bab 33 prb.pdf

8
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 33 PENANGGULANGAN DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Upload: baybayii

Post on 16-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    BAB 33PENANGGULANGAN DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

  • PRESIDENREPUBLIK TNDONESIA

    BAB 33PENANGGULANGAN DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

    A. KONDISI UMUM

    Setelah kejadian bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias pada bulanDesember 2004, lndonesia masih menghadapi berbagai kejadian bencana di berbagaidaerah seperti gempabumi, tsunami, banjir dan longsor, angin puting beliung, ancamanletusan gunung api, dan kebakaran hutan. Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempadan tsunami di Aceh dan Kepulauan Nias, gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah,penanganan semburan lumpur Sidoarjo, gempa bumi di Sumatera Barat dan Bengkulu,belum terselesaikan. ditambah lagi dengan berbagai kejadian bencana yang dapatdiakibatkan karena perubahan iklim global, seperti gelombang pasang, banjir dan longsor,yang mempengaruhi perekonomian pada skala lokal maupun nasional, akibat terhambatnyaperdagangan komoditas antar pulau dan pasokan batubara untuk PLTU di pulau Jawa dan-Bali.

    Perubahan iklim juga dapat mengakibatkan berkembangnya pandemi di berbagaiwilayah di Indonesia, yang menunjukkan bahwa beragamnya bencana alam yangberdampak pada bencana kemanusiaan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sangatmembutuhkan penanganan secara khusus.

    Setelah empat tahun pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan KepulauanNias, serta hampir tiga tihun pelaksanaan tugas dari Badan Rehabilitasi dan RekonstruksiWilayah dan Kehidupan Masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam danKepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara (BRR NAD-Nias), lembaga tersebut akan segeramengakhiri masa tugasnya pada bulan April 2009 yang akan datang. Dengan berakhirnyatugas dari BRR NAD-Nias tersebut, maka pada tahun 2009 penyelesaian dan keberlanjutankegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias akandilanjutkan oleh kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah di Provinsi NanggroeAceh Darussalam, serta Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan di Provinsi SumateraUtara, sesuai sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

    Pada tahun 2007, pencapaian dari program rehabilitasi dan rekonstruksi di ProvinsiNAD dan Kepulauan Nias yang telah dilaksanakan oleh BRR NAD-Nias mencakupbeberapa kegiatan pokok yaitu: penyelesaian perumahan, prasarana lingkunganpermuliman, air bersih dan sanitasi, pengembangan perekonomian masyarakat,peningkatan kesejahteraan sosial, pembangunan fasilitas pendukung kehidupan sosialkemaJyarakatan seperti pendidikan dan kesehatan, serta peningkatan kapasitaskelembagaan pemerintah dan masyarakat.

    Pada tahun 2008 pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah Provinsi NADdan Kepulauan Nias ditbkuskan pada peningkaan kualitas infrastrukttr, penyelesaianpe.rumahan dan permukiman bagi korban bencana, pengelolaan lingkungan hidup, danpenyelesaian rnasalah penataan ruang wilayah. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksidilakukan melalui proses legalisasi peraturan daerah, peningkatkan SDM, pemenuhanpelayanan dasar, dan pengarusutamaan gender, dengan mernperkuat landasanperekonomian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, memperkuat kapasitaskelembagaan, meningkatan koordinasi antar pelaku pelaksanaan rehabilitasi danrekonstruksi, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat danpengembangan wilayah.

    II.33 - I

  • PRESIDENREPUBLIK I .NDONESIA

    Dengan kinerja pencapaian yang telah dilakukan BRR NAD-Nias selama tahun 2007dan 2008 di atas, maka pada tahun 2009 masih akan dilanjutkan penyelesaian dari beberapakegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana wilayah yang meliputi: (t)menyelesaikan infrastruktur jalan, jembatan dan infiastruktur lainnya; (2) menyelesaikanpembangunan perekonomian di tingkat masyarakat; (3) menyelesaikan kegiatan pelayanansosial kemasayarakatan seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan peranperempuan dalam pembangunan; serta (4) mempersiapkan langkah-langkah mehujuberakhirnya masa tugas dan mandat BRR NAD-Nias pada bulan April 2009 mendatang.

