bab 4 hasil dan pembahasan-yield line

Upload: aristafirsantoro

Post on 04-Jun-2018

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    1/39

    28

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto

    dengan menggunakan teori garis leleh membutuhkan beberapa tahap perhitungan dan

    analsis yaitu perhitungan momen nominal pelat, penentuan kondisi perletakan,

    penentuan pola garis leleh, analisis teori garis leleh dengan metode kerja virtual,

    kontrol keamanan pelat terhadap kondisi batas pelat dan momen batas pelat

    4.1 Perhitungan Momen Nominal Pelat

    Analisis teori garis leleh dengan metode kerja virtual membutuhkan nilai

    momen dalam penyelesaian persamaannya. Dalam penelitian ini, momen yang

    dipakai adalah momen nominal (Mn). Hal ini disebabkan momen nominal (Mn)

    memiliki nilai lebih besar daripada momen ultimit (Mu). Hal ini juga dimaksudkan

    untuk memberikan faktor keamanan.

    4.1.1 Momen Nominal Pelat di Lapangan

    Berikut adalah contoh perhitungan momen untuk pelat dengan type A:

    Type : A

    Tebal : 12 cm

    Selimut beton : 2 cm (sesuai dengan SNI 03-2487-

    2002 untuk beton yang tidak

    berhubungan langsung dengan cuaca

    atau tanah)

    Tulangan Lapangan : arahx 10-250: 3,14 cmarahy 10-300: 2,62 cm

    2

    a. Menghitung momen tahanan penampang arahx

    Menghitung tinggi efektif dari persamaan 2.11:

    d= h 0,5 tulangan tarik selimut beton

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    2/39

    29

    215,012 d

    d= 9,5 cm (4.1)

    Menghitung a dari persamaan 2.12:

    ca 1

    ca 85,0 (4.2)

    Menghitung tegangan tekan dari persamaan 2.13

    bafCc

    '85,0

    100)225(85,0 ' aC

    kgaC 19125(4.3)

    Menghitung tegangan tarik dari persamaan 2.14

    yfAsT 2400)14,3( T

    kgT 7536(4.4)

    Dengan keseimbangan H = 0 maka

    TC(4.5)

    Persamaan 4.3 dan 4.4 disubtitusikan ke persamaan 4.5. Persamaan 4.5

    menjadi:

    TC

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    3/39

    30

    753619125' a

    19125

    7536a

    cma 394,0(4.6)

    Menghitung lengan momen Z dari persamaan 2.15. Persamaan 4.1 dan 4.6

    disubtitusikan ke Persamaan 2.15.

    adZ 2

    1

    )394,0(2

    15,9 Z

    cmZ 303,9(4.7)

    Menghitung momen nominal (Mn) per meter dari Persamaan 2.16. Persamaan

    4.4 dan 4.7 disubtitusikan ke Persamaan 2.30

    ZTMn

    303,97536nM

    mkgcmMn /308,70107

    mkgmMn /073,701(4.8)

    b. Menghitung momen nominal arahy

    Menghitung tinggi efektif dari persamaan 2.11:

    d= h 0,5 tulangan tarik tulangan tarik arahx - selimut beton

    2115,012 d

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    4/39

    31

    d= 8,5 cm (4.9)

    Menghitung a dari persamaan 2.12.

    ca 1

    ca 85,0 (4.10)

    Menghitung tegangan tekan dari persamaan 2.13

    bafC c '

    85,0

    100)225(85,0 ' aC

    kgaC '19125(4.11)

    Menghitung tegangan tarik dari persamaan 2.14

    yfAsT

    2400)62,2( T

    kgT 6288(4.12)

    Dengan keseimbangan H = 0 maka

    TC

    Persamaan 4.11 dan 4.12 disubtitusikan ke Persamaan 4.5. Persamaan 4.5

    menjadi:

    TC

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    5/39

    32

    628819125' a

    19125

    6288a

    cma 329,0(4.13)

    Menghitung lengan momen Z dari persamaan 2.15. Persamaan 4.9 dan 4.13

    disubtitusikan ke Persamaan 2.15.

    adZ 2

    1

    )329,0(2

    15,8 Z

    cmZ 336,8(4.14)

    Menghitung momen nominal (Mn) per meter dari persamaan 2.16. Persamaan

    4.12 dan 4.14 disubtitusikan ke Persamaan 2.16

    ZTMn

    336,86288nM

    kgcmMn 37,52414

    kgmMn 143,524 (4.15)

    Hasil perhitungan momen nominal lapangan dari jumlah tulangan yajng

    terpasang untuk masing-masing tipe pelat ditabelkan dalam Tabel 4.1 (lihat Lampiran

    Tabel ). Momen nominal pelat hanya dipengaruhi oleh luas tulangan, mutu tulangan,

    mutu beton dan tebal pelat. Sehingga besarnya momen nominal tidak berpengaruh

    pada bentuk tipe-tipe pelat yang ada. Tebal pelat rencana yang dimiliki besar yang

    sama masing-masing tipe pelat yaitu 12 cm dan tulangan arah x dany yang terpasang

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    6/39

    33

    berjumlah sama pada setiap tipe pelat. Ini disebabkan tulangan pelat hanya

    meneruskan dari pelat sebelumnya sehingga hasil perhitungan untuk momen nominal

    di lapangan adalah nilai momen nominal lapangan untuk semua tipe pelat dalam

    penelitian ini.

