bab 5 pakis

Upload: velomaksum

Post on 29-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

144

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Program Penurunan Angka Melahirkan ke Dukun di Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember.Adanya responden yang melakukan persalinan di dukun bayi sebesar 41 responden dengan prosentase 44,57% di Desa Pakis Kecamatan Panti salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Pakis tentang Jampersal. Dukun Bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat( DepKes RI, 1993). Menurut Kusnada Adimihardja, dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun-menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya. Cara mendapatkan keterampilan ini adalah melalui magang dari pengalaman sendiri atau saat membantu melahirkan (Suparlan, 1991).

Dukun mempunyai ciri-ciri, yaitu: 1) pada umumnya terdiri dari orang biasa, 2) pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf, 3) pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang (Suparlan, 1991).

Dalam praktiknya, persalinan ke dukun banyak terdapat faktor risiko komplikasi persalinan seperti perdarahan dan tetanus karena alat-alat yang digunakan tidak steril dan mereka menganggap melahirkan ke dukun lebih murah. Selain itu alasan masyarakat yang melahirkan di dukun juga didasarkan atas jasa pelayanan seperti memandikan bayi, pijat bayi selama 7 hari berturut-turut setelah melahirkan. Apabila komplikasi pada persalinan terjadi maka hal itu dapat membahayakan pada ibu dan bayi yang dilahirkan yaitu dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi. Meskipun di Desa Pakis belum ditemukan kejadian kematian ibu dan bayi namun menurut pengakuan Bidan setempat telah beberapa kali terjadi komplikasi persalinan ke dukun di Desa Pakis yang dapat berisiko menyebabkan kematian ibu dan bayinya.

Mengingat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehataan masyarakat, maka Kelompok 10 PBL II mengadakan dua kegiatan yang dapat menekan angka persalinan ke dukun.5.1.1 Kegiatan MoU Kemitraan Bidan dan DukunPenandatangan MoU kemitraan Bidan dan Dukun wilayah kerja Desa Pakis Kecamatan Panti pada tanggal 6 Juli 2012 di Balai Desa Pakis dirasa penting untuk dilakukan mengingat dukun bayi yang bekerja wilayah Desa Pakis seringkali melanggar aturan yang telah dibuat yaitu MoU kemitraan Bidan dan Dukun se-kecamatan Panti. Pada MoU kemitraan Bidan dan Dukun wilayah kerja Desa Pakis dilaksanakan dengan metode diskusi dengan berusaha tidak memberatkan salah satu pihak. Diskusi dipimpin oleh Kepala Desa yang juga dihadiri oleh perangkat desa, Bidan Desa dan staf Polides Pakis, perwakilan dari Puskesmas Panti, Komandan Koramil Panti dan perangkat.

Kegiatan MoU kemitraan Bidan dan Dukun memiliki tujuan untuk meningkatkan kerja sama antara Bidan dan Dukun sesuai dengan program Dinas Kesehatan Kabupaten Jember untuk menyelenggaran kemitraan Bidan dan Dukun guna menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Penandatangan dan cap jempol oleh Bidan dan Dukun dilakukan di atas materai Rp 6000,00 untuk memberikan kekuatan hukum di dalamnya sehingga kecil kemungkinan untuk dilanggar oleh kedua pihak. Dalam lembar MoU juga bertanda tangan Kepala Desa Pakis, Kepala Puskesmas Panti, Kapolsek Panti, dan Komandan Koramil Panti sebagai pihak yang mengetahui dan mengawasi keberlanjutan MoU. Dalam diskusi yang telah berjalan telah disepakati beberapa pasal yaitu bahwa 1) Dukun tidak diperkenankan untuk melakukan pertolongan persalinan 2)Yang diperkenankan dilakukan Dukun hanyalah berlaku sebagai pendamping Bidan yaitu merawat ibu hamil, bersalin, ibu nifas, dan memandikan bayi 3)Dukun yang menemukan ibu hamil ditugaskan untuk segera melaporkan ke bidan wilayah dan 4) Setiap ibu hamil yang dilporkan oleh Dukun akan diberikan honor sebesar Rp 30.000,00 sesuai ketetapan IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran terhadap pasal-pasal yang telah disepakatit maka konsekuensi yang diterima yaitu pemberian sanksi oleh pihak desa.

