bab 4 hasil dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/asli/bab4/2007-1-00232-ti bab...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/1.jpg)
51
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana
cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal
yaitu mulai dari diterimanya bahan baku dari supplier, tata cara dan prosedur
inspeksi kedatangan barang, kemudian masuk ke lantai produksi beserta tata
cara dan prosedur inspeksi barang ½ jadi hingga barang jadi, dan juga tata
cara dan prosedur penyimpanan barang jadi pada gudang bahan jadi.
Setelah itu juga akan dijabarkan aktivitas lain yang berhubungan
dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan
pencocokan warna hingga layanan terhadap keluhan / return pelanggan.
![Page 2: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/2.jpg)
52
4.1.1 Sistem Quality control saat ini
Berikut ini akan dijelaskan prosedur yang dilakukan oleh
bagian Quality control dalam melakukan inspeksi mulai dari
penerimaan barang dari supplier hingga barang masuk ke Gudang
Barang Jadi (Lihat Gambar 4.2 halaman 59).
Setelah menerima bahan baku dari supplier, ditentukan terlebih
dahulu apakah untuk keperluan yang mendesak atau tidak. Jika barang
telah mendesak oleh jadwal produksi maka Direktur Operasional
berwenang membebaskan barang seperti ini (dalam arti tidak di
inspeksi) agar dapat digunakan dalam produksi tetapi QC tidak
bertanggung jawab jika kelak barang tersebut dapat mengurangi
kualitas produk. Sedangkan jika keperluannya tidak mendesak maka
dilakukan inspeksi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
• Jika barang yang di inspeksi memiliki Manual Spesifikasi, maka
petunjuk inspeksi adalah mengikuti Manual Spesifikasi barang
tersebut. Jika barang yang di inspeksi tidak memiliki Manual
Spesifikasi maka inspeksi adalah mengikuti Data Spesifikasi yang
dikirim oleh supplier
• Barang yang belum sempat di inspeksi pada hari itu juga
ditempatkan di tempat terpisah dan diberi identitas BELUM DI
INSPEKSI
![Page 3: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/3.jpg)
53
• Hasil pemeriksaan barang di catat pada Laporan Pemeriksaan
Barang Masuk (LPBM) dengan sistematika penomoran sebagai
berikut
• Metode inspeksi : Lakukan inspeksi sesuai dengan manual
spesifikasi barang tersebut. Khususnya untuk kemasan, lakukan
inspeksi 100 % dan dapat dibantu oleh personil gudang bahan baku
dimana barang yang kemasannya meragukan dipisahkan dulu
untuk diputuskan statusnya oleh QC
• Setiap keputusan dari hasil pemeriksaan mutu barang yang
diterima harus diberi identitas yang jelas pada label LPBM :
1. LULUS jika mutu barang yang diterima telah memenuhi
syarat yang tercantum di Manual Spesifikasi maka diberi
label dengan identitas tanda LULUS
2. TAHAN jika mutu barang yang diterima ada sebagian kecil
yang rusak atau timbul keraguan maka diberi label identitas
TAHAN dan personil QC harus membuat laporan status
barang area karantina
![Page 4: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/4.jpg)
54
3. TOLAK jika mutu barang yang diterima tidak sesuai
standar pada Manual Spesifikasi maka diberi identitas
TOLAK dan personil QC harus membuat laporan status
barang area karantina
• Untuk barang yang dinyatakan TAHAN maka personil QC
melakukan inspeksi ulang terhadap barang tersebut. Jika masih
dalam batas toleransi (Petunjuk dalam manual spesifikasi) maka
barang tersebut akan diterima dan apabila dari inspeksi ulang
ternyata barang tersebut ada yang diragukan / tidak sesuai maka
barang tersebut akan ditolak.
• Untuk barang yang ditolak maka personil QC akan menerbitkan
Laporan Ketidak Sesuaian (LKS) kepada bagian pembelian dan
keputusannya adalah menunggu dari manager QC dan bagian
pembelian
• Laporan pemeriksaan barang masuk selanjutnya diarsipkan di
departemen QC, gudang bahan baku dan bagian pembelian
Berikut ini ialah format dari form Laporan Ketidak Sesuaian
(LKS) yang aslinya berukuran 21 x 11 cm.
![Page 5: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/5.jpg)
55
Gambar 4.1 Laporan Ketidak Sesuaian
Dari Gudang Bahan Baku, terdapat ketentuan dalam tata cara
penyimpanannya sebagai berikut :
• Bagian gudang menerima barang dari supplier kemudian barang tersebut
disusun pada tempat yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan jenis
barangnya.
