bab 5 rekonstruksi dan analisis...

Download BAB 5 REKONSTRUKSI DAN ANALISIS STRUKTURdigilib.itb.ac.id/files/disk1/671/jbptitbpp-gdl-putririadi-33542-6... · palinspatik terhadap konfigurasi struktur pada data seismik dan juga

If you can't read please download the document

Upload: lycong

Post on 06-Feb-2018

280 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

  • 56

    BAB 5

    REKONSTRUKSI DAN ANALISIS STRUKTUR

    Terdapat tiga domain struktur utama yang diinterpretasi berdasarkan data seismik

    di daerah penelitian, yaitu zona sesar anjakan dan lipatan di daerah utara Seram

    dan selatan Misool, zona sesar mendatar yang berkaitan dengan perkembangan

    sesar-sesar normal di daerah barat Misool, dan zona sesar mendatar yang

    berkaitain dengan perkembangan sesar-sesar naik dan normal di bagian baratlaut

    daerah Kepala Burung. Untuk mengetahui mekanisme perkembangan ketiga

    domain struktur utama tersebut dan kaitannya dengan kondisi tektonik regional di

    daerah Kepala Burung, dilakukan analisis struktur melalui rekonstruksi

    palinspatik terhadap konfigurasi struktur pada data seismik dan juga analisis

    tektonostratigrafi sebagai konfirmasi hubungan perkembangan struktur dan

    sedimentasi di daerah Kepala Burung, khususnya pada daerah Seram, Misool, dan

    Salawati.

    5.1. Rekonstruksi Palinspatik

    Rekonstruksi palinspatik merupakan metode rekonstruksi penampang seimbang

    (balanced cross section). Marshak dan Mitra, 1998, menyatakan bahwa

    penampang seimbang adalah suatu penyeimbangan terhadap penampang yang

    terdeformasi dalam kondisi admissible dan viable. Rekonstruksi palinspatik di

    daerah penelitian dilakukan untuk menganalisis evolusi dan perkembangan

    struktur-struktur dalam kaitannya dengan struktur besar dan kondisi tektonik

    regional di daerah Kepala Burung, Papua. Konfirmasi hubungan umur dan

    perkembangan struktur penyerta di daerah penelitian juga dilakukan melalui

    analisis rekonstruksi palinspatik ini. Analisis rekonstruksi palinspatik pada daerah

    penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak 2D Move dari

    Midland Valley. Rekonstruksi palinspatik 2D tersebut berguna untuk

    menganalisis konservasi area dan struktur.

  • 57

    5.1.1. Rekonstruksi Palinspatik Daerah Seram

    Struktur di daerah Seram didominasi oleh sesar-sesar anjakan dan di bagian utara

    Seram menuju ke selatan Misool yang melibatkan sikuen-sikuen berumur

    Mesozoik-Pliosen Awal. Sikuen berumur Mesozoik-Pliosen Awal tersebut

    mengalami struktur sesar-sesar normal dan sesar-sesar naik sebagai hasil

    reaktivasi dari struktur-struktur berumur Mesozoik. Rekonstruksi palinspatik pada

    lintasan seismik berarah timurlaut-baratdaya di daerah Seram memperlihatkan

    evolusi struktur di daerah Seram.

    Pada sikuen berumur Perm-Trias memperlihatkan adanya struktur sesar normal

    yang memotong sikuen berumur Perm. Sesar normal tersebut diasumsikan sebagai

    sesar yang terbentuk pada saat rifting baratlaut Australia, saat kondisi tektonik

    passive margin terjadi. Sesar normal tersebut terus berkembang dan juga

    memotong sikuen berumur Trias setelah sikuen tersebut diendapkan di atas sikuen

    berumur Perm. Hasil rekonstruksi palinspatik memperlihatkan strain sebesar

    1.72% yang berkaitan dengan fasa ekstensional atau pemanjangan.

