bab 6 - pemetaan konflik_bb_pub_1

10
97 CONFLICT RESOLUTION TRAINING Lembar Kasus 6.1 Konflik dan Pembangunan di Aceh ... Profil Sosio-geografis NAD Propinsi Nanggroe Aceh Darrussalam (NAD) merupakan salah satu propinsi di Negara Republik Indonesia yang terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera yang sekaligus merupakan ujung paling barat wilayah Indonesia. NAD terletak antara 20 – 60 LU dan 950 – 980 LS dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut. Provinsi NAD merupakan daerah dengan topografi berbukit dan bergunung yang mencapai sekitar 68% dari luas wilayah. Sedangkan daerah datar dan landai hanya sekitar 32% dari luas wilayah. Daerah dengan topografi bergunung terdapat di bagian tengah Aceh yang merupakan gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan landai yang terletak di bagian utara dan timur Aceh. Secara geografis, Provinsi NAD berada di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka. Propinsi NAD berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara di sebelah Selatan, sebelah barat dengan Samudera Indonesia sebelah Timur dengan Selat Malaka dan sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Benggala. Sementara itu, satu-satunya hubungan darat adalah dengan Propinsi Sumatera Utara. Pasca Gempa dan Tsunami, NAD memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan barang dan jasa dari Sumatera Utara. Luas wilayah NAD seluas 57.365,57 km per segi atau 12.26% dari luas seluruh pulau Sumatra, yang terdiri atas 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah danau. Area terluas yang mencapai 39.294,20 km2 adalah lahan hutan, diikuti lahan perkebunan kecil seluas 3.675,01 km2. Sedangkan lahan pertambangan mempunyai luas terkecil yaitu 4,43 km2.

Upload: ddprayoedha

Post on 27-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

konflik

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

97

CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Lembar Kasus 6.1

Konflik dan Pembangunan di Aceh

... Profil Sosio-geografis NAD

Propinsi Nanggroe Aceh Darrussalam (NAD)merupakan salah satu propinsi di Negara RepublikIndonesia yang terletak di kawasan paling ujung daribagian utara Pulau Sumatera yang sekaligusmerupakan ujung paling barat wilayah Indonesia.NAD terletak antara 20 – 60 LU dan 950 – 980 LSdengan ketinggian rata-rata 125 meter di ataspermukaan laut. Provinsi NAD merupakan daerahdengan topografi berbukit dan bergunung yangmencapai sekitar 68% dari luas wilayah. Sedangkandaerah datar dan landai hanya sekitar 32% dari luaswilayah. Daerah dengan topografi bergunung terdapatdi bagian tengah Aceh yang merupakan gugusanpegunungan bukit barisan dan daerah dengantopografi berbukit dan landai yang terletak di bagianutara dan timur Aceh.

Secara geografis, Provinsi NAD berada disebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,sebelah Selatan berbatasan dengan PropinsiSumatera Utara, sebelah Barat berbatasan denganSamudera Hindia dan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

Propinsi NAD berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara di sebelah Selatan,sebelah barat dengan Samudera Indonesia sebelah Timur dengan Selat Malaka dansebelah Utara berbatasan dengan Teluk Benggala. Sementara itu, satu-satunyahubungan darat adalah dengan Propinsi Sumatera Utara. Pasca Gempa dan Tsunami,NAD memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan barang dan jasa dariSumatera Utara.

Luas wilayah NAD seluas 57.365,57 km per segi atau 12.26% dari luas seluruhpulau Sumatra, yang terdiri atas 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buahdanau. Area terluas yang mencapai 39.294,20 km2 adalah lahan hutan, diikuti lahanperkebunan kecil seluas 3.675,01 km2. Sedangkan lahan pertambangan mempunyailuas terkecil yaitu 4,43 km2.

Page 2: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

98

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki letak yang sangat strategis baik darisudut ekonomi, politik, maupun geografis. Posisi geografis wilayah yang terletakdiantara Selat Malaka dan Samudera Hindia memiliki nilai yang sangat strategis darisudut geografis, politik, pertahanan, dan ekonomi.

Jumlah penduduk NAD berdasarkan hasil Sensus Penduduk Aceh dan Nias tahun2005 sebanyak 2.005.763 laki-laki dan 2.025.826 perempuan, dengan 1.754.461 jiwaangkatan kerja. Mayoritas penduduknya beragama Islam dengan persentase 98,87persen. Sedangkan 0,87 persen beragama Protestan, 0,15 persen beragama Budha,0,09 persen beragama Katholik dan minoritas beragama Hindu sebesar 0,02 persen.Distribusi penduduk sebanyak 12,25 persen berdomisili di Kabupaten AcehUtara yaitu 493.670 jiwa, 11,77 persen berdomisili di Kab. Pidie atau 474.539 jiwadan sisanya tersebar di seluruh NAD. Sedangkan sebanyak 28.597 jiwa berdomisili diPulau Sabang, menjadikannya sebagai daerah dengan populasi terkecil. Kota Sabangyang dahulu terkenal dengan pelabuhan bebasnya (1980-an) masih mempunyaipenduduk paling sedikit dibandingkan dengan daerah lainnya. Status Kawasan EkonomiTerpadu (KAPET) dengan pelabuhan bebasnya ternyata belum mampu menarikpenduduk pindah ke daerah kepulauan tersebut.

Kepadatan penduduk di Propinsi NAD tahun 2005 mencapai 68 orang/km2.Namun, penduduk yang menyebar di 21 di kab/kota berbeda kepadatannya antardaerah. Daerah terpadat adalah kota Banda Aceh yang rata-rata per kilometernyawilayahnya dihuni oleh sekitar 2.916 jiwa. Lalu kota Lhokseumawe dan kota Langsamasing-masing 854 jiwa/km2 dan 525 jiwa/km2. Sebaliknya, daerah yang palingjarang penduduknya yaitu hanya 13 jiwa/km2 adalah Kabupaten Gayo Lues.

Pembagian daerah administrasi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telahbanyak mengalami perubahan terutama dalam dua tahun terakhir yang ditandai olehmunculnya kabupaten baru. Saat ini Provinsi NAD terdiri atas 20 Kabupaten/Kota, 142Kecamatan, 58 Mukim dan 5.526 Gampong/Meunasah. Sejak Januari 2004, NAD dibagimenjadi 17 Kabupaten dan 4 Kota yang terdiri atas 257 kecamatan, 693 mukim dan6.107 desa serta 112 kelurahan. Sebelumnya pada Mei 2003, NAD berkembangmenjadi 20 Kabupaten/Kota dari 10 Kabupaten/Kota.

Luas wilayah NAD seluas 57.365,57 km per-segi atau merangkum 12,26% pulauSumatera, yang terdiri atas 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah danau.Area terluas yang mencapai 39.294,20 km2 adalah lahan hutan, diikuti lahanperkebunan seluas 3.675,01 km2. Sedangkan lahan pertambangan mempunyai luasterkecil yaitu 4,43 km2.

Daerah Aceh memiliki potensi besar di bidang pertanian dan perkebunan.Pertanian di daerah Aceh menghasilkan beras, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, jagung,kacang kedelai, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan di bidang perkebunan,daerah Aceh meng-hasilkan coklat, kemiri, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, cengkeh,pala, nilam, lada, pinang, tebu, tembakau, dan randu.

Di bidang industri, Aceh memiliki potensi cukup besar terutama industri hasilhutan, perkebunan, dan pertanian, seperti minyak kelapa sawit, atsiri, karet, kertas,serta industri hasil pengolahan tambang yang belum berkembang secara optimal.Jumlah industri di Aceh pada tahun 1998 menunjukkan data seperti berikut: Industridasar 33 unit dengan tenaga kerja sekitar 5.928 orang; Aneka industri 189 unit denganjumlah tenaga kerja 14.873 orang; Industri menengah dan kecil berjumlah 35.090 unitdengan tenaga kerja sekitar 129.477 orang.

