bab 4. hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · pankreas tidak ditemukan perubahan spesifik...

15
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Pemeriksaan Patologi Anatomi Anamnesa hewan yang diamati pada studi kasus ini yakni singa mengalami gangren kronis pada kaki belakang sebelah kanan. Menurut Vegad (2007) gangren adalah invasi dan pembusukan jaringan nekrotik oleh bakteri saprofit. Salah satu lokasi sering terjadinya gangren adalah daerah ekstremitas seperti kaki. Menurut Pangayoman dan Yuwono (2003) gangren pada ekstremitas pada manusia biasanya disebabkan oleh penyakit diabetes, suatu penyakit sumbatan pada buluh darah seperti trombosis baik arteri maupun vena. Infeksi oleh bakteri juga merupakan salah satu penyebab gangren. Gambaran patologi anatomi singa disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Gambaran patologi anatomi Organ Gambaran patologi anatomi Ruang abdominal massa tumor berukuran 14.5 x 9.8 x 6.5 cm, berwarna putih pucat dalam ruang abdominal dengan konsistensi kenyal Paru-paru nodul berjumlah ± 10 (multinodular) berwarna putih, dengan garis tengah nodul terbesar ± 1.5 cm Hati Hati berwarna belang mulai merah gelap hingga merah terang Di lobus sinistra hati ditemukan multinodular berwarna putih, dengan garis tengah nodul terbesar ± 1.5 cm Ginjal Tidak ditemukan perubahan spesifik Limpa Tidak ditemukan perubahan spesifik Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik Pada saat nekropsi ditemukan massa tumor dengan ukuran 14.5 x 9.8 x 6.5 cm di dalam ruang abdominal. Massa tumor tersebut berwarna putih, memiliki konsistensi kenyal, berkapsul, dan tidak menginvasi jaringan sekitarnya. Berdasarkan pengamatan patologi anatomi ini, sifat massa tumor yang tidak menginvasi jaringan sekitarnya serta berkapsul diduga tumor bersifat jinak. Hasil pemeriksaan patologi anatomi organ lain ditemukan bahwa pada paru- paru terdapat nodul berjumlah ± 10 (multinodular) berwarna putih dengan garis tengah nodul terbesar ± 1.5 cm. Pengamatan patologi anatomi pada hati menunjukkan bahwa hati berwarna belang, merah gelap dan merah terang. Di lobus sinistra hati juga ditemukan multinodular berwarna putih dengan garis

Upload: dokhue

Post on 03-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Pemeriksaan Patologi Anatomi

Anamnesa hewan yang diamati pada studi kasus ini yakni singa mengalami

gangren kronis pada kaki belakang sebelah kanan. Menurut Vegad (2007) gangren

adalah invasi dan pembusukan jaringan nekrotik oleh bakteri saprofit. Salah satu

lokasi sering terjadinya gangren adalah daerah ekstremitas seperti kaki. Menurut

Pangayoman dan Yuwono (2003) gangren pada ekstremitas pada manusia

biasanya disebabkan oleh penyakit diabetes, suatu penyakit sumbatan pada buluh

darah seperti trombosis baik arteri maupun vena. Infeksi oleh bakteri juga

merupakan salah satu penyebab gangren. Gambaran patologi anatomi singa

disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Gambaran patologi anatomi

Organ Gambaran patologi anatomi

Ruang abdominal massa tumor berukuran 14.5 x 9.8 x 6.5 cm, berwarna putih pucat

dalam ruang abdominal dengan konsistensi kenyal

Paru-paru nodul berjumlah ± 10 (multinodular) berwarna putih, dengan garis

tengah nodul terbesar ± 1.5 cm

Hati Hati berwarna belang mulai merah gelap hingga merah terang

Di lobus sinistra hati ditemukan multinodular berwarna putih,

dengan garis tengah nodul terbesar ± 1.5 cm

Ginjal Tidak ditemukan perubahan spesifik

Limpa Tidak ditemukan perubahan spesifik

Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik

Pada saat nekropsi ditemukan massa tumor dengan ukuran 14.5 x 9.8 x 6.5

cm di dalam ruang abdominal. Massa tumor tersebut berwarna putih, memiliki

konsistensi kenyal, berkapsul, dan tidak menginvasi jaringan sekitarnya.

Berdasarkan pengamatan patologi anatomi ini, sifat massa tumor yang tidak

menginvasi jaringan sekitarnya serta berkapsul diduga tumor bersifat jinak.

Hasil pemeriksaan patologi anatomi organ lain ditemukan bahwa pada paru-

paru terdapat nodul berjumlah ± 10 (multinodular) berwarna putih dengan garis

tengah nodul terbesar ± 1.5 cm. Pengamatan patologi anatomi pada hati

menunjukkan bahwa hati berwarna belang, merah gelap dan merah terang. Di

lobus sinistra hati juga ditemukan multinodular berwarna putih dengan garis

Page 2: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

15

tengah nodul terbesar berukuran ± 1.5 cm. Pada pengamatan patologi anatomi

pada organ ginjal, limpa, dan pankreas tidak ditemukan perubahan spesifik.