    Kondisi tektonik passive margin yang menyebabkan terjadinya rifting

    mendominasi daerah Seram saat Mesozoik-Kapur Akhir. Struktur sesar-sesar

    normal dan ekstensional terus berkembang di daerah Seram dan memotong sikuen

    Jura Awal, Jura Akhir, dan Kapur. Tidak terdapat kondisi tektonik besar yang

    terjadi di daerah Seram pada Mesozoik-Kapur Akhir, kecuali fasa-fasa tektonik

    berupa penurunan dasar cekungan lokal yang mempengaruhi sedimentasi di

    daerah tersebut. Fasa tektonik ekstensional yang terus berkembang tersebut

    menyebabkan sesar-sesar normal yang berhubungan dengan rifting masih

    mendominasi struktur di daerah Seram pada Mesozoik-Kapur Akhir. Strain pada

    rekonstruksi palinspatik di umur Jura Awal-Kapur memperlihatkan perkembangan

    fasa tektonik ekstensional yang tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 0.79-0.99%.

    Fasa tektonik collision yang dimulai pada Eosen Awal menyebabkan terjadinya

    fasa kompresi di daerah Seram. Sikuen-sikuen yang diendapkan sejak Mesozoik

    mengalami kompresi yang signifikan (Gambar 5.1) sehingga sikuen-sikuen

  • 58

    tersebut relatif mengalami pengangkatan, terutama menuju daerah selatan Misool.

    Fasa kompresi terlihat jelas pada rekonstruksi palinspatik semenjak pengendapan

    sikuen berumur Oligosen, dengan adanya perubahan fasa strain ekstensional

    menjadi kompresi. Beberapa sesar normal pada daerah ini mulai mengalami

    reaktivasi menjadi sesar-sesar naik. Fasa kompresi tersebut terus berlanjut pada

    pengendapan sikuen berumur Oligosen dan Miosen. Pada saat pengendapan

    sikuen Pliosen Awal, daerah Seram mengalami tilting akibat pengangkatan yang

    signifikan pada daerah Misool. Sesar anjakan mulai berkembang pada Pliosen

    Awal yang mendeformasi sikuen berumur Trias hingga Miosen, dan sikuen

    berumur Pliosen Awal juga mengalami deformasi tersebut seiring dengan

    pengendapannya. Strain pemendekan atau kompresi terlihat sangat signifikan

    setelah pengendapan sikuen berumur Pliosen Awal, yaitu sebesar 14.54%, yang

    diasumsikan berkaitan dengan perkembangan zona sesar anjakan dan lipatan yang

    terbentuk. Sesar anjakan tersebut menyebabkan terjadinya perulangan sikuen-

    sikuen berumur Trias-Pliosen Awal. Berdasarkan hasil rekonstruksi palinspatik,

    dapat disimpulkan bahwa sesar anjakan di daerah Seram ini merupakan bagian

    dari SFTB, sesuai dengan evolusi struktur, kondisi tektonik, dan umur

    kejadiannya.

  • 59

    Gambar 5.1. Rekonstruksi palinspatik di daerah Seram memperlihatkan perkembangan struktur sesar anjakan yang mulai berkembang pada saat pengendapan sikuen Pliosen Akhir.

  • 60

    5.1.2. Rekonstruksi Palinspatik Daerah Misool

    Struktur di daerah Misool memperlihatkan perkembangan struktur sesar-sesar

    normal yang terbentuk saat umur Perm-Trias hingga struktur-struktur sesar

    normal besar yang memotong hingga sikuen termuda di daerah ini. Rekonstruksi

    palinspatik di daerah Misool (Gambar 5.2) dilakukan pada lintasan seismik

    berarah relatif barat timur untuk mengetahui hubungan struktur yang diinterpretasi

    pada lintasan seismik dengan struktur besar yang ada pada daerah penelitian, yaitu

    SFZ berarah timurlaut-baratdaya.

    Pada umur Perm-Trias terdapat sesar-sesar normal yang berkembang di daerah

    misool yang berhubungan dengan rifting baratlaut Australia pada saat kondisi

    tektonik passive margin. Sesar-sesar normal tersebut terus berkembang hingga

    sikuen berumur Jura Awal. Hasil rekonstruksi palinspatik memperlihatkan strain

    pada Trias-Jura Awal adalah strain ekstensional sebesar 0.26%.

    Pada saat pengendapan sikuen Jura Akhir berlangsung, terdapat fasa penurunan

    dasar cekungan lokal akibat proses rifting pada bagian barat daerah Misool.

    Proses penurunan dasar cekungan lokal ini menyebabkan endapan berumur Jura

    Akhir mengalami penebalan yang cukup signifikan pada saat pengendapannya.