• Untuk membuat dan menyusun persediaan / stok tersebut maka personil
gudang yang bersangkutan mengatur dan menyusun barang berdasarkan
jenis dan jumlah penumpukannya yang telah ditentukan dalam Manual
Spesifikasi
![Page 6: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/6.jpg)
56
• Dalam hal penyusunan barang di gudang tersebut berdasarkan jenis dan
bentuk packing sehingga barang tersebut mudah diambil saat dibutuhkan
• Apabila ada barang yang masih memenuhi persyaratan maka barang
tersebut dinyatakan boleh dikirim / dipakai atau tetap disimpan didalam
gudang sebagai stok sementara dan akan dilakukan inspeksi ulang dengan
menerbitkan status Lulus pada barang.
Kemudian bahan baku diteruskan ke masing-masing unit untuk
diproses menjadi barang ½ jadi. Setelah itu dilakukan inspeksi terhadap
barang ½ jadi tersebut oleh staff kepala unit yang diinstruksikan oleh kepala
unit tersebut dengan metoda inspeksi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman
88 mulai dari inspeksi barang ½ jadi hingga menjadi produk final.
Status Tahan diberikan jika barang tersebut dapat dikerjakan ulang
atau tidak. Jika dapat dikerjakan ulang maka langsung dikembalikan ke
unitnya untuk diperbaiki, Jika tidak dapat diperbaiki maka barang tersebut
masuk dalam status unit BS (barang rusak atau cacat). Status Tolak diberikan
jika barang tidak dapat diperbaiki lagi. Seluruh hasil inspeksi dalam satu hari
dicatat oleh kepala unit tersebut ke LKS kemudian dilaporkan ke bagian QC
pada hari berikutnya untuk diminta usulan tindakan perbaikan atau
pencegahan, kemudian QC mendokumentasikan hasil laporan tersebut dan
![Page 7: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/7.jpg)
57
melakukan tindakan perbaikan. Terdapat ketentuan dan prinsip dalam
penyimpanan barang ½ jadi yaitu :
• Untuk menyusun hasil produksi maka personil unit yang bersangkutan
mengatur dan menyusun barang berdasarkan jenis dan jumlah
penumpukannya yang telah ditentukan
• Dalam hal penyusunan barang di gudang berdasarkan jenis dan bentuk
packing sehingga barang tersebut mudah diambil saat dibutuhkan
• Untuk pengambilan barang yang ada di gudang berdasarkan urutan dari
pertama masuk dan pertama keluar (FIFO) sehingga barang yang
diproduksi pertama bisa diproses dan Adm mencatat ke dalam Laporan
Hasil Produksi yang berisi antara lain :
1. No.
2. No. Order
3. Nama barang
4. Ukuran
5. Stock akhir
6. Keterangan
• Setiap ada pengambilan barang ½ jadi di tempat penyimpanan sementara
maka unit wajib memeriksa ketentuan yang sesuai dengan masa
penyimpanannya.
![Page 8: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/8.jpg)
58
Barang yang lulus inspeksi disimpan ke dalam Gudang Barang Jadi
sedangkan untuk barang yang berstatus Tolak atau reject dibuang ke area BS.
Ketentuan penyimpanan barang jadi di gudang sebagai berikut :
• Personil atau Adm GBJ menerima Laporan Hasil Packing barang dari unit
yang bersangkutan kemudian barang tersebut dilakukan pengecekan dan
disusun pada tempat yang telah ditentukan
• Untuk menyusun persediaan / stok tersebut maka personil gudang yang
bersangkutan mengatur dan menyusun barang berdasarkan jenis dan
jumlah penumpukannya yang telah ditentukan.
• Dalam hal penyusunan barang digudang tersebut berdasarkan jenis dan
bentuk packing sehingga barang tersebut mudah diambil saat dibutuhkan
• Apabila ada barang yang masih memenuhi persyaratan maka barang
tersebut dinyatakan boleh dikirim / dipakai atau tetap disimpan didalam
gudang sebagai stok sementara
• Setiap pengambilan barang ditempat penyimpanannya, maka personil
gudang wajib memeriksa ketentuan masa penyimpanannya yang telah
ditentukan.