PEMETAAN KONFLIK CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Industri perikanan menyediakan lebih dari 100.000 lapangan kerja, 87 persen(87.783) di sub sektor perikanan tangkap dan sisanya (14.461) di sub sektor perikananbudidaya. Sekitar 53.100 orang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharianutama. Namun demikian, 60 persen adalah nelayan kecil menggunakan perahuberukuran kecil. Dari sekitar 18.800 unit perahu/kapal ikan di Aceh, hanya 7.700 unityang mampu melaut ke lepas pantai. Armada perikanan tangkap berskala besarkebanyakan beroperasi di Aceh Utara, Aceh Timur, Bireuen, Aceh Barat dan AcehSelatan.

Infrastruktur penunjang industri ini meliputi satu pelabuhan perikanan besar diBanda Aceh, 10 pelabuhan pelelangan ikan (PPI) utama di 7 Kabupaten/Kota dansejumlah tempat pelelangan ikan (TPI) kecil di 18 kabupaten/kota. Selain itu terdapat36.600 hektar tambak, sebagian besar tambak semi intensif yang dimiliki petambakbermodal kecil. Tambak-tambak ini tersebar di Aceh Utara, Pidie, Bireuen dan AcehTimur.

Bidang perkebunan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalampembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat,penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dandaya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalamnegeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Arealdan produksi perkebunan; Pada tahun 2006 area perkebunan pada wilayah PropinsiNAD terdiri dari: Perkebunan Rakyat seluas 14,3 juta HA (75%), Perkebunan Besarseluas 4,9 juta HA (25%) yang dikelola oleh sekitar 1.437 perusahaan. Adapun totalproduksi berjumlah sekitar 26,3 juta ton, dengan komposisi: Perkebunan Rakyatsebanyak 14,5 juta ton (55,14%) dan Perkebunan Besar sebanyak 11,8 juta ton(44,86%). Hasil perkebunan utama dari Aceh pada tahun 1998 adalah kelapa sawit258.315 ton dari hasil perkebunan rakyat dan 231.798 ton dari perkebunan swastabesar; karet 47.620 ton hasil perkebunan rakyat dan 17.153 ton perkebunan besar;coklat 8.865 ton hasil perkebunan rakyat dan 1.821 ton perkebunan besar; kelapa.89.801 ton hasil perkebunan rakyat; kelapa hibrida 4.088 ton hasil perkebunan rakyat;kopi 41.244 ton hasil perkebunan rakyat; cengkeh 1.016 ton hasil perkebunan rakyat;Pala 7.130 ton hasil perkebunan rakyat; nilam 250 ton hasil perkebunan rakyat; kemiri17.704 ton hasil perkebunan rakyat dan tebu 16.130 ton hasil perkebunan rakyat.

Sejak Januari 2004, NAD dibagi menjadi 17 Kabupaten dan 4 Kota yang terdiriatas 257 kecamatan, 693 mukim dan 6.107 desa serta 112 kelurahan. Sebelumnyapada Mei 2003, NAD berkembang menjadi 20 Kabupaten/Kota dari 10 Kabupaten/Kota.Daerah Aceh memiliki potensi besar di bidang pertanian dan perkebunan. Pertanian didaerah Aceh menghasilkan beras, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacang kedelai,sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan di bidang perkebunan, daerah Acehmeng-hasilkan coklat, kemiri, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, cengkeh, pala, nilam,lada, pinang, tebu, tembakau, dan randu.

Di bidang industri, daerah Aceh memiliki potensi cukup besar terutama industrihasil hutan, perkebunan, dan pertanian, seperti minyak kelapa sawit, atsiri, karet,kertas, serta industri hasil pengolahan tambang yang belum berkembang secaraoptimal. Jumlah industri di Aceh pada tahun 1998 menunjukkan data seperti berikut:Industri dasar 33 unit dengan tenaga kerja sekitar 5.928 orang; Aneka industri 189unit dengan jumlah tenaga kerja 14.873 orang; Industri menengah dan kecil berjumlah35.090 unit dengan tenaga kerja sekitar 129.477 orang.

Page 3: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

99

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki letak yang sangat strategis baik darisudut ekonomi, politik, maupun geografis. Posisi geografis wilayah yang terletakdiantara Selat Malaka dan Samudera Hindia memiliki nilai yang sangat strategis darisudut geografis, politik, pertahanan, dan ekonomi.

Jumlah penduduk NAD berdasarkan hasil Sensus Penduduk Aceh dan Nias tahun2005 sebanyak 2.005.763 laki-laki dan 2.025.826 perempuan, dengan 1.754.461 jiwaangkatan kerja. Mayoritas penduduknya beragama Islam dengan persentase 98,87persen. Sedangkan 0,87 persen beragama Protestan, 0,15 persen beragama Budha,0,09 persen beragama Katholik dan minoritas beragama Hindu sebesar 0,02 persen.Distribusi penduduk sebanyak 12,25 persen berdomisili di Kabupaten AcehUtara yaitu 493.670 jiwa, 11,77 persen berdomisili di Kab. Pidie atau 474.539 jiwadan sisanya tersebar di seluruh NAD. Sedangkan sebanyak 28.597 jiwa berdomisili diPulau Sabang, menjadikannya sebagai daerah dengan populasi terkecil. Kota Sabangyang dahulu terkenal dengan pelabuhan bebasnya (1980-an) masih mempunyaipenduduk paling sedikit dibandingkan dengan daerah lainnya. Status Kawasan EkonomiTerpadu (KAPET) dengan pelabuhan bebasnya ternyata belum mampu menarikpenduduk pindah ke daerah kepulauan tersebut.

Kepadatan penduduk di Propinsi NAD tahun 2005 mencapai 68 orang/km2.Namun, penduduk yang menyebar di 21 di kab/kota berbeda kepadatannya antardaerah. Daerah terpadat adalah kota Banda Aceh yang rata-rata per kilometernyawilayahnya dihuni oleh sekitar 2.916 jiwa. Lalu kota Lhokseumawe dan kota Langsamasing-masing 854 jiwa/km2 dan 525 jiwa/km2. Sebaliknya, daerah yang palingjarang penduduknya yaitu hanya 13 jiwa/km2 adalah Kabupaten Gayo Lues.

Pembagian daerah administrasi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telahbanyak mengalami perubahan terutama dalam dua tahun terakhir yang ditandai olehmunculnya kabupaten baru. Saat ini Provinsi NAD terdiri atas 20 Kabupaten/Kota, 142Kecamatan, 58 Mukim dan 5.526 Gampong/Meunasah. Sejak Januari 2004, NAD dibagimenjadi 17 Kabupaten dan 4 Kota yang terdiri atas 257 kecamatan, 693 mukim dan6.107 desa serta 112 kelurahan. Sebelumnya pada Mei 2003, NAD berkembangmenjadi 20 Kabupaten/Kota dari 10 Kabupaten/Kota.

Luas wilayah NAD seluas 57.365,57 km per-segi atau merangkum 12,26% pulauSumatera, yang terdiri atas 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah danau.Area terluas yang mencapai 39.294,20 km2 adalah lahan hutan, diikuti lahanperkebunan seluas 3.675,01 km2. Sedangkan lahan pertambangan mempunyai luasterkecil yaitu 4,43 km2.

Daerah Aceh memiliki potensi besar di bidang pertanian dan perkebunan.Pertanian di daerah Aceh menghasilkan beras, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, jagung,kacang kedelai, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan di bidang perkebunan,daerah Aceh meng-hasilkan coklat, kemiri, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, cengkeh,pala, nilam, lada, pinang, tebu, tembakau, dan randu.

Di bidang industri, Aceh memiliki potensi cukup besar terutama industri hasilhutan, perkebunan, dan pertanian, seperti minyak kelapa sawit, atsiri, karet, kertas,serta industri hasil pengolahan tambang yang belum berkembang secara optimal.Jumlah industri di Aceh pada tahun 1998 menunjukkan data seperti berikut: Industridasar 33 unit dengan tenaga kerja sekitar 5.928 orang; Aneka industri 189 unit denganjumlah tenaga kerja 14.873 orang; Industri menengah dan kecil berjumlah 35.090 unitdengan tenaga kerja sekitar 129.477 orang.

