bab 6 sop

Upload: michael-rion

Post on 10-Mar-2016

50 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SOP TPA

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR Penyusunan DED Peningkatan Kinerja TPA Sampah Kota Waingapu

Kabupaten Sumba Timur

Pedoman PengoperasionPedoman Operasi dan Keselamatan Kerja di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur ini ditujukan untuk mengoperasikan TPA ini sesuai dengan metode operasi yang dipilih yaitu Controlled Landfill yang ramah lingkungan.

6.1. MAKSUD DAN TUJUAN

Pedoman ini dimaksudkan untuk bahan rujukan dalam mengoperasikan Tempat Pemrosesan Akhir dengan kaidah Controlled Landfill pada umumnya dan dokumen pelatihan. Setiap karyawan dan bagian lain yang berkaitan harus terlatih dan mengikuti pedoman ini dengan benar. Setiap bagian dari pedoman ini dapat dipisahkan untuk digunakan di lapangan, dalam pelatihan dan instruksi-instruksi yang sifatnya mandiri. Secara umum pedoman ini berisikan ;

a. Prosedur masuk ke TPA dan pencatatannyab. Inspeksi kendaraan yang masukc. Kendali lalu lintasd. Pengoperasian TPAe. Kebutuhan Peralatanf. Kebutuhan Tenaga

g. Operasi dan pemeliharaan lingkunganh. Prosedur pengawasan dan monitoringi. Perencanaan pelaksanaan dan keselamatan kerja6.2. TATA CARA MASUK TPA6.2.1.JAM KERJA

Pengoperasian TPA adalah sebagai berikut :a. Senin Sabtu dari jam 08 : 00 16 : 00b. Minggu dan Hari Besar libur6.2.2.PENGATURAN KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH

Kendaraan pengangkut sampah harus berhenti di pintu masuk (Pos Jaga) guna pemeriksaan jenis sampah yang diangkut secara visual oleh petugas TPA. Jika ditemukan adanya sampah yang tidak diperbolehkan masuk TPA, maka kendaraan pengangkut dilarang memasuki wilayah TPA.

Semua kendaraan pengangkut sampah harus berhenti pada jembatan timbang untuk dicatat berat kendaraan, nomor kendaraan dan nama pengemudi. Selama berada di area TPA, seluruh kendaraan pengangkut sampah harus patuh terhadap perintah pengawas lalu lintas kendaraan dalam TPA dan rambu-rambu lalu lintas.

Semua kendaraan pengangkut sampah tidak diperbolehkan membongkar sampahnya disembarang tempat, pengawas pembongkaran akan mengarahkan setiap kendaraan ke lahan pembongkaran harian yang dilakukan melalui aba-aba maupun tanda-tanda. 6.2.3.AKSES PUBLIK DI TPA

Selain petugas yang berwenang, tidak diperbolehkan orang memasuki daerah operasi pemrosesan akhir sampah karena akan mengganggu operasi pelapisan, perataan, dan pemadatan sampah dan juga membahayakan jiwa manusia. Pemulungan sampah hanya diperbolehkan dilakukan di luar area penimbunan harian.6.2.4.PEMERIKSAAN KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH

Kepala TPA berkewajiban menerbitkan pedoman untuk pemeriksaan sampah yang tidak diperbolehkan diproses di TPA. Pedoman ini berisikan program pemeriksaan yang akan dilakukan oleh karyawan yang telah memperoleh pelatihan khusus. Progam pemeriksaan tersebut minimal meliputi :

a. Pemeriksaan secara visual oleh operator alat berat pada saat perataan sel sampah dan mencatat jika ada material yang mencurigakan serta mencatat kendaraan yang mengangkut.

b. Memonitor adanya uap atau asap dari bagian atas timbunan sampah masuk yang mencurigakan atau dengan menggunakan peralatan yang sesuai.

c. Memeriksa dengan teliti jika ada muatan yang mencurigakan

d. Merancang prosedur peringatan khusus kepada institusi terkait jika ditemukan sampah yang tidak dapat diterima di TPA.6.2.5.PENIMBANGAN DAN PENCATATANSetiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA membawa sampah harus melalui petugas registrasi guna dicatat. Pencatatan dilakukan terhadap Jumlah sampah yang masuk dalam satuan volume (m3) atau dalam satuan berat (ton). Pencatatan dilakukan pada saat kendaraan masuk ke area TPA yang dilakukan oleh petugas administrasi TPA. Komponen pencatatan, meliputi : no polisi kendaraan atau kode kendaraan, nama sopir, jumlah crew, waktu masuk, berat kendaraan kosong, berat total (termasuk sampah), asal sampah, jenis komposisi sampah, tujuan area penimbunan, dan waktu keluar. Petugas berkewajiban menolak sampah yang dibawa keTPA bila tidak sesuai ketentuan. Catatan-catatan diperlukan guna mendukung kegiatan pengoperasian lahan urug. Formulir pencatatan dapat disusun sebagai berikut :FORM-1:Data Sampah Masuk Harian

FORM-2:Data Sampah Masuk Bulanan

FORM-3:Laporan Operasi Sampah

FORM-4:Laporan Operasi dan Pemeliharaan Alat Berat

FORM-5:Laporan Komposisi Sampah

FORM-6:Laporan Cuaca

FORM-7:Laporan Pengolah Lindi

FORM-8:Laporan Kegiatan 3R

FORM-9:Laporan Operasi dan Pemeliharaan Alat Mekanis.