![Page 9: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/9.jpg)
59
Gambar 4.2 Flow chart Quality control saat ini
![Page 10: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/10.jpg)
60
4.1.2 Kalibrasi
Kalibrasi merupakan pengendalian alat ukur / timbang dengan
tujuan menjamin semua semua alat ukur / timbang / uji memiliki
kemampuan pengukuran yang akurat agar sesuai dengan persyaratan.
Kalibrasi pada PT. FFZ yaitu Kalibrasi Eksternal yakni melakukan
kalibrasi untuk master alat ukurnya ke pihak luar (dilakukan 2 tahun
sekali) dan Kalibrasi Internal yakni melakukan kalibrasi sendiri untuk
penyesuaian alat dengan masternya (dilakukan 1 tahun sekali). Berikut
ini ialah prosedur kalibrasi internal pada PT. FFZ :
o Berdasarkan jadwal kalibrasi internal, alat ukur / timbang / uji
yang terdaftar perlu dikalibrasi ulang oleh departemen QC dan
dikerjakan oleh kalibrator yang memenuhi kualifikasi kalibrator
yang sudah pernah di training manual teknik dan instruksi kerja
yang berkaitan dengan kalibrasi
o Pada saat melakukan kalibrasi ulang, laporan kalibrasi terdahulu
harus dilampirkan dan alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan
baik (tidak rusak).
o Cara kalibrasi ialah setiap alat yang dikalibrasi harus dibersihkan
terlebih dahulu termasuk masternya. Alat yang dinyatakan lulus
kalibrasi adalah yang hasil pengukurannya sama dengan masternya
![Page 11: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/11.jpg)
61
sekurang-kurangnya 5 kali diadakan pencocokan dari kemampuan
ukur tersebut.
o Alat yang sudah dikalibrasi diberi label kalibrasi baru yang
mencantumkan :
Tanggal / bulan / tahun selesai dikalibrasi
Tanggal / bulan / tahun jatuh tempo kalibrasi ulang
o Setelah alat selesai dikalibrasi dikembalikan kepada unit kerja
yang terkait dengan disertai laporan kalibrasi yang asli sedangkan
copy laporan kalibrasi dan catatan kalibrasi diarsipkan departemen
QC.
o Setiap ada penggantian alat maka harus dikalibrasi dan apabila alat
rusak dan masih dapat diperbaiki maka harus dikalibrasi ulang
setelah diperbaiki.
4.1.3 Matching warna
Bagian matching warna menerima konfirmasi matching warna
dari departemen QC dengan dilampiri contoh warna yang akan
diproses matching sesuai dengan permintaan dari pelanggan. Tahap
pembuatan matching warna akan dijelaskan sebagai berikut :
![Page 12: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/12.jpg)
62
o Sebelum melakukan proses matching, contoh warna tersebut di
analisa kemudian membuat kriteria zat warna dan komposisi yang
diperlukan.
o Setiap permintaan matching warna, maka sedikitnya harus
dibuatkan 2 macam contoh warna untuk dikirim ke pelanggan
sebagai alternatif pilihan untuk di ACC oleh pelanggan.
o Hasil matching yang sudah dianggap sesuai atau mendekati dengan
contoh dari pelanggan, diserahkan pada manager QC untuk ditanda
tangani beserta data permintaan matching untuk diteruskan ke
PPIC untuk disetujui dan dikirim ke pelanggan (dan sebagian di
arsipkan di departemen QC sebagai data matching).
o Apabila salah satu contoh sudah di ACC dari pelanggan maka dari
departemen QC akan memberitahukan bahwa hasil matching
warna yang dikirim sudah di ACC dan departemen QC akan
meminta komposisi pemakaian obat untuk warna tersebut dan
diteruskan kepada bagian produksi yang bersangkutan.
o Apabila pelanggan menolak warna hasil matching tersebut, maka
berdasarkan pemberitahuan dari departemen QC dilakukan
matching ulang.
![Page 13: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/13.jpg)
63
4.1.4 Customer service
Gambar 4.3 Diagram alur proses penanganan return pelanggan
Prosedur dalam penanganan return dari pelanggan akan
dijelaskan di bawah ini :
o Marketing menerima keluhan dari pelanggan melalui telepon dan
keluhan tersebut diteruskan ke PPIC melalui laporan keluhan
pelanggan
o Jika hasil analisa ternyata kesalahan dari pelanggan maka
marketing akan menjelaskan kepada pelanggan mengenai hasil
analisa tersebut dan tidak ada proses return atau ganti barang
![Page 14: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/14.jpg)
64
o Jika hasil analisa dari departemen terkait diatas ternyata kesalahan
PT. FFZ maka :
Return adalah pelanggan tidak bisa pakai atau dijual ke
pelanggan lain dan marketing akan membuat surat persetujuan
return untuk GBJ dan jika barang yang direturn telah sampai di
GBJ maka marketing akan membuat laporan return barang
(LRB) untuk PPIC
Potong harga adalah pelanggan masih bisa pakai / dijual sesuai
dengan kesepakatan negosiasi antara marketing dan pelanggan
kemudian marketing akan membuat persetujuan perubahan
harga (PPH) untuk accounting.