    4.1.2 Momen Nominal Pelat di Tumpuan

    Dari data sekunder yaitu data shop drawing (lihat Lampiran Gambar), kondisi

    tumpuan terpasang tulangan susut pada arahy. Tulangan susut yang terpasang pada

    tumpuan tidak berpengaruh terhadap penambahan momen nominal pelat pada

    tumpuan. Sehingga momen nominal pelat di tumpuan hanya ditimbulkan akibat

    tulangan pokok saja.

    Berikut adalah contoh perhitungan momen untuk pelat dengan type A:

    Type : A

    Tebal : 12 cm

    Selimut beton : 2 cm (sesuai dengan SNI 03-2487-

    2002 untuk beton yang tidak

    berhubungan langsung dengan cuaca

    atau tanah)

    Tulangan tumpuan : arahx 10-125: 6,28 cm

    arahy 10-150: 5,24 cm2

    a. Perhitungan momen nominal arahx

    Menghitung tinggi efektif dari persamaan 2.11:

    d= h 0,5 tulangan tarik selimut beton

    215,012 d

    d= 9,5 cm (4.16)

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    7/39

    34

    Menghitung a dari persamaan 2.12:

    ca 1

    ca 85,0 (4.17)

    Menghitung tegangan tekan dari persamaan 2.13:

    bafCc

    '

    85,0

    100)225(85,0 ' aC

    kgaC '19125(4.18)

    Menghitung tegangan tarik dari persamaan 2.14:

    yfAsT

    2400)28,6( T

    kgT 15072(4.19)

    Dengan keseimbangan H = 0 maka,

    TC

    Persamaan 4.18 dan 4.19 disubtitusikan ke persamaan 4.5. Persamaan 4.5

    menjadi:

    TC

    1507219125' a

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    8/39

    35

    19125

    15072a

    cma 788,0(4.20)

    Menghitung lengan momen Z dari persamaan 2.15. Persamaan 4.16 dan 4.20

    disubtitusikan ke persamaan 2.15:

    adZ2

    1

    )788,0(2

    1

    5,9 Z

    cmZ 106,9(4.21)

    Menghitung momen nominal (Mn) per meter dari persamaan 2.16. Persamaan

    4.19 dan 4.21 disubtitusikan ke persamaan 2.16:

    ZTMn

    106,915072nM

    mkgcmMn /03,137245

    mkgmMn /450,1372(4.22)

    b. Menghitung momen nominal arahy

    Menghitung tinggi efektif dari persamaan 2.11:

    d= h 0,5 tulangan tarik tulangan tarik arahx - selimut beton

    2115,012 d

    d= 8,5 cm (4.23)

    Menghitung a dari persamaan 2.12:

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    9/39

    36

    ca 1

    ca 85,0 (4.24)

    Menghitung tegangan tekan dari persamaan 2.13

    bafC c '

    85,0

    100)225(85,0 ' aC

    kgaC '19125(4.25)

    Menghitung tegangan tarik dari persamaan 2.14

    yfAsT

    2400)24,5( T

    kgT 12576 (4.26)

    Dengan keseimbangan H = 0 maka,

    TC

    Persamaan 4.25 dan 4.26 disubtitusikan ke persamaan 4.5. Persamaan 4.5

    menjadi:

    TC

    1257619125' a

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    10/39

    37

    19125

    12576a

    cma 658,0(4.27)

    Menghitung lengan momen Z dari persamaan 2.15. Persamaan 4.23 dan 4.27

    disubtitusikan ke persamaan 2.15:

    adZ2

    1

    )658,0(2

    1

    5,8 Z

    cmZ 171,8(4.28)

    Menghitung momen nominal (Mn) per meter dari persamaan 2.16. Persamaan

    4.26 dan 4.28 disubtitusikan ke persamaan 2.16

    ZTMn

    171,812576nM

    mkgcmMn /206,102761

    mkgmMn /612,1027 (4.29)

    Hasil perhitungan momen nominal di tumpuan dari jumlah tulangan yang

    terpasang untuk masing-masing tipe pelat ditabelkan pada Tabel 4.2 (lihat Lampiran

    Tabel). Hal yang sama dengan momen nominal di lapangan, besarnya momen

    nominal di tumpuan tidak dipengaruhi bentuk pelat yang bervarian dan sampel pelat

    memiliki tebal pelat yang sama. Sehingga hasil perhitungan momen nominal di

    tumpuan pelat dapat dipakai untuk semua tipe pelat yang ada dalam penelitian ini.

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    11/39

    38

    4.2 Penentuan Kondisi Perletakan Pelat

    Penentuan kondisi perletakan pelat penting dalam teori garis leleh. Perletakanyang berbeda di sisi pelat dapat menyebabkan perlakuan yang berbeda pada pelat dan

    menghasilkan momen nominal yang berbeda. Perletakan pelat akan dinotasikan

    sesuai dengan Tabel 2.1. Pada semua sampel pelat yang ada, perletakan akan

    diasumsikan. Sesuai dengan subbab 3.1.5, perletakan pelat diasumsikan jepit. Berikut

    ini adalah hasil penentuan kondisi perletakan pelat masing-masing type:

    (a) (b)

    (c) (d)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.1a Asumsi Perletakan Pelat Masing-Masing Tipe

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    12/39

    39

    (e) (f)

    (g) (h)

    (i) (j)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.1b Asumsi Perletakan Pelat Masing-Masing Tipe

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    13/39

    40

    (k)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.1c Asumsi Perletakan Pelat Masing-Masing Tipe

    4.2.1 Perhitungan nilaifixity ratio (i) pelat

    Perletakan pelat yang berjenis jepit memiliki fixity ratio akibat momen

    tumpuan. Nilai momen nominal di lapangan dan tumpuan didapat dari Tabel 4.1 dan

    Tabel 4.2 (lihat Lampiran Tabel) sebagai berikut:

    a. Mu lapangan: arahx sebesar 701,073 kgm/m dan arahy sebesar 524,143 kgm/m

    b. Mu tumpuan: arah x sebesar 1372,450 kgm/m dan arah y sebesar 1027,612

    kgm/m

    sehingga nilai fixity ratio (i) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1.