Pencatatan dalam formulir-formulir tersebut kemudian direkapitulasi dalam sebuah laporan operasional berkala, yaitu :

a. Laporan Harian

b. Laporan Mingguan

c. Laporan Bulanan

d. Laporan Tahunan6.2.6.PENGATURAN LALU LINTAS DALAM TPAa. Gerbang dan Jalun Masuk TPA

Semua kendaraan pengangkut sampah harus masuk melalui gerbang dan jalam masuk TPA. Lalu lintas ke area penimbunan di TPA diatur melalui rambu lalu lintas. b. Lalu Lintas di Dalam Area TPA

Kendaraan pengangkut sampah akan diarahkan menuju jembatan timbang. Setelah menimbang, kendaraan pengangkut sampah harus mengikuti rambu di sepanjang jalan akses dan atau petunjuk lisan yang diberikan petugas jembatan timbang. Di lokasi sel sampah, kendaraan pengangkut sampah diarahkan ke lokasi pembongkaran. Setelah proses pembongkaran selesai, kendaraan akan kembali melalui jembatan timbang untuk dicatat berat kosongnya atau dapat langsung menuju pintu keluar jika data kendaraan sudah ada di dalam bank data di TPA. Kendaraan pengangkut sampah wajib taat kepada instruksi dari petugas pengatur lalu lintas di TPA, jika ada hambatan di lokasi pembuangan, kendaraan pengangkut sampah diwajibkan menunggu dalam antrian.c. Kendaraan Pengunjung

Kendaraan pengunjung tidak diperbolehkan memasuki wilayah TPA dan harus di parkir pada area yang telah disediakan.

6.3. TATA CARA PENGOPERASIAN TPA6.3.1.PENGELOLAAN 3R

Sampah yang diolah di sarana 3R hanya yang berasal dari sampah pasar saja. Sampah yang dapat dipilah dituang di area penuangan dan masuk ke bangunan pemilahan demikian pula sampah terpilah masuk ke area penuangan. Material yang layak daur-ulang dibawa ke bagian daur ulang untuk dikemas sebelum dipasarkan kembali. Material yang layak kompos dan telah tercacah, dibawa ke bagian komposting untuk mengalami proses pengomposan dan pematangan. Residu, atau sisa sampah hasil pemilahan yang tidak layak untuk dimanfaatkan atau diproses Iebih lanjut, dibuang ke area penimbunan. Kegiatan prosedur operasi kegiatan 3R ini dicatat pada FORMULIR-05, 08, dan 096.3.2.ZONA PENIMBUNANa. Penyiapan Sel Harian

Teknik pembuangan akhir yang akan digunakan adalah "area method" yaitu sampah akan dibongkar pada wilayah datar dan sel harian membentuk bukit. Penentuan dimensi sel dapat disesuaikan dengan volume sampah yang masuk, namun jika kapasitas sampah yang masuk kecil maka dimungkinkan untuk menunggu hingga max 5 hari untuk mendapatkan dimensi sel yang sesuai. Lebar permukaan kerja harian minimum harus sama dengan lebar alat berat yang digunakan ditambah satu meter untuk memudahkan kegiatan penyebaran, pemadatan, dan penutupan sampah. Tinggi sel harian maksimum 1,0 meter

Gambar 6.1 Pembuatan sel sampah metode luasan

Dengan kapasitas sampah yang masuk rata rata 100 - 150 m3 /hari, maka dimensi sel sampah untuk TPA Kota Waingapu adalah :

Panjang = 10 - 15 m

Lebar

= 10 m ( 3 x lebar blade Bulldozer D6 )Tebal

= 1,0 m

Dalam pembuatan sel harian awal, untuk jalan kendaraan angkutan sampah memasuki area permukaan kerja dibuat jalan dengan pemadatan dan perkerasan atau dengan bahan lain. Perkerasan tersebut dimaksudkan untuk melindungi lapisan kedap air di dasar TPA. Untuk mempermudah operator alat berat maupun pengemudi kendaraan pengangkut sampah, maka batasan lokasi permukaan kerja diberi tanda-tanda yang mudah terlihat seperti bendera atau pagar sementara. Kemiringan dan batas sel harian yang akan digunakan untuk patokan operasi pembentukan sel harian selanjutnya juga diberi tanda. Pada pembentukan sel harian awal, maka seluruh operasi pembongkaran sampah harus mengikuti aba-aba atau tanda-tanda dari pengawas lapangan.b. Pembuatan Sel Harian Awal

Pada awal pembentukan sel harian, sampah dibongkar dari kendaraan angkutan sampah di dasar zona penimbunan TPA. Lokasi sel harian pertama diberi tanda yang jelas. Penempatan sampah pada sel harian pertama diatas lapisan kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah kerusakan lapisan kedap air. Dengan menggunakan Bulldozer, sampah dengan hati-hati didorong dan disebar merata. Pemadatan dilakukan pada setiap ketebalan sampah rata-rata 50 cm. Setiap ditemukan kerusakan pada sistem lapisan kedap air operasi pemadatan harus segera dihentikan dan melaporkan kepada kepala TPA. Operator Bulldozer diberi tugas untuk mengawasi sampah jika terdapat sampah yang membahayakan sistem lapisan kedap air dan jika ditemukan harus segera menghentikan operasi dan melaporkan kepada pengawas penimbunan sampah.

Sampah yang masuk ke sel harian pertama harus yang relative homogen dan sejenis sampah rumah tangga. Sampah bongkah, puing, atau sampah yang berpotensi merusak lapisan kedap air dilarang dibuang pada sel harian pertama. Pada lereng tanggul bagian dalam, disebarkan sampah setebal 1,50 m di sepanjang lebar permukaan kerja terlebih dahulu untuk melindungi system liner pada tanggul.