PEMETAAN KONFLIK CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Industri perikanan menyediakan lebih dari 100.000 lapangan kerja, 87 persen(87.783) di sub sektor perikanan tangkap dan sisanya (14.461) di sub sektor perikananbudidaya. Sekitar 53.100 orang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharianutama. Namun demikian, 60 persen adalah nelayan kecil menggunakan perahuberukuran kecil. Dari sekitar 18.800 unit perahu/kapal ikan di Aceh, hanya 7.700 unityang mampu melaut ke lepas pantai. Armada perikanan tangkap berskala besarkebanyakan beroperasi di Aceh Utara, Aceh Timur, Bireuen, Aceh Barat dan AcehSelatan.

Infrastruktur penunjang industri ini meliputi satu pelabuhan perikanan besar diBanda Aceh, 10 pelabuhan pelelangan ikan (PPI) utama di 7 Kabupaten/Kota dansejumlah tempat pelelangan ikan (TPI) kecil di 18 kabupaten/kota. Selain itu terdapat36.600 hektar tambak, sebagian besar tambak semi intensif yang dimiliki petambakbermodal kecil. Tambak-tambak ini tersebar di Aceh Utara, Pidie, Bireuen dan AcehTimur.

Bidang perkebunan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalampembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat,penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dandaya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalamnegeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Arealdan produksi perkebunan; Pada tahun 2006 area perkebunan pada wilayah PropinsiNAD terdiri dari: Perkebunan Rakyat seluas 14,3 juta HA (75%), Perkebunan Besarseluas 4,9 juta HA (25%) yang dikelola oleh sekitar 1.437 perusahaan. Adapun totalproduksi berjumlah sekitar 26,3 juta ton, dengan komposisi: Perkebunan Rakyatsebanyak 14,5 juta ton (55,14%) dan Perkebunan Besar sebanyak 11,8 juta ton(44,86%). Hasil perkebunan utama dari Aceh pada tahun 1998 adalah kelapa sawit258.315 ton dari hasil perkebunan rakyat dan 231.798 ton dari perkebunan swastabesar; karet 47.620 ton hasil perkebunan rakyat dan 17.153 ton perkebunan besar;coklat 8.865 ton hasil perkebunan rakyat dan 1.821 ton perkebunan besar; kelapa.89.801 ton hasil perkebunan rakyat; kelapa hibrida 4.088 ton hasil perkebunan rakyat;kopi 41.244 ton hasil perkebunan rakyat; cengkeh 1.016 ton hasil perkebunan rakyat;Pala 7.130 ton hasil perkebunan rakyat; nilam 250 ton hasil perkebunan rakyat; kemiri17.704 ton hasil perkebunan rakyat dan tebu 16.130 ton hasil perkebunan rakyat.

Sejak Januari 2004, NAD dibagi menjadi 17 Kabupaten dan 4 Kota yang terdiriatas 257 kecamatan, 693 mukim dan 6.107 desa serta 112 kelurahan. Sebelumnyapada Mei 2003, NAD berkembang menjadi 20 Kabupaten/Kota dari 10 Kabupaten/Kota.Daerah Aceh memiliki potensi besar di bidang pertanian dan perkebunan. Pertanian didaerah Aceh menghasilkan beras, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacang kedelai,sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan di bidang perkebunan, daerah Acehmeng-hasilkan coklat, kemiri, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, cengkeh, pala, nilam,lada, pinang, tebu, tembakau, dan randu.

Di bidang industri, daerah Aceh memiliki potensi cukup besar terutama industrihasil hutan, perkebunan, dan pertanian, seperti minyak kelapa sawit, atsiri, karet,kertas, serta industri hasil pengolahan tambang yang belum berkembang secaraoptimal. Jumlah industri di Aceh pada tahun 1998 menunjukkan data seperti berikut:Industri dasar 33 unit dengan tenaga kerja sekitar 5.928 orang; Aneka industri 189unit dengan jumlah tenaga kerja 14.873 orang; Industri menengah dan kecil berjumlah35.090 unit dengan tenaga kerja sekitar 129.477 orang.

Page 4: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

100

Volume dan Nilai Ekspor serta PDB; Sampai Mei 2006 total Net Ekspor komoditiperkebunan 8.534.938 ton dengan nilai US $ 5.286 juta, dengan pertumbuhan volumeekspor rata-rata pertahun selama periode 1998-2005 sebesar 27,58 % dan rata-ratapertumbuhan nilai ekspor per tahun pada periode yang sama sebesar 17,84 %.Peningkatan nilai ekspor ini selain diakibatkan oleh membaiknya harga beberapakomoditas seperti karet, minyak sawit, minyak inti sawit, dan bungkil sawit, jugadiakibatkan oleh peningkatan volume ekspor komoditas perkebunan sebesar 3.214.880ton dibanding tahun 2004 yang hanya 15.267.890 ton. Pada tahun 2005 nilai ProdukDomestik Bruto (PDB) sub-sektor perkebunan termasuk tinggi yaitu sebesar 2,36 %(Rp 57,419 Trilyun).

... Konflik Aceh

Pada tanggal 14 Agustus 1945 perang dunia berakhir dengan menyerahnya Jepangkepada sekutu. Tiga hari kemuadian tepatnya tanggal 17 Agustuts 1945, Indonesiamemprokalmirkan kemrdekaanya. Dua bulan kemudian beberapa perwira Belandadatang ke Aceh untuk melakukan penyelidikan. Belanda berpendapat perlu diadakanpendudukan sekutu untuk mencegah timbulmya pemberontakan. Belanda adalah salahsatu Negara sekutu bersama Amerika Serikat Inggris, Perancis dan beberapa negaralainnya di Eropa. Pendudukan itu tidak pernah terjadi sampai Jepang meninggalkanAceh pada Desember 1945. Sumatera dan Aceh mengambil jalannya sendiri denganmembentuk pemerintahan republik yang telah didirikan. Gubernur pertama Mr. TeukuMuhammad Hasan. Belanda tidak pernah lagi menembus Aceh dan menjadi daerahyang benar-benar merdeka. Aceh tercatat sebagai penyumbang dua pesawat yangmenjadi cikal bakal lahirnya Garuda Indonesia Air Ways. Pada tahun 1948 ketikasekutu menguasai Jawa, Aceh menjadi daerah penyelamat. Melalui Radio Rimba Rayadi Aceh Tengah, secara kuat mendengungkan kemerdekaan Indonesia dari sana.

Saat Daud Beureuh menjabat sebagai Gubernur Aceh. Dia merasa Jakartamengkhianati perjuangan Aceh dengan melakukan beberapa tindakan politikdiantaranya, membubarkan Divisi X TNI di Aceh yang sangat terkenal pada saat itu.Pada tanggal 23 Januari 1951, status Propinsi Aceh dicabut oleh Kabinet Natsir. Acehdipaksa lebur dalam Provinsi Sumatera Utara. Kebencian rakyat Aceh kepada Soekarnosaat itu menyala. Daud Beureuh memimpin perlawanan terhadap Soekarno, dimanapada tanggal 21 September Daud Beureuh menyatakan pembeorontakan kepadaJakarta, setelah kongres ulama di Titeue, satu kecamatan di Pidie. Di sana iamenyatakan Aceh menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia, mengikuti jejakKartosuwiryo yang telah menegaskan pendiriannya di Jawa Barat. Perlawananbersenjata pun di mulai. Bersama Beureuh, sejumlah pasukan TNI bergabung menjadiTentara Islam Indonesia (TII). Sehari setelah konfrensi ini mereka menguasai sebagianbesar daerah Pidie dan bertahan di Garot.

Pertempuran demi pertempuran terjadi, kesepakatan genjatan senjata diambildalam sebuah perjanijian Ikrar Lamteh, 8 April 1957 isinya berupa kesepakatan antarapemerintah lokal dan pemberontak untuk mengutamakan kepentingan rakyat dandaerah Aceh di atas kepentingan kelompok. Genjatan senjata ini sempat berjalandampai tahun 1959. Dan momentum itu menjadi titik balik pemberontakan. Di masaitulah Perdana menteri Djuanda mengunjungi Aceh dan bertemu dengan Hasan SalehPanglima DI/TII. Bersamanya hadir juga Hasan Ali, Perdana Menteri Negara BagianAceh Negara Islam Indonesia.

