantan Barat

    Pengurus Cabang IAP Bali

    Pengurus Cabang IAP Maluku

    Pengurus Cabang IAP Nusa Tengara Barat

    Ada pun perwakilan IAP di luar negeri tercatat di Amerika (Universitas Cornell) dan di Melbourne, Australia.

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-5

    Dalam kepengurusan IAP, juga ada dilengkapi:

    Dewan Pembina (dihapus dalam Kongres VI, 12 April 2001);

    Majelis Kode Etik (MKE);

    Badan Sertifikasi Perencanaan.

    PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN DDAANN SSEEBBAARRAANN AANNGGGGOOTTAA IIAAPP

    Awalnya, IAP hanya beranggotakan puluhan orang saja. Namun, setelah 30 tahun berkiprah, pada tahun 2001 tercatat sekitar 2000 anggota biasa, sebanyak 266 di antaranya sudah bersertifikat. Dalam perkembangannya diperkirakan pada tahun 2003 anggota IAP mencapai 2500 orang. Kebijakan pembangunan yang memberi perhatian besar pada tata ruang telah mendorong minat ahli perencanan wilayah dan kota untuk menjadi anggota IAP. Selama dekade 1990-an terjadi peningkatan signifikan menjadi anggota IAP dari berbagai keahlian yang berkait dengan penataan ruang, seperti ekonomi wilayah, pengelolaan lingkungan, prasarana, perumahan, tata bangunan dan arsitektur, bahkan bidang sosial, administrasi negara dan hukum.

    Ada kesan profesi perencanaan ditakdirkan sebagai profesi birokrat. Lebih dari 60% anggota IAP diperkirakan bekerja di sektor publik, terutama di pemerintah dan perguruan tinggi negeri maupun swasta. Meski belum ada yang menjadi menteri (kecuali beberapa anggota kehormatan), tetapi sudah banyak anggota IAP yang menduduki jabatan eselon 1 di departemen maupun BAPPENAS. Dua Anggota IAP, yaitu Abdullah Puteh saat ini menjabat Gubernur Provinsi NAD, sedangkan Saleh Latuconsina baru saja menunaikan tugas sebagai Gubernur Provinsi Maluku. Pendiri IAP, Tb.M. Rais menuntaskan tugasnya di pemerintah sebagai Wagub DKI Jakarta, juga Budihardjo Sukmadi.

    Kiprah anggota IAP lainnya yang patut dicatat, ditunjukkan Syafruddin A. Tumenggung sebagai Kepala BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Son Diamar ikut membidani kelahiran Dewan Maritim Indonesia (DMI) yang diketuai Presiden In-donesia. Selain itu, ada pula anggota IAP yang dipercaya menjadi wakil rakyat di DPR/MPR, yaitu Cecep Rukmana, Hafiz Zawawi dan Darmansyah Husen.

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-6

    Sementara itu di pemerintah pusat, anggota IPA tersebar di Departemen Kimpraswil, Bappenas, Departemen Dalam Negeri, Departemen Perhubungan, Departemen Pariwisata, Departemen Keuangan, Departemen Perindustrian, Departemen Pendidikan Nasional, BPPT dan lainnya. Juga tercatat beberapa anggota IAP yang berkiprah di BUMN, seperti Perum Perumnas. Anggota IAP lainnya, sebagian besar bekerja sebagai tenaga ahli konsultan, ada pula yang bergiat di sektor jasa keuangan, appraisal, properti dan sebagainya.

    PPEERRAANN IIAAPP BBAAGGII PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN PPRROOFFEESSII PPEERREENNCCAANNAAAANN

    Agak bias menilai kontribusi organisasi IAP dalam mendukung pembangunan nasional dan daerah, karena banyaknya anggota di lembaga pemerintah. Mereka, sesuai tugas yang melekat dalam jabatannya, tentu berperan dalam merumuskan bahkan memutuskan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Peran dan kiprah IAP kian penting setelah berlaku Undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Di dalam GBHN 1993, menyangkut pembangunan jangka panjang tahap kedua (PJP II) ditegaskan pentingnya tata ruang bagi pembangunan yang berkelanjutan. IAP merupakan mitra pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan kota.