    Sesar-sesar normal tersebut terus berkembang hingga sikuen berumur Kapur

    diendapkan. Hasil rekonstruksi palinspatik memperlihatkan strain ekstensional

    sebesar 0.18% pada Jura Awal-Akhir dan strain ekstensional sebesar 0.14% pada

    Jura Akhir-Kapur.

    Tektonik collision yang berlangsung pada Eosen Awal, menyebabkan

    perkembangan struktur-struktur di bagian barat dan timur Misool secara

    signifikan. Fasa ini diperlihatkan pada rekonstruksi palinspatik sebagai perubahan

    dari fasa ekstensional menjadi pemendekan (shortening). Sesar-sesar normal yang

    terbentuk pada Mesozoik di bagian timur lintasan seismik mendekati ke pulau

    Misool relatif berkembang menjadi sesar-sesar naik sehingga mereaktivasi

    kembali MOKA pada Oligosen Akhir. Sesar-sesar normal yang terbentuk pada

    saat proses collision berlangsung, berkembang secara signifikan terutama pada

    saat sikuen Miosen telah diendapkan. Perkembangan sesar normal tersebut

  • 61

    berkaitan dengan suatu zona sesar mendatar di bagian barat Misool yang dikenal

    sebagai SFZ dengan arah timurlaut-baratdaya. Sesar-sesar normal hasil dari sesar

    mendatar tersebut memotong hingga sikuen berumur Pliosen Awal. Hasil

    rekonstruksi palinspatik yang memperlihatkan bahwa perkembangan sesar normal

    signifikan terjadi pada Miosen Akhir sehingga mengindikasikan bahwa sesar-

    sesar normal tersebut berkaitan dengan SFZ berarah timurlaut-baratdaya yang

    terbentuk pada Miosen Akhir. Perkembangan sesar-sesar normal yang dihasilkan

    oleh suatu zona sesar mendatar, mengindikasikan suatu sistem sesar mendatar

    dengan mekanisme divergen, yang juga berkaitan dengan sistem cekungan pull

    apart yang membentuk Cekungan Salawati.

  • 62

    Gambar 5.2. Rekonstruksi palinspatik di daerah Misool memperlihatkan perkembangan sesar-sesar normal yang berkaitan dengan SFZ pada umur Miosen Akhir.

  • 63

    5.1.3. Rekonstruksi Palinspatik Daerah Baratlaut Salawati

    Daerah baratlaut Salawati merupakan suatu cekungan yang terbentuk akibat

    adanya proses collision sehingga menyebabkan bertemunya tinggian batuan dasar

    dari fragmen oceanic dan tinggian batuan dasar dari baratlaut Australia. Akibat

    adanya tinggian batuan dasar dari fragmen oceanic ini, sikuen-sikuen Mesozoik

    pada daerah Kepala Burung relatif mengalami onlap terhadap batuan dasar

    oceanic ini. Tinggian batuan dasar oceanic ini diasumsikan mulai hadir sejak

    proses collision dimulai, yaitu pada Eosen Awal.

    Rekonstruksi palinspatik pada lintasan seismik berarah relatif barat-timur di

    daerah baratlaut Salawati (Gambar 5.3) memperlihatkan perkembangan struktur

    sesar-sesar naik yang terbentuk pada cekungan di daerah tersebut. Hasil

    rekonstruksi palinspatik memperlihatkan nilai strain yang didominasi oleh fasa

    pemendekan (shortening) yang berkaitan dengan perkembangan sesar-sesar naik.

    Struktur sesar naik tersebut berkembang secara siginifikan setelah sikuen berumur

    Miosen diendapkan sehingga mengasumsikan bahwa sesar-sesar naik tersebut

    relatif terbentuk pada umur Miosen Akhir-Pliosen Awal dan berkaitan dengan

    struktur SFZ berarah barat-timur di bagian utara Kepala Burung.

    Perkembangan sesar-sesar naik yang berkaitan dengan suatu zona sesar mendatar

    tersebut diasumsikan sebagai bagian dari sistem horsetail pada SFZ berarah barat-

    timur. Hal ini juga mengindikasikan bahwa perubahan orientasi arah SFZ dari

    barat-timur menjadi timurlaut-baratdaya berkaitan dengan berhentinya sesar

    mendatar barat-timur tersebut sehubungan dengan mekanisme horsetail pada sesar

    mendatar barat-timur tersebut.