    Perhitungan nilaifixity ratio (i) sebagai berikut:

    arah x:

    m

    nm

    x

    i

    '

    kgm

    kgm

    xi

    073,701

    450,1372

    958,1xi (4.30)

    arah y

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    14/39

    41

    m

    nm

    yi

    '

    kgm

    kgm

    yi

    143,524

    612,1027

    961,1yi

    (4.31)

    Nilai fixity ratio (i) dari perhitungan arah x sebesar 1,958 dan arah y sebesar

    1,961. Menurut Gunawan dan Margaret (1992), nilai fixity ratio yang dihasilkan

    perletakan digolongkan dalam perletakan jepit sempurna yaitu nilai fixity ratio (i)

    antara 1,5 2. Nilai fixity ratio (i) yang akan dipakai semua tipe pelat dalam

    penelitian ini untuk analisis kerja virtual adalah nilai fixity ratio (i) dari perhitungan

    arahx yaitu sebesar 1,958. Ini disebabkan dalam perhitungan semua momen nominal

    arahybaik di lapangan dan tumpuan diubah ke dalam momen arahx lapangan pada

    tahap akhir perhitungan.

    4.2.2 Perhitungan nilai transformasi affine

    Semua sampel tipe pelat yang dipakai dalam penelitian ini bersifat ortotropis.

    Ini dibuktikan dari perbedaan jumlah tulangan terpasang antara arah x dan y. Untuk

    mempermudah perhitungan, pelat ortotropis diubah ke pelat isotropis dengan

    transformasi affine. Nilai rasio untuk sampel masing-masing tipe pelat didapat dari

    persamaan 4.27. Nilai momen yang dipakai adalah nilai momen nominal pelat baik

    arahx dany. Perhitungan rasio adalah sebagai berikut:

    Nilai rasio dari momen lapangan menggunakan persamaan 2.5:

    xm

    ym

    (2.9)

    073,701

    143,524

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    15/39

    42

    748,0 (4.32)

    Nilai rasio dari momen tumpuan menggunakan persamaan 2.5:

    xm

    ym

    450,1372

    612,1027

    749,0 (4.33)

    Nilai rasio didapat dari momen lapangan sebesar 0,748 dan dari momen

    tumpuan sebesar 0,749. Perhitungan selanjutnya dipakai nilai rasio dengan nilai

    yang terbesar yaitu 0,749.

    4.3 Penentuan Pola Garis Leleh

    Tahap penentuan pola garis leleh menggunakan anggapan-anggapan pada

    subbab 2.1.3 dan aturan dasar pada subbab 2.3 dalam menentukan pola garis leleh.

    Setiap bentuk pelat diambil tiga sampel pola garis leleh yang dimungkinkan terbentuk

    terkecuali pada sampel bentuk pelat tipe J dan K. Pada sampel pelat tipe J dan K

    hanya pola yang sudah ditentukan yang hanya dapat dianalisis dengan metode yang

    sudah ditetapkan yaitu metode analisis kerja virtual. Pola garis leleh dari masing-

    masing tipe pelat telah ditentukan sebagai berikut:

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    16/39

    43

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.2 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe A

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.3 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe B

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.4 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe C

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    17/39

    44

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.5 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe D

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.6 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe E

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.7 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe F

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    18/39

    45

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.8 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe G

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.9 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe H

    (1) (2) (3)

    Sumber: Hasil Analisis SendiriGambar 4.10 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe I

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    19/39

    46

    (1) (2)

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.11 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe J

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.12 Penentuan Pola Garis Leleh Pada Pelat Tipe K

    4.4 Analisis Teori Garis Leleh Dengan Metode Kerja Virtual

    Pada tahap ini, sampel pelat dengan pola garis leleh yang ditentukan pada

    tahap sebelumnya akan dianalisis dengan metode kerja virtual untuk mengetahuibeban maksimum. Karena pelat bersifat ortotropis, pelat harus diubah menjadi

    isotropis ekuivalen dengan transformasi affine. Transformasi affine sesuai dengan

    subbab 2.3.1. Momen arah y juga berubah karena perubahan pelat ortotropis ke

    isotropis ekuivalen. Momen arahy Muyberubah menjadi .Muxbaik di lapangan dan

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    20/39

    47

    tumpuan. Momen negatif pelat yaitu momen tumpuan Muberubah menjadi i.Mu

    lapangan baik arahy dan arahx karenafixity ratio. Pada titik perpotongan garis-garis

    leleh diberikan lendutan sebesar yang bernilai 1 satuan (Gunawan dan Margaret,

    1992). Hasil analisis kerja virtual pada pelat adalah beban batas merata dengan satuan

    kg/m2.