    Sebagai organisasi profesi, IAP harus tanggap pada situasi mutakhir. Daya tanggap itu antara lain tercermin secara nyata setiap kongres IAP. Kongres merupakan lembaga tertinggi IAP yang menetapkan arah pengembangan organisasi, garis besar program kerja serta pemilihan dan penetapan pengurus pusat. Sejalan dengan dinamika pembangunan nasional, setiap periode tersebut memberi peran dan ciri organisasi. Hal ini tercermin dari tema kongres yang diusung. Sampai saat ini IAP telah melaksanakan enam kali kongres, yaitu:

    Kongres Nasional I (Jakarta, 28-30 Juni 1976); bertema "Tantangan dan anggung Jawab : Prospek suatu Profesi Muda";

    Kongres Nasional II (Bandung, 9-10 Desember 1983), bertema "Pemantapan Profesi Perencanaan di Indonesia";

    Kongres Nasional III (Bandung, 23-26 Oktober 1989), bertema "Tantangan Profesi Perencanaan dalam menghadapi Pembangunan Nasional Jangka Panjang Tahap Kedua";

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-7

    Kongres Nasional IV (Jakarta, 1-2 Desember 1994), bertema "Meningkatkan Profesionalisme Perencana untuk Penguatan Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang";

    Kongres Nasional V (Jakarta, 9-11 Desember 1997), bertema "Mewujudkan Penataan Ruang yang bertumpu pada Kemitraan";

    Kongres Nasional VI (Jakarta, 12 April 2001), bertema "Reposisi Peran Perencanaan dalam Menghadapi Otonomi Daerah".

    Dalam berbagai kegiatan, IAP senantiasa memberi masukan berupa pemikiran konsep, prosedur, praktek dan penelitian perencanaan. Kiprah IAP, antara lain, aktif mengikuti penyiapan RUU Bina Kota, RUU Tata Ruang, Dewan Pembinaan Profesi PII, pembentukan Lembaga Pengembangan Perkotaan dan Daerah (Urban and Regional Developement Institute, URDI), bekerja sama dan menjadi Tim Asistensi BKS AKSI serta memberi bantuan teknis perencanaan kepada pemerintah daerah.

    Agaknya, jauh lebih mudah mengukur peran atau kontribusi IAP di tingkat daerah, karena banyak anggotanya yang bukan birokrat. Keberhasilan Novianti (Ketua Pengurus Cabang Sulawesi Utara) dalam memfasilitasi proses penyusunan RTRW secara par-tisipatif untuk Kota Gorantalo patut diacungi jempol. Demikian pula keberhasilan pengurus Cabang IAP Jawa Barat yang mampu meyakinkan pemerintah daerah terhadap pentingnya ahli perencanaan dalam menyusun kebijakan pembangunan daerah. Pengurus Cabang DKI Jakarta bahkan membentuk Pusat Kajian Perencanaan dan Pengembangan Kota yang memberi masukan kepada pemerintah DKI Jakarta dan beberapa LSM. Keberhasilannya dalam merumuskan dan meyakinkan Pemda DKI Jakarta atas perlunya dibentuk suatu Komisi Perencanaan sebagai lembaga independen yang menjadi wasit dalam perwujudan pemanfaatan ru-ang, dapat dinilai sebagai terobosan dalam profesi perencanaan.

    SSEERRTTIIFFIIKKAASSII DDAANN PPEEMMBBIINNAAAANN PPRROOFFEESSII PPEERREENNCCAANNAAAANN

    Lazimnya organisasi profesi, IAP berkewajiban membina keahlian professional anggotanya. Oleh karena itu, dalam peningkatan mutu profesi perencanaan di Indonesia, sejak 1994 IAP membentuk Badan Sertifikasi Perencana untuk melaksanakan sertifikasi anggota IAP melalui Program Sertifikasi IAP. Sertifikasi ini sekaligus memberikan pengakuan terhadap jenjang keahlian

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-8

    perencana. Ada tiga jenjang keahlian perencana, yaitu ahli perencana muda, ahli perencana madya dan ahli perencana utama. Kualifikasi seorang perencana ditentukan empat kriteria, yakni (i) pendidikan formal, (ii) pengalaman profesional, (iii) pendidikan menerus (continual education) dan (iv) promotor (certified planners) yang bertindak sebagai guarantor terhadap kompetensi profesional anggota IAP. Program sertifikasi IAP hanya dapat diikuti para profesional bidang perencanaan yang telah memperoleh status anggota biasa.

    Pelaksanaan sertifikasi ahli perencanaan diselenggarakan sebelum diterbitkan Undang-undang nomor 19 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pertimbangannya, kompetensi profesionalisme dan tidak dikaitkan dengan nilai jual dalam pelayanan jasa keahlian konsultansi. Akibatnya, sertifikat yang dikeluarkan BSP tidak memberi manfaat finansial bagi anggota IAP. Timbul keengganan para anggota bersertifikat manakala mereka diharuskan memperpan-jang masa berlaku sertifikatnya.

    Seiring terbitnya UU 18/1999, kemudian dikaitkan dengan keberadaan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), IAP perlu melakukan klarifikasi dan memposisikan diri secara tepat terhadap LPJK. IAP perlu pula mendudukkan proses standarisasi, akreditasi dan sertifikasi profesional secara tegas, sehingga peran IAP dalam proses tersebut tetap diakui (legitimate). Sejak tanggal 20 Agustus 2002, IAP terdaftar sebagai anggota LPJK dengan nomor surat keanggotaan 38/SPA/LPJK/D/VIII/2002. Surat keanggotaan merupakan prasyarat pengurusan akreditasi. Manakala program sertifikasi IAP telah diakreditasi LPJK, diharapkan sertifikat yang diterbitkan BSP dapat lebih sakti dan merupakan persyaratan dalam proses rekrutmen tenaga ahli jasa konsultansi di bidang perencanaan wilayah dan kota.