    Gambar 5.4 merupakan hasil komprehensi tatanan struktur di daerah Seram,

    Misool, dan Salawati yang telah di konfirmasi oleh analisis rekonstruksi

    palinspatik.

  • 64

    Gambar 5.13. Rekonstruksi palinspatik pada daerah baratlaut Salawati memperlihatkan perkembangan struktur sesar-sesar naik sebagai bagian dari sistem

    horsetail pada SFZ yang terbentuk pada Miosen Akhir.

  • 65

    Gambar 5.4. Tatanan struktur daerah Seram, Misool, dan Salawati serta daerah Kepala Burung pada umumnya berdasarkan analisis rekonstruksi palinspatik.

  • 66

    5.2. TEKTONOSTRATIGRAFI

    Daerah Kepala Burung merupakan daerah yang dikontrol oleh tatanan struktur

    yang sangat dominan sehingga pola sedimentasi di daerah ini, termasuk daerah

    Seram, Misool, dan Salawati, berkaitan erat dengan tatanan struktur yang

    mengontrolnya. Pengelompokan tektonostratigrafi pada daerah Seram, Misool,

    dan Salawati merupakan integrasi dari interpretasi seismik, interpretasi stratigrafi,

    dan rekonstruksi struktur di daerah tersebut. Daerah Kepala Burung, terutama

    daerah Seram, Misool, dan Salawati dapat dibagi menjadi fasa tektonostratigrafi

    sebagai berikut:

    Fasa tektonik passive margin (meliputi sikuen Perm-Trias, sikuen Jura

    Awal-Jura Tengah, dan sikuen Jura Akhir-Kapur).

    Fasa tektonik collision (meliputi sikuen Oligosen Awal, sikuen Miosen,

    dan sikuen Pliosen Awal).

    5.2.1. Fasa Tektonik Passive Margin

    5.2.1.1. Sikuen Perm-Trias

    Tektonik pada umur Perm-Trias di daerah Kepala Burung, Papua adalah fasa

    tektonik ekstesional, yang berkaitan dengan rifting di Sibumasu (bagian awal dari

    Asia Tenggara) yang menjauh dari bagian utara Australia (Metcalfe, 1996).

    Sebelum Perm, Sibumasu terletak di bagian baratlaut Australia saat ini (Metcalfe,

    1996). Fragmen kontinen Sibumasu mengalami rifting dan menjauh dari bagian

    utara Gondwana selama Perm Awal dan membuka lautan Meso-Tethys. Meso-

    Tethys berkembang menjadi oceanic rift sebagai zona intracontinental extension

    di daerah Indonesia Timur. Fokus dari intracontinental extension ini terletak pada

    bagian selatan Banda Arc (Timor dan Leti) dan bagian utara Busur Banda (Seram

    dan Buru) saat ini. Pada umur Perm-Trias Seram didominasi oleh blok sesar

    normal yang terotasi (Kemp dkk, 1995) sebagai bagian dari aktivitas sistem rift

    Perm-Trias Tengah dengan fasa ekstensional yang berakhir pada Trias Akhir

    (Charlton, 2000).

  • 67

    Terdapat indikasi struktur sesar-sesar normal yang diasumsikan bagian dari sistem

    rifting di daerah Kepala Burung, Papua (Gambar 5.5) berdasarkan data seismik

    dan sumur pada tatanan struktur di daerah Seram, Misool, dan Salawati. Sesar-

    sesar normal ini ditemukan pada bagian utara Seram dan selatan Misool, serta di

    bagian barat-timur Salawati. Struktur sesar-sesar normal ini merupakan struktur

    besar yang medominasi struktur di daerah Kepala Burung, Papua selama periode

    Perm-Trias, terutama pada daerah Seram dan Misool.

    Sesar-sesar normal Perm-Trias ini mengakomodir akumulasi sedimentasi suksesi

    endapan turbidit pada cekungan-cekungan di sepanjang daerah Seram dan Misool

    (ekuivalen dengan Formasi Keskain dan Kanikeh berumur Trias), seperti yang

    terlihat pada sumur Daram Selatan-1. Sikuen non-marine yang ekuivalen dengan

    sikuen Perm-Trias ini ditemukan pada sumur TBJ-1x yang terletak di bagian

    timur Misool. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian timur Misool merupakan

    bagian tinggian (bagian dari intra-rift). Sikuen-sikuen berumur Trias diendapkan

    di atas batuan dasar berumur Perm yang merupakan batuan metamorf berderajat

    tinggi, sekis dan gneis, yang termasuk kelompok Kobipoto di daerah Seram dan

    Misool. Di daerah Salawati sikuen berumur Trias yang hadir relatif tererosi akibat

    kehadirannya pada tinggian batuan dasar sebagai bagian dari intra-rift. Sikuen

    yang berumur sama dengan formasi Aifam hadir pada Sumur 371-420 diendapkan

    di atas batuan dasar berumur Permian di bagian timur Salawati.

