bab 8 etika lingkungan

19
BAB 8 ETIKA LINGKUNGAN Pendahuluan Tidak disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, pada lingkungan global ataupun nasional, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti dilaut, hutan, atmosfer, air, dan tanah bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab dari kerusakan dan pencemaran lingkungan. Krisis global yang kita alami dewasa ini bersumber pada kesalahan pundamental-fisolopis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Pada gilirannya, kekeliruan cara pandang ini melahirkan perilaku yang keliru terhadap alam. Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya. Inilah awal dari semua bencana lingkungan yang kita alami sekarang. Oleh karean itu, embenahannya harus pula menyagkut pembenahan cara pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan alam, maupun dengan manusia lain dalam ekosistem. Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia

Upload: jakop-hutapea

Post on 21-Jun-2015

7.479 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 8 Etika Lingkungan

BAB 8 ETIKA LINGKUNGAN

Pendahuluan

Tidak disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi

sekarang ini, pada lingkungan global ataupun nasional, sebagian besar bersumber

dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti dilaut,

hutan, atmosfer, air, dan tanah bersumber pada perilaku manusia yang tidak

bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Manusia

adalah penyebab dari kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Krisis global yang kita alami dewasa ini bersumber pada kesalahan

pundamental-fisolopis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai

dirinya, alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Pada gilirannya,

kekeliruan cara pandang ini melahirkan perilaku yang keliru terhadap alam.

Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks

alam semesta seluruhnya. Inilah awal dari semua bencana lingkungan yang kita

alami sekarang. Oleh karean itu, embenahannya harus pula menyagkut

pembenahan cara pandang dan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan alam,

maupun dengan manusia lain dalam ekosistem.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat

langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia

melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran

etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi

umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang

peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang

seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia

modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu

saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi

penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian

spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran

dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi

kehidupan sehari-hari manusia.

Page 2: Bab 8 Etika Lingkungan

1. Pengertian Etika

Secara teoritis , etika mempunyai pengertian sebagai berikut :

Pertama, Secara entimologis, etika berasal dari kata Yunani yaitu “ethos”

yang berarti “adapt istiadat” atau “kebiasaan”.Dalam arti ini, eitika berkaitan

dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri sendiri atau masyarakat.

Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari generasi ke generasi

lain.

Kaidah norma atau aturan ini sesungguhnya ingin mengungkapkan,

menjaga dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting

oleh masyarakat tersebut untuk dikejar dalam hidup ini. Dengan demikian, etika

juga berisikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan

dalam menuntun perilaku. Pengertian etika sebagaimanan dijelaskan diatas, justru

sama dengan pengertian moralitas. Secara entimologis, moralitas berasal dari kata

Latin mos yang berarti “adapt istiadat” atau “kebiasaan”. Jadi dalam pengertian

harfiah, etika dan moral sama-sama adat kebiasaan yang dibakukan dalam bentuk

aturan (baik perintah atau larangan) tentang bagaiamana manusia harus hidup baik

sebagaimana manusia. Dalam arti itu, keduanya berbicara tentyang nilai dan

prinsip moral yang dianut oleh masyarakat tertentu sebagai pedoman dan kriteria

dalam berperilaku sebagai manusia.

Kedua, etika dipahami juga dalam pengertian yang berbeda dengan

moralitas. Dalam pengertian ini, etika dimengerti sebagai repleksi kritis tentang

bagaimanan manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkrit, situasi

khusus tertentu. Etika adalah filsafat moral atau ilmu yang membahas dan

mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana

harus bertindak dalam situasi konkrit. Dengan kata lain, ada pegangan baku dalam

babentuk norma atau nilai yang siap pakai. Misalnya, janji harus ditepati, jangan

menipu, katakana yang sejujurnya, bantulah orang yang berada dalam kesulitan.

Sering kali situasi konkrit yang dihadapi adalah situasi dilematis, situasi dimana

kita dihadapkan pada dua atau lebih pilihan nili yang sama-sama sahnya. Dalam

situasi yang demikian, etika dan moralitas dalam pengertian pertama yang tidak

memadai.