4.2 Analisis Data
Berikut ini dijelaskan kekurangan-kekurangan yang ada pada Sistem
QC pada PT. FFZ saat ini.
4.2.1 Inspeksi kedatangan barang
Sebelumnya dijelaskan bahwa setelah menerima barang dari
supplier, jika kebutuhan mendesak oleh jadwal produksi maka tidak
dilakukan inspeksi dan langsung masuk ke lantai produksi untuk
diproses menjadi barang ½ jadi.
![Page 15: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/15.jpg)
65
Di sini terjadi gambling dimana jika kebetulan barang yang
diterima dari supplier tersebut memenuhi standar spesifikasi maka
tidak terjadi masalah. Tetapi apabila barang tersebut tidak memenuhi
standar yang diinginkan, tentu saja perlu pertimbangan yang serius
apakah dapat diproses dalam arti akan mempengaruhi standar kualitas,
atau akan menjadi unit BS dan terpaksa perlu diganti.
Jika ternyata barang dari supplier tersebut tidak bisa digunakan
maka departemen QC tidak bertanggung jawab. Tentu saja ini menjadi
kerugian tersendiri karena departemen QC harusnya menjamin tiap
barang yang masuk, yang digunakan dan dihasilkan memiliki mutu
yang telah diawasi secara ketat oleh departemen QC.
4.2.2 Inspeksi barang ½ jadi dan barang jadi
Pada inspeksi barang ½ jadi dan barang jadi, terdapat
kesalahan dan kelambatan dalam melaporkan hasil produksi produk
yang cacat. Setelah memproduksi hingga selesai sesuai jumlah
pesanan, baru dilakukan inspeksi oleh kepala unit yang bersangkutan
yang dibantu oleh staffnya. Jika ditemukan produk yang cacat, kepala
unit menerbitkan LKS yang memberitahukan jenis produk yang cacat
beserta kodenya, jumlah produk yang diperiksa, jumlah produk yang
cacat, tanggal periksa dan alasan cacat. Laporan LKS ini baru
![Page 16: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/16.jpg)
66
disampaikan ke departemen QC keesokan harinya untuk diminta
tindakan perbaikan dan pencegahan.
Sistem inspeksi tersebut menyebabkan banyak barang ½ jadi
yang dihasilkan cacat, berstatus Tolak dan perlu diganti. Untuk data
banyaknya produk yang cacat selama bulan Januari hingga April 2006
dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 89.
Pada Lampiran 2 dapat dilihat jumlah produk cacat yang begitu
besar. PT. FFZ menetapkan status “TAHAN atau TOLAK” jika cacat
yang ditemukan melebihi 2% dari jumlah sample yang diambil
sedangkan data jumlah produk cacat pada Lampiran 2 sangat besar dan
mencapai 100%. Tentu saja ini menimbulkan masalah pada PT. FFZ
karena mereka harus mengganti dan memperbaiki produk cacat
tersebut.
Pada Lampiran 2 juga dapat dilihat bahwa karakteristik cacat
yang paling banyak terjadi ialah karena masalah warna yang tidak
sesuai dengan yang diinginkan. Ini lebih disebabkan karena setelah
dilakukan konfirmasi warna ke pelanggan dan setelah di ACC,
pengecatan langsung berjalan hingga akhir sehingga tidak lagi
diperiksa secara berkala apakah masih sesuai atau tidak.
Permasalahan tidak sesuainya warna yang diinginkan juga terjadi di
data Keluhan / return pelanggan pada Lampiran 3 halaman 90.
![Page 17: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/17.jpg)
67
Untuk barang jadi, jumlah cacat yang dihasilkan tidak terlalu
besar karena pada tahap produksi barang ½ jadi telah dilakukan
tindakan perbaikan sehingga kecacatan telah berkurang. Data
banyaknya produk yang cacat selama Januari hingga April 2006 dapat
dilihat pada Lampiran 4 halaman 91.