PEMETAAN KONFLIK CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Hasan Saleh menuntut kepada Djuanda agar Aceh dijadikan Negara Bagian dibawah Republik Indonesia. Tuntutan berbau federalisme itu di tolak oleh Djuanda.Alasan Indonesia telah terbentuk Negara Kesatuan. Meski demikian, Hasan Salehsetuju untuk mencari jalan damai. Kemudian Daud Beureuh meminta Hasan Alimembatalkan genjatan senjata dan memulai kembali serangan gerilya besar-besaran.Diujung masa pemerintahannya, Beureuh bergabung dengan Republik PersatuanIndonesia (PRRI) dan Permesta. Bersama itu pula sejak 1961 nama Negara bagianAceh/NII diubah menjadi Republik Islam Aceh (RIA).

Pemerintahan Aceh belum kuat. Saat Sjamaun Gaharu diganti KolonelMohammad Jasin menjadi Komandan Daerah Militer Aceh. Jasin berhasil mendekatiDaud Beureuh dengan rasa hormat dan terus menerus menyerukan agar pemimpinpemberontak itu turun gunung. Sejak 1961 surat menyurat keduanya terusberlangsung, bahkan Jasin berani bertemu langsung dengan Beureuh untuk berdialogempat mata. Dengan bujukan dan jalan panjang Jasin akhirnya Beureuh luluh. Diabersedia turun gunung pada tanggal 9 Mei 1962, beserta pasukan setianya yangdipimpin Teungku Ilyas Leube. Daerah Aceh kembali seperti semula berstatusIstimewa.

Dengan status ‘Keistimewaan’ Aceh tidak sertamerta kondisi rakyat makmur,bahkan semakin terpuruk. Meski sumber Migas melimpah di Aceh setelah ditemukanpada tahun 1970 di ladang Arun, Aceh Utara. Gas dan minyak bumi hanyamenguntungkan pusat. Aceh hanya menonton kekayaan alam itu dieksploitasi ke luarAceh. Alasan inilah yang membuka rakyat Aceh kembali bergolak. Empat belas tahunsetelah Beureuh turun gunung, Hasan Tiro memimpin pemberontakan melalui GerakanAceh Merdeka (GAM) yang diproklamirkan pada 4 September 1976 di Tiro, Pidie. Sejakitu kekacauan terus menerus terjadi, hingga Hasan Tiro melarikan diri ke Swedia danmemimpin pemberontakan di sana. Berbagai operasi militer di gelar di Aceh untukmenumpas GAM, namun pemberontakan tak kunjung padam.

Pada tahun 1989, Aceh ditetapkan sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) denganoperasi jaring merahnya berlangsung selama 10 tahun. Operasi ini mencatat banyakkorban dikalangan rakyat Aceh. Pasca jatuhnya Soeharto, presiden RI kala itu, suararakyat menuntut pengadilan HAM dan pada tanggal 7 Agutus 1998, operasi itu dicabut.

Tuntutan kemerdekaan Aceh yang disuarakan oleh GAM kian bergema, selain itumuncul pula tuntutan referendum sebagai akumulasi kekecewaan rakyat Aceh padapemerintah Jakarta. Tuntutan itu dimobilisasi oleh kelompok intelektual Aceh yangterhimpun dalam Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) yang didirikan di BandaAceh pada 4 Februari 1999. Aksi kolosal digelar oleh SIRA pada 8 November 1999dihadiri kurang dari satu juta rakyat Aceh (sebagian menyebut 2 juta) dari berbagaikabupaten di Aceh. SIRA yang dipimpin Muhammad Nazar berhasil memobilisasiperjuangan rakyat Aceh untuk mendapatkan hak-haknya sebagai sebuah bangsa.Keinginan untuk menentukan nasib sendiri semakin bergema dengan kelahiranberbagai organisasi perlawanan rakyat Aceh dengan mengusung berbagai isuperubahan, seperti KARMA, FARMIDIA, SMUR, FDRA, SPURA, PERAK dan HANTAM.Salah satu yang dilakukan oleh HANTAM dengan mengusung jargon antimiliteralismeberhasil membuat sebuah aksi pada tahun 6 Mei 2002 dengan tuntutan Cease-fireantara RI dan GAM. Selain itu HANTAM, mengusung empat bendera GAM, RI,Referendum dan PBB. Aksi ini berakhir dengan penangkapan para pesertanya seperti,Taufik Al Mubarak, Muhammad MTA, Asmara, Askalani, Imam, Habibir, Ihsan dan lain-lain. Aksi ini mendorong agar PBB untuk melakukan intervensi menjadi mediasi konflikAceh.

Page 5: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

101

Volume dan Nilai Ekspor serta PDB; Sampai Mei 2006 total Net Ekspor komoditiperkebunan 8.534.938 ton dengan nilai US $ 5.286 juta, dengan pertumbuhan volumeekspor rata-rata pertahun selama periode 1998-2005 sebesar 27,58 % dan rata-ratapertumbuhan nilai ekspor per tahun pada periode yang sama sebesar 17,84 %.Peningkatan nilai ekspor ini selain diakibatkan oleh membaiknya harga beberapakomoditas seperti karet, minyak sawit, minyak inti sawit, dan bungkil sawit, jugadiakibatkan oleh peningkatan volume ekspor komoditas perkebunan sebesar 3.214.880ton dibanding tahun 2004 yang hanya 15.267.890 ton. Pada tahun 2005 nilai ProdukDomestik Bruto (PDB) sub-sektor perkebunan termasuk tinggi yaitu sebesar 2,36 %(Rp 57,419 Trilyun).

... Konflik Aceh

Pada tanggal 14 Agustus 1945 perang dunia berakhir dengan menyerahnya Jepangkepada sekutu. Tiga hari kemuadian tepatnya tanggal 17 Agustuts 1945, Indonesiamemprokalmirkan kemrdekaanya. Dua bulan kemudian beberapa perwira Belandadatang ke Aceh untuk melakukan penyelidikan. Belanda berpendapat perlu diadakanpendudukan sekutu untuk mencegah timbulmya pemberontakan. Belanda adalah salahsatu Negara sekutu bersama Amerika Serikat Inggris, Perancis dan beberapa negaralainnya di Eropa. Pendudukan itu tidak pernah terjadi sampai Jepang meninggalkanAceh pada Desember 1945. Sumatera dan Aceh mengambil jalannya sendiri denganmembentuk pemerintahan republik yang telah didirikan. Gubernur pertama Mr. TeukuMuhammad Hasan. Belanda tidak pernah lagi menembus Aceh dan menjadi daerahyang benar-benar merdeka. Aceh tercatat sebagai penyumbang dua pesawat yangmenjadi cikal bakal lahirnya Garuda Indonesia Air Ways. Pada tahun 1948 ketikasekutu menguasai Jawa, Aceh menjadi daerah penyelamat. Melalui Radio Rimba Rayadi Aceh Tengah, secara kuat mendengungkan kemerdekaan Indonesia dari sana.

Saat Daud Beureuh menjabat sebagai Gubernur Aceh. Dia merasa Jakartamengkhianati perjuangan Aceh dengan melakukan beberapa tindakan politikdiantaranya, membubarkan Divisi X TNI di Aceh yang sangat terkenal pada saat itu.Pada tanggal 23 Januari 1951, status Propinsi Aceh dicabut oleh Kabinet Natsir. Acehdipaksa lebur dalam Provinsi Sumatera Utara. Kebencian rakyat Aceh kepada Soekarnosaat itu menyala. Daud Beureuh memimpin perlawanan terhadap Soekarno, dimanapada tanggal 21 September Daud Beureuh menyatakan pembeorontakan kepadaJakarta, setelah kongres ulama di Titeue, satu kecamatan di Pidie. Di sana iamenyatakan Aceh menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia, mengikuti jejakKartosuwiryo yang telah menegaskan pendiriannya di Jawa Barat. Perlawananbersenjata pun di mulai. Bersama Beureuh, sejumlah pasukan TNI bergabung menjadiTentara Islam Indonesia (TII). Sehari setelah konfrensi ini mereka menguasai sebagianbesar daerah Pidie dan bertahan di Garot.

