bab-38-94-95-perkim

Download bab-38-94-95-Perkim

If you can't read please download the document

Upload: wachyu-mochamad

Post on 02-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perkim

TRANSCRIPT

PERUMAHAN DAN PERMUKIMANBAB 38

411BAB 38PERUMAHAN DAN PERMUKIMANI. PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menyebutkan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam masyarakat Indonesia, perumahan beserta prasarana pendukungnya merupakan pencerminan dari jati diri manusia, baik secara perseorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan serta keserasian dengan lingkungan sekitarnya. Perumahan dan permukiman juga mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa,412sehingga perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan serta peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga merupakan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan sebagai penyedia lapangan kerja serta pendorong pembentukan modal yang besar. Melalui peningkatan serta pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan produktivitas, berperan serta secara aktif dalam pembangunan, dan mampu meningkatkan pemupukan modal bagi pembangunan selanjutnya.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan oleh masyarakat dan Pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan, dan Pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah saling menunjang, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju terciptanya tujuan pembangunan nasional.

GBHN 1993 juga mengamanatkan bahwa dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI) pembangunan perumahan dan permukiman dilanjutkan dan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah dengan memperhatikan keseimbangan antara pengembangan perdesaan dan perkotaan, memperluas lapangan kerja serta menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

GBHN 1993 juga menggariskan bahwa dalam Repelita VI pembangunan perumahan dan permukiman, perlu ditingkatkan kerja sama secara terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah413daerah, koperasi, usaha negara, usaha swasta, dan masyarakat dengan mengindahkan persyaratan minimum bagi perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman, dan serasi dengan lingkungan serta terjangkau oleh daya beli masyarakat luas, dengan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah dan rendah.

Pembangunan perumahan dan permukiman dalam PJP II dan Repelita VI disusun dan diselenggarakan dengan berlandaskan kepada pengarahan-pengarahan GBHN 1993 seperti tersebut di atas.II. PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DALAM PJP IPembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari pembangunan nasional dalam PJP I telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu makin terpenuhinya kebutuhan akan prasarana dan sarana dasar serta meningkatnya mutu lingkungan perumahan dan permukiman di perkotaan dan di perdesaan. Hasil tersebut merupakan usaha nyata dari penjabaran trilogi pembangunan dan merupakan landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk memasuki proses tinggal landas dalam PJP II yang dimulai dengan Repelita VI ini.

Dalam PJP I, pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan melalui program kegiatan yang terdiri atas Program Perumahan Rakyat, Program Penyehatan Lingkungan Permukiman, dan Program Penyediaan Air Bersih. Selain itu, dilaksanakan pula kegiatan penunjang seperti pengembangan sistem pembiayaan serta pengembangan teknologi perumahan dan permukiman yang memberi dukungan operasional dalam rangka pembangunan fisik perumahan dan permukiman, di samping pemantapan dan peningkatan kelembagaan serta penyiapan peraturan perundang-undangan yang diperlukan.414Titik berat pembangunan program perumahan rakyat selama PJP I disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan pokok yang dihadapi masyarakat pada saat itu. Dalam Repelita I orientasi pembangunan perumahan dan permukiman adalah perintisan teknologi konstruksi dan rekayasa. Selanjutnya, dalam Repelita II titik berat pembangunan adalah rehabilitasi perumahan dan permukiman melalui perbaikan kampung serta pemugaran perumahan desa. Mulai Repelita III hingga kini, pembangunan perumahan dan permukiman, selain menangani aspek fisik konstruksi, juga memasukkan aspek nonfisik secara terpadu. Selain itu, perhatian Pemerintah makin ditekankan kepada pembangunan rumah sederhana bagi masyarakat berpenghasilan rendah terutama di kota-kota metropolitan dan kota besar.

Selanjutnya, konsep pengembangan lembaga pengelola perumahan dan permukiman mulai diterapkan melalui pembentukan badan pengelola perumahan dan permukiman beserta lembaga pembiayaannya. Selain itu, juga dikembangkan peraturan perundang-undangan, pedoman serta standar teknis pembangunan perumahan dan permukiman terutama yang berkaitan dengan prasarana dan sarana bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Dengan demikian, hasil PJP I meliputi pengembangan konsep pembangunan perumahan dan permukiman; pengembangan kelembagaan; peraturan perundang-undangan; pembangunan fisik perumahan dan permukiman.

1. Pengembangan Konsep Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Kebijaksanaan pemerintah pada awal PJP I untuk pembangunan perumahan dan permukiman lebih bersifat stimulans dan terbatas pada pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana dasar.Dengan terbatasnya anggaran dan rendahnya daya beli masyarakat, dalam Repelita II dikembangkan konsep subsidi silang. Dalam konsep itu kapling tanah matang, berupa kapling ukuran besar, dijual dengan harga tinggi guna memberi subsidi kepada rumah-rumah inti sederhana. Dalam Repelita III pembangunan perumahan dan permukiman yang terjangkau oleh rakyat banyak makin ditingkatkan. Di samping itu, dirintis pula pembangunan rumah susun dan pendekatan peremajaan kota. Dalam Repelita IV diperkenalkan kebijaksanaan baru, yaitu konsep kapling siap bangun untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Kemudian dalam Repelita V dikembangkan konsep rumah sangat sederhana (RSS) yang dilaksanakan dengan subsidi pemerintah, usaha koperasi dalam pengadaan rumah, dan kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Selain itu, dalam rangka peningkatan efisiensi lahan bagi perumahan dan untuk lebih meningkatkan kualitas permukiman dibangun perumahan dengan sistem lebih dari satu lantai khususnya bagi kawasan yang berpenduduk padat dengan lahan terbatas. Untuk itu, diperkenalkan bentuk rumah susun yang terdiri dari bagian yang dimiliki bersama dan satuan yang masing-masing dapat dimiliki secara terpisah.

Perbaikan kampung yang dimulai dalam Repelita II pada awalnya terdiri atas kegiatan pokok yang meliputi perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan, perbaikan saluran air hujan, saluran air limbah, sarana mandi cuci kakus (MCK), pengadaan air bersih, dan penanganan persampahan. Perintisan kegiatan tersebut dikembangkan lebih lanjut dan mencakup aspek penyuluhan dan kegiatan sosial ekonomi lainnya, dikenal sebagai Kampung Improvement Program (KIP). Cakupan dan pelayanan KIP pada akhir Repelita IV diperluas, mencakup pengadaan prasarana dan sarana perkotaan. Pendekatan ini melibatkan beberapa sektor atau pun instansi terkait di berbagai tingkatan pemerintahan, dikenal sebagai Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT).415416Di bidang pembangunan perumahan perdesaan, masalah yang dihadapi lebih kompleks dan melibatkan berbagai instansi di berbagai tingkatan pemerintahan. Program yang telah ada ditingkatkan keterpaduannya melalui pendekatan pembangunan perumahan dan lingkungan desa secara terpadu (P2LDT). P2LDT, dengan pendekatan pembangunan bertumpu pada masyarakat ditempuh melalui asas tribina, yaitu bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha serta asas pembangunan partisipatif.

Mulai Repelita V perhatian terhadap penataan bangunan makin meningkat. Dalam rangka itu, mulai disusun dan dilaksanakan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) sebagai panduan perwujudan fisik bangunan dan lingkungan serta panduan bagi pengendalian pelaksanaan. RTBL juga berisi rencana keserasian antarbangunan dan estetika lingkungan, di samping rencana fisik bangunan.

Selama PJP I program penyehatan lingkungan permukiman meliputi pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase, dan pengelolaan air limbah. Di dalam pengelolaan persampahan antara lain dikembangkan sistem modul dalam pelayanan dan pengelolaan sampah. Pengumpulan sampah dari rumah tangga sampai dengan tempat pembuangan sementara dilakukan oleh RT/RW atau LKMD setempat, sedangkan pengangkutan sampah selanjutnya ke tempat pembuangan akhir dilakukan oleh pemerintah daerah/perusahaan daerah.