    4.4.1 Perhitungan Beban Batas Masing-Masing Tipe Pelat

    Berikut adalah contoh perhitungan analsis teori garis leleh menggunakan

    metode kerja virtual untuk pelat tipe A pola kesatu:

    Sumber: Hasil Analisis Sendiri

    Gambar 4.13 Dimensi Pelat Tipe A Pola Garis Leleh Kesatu

    Diketahui dari gambar 4.13:

    Lx : 5,00 m : 1 satuan Mu : Momen lapangan

    Ly : 2,50 m : 0,749 Mu : Momen Tumpuan

    : 45o

    Muy : iy.Muy

    L1 : 1,25 m Mux : ix.Mux

    L2 : 1,25 m Muy : .Mux

    ix : 1,958 Muy : .Mux

    a. Rotasi (n)

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    21/39

    48

    Rotasi terjadi pada setiap bidang segmen yang dibentuk oleh garis-garis leleh.

    Sumbu rotasi setiap segmen berada di perletakan. Berikut adalah rotasi yang dibentuk

    setiap segmen:

    Tabel 4.3. Rotasi segmen yang dibentuk

    Segmen

    x y

    AEB /L1DFC /L1BEFC /L2AEFD /L2

    b. Kerja dalam

    Gambar 4.14. Kerja Dalam Pelat Tipe A Pola Garis Leleh Kesatu

    Persamaan 2.8 yang dipakai untuk menghitung kerja dalam pelat.

    000 x

    yuymy

    xuxml

    nunm

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    22/39

    49

    Tabel 4.4. Kerja Dalam Masing-Masing Segmen

    Segmen

    Kerja dalam

    0ym xux 0xm yuy

    AEB (Mux +Mux). x. LyDFC (Mux +Mux). x. Ly

    BEFC (Muy +Muy). y. LxAEFD (Muy +Muy). y. Lx

    Jadi total kerja dalam :

    Lxyuy

    my

    mLyxux

    mux

    mLyxux

    mux

    mlnun

    m '''0

    xLyuy

    my

    m

    ' (4.34)

    Lx

    yuym

    ymLy

    xuxm

    uxml

    nunm '2'2

    0 (4.35)

    Rotasi yang terjadi di setiap segmen disubtitusikan ke persamaan 4.35.

    Lx

    Luym

    ymLy

    Luxm

    uxml

    nunm

    2'2

    1'2

    0

    (4.36)

    Persamaan 4.36 menandakan pelat masih bersifat ortotropis. Sehingga harus diubahke pelat isotropis ekuivalen dengan trasformasi affine. Muy berubah menjadi .Mux,

    dan Muy berubah menjadi .Mux

    Lx

    Luxm

    uxmLy

    Luxm

    uxml

    nunm

    2'2

    1'2

    0

    (4.37)

    Persamaan 4.37 dipengaruhifixity ratio (i) berubah menjadi

    Lx

    Luxm

    xi

    uxmLy

    Luxm

    xi

    uxml

    nunm

    22

    12

    0

    Lx

    Lxi

    uxmLy

    Lxi

    uxml

    nunm

    21

    112

    0

    Lx

    LLy

    Lxi

    uxml

    nunm

    2112

    0

    (4.38)

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    23/39

    50

    Kemudian data yang diketahui disubtitusikan ke persamaan 4.38

    525,1

    1749,05,225,1

    1958,1120 uxmlnunm

    996,200,2)958,2(20

    ux

    mlnun

    m

    778,1420 ux

    mlnun

    m

    uxml

    nunm 556,29

    0

    (4.39)

    Jadi total kerja dalam yang terjadi pada pelat tipe A pola garis leleh ke-1 adalah

    29,556 Mux.

    c. Kerja luar

    Gambar 4.15. Kerja Luar Pelat Tipe A Pola Garis Leleh Kesatu

    Persamaan 2.9 yang dipakai untuk menghitung kerja luar pelat akibat beban yang

    diterima pelat.

    Kerja Luar u

    W

    1) Kerja luar segmen ABE

    Lendutan pada titik berat segmen ABE = 3

    1

    Luas segmen ABE = 12

    1LLy

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    24/39

    51

    Kerja luar segmen =

    3

    1.

    12

    1 quLLy

    (4.40)

    2) Kerja luar segmen AEFD

    Segmen AEFD = Segmen AEI + Segmen IEFJ + Segmen JFD

    Segmen AEI

    Lendutan pada titik berat segmen AEI = 3

    1

    Luas segmen AEI = 122

    1LL

    Kerja Luar segmen =

    3

    1.

    122

    1 quLL

    (4.41)

    Segmen IEFJ

    Lendutan pada titik berat segmen IEFJ = 2

    1

    Luas segmen IEFJ = 212 LLLx

    Kerja Luar segmen =

    2

    1.

    212 quLLLx

    (4.42)

    Segmen JFD

    Besar kerja luar JFD sama dengan kerja luar segmen AEI yaitu

    Kerja Luar segmen =

    3

    1.

    122

    1 quLL

    (4.43)

    Jadi total kerja luar segmen AEFD adalah

    Segmen AEFD = Segmen AEI + Segmen IEFJ + Segmen JFD

    Segmen AEFD =

    3

    1.

    122

    1 quLL

    +

    2

    1.

    21

    2 quLLLx

    +

    3

    1.

    122

    1 quLL

    Segmen AEFD =

    3

    1.

    122

    12 quLL

    +

    2

    1.

    212 quLLLx

    (4.44)

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    25/39

    52

    3) Kerja luar segmen DFC

    Kerja luar segmen DFC sama dengan segmen ABE

    Kerja Luar segmen =

    3

    1.