Selain penandatangan MoU oleh l Bidan dan Dukun, dalam pertemuan ini juga dilakukan penyuluhan oleh pihak Puskesmas Panti tentang Jampersal dan Bidan tentang cara perawatan bayi yang benar. Dukun secara verbal diajak berkomunikasi oleh Bidan dan mempraktekkan langsung cara-cara merawat bayi. Peningkatan pengetahuan Dukun diukur dengan memberikan pertanyaan hal-hal yang biasa dilakukan oleh Dukun dalam merawat bayi sebelum penyuluhan sebagai pre-test. Mayoritas Dukun memberikan jawaban atas pertanyaan sesuai dengan yang sering dilakukannya, selanjutnya Bidan memberikan penyuluhan tentang perawatan bayi yang benar dan kemudian diberikan pertanyaan kembali sebagai post-test. Jawaban yang diberikan telah berubah menjadi benar dan Bidan menelankan pada Dukun untuk benar-benar melaksanakan apa yang telah dipraktekkan.

Dalam kegiatan ini ditemukan beberapa kendala diantaranya yaitu kendala bahasa dimana 90% Dukun wilayah kerja Desa Pakis tidak mengerti bahasa Indonesia. Tetapi hal tersebut dapat teratasi dengan Kepala Desa sebagai pemandu diskusi dan penyuluhan oleh Bidan dilakukan dalam percakapan Bahasa Madura serta pendampingan oleh kami di samping Dukun untuk menjelaskan lebih rinci terhadap hal-hal yang didiskusikan mengingat pentingnya MoU ini. Kendala berikutnya yaitu mengenai kehadiran Dukun. Karena wilayah Desa Pakis yang cukup luas dan tidak adanya pihak keluarga yang mengantar serta karena ketakutan Dukun itusendiri untuk datang maka kami melakukan penjemputan bola dengan menjemput Dukun ke tiap rumah didampingi oleh kader posyandu dan perangkat desa untuk meyakinkan bahwa begitu pentingnya kegiatan ini.