4.2. Gambaran Histopatologi dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin

Terhadap Sel Tumor

Gambaran histopatologi massa tumor menunjukkan bahwa sel-sel yang

menyusun massa tumor tersebut berbentuk gelendong (spindle-shaped cells). Inti

sel-sel tersebut berbentuk seperti cerutu (cigar-shaped nuclei) dengan ujung

tumpul. Sitoplasma sel bersifat eosinofilik, serta dapat diamati perbatasan seluler

(Gambar 2A). Ada beberapa jenis tumor yang berasal dari sel berbentuk

gelendong yakni leiomioma (tumor jinak yang berasal dari otot polos),

leiomiosarkoma (tumor ganas yang berasal dari otot polos), fibroma (tumor jinak

yang berasal dari jaringan ikat fibroblast), fibrosarkoma (tumor ganas yang

berasal dari jaringan ikat fibroblast), schwannoma (tumor jinak yang berasal dari

sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel

Schwann), rhabdomioma (tumor jinak yang berasal dari sel otot skelet), serta

rhabdomiosarkoma (tumor ganas yang berasal dari sel otot skelet).

Menurut Emer et al. (2011), pada pemeriksaan mikroskopis, serabut otot

polos terdiri atas sitoplasma eosinofilik dengan inti memanjang berujung tumpul

dengan sedikit atau tidak ada gelombang. Inti sel berbentuk seperti cerutu atau

belut. Sel tumor otot polos diselingi dengan jaringan ikat kolagen. Morfologi dari

sel-sel yang membentuk massa tumor pada ruang abdominal singa pada kasus ini

mirip dengan kasus leiomioma pada jantung anjing yang dilaporkan oleh Gallay et

al. (2010) yang dapat diamati pada Gambar 3A. Pada Gambar 3A dapat diamati

bahwa dengan pewarnaan HE sel tumor leiomioma berbentuk gelendong dengan

nukleus yang memanjang dengan ujung tumpul. Berkas tumor dipisahkan dengan

kolagen.

Page 3: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

16

Gambar 2 Morfologi sel tumor. (A) Morfologi sel tumor berbentuk gelondong, inti sel

berbentuk seperti cerutu dengan ujung tumpul (tanda panah). Pewarnaan HE. (B)

Di antara sel-sel tumor ditemukan serabut kolagen berwarna biru kehijauan (tanda

bintang) dengan pewarnaan Masson’s Trichrome. (C) Sel tumor yang diwarnai

dengan pewarnaan imunohistokimia Desmin menunjukkan hasil positif dicirikan

dengan warna cokelat pada sitoplasma sel (tanda panah). (D) Sel tumor yang

diwarnai dengan pewarnaan imunohistokimia Proliferating Cell Nuclear Antigen

(PCNA) menunjukkan hasil negatif inti tetap berwarna biru. Bar = 40 µm.

Gambar 3 Leiomioma pada jantung anjing (Gallay et al. 2010). (A) Sel tumor berbentuk

gelondong dengan nukleus yang memanjang dengan ujung tumpul (tanda panah).

Berkas tumor dipisahkan dengan kolagen (tanda bintang). Pewarnaan HE. Bar = 25 µm.

(B) menunjukkan bahwa sel tumor tersusun di tengah berkas serabut kolagen yang

terwarnai biru dengan pewarnaan Masson’s Trichrome. Bar = 125 µm.

C D

A B

*

A B

Page 4: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

17

4.3. Gambaran Histopatologi dengan Pewarnaan Khusus dan Pewarnaan

Imunohistokimia

Hasil pemeriksaan HP dengan pewarnaan khusus dan imunohistokimia

dicantumkan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pengamatan HP dengan pewarnaan khusus dan pewarnaan

imunohistokimia.

Pewarnaan Sel tumor Kolagen

MT - +

D +++ -

V - -

GFAP - -

PCNA - -

Keteragan: MT: Masson’s Trichrome; D. Desmin; V. Vimentin; GFAP. Glial Fibrillary Acidic

Protein; PCNA. Proliferating Cell Nuclear Antigen.

(-) tidak imunoreaktif; (+) sedikit terwarnai; (++) pewarnaan sedang; (+++)

pewarnaan kuat.

4.3.1. Pewarnaan Khusus Masson’s Trichrome

Gambaran jaringan tumor yang diwarnai dengan pewarnaan khusus

Masson’s Trichrome dapat diamati pada Gambar 2B. Pada pewarnaan Masson’s

Trichrome, sel otot terwarnai merah dan serabut kolagen akan terwarnai biru

kehijauan. Pada massa tumor tersebut dapat ditemukan jaringan ikat kolagen

diantara sel-sel tumor tersebut (Gambar 2B). Ini sesuai dengan pendapat Emer et

al. (2011) bahwa pewarnaan khusus dapat digunakan untuk membedakan otot

polos dari jaringan ikat kolagen karena keduanya akan terlihat merah muda hingga

merah dengan pewarnaan HE, akan tetapi dengan pewarnaan Masson’s Trichrome,

otot polos akan berwarna merah dan jaringan ikat kolagen akan berwarna biru

kehijauan. Gambar 3B dapat digunakan sebagai pembanding dari literatur. Pada

Gambar 3 dapat diamati bahwa dengan pewarnaan MT, diantara sel-sel tumor

leiomioma akan ditemukan jaringan ikat kolagen berwarna biru (Gallay et al.