Pada setiap akhir dari hari kerja, sel sampah harian harus ditutup dengan bahan penutup untuk mencegah seluruh air hujan masuk kedalam sel, mencegah bau, lalat, sampah beterbangan, dan kegiatan pemulung. Untuk mencegah air hujan masuk kedalam sel pada saat curah hujan tinggi, maka permukaan sel harian diberi kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air hujan. Sel sampah harus ditutup dengan lapisan antara yang lebih tebal jika akan dibiarkan selama lebih dari 30 hari. Untuk menghemat biaya, tanah penutup antara dapat dikupas kembali sebelum pembentukan sel harian diatasnya dan digunakan kembali setelah sel sampah harian terbentuk.c. Pembuatan Sel Harian LanjutanSetelah sel sampah harian pertama sudah terbentuk, maka operasi pembentukan sel harian dapat dilakukan secara normal. Kendaraan angkutan sampah dan alat berat dapat lalu lalang di atas sel sampah yang sudah terbentuk, sampah bongkah sudah dapat ditimbun dalam sel berikutnya. Untuk pembuatan sel-sel selanjutnya, prosedur standar operasi yang harus dikerjaka antara lain meliputi pengaturan lalu lintas kendaraan dan alat berat, penyebaran dan pemadatan, penutupan sel harian serta pembuatan lerengan yang aman diberlakukan sama. Jika sel sampah sudah penuh dan sudah sesuai dengan rancangan pengoperasian maka keseluruhan sel harus ditutup dengan penutup akhir.d.Permukaan KerjaPermukaan kerja adalah bagian dari sel harian dimana sampah disebarkan dan dipadatkan. Untuk menjaga operasi TPA sesuai dengan kaidah controlled landfill, maka permukaan kerja ini dirancang sesempit mungkin. Dengan membuat permukaan kerja yang sempit, maka pergerakan alat berat, kebutuhan bahan penutup, dan area yang terbuka hanya sedikit, dan pada akhirnya akan mengurangi sampah beterbangan, bau, lalat, dan biaya operasi.Lebar permukaan kerja akan bervariasi tergantung dari jumlah truk yang harus membongkar sampah. Lebar permukaan kerja juga harus cukup untuk beberapa truk membongkar sampah sekaligus untuk mengurangi antrian kendaraan yang terlalu panjang, akan tetapi tidak boleh terlalu lebar sehingga alat berat tidak mampu merapikannya dalam sehari.

Selama proses pengisian sampah pada setiap tahapan, permukaan kerja akan bergeser. Pergeseran ini ditentukan oleh Kepala TPA. Pergeseran permukaan kerja yang paling mudah dioperasikan adalah bergeser persis di sebelah sel harian yang sudah terbentuk.e. Pembongkaran Sampah

Truk harus membongkar muatan sampah ditempat yang sudah ditentukan. Titik bongkar berada di tepi jalan operasi pada tepi sel harian yang akan dibangun pada hari tersebut. Sampah yang dibawa ke area penimbunan kemudian dituangkan secara teratur sesuai arahan petugas lapangan di area kerja aktif (working face area) yang telah ditentukan. Apabila pengawas lapangan menganggap bahwa lahan operasi masih sibuk, maka truk tersebut harus menunggu di tempat yang telah tersedia, seperti di pelataran parkir. Dilarang menuang sampah sembarangan kecuali di tempat yang telah ditentukan oleh pengawas lapangan.

Setelah sampah dituang di tempat yang ditentukan, maka truk langsung meninggalkan lokasi operasi. Diberikan waktu sekitar 10-15 menit bagi pemulung (bila ada) untuk mengambil bagian bagian sampah yang masih bisa dimanfaatkan. Diluar waktu tersebut, dilarang dilakukan aktivitas pemulungan, apalagi pada saat alat berat sedang bekerja. Guna mencegah terbangnya sampahsampah ringan, maka jaringjaring portable perlu dipasang. Pengisian mengikuti kontur yang ada dan dimulai dari lokasi yang lebih rendah yang terdekat dengan IPL dan seterusnya semakin menjauh (atau ke kontur yang semakin tinggi), sehingga tercipta lapisan-lapisan atau sel sampah. Setelah lebih kurang 5 (lima) truk menuang sampahnya, maka langkah berikutnya adalah perataan dan pemadatan sampah oleh alat berat. Lintasan alat berat sebaiknya berlangsung dalam arah tegak lurus bidang sebaran.Penimbunan sampah pada musim hujan dilakukan pada sel dengan lintasan jalan operasi terpendek, disebabkan saat musim hujan jalan operasi sulit dilalui truk pengangkut sampah. Umumnya sampah dibongkar pada titik bongkar dan alat berat mendorong sampah ke lokasi penimbunan.Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien. Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk dapat dengan mudah mencapainya. Harus diupayakan agar setiap kendaraan yang datang dapat segera mencapai titik bongkar dan melakukan pembongkaran sampah agar efisiensi kendaraan dapat dicapai.

Jika pembongkaran sampah dilakukan dari bagian bawah sel, maka sampah dibongkar pada jarak sekitar 3 meter dari tepian sel dan didorong keatas membentuk lerengan. Jarak 3 meter tersebut dimaksudkan untuk memberi ruang antara operasi truk dan alat berat. Truk sampah diarahkan untuk manuver dan mundur dan kemudian membongkar sampahnya yang diikuti pendorongan oleh alat berat.f. Pendorongan, Penyebaran dan Perataan sampah.

Pembentukan sel harian terdiri dari pendorongan sampah, penyebaran sampah, dan pemadatan sampah. Fungsi ini dapat tercapai melalui kerja alat berat Bulldozer. Pendorongan sampah adalah kegiatan mendorong sampah dari lokasi pembongkaran ke area permukaan kerja. Tujuan dari penyebaran ini adalah untuk memperoleh sebaran sampah yang merata pada area permukaan kerja. Ketebalan sampah maksimum adalah 1,0 m, makin tipis tebal sebaran sampah akan didapat pemadatan yang lebih baik.g. Pemadatan sampah

Pemadatan sampah dilakukan oleh Bulldozer dengan bergerak maju mundur 3 5 kali di sepanjang sebaran sampah. Pemadatan ini dimaksudkan untuk memperoleh sebaran sampah yang padat sehingga dapat mengurangi sampah beterbangan. Untuk mempermudah operasi Bulldozer, maka kemiringan lereng permukaan kerja sebaiknya 1 : 4.

h. Tanah penutup

Tanah atau material lain untuk bahan penutup harian harus selalu tersedia. Tempat penyimpanan material penutup ini dapat berpindah sesuai kondisi, perpindahan sel harian dan lokasi dari permukaan kerja. Material penutup ini disebarkan ke seluruh area permukaan kerja begitu proses pembongkaran sampah, perataan dan pemadatan sampah selesai. Ketersediaan tanah penutup mimimal cukup untuk 3 (tiga) kali operasi penutupan dan diletakan di dekat permukaan kerja.