    12

    1 quLLy

    4) Kerja luar segmen BEFC

    Kerja luar segmen BEFC sama dengan segmen AEFD

    Kerja luar segmen =

    3

    1.

    122

    12 quLL

    +

    2

    1.

    212 quLLLx

    5) Total kerja luar

    Kerja luar = ABE +DFC+BEFC+AEFD

    Kerja luar = 3

    1.

    12

    1 quLLy

    +

    3

    1.

    12

    1 quLLy

    +

    3

    1.

    122

    12 quLL

    +

    2

    1.

    212 quLLLx

    +

    3

    1.

    122

    12 quLL

    +

    2

    1.

    212 quLLLx

    (4.45)

    Kerja luar =

    3

    1.

    12

    12 quL

    yL

    +

    2

    1.

    212

    3

    1.

    122

    122 quLLLxquLL

    (4.46)

    Data yang diketahui disubtitusikan ke persamaan 4.46

    Kerja luar =

    )1(3

    1.)25,1()5,2(

    2

    12 qu

    +

    )1(

    2

    1.)25,1()25,1(25)1(

    3

    1.)25,1()25,1(

    2

    122 ququ

    Kerja luar = 1,042qu + 2(0,521qu + 1,563qu)

    Kerja luar = 1,042qu + 2(2,084 qu)

    Kerja luar = 1,042qu + 4,168qu

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    26/39

    53

    Kerja luar = 5,21qu (4.47)

    d. Menghitung beban maksimum

    Beban maksimum pelat didapatkan dari persamaan 2.7

    0l

    nunm

    uW

    Persamaan 4.39 dan 4.47 disubtitusikan ke persamaan 2.7

    uxmqu 556,2921,5

    21,5

    556,29ux

    mqu

    (4.48)

    Nilai Mux adalah nilai momen tahanan penampang lapangan arah x sebesar

    701,073 kgm/m didapat dari Tabel 4.1 sehingga persamaan 4.48 menjadi

    21,5

    073,701556,29qu

    2/142,3977 mkgqu (4.49)

    Jadi qu sebesar 3977,142 kg/m2 atau 3,977 t/m2

    Proses perhitungan beban batas masing-masing tipe pelat dapat dilihat di

    Lampiran Perhitungan. Hasil perhitungan beban batas pelat dengan metode kerjavirtual pelat tipe A pada pola garis leleh kesatu sebesar 3977,142 kg/m

    2atau 3,977

    t/m2. Pelat tipe A pola kedua menghasilkan beban batas sebesar 4746,626 kg/m

    2atau

    4,747 t/m2. Pelat tipe A pola ketiga menghasilkan beban batas sebesar 3977,289

    kg/m2

    atau 3,977 t/m2. Hasil perhitungan beban batas pelat tipe lain ditabelkan pada

    Tabel 4.3.

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    27/39

    54

    Tabel 4.5 Beban Batas Pelat Masing-Masing Tipe

    No Tipe

    Beban batas (qu)

    Luasanpola garis leleh

    ke-1 ke-2 ke-3 (m2)

    1 A 3,977.142 4,746.626 3,977.289 12.5

    2 B 6,958.102 7,492.030 7,529.133 6.59

    3 C 11,447.555 9,319.547 8,745.062 7.84

    4 D 18,980.665 18,068.079 19,086.285 4.29

    5 E 5,368.103 4,125.567 3,489.031 10.76

    6 F 11,132.102 12,623.741 10,224.480 8.07

    7 G 5,803.910 5,457.558 9,974.859 8.21

    8 H 6,195.467 5,747.405 6,547.672 7.849 I 3,569.290 4,238.217 5,249.119 12.17

    10 J 6,637.313 6,539.498 - 7.66

    11 K 5,051.648 - - 12.89

    Satuan beban batas adalah kg/m2

    Sumber: Hasil analisa sendiri

    Pada mekanisme kehancuran garis leleh dipilih beban batas yang terkecil

    (Gunawan dan Margaret,1992). Hal ini disebabkan oleh mekanisme kehancuran garis

    leleh yang dipakai adalah upper bound theory. Upper bound theory memberikan

    harga beban batas qu yang lebih besar daripada beban batas qu yang sebenarnya

    menimbulkan keruntuhan. Beban batas yang terkecil pelat tipe A adalah dari pola

    kesatu yaitu sebesar 3977,142 kg/m2

    atau 3,977 t/m2. Total beban batas setiap tipe

    pelat dari beban batas yang terkecil ditabelkan pada Tabel 4.6

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    28/39

    55

    Tabel 4.6 Total Beban Batas Masing-Masing Tipe Pelat

    No Tipe Pola garisleleh

    Beban batas

    (qu) Luasan

    Total beban

    batas

    (kg/m2) (m

    2) (kg)

    1 A ke-1 3,977.142 12.5 49,714.275

    2 B ke-1 6,958.102 6.59 45,853.892

    3 C ke-2 9,319.547 7.84 73,065.248

    4 D ke-2 18,068.079 4.29 77,512.059

    5 E ke-3 3,489.031 10.76 37,541.974

    6 F ke-3 10,224.480 8.07 82,511.554

    7 G ke-2 5,457.558 8.21 44,806.551

    8 H ke-2 5,747.405 7.84 45,059.6559 I ke-1 3,569.290 12.17 43,438.259

    10 J ke-2 6,539.498 7.66 50,092.555

    11 K ke-1 5,051.648 12.89 65,115.743Sumber: Hasil analisa sendiri

    Dari perhitungan beban batas pelat, hubungan antara beban batas pelat

    dengan luasan pelat didapatkan dari Tabel 4.7.