  • 68

    Gambar 5.5. Sesar-sesar normal pada sikuen berumur Perm-Trias.

  • 69

    5.2.1.2. Sikuen Jura Awal-Tengah

    Tektonik daerah Kepala Burung pada umur Jura Awal-Tengah, terutama pada

    daerah Seram dan Misool di dominasi oleh tektonik ekstensional yang

    mengakibatkan terjadinya penurunan dasar cekungan. Fasa tektonik penurunan

    dasar cekungan tersebut terjadi di bagian timur dan barat Misool serta di bagian

    utara Seram. Distribusi sedimen yang dipengaruhi fasa tektonik penurunan dasar

    cekungan ini tampak pada sumur TBJ-1x dan Daram Selatan-1. Penurunan dasar

    cekungan tidak terlihat pada sumur di bagian utara Misool, hingga ke bagian barat

    daerah Kepala Burung, sehingga terjadi onlap secara progresif ke bagian utara

    Misool sebagai tanda adanya fasa naik dan turunnya muka air laut selama Jura

    Awal-Tengah ke arah. Penebalan sikuen berumur Jura Awal-Tengah yang

    terdapat pada cekungan yang terbentuk akibat mekanisme ekstensional tersebut

    diakibatkan oleh proses penurunan dasar cekungan tersebut. Endapan klastik

    batupasir-serpih diendapkan pada umur ini dengan dibatasi oleh ketidakselarasan

    oleh sikuen yang umurnya setara dengan batulempung kelompok Inawatan

    Polysequence di Papua Barat.

    Daerah Salawati pada umur ini didominasi oleh fasa pengangkatan dan erosi,

    sehingga sikuen berumur Jura Awal-Tengah tidak ditemukan di daerah Salawati

    karena relatif mengalami erosi. Gambar 5.6. memperlihatkan kondisi

    tektonostratigrafi pada umur Jura Awal-Tengah.

  • 70

    Gambar 5.6. Sikuen berumur Jura Awal yang masih didominasi oleh perkembangan sesar-sesar normal.

  • 71

    5.2.1.3. Sikuen Jura Akhir-Kapur

    Pada Jura tengah terjadi fasa pengangkatan lokal yang diikuti oleh fasa penurunan

    dasar cekungan pada Jura Akhir. Fasa rifting mengontrol sedimentasi sikuen Jura

    Akhir-Kapur di daerah Seram dan Misool. Fenomena ini berkaitan dengan rifting

    di bagian barat Australia. Sikuen Jura Akhir-Kapur diendapkan pada suatu single-

    syn rift. Proses rifting ini juga mempengaruhi perkembangan struktur dan

    cekungan rifting berumur Jura Akhir dengan arah utara-selatan hingga baratlaut-

    tenggara pada bagian utara Seram Trough. Pada daerah Misool umur Jura Akhir-

    Kapur ditandai oleh fasa struktur ekstensional yang berkaitan dengan

    pengendapan horizon tufaan dan volkanik lokal. Tidak terdapat fasa tektonik

    besar yang siginfikan pada umur Jura Akhir-Kapur ini. Sedimentasi sikuen

    berumur Jura Akhir-Kapur dikontrol oleh sistem sesar ekstensional yang dominan

    dengan beberapa indikasi terjadinya fasa penurunan dasar cekungan pada

    cekungan-cekungan syn rift. Hal tersebut berhubungan dengan terjadinya suatu

    suksesi transgresif yang berkaitan dengan kenaikan muka air laut global pada

    Kapur Awal.

    Daerah Salawati pada umur ini didominasi oleh fasa pengangkatan dan erosi,

    sehingga sikuen berumur Jura Akhir-Kapur tidak ditemukan di daerah Salawati

    karena relatif mengalami erosi. Gambar 5.7. & 5.8. memperlihatkan kondisi

    tektonostratigrafi pada umur Jura Akhir-Kapur.

