bab 7 (mengukur dan mengendalikan aktiva yang dikelola)

23
MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN “MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA” Disusun oleh : 1. Devy K. Putri F0311039 2. Nur Aini Kusumaningrum F0311087 3. Nur Chayati F0311088 4. Rahajeng Sekar Pramudita F0311096 FAKULTAS EKONOMI 1

Upload: nur-chayati

Post on 29-Dec-2015

1.301 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

MAKALAH

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

“MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA”

Disusun oleh :

1. Devy K. Putri F0311039

2. Nur Aini Kusumaningrum F0311087

3. Nur Chayati F0311088

4. Rahajeng Sekar Pramudita F0311096

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

1

Page 2: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA

Dibeberapa unit usaha, mereka lebih memfokuskan pada perolehan laba yang diukur

dari selisih antara pendapatan dan beban. Sedangkan di unit usaha yang lain, laba

dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Disini kita

akan membahas mengenai berbagai jenis aktiva yang digunakan oleh suatu pusat investasi,

serta bagaimana cara mengukur dan mengendalikan aktiva atau asat tersebut.

Struktur Analisis

Ada 2 tujuan pengukuran penggunaan aktiva, antara lain :

1. Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan mengenai

aktiva yang digunakan.

2. Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi.

Semakin banyak sumber daya yang digunakan, maka seharusnya semakin besar laba

yang akan diperoleh. Perbandingan ini digunakan untuk menilai kinerja manajer unit usaha

serta memutuskan cara pengalokasian sumber daya.

Umumnya para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama, mereka

harus menghasilkan laba yang mencukupi dari sumber daya yang digunakan. Kedua,

mereka dapat menggunakan sumber daya tambahan hanya jika penggunaan tersebut

menghasilkan tingkat return yang lebih baik.

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghubungkan antara laba dengan

dasar investasi/aktiva :

1. ROI (Return On Investment), yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi.

Rumusnya adalah dengan membagi pendapatan dengan investasi..

2. EVA (Economic Value Added), diperoleh dengan mengurangkan beban modal dari net

operating profit.

Mengukur Aktiva Yang Digunakan

Kas

Kas biasanya dikendalikan secara terpusat, karena pengendalian pusat memungkinkan

penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit memegang saldo kas yang

dibutuhkanya untuk menyeimbangkan perbedaan antara kas masuk dan kas keluar.

2

Page 3: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat unit usaha cenderung lebih kecil dibandingkan

dengan saldo kas yang diperlukan.

Suatu alasan untuk memasukkan kas pada jumlah yang lebih besar daripada saldo yang

biasanya dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih besar ini

diperlukan untuk memungkinkan perbandingan dengan perusahaan luar. Beberapa

perusahaan mengabaikan unsur kas dalam dasar investasi. Alasannya adalah bahwa karena

jumlah kas tersebut mendekati kewajiban lancar (current liabilities). Jika demikian halnya,

jumlah piutang dan perusahaan akan mendekati jumlah modal kerja (working capital).

Piutang

Memasukkan unsur piutang pada harga jual atau pada harga pokok penjualan

merupakan hal yang masih diperdebatkan. Suatu phak dapat berargumen bahwa investasi

riil dari suatu unit dalam piutang adalah hanya sebesar harga pokokk penjualan dan bahwa

tingkat pengembalian yang memuaskan atas investasi ini mugkin sudah mencukupi. Dilain

pihak, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa unit usaha dapat mnginvestasikan

kembali uang yang diperoleh dari piutang, dan karena itu, piutang harus dimasukkan pada

harga jualnya. Yang biasanya dilakukan adalah mengambil alternative yang lebih

sederhana yaitu memasukkan piutang pada nilai buku, yang merupakan harga jual

dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih.