2010).

Menurut Cooper dan Valentine (2002) pewarnaan Masson’s Trichrome

digunakan untuk membedakan antara tumor fibroma dengan leiomioma secara

lebih jelas. Pada kasus ini, hasil yang didapat dari pewarnaan Masson’s Trichrome

yang menunjukkan bahwa ditemukan jaringan ikat kolagen berwarna biru

kehijauan. Jaringan ikat kolagen tersebut bukan berasal dari sel-sel tumor

Page 5: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

18

melainkan berada diantara sel-sel tumor akibat fibrosis. Oleh sebab itu, tumor

tersebut diidentifikasi sebagai leiomioma, bukan fibroma.

4.3.2. Pewarnaan Imunohistokimia Desmin

Beberapa sel tumor melepaskan substansi yang tidak terdapat pada sel

normal. Substansi ini dinamakan sebagai marker tumor atau marker biologi (Fizell

2001). Marker tumor ini digunakan untuk melakukan identifikasi asal dari tumor.

Marker tumor ini dapat berupa filamen intermediet dari protein struktural

sitoplasma. Filamen intermediet tidak dapat diamati dengan pewarnaan HE, tetapi

dapat diamati dengan pewarnaan imunohistokimia (Cooper & Valentine 2002).

Contoh filamen intermediet adalah Vimentin dan Desmin (Cooper &

Valentine 2002). Desmin adalah filamen intermediet yang diekpresikan oleh sel

otot polos, otot lurik, dan otot jantung (Liu dan Mikaelian 2003), sedangkan

Vimentin merupakan filamen intermediet dari sebagian besar sel mesenkim.

Vimentin sering digunakan untuk pewarnaan imunohistokimia karena sebagian

besar sel mesenkim mengandung vimentin (Cooper & Valentine 2002).

Hasil pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan imunohistokimia

Desmin pada kasus ini menunjukkan hasil positif. Hasil positif pewarnaan Desmin

dicirikan dengan sitoplasma sel yang berwarna cokelat. Hal ini menunjukkan

bahwa sel-sel tumor tersebut imunoreaktif terhadap antibodi anti Desmin.

Menurut Cooper dan Valentine (2002), antibodi anti Desmin bereaksi pada sel

otot baik otot polos, otot jantung, maupun otot lurik, oleh sebab itu Desmin

digunakan untuk mengidentifikasi apakah sel-sel pada massa tumor tersebut

berasal dari sel otot.

Sel-sel tumor tersebut imunoreaktif terhadap pewarnaan imunohistokimia

Desmin. Menurut Liu dan Mikaelian (2003) sel tumor yang imunoreaktif terhadap

Desmin menunjukkan bahwa sel tumor tersebut berasal dari sel-sel otot. Sel tumor

tersebut berbentuk gelondong dengan inti seperti cerutu yang menyerupai sel otot

polos. Dengan pewarnaan HE, sel-sel tersebut teramati sebagai suatu sel yang

memiliki inti di tengah (sitoplasma) dan tidak memiliki garis melintang serta

menunjukkan gambaran jalinan fasikula (interlacing fascicle). Menurut Cooper

dan Valentine (2002) gambaran jalinan fasikula merupakan gambaran normal dari

otot polos. Tumor pada ruang abdominal singa ini didiagnosa tumor berasal dari

Page 6: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

19

otot polos. Tumor yang berasal dari otot polos disebut leiomioma sehingga singa

tersebut didiagnosa mengalami leiomioma.

Leiomioma merupakan tumor jinak mesenkimal yang berasal dari sel otot

polos dari lapis muskularis yang bersifat involunter. Menurut Montali et al. (1997)

leiomioma pada hewan sering terjadi pada saluran genitalia. Tumor ini sering

terjadi pada hewan domestik terutama pada anjing (Sontas et al. 2010; Schaudien

et al. 2007). Spesies hewan domestik lainnya yang pernah dilaporkan mengalami

leiomioma adalah kucing (Cooper et al. 2006), kambing (Uzal & Puschner 2008),

domba (Corpa & Martinez 2010), babi (Munday & Stedman 2002), sapi (Sendag

et al. 2008), kuda (Bailey et al. 2003), dan ayam (Manarolla et al. 2011).

Leiomioma juga pernah dilaporkan pada satwa liar seperti gajah, badak, unta,

macan tutul, singa, harimau, panda, serigala, opposum, marmut (Montali et al.