Penanganan drainase diutamakan untuk mengatasi kawasan di perkotaan yang rawan genangan. Secara bertahap dimulai pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan yang lebih luas. Pengelolaan drainase masih terbatas pada penanganan genangan-genangan pada kawasan perkotaan dengan merehabilitasi dan menyempurnakan jaringan saluran drainase perkotaan, termasuk pompa dan bangunan drainase lainnya.Dalam pengelolaan air limbah dikembangkan konsep pelayanan dan pengelolaan dengan cara sanitasi setempat menggunakan teknologi murah dan tepat guna. Konsep pelayanan menggunakan jamban keluarga, MCK dan sebagainya diterapkan pada kawasan berkepadatan rendah dan memiliki muka air tanah rendah. Dalam hal penanganan dengan cara sanitasi setempat sudah tidak memadai, mulai dikembangkan sistem pengelolaan terpusat dengan menggunakan perpipaan, terutama pada kawasan berkepadatan tinggi di kota metropolitan dan kota besar.

Penyediaan dan pengelolaan air bersih dalam PJP I memprioritaskan pelayanan pada kota-kota yang memiliki cakupan pelayanan sangat terbatas, sedangkan pelayanan untuk daerah perdesaan dan pantai diprioritaskan pada permukiman penduduk yang sulit air bersih, serta yang terdapat banyak penyakit menular, khususnya penyakit yang ditularkan melalui air.

Penanganan penyediaan air bersih untuk PJP I ditekankan pada peningkatan kapasitas produksi serta penambahan jumlah sambungan rumah. Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, khususnya untuk meluaskan pelayanan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, terpencil, dan sulit air, dalam Repelita V ditetapkan strategi utama berupa pembangunan hidran umum dan terminal air, yang dilanjutkan dengan pemasangan sambungan ke rumah-rumah sesuai perkembangan kemampuan masyarakat.

2. Kelembagaan

Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pengadaan rumah sederhana, dibentuk Perusahaan Umum Perumahan Nasional (Perum Perumnas) dan ditetapkan Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai lembaga penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) pada tahun 1974. Selanjutnya 11 bank lainnya yang terdiri dari bank pembangunan daerah dan bank swasta nasional, juga ditunjuk sebagai penyalur kredit pemilikan rumah.417418Melihat makin beratnya permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan perumahan maka dalam Repelita III dibentuk Kantor Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, yang dalam Repelita IV ditingkatkan menjadi Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat. Pada tahun 1974 dibentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional (BKPN) yang berperan memberikan arahan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman yang diketuai oleh Menteri Pekerjaan Umum. Pada tahun 1985 diadakan perubahan, dan selanjutnya BKPN diketuai oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat. Pada tahun 1993 dilakukan penyempurnaan dengan keanggotaan terdiri dari Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Dalam Negeri, Menteri Sosial, Menteri Perindustrian, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, Menteri Negara Agraria/Kepala BPN, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Menteri Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan, Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, dan Gubernur Bank Indonesia.

Dalam hal pengelolaan prasarana permukiman, sejak Repelita IV Badan Pengelola Air Minum (BPAM) ditingkatkan menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang tersebar di seluruh daerah tingkat II. Selain itu juga telah dibentuk perusahaan daerah yang mengelola air limbah terpusat di Jakarta, Bandung, Medan, dan dinas-dinas pengelola kebersihan di beberapa kota besar dan sedang.

Kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi perdesaan sejak Repelita I hingga Repelita IV diselenggarakan secara terpisah-pisah oleh instansi yang berbeda. Mulai Repelita V pelaksanaannya dilakukan secara terkoordinasi dengan pembagian tugas yang jelas antar instansi yang menangani. Dalam hal ini, Departemen Pekerjaan Umum bertanggung jawab atas aspek pembinaan dan pelaksanaan fisik konstruksi, Departemen Kesehatan bertanggungjawab atas aspek kualitas air serta penyuluhan kesehatan masyarakat, dan Departemen Dalam Negeri bertanggung419jawab atas penyiapan masyarakat beserta kelembagaannya. Pelaksanaan kebijaksanaan tersebut sepenuhnya dikoordinasikan dan dikendalikan oleh pemerintah daerah.

Dalam rangka memperkuat kelembagaan di daerah dikembangkan Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang di dalamnya terdapat unit yang bertugas menangani perumahan dan .permukiman.

3. Peraturan Perundang-undangan

Dalam tahun 1985 disahkan Undang-Undang Nomor 16 tentang Rumah Susun yang ditujukan untuk mengatur tata cara perolehan dan pembangunan rumah susun. Dalam Repelita V ditetapkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman yang mengatur mengenai penataan perumahan dan permukiman. Selain itu, juga ditetapkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang menjelaskan tentang perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang sesuai dengan peruntukan dan daya dukung lingkungan.

Dalam rangka desentralisasi penanganan prasarana dan sarana ditetapkan peraturan pemerintah tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah di bidang pekerjaan umum kepada Daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Selain itu, juga ditetapkan peraturan pemerintah tentang rumah susun yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya. Dalam menangani kawasan kumuh di perkotaan yang terletak di atas tanah negara, ditetapkan peraturan yang mendorong dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam kegiatan meremajakan permukiman kota dengan memperhatikan dan mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.

Kemudian ditetapkan pula peraturan tentang pemantapan sistem pembiayaan pengadaan perumahan sederhana, yang pada pokoknya menetapkan bahwa pembangunan perumahan harus420selalu mengacu pada keseimbangan sosial dengan mempertimbangkan komposisi penghunian perumahan antara kelompok berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi.

Berbagai peraturan perundang-undangan tersebut di atas telah memberikan arahan yang lebih jelas bagi pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

4. Pembangunan Fisik Perumahan dan Permukiman

a. Pengadaan Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana

Dalam Repelita I dilaksanakan uji coba teknis pembangunan rumah sederhana, yaitu rumah tipe T-36 dengan luas 36 meter persegi sampai tipe T-70 dengan luas 70 meter persegi. Dalam Repelita II dimulai pembangunan rumah sederhana dan rumah inti oleh Perumnas sebanyak 23.126 unit yang tersebar di 11 kota. Melihat bahwa rintisan tersebut cukup berhasil, sejak tahun terakhir Repelita II Perumnas dan dunia usaha mengembangkan pembangunan rumah sederhana melalui fasilitas Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR BTN).

Dalam Repelita V telah berhasil dibangun 339.700 unit rumah sederhana. Dari jumlah tersebut Perumnas membangun sebanyak 67.940 unit (20 persen), sementara dunia usaha dan masyarakat membangun rumah sebanyak 271.760 unit (80 persen). Guna melayani kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah dikembangkan pembangunan rumah sangat sederhana (RSS) di sekitar kota metropolitan dan kota besar.

Selain itu, dalam PJP I dilaksanakan pembangunan rumah sewa serta pengadaan kapling siap bangun yang dalam pelaksanaannya juga melibatkan usaha swasta dan koperasi.b.421Perbaikan KampungPenanganan perbaikan kampung dimulai dalam Repelita I (1969) di Jakarta. Rintisan tersebut dalam Repelita II dilanjutkan di Surabaya. Penanganan perbaikan kampung dalam Repelita V dilakukan di 470 kota dengan luas 37.000 hektare dan penduduk yang terlayani mencapai kurang lebih 15 juta jiwa. Selain itu, melalui program pelayanan sosial dasar terpadu perkotaan telah ditingkatkan jangkauan pelayanan dan perbaikan kualitas sarana air bersih dan sarana sanitasi perkampungan kota untuk 13 kotamadya.

c.Peremajaan Permukiman Kota

Kegiatan peremajaan kota mulai dilaksanakan dalam tahun 1988/89 di kawasan Segitiga Senen dan Kemayoran di Jakarta, dan di kawasan Dupak dan Sombo di Surabaya. Hasil rintisan tersebut kemudian dikembangkan di berbagai kawasan di kota-kota metropolitan dan kota besar lainnya seperti di Pekunden, Semarang, dan di Kelurahan Arjuna, Bandung. Sampai dengan tahun keempat Repelita V telah diremajakan 21 kawasan di delapan kota metropolitan dan kota besar.