Menurut Baliwati (2004) didapat bahwa Adequacy of performance dari kegiatan MoU kemitraan Bidan dan Dukun wilayah kerja Desa Paki di Balai Desa Pakis dinyatakan sukses yang artinya kriteria kecukupan dalam segi peserta yaitu peserta sangat mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses, karena hasil perhitungan sebesar 112,5% yakni penandatangan dilakukan oleh 9 orang Dukun dari 8 target.5.1.2 Kegiatan Penyuluhan Jampersal pada Kelas Ibu Hamil Sehatkan Ibu Hamil, Selamatkan BayiPenyuluhan Mengenai JAMPERSAL, Persalinan dan Inisiasi Menyusui Dini bagi Ibu Hamil secara luas perlu digerakan guna meningkatkan kesadaran ibu untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil dan bayinya. Penyuluhan Kelas Ibu Hamil dengan tema Sehatkan Ibu Hamil, Selamatkan Bayi yang dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Juli 2012 di Balai Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember, bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan rutin Posyandu rambutan 67 dan posyandu rambutan 68 Desa Pakis dengan sasaran ibu hamil.Penyuluhan Kelas Ibu hamil ini diselenggarakan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan memberi pemahaman yang lebih kepada ibu hamil di desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Materi yang disampaikan meliputi apa yang dimaksud dengan Jampersal, Inisiasi Menyusui Dini dan persalinan yang aman. Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah salah satu terobosan yang ditempuh pemerintah dalam usaha menurunkan angka kematian ibu (AKI) dari 228 per 100000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 102 per 100000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Hal ini sangat penting mengingat masih banyaknya ibu hamil yang belum memiliki jaminan pembiayaan persalinan. Dengan jampersal maka kendala penting yang dihadapi masyarakat dalam mengakses pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan dapat diatasi, karena biayanya dijamin pemerintah. Namun jampersal tidak hanya ditujukan untuk menurunkan angka kematian ibu melainkan juga angka kematian bayi, sehingga target MDGs tahun 2015 diharapkan dapat tercapai. Sedangkan yang disebut dengan inisiasi menyusui dini yaitu usaha yang dilakukan oleh bayi baru lahir untuk menemukan puting payudara si ibu yang selanjutnya membiarkan bayi menyusui sendiri selama sampai 1 jam setelah persalinan. Serta persalinan yang aman yaitu persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, selain itu persalinan yang aman juga dapat ditunjang dari pemeriksaan ANC secara teratur oleh ibu hamil sehingga kesehatan ibu dan bayi dapat dipantau sejak dini hingga masa persalinan nanti dan apabila nantinya ada komplikasi saat persalinan dapat segera ditangani secara cepat dan tanggap.Penyuluhan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Juli 2012 di Balai Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Penyuluhan JAMPERSAL ini diselenggarakan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan memberi pemahaman yang lebih kepada masyarakat desa Pakis tentang JAMPERSAL. Materi yang disampaikan meliputi apa yang dimaksud Jampersal,syarat mengikuti jampersal, prosedur jampersal. Dengan penyampaian materi diharapkan dapat menambah pemahaman yang benar, karena masih ada masyarakat desa Pakis yang belum mengetahui tentang jampersal. Dengan begitu, sekiranya dapat memberi pemahaman kepada ibu-ibu hamil agar memanfaatkan layanan kesehatan dan mengurangi angka melahirkan ke dukun.Kegiatan Penyuluhan JAMPERSAL, Persalinan dan Inisiasi Menyusui Dini pada kelas ibu hamil memiliki tujuan yaitu meningkatkan pengetahuan ibu hamil peserta penyuluhan JAMPERSAL, Persalinan dan Inisiasi Menyusui Dini sebesar 15% dari sebelum di berikan penyuluhan dan setelah diberikan penyuluhan. Dengan mengkaji tingkat pemahaman ibu hamil, memberitahukan tentang pentingnya Jampersal, memberitahukan tentang pentingnya Persalinan sehat di pelayanan kesehatan dan manfaat yang diperoleh dari Inisiasi Menyusui Dini yaitu berupa ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) salah satu fungsinya adalah untuk ketahanan tubuh yang baik bagi bayi.Menurut Baliwati (2004) didapat bahwa Adequacy of performance dari kegiatan penyuluhan JAMPERSAL, Persalinan dan Inisiasi Menyusui Dini pada kelas ibu hamil di Desa Pakis dinyatakan sukses yang artinya kriteria kecukupan dalam segi peserta yaitu peserta sangat mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses, karena hasil perhitungan sebesar 86,36%. Menurut Baliwati (2004) hasil pretest dan postest di atas, dapat diketahui adanya peningkatan pengetahuan mengenai JAMPERSAL, Persalinan dan Inisiasi Menyusui Dini pada kelas ibu hamil sudah mencapai kriteria evaluasi yaitu peningkatan pengetahuan sebesar 15% dilihat dari kategori penilaian yaitu dari 74,74% menjadi 96,05%.Menurut Supriyanto dan Damayanti (2003) Efektifitas kegiatan penyuluhan mengenai JAMPERSAL, Persalinan dan Inisiasi Menyusui Dini pada kelas ibu hamil dikatakan sangat efektif karena dari hasil efektifitas kegiatan penyuluhan JAMPERSAL, Persalinan dan Inisiasi Menyusui Dini pada kelas ibu hamil tersebut lebih dari 1 (>1) yaitu 1,42.5.2 Program Waspada ISPA Sejak DiniBerdasarkan data sekunder yang didapatkan dari Puskesmas Panti, penyakit ISPA merupakan suatu penyakit yang menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit tertinggi di Desa Pakis yang perlu mendapatkan perhatian, mengingat masalah tersebut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani . ISPA adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Lebih dari 50 % dari absensi atau dari semua angka tidak masuk kerja/sekolah disebabkan penyakit ini. Angka kekerapan kejadian ISPA, tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup di masyarakat, misalnya penghuni asrama, kesatrian, sekolah (Alsagaff dan Mukty, 2004). ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus, terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai keradangan parenkim(Alsagaff dan Mukty, 2004). Gejala umum penyakit ISPA adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal, dan konjungtivis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntahan dan insomnia,. Kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit(Alsagaff dan Mukty, 2004). Penegakan diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan :1. Biakan Virus