Penutupan ini ditujukan untuk melindungi sampah agar tidak beterbangan ke lingkungan sekitar, mencegah kebakaran, mengurangi produksi air lindi serta mengurangi bau yang timbul dari timbunan sampah. Tata cara penutupan adalah sebagai berikut :

Penutup harian dilakukan pada hari ke 5 (lima) perataan dan pemadatan sampah dengan ketebalan tanah penutup 30 cm, disebarkan merata keseluruh permukaan kerja dan dipadatkan dengan baik. Jika volume sampah cukup banyak dan dikuatirkan sampah dapat beterbangan atau menimbulkan bau yang berlebihan, penutup harian dapat dilakukan sebelum hari ke 5 (lima) perataan dan pemadatan sampah. Penutup antara dilakukan setelah beberapa sel selesai disusun atau jika sel akan ditinggalkan cukup lama (minimal 30 hari) sebelum diisi sampah selanjutnya. Ketebalan penutup antara adalah minimal 30 - 50 cm. bagian-bagian yang perlu dilapisi dengan penutup antara ini adalah sel harian yang melindungi tanggul, lereng dan diatas permukaan sel yang akan didiamkan lebih dari 30 hari. Permukaan penutup antara ini sebaiknya dibuat slope agar air hujan dapat mengalir dengan baik dan tidak menimbulkan erosi. Tanah penutup antara dapat dikupas jika diatas sel akan dilakukan pengisian lagi. Pengupasan ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat kebutuhan tanah penutup dan juga mengurangi hambatan aliran lindi di dalam sel. Penutup akhir dilakukan setelah satu zona selesai diisi sampah. Ketebalan penutup akhir ini antara 50 sampai 100 cm tergantung keperluan vegetative diatasnya. Jika dipermukaan zona non aktif ini akan ditanami dengan perdu maka lapisan penutup akhir dapat lebih tipis dibandingkan jika akan ditanami dengan tanaman keras.6.3.3.PENGELOLAAN LINDI

TPA Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur dilengkapi dengan sistem pelapisan kedap air untuk mengendalikan air lindi. Semua lindi yang dihasilkan dari sel akan masuk kedalam jaringan pipa pengaliran air lindi ke Intalasi Pengolahan Lindi (IPL). Sistem pengolahan lindi terdiri dari Kolam Anaerobik, Kolam Fakultatif dan Kolam Maturasi. a. Pengumpulan Lindi Saluran pengumpulan lindi merupakan pipa air limbah yang tersusun atas pipa cabang PE (200 mm dan pipa utama PE(250 mm

Pada setengah sisi atas pipa cabang (PE 200 mm dibuat lubang dengan bor (10 120 mm zig-zag dengan membentuk sudut 60o di arah keliling pipa.

Pipa pengumpul lindi dipasang di dalam parit kerikil yang dipasang pada dasar lahan urug Detail dari perpipaan lindi dapat dilihat dalam gambar as-built drawing b. Pengolahan Lindi

Sistem Pengolahan Lindi di TPA Kota Waingapu dilakukan secara konvensional terdiri dari proses pengolahan Anaerobik, Fakultatif dan Maturasi.1. Kolam stabilisasi anaerobik ini dioperasikan pada kedalaman 2,50 m. Pengoperasian pertama (start-up) dari instalasi pengolah lindi adalah dengan mengisinya dengan air tawar dari sungai atau sumber lain dan diatur pada kedalaman yang direncanakan. Secara bertahap lindi dimasukkan ke dalam kolam stabilisasi anaerob sampai terjadi pengkondisian mikroorganisme

2. Pada kolam fakultatip terjadi pengolahan lindi menggunakan mikroorganisme fakultatip yang dapat hidup dalam kondisi aerobic maupun anaerobik. Kolam yang lebih dangkal memungkinkan oksigen dipermukaan kolam mencapai air lindi di kedalaman kolam. Kondisi anaerobic terjadi bila kualitas lindi masih tinggi konsentrasi COD nya.

3. Unit berikutnya kolam maturasi yang sasaran utamanya adalah area kontrol mempunyai DO lebih tinggi. Pada kolam ini dapat dimasukkan ikan sebagai kontrol kualitas air. Di samping itu, kolam ini bersifat kontrol sebelum dibuang ke badan air.4. Seluruh kegiatan untuk operasional unit pengolah lindi dicatat pada FORMULIR-07.5. Asumsi BOD influen rata-rata adalah 1960 mg/lt, sedang asumsi efluen final adalah sesuai dengan baku mutu efluen golongan II, yaitu 39,20 mg/lt6. Bila efluen lindi dibuang ke badan air penerima untuk peruntukkan tertentu, maka efluen tersebut harus sesuai dengan baku mutu peruntukkan badan air penerima.