Page 3: Bab 8 Etika Lingkungan

2. Model Teori Etika Lingkungan

Terdapat tiga model teori etika lingkungan yaitu yang dikenal sebagai

antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Etika lingkungan yang

bercorak antroposentrisme merupkan sebuah kesalahan cara pandang barat, yang

bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf modern, dimana perhatian utamanya

menganggap bahwa etika hanya berlaku bagi komunitas manusia. Maksudnya

dalam etika lingkungan, manusialah yang dijadikan satu-satunya pusat

pertimbangan dan dianggap relevan dalam pertimbangan moral, yang dilihat

dalam istilah Frankena sebagai satu-satunya moral patient. Akibatnya, secara

Theologis diupayakan agar dihasilkan akibat baik sebanyak mungkin bagi spesies

manusia manusia dan dihindari sebanyak mungkin akibat buruk bagi spesies itu.

Etika antroposentrisme ini dalam pandangan Anne Naes dikategorikan sebagai

Shallow Ecologi ( kepedulian lingkungan yang dangkal.

Cara pandang antroposentrisme, kini dikritik tajam oleh etika

biosentrisme dan eksosentrisme. Bagi biosentrime dan eksosentrisme, manusia

tidak hanya dipandang sebagai mahluk social. Manusia pertama-tama harus

dipahami sebagai mahluk biologis, mahluk ekologis. Dunia bukan sebagai

kumpulan objek-objek terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang

saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental.

Etiak ini mengakui nilai intrinsik semua mahluk hidup dan memandang manusia

tak lebih dari suatu untain jaringan kehidupan.

Eksosentrisme berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.

Berbeda dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada kehidupan

seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etiak pada seluruh komunitas

ekologis, baik yang hidup dan yang tidak. Karena secara ekologis, mahluk hidup

dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenya,

kewajiban dan tanggungjawab moral tidak hanya dibatasi pada mahluk hidup.

Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua

realitas ekologis.

Antroprosentrisme adalah teori etiak lingkungan yang memandang

manusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan kepentingannya

Page 4: Bab 8 Etika Lingkungan

dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan

yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung.

Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang

mempunyai nilai dan mendapat perhatian.segala seatu yang ada dialam semesta

ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi

kepentingan manusia. Oleh karenanya alampun hanya dipandang sebagai objek,

alat dan sarana dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam

hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia, alam tidak mempunyai nilai pada

dirinya sendiri.

Bagi biosentrisme, tidak benar bahwa hanya manusia yang mempunyai

nilai. Alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan

manusia. Ciri utama eetiak ini adalah biosentrik, karena teori ini menganggap

setiap kehidupan dan mahluk hidup mempunyai nilai pada dirinya sendiri

sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Alam perlu

diperlakukan secara moral terlepas apakah dia bernilai bagi manusia atau tidak.

Karena yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela teori ini adalah

kehidupan secara moral, berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan dimuka bumi ini

mempunyai nilai moral yang sama sehingga harus dilindungi dan diselamatkan.

Teori ini mendasarkan moralitas pada keseluruhan kehidupan, entah pada manusia

atau padaq mahluk hidup lainnya.

3. Prinsip-prinsip Etika Lingkungan

Dengan mendasarkan nilai pada teori etika biosentrisme, eksosentrisme,

dan teori mengenai hak asasi alam, kita dapat merumuskan berbagai prisip moral

yang relevan untuk lingkungan hidup. Prinsip-prinsip ini terbuka untuk

dikembangkan lenbih lanjut. Perlu ditekankan bahwa prinsip-prinsip etika

lingkungan ini terutama bertumpu pada dua unsur pokok dari teori biosentrisme

dan eksosentrisme. Prinsip etika lingkungan ada sembilan antara lain :

a) Sikap hormat terhadap alam

Dengan mendasarkan diri pada teori bahwa komunitas ekologis adalah

komunitas moral, setiap anggota komuitas (manusia atau bukan) mempunyai

kewajiban moral untuk saling menghormati. Secara khusus , sebagai pelaku moral

Page 5: Bab 8 Etika Lingkungan

manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghormati kehidupan, baik pada

manusia atau mahluk lain dalam komuniatas ekologis seluruhnya.

Hormat terhadap alam adalah suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai

bagian dari alam semesta seluruhnya. Seperti hal, setiap anggota komunitas social

mempunyia kewajiban moral untuk menghormati kehidupan bersama, demikian

pula setiap anggota komunitas ekologis harus saling menghargai dan menghormati

setiap kehidupan serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga bagian dari

komunitas.

b) Prinsip tanggung jawab

Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam adalah tanggung jawab moral

terhadap alam, karena secara entologis manusia adalah bagian dari integral alam.