Pertempuran demi pertempuran terjadi, kesepakatan genjatan senjata diambildalam sebuah perjanijian Ikrar Lamteh, 8 April 1957 isinya berupa kesepakatan antarapemerintah lokal dan pemberontak untuk mengutamakan kepentingan rakyat dandaerah Aceh di atas kepentingan kelompok. Genjatan senjata ini sempat berjalandampai tahun 1959. Dan momentum itu menjadi titik balik pemberontakan. Di masaitulah Perdana menteri Djuanda mengunjungi Aceh dan bertemu dengan Hasan SalehPanglima DI/TII. Bersamanya hadir juga Hasan Ali, Perdana Menteri Negara BagianAceh Negara Islam Indonesia.

PEMETAAN KONFLIK CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Hasan Saleh menuntut kepada Djuanda agar Aceh dijadikan Negara Bagian dibawah Republik Indonesia. Tuntutan berbau federalisme itu di tolak oleh Djuanda.Alasan Indonesia telah terbentuk Negara Kesatuan. Meski demikian, Hasan Salehsetuju untuk mencari jalan damai. Kemudian Daud Beureuh meminta Hasan Alimembatalkan genjatan senjata dan memulai kembali serangan gerilya besar-besaran.Diujung masa pemerintahannya, Beureuh bergabung dengan Republik PersatuanIndonesia (PRRI) dan Permesta. Bersama itu pula sejak 1961 nama Negara bagianAceh/NII diubah menjadi Republik Islam Aceh (RIA).

Pemerintahan Aceh belum kuat. Saat Sjamaun Gaharu diganti KolonelMohammad Jasin menjadi Komandan Daerah Militer Aceh. Jasin berhasil mendekatiDaud Beureuh dengan rasa hormat dan terus menerus menyerukan agar pemimpinpemberontak itu turun gunung. Sejak 1961 surat menyurat keduanya terusberlangsung, bahkan Jasin berani bertemu langsung dengan Beureuh untuk berdialogempat mata. Dengan bujukan dan jalan panjang Jasin akhirnya Beureuh luluh. Diabersedia turun gunung pada tanggal 9 Mei 1962, beserta pasukan setianya yangdipimpin Teungku Ilyas Leube. Daerah Aceh kembali seperti semula berstatusIstimewa.

Dengan status ‘Keistimewaan’ Aceh tidak sertamerta kondisi rakyat makmur,bahkan semakin terpuruk. Meski sumber Migas melimpah di Aceh setelah ditemukanpada tahun 1970 di ladang Arun, Aceh Utara. Gas dan minyak bumi hanyamenguntungkan pusat. Aceh hanya menonton kekayaan alam itu dieksploitasi ke luarAceh. Alasan inilah yang membuka rakyat Aceh kembali bergolak. Empat belas tahunsetelah Beureuh turun gunung, Hasan Tiro memimpin pemberontakan melalui GerakanAceh Merdeka (GAM) yang diproklamirkan pada 4 September 1976 di Tiro, Pidie. Sejakitu kekacauan terus menerus terjadi, hingga Hasan Tiro melarikan diri ke Swedia danmemimpin pemberontakan di sana. Berbagai operasi militer di gelar di Aceh untukmenumpas GAM, namun pemberontakan tak kunjung padam.

Pada tahun 1989, Aceh ditetapkan sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) denganoperasi jaring merahnya berlangsung selama 10 tahun. Operasi ini mencatat banyakkorban dikalangan rakyat Aceh. Pasca jatuhnya Soeharto, presiden RI kala itu, suararakyat menuntut pengadilan HAM dan pada tanggal 7 Agutus 1998, operasi itu dicabut.

Tuntutan kemerdekaan Aceh yang disuarakan oleh GAM kian bergema, selain itumuncul pula tuntutan referendum sebagai akumulasi kekecewaan rakyat Aceh padapemerintah Jakarta. Tuntutan itu dimobilisasi oleh kelompok intelektual Aceh yangterhimpun dalam Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) yang didirikan di BandaAceh pada 4 Februari 1999. Aksi kolosal digelar oleh SIRA pada 8 November 1999dihadiri kurang dari satu juta rakyat Aceh (sebagian menyebut 2 juta) dari berbagaikabupaten di Aceh. SIRA yang dipimpin Muhammad Nazar berhasil memobilisasiperjuangan rakyat Aceh untuk mendapatkan hak-haknya sebagai sebuah bangsa.Keinginan untuk menentukan nasib sendiri semakin bergema dengan kelahiranberbagai organisasi perlawanan rakyat Aceh dengan mengusung berbagai isuperubahan, seperti KARMA, FARMIDIA, SMUR, FDRA, SPURA, PERAK dan HANTAM.Salah satu yang dilakukan oleh HANTAM dengan mengusung jargon antimiliteralismeberhasil membuat sebuah aksi pada tahun 6 Mei 2002 dengan tuntutan Cease-fireantara RI dan GAM. Selain itu HANTAM, mengusung empat bendera GAM, RI,Referendum dan PBB. Aksi ini berakhir dengan penangkapan para pesertanya seperti,Taufik Al Mubarak, Muhammad MTA, Asmara, Askalani, Imam, Habibir, Ihsan dan lain-lain. Aksi ini mendorong agar PBB untuk melakukan intervensi menjadi mediasi konflikAceh.

Page 6: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

102

Dalam masa-masa dialog antara GAM dan RI, beberapa kesepahaman mulaimuncul untuk mencari jalan penyelesaian secara damai. Upaya damai perlu jedaperang. Kesepakatan tersebut dirintis sejak Januari 2000 yang kemudian melahirkanJeda Kemanusiaan pada 12 Mei 2000. Dalam kondisi ini, Aceh mulai berangsur-angsurkondusif. Kondisi ini semakin membaik setelah pihak GAM dan pemerintah RImenandatangani kesepakatan damai (Cessation of Hostilities Agreement – CoHA), pada9 Desember 2002 di Jenewa. Komite keamanan bersama yang terdiri dari tiga pihakyaitu Indonesia, GAM dan Henry Dunant Centre (HDC) sebagai penengah di bentuk.Komite ini diketuai oleh Thanongsuk Tuvinum, perwira tinggi asal Thailand.

Pada 9 Februari 2003 perjanjian damai memasuki tahap penting dimana keduabelah pihak sepakat untuk melakukan pelucutan senjata untuk lima bulan ke depanyang diawasi oleh komite bersama. Namun proses perundingan ini kemudian gagal.Pada bulan Mei 2003 CoHA dinyatakan gagal dan tidak dilanjutkan. Para juru rundingGAM ditangkap dan dihukum penjara. Darurat Militer kemudian di gelar pada 19 Mei2003. Ribuan personil TNI/POLRI dikirim ke Aceh, untuk menumpas GAM. Satu TahunDarurat Militer. TNI mengklaim telah berhasil menewaskan 2439 GAM, 2003 lainnyaditangkap dan 1559 menyerah. Sementara dipihak TNI, 147 orang tewas dan 422 luka-luka. Dalam masa darurat itu, para aktivis pembela rakyat ditangkap, tak sedikit pulayang melarikan diri ke luar negeri.

Setelah habis masa darurat militer, pada 19 Mei 2004 status Aceh dirubahmenjadi Darurat Sipil yang kondisinya tak jauh berbeda dari sebelumnya. Aceh seakantertutup dari dunia luar, ratusan korban muncul dari pihak sipil. Baik Pemerintahmaupun TNI tidak pernah mengumumkan secara pasti berapa rakyat sipil yang menjadikorban. Namun Dinas Penerangan Umum Mabes TNI mengakui sejak daruratdiberlakukan sampai September 2004, sekitar 662 warga sipil tewas, 140 luka beratdan 227 luka ringan.

Sejak 26 Desember 2004, terjadi peristiwa yang sangat memilukan, Acehkembali mencatat sejarah baru di dunia. Bencana alam hebat, Tsunami melanda Acehsekitar 129.775 orang tewas, 36.786 orang hilang dan 174.000 orang kehilangantempat tinggal dan menjadi pengungsi. Secara materil 120.000 rumah rusak/hancur,800 km jalan dan 2260 jembatan rusak atau musnah, 693 fasilitas kesehatan termasukrumah sakit, puskesmas, pos imunisasi dan klinik rusak dan hancur serta 2224 sekolahrusak. Kerugian diperkirakan mencapai sekitar US $ 4,5 milyar.