Persediaan

Persediaan biasanya dicatat pada jumlah akhir periode meskipun rata-rata antarperiode

lebih baik secara konsep. Pada saat inflasi tingkat harga akan mengalami peningkatan

yang cukup tinggi dan akan mempengaruhi nilai persediaan suatu perusahaan. Untuk

memperlihatkan laporan keuangan yang baik dengan tingkat laba yang cukup tinggi

perusahaan disarankan menggunakan metode FIFO karena dalam metode ini persediaan

akhir akan tercatat dalam harga yang tinggi sehingga menghasilkan harga pokok yang lebih

rendah. Sedangkan untuk megurangi pajak yang harus ditanggung perusahaan maka

perusahan disarankan menggunakan LIFO karena laba yang didapat akan lebih rendah jika

menggunakan metode ini.

Jika persediaan barang dalam proses (work-in-process) didanai melalui pembayaran

dimuka (advance payment) atau pembayaran cicilan (progress payment) dari konsumen,

pembayaran tersebut akan dikurangi dari jumlah persediaan kotor (gross inventory

amounts), atau dilaporkan sebagai kewajiban. Beberapa perusahaan mengurangkan utang

3

Page 4: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

usaha dari persediaan dengan dasar bahwa utang mencerminkan pendanaan atas sebagian

persediaan oleh pemasok, tanpa biaya untuk unit usaha. Modal perusahaan yang

dibutuhkan untuk persediaan adalah hanya sebesar selisih antara jumlah persediaan kotor

dan utang. Jika unit usaha tersebut dapat mempengaruhi periode pembayaran yang

diperbolehkan oleh pemasok, maka memasukkan unsur utang dalam perhitungan itu

mendorong manajer untuk mencari persyaratan pembayaran yang terbaik.

Modal Kerja Secara Umum

Perlakuan atas modal kerja sangat bervariasi. Pada satu sisi, perusahaan memasukkan

seluruh aktiva lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak mengeliminasi kwajiban

lancar. Metode tersebut adalah beralasan dari sudut pandang motivasional jika unit usaha

tidak dapat mempengaruhi utang atau kewajiban lancar lainnya. Tetapi metode tersebut

menyatakan terlalu tinggi (overstate) jumlah modal korporat yang diperlukan untuk

mendanai unit usaha, karena kewajiban lancar merupakan sumber modal, seringkali

dengan biaya bunga sama dengan nol. Dilain pihak, seluruh kewajiban lancar dapat

dikurangkan dari aktiva lancar.

Properti, Pabrik, dan Peralatan

Dalam akuntansi keuangan, aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya perolehan dan

biaya ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui penyusutan. Hampir semua

perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur profitabilitas atas dasar

aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan pemasalahan serius dalam penggunaan sistem

tersebut untuk tujuan yang dimaksudkan. Adapun permasalahan tersebut yaitu berupa :

1. Akuisisi peralatan baru

2. Nilai buku kotor

3. Disposisi aktiva

4. Penyusutan Anuitas

5. Metode penilaian yang lain

Akuisisi Peralatan Baru

Jika aktiva yang telah disusutkan dimasukkan kedalam dasar investasi pada nilai buku

bersih, maka profitabilitas unit usaha tersebut akan dinyatakan salah saji pada nilai buku

bersih dan para manajer unit usaha akan termotivasi untuk mengambil keputusan akuisisi

4

Page 5: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

yang tepat. Untuk mengilustrasikan bagaimana manajer akan mengambil keputusan, akan

diperlihatkan pada contoh berikut ini:

A. Asumsinya bahwa:

Investasi mesin baru $100.000

Perkiraan kas masuk per tahun $27.000

Masa manfaat 5 tahun

Required return 10 % (Investasinya termasuk baik)

B. Asumsinya bahwa:

Mesin tersebut dibeli dan perusahaan mengukur dasar aktiva seperti gambar 7.1

Perusahaan melaporkan penurunan EVA pada tahun pertama.

Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus

Contoh

(dalam ribuan $)

             

  A. Perhitungan ekonomi  

  Investasi pada mesin 100  

  Masa manfaat 5 tahun,  

  Arus kas masuk, $27.000 per tahun  

  Nilai sekarang dari arus kas masuk ($27.000 x 3,791)* 1024  

  Nilai sekarang bersih 24  

  Keputusan: Membeli mesin.  