Selain itu, dalam Repelita V dilaksanakan kegiatan permukiman kembali bagi penduduk yang kawasan huniannya berubah fungsi di tiga kota, yaitu Jakarta, Samarinda, dan Balikpapan. Kegiatan ini dilakukan di kawasan-kawasan kota yang keadaannya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kota dan di kawasan kumuh yang keadaannya tidak memungkinkan lagi diperbaiki melalui kegiatan perbaikan kampung.

d.Pemugaran Perumahan Desa

Pemugaran perumahan desa bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat desa akan pentingnya permukiman yang bersih dan sehat. Kegiatan ini meliputi kegiatan penyuluhan, pembangunan rumah percontohan, perbaikan fisik rumah,422perbaikan jalan lingkungan, pengadaan sarana MCK dan pengadaan sarana air bersih, serta dilaksanakan melalui swadaya masyarakat. Pemugaran perumahan desa mulai dilaksanakan dalam Repelita II (1973/74 - 1977/78). Dalam Repelita V jumlah rumah yang berhasil dipugar mencapai sekitar 240.000 rumah di 20.000 desa.

Sementara itu, untuk mendukung pengembangan desa pusat pertumbuhan dalam Repelita V telah disiapkan lebih dari 100 rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) bagi desa-desa terpilih. Pelaksanaan percontohan pembangunan sarana dan prasarana oleh sektor terkait telah dilaksanakan di tujuh kawasan desa terpilih.

e. Penataan Bangunan

Sejak Repelita I hingga Repelita III, kegiatan penataan bangunan lebih ditekankan pada penyelenggaraan urusan gedunggedung negara, sebagai kelanjutan tugas Jawatan Gedung-gedung Negara yang sudah ada sejak sebelum Repelita I. Dalam perkembangan selanjutnya, di pertengahan Repelita III, peran penataan bangunan mulai dirasakan perlu untuk dikembangkan, terutama untuk menyusun standar keselamatan bangunan gedung. Penyusunan standar keselamatan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan tertib pembangunan dan keselamatan banguhan umum, serta menjaga manfaat bangunan, baik terhadap kerusakan sebelum waktunya maupun terhadap gempa dan kebakaran.

Dalam periode tersebut, kegiatan penataan bangunan meliputi penyusunan pedoman, standar dan model peraturan bangunan, baik yang bersifat nasional maupun regional. Dalam Repelita IV usaha ini disempurnakan dan ditingkatkan menjadi penyusunan dan penyempurnaan peraturan penataan bangunan skala lokal, dan selesai disiapkan peraturan penataan bangunan untuk kawasan khusus, seperti Puncak, Cilegon, Batam, Asahan, dan Karangkates.423Dalam rangka tertib dan keselamatan bangunan, sampai dengan Repelita V telah disusun Pedoman Bangunan Setempat, dan telah dilaksanakan di 139 daerah tingkat II (dati II) atau 46 persen dari seluruh dati II yang ada. Selain itu, telah disusun 48 pedoman teknis keselamatan bangunan dan 22 standar teknis keselamatan bangunan.f. Penyehatan Lingkungan Permukiman

Kegiatan penyehatan lingkungan permukiman dalam Repelita I dilaksanakan melalui pemberian bantuan teknis dan rehabilitasi drainase kepada beberapa kota. Dalam Repelita II dan III, selain rehabilitasi drainase juga dilakukan penelitian penanganan persampahan kota. Kemudian dalam Repelita IV kegiatan-kegiatan tersebut dikembangkan dengan menerapkan pendekatan terpadu khususnya untuk perbaikan sistem persampahan, penanganan air limbah, dan drainase.Penanganan air limbah setempat yang bersifat percontohan dan perintisan sebagai komponen dari penyehatan lingkungan permukiman dalam Repelita V telah dilaksanakan di 337 kota. Proyek percontohan dalam penanganan air limbah terpusat telah dilakukan secara terbatas di kota-kota metropolitan dan kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Cirebon, dan Tangerang. Penanganan drainase dalam Repelita V telah dilaksanakan di 240 kota dengan luas daerah genangan yang berhasil ditangani mencapai 30 persen atau sekitar 22.300 hektare dari 74.608 hektare daerah genangan. Sementara itu, pengelolaan sampah telah dilaksanakan di 492 kota dengan volume sampah yang diangkut mencapai 55 persen dari produksi sampah. Dalam Repelita V penanganan sanitasi perdesaan baru bersifat perintisan dengan memperkenalkan sistem penanganan limbah setempat dan MCK pada beberapa desa percontohan.424g. Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

Dalam PJP I penambahan kapasitas produksi air bersih dengan sistem perpipaan untuk daerah perkotaan telah meningkat dari 9 ribu liter per detik dalam Repelita I menjadi 66 ribu liter per detik pada akhir Repelita V. Usaha tersebut telah meningkatkan pelayanan air bersih di daerah perkotaan dari 4 juta penduduk yang dilayani dalam Repelita I menjadi 27,6 juta penduduk terlayani dalam Repelita V. Ini berarti sekitar 40 persen penduduk perkotaan telah dilayani air bersih melalui sistem perpipaan. Dengan memperhitungkan upaya swadaya masyarakat melalui sistem nonperpipaan, diperkirakan sampai dengan akhir Repelita V, penduduk perkotaan yang telah menikmati air bersih mencapai 80 persen.

Di daerah perdesaan, kegiatan penyediaan dan pengelolaan air bersih dalam PJP I masih menekankan pada penyuluhan dan pengembangan motivasi untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengadaan air bersih yang sesuai dengan keadaan lingkungan dan tingkat sosial ekonomi penduduk setempat. Kegiatan penyuluhan tersebut juga didukung dengan penyediaan bantuan sarana air bersih berupa sistem perpipaan terbatas, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan, dan perlindungan mata air. Dalam Repelita V kebijaksanaan pembangunan sarana air bersih perdesaan lebih ditekankan pada kegiatan rehabilitasi sarana yang sudah terpasang dan masih dapat difungsikan. Pada akhir Repelita V penduduk perdesaan yang telah dilayani air bersih mencapai 50 persen.III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

Dalam PJP I berbagai upaya telah dilakukan untuk menyediakan perumahan dan permukiman sehat dan layak bagi masyarakat. Dibanding kebutuhan maka apa yang telah dihasilkanbelumlah memadai. Oleh karena itu, dalam PJP II upaya pembangunan perumahan dan permukiman akan dilanjutkan dan ditingkatkan. Untuk itu, pembangunan perumahan dan permukiman perlu memperhatikan berbagai tantangan dan kendala yang akan dihadapi, serta memanfaatkan setiap peluang yang ada.

1. Tantangan

Pertambahan penduduk Indonesia yang terus meningkat disertai laju pertumbuhan ekonomi yang mantap mengakibatkan kebutuhan perumahan dan permukiman juga cenderung terus bertambah. Oleh sebab itu, tantangan yang dihadapi dalam PJP II, antara lain (a) memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah; (b) mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingkat golongan masyarakat; (c) meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha; (d) menyediakan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang serasi dan berkelanjutan; dan (e) mengelola pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan efisien.425Meskipun telah dapat ditekan, laju pertumbuhan penduduk jumlahnya masih cukup besar. Pada akhir PJP II penduduk Indonesia akan berjumlah 258,2 juta dibanding 189,1 juta sekarang. Jumlah penduduk di daerah perkotaan meningkat cukup pesat, yaitu dari 64,35 juta jiwa atau 34 persen dari total jumlah penduduk pada akhir Repelita V, diperkirakan akan menjadi lebih kurang 80,3 juta atau 39,3 persen pada akhir Repelita VI. Penduduk Indonesia pada akhir Repelita V sebagian besar (59,9 persen) berada di Pulau Jawa. Masih tingginya laju pertumbuhan penduduk serta penyebaran yang tidak merata mengakibatkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan penyediaan perumahan dan permukiman. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi adalah memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan dan perdesaan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.426Pembangunan perumahan dan permukiman selama PJP I belum sepenuhnya menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat berpenghasilan rendah umumnya belum terlayani atau menikmati kemudahan memperoleh perumahan dan permukiman yang sehat dan layak. Pembangunan perumahan dan permukiman meskipun telah banyak diarahkan untuk menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah namun sasaran ini belum secara menyeluruh dapat dicapai. Oleh karena itu, tantangan besar yang dihadapi dalam PJP II adalah membangun lebih banyak perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah sehingga dapat mengurangi kesenjangan pelayanan perumahan dan permukiman antar golongan masyarakat.