    Tabel.4.7 Ratio Lx/Ly Masing-masing Tipe Pelat

    No Tipe Lx/Ly

    Beban batas

    (qu)(kg/m

    2)

    Luasan(m

    2)

    1 A 2,00 3.977,142 12,5

    2 B 0,75 6.958,102 6,59

    3 C 0,94 9.319,547 7,84

    4 D 0,90 18.068,079 4,29

    5 E 0,93 3.489,031 10,76

    6 F 0,39 10.224,480 8,07

    7 G 0,92 5.457,558 8,21

    8 H 1,63 5.747,405 7,84

    9 I 1,15 3.569,290 12,1710 J 0,77 6.539,498 7,66

    11 K 1,11 5.051,648 12,89

    Sumber: Hasil analisa sendiri

    Hubungan antara beban batas pelat dan luasan pelat untuk bentuk segitiga dan

    bentuk segiempat ditampilkan dalam Gambar 4.16 dan 4.17 (lihat Lampiran Gambar)

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    29/39

    56

    untuk kondisi fc 22,5 MPa; fy 240 MPa; dan luas tulangan yang terpasang. Dari

    Gambar 4.16 dan 4.17, dapat diketahui bahwa nilai beban batas semakin kecil jika

    luasan pelat semakin luas. Pernyataan ini tidak berlaku untuk pelat tipe J dan K

    karena pelat tipe J dan K memiliki terdapat bukaan. Ini terlihat dari garis

    eksponensial yang menunjukkan penurunan ketika pelat memiliki nilai luasan yang

    semakin besar dengan nilai R2

    untuk bentuk segitiga sebesar 0,982 dan bentuk

    segiempat sebesar 0,910

    Untuk nilai Lx/Ly 0,30-1,00; fc 22,5 MPa; fy 240 MPa; dan Asx lapangan= 3,14 cm2; Asx

    tumpuan=6,28 cm2; Asy lapangan = 2,62 cm2; Asy tumpuan= 5,24 cm

    2

    Sumber : hasil analisis Sendiri

    Gambar 4.16 Hubungan Antara Beban Batas (qu) dengan luasan Pelat Bentuk

    Segitiga

    9,319.547

    18,068.079

    10,224.480

    y = -1336ln(x) + 37499

    R = 0.982

    0.000

    2,000.000

    4,000.000

    6,000.000

    8,000.000

    10,000.000

    12,000.000

    14,000.000

    16,000.000

    18,000.000

    20,000.000

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

    BebanBatas(kg/m2)

    Luasan (m2)

    Hubungan Antara Beban Batas (qu)dengan

    Luasan Pelat Bentuk Segitiga

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    30/39

    57

    4.5 Kontrol Keamanan Beban Ultimit dengan Beban Batas Pelat

    Kontrol keamanan beban ultimit nominal dengan beban batas pelat bertujuanuntuk memeriksa kondisi pelat saat kondisi beban ultimit nominal pelat tercapai. .

    4.5.1 Perhitungan Beban Ultimit Pelat

    Beban ultimit nominal pelat didapat dari persamaan analisis elastic untuk

    menghitung momen pelat dua arah. Contoh perhitungan beban ultimit nominal

    diambil pelat tipe A pola kesatu. Data pelat tipe A pola kesatu diketahui sebagai

    berikut:

    Lx/Ly : 2,00 Mnx Lapangan : 701,073 kgm/m

    Ly : 2,50 m Mnx Tumpuan : 1372,45 kgm/m

    Lx : 5,00 m

    Rumus yang digunakan dari Tabel koefisien momen distribusi pelat dua arah (lihat

    Lampiran Tabel). Momen nominal pelat di tumpuan digunakan untuk mencari Wn.

    xLWTumpuanMnx yn 2001,0

    (4.50)

    )82()5,2(001,0/45,1372 2 nWmkgm(4.51)

    nW )82()5,2(001,0

    45,13722

    nWmkg 2/95,2677(4.52)

    Beban yang dihasilkan adalah beban ultimit nominal pelat (Wn) sehingga

    perlu direduksi dengan factor reduksi sebesar 0,8 untuk lentur tanpa beban aksial

    sesuai dengan SNI 2847-2002 sehingga Wn menjadi,

    uWmkg 2/95,2677 (4.53)

    uWmkg )8,0(2/95,2677

    uWmkg 2/36,2142(4.54)

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    31/39

    58

    Hasil perhitungan beban ultimit pelat digunakan control untuk semua tipe

    pelat dalam penelitian ini karena beban ultimit pelat tidak berpengaruh terhadap

    bentuk masing-masing tipe pelat.

    4.5.2 Kontrol Keamanan

    Dalam tahap ini, semua beban batas yang dihasilkan dari teori garis leleh

    dengan penyelesaian metode kerja virtual digunakan sebagai acuan terhadap kontrol

    keamanan beban ultimit. Hasil kontrol keamanan beban ultimit terhadap beban batas

    pelat ditabelkan dalam Tabel 4.8. Hasil penelitian menunjukkan nilai sebesar 1,666

    3,248 untuk pelat yang berbentuk segiempat kecuali untuk pelat tipe J dan K karena

    terdapat bukaan pada pelat. Sedangkan nilai untuk pelat berbentuk segitiga sebesar

    4,35 8,434. Dengan hasil nilai ratio > 1 untuk semua pelat, hal ini menunjukkan

    bahwa pelat tidak akan mengalami keruntuhan ketika pelat mencapai beban ultimit,.