Sistem inspeksi yang digunakan oleh PT. FFZ saat ini dapat
digambarkan sebagai The Detection model dalam Gambar 4.4 berikut :
Process Inspection
Repair / Rework
Shipment
Scrap / Waste
Gambar 4.4 The Detection model
Dalam Detection model tersebut dapat dijelaskan bahwa QC
baru menemukan permasalahan seperti produk cacat setelah benar-
benar terjadi. Memang dalam Detection model tersebut dapat
mengatasi produk yang cacat, tetapi metode untuk melakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan harus menunggu keputusan dari manajer
QC.
![Page 18: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/18.jpg)
68
4.3 Hasil Perancangan
Berikut ini ialah usulan untuk perbaikan sistem QC pada PT. FFZ per
bagian-bagiannya.
4.3.1 Manajemen Mutu
Pada manajemen mutunya saya mengusulkan perubahan pada
struktur organisasi dan peran jabatan dalam departemen QC. Jika pada
struktur organisasi saat ini, Kabag Matching Cat, Matching dan
Katalog merupakan jabatan berbeda maka saya mengusulkan untuk
dikoordinasikan dalam satu jabatan sehingga untuk bagian kontrol
terhadap matching warna tidak terpisah-pisah. Jadi kontrol terhadap
matching warna selain bertanggung jawab terhadap pembuatan warna
dari pelanggan tetapi juga bertanggung jawab dalam pembuatan
katalog warna sebagai patokan utama jenis warna.
Selain itu, inspeksi untuk barang ½ jadi dan barang jadi
dikoordinasikan oleh Kabag barang ½ jadi dan barang jadi yang
dibantu oleh staffnya.
Berikut ini ialah usulan struktur organisasi untuk departemen
QC pada PT. FFZ beserta fungsinya :
![Page 19: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/19.jpg)
69
Manager QC
ADM
Kabag barang ½ jadiDan barang jadi
KabagMatching Cat Kalibrator
Staff
Gambar 4.5 Struktur organisasi QC usulan
Berikut ini ialah fungsi-fungsi untuk jabatan yang baru :
• Kabag Matching Cat
o Bertanggung jawab terhadap pembuatan warna-warna baru sesuai
dengan order dari pelanggan dan matching warna
o Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan, penggunaan peralatan dan
prasarana kerja
o Membuat laporan sesuai dengan pekerjaannya kepada manager QC
o Melaksanakan pembuatan katalog warna sesuai dengan kebutuhan
![Page 20: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/20.jpg)
70
• Kabag barang ½ jadi dan barang jadi
o Bertanggung jawab mem-verifikasi tindakan koreksi dan pencegahan
yang telah selesai dilakukan dan mencatat di Daftar Status Tindakan
Koreksi dan Pencegahan atas Ketidaksesuaian
o Berkewajiban melakukan perawatan dalam pemeliharaan terhadap
alat-alat kerja dan dokumen-dokumen yang digunakan guna
memperlancar pekerjaan
o Membuat laporan / mengisi log book sesuai petunjuk kerjanya
• Staff
o Bertanggung jawab melakukan inspeksi mutu barang ½ jadi dan
barang jadi dan melakukan tindakan perbaikan
o Membuat laporan hasil inspeksi dan perbaikan dan menyerahkannya
kepada atasan
4.3.2 Quality control pada penerimaan barang masuk
Pada saat menerima barang dari supplier harus dilakukan
pemeriksaan barang masuk. Kebutuhan mendesak tidak dapat
dijadikan alasan untuk tidak melakukan inspeksi barang masuk
sehingga diharapkan Inventory Control dapat memenuhi kebutuhan
![Page 21: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/21.jpg)
71
bahan baku agar tidak terjadi kekurangan material. (Lihat poin B2
pada Gambar 4.10 halaman 82).
4.3.3 Quality control pada produksi
Sebagai pengganti dari sistem Detection model saat ini, saya
menyarankan untuk menggunakan sistem Prevention Model yang
dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut :
Process ShipmentOutput
Inspect withSPC
Analyze
Improve
Gambar 4.6 The Prevention model
Pada dasarnya Prevention model berusaha untuk memperbaiki
kualitas melalui usaha untuk mengurangi produk yang dihasilkan
cacat. Dengan metode SPC (Statistical Process Control) yaitu 7 Tools
diharapkan dapat mengurangi dan menghindari terjadinya produk
cacat. Disini terdapat perbedaan dengan Detection model yaitu metode
inspeksi dengan SPC, menganalisa dan langsung memperbaiki.