Setiap bagian dan benda dialam dicitakan Tuhan dengan tujuannya masing-

masing, terlepas apakah tujuan itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh

karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula

untuk menjaganya. Tanggung jawab itu bukan saja bersifat individual melainkan

juga kolektif. Prinsip tanggung jawab moral ini menuntut manusia untuk

mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan usaha bersamauntuk menjaga alam

semesta dan isinya. Itu berarti kelestarian dan kerusakan alam merupakan

tanggung jawab bersama seluruh umat manusia.

c) Prinsip solidaritas kosmis

Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian

integral alam semesta, bahkan manusia mempunyai kedudukan yang sederajat

dengan alam dan semua mahluk hidup lain dialam ini. Kenyataan ini

membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan

dengan alam dan semua mahluk hidup lain. Prinsip solider kosmis ini lalu

mendorong manusia unu7tk menyelamatkan lingkungan, untuk menyelamatkan

semua kehiupan dialam ini. Karena alam dan seluruh kehidupan didalamnya

mempunyai nilai yang sama bagi kehidupan manusia. solidaritas kosmis juga

mencegah manusia untuk tidak merusak dan mencemari alam dan seluruh

kehidupan didalamnya, sama seperti manusia tidak merusak rumah tangganya

Page 6: Bab 8 Etika Lingkungan

sendiri.

d) Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam

Prinsip kasih sayang dan kepedulian adalah prinsip moral satu arah,

menuju yang lain, tanpa mengharapkan balasan. Ia tidak didasarkan pada

pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-mata untuk kepentingan alam.

Yang menarik , semakin mencintai dan peduli terhadap alam, manusia semakin

berkembang menjadi manusia yang matang, sebagai pribadi dengan identitas yang

kuat. Karena alam memang menghidupkan, tidak hanya dalam pengertian fisik,

melaikan juga dalam pengertian mental dan spritual.

e) Prinsip “No Harm”

Prinsip “No Harm”, artinya karena manusia mempunyai kewajiban moral

dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan merugikan

alam secara tidak perlu. Dengan mendasari diri pada biosentrisme dan

eksosentrisme, manusia berkewajiban moral untuk melindungi kehidupan dialam

semesta ini. Kewajiban, sikap solider dan kepedulian ini bisa mengambil bentuk

minimal berupa tidak melakukan yang merugikan atau mengancam eksistensi

mahluk hidup lain dialam semesta ini.

f) Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam

Pada prinsip ini, ditekankan adalah nilai, kualitas, standar material. Yang

ditekankan buak rakus dan tamak mengumpulkan harta dan memiliki sebanyak-

banyaknya. Yang lebih penting adalah mutu kehidupan yang baik.

g) Prinsip keadilan

Berbeda dengan keenam prinsip sebelumnya, prinsip keadilan tidak

berbicara tentang perilaku manusia terhadap alam semestanya, prinsip ini lebih

berbicara tentang bagaimana manusia berperilaku satu terhadap yang lain dalal

kaitan dengan alam semesta dan bagaimana system social harus diatur agar

berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan hidup. Dalam hal ini, prinsip

keadilan terutama berbicara tentang akses yang sama bagi semua kelompok dan

anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya

alam dan pelestaria alam. Dengan demikian, prinsip keadilan ini telah masuk

dalam politik ekologi, dimana pemerintah dituntut untuk membuka peluang dan

akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut

Page 7: Bab 8 Etika Lingkungan

menetukan kebijkan khususnya dibidang lngkungan dan pemanfaatan alam ini

bagi kepentingan vital manusia. termasuk didal;amnya bahwa semua kelompok

dan anggota masyarakat harus secara proporsional menanggung beban yang

disebabkan oleh rusaknya alam semsetqa yang ada.

h) Prinsip demokrasi

Prinsip demokrsi ini sangat relevan dalam bidang lingkungan , terutama

dalam kaitan pengambilan kebijakan dibidang lingkungan yang menetukan baik-

buruk, rusak-tidaknya, tercemar tidaknya lingkungan hidup. Ini menjadi rinsip

moral politik yang menjadi garansi yang pro lingkungan hidup. Sebaliknya ada

kekawatiran kehidupan politik yang tidak demokratis, dan system politik yang

tidak menjamin adqanya demokrsi akan membahayakan bagi perlindungan

lingkungan hidup. Prinsip demokrasi mencakup beberapa prinsip moral lainnya :

- Demokrasi menjamin adanya keaneka ragaman dan pluralitas, baik

pluralitas kehidupan, pluralitas aspirasi, kelompok politik dan nilai.

- Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan

memperjuangkan nilaiyang dianut oleh setiap orang

- Demokrasi menjami setiap orang dan kelompok masyarakat ikut

berpartisipasi dalam menentukan kebijakn public dan memperoleh peluang yang

sama

- Demokrasi menjamin hak setiap orang untuk memperoleh informasi

yang akurat tentang setiap kebijakan publik

- Demorasi menuntut adanya akuntabilitas public

i) Prinsip integritas moral

Prinsip ini terutama dimaksudkan untuk pejabat public, dimana pejabat

public dituntut agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta

memegang teguh prinsip- prinsip moral yang mengamankan kepentingan public.

4. Etika Baru Lingkungan

Parahnya krisis lingkuangan akibat pembalakan liar, pembakaran hutan

dan pengeksploitasian lingkungan tanpa batas, telah lama menuai protes keras dari

masyarakat, baik lewat tulisan maupun lewat aksi demonstrasi. Dari perspektif

sejarah, gaung protes kaum pecinta lingkungan sebenarnya mulai membahana,

Page 8: Bab 8 Etika Lingkungan

ketika Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring (1962) secara dramatis

meramalkan ancaman kerusakan lingkungan yang menimbulkan hancurnya

ekosistem yang mengancam keselamatan penghuni bumi. Ia meramalkan terjadi

musim semi yang sunyi, tanpa kicauan dan indahnya warna-warni.

Ironisnya, meski protes para pecinta lingkungan terus gencar, tetapi hutan

dan lingkungan disini tetap saja dieksploitasi tanpa batas, dan dibakar sehingga

semakin merusak lingkungan dan telah memusnahkan banyak ekosistem

didalamnya. Seperti bencana Lumpur beracun, PT lapindo Brantas Sidoarjo, yang

terkesan dibiarkan berlarut-larut sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan

yang sangat parah, dan belum diketahui kapan selesai penangananya .

Seperti kata Erich Fromm dalam bukunya To Have or to Be, keinginan

padahal merupakan sesuatu yang tidak terbatas. Keinginan untuk memiliki sesuatu

akan muncul keinginan berikutnya yang akan menimbulkan keserakahan.

Keserakahan itu sifatnya tidak terbata, tidak pernah sampai pada titik jenuh,

karena ini menyangkut mental. Oleh karena itu, ada dua hal yang harus

diperhatikan secara serius, pertama, sebagaimana kerap dikumandangkan para

pemerhati lingkungan, yaitu penegakan hokum secara tegas terhadap semua

perusak hutan. Bahkan itu menjadi kata kunci dari semua permasalahan ini. Sikap

bodoh dan permisif masyarakat terhadap penjarahan hutan, pembakaran liar, adan

pembakaran hutan disebabkan karena kurng tegasnya pemerintah dalam

menerapkan Hukum secara adilo. Kedua, sudah saatnya dibutuhkan kemanusiaan

baru yang beretika, dan memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, yang sanggup

menghubungkan pola kehidupan yang lebih sehat dengan lingkungan dan tidak

bersifat eksploitatif.

Etiak lingkungan seperti itu, kerap pula disebut etika lingkungan yang namanya

kontekstualisme atau etika kontekstual. Dalam kontekstualisme ini tidak

diperlawankan manusia dengan alam atau lingkungannya, tetapi memandang

dampak-dampak dari kontaknya sebagai perilaku yang mandiri. Suatu etika yang

berlandas kuat dalam kosmos, sekaligus dalam landas pikiran dan tingkah laku

manusia yang bukan hanya memanfaatkan alam demi keuntungan semata,

melainkan harus bertanggung jawab mengembangkan daya-dayanya demi

generasi yang akan dating. Artinya, dalam diri masyarakat ditanamkan kesadaran

Page 9: Bab 8 Etika Lingkungan

lewat pembentukan kepribadian dan jiwa kosmis, bahwa hutan memiliki fungsi

yang sangat sentral untuk kehidupan kita sekarang dan generasi yang akan datang.