             

Nilai Buku Kotor

Fluktuasi dalam EVA dan ROI dari tahun ke tahun pada contoh dibawah dapat

dihindari dengan memasukkan unsur aktiva yang dapat disusutkan (depreciable asset)

dalam dasar investasi pada nilai buku kotornya (gross book value). Seperti contoh Investasi

setiap tahun adalah $100.000 dan pendapatan tambahannya adalah $7.000 yang didapat

dari arus kas masuk sebesar $27.000 – penyusutan sebesar $20.000). Meskipun demikian,

EVA-nya akan menurun sebesar $3.000 ($7.000 – beban bunga sebesar $10.000), ROI-nya

sebesar 7% ($7.000 / $100.000). Kedua angka tersebut menandakan bahwa profitabilitas

perusahaan tersebut menurun, yang pada kenyataannya tidak benar. ROI yang dihiung

berdasarkan nilai buku kotor akan selalu menyatakan terlalu rendah tingkat pengembalian

sebenarnya.

5

Page 6: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

Contoh

Dampak Akuisisi terhadap Laba Tahunan yang Dilaporkan

Tahun

Nilai Buku Awal

Tahun

Pendapatan

Inkremental

Beban

ModalEVA ROI

a b c b-c b+a

1 100 7 10 -3 7%

2 80 7 8 -1 9%

3 60 7 6 1 12%

4 40 7 4 3 18%

5 20 7 2 5 35%

Disposisi Aktiva

Jika satu mesin baru dianggap akan menggantikan mesin yang telah ada dan yang

masih memilliki nilai buku yang belum disusutkan, diketahui bahwa nilai buku tersebut

tidak relevan dalam analisis ekonmi atas usulan pembelian (kecuali bahwa secara tidak

langsung hal tersebut mempengaruhi pajak penghasilan). Tetapi, menghilangkan nila buku

dari aktiva lama dapat mempengaruhi perhitungan profitabilitas unit usaha secara

substansi. Nilai buku kotor akan meningkat hanya sebesar selisih antara nilai buku bersih

setelah tahun pertama dari mesin yang baru dengan nilai buku bersih dari mesin yang lama.

Dalam kedua kasus tersebut, jumlah yang relevan dari investasi tambahan akan

dinyatakan terlalu rendah, dan selanjutnya EVA akan dinyatakan terlalu tinggi. Hal ini

akan mendorong para manajer untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru, bahhkan

ketika penggantian itu tidak dibenarkan secara ekonomis. Lebih lanjut lagi, unit-unit usaha

yang paling banyak melakukan penggantian akan menunjukkan kenaikan profitabilitas

yang besar.

Penyusutan Anuitas

Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas dan bukan oleh metode garis lurus,

maka perhitungan profitabilitas perusahaan akan menunjukkan EVA dan ROI yang tepat.

Hal ini disebabkan karena metode penyusutan anuitas sesungguhnya mengaitkan

pengembalian investasi yang implicit salam perhitungan present value. Penyusutan anuitas

merupakan kebalikan dari penyusutan yang dipercepat, dimana jumlah penyusutan tahunan

6

Page 7: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

adalah rendah pada tahun-tahun pertama ketika nilai investasinya masih tinggi dan

meningkat setiap tahunnya seiring dengan menurunnya nilai investasi tetapi tingkat

pengembalian hasil tetap konstan.

Namun hanya sedikit sekali manajer yang menerima ide mengenai penyisihan

penyusutan yang meningkat pada saat umur asset semakin tua. Mereka melihat penyusutan

akuntansi sebagai cerminan dari penurunan kondisi fisik atau kerugian dalam ekonomis.

Oleh karena itu, mereka percaya bahwa penyusutan dengan metode garis lurus, ataupun

yang dipercepat, merupakan metode yang paling menggambarkan kondisi dilapangan.

Akibatnya, sangat sulit untuk meyakinkan mereka guna menerima konsep metode anuitas

untuk mengukur laba unit usaha.