    Tabel 4.8 Kontrol Keamanan Beban Ultimit Terhadap Beban Batas

    No Tipe

    Beban

    ulitimit

    (q)

    Beban batas

    (qu)

    (kg/m2) (kg/m2)

    1 A 2142.360 3,977.142 1.856

    2 B 2142.360 6,958.102 3.248

    3 C 2142.360 9,319.547 4.350

    4 D 2142.360 18,068.079 8.434

    5 E 2142.360 3,489.031 1.629

    6 F 2142.360 10,224.480 4.773

    7 G 2142.360 5,457.558 2.547

    8 H 2142.360 5,747.405 2.6839 I 2142.360 3,569.290 1.666

    10 J 2142.360 6,539.498 3.052

    11 K 2142.360 5,051.648 2.358Sumber: Hasil analisa sendiri

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    32/39

    59

    4.6. Kontrol Keamanan Momen Pelat

    Momen yang terjadi akibat beban ultimit yang dianalisis dengan teori garisleleh dengan momen nominal dari tulangan yang terpasang ini bertujuan untuk

    mengetahui tingkat keamanan pelat jika beban ultimit dianggap sebagai beban batas

    pelat.

    4.6.1 Perhitungan Momen Batas

    Perhitungan momen batas akibat beban ultimit yang dianggap sebagai beban

    batas pelat diambil dari persamaan pada perhitungan beban batas kerja virtual. berikut

    adalah contoh perhitungan momen batas akibat beban ultimit yang dianggap sebagai

    beban batas pelat:

    a. Pelat tipe A pola garis leleh kesatu

    Perhitungan momen batas akibat beban ultimit menggunakan persamaan dari

    persamaan 4.48 yaitu:

    21,5

    556,29ux

    mqu

    kemudian nilai qu dari nilai hasil perhitungan beban ultimit pada bab 4.5.1

    sebesar 2142,36 kg/m2. Nilai qu disubtitusikan ke persamaan 4.48 menjadi:

    21,5

    556,2936,2142 ux

    m

    (4.55)

    uxm673,536,2142

    uxm

    673,5

    36,2142

    uxmmkgm /65,377

    sehingga nilai mux sama dengan 377,65 kgm/m. Nilai mux ditambah 10% untuk

    mencegah corner lever(Kennedy dan Goodchild, 2004).

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    33/39

    60

    uxm 10,136,377

    uxmmkgm /415,415

    b. Pelat tipe A pola garis leleh kedua

    Untuk pola garis leleh kedua, menghitung momen batas menggunakan

    persamaan 10 Lampiran Perhitugan A.1 yaitu:

    647,5

    217,38ux

    mqu

    (10)

    Kemudian nilai qu sebesar 2142,36 kg/m2

    disubtitusikan ke persamaan 10

    Lampiran Perhitungan A.1 sehingga menjadi:

    647,5

    217,3836,2142 ux

    m

    uxm768,636,2142

    uxm

    768,6

    36,2142

    uxmmkgm /542,316

    Nilai mux ditambah 10% untuk mencegah corner lever(Kennedy dan Goodchild,

    2004). Nilai mux menjadi:

    uxm 10,1542,316

    uxmmkgm /196,348

    c. Pelat tipe A pola garis leleh ketiga

    Untuk pola garis leleh kedua, menghitung momen batas menggunakan

    persamaan 10 Lampiran Perhitungan A.2 yaitu:

    167,4

    64,23ux

    mqu

    (10)

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    34/39

    61

    Kemudian nilai qu sebesar 2142,36 kg/m2

    disubtitusikan ke persamaan 10

    Lampiran Perhitungan A.2 sehingga menjadi:

    167,4

    64,2336,2142 ux

    m

    ux

    m621,536,2142

    uxm

    673,5

    36,2142

    uxmmkgm /64,377

    Nilai mux ditambah 10% untuk mencegah corner lever(Kennedy dan Goodchild,

    2004).

    uxm 10,164,377

    uxmmkgm /40,415

    Hasil perhitungan momen batas untuk masing-masing tipe pelat ditabelkan dalam

    Tabel 4.9. Hasil perhitungan momen batas ini adalah momen batas pada daerah

    lapangan arah x. Ini disebabkan semua persamaan momen tumpuan arah y, mome

    lapangan arah y, dan momen tumpuan arah x saat perhitungan diubah ke momen

    lapangan arah x dengan transformasiaffine untuk momen di arah y dan fixity ratio

    untuk momen tumpuan.

    Berikut adalah contoh untuk menentukan momen lapangan arah y, momen

    tumpuan arahx dan arahy:

    a. Pelat tipe A pola garis leleh kesatu

    Tabel 4.9 memiliki nilai momen arahx untuk pelat tipe A pola kesatu sebesar

    415,415 kgm/m.

    Momen tumpuan arahx

    Menggunakan persamaan 2.1

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    35/39

    62

    m

    nm

    xi

    '

    Nilai ix didapat dari persamaan 4.30 yaitu sebesar 1,958.

    415,415

    '958,1 ux

    m

    '415,415958,1ux

    m

    '/382,813ux

    mmkgm

    Momen lapangan arahy

    Persamaan 2.5 digunakan untuk mencari momen lapangan arahy

    xm

    ym

    Nilai didapatkan dari persamaan 4.33 yaitu sebesar 0,749.