Bencana ini memberikan peringatan kepada bangsa ini dan membuka pintujalan damai di Aceh. Disamping itu membuka pintu Aceh lebar-lebar bagi siapa sajayang akan memberikan bantuan kepada korban. Status Darurat Sipil tenggelam begitusaja, ratusan NGO dan lembaga Internasional masuk untuk memberikan bantuan.Darurat Sipil ini kemudian diganti menjadi Tertib Sipil pada 19 Mei 2005, saat Acehsedang membangun pasca Tsunami. Kontak senjata masih sering terjadi di beberapadaerah, kendati dalam intensitas yang semakin kecil. Pembahasan mencari jalan damaidi Aceh masih terus dilakukan. Kali ini Presiden Bambang Susilo Yudhoyono lebih seriusdan difasilitasi oleh Crisis Mangement Initiative (CMI) yang diketuai oleh bekaspresiden Finlandia Martti Ahtisaari perundingan antara GAM dan RI digelar di Helsinki,Finlandia. Setelah dialog lima babak dilakukan, perunding RI yang diketuai oleh MenteriHukum dan HAM, Hamid Awaluddin dan Perunding GAM yang diketuai Perdana Menteri-nya Malik Mahmud dicapai kesepakatan dan ditandatangani pada 15 Agustus 2005.kesepakatan ini dikenal dengan MoU Helsinki yang mengawali masa damai di Aceh dansekaligus membangun kembali ’serambi mekah’ yang hancur akibat konflik danTsunami [].

PEMETAAN KONFLIK CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Bahan Bacaan 6.1

Pemetaan Wilayah Konflik

Pemetaan wilayah konflik yang dimaksud menyangkut gambaran tata ruang/geografis yang memvisualisasikan batas-batas wilayah (administrasi, adat,ekonomi), potensi sumber daya alam yang tersedia, akses pasar dan masalah

yang ada dalam suatu wilayah konflik tertentu. Misalnya dusun, desa, kecamatan atauhamparan adat. Peta wilayah berguna untuk memperoleh pandangan cepat tentangapa yang terdapat di wilayah itu serta meneliti pola ruang, penggunaan lahan,pertanian, dan fasilitas umum. Peta wilayah bermanfaat bagi masyarakat untukmelihat pola penyebaran dan karakteristik penduduk, pembagian lahan, jalurtransportasi, hubungan antara daerah dalam satu kota/kabupaten, antara wilayah,kondisi sosial dan hambatan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam penerapannyadigunakan alat atau bahan, seperti peta atau foto wilayah. Pemetaan dapat dilakukansecara sederhana dengan menggambarkan batas wilayah dan kelengkapaninfrastruktur zona geografis yang ada. Bentuknya berupa gambar grafis atau foto yangmengilustrasikan potensi dan masalah yang dituangkan dalam bentuk simbol atautanda yang dilengkapi dengan keterangan lengkap dan mudah dipahami.

Jenis informasi yang dapat diungkapkan melalui kegiatan pemetaan sangattergantung tahapan penggalian informasi dan jenis peta yang akan dibuat. Secaragaris besar jenis informasi pemetaan yang dapat digali yaitu;

Peta Umum wilayah. Peta ini dibuat untuk melihat keadaan desa secara umummenyangkut sumber daya sarana dan prasarana yang ada di desa seperti kondisitopografis (kemiringan tanah, padang, perbukitan), luas dan tata letak kebun,penyebaran daerah pemukiman, hutan, lahan kritis, sumber mata air, pasar,sekolah, posyandu, puskesmas dan jalan desa.

Peta khusus (topikal dan tematik). Peta ini dibuat untuk menggali sebuahwilayah berdasarkan aspek-aspek atau topik pengembangan tertentu, misalnyapertanian, perdagangan, industri, peternakan, perikanan, ekonomi dansebagainya. Termasuk di dalamnya pembuatan peta untuk aspek keagamaan,kemasyarakat, pendidikan, kesehatan, seperti penyebaran agama, penyebaranpenduduk atau bahasa. Hal yang akan digali berkaitan berbagai sumber dayayang ada, masalah serta harapan mengenai keadaan tersebut.

Peta Sub Topikal. Peta ini dibuat untuk melihat secara lebih spesifik tentangfenomena dan aspek yang perlu digali lebih dalam. Misalnya pemetaankelompok-kelompok yang berkonflik, kekerasan, penyebaran hama penyakitpadi, penyebaran wabah demam berdarah, penggolongan masyarakat dalamsuatu wilayah tertentu.

Page 7: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

103

Dalam masa-masa dialog antara GAM dan RI, beberapa kesepahaman mulaimuncul untuk mencari jalan penyelesaian secara damai. Upaya damai perlu jedaperang. Kesepakatan tersebut dirintis sejak Januari 2000 yang kemudian melahirkanJeda Kemanusiaan pada 12 Mei 2000. Dalam kondisi ini, Aceh mulai berangsur-angsurkondusif. Kondisi ini semakin membaik setelah pihak GAM dan pemerintah RImenandatangani kesepakatan damai (Cessation of Hostilities Agreement – CoHA), pada9 Desember 2002 di Jenewa. Komite keamanan bersama yang terdiri dari tiga pihakyaitu Indonesia, GAM dan Henry Dunant Centre (HDC) sebagai penengah di bentuk.Komite ini diketuai oleh Thanongsuk Tuvinum, perwira tinggi asal Thailand.

Pada 9 Februari 2003 perjanjian damai memasuki tahap penting dimana keduabelah pihak sepakat untuk melakukan pelucutan senjata untuk lima bulan ke depanyang diawasi oleh komite bersama. Namun proses perundingan ini kemudian gagal.Pada bulan Mei 2003 CoHA dinyatakan gagal dan tidak dilanjutkan. Para juru rundingGAM ditangkap dan dihukum penjara. Darurat Militer kemudian di gelar pada 19 Mei2003. Ribuan personil TNI/POLRI dikirim ke Aceh, untuk menumpas GAM. Satu TahunDarurat Militer. TNI mengklaim telah berhasil menewaskan 2439 GAM, 2003 lainnyaditangkap dan 1559 menyerah. Sementara dipihak TNI, 147 orang tewas dan 422 luka-luka. Dalam masa darurat itu, para aktivis pembela rakyat ditangkap, tak sedikit pulayang melarikan diri ke luar negeri.

Setelah habis masa darurat militer, pada 19 Mei 2004 status Aceh dirubahmenjadi Darurat Sipil yang kondisinya tak jauh berbeda dari sebelumnya. Aceh seakantertutup dari dunia luar, ratusan korban muncul dari pihak sipil. Baik Pemerintahmaupun TNI tidak pernah mengumumkan secara pasti berapa rakyat sipil yang menjadikorban. Namun Dinas Penerangan Umum Mabes TNI mengakui sejak daruratdiberlakukan sampai September 2004, sekitar 662 warga sipil tewas, 140 luka beratdan 227 luka ringan.

Sejak 26 Desember 2004, terjadi peristiwa yang sangat memilukan, Acehkembali mencatat sejarah baru di dunia. Bencana alam hebat, Tsunami melanda Acehsekitar 129.775 orang tewas, 36.786 orang hilang dan 174.000 orang kehilangantempat tinggal dan menjadi pengungsi. Secara materil 120.000 rumah rusak/hancur,800 km jalan dan 2260 jembatan rusak atau musnah, 693 fasilitas kesehatan termasukrumah sakit, puskesmas, pos imunisasi dan klinik rusak dan hancur serta 2224 sekolahrusak. Kerugian diperkirakan mencapai sekitar US $ 4,5 milyar.