  • 72

    Gambar 5.7. Sikuen berumur Jura Akhir memperlihatkan tektonik rifting dan fasa subsidens lokal yang menyebabkan cekungan rifting mengalami

    penurunan dan endapan mengalami penebalan yang signifikan.

  • 73

    Gambar 5.8. Pengendapan sikuen berumur Kapur yang masih didominasi tektonik rifting dan fasa subsidens lokal yang terjadi pada Jura Akhir

    mempengaruhi penebalan pada sikuen Jura Akhir-Kapur pada bagian cekungan rifting.

  • 74

    5.2.2. Fasa Tektonik Collision

    Fasa tektonik collision dimulai sejak Eosen Awal (Closs dkk, 2005). Fasa ini

    menandai akhir dari fasa tektonik ekstensional di daerah Kepala Burung. Fasa

    kompresi ini ditandai dengan terjadinya suatu struktur kompresi besar yang

    dikenal sebagai Central Birds Head Monocline (Visser and Hermes, 1962). Fasa

    tektonik collision ini menyebabkan berkembangnya struktur-struktur sesar

    mendatar transform dan reaktivasi terhadap struktur-struktur berumur Mesozoik.

    5.2.2.1. Sikuen Oligosen

    Pada Eosen-Oligosen Awal fasa collision mulai mendominasi daerah Kepala

    Burung, terutama Seram, Misool, dan Salawati. Pada daerah Misool fasa ini

    ditandai dengan adanya fasa kompresi yang dominan yang menyebabkan

    reaktivasi terhadap struktur-struktur berumur Mesozoik dan terbentuknya

    perlipatan yang dikenal sebagai MOKA. Fasa pengangkatan juga terjadi di daerah

    Seram dan Misool sehingga terjadi fasa transgresi yang mengontrol sedimentasi di

    daerah Seram dan Misool. Batugamping diendapkan hampir di seluruh bagian

    utara Seram dan bagian selatan Misool dengan perselingan serpih kecuali di

    bagian selatan Seram yang relatif di dominasi oleh endapan serpih. Bagian barat

    dan utara Misool menuju ke daerah Salawati, sedimentasi di dominasi oleh fasa

    regresi dengan endapan batupasir dan serpih. Semakin ke bagian selatan

    lingkungan semakin mendangkal akibat proses pengangkatan yang terjadi,

    sehingga terdapat endapan batugamping di daerah ini.

    Ketidakselarasan pada umur Oligosen terjadi pada beberapa daerah dengan

    pengangkatan lokal. Pada daerah utara-baratlaut Salawati, sedimen berumur

    Oligosen diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar dan batuan dasar

    dari fragmen oceanic di bagian baratlaut hingga bagian timur pulau Waigeo.

    Sedimen berumur Oligosen yang relatif tipis di bagian baratlaut Salawati

    diinterpretasikan terjadi akibat fragmen batuan dasar oceanic pada daerah ini

    bergabung dengan batuan dasar dari baratlaut Australia pada saat proses collision

    terjadi. Komponen batuan dasar dari dua lempeng yang berbeda tersebut terjadi

  • 75

    sebagai implikasi dari tektonik collision yang dimulai pada umur Eosen Akhir

    (Closs dkk, 2005; Hall, 1997). Endapan Oligosen pada daerah baratlaut Salawati

    tersebut merupakan endapan batugamping yang setara dengan Formasi Batanta.

    Gambar 5.9. memperlihatkan kondisi tektonostratigrafi pada umur Oligosen.

  • 76

    Gambar 5.9 Perkembangan sesar-sesar normal pada sikuen berumur Oligosen.

  • 77

    5.2.2.2. Sikuen Miosen-Pliosen

    Sikuen berumur Miosen di bagian utara Seram di dominasi oleh endapan

    batugamping. Semakin ke bagian selatan Seram, lingkungan pengendapan

    menjadi relatif lebih dalam dengan dominasi endapan serpih. Struktur sesar

    mendatar besar yang terjadi sebagai reaksi dari tektonik collision membuat

    struktur-struktur ekstensional berumur Trias di daerah Seram berkembang

    menjadi sesar-sesar naik bersifat kompresional. Endapan batugamping juga

    ditemukan di daerah Misool dan Salawati, yang sedimentasinya dikontrol oleh

    sesar mendatar (wrench faulting). Sesar mendatar yang berasosiasi dengan sesar-

    sesar normal dan cekungan pull-apart menyebabkan endapan batugamping pada

    sikuen berumur Miosen ini bervariasi mulai dari batugamping deep water hingga

    lagoon. Endapan serpih juga ditemukan pada lingkungan yang lebih dalam pada

    daerah Seram bagian selatan dan Misool bagian barat. Sesar mendatar ini

    berkembang menjadi sesar-sesar naik di bagian baratlaut Salawati yang terbentuk

    di suatu cekungan.