Belum terciptanya iklim yang memadai dan terbatasnya kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan, termasuk pembangunan perumahan dan permukiman, mengakibatkan lambatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan perumahan dan permukiman. Oleh karena itu, perlu dimanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat dan dunia usaha melalui penciptaan suasana yang dapat mendorong peningkatan partisipasi aktif masyarakat serta kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Saat ini, masyarakat dan dunia usaha belum terlibat secara optimal dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Dengan demikian, merupakan tantangan pula untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha untuk membangun dan memelihara prasarana dan sarana permukiman, serta menciptakan mekanisme kemitraan yang efektif antara Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

Penyediaan perumahan terdiri dari kegiatan industri yang melibatkan tenaga kerja, sumber daya alam, ribuan jenis usaha industri, barang, jasa dan keterampilan pengelolaan. Pembangunan perumahan dan permukiman juga meliputi kegiatan penyediaan prasarana dan sarana. Semuanya itu merupakan kegiatan besar dan membutuhkan keterpaduan. Keterpaduan antarsektor, antara427pemerintah pusat dan daerah, serta kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat merupakan tantangan pula dalam melaksanakan pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan efisien.

2. KendalaDalam menjawab berbagai tantangan dalam pembangunan perumahan dan permukiman terdapat beberapa kendala yang dihadapi, antara lain (a) terbatasnya lahan yang tersedia untuk lokasi pembangunan perumahan dan permukiman; (b) rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat; (c) terbatasnya informasi tentang perumahan dan permukiman; (d) terbatasnya kemampuan pemerintah dalam penyediaan perumahan dan permukiman.

Makin meningkatnya laju pembangunan dan jumlah penduduk di perkotaan dan di perdesaan membawa akibat peningkatan kebutuhan lahan, sementara itu ketersediaan lahan baik di perkotaan maupun di perdesaan sangat terbatas. Potensi persediaan lahan untuk tujuan ini makin langka. Akibat timpangnya permintaan dan penawaran maka nilai lahan terus meningkat dan penggunaannya sering tidak sesuai dengan peruntukan. Dengan demikian, sulitnya memperoleh lahan merupakan kendala dalam pembangunan perumahan dan permukiman, apalagi untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah juga merupakan kendala dalam membangun perumahan dan permukiman yang sehat dan layak. Kondisi perumahan dan lingkungannya yang kumuh berkaitan erat dengan kemiskinan, disamping kekurang pahaman masyarakat mengenai pemeliharaan lingkungan yang bersih.

Keterbatasan kemampuan pemerintah juga tidak memungkinkan pembangunan perumahan dan permukiman dilakukan secepat peningkatan kebutuhannya. Demikian pula,428keterbatasan penyediaan prasarana dan sarana merupakan kendala dalam pembangunan di bidang perumahan dan permukiman.

3. Peluang

Peluang utama bagi pembangunan perumahan dan permukiman di samping hasil-hasil yang telah dicapai dalam PJP I adalah meningkatnya pendapatan nasional, meningkatnya kemampuan dan kepedulian dunia usaha dan masyarakat, terkendalinya peningkatan jumlah penduduk, telah tersusunnya sejumlah rencana tata ruang baik di daerah tingkat I maupun di daerah tingkat II, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatnya koordinasi dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

Untuk membiayai pembangunan perumahan dan permukiman diperlukan dana yang cukup besar. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan meningkatnya pendapatan nasional dapat memperluas sumber pendanaan bagi pembangunan perumahan dan permukiman. Peningkatan peranan dan kemampuan dunia usaha serta masyarakat umumnya, juga akan mengurangi beban pemerintah dalam menyediakan dana untuk pembangunan perumahan dan permukiman.

Laju pertumbuhan dan persebaran penduduk yang makin terkendali, dalam jangka panjang dapat mengurangi tekanan peningkatan kebutuhan akan perumahan dan permukiman.

Ketersediaan rencana tata ruang yang sekarang sudah tersusun atau dalam proses penyusunan akan membantu menyerasikan dan menerpadukan pembangunan perumahan dan permukiman dengan pembangunan sektor-sektor lainnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pembangunan perumahan dan permukiman yang disertai dengan peningkatan sumber daya manusia, akan meningkatkan kemampuan429pembangunan perumahan dan permukiman, yang makin terjangkau oleh masyarakat banyak.IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

Pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta menciptakan suasana kerukunan hidup keluarga dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam rangka membentuk lingkungan serta persemaian nilai budaya bangsa dan pembinaan watak anggota keluarga. Pembangunan perumahan dan permukiman, baik pembangunan perumahan baru maupun pemugaran perumahan di perdesaan dan di perkotaan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, baik dalam jumlah maupun kualitasnya dalam lingkungan yang sehat serta kebutuhan akan suasana kehidupan yang memberikan rasa aman, damai, tenteram, dan sejahtera.

Pembangunan perumahan dan permukiman perlu lebih ditingkatkan dan diperluas hingga dapat makin merata dan menjangkau masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan senantiasa memperhatikan rencana tata ruang dan keterkaitan serta keterpaduan dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Pembangunan perumahan dan permukiman harus dapat mendorong kegiatan pembangunannya dengan memperhatikan prinsip swadaya dan gotong royong, disamping meningkatkan perkembangan pembangunan di sektor lain. Penyuluhan teknis tentang pembangunan dan pemugaran perumahan perlu dilanjutkan dan diperluas untuk meningkatkan kualitas lingkungan dalam kehidupan masyarakat. Pembangunan rumah susun di kota-kota besar perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya.430Koperasi, usaha negara, dan usaha swasta yang melayani pembiayaan pembangunan perumahan perlu ditingkatkan dan dikembangkan peranannya sehingga dapat mendorong terhimpunnya modal yang memungkinkan pembangunan rumah milik dan rumah sewa dalam jumlah besar. Perlu diciptakan iklim yang menarik bagi pembangunan perumahan oleh masyarakat dan perseorangan antara lain dengan penyediaan kredit yang memadai, pengaturan persewaan dan hipotek perumahan. Perlu didorong peran serta aktif masyarakat dalam pemupukan dana bagi pembangunan perumahan.

Pembangunan perumahan dan permukiman harus mampu memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja serta mendorong berkembangnya industri bahan bangunan murah yang memenuhi syarat teknis dan kesehatan serta terbuat dari bahan dalam negeri dengan mengutamakan penggunaan bahan setempat. Pemanfaatan sumber daya alam, pengolahan bahan, penyuluhan teknis, dan pemasyarakatan perlu disempurnakan dan makin dikembangkan. Kualitas tenaga pembangunan perumahan dan permukiman perlu ditingkatkan dan kelembagaannya perlu dimantapkan.