Bencana ini memberikan peringatan kepada bangsa ini dan membuka pintujalan damai di Aceh. Disamping itu membuka pintu Aceh lebar-lebar bagi siapa sajayang akan memberikan bantuan kepada korban. Status Darurat Sipil tenggelam begitusaja, ratusan NGO dan lembaga Internasional masuk untuk memberikan bantuan.Darurat Sipil ini kemudian diganti menjadi Tertib Sipil pada 19 Mei 2005, saat Acehsedang membangun pasca Tsunami. Kontak senjata masih sering terjadi di beberapadaerah, kendati dalam intensitas yang semakin kecil. Pembahasan mencari jalan damaidi Aceh masih terus dilakukan. Kali ini Presiden Bambang Susilo Yudhoyono lebih seriusdan difasilitasi oleh Crisis Mangement Initiative (CMI) yang diketuai oleh bekaspresiden Finlandia Martti Ahtisaari perundingan antara GAM dan RI digelar di Helsinki,Finlandia. Setelah dialog lima babak dilakukan, perunding RI yang diketuai oleh MenteriHukum dan HAM, Hamid Awaluddin dan Perunding GAM yang diketuai Perdana Menteri-nya Malik Mahmud dicapai kesepakatan dan ditandatangani pada 15 Agustus 2005.kesepakatan ini dikenal dengan MoU Helsinki yang mengawali masa damai di Aceh dansekaligus membangun kembali ’serambi mekah’ yang hancur akibat konflik danTsunami [].

PEMETAAN KONFLIK CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Bahan Bacaan 6.1

Pemetaan Wilayah Konflik

Pemetaan wilayah konflik yang dimaksud menyangkut gambaran tata ruang/geografis yang memvisualisasikan batas-batas wilayah (administrasi, adat,ekonomi), potensi sumber daya alam yang tersedia, akses pasar dan masalah

yang ada dalam suatu wilayah konflik tertentu. Misalnya dusun, desa, kecamatan atauhamparan adat. Peta wilayah berguna untuk memperoleh pandangan cepat tentangapa yang terdapat di wilayah itu serta meneliti pola ruang, penggunaan lahan,pertanian, dan fasilitas umum. Peta wilayah bermanfaat bagi masyarakat untukmelihat pola penyebaran dan karakteristik penduduk, pembagian lahan, jalurtransportasi, hubungan antara daerah dalam satu kota/kabupaten, antara wilayah,kondisi sosial dan hambatan yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam penerapannyadigunakan alat atau bahan, seperti peta atau foto wilayah. Pemetaan dapat dilakukansecara sederhana dengan menggambarkan batas wilayah dan kelengkapaninfrastruktur zona geografis yang ada. Bentuknya berupa gambar grafis atau foto yangmengilustrasikan potensi dan masalah yang dituangkan dalam bentuk simbol atautanda yang dilengkapi dengan keterangan lengkap dan mudah dipahami.

Jenis informasi yang dapat diungkapkan melalui kegiatan pemetaan sangattergantung tahapan penggalian informasi dan jenis peta yang akan dibuat. Secaragaris besar jenis informasi pemetaan yang dapat digali yaitu;

Peta Umum wilayah. Peta ini dibuat untuk melihat keadaan desa secara umummenyangkut sumber daya sarana dan prasarana yang ada di desa seperti kondisitopografis (kemiringan tanah, padang, perbukitan), luas dan tata letak kebun,penyebaran daerah pemukiman, hutan, lahan kritis, sumber mata air, pasar,sekolah, posyandu, puskesmas dan jalan desa.

Peta khusus (topikal dan tematik). Peta ini dibuat untuk menggali sebuahwilayah berdasarkan aspek-aspek atau topik pengembangan tertentu, misalnyapertanian, perdagangan, industri, peternakan, perikanan, ekonomi dansebagainya. Termasuk di dalamnya pembuatan peta untuk aspek keagamaan,kemasyarakat, pendidikan, kesehatan, seperti penyebaran agama, penyebaranpenduduk atau bahasa. Hal yang akan digali berkaitan berbagai sumber dayayang ada, masalah serta harapan mengenai keadaan tersebut.

Peta Sub Topikal. Peta ini dibuat untuk melihat secara lebih spesifik tentangfenomena dan aspek yang perlu digali lebih dalam. Misalnya pemetaankelompok-kelompok yang berkonflik, kekerasan, penyebaran hama penyakitpadi, penyebaran wabah demam berdarah, penggolongan masyarakat dalamsuatu wilayah tertentu.

Page 8: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

104

Pemetaan wilayah berdasarkan kondisi sosial termasuk model peta topikaldirancang untuk mengetahui lebih dalam tentang situasi dan pola-pola konflik yangterjadi dalam masyarakat. Peta topikal ini dibuat untuk kebutuhan khusus denganmemberikan penjelasan tentang status dan kondisi konflik dengan alur-alur hubungan,infrastruktur, sumber daya dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap konflik.Peta wilayah konflik dibuat dengan tujuan untuk menyediakan informasi dasar yangdiperlukan untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, kesejahteraan, dan potensisumber daya alam yang dimiliki suatu daerah atau wilayah dalam bentuk peta ataufoto yang menunjukkan penggunaan lahan, ketersediaan prasarana, transportasi,akses dan hubungan dengan wilayah lainnya. Dengan adanya peta sosial yangmenggambarkan kondisi dan potensi yang dimiliki suatu wilayah akan memudahkanperencana, fasilitator dan masyarakat untuk memperkirakan rencana pengembanganyang akan dilakukan dalam wilayah atau desa itu.

Manfaat pemetaan wilayah konflik diantaranya;

Memberikan gambaran tentang situasi aktual berkaitan dengan kondisi konflikyang terjadi dalam masyarakat ditinjau dari tata ruang atau geografis wilayah.Penggambaran tata ruang sangat penting untuk menjelaskan keterhubungan dankesalingtergantungan setiap daerah baik antardesa, dengan dengan kecamatanatau kabupaten.

Menggambarkan profil sosial terkait dengan objek vital pembangunan yangmemilki pengaruh terhadap pola interaksi lingkungan dan komunitas dengansektor-sektor yang ada dalam suatu wilayah atau zona tertentu.

Menggambarkan secara jelas potensi dan masalah yang berada dalam suatulokasi atau wilayah konflik tertentu.

Mengetahui kondisi nyata yang digambarkan secara sederhana untuk menilaikondisi sosial dan ekonomi sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkankebutuhan pengembangan sumber daya dan alternatif penyelesaian konflik yangterjadi di lokasi itu.

Memberikan informasi awal tentang potensi, sumber daya, dan masalah yangmengindikasikan aspek-aspek utama yang perlu ditingkatkan dan diintegrasikandengan bidang atau sektor lainnya.

Memberikan pandangan cepat tentang aktivitas ekonomi utama dan usahamasyarakat serta pelayanan yang tersedia di desa.

Menggambarkan tapal batas yang disepakati masyarakat yang dapat mencegahkonflik antarkelompok atau antardaerah.

Menjadi bahan masukan bagi masyarakat bagi keperluan perancangan programpendampingan dan evaluasi program pembangunan.

Bahan Bacaan 6.2

Pemetaan Peran Kelembagaan

Secara umum dalam setiap wilayah (desa/kecamatan/kabupaten/kota) pasti ter-dapat kelompok, organisasi atau lembaga formal dan informal yang berdiri se-suai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Paling tidak ada tiga jenis kelemba-

gaan masyarakat yaitu; (a) organisasi yang didirikan berdasarkan inisiatif, didukungdan dipertahankan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, kongsi,julo-julo, kelompok swadaya perempuan dan lembaga adat. (b) organisasi yang mun-cul dan tumbuh atas inisiatif masyarakat dan didukung secara operasional dan finan-sial oleh pihak luar, misalnya lumbung pilih, nagari. (c) organisasi yang dibentuk olehpihak luar bukan atas inisiatif masyarakat setempat, misalnya posyandu, karang ta-runa, PKK dan sebagainya.

Analisis peran pemangku kepentingan kelembagaan merupakan cara yang dapatditempuh untuk mengetahui keterlibatan orang, kelompok, organisasi atau lembagalain dalam program pemberdayaan di suatu wilayah atau desa. Cara ini juga diguna-kan untuk mengumpulkan informasi penting tentang tingkat atau kekuatan hubunganpara pemangku kepentingan yang dijelaskan melalui garis kerjasama timbal balik. Bi-asanya jaringan dan kekuatan hubungan itu dikembangkan dalam bentuk sosiometriyang menggambarkan organisasi yang terlibat, seperti organisasi kepemudaan, lem-baga adat, pemerintah, LSM, ormas, media dan sebagainya.