    Tektonik yang aktif dominan pada Miosen Akhir-Pliosen Awal menyebabkan

    reaktivasi terhadap struktur-struktur Mesozoik berarah barat-timur. Salah satu

    struktur hasil reaktivasi dari tektonik Miosen Akhir-Pliosen Awal adalah MOKA.

    Reaktivasi terhadap MOKA ini berpengaruh terhadap pembentukan sesar-sesar

    anjakan di Seram (SFTB). Endapan Pliosen Awal yang didominasi oleh

    batugamping dan serpih dikontrol oleh struktur sesar anjakan di Seram dan sesar

    mendatar di Salawati serta Misool bagian barat. Sesar-sesar naik di bagian

    baratlaut Salawati yang berkaitan dengan perkembangan sesar mendatar mengiri

    juga mengontrol sedimentasi endapan berumur Pliosen Awal ini.

    Gambar 5.10., 5.11. & 5.12. memperlihatkan kondisi tektonostratigrafi pada

    umur Miosen-Pliosen Awal.

  • 78

    Gambar 5.10 Sikuen berumur Miosen dipengaruhi oleh dimulainya struktur sesar mendatar.

  • 79

    Gambar 5.11. Sikuen berumur Pliosen dipengaruhi oleh aktivitas struktur sesar mendatar.

  • 80

    Gambar 5.12. Sikuen berumur Pliosen pada daerah Seram dipengaruhi oleh aktivitas struktur sesar anjakan.

  • 81

    5.3. ANALISIS DAN MODEL STRUKTUR

    Interpretasi seismik di daerah Seram, Misool, dan Salawati memberikan gambaran

    struktur yang terbentuk di daerah Kepala Burung pada umumnya. Struktur-

    struktur di daerah penelitian memperlihatkan perkembangan struktur sejak

    Mesozoik hingga struktur yang aktif saat ini. Struktur-struktur Mesozoik berkaitan

    dengan tektonik rifting yang dimulai sejak Perm-Jura sebagai fasa tektonik

    passive margin. Struktur akibat rifting tersebut tampak sebagai sesar-sesar normal

    dan graben yang memotong sikuen berumur Perm-Jura. Fasa ekstensional tersebut

    terus berkembang hingga dimulainya fasa tektonik collision pada umur Eosen.

    Fasa tektonik collision tersebut ditandai dengan aktifnya zona sesar transform

    mendatar mengiri pada Miosen Akhir yang dikenal sebagai SFZ. Aktifnya

    tektonik collision pada Miosen Akhir-Pliosen Awal ini juga menyebabkan

    reaktivasi terhadap struktur-struktur berumur Mesozoik yang berarah barat-timur,

    salah satunya adalah aktivitas MOKA yang juga mempegaruhi perkembangan

    sesar anjakan Seram (SFTB) pada Pliosen Awal.

    Interpretasi struktur berdasarkan data seismik yang dikonfirmasi dengan data

    multibeams batimetri, memberikan gambaran struktur pada daerah Seram, Misool,

    dan Salawati yang berkaitan dengan tektonik yang aktif di daerah Kepala Burung

    hingga saat ini. Struktur-struktur dominan yang diinterpretasi sebagai struktur

    regional pada daerah Kepala Burung tersebut adalah SFZ, MOKA, dan SFTB

    (Gambar 5.13).

  • 82

    Gambar 5.13. Analisis struktur pada daerah penelitian melalui data seismik dan multibeams batimetri memperlihatkan adanya struktur-

    struktur besar yang dominan pada daerah penelitian, yaitu SFTB, MOKA, dan SFZ. Struktur-struktur tersebut komprehensif dengan

    aktivitas struktur aktif saat ini yang terjadi di daerah Kepala Burung.

    2013-10-01T14:28:15+0700ITB Digital Library