2. Reaksi Serologis

3. Diagnostik Virus Secara Langsung

Pencegahan penyakit ISPA dengan vaksinasi yang dialkukan dengan cara meneteskan vaksin pada mukosa hidung atau cara parenteral yaitu dengan menyuntikkan vaksin yang telah dilarutkan di dalam air terlebih dahulu (Alsagaff dan Mukty, 2004). Menimbang masalah kesehatan tersebut pendekatan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah perlunya dibangun kemitraan yang efektif sesuai dengan yang dibutuhkan untuk kelancaran program penurunan angka kejadian ISPA dan salah satu langkah untuk memecahkan masalah adalah dengan melibatkan model kemitraan atau pembentukan komunitas. Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. 5.2.1 Kegiatan Penyuluhan ISPA dan Percontohan Rumah Sehat

Rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dasar dan kejiwaan dasa penghuninya, dapat melindungi penghuni dari kemungkinan penularan penyakit atau berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan dan dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan ( The American Public Health Association dalam Azwar, 1995). Pemilihan rumah yang di jadikan percontohan oleh kelompok sepuluh, berorientasi pada rumah kebanyakan yang ada di wilayah desa Pakis, dimana apabila rumah tersebut di jadikan percontohan dapat di ikuti oleh keluarga yang lain untuk mengkondisikan lingkungan rumahnya minimal sesuai dengan yang telah di contohkan oleh kelompok X PBL. Pemilihan rumah ini tidak harus besar, mewah dan bagus, menurut Dinkes (2005), minimum yang memenuhi criteria sehat pada masing-masing parameter yang di tetapkan, meliputi:

1) Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, dan pencahayaan.

2) Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban (sarana pembuangan kotor), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana pembuangan sampah.

3) Perilaku

Persyaratan minimum ini telah di penuhi oleh rumah percontohan yang di buat oleh kelompok sepuluh. Persyaratan ini dapat di terapkan oleh setiap keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi produktifitas seseorang. Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan penyakit menular, terutama ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

Penyuluhan ISPA dan percontohan rumah sehat dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Juli 2011 di Balai Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Penyuluhan ISPA dan percontohan rumah sehat ini diselenggarakan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan memberi pemahaman yang lebih kepada masyarakat desa Pakis tentang ISPA dan rumah sehat. Materi yang disampaikan meliputi apa yang dimaksud ISPA,gejala ISPA, penyebab ISPA, pencegahan ISPA, apa yang dimaksud dengan rumah sehat, dan kriteria rumah sehat. Dengan penyampaian materi diharapkan dapat menambah pemahaman yang benar, karena masyarakat desa Pakis sebagian besar mempunyai rumah tidak sehat yang akhirnya akan berakibat mudah terkena ISPA. Dengan begitu, sekiranya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Pakis dan memotivasi untuk mempunyai rumah sehat. Tujuan utama dibentuknya percontohan rumah sehat ini adalah menciptakan lingkungan yang sehat sehingga rumah tidak menjadi penyebab penularan penyakit, khususnya ISPA. Dari terbentuknya percontohan rumah sehat ini, diharapkan masyarkat lain, baik dari keluarga mampu atau pun tidak, dapat mengkondisikan lingkungan rumahnya menjadi lebih sehat. Arti dari rumah sehat ini tidak hanya memenuhi criteria yang telah di tetapkan, tetapi memiliki arti sebagai tempat tinggal yang dapat melindungi keluarga dari panas, hujan, angin, dan gangguan lainya, sehingga dapat tinggal dengan rasa aman.