Penciptaan lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, bersih, sehat, dan aman perlu terus ditingkatkan antara lain melalui pembangunan prasarana dan penyediaan air bersih, fasilitas sosial dan ibadah, fasilitas ekonomi dan transportasi, fasilitas rekreasi dan fasilitas olah raga, serta prasarana lingkungan termasuk fasilitas pengelolaan limbah, disertai upaya peningkatan kesadaran dan tanggung jawab warga masyarakat, baik di perdesaan maupun di perkotaan agar makin banyak rakyat mendiami rumah sehat dalam lingkungan permukiman yang sehat pula.2. Sasaran

a.Sasaran PJP II

Sasaran pembangunan perumahan dan permukiman dalam PJP II meliputi tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang makin layak dan terjangkau, baik dalam jumlah maupun kualitasnya serta terciptanya suasana kehidupan permukiman yang memberikan rasa aman, damai, tenteram, dan sejahtera; dan makin mantapnya peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pendanaan dan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, yang ditunjang oleh iklim berusaha yang menarik.

b.Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan perumahan dan permukiman dalam Repelita VI adalah makin terarah dan meratanya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman dengan kualitas hunian serta pelayanan prasarana dasar yang layak, dan terjangkau terutama oleh masyarakat berpenghasilan rendah; makin efisien dan efektifnya pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; meningkatnya peran serta masyarakat, koperasi, dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman termasuk pendanaannya; makin meningkatnya kesempatan usaha dan lapangan kerja dalam bidang industri penunjang pembangunan perumahan dan permukiman, seiring dengan pengembangan perumahan dan permukiman; dan terciptanya lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, bersih, sehat, dan aman dengan segala fasilitas lingkungan permukimannya.

Sasaran kuantitatif yang ingin dicapai dalam Repelita VI dalam rangka pembangunan perumahan bagi rakyat adalah pengadaan lebih kurang 500.000 unit rumah meliputi rumah inti, rumah sangat sederhana (RSS), dan rumah sederhana (RS);431432perbaikan kawasan kumuh seluas 21.250 hektare di 125 kota dikawasan yang kepadatannya cukup tinggi; peremajaan kawasan kumuh seluas 750 hektare; serta pemugaran perumahan dan permukiman di 20.000 desa tertinggal. Keseluruhan sasaran penyediaan serta perbaikan perumahan dan permukiman dapat dilihat pada Tabel 38-1.

Di samping itu, dalam Repelita VI dibangun prasarana air bersih, dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih sebesar 30.000 liter per detik di perkotaan yang melayani lebih dari 22 juta orang serta perluasan pelayanan air bersih di perdesaan di 22.000 desa yang melayani lebih dari 16,5 juta orang (Tabel 38-2).

Pembangunan penyehatan lingkungan permukiman serta penataan kota dan bangunan yang juga merupakan bagian dari pembangunan perumahan dan pemukiman, dapat dilihat sasarannya pada Tabel 38-3 dan Tabel 38-4.

3. Kebijaksanaan

Untuk mewujudkan berbagai sasaran dan sesuai dengan amanat GBHN 1993 tersebut di atas, kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman dalam Repelita VI meliputi penyelenggaraan pembangunan. perumahan dan permukiman yang terjangkau oleh masyarakat luas; penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; peningkatan peran serta masyarakat dalam penyediaan pelayanan perumahan dan permukiman; pengembangan sistem pendanaan perumahan dan permukiman terutama yang dapat membantu masyarakat berpenghasilan rendah; pemantapan pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman secara terpadu; dan pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan pendukung.TABEL381SASARAN PENYEDIAAN DAN PERBAIKAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN1994/851988/99Jenis SasaranSatuanAkhirRepelita VI

Repelita V 1)1994/9519951961996/971997/981998/991JumlahAPenyediaan perumahan dan permukiman1.Penyediaan lingkungan permukimana.Pembangunan sarana dan prasaranakawasan/lingkungan siap bangun(KASIBA/LISIBA)a) Jumlah kawasankawasan111

1

1 2)b) Luasha1002004005001,200b.Pembangunan kawasan terpilih pusatkawasan2003004505005502,000 3) pengembangan desa2.Pembangunan rumah sederhana/sangatunit339,70070,00090,000110,000110,000120,000500,000 sederhana (RS/RSS)B. Perbaikan perumahan dan permukiman1.Peremajaan sarana dan prasaranaha280100100150200250750 lingkungan permukiman kota2.Perbaikan lingkungan permukiman kotaa.Luasha37,0002,0003,0004,5005,5008,25021,250b.Jumlah kotakota470406090110125125 4)3.Pemugaran perumahan dan permukiman desa tertinggala.Perbaikan sarana dan prasaranadesa20,0002,3003,4004,0004,8005,70020,000 5)b.Pemugaran perumahanunit240,00030,00050,00060,00070,00090,000300,000Catatan : 1) Angka perkiraan realisasi (kumulatif selama Repelita V)2)Dalam Repelita VI dimulai sebagai proyek perintisan di satu kawasan3)Baru dimulai dalam Repelita VI4)Dalam Repelita VI dilaksanakan di kotakota yang berpenduduk lebih dari 100.000, sebagian ditangani secara berulang5)433Dalam Repelita V dilaksanakan melalui program pemugaran perumahan dan lingkungan desa terpadu (P2LDT)2)434

TABEL382SASARAN PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH1994/851988/99Jenis SasaranSatuanAkhirRepelita VIVI

Repelita V *)1994/95,1995/981996/971997/981998/89JumlahA. Perkotaan1.Tingkat kebocorana.Kota metropolitan dan besar%38353229272525b.Kota sedang dan kecil%403534333230302.Peningkatan kapasitas dan perluasan pelayanana.Peningkatan kapasitas produksiliter/detik20,0002,3004,6008,9008,1008,10030.000b.Jumlah penduduk terlayaniribu orang27,6001,6003,4005,0006,0006,00022,000B. Perdesaan1.Jumlah desaDesa14,0004,2004,4004,5004,5004,40022,0002.Jumlah penduduk terlayaniribu orang10,5003,1503,3003,3753,3753,30016,500Catatan : *) Angka perkiraan realisasi (kumulatif selama lima tahun, kecuali untuk A.1.a. dan A.1.b. keadaan tahun terakhir Repelita V)TABEL36-3SASARAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN1994/95-1998/99Jenis SasaranSatuanAkhirRepelitaVI

Repelita V 1)1994/951995/961906/971997/881998/99JumlahA. Pengelolaan air limbah1.Perkotaana.Jumlah kota metropolitan dan besarkola16999999 2)b.Jumlah Kota sedang/kecilkota337120140160180200200 2)c.Jumlah penduduk terlayaniribu orang2,5001,4001,9002,4003,3004,000 13,0002.Perdesaana.Jumlah desadesa5,6001,0001,2001,4001,6001,800 7,000b.Jumlah penduduk terlayaniribu orang1,4008006808009001,020 4,000B. Pengelolaan persampahan1.Penyediaan prasarana pengelolaan persampahan sistem kolaa.Jumlah kota metropolitan dan besarkota16121416182020 2)b.Jumlah penduduk terlayaniribu orang4,0009601,1201,2801,4401,600 6,4002.Pembinaan pengelolaan persampahan sistem modul

a.Jumlah kota sedang dan Kecilkota478180170180190200200 2)b.Jumlah penduduk terlayaniribu orang3,8009209901,0401,1001,150 5,200C. Penanganan drainase1.Sistem makroa.Jumlah kota metropolitan dan besarkota16121416182020 2)b.Luasha12,8002,5002,9003,3003,7004,10018,5002.Sistem mikroa.Jumlah kota sedang dan kecilkota224120140160180200200 2)b.Luasha9,5003,7605,1706,5807,9909,40032,900Catatan : 1) Angka perkiraan realisasi (kumulatif selama Repelita V)2) Pada Repelita VI sejumlah kola ditangani secara berulang, dan angka tersebut merupakan angka total yang ditangani dalam Repelita VI435436TABEL384SASARAN PENATAAN KOTA DAN PENATAAN BANGUNAN1994/951998/99Jenis SasaranSatuanAkhirRepelita VI