1997), spesies primata (Videan et al. 2011), anjing laut (Bäcklin et al. 2003), serta

paus (Mikaelian et al. 2000).

Selain Desmin, terdapat pewarnaan imunohistokimia lain yang akan

berekspresi pada sel-sel otot seperti Muscle-Spesific Actin dan Alpha (α) Smooth

Muscle Actin, tetapi kedua pewarnaan ini tidak digunakan pada studi ini. Muscle-

Spesific Actin adalah protein globular yang diekspresikan oleh otot polos, otot

lurik, dan otot jantung. Alpha (α) Smooth Muscle Actin adalah protein

sitoskeleton yang diekspresikan oleh otot polos dan sel mioepitel (Bailey et al.

2003). Cooper dan Valentine menyebutkan bahwa antibodi anti α Smooth Muscle

Actin merupakan marker spesifik yang rutin digunakan dalam diagnosa tumor

pada hewan untuk mengidentifikasi tumor asal otot polos dari tumor lain yang

berasal dari otot skelet dan otot jantung.

Sitoskeleton tersusun atas protein filamen termasuk aktin dan mikrotubulus.

Secara normal filamen aktin menekan molekul organik ekstraseluler yang

berikatan antar sel. Mikrotubul mengontrol bentuk sel, pergerakan sel, dan

pembagian sel. Pada sel kanker, fungsi dari komponen tersebut berubah. Selain

itu, jumlah komponen sitoplasma berkurang, dan bentuknya abnormal. Kerja sel

berkurang karena terjadi pengurangan jumlah retikulum endoplasma dan

mitokondrianya (Fizell 2001).

Page 7: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

20

4.3.3. Pewarnaan Imunohistokimia Vimentin

Vimentin diekspresikan oleh tumor yang berasal dari sel mesenkim. Bila

digunakan untuk tumor yang diduga berasal dari otot polos, Vimentin dianggap

sebagai penanda nonspesifik yang biasa disajikan dalam tumor yang kurang

terdiferensiasi dan biasanya berhubungan dengan ekspresi marker lainnya (Cooper

& Valentine 2002). Hasil positif pewarnaan Vimentin dicirikan dengan sitoplasma

sel yang berwarna cokelat. Pada kasus ini sel-sel tumor tersebut menunjukkan

hasil negatif atau tidak imunoreaktif terhadap pewarnaan imunohistokimia

Vimentin. Hal ini menunjukkan bahwa sel tumor tersebut bukan sel yang berasal

dari sel mesenkim.

4.3.4. Pewarnaan Imunohistokimia Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP)

Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP) merupakan salah satu marker tumor

untuk mendiagnosa tumor yang berasal dari selubung saraf seperti sel Schwann

atau astrosit (Koestner & Higgins 2002). Hasil positif pewarnaan GFAP dicirikan

dengan sitoplasma sel yang berwarna cokelat. Namun, pada kasus ini sel-sel

tumor yang menyusun massa tumor tidak imunoreaktif terhadap pewarnaan

imunohistokimia GFAP. Hal ini menunjukkan bahwa massa tumor pada ruang

abdominal tersebut bukan berasal dari sel-sel selubung saraf.

4.3.5. Pewarnaan Imunohistokimia Proliferating Cell Nuclear Antigen (PCNA)

Proliferating Cell Nuclear Antigen (PCNA) merupakan salah satu

pewarnaan imunohistokimia untuk mengidentifikasi proliferasi sel (Cooper &

Valentine 2002). Berbeda dengan pewarnaan imunohistokimia lainnya, pada

PCNA yang terwarnai bukanlah sitoplasma sel tetapi inti sel. Hasil positif

pewarnaan GFAP dicirikan dengan inti sel yang berwarna cokelat. Inti sel yang

sedang berproliferasi akan menunjukkan hasil positif pada pewarnaan

imunohistokimia PCNA.

Hasil pewarnaan PCNA pada sampel jaringan tumor menunjukkan hasil

negatif (Gambar 2D). Hal ini menunjukkan bahwa sel-sel tumor sedang tidak

melakukan proliferasi sel. Hasil yang ditunjukkan pada pewarnaan PCNA juga

berbanding lurus dengan pengamatan terhadap indeks mitotik sel tumor. Pada

kasus ini ditemukan bahwa indeks mitotik sel tumor bernilai kurang dari 3 dengan

Page 8: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

21

perbesaran objektif 40x. Menurut Handharyani et al. (1999) indeks mitotik kurang

dari 3 pada perbesaran objektif 40x menunjukkan bahwa tumor adalah tumor

jinak. Pada tumor jinak diketahui bahwa proliferasi sel rendah.

4.4. Gambaran Histopatologi dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin

Terhadap Beberapa Sampel Organ

Gambaran histopatologi beberapa sampel organ disajikan pada tabel 5.

Organ tersebut berupa paru-paru, hati, ginjal, limpa, dan pankreas.