Analisis pemangku kepentingan bertujuan untuk menyediakan informasi dasaryang diperlukan untuk mengetahui para pemangku kepentingan (stakeholders) yangterlibat dalam program beserta kekuatan dari hubungan timbal balik yang terjalin.Dalam konteks perencanaan, analisis pemangku kepentingan ditujukan untukmengetahui siapa saja (individu, kelompok dan organisasi) yang langsung atau tidaklangsung terlibat dan berpengaruh terhadap jalinan kerjasama yang menjadi sasarandalam program.

Manfaat analisis pemangku kepentingan dalam pemetaan konflik diantaranya;

Membantu proses identifikasi kelompok, organisasi atau lembaga inti yanglangsung terlibat dalam dalam konflik dan menunjang terbangunnya mekanismeperdamaian.

Menggambarkan secara spesifik pola hubungan sosial antarpemangkukepentingan atau kelembagaan yang menjadi masukan menyangkutkepemimpinan, peningkatan kemampuan tugas, peran dan fungsi serta timkerja.

Membantu mengambarkan kekuatan hubungan kelembagaan lokal dalam

PEMETAAN KONFLIK CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Page 9: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

105

Pemetaan wilayah berdasarkan kondisi sosial termasuk model peta topikaldirancang untuk mengetahui lebih dalam tentang situasi dan pola-pola konflik yangterjadi dalam masyarakat. Peta topikal ini dibuat untuk kebutuhan khusus denganmemberikan penjelasan tentang status dan kondisi konflik dengan alur-alur hubungan,infrastruktur, sumber daya dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap konflik.Peta wilayah konflik dibuat dengan tujuan untuk menyediakan informasi dasar yangdiperlukan untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, kesejahteraan, dan potensisumber daya alam yang dimiliki suatu daerah atau wilayah dalam bentuk peta ataufoto yang menunjukkan penggunaan lahan, ketersediaan prasarana, transportasi,akses dan hubungan dengan wilayah lainnya. Dengan adanya peta sosial yangmenggambarkan kondisi dan potensi yang dimiliki suatu wilayah akan memudahkanperencana, fasilitator dan masyarakat untuk memperkirakan rencana pengembanganyang akan dilakukan dalam wilayah atau desa itu.

Manfaat pemetaan wilayah konflik diantaranya;

Memberikan gambaran tentang situasi aktual berkaitan dengan kondisi konflikyang terjadi dalam masyarakat ditinjau dari tata ruang atau geografis wilayah.Penggambaran tata ruang sangat penting untuk menjelaskan keterhubungan dankesalingtergantungan setiap daerah baik antardesa, dengan dengan kecamatanatau kabupaten.

Menggambarkan profil sosial terkait dengan objek vital pembangunan yangmemilki pengaruh terhadap pola interaksi lingkungan dan komunitas dengansektor-sektor yang ada dalam suatu wilayah atau zona tertentu.

Menggambarkan secara jelas potensi dan masalah yang berada dalam suatulokasi atau wilayah konflik tertentu.

Mengetahui kondisi nyata yang digambarkan secara sederhana untuk menilaikondisi sosial dan ekonomi sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkankebutuhan pengembangan sumber daya dan alternatif penyelesaian konflik yangterjadi di lokasi itu.

Memberikan informasi awal tentang potensi, sumber daya, dan masalah yangmengindikasikan aspek-aspek utama yang perlu ditingkatkan dan diintegrasikandengan bidang atau sektor lainnya.

Memberikan pandangan cepat tentang aktivitas ekonomi utama dan usahamasyarakat serta pelayanan yang tersedia di desa.

Menggambarkan tapal batas yang disepakati masyarakat yang dapat mencegahkonflik antarkelompok atau antardaerah.

Menjadi bahan masukan bagi masyarakat bagi keperluan perancangan programpendampingan dan evaluasi program pembangunan.

Bahan Bacaan 6.2

Pemetaan Peran Kelembagaan

Secara umum dalam setiap wilayah (desa/kecamatan/kabupaten/kota) pasti ter-dapat kelompok, organisasi atau lembaga formal dan informal yang berdiri se-suai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Paling tidak ada tiga jenis kelemba-

gaan masyarakat yaitu; (a) organisasi yang didirikan berdasarkan inisiatif, didukungdan dipertahankan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, kongsi,julo-julo, kelompok swadaya perempuan dan lembaga adat. (b) organisasi yang mun-cul dan tumbuh atas inisiatif masyarakat dan didukung secara operasional dan finan-sial oleh pihak luar, misalnya lumbung pilih, nagari. (c) organisasi yang dibentuk olehpihak luar bukan atas inisiatif masyarakat setempat, misalnya posyandu, karang ta-runa, PKK dan sebagainya.

Analisis peran pemangku kepentingan kelembagaan merupakan cara yang dapatditempuh untuk mengetahui keterlibatan orang, kelompok, organisasi atau lembagalain dalam program pemberdayaan di suatu wilayah atau desa. Cara ini juga diguna-kan untuk mengumpulkan informasi penting tentang tingkat atau kekuatan hubunganpara pemangku kepentingan yang dijelaskan melalui garis kerjasama timbal balik. Bi-asanya jaringan dan kekuatan hubungan itu dikembangkan dalam bentuk sosiometriyang menggambarkan organisasi yang terlibat, seperti organisasi kepemudaan, lem-baga adat, pemerintah, LSM, ormas, media dan sebagainya.

Analisis pemangku kepentingan bertujuan untuk menyediakan informasi dasaryang diperlukan untuk mengetahui para pemangku kepentingan (stakeholders) yangterlibat dalam program beserta kekuatan dari hubungan timbal balik yang terjalin.Dalam konteks perencanaan, analisis pemangku kepentingan ditujukan untukmengetahui siapa saja (individu, kelompok dan organisasi) yang langsung atau tidaklangsung terlibat dan berpengaruh terhadap jalinan kerjasama yang menjadi sasarandalam program.

Manfaat analisis pemangku kepentingan dalam pemetaan konflik diantaranya;

Membantu proses identifikasi kelompok, organisasi atau lembaga inti yanglangsung terlibat dalam dalam konflik dan menunjang terbangunnya mekanismeperdamaian.

Menggambarkan secara spesifik pola hubungan sosial antarpemangkukepentingan atau kelembagaan yang menjadi masukan menyangkutkepemimpinan, peningkatan kemampuan tugas, peran dan fungsi serta timkerja.

Membantu mengambarkan kekuatan hubungan kelembagaan lokal dalam

PEMETAAN KONFLIK CONFLICT RESOLUTION TRAINING

Page 10: Bab 6 - Pemetaan Konflik_BB_pub_1

106

memecahkan masalah dan konflik yang terjadi.

Memberikan pemahaman tentang peranserta masyarakat baik perempuan ataulaki-laki dalam lembaga formal dan informal.

Memahami cara masyarakat desa membuat prioritas terhadap kegiatan lembagayang ada di wilayahnya dan memberikan penilaian tentang kontribusi dalammeningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Jenis informasi yang dikumpulkan mengenai kelembagaan menyangkut sejarah daneksistensi kelompok atau organisasi lokal yang dikenal masyarakat. Lembaga formaldan non-formal yang memiliki peluang untuk mengembangkan kegiatan masyarakat,seperti, pemerintah desa, BPD, KUD, PPL, lembaga agama, dan LSM. Lembaga khususyaitu informasi mengenai kelompok atau organisasi yang bergerak dibidang tertentusecara spesifik, misalnya lembaga yang bergerak dibidang pertanian, perkebunan,hutan lindung, industri kerajinan, kesehatan dan lembaga adat.

Sumber informasi utama langsung dapat diperoleh dari warga masyarakatterutama yang secara langsung atau tidak langsung memiliki pengalaman dalamkegiatan yang pembangunan desa. Informasi lain melalui data sekunder seperti profildesa atau profil lembaga bersangkutan.

PEMETAAN KONFLIK