Dalam kaitannya ini, kata ekolog Robin Attfield, manusia harus tegas merombak

cara berpikir yang lazim dalam pengelolaan alam, dan disiplin berpikir dengan

bertolak dari sisi alam, bukan dari sisinya sendiri. Tuntutan suatu etika lingkungan

hidup baru dapat dirangkum sebagai

berikut :

1. Manusia harus belajar untuk menghormati alam. Alam dilihat tidak sematamata

sebagai sesuatu yang berguna bagi manusia, melainkan yang mempunyai nilai

sendiri. Kalau terpaksa manusia men-campuri proses-proses alam, maka tidak

seluruhnya dan dengan terus menerus menjaga keutuhannya.

2. Manusia harus memberikan suatu perasaan tanggung jawab khusus terhadap

lingkungan lokal. Agar lingkungan manusia bersih, sehat, alamiah, sejauh

mungkin diupayakan agar manusia tidak membuang sampah seenaknya,

3. Manusia harus merasa bertanggung jawab terhadap kelestarian biosfer. Untuk itu,

diperlukan sikap peka terhadap kehidupan.

4. Etika lingkungan hidup baru menuntut larangan keras untuk merusak, mengotori

dan meracuni. Terhadap alam atau bagiannya manusia tidak mengambil sikap

yang merusak, mematikan, menghabiskan, mengotori, menyia-nyiakan,

melumpuhkan, ataupun membuang.

5. Solidaritas dengan generasi-generasi yang akan datang. Harus menjadi acuantetap

dalam komunikasi dengan lingkungan

5. Kesadaran Lingkungan

Hasil penelitian teoritik tentang kesadarna lingkungan hidup dari Neolaka

(1991), menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap

sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup, yang dapat terlihat dari perlaku

dan tidakan masing-masing individu .Menurut Joseph Murphy, kesadaran adalah

siuman atau sadar akan tingkah lakunya yanitu pikiran sadar yang diingini

Dari teori diatas maka dapat diberikan pengertian sebagai berikut.

Pertama, kesadaran ialah pengetahuan sadar sama dengan tahu. Pengetahuan

akan hal yang nyata, konkrit, dimaksudkan adalah pengetahuan yang mendalam.

Page 10: Bab 8 Etika Lingkungan

Contohnya jika ada pengetahuan bahwa dilarang membuang sampah kesungai, itu

penting ditaati, maka manusia tersebut menunjukkan bahwa ia sadar lingkungan.

Menurut Ensiklopedia Umum (1977) lingkungan adalah alam sekitar termasuk

orang-orangnya dalam hidup pergaulan yang mempengaruhi manusia sebagai

anggota masyarakat dalam kehidupan kebudayaannya. Menurut Ensiklopedia

Indonesia (1983), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar organisme

meliputi lingkungan mati yaitu lingkungan diluar suatu organisme yang terdiri

dari benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan kimia, cahaya,

gravitasi, atmosfer, suhu, dan lain-lain. Lingkungan hidup adalah lingkungan

diluar suatu organisme yang terdiri dari organisme hidup, seperti tumbuhan,

hewan dan manusia.

Setelah diberikan pengertian tentang lingkungan maka akan dibahas

mengenai “lingkungan hidup”. Menurut UU RI No.4 tahun 1982, tentang

ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU RI No.23

tahun 1997. tentang pengelolaan lingkuang hidup , diakatakan bahwa ;

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan

dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup

lainnya.

Dalam sejarah, kesadaran lingkungan telah berlangsung dari proses tahap

awal lingkungan habitat yaitu dengan konferensi Stockholm,1972. Di Indonesia

diwujudkan pembentukan lembaga non kepemerintahan, yaitu Meneg PPLH dan

sekarang meneg LH. Masing-masing dengan acuan yang ditetapkan dalam GBHN

Page 11: Bab 8 Etika Lingkungan

Makalah Biologi Umum II

ETIKA LINGKUNGAN

DISU SUN

O L E H :

Nama : Jakop HutapeaNIM : 409141044Jurusan : Pend Bio B 2009

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN2010

Page 12: Bab 8 Etika Lingkungan