Tabel 5 Gambaran histopatologi beberapa organ dengan pewarnaan Hematoksilin

Eosin

Sampel jaringan Gambaran histopatologi

Paru-paru Interstisium mengalami penebalan

Di daerah interstisium terdapat infiltrasi sel radang makrofag dan

limfosit

Epitel bronchiolus tersier mengalami proliferasi/hiperplasia sel

goblet yang ditandai dengan banyaknya sel berbentuk

gelembung/bulat

Pada lumen bronchiolus ditemukan eritrosit dan eksudat yang

menunjukkan adanya kongesti dan peradangan akut

Ditemukan pula endapan amiloid di daerah interstisium

(amiloidosis)

Pada nodul dengan garis tengah 1.5 cm, jumlah alveol berkurang

dan ukuran alveol mengecil

Di daerah interstisial ditemukan sel epitel kubus sebaris dengan

inti bulat (bentuk kelenjar) dalam jumlah besar yang diduga

merupakan tumor adenokarsinoma karena sel-sel ini menunjukkan

ketidakseragaman

Pada paru-paru dapat ditemukan kongesti dan hemoragi

Terdapat akumulasi pigmen karbon (antrakosis) pada paru-paru

Hati Ruang sinusoid hati mengalami pelebaran

Pada ruang sinusoid hati terjadi kongesti yang dicirikan adanya

akumulasi darah dalam ruang sinusoid hati

Pada ruang sinusoid hati ditemukan endapan protein amiloid

(amiloidosis)

Pada beberapa area ditemukan sarang radang dengan infiltrasi sel

radang limfosit, makrofag, dan sel plasma.

Ginjal Sebagian glomerulus mengalami atrofi dan kongesti. Kongesti

dicirikan dengan adanya darah pada glomerulus.

Terjadi degenerasi epitel tubulus

Di dalam lumen tubulus ditemukan endapan protein

Di daerah peritubular ditemukan edema

Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dalam jumlah sedikit

Terjadi pembentukan jaringan ikat

Limpa Terdapat hemoragi dan endapan protein

Ditemukan sel radang makrofag dan limfosit.

Terjadi deplesi pulpa putih.

Pankreas Terdapat akumulasi lemak di antara sel-sel asinar dan pengurangan

jumlah pulau Langerhans

Ditemukan pula endapan protein

Terjadi kongesti dicirikan dengan ditemukan adanya eritrosit

Page 9: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

22

4.4.1. Gambaran Histopatologi Paru-Paru

Gambaran histopatologi paru-paru menunjukkan bahwa masih dapat

ditemukan alveol, akan tetapi terjadi emfisema pulmonum. Menurut Rao (2010)

emfisema adalah udara berlebih pada alveol paru-paru yang mengakibatkan

terjadinya pelebaran alveol. Emfisema terjadi karena rupturnya dinding alveol

sehingga ruang alveolar saling bergabung dan membesar (Gambar 4A).

Emfisema pulmonum pada hewan umumnya bersifat sekunder karena selalu

terjadi setelah adanya gangguan aliran udara. Berdasarkan daerah paru-paru yang

terpengaruh, emfisema diklasifikasikan menjadi emfisema alveolar dan emfisema

interstitial. Emfisema alveolar dicirikan dengan distensi dan rupturnya dinding

alveolar, sehingga membentuk gelembung udara dengan berbagai ukuran di

parenkim paru-paru. Emfisema interstitialis terjadi saat akumulasi udara

menembus dinding alveolar dan dinding bronkhioli kemudian masuk ke jaringan

ikat interlobular, sehingga menyebabkan distensi dari septa interlobular (McGavin

dan Zachary 2001; Rao 2010). Ditemukannya dinding alveolar yang ruptur dan

membesar pada jaringan paru-paru singa secara mikroskopik menunjukkan

adanya emfisema alveolar.

Pada hewan, emfisema umumnya terjadi sebagai lesio sekunder akibat

terhambatnya aliran udara atau sebagai lesio pada saat hewan mati. Emfisema

akibat kerusakan pulmonal umumnya terjadi pada hewan yang menderita

bronkopneumonia. Adanya eksudat pada bronkopenumonia menyumbat bronkus

dan bronkiolus sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara udara yang

masuk dan keluar dari paru-paru (McGavin dan Zachary 2001). Gambaran

histopatologi dengan pewarnaan HE terhadap organ paru-paru juga menunjukkan

bahwa daerah interstisium paru-paru mengalami penebalan, serta terdapat

infiltrasi sel radang makrofag dan limfosit pada interstisium. Adanya infiltrasi sel

radang makrofag dan limfosit dapat menunjukkan bahwa paru-paru mengalami

peradangan pada interstisium atau pneumonia interstisialis. Menurut Vegad (2007)

pneumonia interstisialis atau dikenal juga pneumonia lobaris adalah peradangan

pada paru-paru yang dicirikan dengan penebalan septa alveol karena adanya

eksudat fibrinus/sereus, dan adanya infiltrasi sel radang neutrofil atau sel radang

mononuklear dan fibroblast.