7. Kolam penampung dan pengolah leachate seringkali mengalami pendangkalan akibat endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya volume efektif kolam yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal, yang akan berakibat pada rendahnya efisiensi pengolahan yang berlangsung. Untuk itu, perlu diperhatikan agar kedalaman efektif kolam tetap terjaga. Gunakan excavator atau truk tinja untuk menyedot lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat dibiarkan mengering dan dimanfaatkan sebagai tanah penutup sampah.8. Melakukan secara rutin dan periodiik updating data curah hujan, temperatur dan kelembaban udara, debit leachate, kualitas influen dan efluen hasil IPL, untuk selanjutnya masuk ke informasi pencatatan.6.3.4.PENGELOLAAN GAS

Gas yang timbul dari proses degradasi di TPA harus dikontrol di tempat agar tidak mengganggu kesehatan orang yang menggunakan fasilitas TPA, serta penduduk sekitarnya. Pengendalian gas di TPA Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur dilakukan dengan mengalirkan gas yang terbentuk melalui pipa perforasi PE (160 mm yang diselimuti drum perforasi berisikan kerikil ukuran 70 100 mm. Sistem pengendalian gas ini berhubungan langsung dengan sistem pengelolaan lindi pada zona urug sehingga pemasangan penangkap gas dimulai pada saat konstruksi lahan urug, dengan menyiapkan pipa penangkap gas yang dipasang secara vertikal setinggi 3,00 m. Pemasangan pipa penangkap gas ini telah didesain penempatannya pada titik-titik tertentu terutama pada titik percabangan dari pipa lindi.

Sistem pengendalian gas dilakukan secara parallel dengan pengisian sampah dengan metoda pipa bertumbuh yaitu pipa gas disambung ke atas sesuai dengan ketinggian sampah yang dicapai. Metoda ini sangat rawan tersenggol kendaraan pengangkut sampah, pergerakan alat berat, dan mungkin dorongan dari tumpukan sampah. Pemeriksaaan harus dilakukan setiap hari dan jika ditemukan pipa yang miring agar segera diperbaiki sebelum pengisian sampah selanjutnya.

Setiap 1 tahun sekali dilakukan pengambilan sampel gas pada 2 (dua) titik yang berbeda, dan dianalisa terhadap kandungan CO2 dan CH4. Pada saat timbunan akhir sudah terbentuk, pipa gas ini dapat dihubungkan dengan pembakar gas atau dihubungkan dengan pengumpul gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut. 6.4.OPERASI FASILITAS PENDUKUNG

6.4.1.PERALATAN a. Alat Berat

Alat berat yang digunakan harus sesuai dengan fungsinya serta mempunyai rentang kapasitas yang sesuai dengan jumlah sampah yang akan diproses. Tugas utama dari penggunaan alat berat ini adalah mendorong, menyebarkan, memadatkan sampah dan tanah penutup. Penggunaan alat berat yang tidak sesuai dengan fungsinya akan menghasilkan kualitas produk yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan pemborosan biaya operasional TPA.b. Ketersediaan Alat Berat

Ketersediaan alat berat harus tetap terjaga agar operasional TPA dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi dan tujuan dibangunnya TPA. Peralatan utama yang harus dimiliki oleh pengelola TPA Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur minimal sebagai berikut ;

1 unit Bulldozer minimal kapasitas 15 ton atau yang setara kelas D6 untuk mendorong, meratakan, dan memadatkan sampah. 1 unit Excavator minimal kapasitas bucket 0.80 m3 (160 HP) untuk memindahkan sampah dan tanah, menyediakan tanah penutup di quarry yang telah ditentukan, membentuk jalan operasional sel sampah, membentuk tanggul penutup akhir serta pekerjaan konstruksi lainnya.

Sementara untuk peralatan yang penggunaannya terbatas pada saat-saat tertentu seperti penggunaan Vibrotor Roller untuk penutupan akhir dan kebutuhan peralatan cadangan dapat dilakukan dengan sistem sewa harian sesuai dengan volume pekerjaan. Jika harus melakukan sewa peralatan harus dihitung dengan baik volume pekerjaan, metode kerja dan target penyelesaian karena sangat berkaitan dengan biaya operasional TPA.

c. Peralatan Pendukung

Selain kebutuhan alat berat, maka pengoperasian TPA juga harus didukung beberapa peralatan sebagai berikut antara lain : 1 Unit kendaraan pickup 4 x 4 untuk keperluan operasional TPA sehari-hari dan pemeliharaan

2 Unit pompa air portable

1 Unit Generator minimal 10 KVAd. Pemeliharan

Pemeliharaan secara rutin akan mengurangi gangguan kerusakan dan memperpanjang daur hidup peralatan. Pemeliharaan ini memang harus merujuk pada manual pabrik dari setiap peralatan. Pemeliharaan yang harus dilakukan minimal adalah : Pemeriksaan rutin

Pelumasan secara berkala sesuai buku manualnya

Pencatatan dari setiap kejadian atau gejala-gejala yang terjadiUntuk mempermudah pekerjaan di atas harus disediakan workshop atau bengkel yang dilengkapi dengan peralatan perbaikan kecil, suku cadang dan set peralatan mekanik, dan area parkir yang cukup.6.4.2.JALAN OPERASIa. Jalan Operasi TPA

Jalan Operasi TPA adalah jalan masuk mulai dari pintu gerbang sampai dengan fasilitas pendukung dan zona penimbunan termasuk jalan eksisting yang ada di dalam lingkungan TPA. Jalan ini dibuat secara permanen, beraspal, kuat dan tahan dalam segala kondisi cuaca. Didalam zona aktif, dibuatkan jalan sementara tanpa perkerasan yang akan berpindah sesuai dengan tahapan pengisian. Jika kerikil ukuran 70 100 mm yang terhampar di atas lapisan kedap air di zona penimbunan masih sulit untuk mobilitas truk sampah, untuk jalan sementara dapat juga ditambahkan sedikit puing-puing bongkaran bangunan.

b. Pemeliharaan Jalan Operasi TPA

Jika terjadi lubang-lubang pada jalan operasi harus segera diisi dengan material yang sesuai dan diperbaiki. Lubang yang terjadi di jalan harus dijadwalkan sebagai pemeliharaan rutin dan tidak diperbolehkan terbuka dalam waktu lama. Kebersihan jalan harus diawasi dan dibersihkan setiap hari.