Metode Penilaian yang Lain

Beberapa perusahaan menggunakan nilai buku bersih tetapi menetapkan batas bawah,

biasanya 50 persen, sebagai biaya awal yang dapat dihapus. Hal ini mengurangi distorsi

yang terjadi dalam unit usaha yang memiliki aktiva yamg tua. Kesulitan dalam metode ini

adalah bahwa suatu unit usaha dengan aktiva tetap yang memiliki nilai buku bersih diatas

50 persen nilai buku kotornya dapat mengurangi dasar investasi dengan sepenuhnya

membuang aktiva –aktiva yang masih bagus. Perusahaan-perusahaan lain sama sekali tidak

menggunakan catatan akuntansi dan menggunakan estimasi nilai sekarang (current value)

dari aktiva. Perusahaan-perusahaan memperoleh jumlah tersebut dengan cara menilai

aktiva secara berkala (katakanlah, setiap lima tahun atau ketika manajer unit usaha yang

baru mengambil alih), dengan menyesuikan biaya awal menggunakan suatu indeks

perubahan pada harga peralatan, atau dengan menggunakan nilai asuransi.

Aset-aset yang Disewagunausahakan

Asumsikan suatu unit usaha yang yang laporan keuangannyaditunjukkan pada

Tampilan 7.1 menjual aktiva tetapnya seharga nilai bukunya yaitu $300.000,

mengembalikan hasil penjualannya kepada kantor pusat korporat, dan kemudian

menyewagunausahakan aktiva tersebut denfan tariff sewa $60.000 per tahun. Sebagaimana

yang ditunjukan oleh Tampilan 7.8, laba sebelum pajak dari unit usaha tersebut akan

menurun akibat beban sewa baru yang lebih tinggi daripada beban penyusutan yang

dihilangkan. Meskipun demikian EVA-nya akan naik karena biaya yang lebih tinggi

tersebut akan diimbangi oleh penurunan beban modal yang dihilangkan. Oleh karena itu,

para manajer unit usaha lebih terdorong untuk menyewa daripada memiliki aktiva ketika

7

Page 8: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

beban bunga terkandung dalam biaya sewa lebih kecil daripada beban modal yang

dikenakan sebagai dasar investasi dari unit usaha.

Dampak dari Sewa Guna Usaha atas Aktiva – Laporan Rugi (dalam ribuan $)

    Tampilan 7.1  Jika Aset

Disewagunausahakan

Pendapatan 1,000 1,000

Pengeluaran selain di bawah ini 850 850

Penyusutan 50 900

Beban Sewa   60 910

Laba sebelum pajak 100 90

Beban modal $500 x 10% 50

$200 x 10%   20

EVA 50 70

Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan perjanjian pendanaan, yaitu perjanjian

tersebut memberikan cara alternatif untuk menggunakan aktiva yang seharusnya

didapatkan dari pendanaan dengan utang dan modal. Sewa guna usaha finansial (yaitu

sewa guna usaha jangka panjang yang setara dengan nilai sekarang dari arus beban sewa)

adalah sama dengan utang dan dilaporkan juga dalam neraca. Keputusan pendanaan

biasanya dilakukan oleh kantor pusat. Karena alasan tersebut, pembatasan biasanya

diberlakukan pada kebebasan manajer unit usaha untuk melakukan sewa guna usaha atas

aktiva.

Aktiva yang Menganggur

Jika suatu unit usaha memiliki aktiva yang menganggur (idle asset) yang dapat

digunakan oleh unit lain, maka unit usaha tersebut dapat diperbolehkan untuk

mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan dari ijin ini adalah untuk

mendorong para manajer unit usaha guna melepas aktiva menganggur ke unit lain yang

mungkin memerlukannya. Tetapi, jika aktiva tetap tersebut tidak dapat digunakan oleh unit

lain, maka pemberian izin untuk menjual atau mengganti aktiva tersebut akan

menimbulkan tindakan-tindakan yang disfungsional. Misalnya, hal tersebut akan

mendorong manajer unit usaha untuk menganggurkan aktiva yang tidak menghasilkan

tingkat pengembalian yang sama dengan target laba unit usaha. Jika tidak ada alternatif

8

Page 9: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

lain dari penggunaan peralatan, kontribusi apa pun dari peralatan tersebut akan

meningkatkan laba perusahaan.