![Page 22: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/22.jpg)
72
Dari poin B2 hingga B7 pada Gambar 4.10 kurang lebih sama
dengan alur QC saat ini (poin A3 sampai A8 pada Gambar 4.2). Pada
kontrol terhadap barang in-process saya mengusulkan untuk
menempatkan staff QC pada tiap unit produksi. Staff QC tersebut
bertanggung jawab dalam inspeksi barang ½ jadi hingga barang jadi.
Jadi, setiap 1 jam dilakukan inspeksi terhadap produk yang dihasilkan
untuk memperkecil kemungkinan besarnya jumlah produk cacat
dengan menggunakan check sheet. Jika ditemukan produk yang cacat,
staff QC tersebut menerbitkan Check sheet dan langsung dilakukan
pelacakan ke sumber penyebab cacat dan langsung menangani
permasalahan tersebut (B7.2B.2).
Laporan terjadinya cacat dalam satu hari tersebut yang
dituliskan di form check sheet beserta tindakan perbaikan yang telah
dilakukan langsung dilaporkan ke departemen QC sebagai
dokumentasi (B7.2B.3). Sistem ini juga berlaku untuk inspeksi barang
jadi (B10.2B.1 sampai B10.2B.3).
Untuk metode inspeksi menjadi berubah (lihat Lampiran 5
halaman 92) dimana interval waktu sampling berubah dari minimal 3
kali (lihat Lampiran 1) menjadi 1 jam dan jumlah sample berubah
menjadi 20% dari jumlah yang dihasilkan dalam interval waktu
tersebut. Alasan menggunakan jumlah sample 20% dari jumlah yang
![Page 23: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/23.jpg)
73
dihasilkan untuk mengantisipasi berubahnya jumlah produk yang
dihasilkan dalam kurun waktu satu jam tersebut.
4.3.4 Penggunaan Seven Tools dalam analisa data
Untuk membantu QC dalam menganalisa data, saya
menyarankan untuk menggunakan 7 Tools dimana alat yang berguna
yakni :
• Histogram
Histogram digunakan sebagai presentasi data yang didapat
dalam per bulannya. Dalam data per bulan tentu saja terdapat jumlah
produksi dan jumlah produk yang cacat. Pada jumlah produk yang
cacat tersebut terdapat kategori cacat berdasarkan bagian unitnya.
Sebagai contoh lihat Lampiran 6 halaman 93.
Pada Lampiran 6 terdapat data produksi per bulannya dimana
juga terdapat jumlah produk yang cacat sesuai masing-masing unit
yaitu unit Gapping, unit Lem Film, unit Pinbox, unit Potong dan unit
Sortir. Di sini dapat dilihat unit mana yang paling banyak
menghasilkan produk cacat. Setelah membuat Histogram, staff QC
harus melakukan analisis ke unit tersebut untuk mengetahui lebih detil
mengenai cacat yang terjadi dengan menyusun diagram Pareto dan
melakukan perbaikan dengan diagram Fishbone.
![Page 24: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/24.jpg)
74
• Check Sheets
Dengan menggunakan check sheet dapat membantu
mempermudah staff QC nantinya dalam melakukan inspeksi barang
sehingga tidak perlu menulis berulang-ulang. Pada check sheet ini juga
terdapat keterangan mengenai kategori cacat, penyebab cacat serta
tindakan koreksi yang telah dilakukan. Check sheet ini berguna
sebagai pengganti LKS.
Untuk format dari check sheet usulan dapat dilihat pada
Gambar 4.7 berikut. Jika kategori cacat tidak terdapat pada pilihan
maka dapat dituliskan di bagian keterangan di bawah check sheet.
![Page 25: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/25.jpg)
75
CHECK SHEETPT. FAJARINDO FALIMAN ZIPPER
TANGGAL :
JAM : NAMA BARANG :
UNIT :
WARNA TIDAK SESUAIWARNA TIDAK MERATA
JAHITAN TIDAK RATAKAIN KOTOR
JAHITAN TIDAK RAPI
SLIDER SERET
GOSOKAN TIDAK LICINGIGI TIDAK STANDAR
SLIDER BELAH
LEM FILM LEPAS
GIGI RUSAK
KAWAT TIDAK LOCK
SLIDER TIDAK LOCK
PERMUKAAN KASAR
KETERANGAN :
PERBAIKAN :
STATUS
TAHAN
TOLAK
DIBUAT OLEH
QCNAMA JELAS
DIKETAHUI OLEH
KANIT / KARU
JUMLAH INSPEKSI :
JUMLAH CACAT :
NO. LOT :
Gambar 4.7 Check sheet usulan
![Page 26: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/26.jpg)
76
• Diagram Pareto
Setelah melakukan inspeksi dengan menggunakan check sheet,
staff QC telah mendapatkan data-data yang diperlukan untuk
menyusun diagram Pareto. Diagram Pareto dapat mempermudah
dalam menampilkan kategori-kategori cacat yang terjadi saat
dilakukan pemeriksaan. Dengan diagram ini, staff QC dapat
menentukan kategori cacat yang paling dominan yang terjadi
dalam 1 hari tersebut sesuai dengan masing-masing unitnya.