    415,415749,0 y

    m

    ym 415,415749,0

    ymmkgm /146,311

    Momen tumpuan arahy

    Momen tumpuan arahy didapatkan dari my dikalikan dengan ix

    '958,1145,311 uym

    '/221,609uy

    mmkgm

    b. Pelat tipe A pola garis leleh kedua

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    36/39

    63

    Tabel 4.9 memiliki nilai momen arah x untuk pelat tipe A pola kedua sebesar

    348,196 kgm/m.

    Momen tumpuan arahx

    Menggunakan persamaan 2.1

    m

    nm

    xi

    '

    Nilai ix didapat dari persamaan 4.30 yaitu sebesar 1,958.

    196,348

    '

    958,1 ux

    m

    '196,348958,1ux

    m

    '/767,681ux

    mmkgm

    Momen lapangan arahy

    Persamaan 2.5 digunakan untuk mencari momen lapangan arah y

    xm

    ym

    Nilai didapatkan dari persamaan 4.33 yaitu sebesar 0,749.

    196,348749,0

    ym

    ym 196,348749,0

    ymmkgm /798,260

    Momen tumpuan arahy

    Momen tumpuan arahy didapatkan dari my dikalikan dengan ix

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    37/39

    64

    '958,1798,260uy

    m

    '/644,510 uymmkgm

    c. Pelat tipe A pola garis leleh ketiga

    Tabel 4.9 memiliki nilai momen arah x untuk pelat tipe A pola ketiga sebesar

    415,40 kgm/m.

    Momen tumpuan arahx

    Menggunakan persamaan 2.1

    m

    nm

    xi

    '

    Nilai ix didapat dari persamaan 4.30 yaitu sebesar 1,958.

    40,415

    '958,1 ux

    m

    '40,415958,1ux

    m

    '/353,813ux

    mmkgm

    Momen lapangan arahy

    Persamaan 2.5 digunakan untuk mencari momen lapangan arahy

    xm

    ym

    Nilai didapatkan dari persamaan 4.33 yaitu sebesar 0,749.

    40,415749,0

    ym

    ym 40,415749,0

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    38/39

    65

    ymmkgm /135,311

    Momen tumpuan arahy

    Momen tumpuan arahy didapatkan dari my dikalikan dengan ix

    '958,1134,311uy

    m

    '/201,609uy

    mmkgm

    Hasil perhitungan untuk pelat masing-masing tipe ditabelkan dalam Tabel 4.9 untuk

    momen batas di lapangan arahx. Tabel 4.10 untuk momen batas di tumpuan arah x,

    Tabel 4.11 momen batas di lapangan arahy (lihat Lampiran Tabel), dan Tabel 4.12

    Momen batas tumpuan arahy (lihat Lampiran Tabel).

    Tabel 4.9 Momen Batas Lapangan ArahXMasing-Masing Tipe Pelat

    No Tipe

    Momen batas (qu)

    pola garis leleh

    ke-1 ke-2 ke-3

    1 A 415.415 348.196 415.400

    2 B 237.442 220.520 219.434

    3 C 144.323 177.277 192.8224 D 87.044 91.440 86.562

    5 E 307.771 400.465 473.526

    6 F 148.413 130.876 161.587

    7 G 284.661 302.726 165.631

    8 H 266.670 287.459 252.326

    9 I 462.878 389.821 312.072

    10 J 250.413 252.641 -

    11 K 327.051 - -Momen batas ditambah 10% untuk mencegah corner lever. Momen batas memiliki

    satuan kgm/m.

    Sumber: Hasil analisa sendiri

    Untuk kontrol momen, diambil nilai yang terbesar dari momen lapangan dan tumpuan

    baik arahx dany.

  • 8/13/2019 Bab 4 Hasil Dan Pembahasan-yield line

    39/39

    66

    4.6.2 Kontrol Momen Batas Terhadap Momen Nominal Pelat

    Kontrol momen batas terhadap momen nominal bertujuan untuk memeriksa

    keamanan pelat jika beban ultimit dianggap beban batas yang menghasilkan beban

    batas. Jika momen batas dari beban ultimit yang dianggap beban batas lebih besar

    dari momen nominal akibat tulangan terpasang maka pelat tersebut dinyatakan tidak

    aman. Jika sebaliknya maka kondisi pelat dinyatakan aman. Kontrol momen

    ditabelkan dalam Tabel 4.13 untuk momen lapangan arahx, Tabel 4.14 untuk momen

    tumpuan arah x (lihat Lampiran Tabel), Tabel 4.15 untuk momen lapangan arah y

    (lihat Lampiran Tabel). Tabel 4.16 untuk momen tumpuan arah y (lihat Lampiran

    Tabel).

    Tabel 4.13 Kontrol Momen Batas di Lapangan ArahXTerhadap Momen Nominal

    No Tipe

    Pola

    garisleleh

    Momen batas

    (Mu)

    Momennominal (Mn)

    (kgm/m) (kgm/m)

    1 A ke-1 415.415 702.073 1.690

    2 B ke-1 237.442 702.073 2.957

    3 C ke-2 177.277 702.073 3.960

    4 D ke-2 91.440 702.073 7.678

    5 E ke-3 473.526 702.073 1.483

    6 F ke-3 161.587 702.073 4.345

    7 G ke-2 302.726 702.073 2.319

    8 H ke-2 287.459 702.073 2.442

    9 I ke-1 462.878 702.073 1.517

    10 J ke-2 252.641 702.073 2.779

    11 K ke-1 327.051 702.073 2.147

    Sumber: Hasil analisa sendiri