Aktiva Tidak Berwujud

Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengembangan yang

intensif; (misalnnya, perusahaan farmasi seperti Novartis menghabiskan dana yang besar

untuk mengembangkan produk baru), sedang yang lainnya cenderung fokus pada

pemasaran (misalnya, perusahaan barang konsumen seperti Unilever yang menghabiskan

banyak dana untuk iklannya). Ada keuntungan dalam mengkapitalisasi aktiva tidak

berwujud seperti R & D dan pemasaran, serta kemudian mengamortisasinya selama masa

manfaatnya. Metode tersebut akan mengubah cara para manajer unit usaha memandang

pengeluaran semacam ini. Dengan menghitung aktiva semacam ini sebagai investasi

jangka panjang, manajer unit usaha akan memperoleh manfaat jangka pandek yang lebih

sedikit dari pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut. Sebagai contoh, jika

pengeluaran R&D langsung dibebankan, maka setiap dolar dari pengurangan R&D

merupakan tambahan dolar untuk laba sebelum pajak. Di lain pihak, jika biaya R&D

dikapitalisasi, maka setiap pengurangan satu dolar akan mengurangi aktiva yang digunakan

sebesar satu dolat, sehingga beban modal dapat berkurang sebesar satu dolar dikalikan

biaya modal, yang hanya memiliki dampak positif yang jauh lebih kecil terhadap EVA.

Kewajiban Tidak Lancar

Kadang-kadang, suatu unit usaha menerima modal permanennya dari kumpulan dana

korporat. Korporat memperoleh dana tersebut dari pemberi pinjaman, investor modal, dan

laba ditahan. Bagi unit usaha, jumlah total dari dana tersebut adalah relevan tetapi tidak

dengan sumber daya dari mana dana tersebut berasal. Meskipun demikian, dalam situasi

yang tidak lazim, pendanaan suatu unit usaha mungkin saja merupakan hal yang aneh bagi

unit usaha itu sendiri. Sebagai contoh, suatu unit yang membangun atau mengoperasikan

suatu perumahan atau gedung kantor menggunakan proporsi yang jauh lebih besar untuk

modal utang dibandingkan dengan suatu unit manufaktur atau pemasaran. Karena modal

tersebut didapat melalui pinjaman hipotik atas aktiva unit usaha tersebut, maka sebaiknya

dana dipinjam diperhitungkan secara terpuisah dang perhitungan EVA-nya dilakukan

berdasarkan aktiva diperoleh dari sumber umum korporat, dan bukan total aktiva.

9

Page 10: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

Beban Modal

Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk menghitung

beban modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi daripada tarif korporat

untuk pendanaan dengan utang karena dana yang terlibat merupakan campuran antara

utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-cost equity). Biasanya tarif tersebut

ditetapkan dibawah estimasi biaya modal perusahaan sehingga EVA atas rata-rata unit

usaha berada di atas nol.

Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja daripada

untuk aktiva tetap. Hal ini dapat mencerminkan penilaian bahwa modal kerja lebih kecil

risikonya daripada aset tetap, karena dananya disalurkan untuk periode yang lebih pendek.

Dalam kasus-kasus lain, tarif yang lebih rendah merupakan cara untuk

mengkompensasikan fakta bahwa perusahaan tersebut memasukkan unsur persediaan dan

piutang dalam dasar investasinya pada jumlah kotor (yaitu, tanpa mengurangkan utang

usaha). Perusahaan tersebut menyadari fakta bahwa dana yang didapatkan dari utang usaha

memiliki biaya bunga sama dengan nol.