Data berikut ialah data rekayasa sebagai gambaran dalam membuat
diagram Pareto pada unit Sortir :
Tabel 4.1 Data cacat unit sortir
No. Kategori cacat Jumlah (Kg) 1 Warna tidak sesuai 121.2 2 Gosokan tidak licin 52.3 3 Gigi tidak standar 65.8 4 Warna tidak merata 70 5 Slider tidak lock 4.2 6 Slider belah 8.5 7 Slider seret 24.8 8 Kain kotor 7.3
Sebelum menyajikan data ke dalam diagram Pareto, staff QC perlu
mengurutkan terlebih dahulu data yang didapat mulai dari yang
terbesar hingga yang terkecil kemudian dicari persentasenya.
Berikut ini ialah data yang telah diurutkan berdasarkan besar
persentasenya :
![Page 27: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/27.jpg)
77
Tabel 4.2 Data cacat unit sortir yang telah diurutkan
No. Kategori cacat Jumlah (Kg) Persen 1 Warna tidak sesuai 121.2 34.2276 2 Warna tidak merata 70 19.7684 3 Gigi tidak standar 65.8 18.5823 4 Gosokan tidak licin 52.3 14.7698 5 Slider seret 24.8 7.00367 6 Slider belah 8.5 2.40045 7 Kain kotor 7.3 2.06157 8 Slider tidak lock 4.2 1.18611
Diagram Pareto Unit Sortir
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Cacat
Pers
enta
se
Warna tidak sesuaiWarna tidak merataGigi tidak standarGosokan tidak licinSlider seretSlider belahKain kotorSlider tidak lock
Gambar 4.8 Diagram Pareto unit Sortir
Setelah diagram Pareto ini tersusun, staff QC dapat melihat
ternyata cacat Warna Tidak Sesuai memiliki proporsi yang besar yakni
sekitar 34,23 % dari keseluruhan kategori cacat. Kemudian untuk
![Page 28: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/28.jpg)
78
melakukan analisa untuk mencari penyebab dari terjadinya hal
tersebut, staff QC dapat menggunakan diagram Fishbone.
• Peta Kontrol
Karena data yang dianalisa ialah data atribut, maka saya
menyarankan untuk menggunakan peta kontrol p dengan
pertimbangan bahwa tidak mungkin untuk menggunakan peta
kontrol np karena harus memiliki sample yang konstan sedangkan
jumlah yang di inspeksi dapat dengan mudah berubah-ubah.
Langkah-langkah dalam membuat peta kontrol p ialah :
1. Pilih bagian unit mana yang akan dilakukan kontrol. Saya
menyarankan masing-masing unit memiliki peta kontrol
sendiri.
2. Kumpulkan data. Data yang telah dikumpulkan melalui check
sheet dapat digunakan untuk peta kontrol dimana nantinya
akan terdapat jumlah inspeksi, jumlah produk yang diinspeksi,
jumlah produk yang cacat, dan proporsi cacat.
3. Hitung nilai rata-rata dan Batas Kontrol Atas dan Batas
Kontrol Bawah dengan menggunakan rumus pada Persamaan
(1),(2), dan (3) halaman 28.
![Page 29: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/29.jpg)
79
4. Hitung kembali nilai rata-rata, Batas Kontrol Atas dan Batas
Kontrol Bawah jika terdapat data yang keluar dari batas
dengan rumus pada Persamaan (4),(5), dan (6) halaman 28 dan
29.