Rumah sebagai tempat tinggal dan pertumbuhan keluarga mempunyai peranan yang besar dalam pembinaan watak penghuninya. Rumah hendaknya dapat menjadi wadah kegiatan keluarga. Dengan mempersiapkan rumah yang memenuhi syarat, diharapkan dapat menampung kegiatan pembinaan bagi anggota keluarga dan mendorong terciptanya kerukunan dan kebahagian keluarga. Rumah yang sehat dan nyaman akan berpengaruh pada kesehatan jasmani dan rohani anggota keluarganya sendiri.Dukungan yang di berikan oleh masyarakat adalah berupa informasi mengenai rumah sehat, partisipasi dan kehadiran warga dalam mengikuti sosialisasi penyuluhan serta peresmian percontohan rumah sehat.

Dengan demikian, dari kegiatan percontohan rumah sehat diharapkan nantinya masyarakat desa Pakis dapat tergerak untuk dapat mewujudkan lingkungan rumah yang bersih dan sehat yang dilengkapi dengan kamar mandi dan jamban serta tempat pembuangan sampah, seperti yang telah disampaikan pada sosialisasi rumah sehat. Dimulai dari higiene personal, lingkungan keluarga yang sehat, sehingga masyarakat menjadi lebih sehat dan lebih produktif. Kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk menjaga lingkungan rumah selalu bersih yang dapat berdampak positif bagi kualitas hidup seluruh anggota keluarga, sebuah perubahan kecil yang akan membawa dampak besar bagi kehidupan keluarga.

Menurut Baliwati (2004) didapat bahwa Adequacy of performance dari kegiatan penyuluhan ISPA dan percontohan rumah sehat di desa Pakis kecamatan Panti kabupaten Jember dinyatakan sukses yang artinya kriteria kecukupan dalam segi peserta yaitu peserta sangat mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses, karena hasil perhitungan sebesar 89,3%. Menurut Baliwati (2004) hasil pretest dan postest di atas, dapat diketahui adanya peningkatan pengetahuan mengenai ISPA dan rumah sehat sudah mencapai kriteria evaluasi yaitu peningkatan pengetahuan sebesar 55,2% dilihat dari kategori penilaian yaitu dari 36% menjadi 91,2%.

Menurut Supriyanto dan Damayanti (2003) Efektifitas kegiatan penyuluhan ISPA dan Percontohan Rumah Sehat desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember dikatakan sangat efektif karena dari hasil efektifitas kegiatan penyuluhan ISPA dan Percontohan Rumah Sehat desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember tersebut lebih dari 1 (>1) yaitu 3,68.5.2.2 Kegiatan Rapat Pembentukan Komunitas Pengelola Sampah RT 07 Dusun Kemundungan Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember.

Pembentukan Komunitas Pengelola Sampah sebagai salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penurunan angka kejadian ISPA di Desa Pakis. Untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut antara lain ; kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan, saling mempercayai dan saling menghormati, tujuan yang jelas dan terukur, serta kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain (Fahruda, 2005).

Rapat Pembentukan Komunitas Pengelola Sampah dilaksanakan agar pihak-pihak yang terkait seperti calon pengurus inti (ketua, sekretaris, bendahara dan anggota) sebanyak 11 orang dapat mengetahui tugas-tugas dan tanggung jawab apa saja yang seharusnya dilakukan. Adequacy of performance dari kegiatan rapat pembentukan Komunitas Pengelola Sampah adalah dengan target peserta sebanyak 11 orang, dan semua target hadir semua. Menurut Baliwati (2004) perhitungan diatas didapat bahwa Adequacy of performance sebesar 100 % yang artinya kriteria kecukupan dalam segi peserta yaitu peserta mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses, karena 100 % target undangan hadir dalam rapat pembentukan pengurus komunitas pengelola sampah.Untuk Efektifitas kegiatan rapat pembentukan pengurus Komunitas Pengelola Sampah adalah 1. Menurut Supriyanto dan Damayanti (2003) dari hasil efektifitas kegiatan rapat pembentukan pengurus Komunitas Pengelola Sampah tersebut, yang berarti 1 adalah efektif.