6.4.3.DRAINASE

Pemeliharaan sistem drainase meliputi kegiatan pengendalian aliran air hujan (run off) selama pembangunan sel atau pekerjaan lainnya dan pembersihan saluran drainase dari sampah-sampah atau kotoran lain yang dilaksanakan secara rutin.6.5.KELEMBAGAAN6.5.1.PENGELOLA TPAa. Administrasi

Tanggung jawab pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Kota Waingapu adalah pada Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, dalam hal ini dibawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang dalam pelaksanaanya bekerjasama dengan instansi terkait seperti Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BLHD).

b. Kebutuhan Personil dan Tenaga Kerja

Jumlah personil dan tenaga kerja di TPA dipengaruhi oleh ukuran luas dan jumlah sampah yang masuk, kompleksitas dari pemrosesan sampah dan fungsi-fungsi pendukung yang ada di TPA. Beberapa posisi tenaga kerja tipikal di TPA meliputi :

1. Kepala TPA

2. Pengawas TPA

3. Pengawas Gerbang Utama dan Keamanan TPA4. Pengawas Jalan dan Lalu Lintas Kendaraan Sampah5. Sopir dan Operator alat berat6. Petugas Jembatan Timbang

7. Mekanik

8. Administrasi9. Pekerja TPA

Untuk keberhasilan pengoperasian TPA dibutuhkan pengawasan yang dilandasi akan kepedulian terhadap pandangan masyarakat yang positif dan dampak terhadap lingkungan yang minim. Tugas-tugas dalam mengoperasikan TPA pada umumnya akan menimbulkan kebosanan dan frustasi pada karyawan. Untuk mencegah hal ini maka dibutuhkan manajemen yang baik, hubungan yang baik antara pihak manajemen dan karyawan, khususnya memenuhi segala kebutuhan karyawan serta memberikan motivasi dan pelatihan.

Rencana, rancangan, dan prosedur pengoperasian TPA harus sangat dipahami oleh pihak manajemen dan di interpretasikan dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan di TPA. Untuk ini dibutuhkan pengawasan dan pelatihan pada beberapa aspek dari pengelolaan sampah.

Banyak jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan di TPA. Biasanya, sampah yang masuk ke TPA adalah secara terus menerus dan tidak dapat dihentikan. Untuk ini penting diberitahukan kepada karyawan untuk membiasakan dengan tugas yang lebih fleksibel pada kasus jika ada karyawan yang sakit, cuti atau libur.

Dibawah ini adalah kebutuhan dasar tenaga kerja untuk mengoperasikan TPA akan tetapi dapat ditambah sesuai keperluan.Tabel 6.1 Kebutuhan Tenaga Kerja di TPAPosisiKapasitas TPA (ton/hari)

0-5050 - 130130 250250 500> 500

SupervisorParuh WaktuSetengah Hari111

Pengawas/Mandor112

Operator Alat

Alat Berat11-21-22> 2

Alat Ringan111> 2

Buruh1111> 1

MekanikSesuai KeperluanSesuai Keperluan11> 1

Asisten Mekanik1> 1

Jembatan Timbang1111-2> 1

Teknisi> 1

Kebutuhan personil di TPA Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur di dasarkan pada pengoperasian TPA selama 8 jam per hari dan tujuh hari per minggu lebih kurang sebagai berikut :

Tabel 6.2 Kebutuhan Personil TPAPosisiJumlah

Kepala TPA 1 orang

Ka Seksi Operasi 1 orang

Pengawas Pintu Masuk2 orang

Operator Jembatan Timbang1 orang

Pengawas Lalu Lintas Truk dalam TPA1 orang

Pengawas sel harian1 orang

Operator Alat Berat

1. Bulldozer1 orang

2. Excavator1 orang

Pengawas Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) 1 orang

Satuan Pengamanan 3 orang

Administrasi1 orang

TOTAL 13 orang

c. Pelatihan

Program pelatihan dapat memberikan kontribusi besar terhadap efisiensi, kompetensi dan moral karyawan. Program ini merupakan tanggung jawab utama manajemen dan akan mengarah pada peningkatan operasi dan prosedur yang harus diikuti, karyawan yang terlatih dan mengurangi penggantian staf permanen. Program pelatihan dapat juga menjadi tujuan pada pengembangan kemampuan karyawan dan ajang promosi ke tingkat yang lebih tinggi. Pelatihan dapat diberikan kepada karyawan/buruh untuk mendapatkan pelatihan dan pengalaman sebagai, operator alat berat, mekanik, atau pengawas. Pelatihan dapat dilakukan di kelas dan di lapangan.

Seluruh personil TPA termasuk mitra harus memperoleh pelatihan lapangan tentang pengoperasian TPA yang ramah lingkungan. Pelatihan-pelatihan tersebut akan dikoordinir oleh Kepala TPA dengan instruktur personil senior atau ahli dari luar TPA. Pelatihan akan dilakukan di kelas dan praktek lapangan. Pelatihan dilakukan secara berkala minimal satu tahun sekali.

Beberapa jenis pelatihan yang harus diberikan adalah:

1. Pengenalan pedoman pengoperasian TPA.

2. Pengenalan Peraturan untuk operator dan personil kunci lainnya.

3. Prosedur umum keselamatan kerja di TPA yang berkenaan dengan bahaya dari sampah, gas metana, dan lindi.

4. Prosedur pengoperasian dan pemeliharaan alat berat, peralatan mesin lainnya dan sistem pendukung.

5. Prosedur penghentian operasi pada keadaan darurat.

6. Pengenalan terhadap B3 dan prosedur pelaporan jika ditemukan sampah yang tidak boleh masuk ke dalam TPA.6.5.2.PENGATURAN PEMULUNG

Tidak diperbolehkan orang yang tidak berkepentingan berada didalam area pengoperasian TPA terutama di zona penimbunan sampah. Kegiatan pemulung tidak diperbolehkan dilakukan di zona penimbunan sampah karena sangat membahayakan kesehatan dan berpotensi terjadinya kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan kematian. Kegiatan pemulung dapat dilakukan diarea lain yang tidak mengganggu kegiatan pengoperasian TPA.6.6.PROSEDUR TANGGAP DARURAT