Page 10: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

23

Menurut McGavin dan Zachary (2001) kongesti yang berjalan lama juga

dapat menyebabkan penebalan jaringan interstitial sehingga menimbulkan fibrosis

interstitial ringan. Kongesti paru seringkali disebabkan oleh kegagalan jantung,

dan bila berjalan lama akan berlanjut menjadi edema pulmonum yang terlihat

dengan adanya endapan protein dalam alveolar.

Epitel bronkus dan bronchiolus mengalami hiperplasia sel goblet yang

ditandai dengan banyaknya sel berbentuk gelembung/bulat. Sel goblet

mensekresikan eksudat mukus. Menurut Beasley et al. (2009) hiperplasia sel

goblet merupakan respon dari peradangan pada bronkus (bronkitis). Pada lumen

bronchiolus ditemukan eritrosit dan eksudat yang menunjukkan adanya hemoragi

dan peradangan akut. Pada paru-paru juga ditemukan endapan protein amiloid di

daerah interstisium.

Gambar 4 Gambar histopatologi paru-paru. (A) Alveol mengalami pelebaran (emfisema) (E),

terjadi penebalan lapis interstisium (I) dan akumulasi pigmen karbon (anthracosis)

(An). Pewarnaan HE. Bar = 100 µm. (B) menunjukkan bahwa pada interstisial

ditemukan sel epitel kubus sebaris dengan inti bulat (bentuk kelenjar) dalam jumlah

besar yang diduga merupakan tumor adenokarsinoma karena sel-sel ini menunjukkan

ketidakseragaman (Ad). Pewarnaan HE. Bar = 40 µm.

Pada paru-paru terdapat nodul yang memiliki garis tengah ± 1.5 cm

berjumlah banyak (multinodular). Setelah dilakukan pengamatan histopatologi

terhadap nodul tersebut ditemukan bahwa terjadi perubahan bentuk alveol serta

terjadi pengurangan jumlah alveol. Jumlah alveol yang berkurang ini diduga

disebabkan karena alveol terdesak oleh multinodular tersebut. Interstisial paru-

paru ditemukan sel epitel kubus sebaris dengan inti bulat (bentuk kelenjar) dalam

jumlah besar yang diduga merupakan tumor adenokarsinoma karena sel-sel ini

menunjukkan ketidakseragaman (Gambar 4B).

A B

Page 11: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

24

Menurut Price dan Wilson (2006) adenokarsinoma merupakan tumor yang

memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung

mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan

kadang-kadang dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis

interstisial kronis (Price & Wilson 2006). Kemp et al. (2008) juga mengatakan

bahwa lokasi adenokarsinoma adalah di perifer atau dekat dengan permukaan

pleura. Lesi adenokarsinoma seringkali meluas ke pembuluh darah dan limfe di

stadium dini, dan seringkali bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan

gejala (Price & Wilson 2006). Etiologi adenokarsinoma belum diketahui (Price &

Wilson 2006) akan tetapi polusi udara adalah salah satu faktor yang penting.

Kejadian adenokarsinoma juga berkaitan dengan aktivitas merokok (Kemp et al.

2008). Pada kasus ini kemungkinan singa terpapar polusi udara atau menjadi

perokok pasif. Telah dilaporkan juga oleh Palmarini dan Fan (2001) bahwa

retrovirus dapat menginduksi terjadinya adenokarsinoma pada paru-paru seekor

domba.

Pada jaringan interstitium paru ditemukan pigmen karbon, yang

menunjukkan singa menderita antrakosis. Antrakosis merupakan akumulasi

pigmen karbon yang masuk ke paru-paru melalui jalur inhalasi. Umumnya hewan

yang menderita antrakosis hidup di lingkungan yang berpolusi. Secara

mikroskopik, pigmen karbon terlihat sebagai bercak-bercak berwarna hitam yang

ditemukan di dinding alveolar atau fokus hitam pada peribronkial (McGavin dan

Zachary 2001).

4.4.2. Gambaran Histopatologi Hati

Gambaran histopatologi jaringan hati singa menunjukkan bahwa sinusoid

hati tampak meluas dan dipenuhi endapan protein yang berwarna merah dengan

pewarnaan HE (Gambar 5A). Endapan protein ini adalah akumulasi amiloid pada

hati atau sering disebut dengan amiloidosis. Menurut Kumar et al. (2005) endapan

protein amiloid dapat bersifat sekunder akibat peradangan yang kronis. Selain itu,

ditemukan pula banyaknya eritosit memenuhi sinusoid yang menandakan hati

mengalami kongesti pasif (Gambar 5B). Kongesti pada sinusoid mengakibatkan

sel hepatosit tertekan sehingga atrofi, yang tampak sebagai bentuk hepatosit yang

tidak beraturan (Cheville 2006).