    Berbagai permasalahan dan tantangan masih akan dihadapi dalam rangka pelaksanaanrehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah pasca bencana di Provinsi NAD dan KepulauanNias pada tahun 2009, meliputi: (l) masih belum terselesaikannya infrastruktui utama,yaitu jalan provinsi, jalan kabupaten, dan infrastruktur lainnya; (2) masih belummaksimalnya pelaks4naan program pemberdayaan masyarakat korban bencana; (3) masihrendahnya kualitas pelayanan pubtik seperti pendidikan, kesehatan, dan peran perempuandalam pembangunan; (4) belum terselesaikannya masalah penataan ruang wilayah yangdijadikan dasar kebijakan spasial pelaksanaan pembangunan, baik pada tingkat provinsimaupun tingkat kabupaten dan kota; (5) dalam rangka melanjutkan program rehabilitasidan rekonstruksi yang berkesinambungan pascaberakhirnya BRR NAD-Nias pada tahun2009, maka sejak awal sudah perlu dipersiapkan penguatan kapasitas Pemerintah Daerah;serta, (6) diperlukan payung hukum secara khusus mengenai pengakhiran masa tugas BRRNAD-Nias, dan pengalihan tanggung jawab pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi diwilayah Provinsi NAD dan Kepulauan Nias kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

    Selain di wilayah Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, pelaksanaan rehabilitasi danrekonstruksi pascabencana juga dilakukan selama hampir dua tahun terakhir ini di provinsiDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Provinsi Jawa Tengah, pascakejadian gempa bumipada tanggal27 Mei 2006 yang lalu. Sesuai dengan Keputusan Fresiden No. 91ahun 2006,pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah Provinsi DIY dan Provinsi JawaTengah pasca bencana gempa bumi 27 Mei 2006, drjadwalkan dapat diselesaikan padabulan Juni 2008. Pelaksanaan pemulihan pascabencana melalui pendanaan APBN sejaktahun 2006 hingga 2008, menunjukkan bahwa pemulihan perumahan korban bencana telahdiselesaikan melalui pendanaan sebesar Rp5,74 triliun; sementara untuk pemulihanprasarana publik telah dialokasikan sebesar Rpl,2 triliun; dan untuk pemulihanperekonomian masyarakat dan daerah telah dialokasikan sebesar Rp430,4 miliar. Namundemikian, masih banyak tantangan yang akan dihadapi pada tahun 20og dalampembangunan daerah pascarehabilitasi dan rekonstruksi, diantaranya: (l) penataan ruangpermukiman dan pengembangan lahan skala besar yang memenuhi tata lingkungan yangbaik dengan pendekatan pengurangan risiko bencana; (2) masih diperlukan perhatian untukmeningkatkan petayanan dasar bagi masyarakat, terutama bagi kelompok rentan; (3) masihdiperlukannya dukungan yang difbkuskan bagi pengembangan usaha kecil dan menengahserta pemulihan infrastruktur perekonomian lokal; serta (4) dukungan bagi perumusankebijakan dan peningkatan kapasitas kelembagaan dalam penguranganliriko b.n"unu.

    Dalam konteks pengurangan risiko bencana, perubahan paradigma dari penanggulanganbencana menjadi pengurangan risiko bencana telah diwujudkan dengan teirs"usunnyaRencana Aksi Nasional Pengurangan

    .Risiko Bencana 20061009 dan teibitnya Undang-Undang Nomor 24 tahun ZO-02 tentang Penanggulangan Bencana, yang disusul kdmudiandengan terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang danUndang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan iulauPulau Kecil.

    i l . 33 -2

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    Terbitnya Undang-Undang. Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,merupakan suatu komitmen Pemerintah yang sangat jelas dalam menangani kebencanaan ditingkat nasional maupun daerah, yang mencakup berbagai aspek yang bersifat terobosan didalam pengelolaan dan penanganan masalah kebencanaan secara lebih komprehensif danberdimensi sistemik. Hal ini ditunjukkan dengan muatan dari undang-undang Nomor 24tahun 2007, yang menjadi dasar hukum dalam penanganan masalah kebencanaan, tidakhanya dalam penanganan kedaruratan, namun juga mencakup kesiapsiagaan menghadapibencana, dan penanganan pemulihan pascabencana dalam jangka menengah dan ppjang.Hal penting lainnya yang juga diatur dalam Undang-undang tersebut adalah pembentukankelembagaan penanggulangan bencana di tingkat pusat maupun daerah, yang akanbertanggung jawab di dalam mengkoordinasikan penanggulangan bencana secarali ntaspemangku kepenti ngan.