5.2.3 Kegiatan Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah Desa Pakis.

Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah dilaksanakan agar warga khususnya Desa Pakis dapat memanfaatkan sampah dengan baik sehingga tidak dapat melakukan hal yang dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat seperti timbulnya penyakit ISPA dan penyakit lainnya.. Serta yang terpenting adalah menyebarluaskan informasi tentang penyakit, penyebab dan faktor resiko ISPA kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya. Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Juli 2012 di Rumah Bapak Makruf Dusun Kemundungan Desa Pakis dengan sasaran warga RT 07 Dusun Kemundungan Desa Pakis sebanyak 25 orang. Rangkaian acara awal dari Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah ini dimulai pukul 18.30 WIB, diawali dengan mengisi daftar hadir dan pengisian lembar pre test, dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia dan kepala desa, kemudian dimulai penyuluhan oleh mahasiswa anggota kelompok 10 dan sosialisasi cara pengolahan sampah organik yang dijelaskan oleh mahasiswa anggota kelompok 10 dan yang terakhir yaitu pengujian pupuk organik hasil pengolahan sampah yang dibandingkan dengan pupuk kimia.yang diuji sederhana menggunakan lampu bohlam. Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya serta memberikan pemahaman tentang pentingnya pengolahan sampah bahwa sampah juga bermanfaat, tidak hanya dibakar atau pengolahan yang salah lainnya yang dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi warga. Hasil dari kegiatan Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah adalah peningkatan pengetahuan dari warga RT 07 Dusun Kemundungan sebelum dan sesudah penyuluhan mengenai pengolahan sampah, dengan mengkaji tingkat pemahaman warga, kemudian memberitahukan tentang pentingnya pengolahan sampah baik sampah organik maupun anorganik yang dapat dimanfaatkan dari proses pemilahan sampai pengolahan sampah menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan. Sehingga masyarakat menjadi lebih paham tentang sampah beserta pengolahannya. Adequacy of performance dari kegiatan Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah adalah dengan target peserta sebanyak 25 orang, dan yang hadir adalah sebanyak 25 orang. Menurut Baliwati (2004) perhitungan diatas didapat bahwa Adequacy of performance sebesar 100 % yang artinya kriteria kecukupan dalam segi peserta yaitu peserta mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses, karena lebih dari 75 %.Untuk efektifitas kegiatan Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah adalah 1. Menurut Supriyanto dan Damayanti (2003) dari hasil efektifitas kegiatan Sosialisasi Komunitas Pengelola Sampah dan Penyuluhan Pengolahan Sampah tersebut, yang berarti 1 adalah efektif.

5.2.4 Kegiatan Pengadaan Tempat Sampah.

Kegiatan Pengadaan Tempat Sampah dilaksanakan untuk mendukung dan memicu masyarakat supaya membuang sampah pada tempatnya. Kegiatan Pengadaan Tempat Sampah juga mencegah pembakaran sampah yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya masalah kesehatan pada warga. Pengadaan Tempat Sampah yang dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Juli 2012 di Rumah Bapak Makruf Dusun Kemundungan Desa Pakis, dengan sasaran 25 KK di RT 07 Dusun Kemundungan. Rangkaian acara awal dari Pengadaan Tempat Sampah ini dimulai pukul 13.00 WIB, diawali dengan koordinasi anggota kelompok X PBL dengan Komunitas Pengelola Sampah, dilanjutkan dengan pembagian tempat sampah pada 25 KK di RT 07 Dusun Kemundungan. Hasil kegiatan pengadaan tempat sampah yang dilakukan oleh kelompok X PBL dan komunitas pengelola sampah semua warga yang diberi tempat sampah untuk membuang sampah pada tempatnya yang nantinya akan diolah oleh komunitas pengelola sampah. Adequacy of performance dari kegiatan pengadaan tempat sampah adalah dengan target peserta sebanyak 25 orang, dan warga yang diberi tempat sampah adalah sebanyak 25 orang. Menurut Baliwati (2004) perhitungan diatas didapat bahwa Adequacy of performance sebesar 100 % yang artinya kriteria kecukupan dalam segi peserta yaitu peserta mencukupi dan kegiatan dinyatakan sukses, karena 100 % target dari warga RT 07 Dusun Kemundungan Desa Pakis. Untuk efektifitas kegiatan pengadaan tempat sampah adalah 1. Menurut Supriyanto dan Damayanti (2003) dari hasil efektifitas kegiatan pengadaan tempat sampah tersebut, yang berarti 1 adalah efektif.132