Survei-survei Praktik

Praktik-praktik pengelolaan pusat investasi disimpulkan dalam Tampilan 7.7, 7.9 dan

7.10. Kebanyakan perusahaan memasukkan unsure aktiva tetap ke dalam dasar investasi

pada nilai buku bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan karena ini merupakan

jumlah dengan mana aktiva tersebut dicatat dalam laporan keuangan tersebut,

mencerminkan jumlah modal yang digunakan dalam divisi tersebut. Manajemen menyadari

bahwa metode ini memberikan sinyal yang menyesatkan, tetapi mereka yakin orang-orang

harus memberikan kelonggaran untuk kesalahan tersebut pada saat menginterprestasikan

laporan laba unit usaha dan metode alternatif penghitungan dasar investasi tidak dapat

dipercaya karena sangat subyektif. Mereka menolak pendekatan penyusutan anuitas

dengan dasar cara penghitungan penyusutan untuk tujuan pelaporan keuangannya.

10

Page 11: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

Aktiva-aktiva yang Termasuk dalam Dasar Investasi

   

Persentase Responden yang Memasukkan Aktivanya ke

dalam dasar akuntansi

   Amerika Serikat Belanda

Aktiva LancarKas 47% 59%Piutang 90% 94%Persediaan 95% 93%Aktiva lancar lainnya 83% 79%

Aktiva TetapTanah dan bangunan yang digunakan sendiri oleh pusat laba tersebut 97% 82%Alokasi tanah dan bangunan yang digunakan oleh dua pusat laba atau lebih 49% 47%Peralatan yang digunakan oleh pusat laba tersebut 96% 88%Alokasi peralatan yang digunakan oleh dua pusat laba atau lebih 48% 46%Sebuah alokasi aset untuk sentra riset kantor pusat 19% 16%

Lain-lainInvestasi 53% Tidak adaGoodwill 55% Tidak ada

Kewajiban yang Dikurangka dalam Menghitung Dasar Investasi

 

Persentase Responden yang Memasukkan Kewajibannya ke dalam

dasar akuntansi

 Amerika Serikat Belanda

Utang usaha 73% 91%Utang intraperusahaan 46% 57%Kewajiban lancar lainnya 68% 69%Utang pajak 28% Tidak adaKewajiban tak lancar lainnya 47% 58%

11

Page 12: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

EVA vs ROI

Hampir semua perusahaan yang mempunyai pusat investasi mengevaluasi unit-unit

usahanya berdasarkan ROI, dibandingkan yang menggunakan EVA. Ada tiga keuntungan

ROI. :

a. Pertama, ROI merupakan pengukuran yang komprehensif dimana semua hal yang

mempengaruhi laporan keuangan tercermin dari rasio ini.

b. Kedua, ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam pengertian

absolut.

c. Ketiga, ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi

yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas, tanpa mempedulikan ukuran dan jenis

usahanya. Kinerja dari berbagai unit yang berbeda dapat saling dibandingkan secara

langsung. Selain itu, data ROI tersedia sebagai pembanding dan dapat digunakan

sebagai dasar untuk perbandingan.

Hasil jumlah EVA tidak tersedia sebagai dasar untuk pembanding. Namun pendekatan

EVA memiliki beberapa keuntungan. Ada empat alasan yang mendorong untuk

menggunakan EVA atas ROI.

a. Pertama, dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk

perbandingan investasi. Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan insentif yang

berbeda untuk investasi diantara unit-unit usaha.

b. Kedua, keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat

menurunkan laba keseluruhan. Jika kinerja suatu pusat investasi diukur dengan EVA,

maka investasi-investasi yang menghasilkan laba diatas biaya modal akan

meningkatkan EVA dan oleh karena itu, akan lebih menarik bagi manajer.

c. Ketiga, tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset yang

berbeda pula.

d. Keempat, EVA berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih kuat

terhadap perubahan-perubahan dalam nilai pasar perusahaan.

Para pemegang saham merupakan pemilik kepentingan yang penting dalam

perusahaan. Ada beberapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham menjadi

sangat penting bagi perusahaan:

a. Mengurangi risiko pengambilalihan (takeover);

b. Menciptakan nilai tukar unutk agresivitas dalam merger dan akuisisi, dan

c. Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk

pertunbuhan masa depan.