Page 12: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

25

Gambar 5 Gambar histopatologi hati. (A) Sinusoid hati singa tersebut tampak meluas dan

dipenuhi endapan protein amiloid (amiloidosis) yang berwarna merah (A). Pewarnaan

HE. (B) Ditemukan banyaknya eritosit memenuhi sinusoid yang menandakan hati

mengalami kongesti pasif (K). Terjadi hemoragi dicirikan dengan eritrosit yang

difagosit oleh sel Kuppfer yang berwarna kuning (hemosiderofag) (H). Ditemukan

juga sarang radang (SRd) pada hati yang menunjukkan hati mengalami hepatitis.

Pewarnaan HE. Bar = 40µm.

Kongesti pada sinusoid mengakibatkan sel hepatosit tertekan sehingga atrofi,

yang tampak sebagai bentuk hepatosit yang tidak beraturan. Degenerasi hidropis

pada hepatosit ditandai dengan adanya kekeruhan pada sitoplasma, sedangkan

degenerasi lemak ditandai dengan adanya rongga yang kecil dan jernih. Pada

kedua jenis degenerasi tersebut dapat diamati inti masih terlihat baik. Degenerasi

lemak hati terjadi akibat kondisi hipoksemia sehingga sel kekurangan oksigen.

Proses degenerasi lemak terjadi akibat terhambatnya kerja enzim pada retikulum

endoplasmik yang berfungsi sebagai katalisator oksidasi asam lemak sehingga

mendukung sintesis dan akumulasi trigliserida. Pada hipoksemia hati, daerah yang

lebih dulu terpengaruh dan mengalami degenerasi lemak adalah zona sentrilobular

yaitu zona yang terdekat dengan vena sentralis (Cheville 2006).

Degenerasi hidropis hepatosit dapat disebabkan oleh hipoksia, berbagai

toksin, tumor, dan akumulasi pigmen empedu. Sel hepatosit yang mengalami

degenerasi hidropis tampak membesar dengan sitoplasma yang berongga dan inti

sel yang terdorong ke tepi (Jubb et al. 2007). Mekanisme terjadinya degenerasi

hidropis umumnya melibatkan kerusakan pada membran sel, kegagalan sel untuk

menghasilkan energi, atau gangguan enzim yang mengatur pompa ion Natrium-

Kalium pada membran sel. Hipoksia pada sel mengakibatkan berkurangnya

produksi energi atau Adenosin Trifosfat (ATP) sehingga homeostatis sel

terganggu. Pada keadaan ini, sodium dan air masuk ke dalam sel akibat kerusakan

A B

Page 13: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

26

pompa ion pada membran sel dan menyebabkan tekanan osmotik meningkat

sehingga sel membesar. Sisterna dari retikulum endoplasmik membesar, ruptur,

kemudian membentuk vakuola-vakuola yang akhirnya sel mengalami degenerasi

hidropis (McGavin dan Zachary 2001).

Nekrosa hepatosit dicirikan oleh sitoplasma hepatosit yang berwarna lebih

gelap dan inti sel yang piknosis hingga lisis. Menurut McGavin dan Zachary

(2001), nekrosa hepatosit dicirikan dengan sitoplasma yang membesar, organel sel

hancur, serta robeknya membran plasma. Nekrosis pada sel hepatosit biasanya

diikuti dengan reaksi fibrosis jika peradangan bersifat kronis. Respon hati lainnya

terhadap peradangan adalah regenerasi dan hiperplasia buluh empedu.

Nekrosa hepatosit yang terjadi pada jaringan hati singa ini membentuk

nekrosa pola sentrilobular. Menurut Jubb et al. (2007), degenerasi maupun

nekrosa hati dapat membentuk pola nekrosis periasinar atau sentrilobular,

midzonal, periportal, parasentral, maupun nekrosa yang difus. Pada pola nekrosis

sentrilobular, sebagian besar nekrosis terjadi pada hepatosit yang berada di zona

sentrilobular yaitu zona yang mengelilingi vena sentralis. Zona sentrilobular

merupakan daerah yang terjauh dari arteri maupun vena portal, sehingga

merupakan zona terakhir yang mendapatkan oksigen dan nutrisi sehingga

hepatosit rentan terhadap hipoksia. Nekrosa sentrilobular umumnya disebabkan

oleh gangguan jantung yang menyebabkan kongesti pasif. Kongesti terlihat dari

adanya akumulasi eritrosit baik pada vena sentralis, venula maupun sinusoid.

Kongesti pasif yang berlangsung lama menyebabkan hepatosit mengalami

degenerasi lemak dan sinusoid meluas berisi eritrosit yang dikenal dengan hati biji

pala (Carlton et al. 2001).

4.4.3. Gambaran Histopatologi Ginjal

Gambaran histopatologi pada jaringan ginjal singa menunjukkan adanya

perubahan baik pada parenkim maupun interstitium. Selain itu, ditemukan pula

beberapa glomerulus yang mengalami degenerasi dan nekrosis (Gambar 6A),

yang terlihat dari inti kapiler yang piknotis. Di banyak lapang pandang ditemukan

tubulus yang mengalami degenerasi hidropis hingga nekrosis (Gambar 6B).