Kejadian yang tidak diinginkan sangat mungkin terjadi di TPA. Jika kejadian ini ditangani dengan benar, kerusakan dan dampak dari masalah ini dapat dikurangi. Seluruh personil TPA harus memahami prosedur tanggap darurat ini.6.6.1.PENGENDALIAN KEBAKARAN

a. Ketika Ada Kebakaran

Matikan api yang masih kecil dengan alat pemadam kebakaran atau ditutup dengan tanah. Jangan terlalu dekat dengan api besar atau peledakan

Tentukan lokasi, luas, jenis, dan jika memungkinkan penyebab kebakaran atau ledakan,

Beritahukan karyawan lapangan dan laksanakan prosedur keselamatan dan pemadaman kebakaran

Beritahukan koordinator keselamatan TPA jika kebakaran tidak dapat dikendalikan dan beritahukan dinas pemadam kebakaran terdekat.b. Prosedur jika ada beban panas

Yang dimaksud beban panas adalah sampah yang terbakar di kendaraan pengangkut sampah. Jika terjadi kebakaran sampah di dalam kendaraan pengangkut, maka pengemudi diarahkan ke lokasi yang jauh dari permukaan kerja. Setelah sampah dibongkar, segera disebar dan ditutup tanah dengan alat berat atau menggunakan alat pemadam kebakaran untuk mematikan api. Setelah api padam, sampah yang terbakar didiamkan di lokasi sampai benar-benar tidak ada sisa bara, dan sampah dapat diangkut dan ditimbun di permukaan kerjac. Pemadam Kebakaran Portabel

Alat pemadam kebakaran portable diletakkan pada lokasi :

Jembatan timbang

Workshop

Fasilitas Kantor Operasional TPA

Pos Penjagaan dan peralatan di lapangan

6.6.2.KECELAKAAN KERJA

a. Tindakan ketika ada yang cedera karena kecelakaan

Matikan alat yang berkaitan dengan kecelakaan

Tentukan luas dari kecelakaan (lokasi)

Beritahukan koordinator keselamatan kerja TPA

Untuk luka ringan, dapat ditangani staf bagian keselamatan kerja

Jika perdarahan berat, laksanakan pembebatan untuk menghentikan pendarahan

Jika korban tidak bernapas, lakukan CPR

Jangan pindahkan korban kecuali korban dalam posisi berbahaya atau korban dapat bergerak sendiri

Beritahukan pelayanan ambulan dan polisi.

b. Prosedur setelah terjadi kecelakaan

Kepala TPA harus melakukan penyelidikan secara menyeluruh dari seluruh kejadian sampai terjadi kecelakaan. Penyelidikan harus dilakukan segera setelah terjadi kecelakaan. Seluruh saksi mata dan personil yang terlibat harus di interview. Setelah seluruh bukti dikumpulkan, Kepala TPA harus membuat keputusan penyebab dari kecelakaan dan harus membuat laporan kecelakaan. Setelah diketahui penyebab kecelakaan, harus diambil langkah-langkah perbaikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang sama. Langkah perbaikan ini dapat berbentuk perbaikan peralatan, pemasangan peralatan dan keselamatan kerja, atau perintah kepada karyawan untuk melaksanakan operasi yang aman.

Jika kecelakaan diakibatkan oleh kesalahan manusia maka harus segera diadakan rapat lengkap untuk membahas keselamatan kerja dan keselamatan instalasi. Kepala TPA harus menindak lanjuti rekomendasi perbaikan akibat kecelakaan kerja.

Beberapa hal yang harus dilaksanakan untuk menghindari kecelakaan kerja antara lain : Setiap operator harus selalu memeriksa area kerja dari orang dan kondisi peralatan lain.

Pekerjaan gerak turun naik pada lereng- pada saat pendorongan maupun pemadatan pada lereng, hindari tepi sel untuk menghindari kecelakaan terguling.

Hindari kecepatan berlebihan dan selalu menggerakkan peralatan sesuai dengan kecepatan maksium yang diperbolehkan.

Pemulung dilarang melakukan pemulungan sampah di permukaan kerja. Pemulungan sampah mengundang bahaya kecelakaan kerja bahkan kematian dan juga dapat menyebabkan kebakaran akibat merokok.6.7.PROSEDUR KESELAMATAN KERJA6.7.1.PROSEDUR KEADAAN DARURAT Seluruh prosedur tanggap darurat harus ditinjau kembali setelah terjadi kecelakaan kerja. Seluruh prosedur tanggap darurat harus ditempel di ruang Kantor Pengelola TPA, Jembatan Timbang dan lokasi lain yang penting dan yang berbahaya. Seluruh personil pengelola TPA harus diintruksikan untuk mempelajari dan menggunakan prosedur jika terjadi situasi darurat serta harus mengetahui posisinya dalam keadaan darurat.6.7.2.PROSEDUR KESELAMATAN UMUM Seluruh personil pengelola TPA wajib untuk mempelajari prosedur yang benar dalam melaporkan kecelakaan, luka, dan kebakaran serta wajib mengetahui prosedur yang harus diikuti untuk setiap jenis keadaan darurat dan harus siaga pada tugasnya. Seluruh prosedur tanggap darurat harus direvisi untuk selalu dalam kondisi terkini. Prosedur tanggap darurat harus tersedia pada setiap unit kerja.

Rambu Lalu Lintas dan batas kecepatan maksimum harus terpampang dengan jelas pada setiap jalan, juga arah perjalanan dan lokasi perputaran atau belokan. Pada setiap lokasi kegiatan diberi papan nama dengan jelas.