12

Page 13: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

Jadi, mengoptimalkan nilai pemegang saham merupakan tujuan penting bagi suatu

perusahaan. Tetapi karena nilai pemegang saham mengukur nilai konsolidasi perusahaan

secara keseluruhan, maka hampir tidak mungkin untuk menggunakannya sebagai kriteria

kinerja untuk suatu tanggung jawab individual organisasi. Oleh karena itu, sebagai

pemegang saham mengharapkan terdapat peningkatan nilai saham dengan menciptakan

dan meningkatkan EVA. Kecenderungan bahwa perusahaan dengan EVA yang tinggi

memperlihatkan nilai tambah pasar yang tinggi dan keuntungan yang tinggi bagi para

pemegang saham. Ketika digunakan sebagai ukuran kinerja, EVA mendorong para manajer

untuk meningkatkan EVA dengan cara mengambil tindakan-tindakan yang konsisten

dengan peningkatan nilai pemegang saham. EVA diukur dengan cara sebagai berikut:

1. EVA = Laba bersih – Beban modal

dengan

Beban Modal = Biaya modal x modal yang digunakan ( 1 )

Cara lain untuk menyatakan persamaan ( 1 ) adalah :

2. EVA = Modal yang digunakan ( ROI – Biaya modal )( 2 )

Tindakan-tindakan berikut akan meningkatkan EVA sebagaimana ditunjukkan oleh

persamaan (2): (i) peningkatan ROI melalui business process

reengineering dan productivity gains , tanpa menaikkan dasar investasi; (ii) divestasi

aktiva,produk dan atau bisnis yang ROI-nya kurang dari biaya modal; (iii) investasi agresif

yang baru dalam aktiva,produk, dan atau bisnis yang ROI-nya melebihi biaya modal dan

(iv) peningkatan penjualan,margin laba,atau efisiensi modal (rasio penjualan terhadap

modal yang digunakan), atau penurunan persentase biaya modal tanpa mempengaruhi

variable lain dalam persamaan (2). Tindakan-tindakan tersebut jelas merupakan yang

terbaik bagi kepentingan perusahaan. 

EVA memecahkan permasalan mengenai perbedaan tujuan laba untuk aktiva yang

sama dalam unit usaha yang berbeda dan tujuan laba yang sama pada unit usaha sama.

Metode tersebut memungkinkan untuk memasukkan peraturan keputusan yang sama

dengan yang digunakan dalam proses perencanaan ke dalam sistem pengukuran: Semakin

rumit proses perencanaan, semakin rumit juga perhitungan EVA-nya.

Pertimbangan Tambahan dalam Mengevaluasi Manajer

Dengan melihat kelemahan ROI, kelihatannya mengejutkan bahwa ROI digunakan

secara luas. Diketahui dari pengalaman pribadi bahwa kesalahan konseptual ROI untuk

13

Page 14: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

evaluasi kinerja adalah nyata dan menyebabkan timbulnya perilaku disfungsional dari para

manajer unit usaha.

Penggunaan EVA sebagai perangkat pengukuran kinerja sangat disarankan. Tetapi,

EVA tidak menyelesaikan seluruh masalah yang berkaitan dengan penghitungan aktiva

tetap, seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, kecuali metode penyusutan anuitas

dipergunakan, dan hal ini jarang dilakukan dalam praktik bisnis sehari-hari. EVA

menyelesaikan masalah yang ditimbulkan dari perbedaan potensi laba. Seluruh unit usaha,

tanpa melihat profitabilitasnya, akan termotivasi untuk meningkatkan investasi jika tingkat

pengembalian dari investasi tersebut melebihi tarif yang ditentukan oleh sistem

pengukuran.