• Diagram Fishbone
Setelah Diagram Pareto tersusun, dapat dilihat kategori cacat yang
paling dominan sehingga manajer QC, beserta para Staff dan
bagian Produksi dapat berkumpul bersama dan melakukan
brainstorming dalam pembuatan Diagram Fishbone. Bagian
Produksi berperan penting dalam mengumpulkan informasi
mengenai penyebab-penyebab yang terjadi dan mungkin terjadi
sehingga menyebabkan produk menjadi cacat. Setelah informasi
terkumpul, Manajer dan Staff QC dapat mengelompokkan kategori
penyebab cacat ke dalam 4 bagian utama yakni Material, Manusia,
Metode dan Mesin. Berikut ini ialah Diagram Fishbone untuk
kategori cacat Warna Tidak Sesuai.
![Page 30: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/30.jpg)
80
Warna Tidak Sesuai
Material Metode
Manusia Mesin
Jenis cat hampir sama
Obat kadaluarsaCampuran Obat salah
Kombinasi Warna yang salah
Tidakberpengalaman
Inspeksi Visual
Penyemprotan terlalutebal
Gambar 4.9 Diagram Fishbone untuk cacat Warna Tidak Sesuai
Pada Gambar 4.9 dapat dilihat apa saja yang menyebabkan
terjadinya cacat Warna tidak Sesuai. Pada Materialnya terdapat jenis
cat yang warnanya hampir sama tetapi berbeda kualitas warnanya dan
juga karena obat yang kadaluarsa menyebabkan warna menjadi
berubah. Pada Metodenya terdapat kombinasi warna yang salah dan
campuran obat yang tidak sesuai dengan jenis cat yang digunakan.
Pada Manusianya biasanya disebabkan operator penanganan warna
yang tidak berpengalaman sehingga mencampur warna atau obat yang
salah. Selain itu juga karena kesesuaian warna diinspeksi secara visual
![Page 31: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/31.jpg)
81
sehingga jika warna dianggap mendekati warna yang diinginkan maka
dianggap Lulus Inspeksi. Pada bagian Mesin disebabkan oleh
intensitas penyemprotan yang tebal menyebabkan warna menjadi
berubah setelah proses pengecatan.
Setelah selesai menyusun diagram Fishbone tersebut,
departemen QC bertanggung jawab untuk melakukan tindakan
perbaikan langsung ke penyebab masing-masing masalah tersebut dan
berusaha untuk melakukan tindakan pencegahan agar jumlah produk
cacat akibat proses tersebut dapat dikurangi kemudian dilakukan
dokumentasi ke departemen QC sebagai manual mutu sebagai patokan
dalam pengendalian kualitas di masa yang akan datang.
![Page 32: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab4/2007-1-00232-TI Bab 4.pdf · dengan pengendalian kualitas yakni kalibrasi alat ukur / uji, pembuatan dan](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022013002/5c814b9409d3f2c3348c3b16/html5/thumbnails/32.jpg)
82
Kiriman barangdari Supplier
Inspeksi kedatangan bahan baku
Area karantinaTidak
Gudang Bahan Baku
Ya
Proses barangSetengah jadi
Inspeksi prosesBarang ½ jadi
Tahan
TolakDiterima ataskesepakatan
Ya Tidak
Terbitkan Laporan
Ke bagian pembelian
Minta usulanPerbaikan/
pencegahan
QC memantauDan
melengkapilogbook
Area karantinaTidak
TahanTolak
Dijadikan BS
Staff QC memantau
Dan memperbaikiDikerjakan ulangAtas kesepakatan
Tidak
Ya
Proses barang jadi
Ya
Inspeksi prosesBarang jadi
Gudang Barang Jadi
Area karantina
TahanTolak
Dijadikan BS
Dikerjakan ulangAtas kesepakatan
Tidak
Ya
Ya
Tidak
QC melengkapilogbook
Diterima ?
Dianalisa
Terima ?
Lulus ?
Dianalisa
DapatDikerjakan
Ulang ?Lulus ?
Dianalisa
DapatDikerjakan
Ulang ?
Staff QC memantau
Dan memperbaiki
QC melengkapilogbook
B1
B2
B3 B3.1
B3.2A
B3.2B
B3.2B.1
B3.2B.2
B3.2B.3
B3.2A.1A
B4
B5
B6
B7
B8
B7.1
B7.2AB7.2B
B7.2B.1
B7.2B.2
B7.2B.3
B7.2A.1A
B10.1
B10.2B B10.2A
B10.2A.1A
B10.2B.1
B10.2B.2
B10.2B.3
B9
B10
B11
B3.2
B3.2A.1B7.2
B7.2A.1
B10.2
B10.2A.1
Gambar 4.10 Flow chart Quality control usulan