Tata Tertib di Lokasi di TPA harus tersedia di Kantor Operasional TPA dan siap dibuat salinan jika diperlukan. Seluruh personil TPA dilarang melanggar tata tertib tersebut dan ditekankan bahwa tata tertib tersebut dibuat untuk keselamatan staff dan umum. Setelah diketahui adanya pelanggaran, Kepala TPA akan mendata jenis pelanggaran dan identitas pelanggar. Kepala TPA wajib mengatasi masalah tersebut dan memberikan surat peringatan. Jika peringatan tersebut tidak diperhatikan, Kepala TPA dapat melaporkan ke Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumba Timur selaku penanggugjawab pengelolaan TPA Kota Waingapu untuk penyelesaian lebih lanjut. Pelanggar dilarang memasuki wilayah TPA sampai yang bersangkutan menyetujui untuk patuh kepada tata tertib.

Seluruh personil pengelola TPA diharapkan selalu waspada terhadap bahaya dari pengoperasian TPA. Mereka harus segera melaporkan setiap kemungkinan bahaya ke pengawas.

Pertemuan untuk membicarakan keselamatan kerja harus dijadwalkan dan harus dihadiri oleh semua personil TPA. Topik bahasan adalah sekitar situasi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan cara mencegahnya. Juga dibicarakan beberapa kejadian kecelakaan kerja sebelumnya dan dilakukan koreksi dan perbaikan.

6.7.3.PROSEDUR KESELAMATAN KERJA OPERATOR ALAT BERAT Pemeriksaan alat berat dan peralatan mekanik lainnya selalu diperiksa untuk mencari adanya kerusakan sebelum digunakan. Pengecekan termasuk mengisi lembar daftar pengecekan pada setiap pagi sebelum mengoperasikan alat, dan pada sore atau malam hari sebelum meninggalkan alat berat.

Dilarang mengoperasikan alat jika ditemukan kerusakan kecuali disetujui oleh pengawas operasi TPA.

Selalu menggunakan tangga untuk mencegah kecelakaan kerja karena terjatuh, operator harus melalui tangga dan menggunakan pegangan yang ada pada saat naik ke dan turun dari alat berat.

Kebersihan kabin operator, tangga, dan pegangan tangan harus dijaga bersih dari oli, gemuk, lumpur, dan sampah.

Selalu melihat keseliling sebelum bergerak, sebelum menjalankan alat berat, operator harus melihat ke depan, samping kanan dan kiri, dan belakang melihat apakah ada orang atau peralatan lain.

Setiap alat berat harus dilengkapi dengan peralatan keselamatan kerja yang masih berfungsi seperti sabuk pengaman dan sistem perlindungan lainnya.

Operator harus menggunakan sabuk pengaman saat mengendalikan peralatan dan dilarang turun dari alat berat yang masih bergerak, tunggu sampai alat benar-benar berhenti dan pengeraman dikunci.

Selain operator dilarang menaiki alat berat. Jika megharuskan membawa pemamdu, mereka harus duduk pada tempat yang aman.

Peralatan yang melekat pada alat berat seperti pisau pada Bulldozer diatur rendah untuk memudahkan penglihatan kedepan.

Dilarang mendorong sampah sampai dijamin bahwa tidak ada orang atau peralatan lain pada daerah yang tidak dapat dilihat langsung. Jika tidak yakin, maka operator diwajibkan turun dari alat berat dan memerika sebelum mendorong sampah. Operator harus menjaga jarak dengan rambu-rambu dan kendaraan lain ketika mendorong sampah untuk menghindari terjadinya tabrakan. Jarak ideal adalah 4,50 meter.Tabel 6.3 Alat PerlindunganKategoriPerlengkapan

Alat Berat1. Roll-over bar (menjaga jika terguling)

2. Pemadam Kebakaran

Tenaga Kerja1. Sumbat Telinga

2. Kacamata

3. Masker

4. Sepatu boot

5. Sarung Tangan

6. Helmet

FORM-1

: DATA SAMPAH MASUK HARIAN

TANGGAL

:

Jam No.

Polisi KendaraanBerat Masuk (Kg)Volume (m)Berat Keluar (Kg)Berat sampah (Kg)Sumber Sampah

FORM-2: DATA SAMPAH MASUK BULANAN

SUMBER SAMPAH: CAMPURAN/ PERUMAHAN/ PASAR/ INDUSTRI/ KOMERSIL/ LAIN-LAIN

TglJumlah

TrukVolume

(m)Berat (Kg)Lokasi Penimbunan (2)Catatan

FORM-3: LAPORAN OPERASI SAMPAH

TglJamLokasi 1)Jumlah

trukVolume Sampah (m)Volume

Tanah

(m)Catatan

1) Cantumkan sesuai peta kerja, dengan batas-batas dan elevasi

FORM-4

: LAPORAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN ALAT BERAT

JENIS ALAT BERAT:

TglJumlah

jam Operasi

(jam)Bahan Bakar

(liter)Pelumas (liter)Reparasi

dan lain-lain

FORM-5

: LAPORAN KOMPOSISI SAMPAH (Persen Berat Basah)

TglSisa Makanan

(%)Kertas

(%)Plastik (%)Logam (%)Lain-lain (%)

FORM-6

: LAPORAN CUACA

TglCurah Hujan

(mm)Suhu Maksimum

(C)Suhu Minimum (C)Lain-lain

FORM-7

: LAPORAN PENGOLAHAN LINDI

UNIT PENGOLAH: ..

TITIK

: INFLUENT/ DI DALAM UNIT/ EFFLUENT 1)

TglSuhu

(C)pHDO

(mg/l)BOD

(mg/l)COD

(mg/l)TSS (mg/l)TVS (mg/l)Others

1) Coret salah satu

FORM-08 : LAPORAN KEGIATAN 3R

JENIS PERALATAN :

TglJam operasiSampah Masuk (ton/hari)Kompos (ton/ hari)Bahan Daur Ulang (ton/hari)Catatan

FORM-09: LAPORAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN PERALATAN MEKANIS

JENIS PERALATAN :

TglJam OperasiListrik (kwh)Bahan Bakar (liter)Pelumas

(liter)Reparasi Dan Lain-lain

4

6-1