Lebih lanjut lagi, beberapa aktiva mungkin akan dinyatakan terlalu rendah nilainya

ketika dikapitalisasi, sementara aktiva lain ketika dibebankan. Meskipun biaya pembelian

aktiva tetap biasanya dikapitaliasi, sejumlah besar investasi dalam biaya awal,

pengembangan produk baru, organisasi dealer, dan sebagainya, mungkin dapat dihapuskan

sebagai beban, dan dengan demikian tidak akan terlihat dalam dasar investasi. Hal tersebut

biasa digunakan pada unit-unit pemasaran. Ketika sekelompok unit usaha dengan tanggung

jawab pemasaran yang berbeda-beda diberikan peringkat, maka unit dengan kegiatan

pemasaran yang relatif besar akan cenderung memiliki EVA yang lebih besar.

Dengan mempertimbangkan hal ini, beberapa perusahaan memutuskan untuk

mengeluarkan unsur aktiva tetap dari dasar investasi. Perusahaan-perusahaan tersebut

membebankan beban bunga hanya untuk aktiva yang dapat dikendalikan, dan

mengendalikan aktiva tetap dengan perangka terpisah. Aktiva yang dapat dikendalikan

pada dasarnya merupakan modal kerja. Para manajer dapat membuat kebijakan yang

mempengaruhi aktiva-aktiva tersebut. Jika keputusan tersebut salah, dampa serius akan

timbul.

Investasi dalam aktiva tetap dikendalikan oleh proses anggaran modal sebelum

terjadinya dan oleh audit setelah penyelesaian untuk menentukan apakah ada arus kas yang

diantisipasi terwujud. Hal tersebut jauh lebih dari memuaskan karena penghematan atau

pendapatan aktual dari akuisisi aktiva tetap tidak dapat diidentifikasikan.

Evaluasi Kinerja Perusahaan

14

Page 15: Bab 7 (Mengukur Dan Mengendalikan Aktiva Yang Dikelola)

Pembahasan sampai pada saat ini terfokus pada pengukuran kinerja dari para manajer

unit usaha. Laporan-laporan manajemen dibuat bulanan atau kuartalan sementara laporan

kinerja ekonomi biasanya dibuat dengan selang waktu yang tidak tetap, biasanya sekali

dalam selang beberapa tahun.

Laporan-laporan ekonomi merupakan instrumen yang diagnostik. Laporan tersebut

memberikan indikasi apakah strategi unit usaha yang sekarang sudah memuaskan dan jika

tidak, keputusan apa yang harus diambil untuk unit usaha-memperbesar, memperkecil,

mengubah arah, atau menjualnya. Analisis ekonomi atas suatu unit usaha dapat

memperlihatkan bahwa rencana yang sekarang atas produk-produk, pabrik dan peralatan

baru, atau strategi baru yang lain.

Laporan-laporan ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai perusahaan

secara keseluruhan. Nilai semacam ini disebut breakup value – yaitu, estimasi jumlah yang

akan diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing unit usaha dijual. Laporan

tersebut menunjukkan unit usaha yang menarik dan dapat mengindikasikan bahwa

manajemen senior salah mengalokasikan waktu mereka yang terbatas – yaitu,

menghabiskan waktu yang terlalu banyak untuk unit usaha yang cenderung tidak banyak

memberikan kontribusi kepada profitabilitas total perusahaan. Jarak antara profitabilitas

yang sekarang dengan breakup value menunjukkan perubaha-perubahan yang harus

dilakukan.

Perbedaan yang paling nyata antara kedua jenis laporan tersebut adalah bahwa laporan

ekonomi lebih terfokus pada profitabilitas di masa depan daripada profitabilitas yang

sekarang atau yang lalu. Nilai buku dari aktiva dan penyusustan berdasarkan biaya historis

aktiva. Informasi ini tidaklah relevan untuk laporan yang memperkirakan masa depan.

Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di masa

depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di masa depna

dan mendiskusikan setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang telah ditentukan. Analisis

tersebut dilakukan untuk lima, atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang. Meskipun

estimasi-estimasi tersebut pada umumnya berupa estimasi yang kasar, namun tetap

memberikan cara yang berbeda dalam melihat unit usaha, dibandingkan dengan apa yang

ada pada laporan-laporan kinerja.

Sumber:

Anthony, R.N. and Govindarajan, V. Management Control System, 12th Ed. USA (2007): McGraw-Hill Irwin.

15