Nekrosis tubulus ditunjukkan dengan epitel sitoplasma yang berwarna eosinofilik

dan inti yang piknosis. Pada tubulus yang mengalami nekrosis, terlihat epitel

Page 14: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

27

tubulus terlepas dari membran basal. Pada daerah interstisium tubulus ginjal juga

ditemukan infiltrasi sel radang, pembetukan jaringan ikat fibrosis, serta endapan

protein amiloid (Gambar 6B). Infiltrasi sel radang ini menunjukkan terjadinya

proses peradangan. Selain itu, ditemukan pula kongesti pada glomerulus (Gambar

6A) dan edema peritubular (Gambar 6B). Kongesti dan edema menunjukkan

terjadinya proses peradangan.

Gambar 6 Gambar histopatologi ginjal. (A) Terdapat glomerulus yang mengalami atrofi (At)

serta kongesti yang dicirikan dengan akumulasi darah pada glomerulus. Pewarnaan

HE. (B) menunjukkan terdapat edema peritubular (Ed), serta endapan protein (P).

Tubulus ginjal mengalami degenerasi (D). Pewarnaan HE. Bar = 40 µm.

Degenerasi hidropis pada epitel tubulus ginjal merupakan bentuk lanjut dari

pembengkakan sel secara akut akibat cairan yang masuk ke dalam sitoplasma

(Cheville 2006). Perubahan lain pada tubulus singa adalah adanya endapan

protein di lumennya, namun hanya ditemukan pada beberapa tubulus saja.

Endapan protein menunjukkan adanya gangguan reabsorpsi protein oleh tubulus.

Kerusakan epitel tubulus dapat berasal dari infeksi yang terbawa sirkulasi darah,

infeksi ascending, toksin, dan iskemia (McGavin dan Zachary 2001).

4.4.4. Gambaran Histopatologi Limpa

Limpa merupakan salah satu organ pertahanan tubuh hewan (Rao 2010).

Gambaran histopatologi organ limpa menunjukkan adanya deplesi pada pulpa

putih, yang terlihat dari renggangnya daerah pulpa putih sehingga terbentuk

ruang-ruang kosong. Bagian pulpa merah terlihat mengalami kongesti yang

ditandai dengan akumulasi eritrosit serta ditemukan infiltrasi sel radang limfosit,

makrofag, dan neutrofil. Hal ini menandakan limpa mengalami peradangan atau

splenitis. Akumulasi makrofag dan limfosit menunjukkan limpa mengalami

A B

Page 15: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Pankreas Tidak ditemukan perubahan spesifik ... sel Schwann) dan malignant schwannoma (tumor ganas yang berasal dari sel Schwann),

28

peradangan kronis. Akumulasi eritrosit pada pulpa merah menunjukkan adanya

kongesti kronis di limpa yang dapat terjadi akibat gangguan sirkulasi. Deplesi

pulpa putih pada limpa singa menunjukkan kondisi imunosupresi yaitu terjadinya

pengurangan pembentukan sel-sel pertahanan (Jubb et al. 2007). Menurut

McGavin dan Zachary (2001) peradangan pada limpa atau splenitis dapat terjadi

akibat kondisi septikemia atau bakteriemia dimana bakteri yang masuk ke pulpa

merah limpa akan difagosit oleh makrofag. Selain itu, pada organ limpa juga

ditemukan endapan protein amiloid. Menurut Rao (2010) endapan protein amiloid

pada limpa sebagai bagian dari amiloidosis sistemik.

4.4.5. Gambaran Histopatologi Pankreas

Gambaran histopatologi organ pankreas menunjukkan adanya infiltrasi

jaringan lemak dan endapan protein amiloid pada pankreas. Infiltrasi jaringan

lemak di antara kelenjar eksokrin dan endokrin pada pankreas (pancreatic

steatosis/pancreatic lipidosis) menyebabkan nekrosa sel-sel asinar. Menurut

Kumar et al. (2007) infiltrasi jaringan lemak pada pankreas dapat terjadi karena

toksin serta metaboliknya berefek pada sel asinar sehingga terjadi akumulasi lipid,

hilangnya sel asinar, dan seringkali terjadi fibrosis pada parenkim pankreas.

Gambar 7 Gambar histopatologi limpa (kiri) dan pankreas (kanan). Pulpa putih limpa mengalami

deplesi pulpa putih. Gambaran HP pankreas singa menunjukkan adanya akumulasi

lemak (L) pada pankreas. Pewarnaan HE. Bar = 100 µm.

Singa mengalami amiloidosis sistemik, yakni terdapat endapan protein

amiloid yang terlihat sebagai massa homogenous yang berwarna glossy pink

ditemukan pada paru-paru, hati, ginjal, limpa dan pankreas. Amiloidosis sistemik

sering terjadi pada individu berusia tua. Amiloidosis pada individu tua disebut

sebagai senile systemic amyloidosis (Kumar et al. 2005).