    KKEEMMIITTRRAAAANN

    Hingga akhir kepengurusan periode tahun 1997-2001, IAP telah menjalin dan mengembangkan jaringan kerja sama antara sesama ahli perencanaan di instansi pemerintah, swasta dan perguruan tinggi maupun antara ahli perencanaan dengan kelompok profesi lain di dalam dan luar negeri, secara individu maupun lembaga. Jaringan yang telah berkembang sejak IAP berdiri berada di Bappenas, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-9

    Departemen Dalam Negeri, Bappeda/dinas tata kota di daerah serta departemen teknis lainnya.

    IAP telah menjalin kerja sama dan aktif melakukan kegiatan bersama dengan asosiasi profesi lain, seperti IATPI (Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia), REI (Real Estate Indonesia) dan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia). Selama periode 1997-2001, juga terjalin kerja sama internasional dengan AAPH (ASEAN Association of Planning and Housing), EAROPH (East Asian Regional Organization of Planning and Housing), FIABCI, perguruan tinggi dan beberapa instansi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan kota.

    Selain itu, pada lingkup regional dan internasional, aktif pula digalang afiliasi, korespondensi, kerja sama dan saling pengakuan (mutual recognition) dengan organisasi profesi di ASEAN maupun Asia, seperti dengan PPM (Pertubuhan Perancang Malaysia), SIP (Singapore Institute of Planner) termasuk kerjasama dengan Real Estate Center/International Housing Finance Program, The Wharton School, University of Pennsylvania.

    Pada masa mendatang, terkait dengan perkembangan situasi serta tantangan kebutuhan, jaringan kerja sama tersebut dapat dimanfaatkan segenap anggota IAP untuk memperoleh informasi, khususnya tentang peluang dan evaluasi karya-karya perencanaan, pendekatan kajian strategis atau kegiatan organisasi yang bersifat formal maupun kekeluargaan. Peluang yang perlu dijajagi adalah kerja sama dalam pelaksanaan training dengan RAPI (Royal Australian Planning Institute) dan NZPI (New Zealand Planning Institute) yang dibiayai kedua institut bersangkutan.

    MMEEDDIIAA KKOOMMUUNNIIKKAASSII

    Potensi kerja sama di atas dapat dikembangkan di tingkat pusat oleh pengurus pusat dan di tingkat daerah oleh pengurus cabang. Selanjutnya, perlu disusun media awal untuk kerja sama antar ahli perencanaan melalui:

    Direktori IAP, yakni direktori anggota IAP yang diterbitkan setiap awal tahun kalender, berisian nama, jabatan dan kantor anggota menurut abjad, instansi, perusahaan, lembaga dan berdasarkan spesifikasi atau cabang peminatan keahlian;

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-10

    IAP On-Line (sebagian telah berfungsi dengan server ITB: [email protected]), yakni alamat elektronik IAP yang dapat diakses anggota dari seluruh dunia dengan menggunakan saluran electronic mail, berisi informasi tentang IAP, kegiatan IAP serta produk nasional Rencana Tata Ruang dan perkembangan bidang perencanaan wilayah dan kota. Selain itu, IAP juga mempunyai beberapa e-mail sebagai media komunikasi antarpengurus maupun antaranggota.

    E-mail pengurus pusat IAP adalah [email protected], sedangkan mailing list: [email protected]

    Website IAP (www.iap.or.id) telah dikembangkan dan

    diharapkan dapat menjadi simpul komunikasi dan informasi anggota IAP di Indonesia, sekaligus menjadi sarana komunikasi masyarakat profesi maupun pengguna jasa profesi perencana di seluruh dunia;

    Buletin IAP difokuskan pada sosialisasi profesi sekaligus

    memiliki tujuan meningkatkan pengetahuan perencanaan tata ruang bagi stakeholders di daerah (dilatarbelakangi pemberlakuan otonomi daerah). Buletin IAP diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi efektif organisasi, sekaligus mendukung MoU IAP dengan pengguna jasa perencana wilayah dan kota.***

  • Bab 9 Perkembangan Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencanaan

    Sejarah Penataan Ruang Indonesia

    - Abdul Alim Salam - IX.1-11

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anonim, 40 Tahun Pendidikan Planologi di Indonesia, Jurusan Teknik Planologi ITB, November 1999.

    2. IAP, Direktori Anggota IAP, Maret 2001.

    3. IAP, Prosiding Seminar Nasional 1997 : Mewujudkan Penataan Ruang yang Bertumpu pada Kemitraan, 1997.

    4. IAP Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (Buku Merah), Pengurus Pusat IAP, 2002.