Repelita V 1)1994/951995/961996/971997/981998/99Jumlah1. Penataan kotaa.Penyiapan program jangka menengahkota1702040506080250(PJM) perkotaan b. Rencana pembangunan sarana dankawasan2021222324110prasarana (RPSP) dan PJM kawasanandalan2. Penataan bangunanaRencana tata bangunan dankawasan1353438424850210 lingkungan (RTBL)

Catatan : *) Angka perkiraan realisasi (kumulatif selama Repelita V)a.437Penyelenggaraan Pembangunan Perumahan dan Permukiman yang Terjangkau oleh Masyarakat Luas

Kebijaksanaan mengenai pembangunan perumahan dan permukiman yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas diselenggarakan guna meningkatkan pemerataan dan memperluas cakupan pelayanan penyediaan perumahan dan permukiman, dan dapat menjangkau masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Kebijaksanaan yang akan ditempuh meliputi penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang berkualitas dan layak huni sebagai sarana pembinaan keluarga serta terjangkau oleh kemampuan masyarakat luas, dengan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah dan rendah; pengembangan standar jenis rumah sederhana beserta fasilitas lingkungannya dengan menerapkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi setempat; dan pelaksanaan perbaikan, peremajaan, relokasi, dan permukiman kembali penghuni kawasan kumuh dengan tetap memperhatikan kesinambungan kerja penghuni asal, bahkan lebih meningkatkan pendapatan masyarakat penghuni asal.

b.Penyelenggaraan Pembangunan Perumahan dan Permukiman yang Berwawasan Lingkungan dan yang Berkelanjutan

Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang sehat dan terpelihara guna mendukung terselenggaranya pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam rangka itu diupayakan untuk menetapkan dan menerapkan baku mutu lingkungan di kawasan permukiman, perkotaan dan perdesaan; meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam terutama air dan lahan bagi pembangunan perumahan dan permukiman secara lebih terkendali dan bertanggung jawab;438meningkatkan kondisi lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat melalui pembangunan prasarana dan sarana lingkungan seperti penyediaan air bersih, penyehatan lingkungan, dan fasilitas sosial ekonomi lainnya; meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dalam pembangunan perumahan dan permukiman melalui pembangunan rumah susun di kota-kota besar yang disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan lingkungan sosial setempat serta upaya pemugaran permukiman di perkotaan dan perdesaan; dan meningkatkan pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna sejalan dengan tuntutan pembangunan dan keterjangkauan masyarakat.

c. Peningkatan Peranserta Masyarakat dan Dunia Usaha Dalam Penyediaan Perumahan dan Permukiman

Kebijaksanaan pengembangan peranan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan untuk mendorong terciptanya penyediaan perumahan dan permukiman secara mandiri sehingga mengurangi ketergantungan pembiayaannya pada Pemerintah.

Kebijaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan pelayanan perumahan dan permukiman ditempuh dengan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial masyarakat di perdesaan dan perkotaan untuk mendiami rumah sehat dalam lingkungan yang sehat melalui berbagai upaya penyuluhan secara berencana; meningkatkan pembangunan perumahan dan permukiman yang bertumpu pada upaya swadaya masyarakat, yang berasaskan kesetiakawanan sosial; menciptakan iklim yang efektif untuk meningkatkan kesempatan usaha dan lapangan kerja serta mengembangkan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pembangunan perumahan dan permukiman; dan memantapkan mekanisme kemitraan dunia usaha dan masyarakat dalam penyediaan perumahan dan permukiman.d.Pengembangan Sistem Pendanaan Perumahan dan Permukiman

Kebijaksanaan sistem pendanaan diarahkan untuk menciptakan iklim yang memungkinkan dan menarik bagi pembangunan perumahan oleh masyarakat dan dunia usaha, mengembangkan sumber pembiayaan bagi pembangunan perumahan dan permukiman terutama melalui sumber-sumber dana masyarakat, serta menyediakan kemudahan bagi masyarakat luas yang berpenghasilan rendah dalam memperoleh sumber pendanaan seperti kredit lunak.

Upaya pengembangan sistem pendanaan perumahan dan permukiman meliputi kegiatan mengembangkan usaha kerja sama dengan koperasi dan dunia usaha melalui penyertaan modal dalam pembangunan prasarana dan sarana permukiman dan perumahan; memantapkan mekanisme pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman bagi masyarakat luas melalui penyediaan fasilitas hipotek sekunder di samping perkreditan dari koperasi dan dunia usaha lainnya, serta bagi masyarakat berpenghasilan rendah, melalui penyempurnaan mekanisme kredit dan subsidi silang antarlapisan masyarakat; dan mengembangkan dan mengintegrasikan sistem keuangan pengadaan perumahan dan permukiman dengan sistem keuangan nasional melalui peningkatan peran lembaga perbankan nasional dalam pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman.

e.Pemantapan Kelembagaan dan Pola Pengelolaan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Secara Terpadu

Kebijaksanaan ini diselenggarakan dengan menerapkan asas desentralisasi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembangunan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.439440Dalam rangka itu, diupayakan untuk meningkatkan kerja sama secara terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, koperasi, usaha negara, usaha swasta, dan masyarakat dalam penyediaan perumahan dan permukiman; menyelenggarakan pengelolaan pembangunan terpadu dengan mengacu kepada program pembangunan jangka menengah untuk setiap pemerintah daerah tingkat I dan II; dan memantapkan lembaga pengelola pembangunan perumahan dan permukiman melalui penyempurnaan struktur organisasi dan peningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

f. Pengembangan Perangkat Peraturan Pendukung

Pembangunan perumahan dan permukiman didukung oleh perangkat peraturan pendukung yang disesuaikan dengan kondisi setempat dalam rangka mencapai hasil yang lebih optimal, antara lain perangkat peraturan yang menciptakan peluang dan iklim yang menarik bagi peran serta dunia usaha dan masyarakat; perangkat peraturan untuk memeratakan pembangunan dan mengurangi kesenjangan dalam penyediaan perumahan dan permukiman; perangkat peraturan untuk mengendalikan dan mencegah dampakdampak negatif pembangunan; dan perangkat peraturan untuk mengkoordinasikan penanganan dan keterpaduan dalam pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman; serta perangkat peraturan yang memberikan kepastian dan jaminan hukum terhadap pemilikan rumah.V. PROGRAM PEMBANGUNAN

Dalam rangka mewujudkan berbagai sasaran dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan tersebut di atas maka di kembangkan beberapa program yang terdiri atas program pokok dan program penunjang. Program pokok terdiri atas (1) Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman; (2) Program Perbaikan Perumahan dan Permukiman; (3) Program Penyehatan Lingkungan441Permukiman; (4) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air bersih; (5) Program Penataan Kota; dan (6) Program Penataan Bangunan.Untuk dapat melaksanakan program pokok tersebut dengan baik perlu dukungan, seperti peraturan perundang-undangan, penyusunan rencana tata ruang, pelaksanaan konsolidasi tanah, pengembangan teknologi tepat guna, peningkatan sumber daya manusia, dan pelestarian sumber daya alam. Berbagai kegiatan tersebut tercakup dalam program penunjang, yaitu (1) Program Pengembangan Hukum di Bidang Perumahan dan Permukiman; (2) Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman; (3) Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air; (4) Program Penataan Ruang; (5) dan Program Penataan Pertanahan.

1. Program Pokoka. Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman

Pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta meningkatkan kemandirian dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman.

Program ini terdiri atas kegiatan (1) pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan dan (2) pembangunan perumahan dan permukiman di perdesaan.

1) Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Perkotaan

Kegiatan ini meliputi (a) penyediaan dan penyiapan kawasan permukiman skala besar dalam bentuk penyediaan kawasan siap bangun (kasiba), lingkungan siap bangun (lisiba) di dalam wilayah kota yang sudah terbangun atau di wilayah pengembangan berupa pembangunan kota baru; (b) pengembangan kerja sama442Pemerintah dengan dunia usaha dalam pengembangan permukiman skala besar; (c) pengadaan lebih kurang 500.000 unit rumah yang meliputi rumah inti, rumah sangat sederhana (RSS), dan rumah sederhana (RS) dengan luas antara 21 meter persegi sampai dengan 70 meter persegi yang ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah; (d) pengadaan rumah susun sederhana dan rumah sewa dengan lebih banyak melibatkan peran serta dunia usaha dan masyarakat khususnya di kota-kota metropolitan, kota besar, dan kawasan industri; (e) pemantapan pola pembiayaan melalui bank pemerintah dan bank swasta bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke atas; (f) pengembangan dan pemantapan pola pembiayaan khusus bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan pemanfaatan dana pemerintah dan masyarakat melalui fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan rumah, kredit perbaikan rumah, kredit pemilikan kapling siap bangun, kredit pemilikan rumah usaha, kredit membangun rumah, kredit rumah sewa, kredit rumah produktif, kredit perumahan perusahaan, dan kredit pembangunan perumahan guna mendorong swadaya masyarakat.

2) Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Perdesaan

Pembangunan perumahan dan permukiman perdesaan ditujukan untuk membantu dan mendorong masyarakat desa untuk memperbaiki rumah serta lingkungannya agar memenuhi persyaratan teknis maupun kesehatan.

Kegiatan ini meliputi (a) pembangunan rumah percontohan dan pengadaan rumah desa melalui pengembangan swadaya masyarakat dalam bentuk sistem arisan serta sistem perguliran; (b) pengembangan penyuluhan dan penggerakan partisipasi masyarakat dalam kegiatan swadaya; (c) penyediaan prasarana dan sarana perdesaan di 2.000 kawasan perdesaan dengan mengacu pada konsep pusat pengembangan terpadu antardesa (PPTAD).443b. Program Perbaikan Perumahan dan Permukiman

Kegiatan program ini diselenggarakan dengan pendekatan Tribina (bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha) yang dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah dibangun.

Program ini terdiri atas kegiatan (1) perbaikan dan peremajaan kawasan perumahan dan permukiman di perkotaan; dan (2) pemugaran perumahan dan permukiman di perdesaan.

1) Perbaikan dan Peremajaan Kawasan Perumahan dan Permukiman di Perkotaan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan kehidupan masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah melalui perbaikan lingkungan dan penyediaan prasarana dasar.

Kegiatan perbaikan dan peremajaan kawasan meliputi: (a) pelaksanaan Tribina untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah dibangun; (b) perbaikan kawasan kumuh sebesar 21.250 hektare yang dilaksanakan di 125 kota di kawasan perkotaan yang kepadatannya cukup tinggi; (c) peremajaan kawasan kumuh sebesar 750 hektare yang dilaksanakan guna peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan dan tertib bangunan serta pengurangan dampak sosial dan pengurangan kesenjangan penyediaan prasarana dan sarana dasar; (d) penanganan kawasan kumuh yang lokasinya tidak sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan dalam rencana umum tata ruang yang dilaksanakan melalui kegiatan pemindahan atau relokasi permukiman tersebut ke lokasi permukiman baru yang sesuai dengan peruntukannya dengan tetap memperhatikan kesinambungan kerja penghuni dan meningkatkan pendapatan masyarakat penghuni asal.4442) Pemugaran Perumahan dan Permukiman di Perdesaan

Kegiatan ini dilaksanakan melalui pendekatan pembangunan perumahan dan lingkungan desa secara terpadu (P2LDT) yang mencakup antara lain perumahan dan permukiman, jalan desa, dan listrik desa. Dalam Repelita VI kegiatan pemugaran perdesaan akan diutamakan di 20.000 desa tertinggal.

c. Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

Program ini meliputi kegiatan (1) pengelolaan air limbah; (2) pengelolaan persampahan; dan (3) penanganan drainase. Penanganan kegiatan-kegiatan dalam program tersebut dilakukan dengan peningkatan kemampuan pemerintah daerah serta prakarsa dan peran serta masyarakat.

1) Pengelolaan Air Limbah

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Pengelolaan air limbah mencakup pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, non rumah tangga, industri, bahan berbahaya beracun (B3), dan antara lain ditujukan untuk menunjang Program Kali Bersih (Prokasih) serta melindungi mutu air tanah. Kegiatan pengelolaan limbah meliputi (a) pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT) terutama di kota metropolitan dan kota besar, kawasan berkepadatan tinggi, kawasan kumuh, daerah rawan penyakit dan daerah yang mengalami penurunan kualitas sumber daya air; (b) pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana khusus bagi kawasan kumuh dan padat; (c) pembangunan sistem pengelolaan air limbah terpusat yang meliputi pembangunan sistem jaringan pengumpul air limbah dan bangunan pengolah air limbah; (d) pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah melalui pembentukan unit pengelola air limbah atau perusahaan daerah air445limbah (PDAL) serta kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat; (e) pembangunan sarana pengelolaan air limbah perdesaan melalui percontohan dan pemasyarakatan pembuatan sarana sanitasi sederhana seperti jamban keluarga, jamban jamak, sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK); (f) pembangunan prasarana air limbah di 9 kota metropolitan dan kota besar, 200 kota sedang dan kota kecil, dan 7.000 desa yang melayani 13 juta penduduk perkotaan dan 4 juta penduduk perdesaan yang dalam penyelenggaraannya akan dikembangkan dengan bentuk pola percontohan penerapan prinsip daur ulang tertentu di kota/kawasan yang sumber dayanya terbatas; (g) pelaksanaan penyuluhan guna meningkatkan pemahaman pentingnya kebersihan lingkungan dan pemeliharaan sarana yang telah dibangun.

2) Pengelolaan PersampahanKegiatan ini ditujukan untuk mengendalikan pengumpulan dan pembuangan atau pemusnahan limbah padat untuk menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman.

Kegiatan pengelolaan persampahan meliputi: (a) peningkatan penanganan persampahan di daerah permukiman yang berada di sepanjang badan air guna mendukung pelaksanaan Prokasih; (b) pengelolaan pembuangan akhir sampah melalui pembuangan terbuka terkendali (controlled landfill) dan gali urug terkendali (sanitary landfill) di kota-kota yang mempunyai lahan pembuangan yang cukup luas; (c) pengembangan metode daur ulang dan pembakaran (incinerator) di kota-kota yang tidak mempunyai lahan buangan yang luas; (d) peningkatan pengelolaan persampahan di 20 kota metropolitan dan besar, serta di 200 kota sedang dan kota kecil dan diharapkan dapat melayani lebih kurang 11,6 juta penduduk perkotaan.4463) Penanganan Drainase

Kegiatan ini ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang aman, baik terhadap genangan maupun luapan sungai, banjir kiriman, dan hujan lokal. Kegiatan penanganan drainase meliputi kegiatan: (a) pelaksanaan rehabilitasi saluran yang telah ada dan pembangunan saluran baru di kawasan permukiman yang rawan genangan; (b) penanganan drainase di 20 kota metropolitan dan besar meliputi area seluas lebih kurang 16.500 hektare dan di 200 kota sedang dan kecil lainnya meliputi area seluas 32.900 hektare; (c) peningkatan kemampuan pemerintah daerah serta prakarsa dan swadaya masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase melalui program penyuluhan.

d. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

Program penyediaan dan pengelolaan air bersih meliputi kegiatan (1) penyediaan dan pengelolaan air bersih di perkotaan; (2) penyediaan dan pengelolaan air bersih di perdesaan.

1) Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih di Perkotaan

Kegiatan penyediaan dan pengelolaan air bersih di perkotaan meliputi: (a) peningkatan pengelolaan sistem air bersih perpipaan melalui upaya penurunan kebocoran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM); di kota metropolitan dan kota besar diupayakan untuk ditekan menjadi 25 persen sedangkan untuk kota sedang dan kota kecil ditekan hingga 30 persen; (b) peningkatan dan perluasan prasarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk serta menunjang perkembangan ekonomi kota dan kawasan pertumbuhan melalui sistem perpipaan dan nonperpipaan; (c) peningkatan pemanfaatan kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui perluasan jaringan distribusi, sambungan rumah, hidran umum, terminal air, peningkatan kapasitas produksi sistem terpasang, dan pengembangan sistem distribusi baru sebesar 30.000 liter per detik sehingga dapat menambah jumlah pelayanansebanyak 22 juta jiwa; dan (d) peningkatan efisiensi pengelolaan dan pengusahaan PDAM.

Sejalan dengan kegiatan tersebut di atas, usaha untuk mendapatkan sumber-sumber air baku dalam jumlah dan mutu yang memadai akan terus ditingkatkan. Dalam penyediaan dan pengelolaan air bersih perkotaan, peluang dan iklim bagi peranserta usaha swasta dan masyarakat akan dikembangkan.

2) Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perdesaan

Kegiatan ini meliputi (a) peningkatan penyediaan jumlah sarana produksi, dan mengoptimalkan pemanfaatan sarana produksi yang sudah dibangun untuk 22.000 desa; (b) pengembangan sistem perpipaan bagi wilayah perdesaan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan terpadu antardesa (PPTAD); (c) pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna termasuk pemanfaatan tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin untuk meningkatkan efisiensi penyediaan air bersih; (d) peningkatan swadaya masyarakat desa dalam penyediaan dan pengelolaan air bersih; (e) peningkatan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan air bersih bagi kesehatan masyarakat; serta (f) pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana air bersih perdesaan.

e. Program Penataan Kota

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penyediaan, dan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan yang akan mendorong pemantapan fungsi kawasan-kawasan kota sehingga dapat meningkatkan produktivitas kota namun tanpa mengesampingkan aspek-aspek pemerataan, lingkungan, dan budaya.

Program penataan kota meliputi kegiatan (a) penyiapan dan penyusunan rencana program jangka menengah (PJM) bagi 250 kawasan/kota dalam rangka pelaksanaan pembangunan kota447448terpadu mengacu pada rencana tata ruang dan rencana pembangunan kota dan wilayah; (b) penyusunan rencana, program strategis, dan pengendalian pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana serta penataan lingkungan bagi 110 kawasan andalan meliputi kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan perdagangan, kawasan pertahanan dan keamanan, dan kawasan tertentu; (c) penyempurnaan dan pemantapan sistem data dan informasi penataan kota dalam rangka pengadaan dan perbaikan perumahan dan permukiman.

f. Program Penataan Bangunan

Program ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata bangunan dan lingkungan yang terkendali sebagai bagian wujud struktural pemanfaatan ruang perkotaan, tertib dan keselamatan bangunan, serta terpeliharanya fungsi dan keserasian bangunan dan lingkungan yang mempunyai nilai, tradisi, dan sejarah bangsa yang luhur. Program ini terdiri atas kegiatan (a) penyusunan rencana, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan tata bangunan dan lingkungan (RTBL) bagi 210 kawasan serta penyusunan pedoman rencana teknik bangunan (RTB) yang merupakan arahan tiga dimensi bangunan dan lingkungan sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang kota mengacu pada kondisi fisik, sosial, dan budaya guna membentuk jati diri kota; (b) pengendalian tertib dan keselamatan bangunan melalui penyusunan perundang-undangan penataan bangunan di tingkat nasional dan lokal, pedoman teknis dan prosedur pembangunan, serta standar bangunan dan lingkungan; (c) pemasyarakatan dan penyuluhan produk teknis yang telah dibuat; (d) peningkatan pengelolaan pembangunan dan pemanfaatan gedung negara, gedung sekolah menengah dan rumah sakit melalui peningkatan pengelolaan teknis, pengendalian pelaksanaan yang lebih efisien dan efektif, pembinaan teknis aparat dan mitra pembangunan, inventarisasi gedung-gedung negara, dan pemeliharaan kualitas bangunan.4492. Program Pendukung

a.Program Pengembangan Hukum di Bidang Perumahan dan Permukiman

Program ini bertujuan untuk menunjang kegiatan perancangan peraturan perundang-undangan, baik yang berupa hukum yang bersifat mendasar maupun yang bersifat sektoral. Program ini mencakup kegiatan pengkajian, penelitian hukum, serta penyusunan naskah akademis peraturan perundang-undangan. Dalam Repelita VI, sehubungan dengan pembangunan perumahan dan permukiman, akan diselesaikan beberapa peraturan perundangundangan, seperti (a) pola kerja sama dunia usaha dan masyarakat dalam penyediaan perumahan dan permukiman serta pengelolaan kawasan siap bangun; (b) pemanfaatan fasilitas hipotek sekunder untuk pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah; (c) prosedur dan mekanisme pengadaan tanah, pematangan tanah, dan penyalurannya dalam rangka pembangunan kasiba dan lisiba; (d) pengelolaan penghunian, pengalihan status dan hak atas rumah, serta pengendalian harga sewa rumah bangunan milik negara; dan (e) pengawasan terhadap pembangunan perumahan dan permukiman yang memenuhi persyaratan kesehatan.

b.Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan terapan terutama yang tengah berkembang dengan pesat dan diperhitungkan memiliki pengaruh yang besar bagi pembangunan. Selain itu, diharapkan akan dikembangkan teknologi tepat guna serta pendayagunaan sepenuhnya bahan baku lokal, dilaksanakan oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan permukiman serta termasuk perguruan-perguruan tinggi.c.450Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air

Program ini bertujuan untuk melestarikan fungsi dan kemampuan sumber daya hayati dan non-hayati serta lingkungan hidup.

Bagi pembangunan perumahan dan permukiman khususnya dalam program penyediaan dan pengelolaan air bersih, kelestarian sumber air baku merupakan hal yang paling utama. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan yang meliputi (a) pengembangan sistem tata guna dan alokasi air bagi pembangunan; (b) pengembangan sumber-sumber air baku, baik air tanah maupun air permukaan (waduk, danau, sungai); (c) penyuluhan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan ekosistem DAS; serta (d) diperkenalkan pemanfaatan air laut di beberapa kota dengan teknologi sederhana.

d.Program Penataan Ruang

Program penataan ruang bertujuan untuk menyusun dan mengembangkan pola tata ruang dan mekanisme pengelolaan yang dapat menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan dan pemanfaatan air, tanah, serta sumber daya lainnya. Dalam Repelita VI Akan diselesaikan sejumlah rencana tata ruang perkotaan dan perdesaan untuk digunakan sebagai acuan dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

e.Program Penataan Pertanahan

Program ini bertujuan untuk mengupayakan peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan pertanahan yang terpadu, serasi, efektif, dan efisien, sehingga pemanfaatannya dapat mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran masyarakat. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan sistem penataan penguasaan, pemilikan, dan pengalihan hak atas tanah termasuk pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan, mendukung451pembangunan perumahan dan permukiman, khususnya pembangunan kawasan siap bangun dan kota baru.VI. RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN DALAM REPELITA VIProgram-program pembangunan tersebut di atas dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Dalam program-program tersebut, yang merupakan program dalam bidang perumahan dan permukiman, yang akan dibiayai dengan anggaran pembangunan selama Repelita VI (1994/95 - 1998/99) adalah sebesar Rp5.441.510,0 juta. Rencana anggaran pembangunan perumahan rakyat dan permukiman untuk tahun pertama dan selama Repelita VI menurut sektor, sub sektor dan program dalam sistem APBN dapat dilihat dalam Tabel 38-5.452Tabel 385RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNANPERUMAHAN DAN PERMUKIMANTahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 1998/99)(dalam juta rupiah)No.KodeSektor/Sub Sektor/Program1994/951994/95 1998/9914SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

14.1Sub Sektor Perumahan dan Permukiman

14.1.01Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman92.510,0630.840,014.1.02Program Perbaikan Perumahan dan Permukiman73.750,0471.600,014.1.03Program Penyehatan Lingkungan Permukiman191.320,01.295.710,014.1.04Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih482.720,03.043.360,0