    Salah satu turunan dari Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 adalah diterbitkannyaPeraturan Presiden Nomor 8 khun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB). Tugas dan tanggung jawab dari BN PB, selain dalam melakukan koordinasipenanggutangan bencana di tingkat nasional, namun juga memberikan dukunganpeningkatan kapasitas bagi lembaga penanggulangan bencana di tingkat daerah, sertaberbagai upaya lainnya untuk meningkatkan kesiapsiagaan seluruh pemangku kepentingandi tingkat nasional maupun daerah di dalam penanggulangan dan pengurangan risikobencana.

    Dalam Rencana Kerja Pemerintah 2008, telah ditetapkan program dan fokus kegiatanpengurangan risiko bencana melalui pendayagunaan rencana tata ruang wilayah sebagaisalah satu instrumen utama untuk mengurangi resiko bencana dan peningkatan kualitasinformasi, data maupun peta wilayah rawan bencana yang memadai bagi analisa polapemanfaatan ruang sekaligus menguatkan kelembagaan di tingkat daerah dalampengendalian pemanfaatan rencana tata ruang wilayah. Meskipun demikian, pencapaian dibidang penataan ruang wilayah pada tahun 2008 masih terkendala oleh beberapa hal pokok,diantaranya: (l) belum memadainya kapasitas kelembagaan dan koordinasi penataan ruangwilayah di tingkat pusat dan daerah; (2) lemahnya dukungan sistem informasi danmonitoring penataan ruang wilayah sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruangwilayah yang tanggap terhadap bencana; (3) belum tersedianya Norma Standar Prosedurdan Manual (NSPM) penataan ruang wilayah yang tanggap terhadap risiko bencana; serta(4) belum optimalnya upaya penyediaan data dan informasi spasial.

    Berkenaan dengan pencapaian pada tahun 2008 tersebut, maka tantangan yang dihadapipada tahun 2009 diantaranya adalah: (l) masih rendahnya kinerja penanggulangan bencana;dan (2) masih rendahnya perhatian terhadap perlunya pengurangan risiko bencana.

    Dihadapkan pada tantangan tersebut, maka dalam konteks peningkatan kinerjapenanggulangan bencana pada tahun 2009, masih diperlukan dukungan kebijakan yangdiarahkan untuk: (l) menyelesaikan dan melanjutkan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksidi Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah, diProvinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Barat, serta di berbagai daerah lainnya sesuaidengan sasaran. yang telah ditetapkan dalam rencana induk maupun rencana aksirehabilitasi dan rekonstruksi dari masing-masing wilayah; (2) meningkatkan kapasitaspenanganan kedaruratan terhadap korban bencana; serta (3) meningkatkan kapasitaspemulihan perekonomian daerah pascabencana.

    Selanjutnya dalam konteks peningkatan perhatian terhadap perlunya penguranganrisiko bencana, masih diperlukan dukungan kebijakan pada: (l) pengembangan sistemperingatan dini (early warning system) pada kawasan rawan dan berisiko tinggi terhadapbencana; (2) mengurangi tingkat kerawanan dan risiko terjadinya bencana melalui

    I I .33 - 3

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    perencanaan dan pelaksanaan tata ruang wilayah yang konsisten; serta (3) mempersiapkanlangkah-langkah antisipasi untuk mengurangi tingkat kerawanan dan potensi risiko bencanadan pengaruh perubahan iklim global.

    B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9

    Penanggulangan dan pengurangan risiko bencana pada tahun 2009 dimasukkan kedalam fokus Peningkatan Kapasitas Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim sertaPeningkatan Pengurangan Risiko Bencana. Sasaran yang akan dicapai dalampenanggulangan dan pengurangan risiko bencana pada tahun 2009 terdiri dari: (l)terselesaikannya dan tuntasnya program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayahpascabencana di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, Provinsi DIY dan Provinsi JawaTengah, dan daerah pascabencana lainnya; serta (2) terpadunya upaya pengurangan risikobencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim global.

    Terkait dengan sasaran terselesaikannya dan tuntasnya program dan kegiatanrehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencarra di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias,akan difokuskan pada sasaran kegiatan-kegiatan sebagai berikut:l. Terselesaikannya rehabilitasi dan pembangunan kembali prasarana dan sarana

    transportasi wilayah, terutama jaringan jalan nasional, drainase berskala besar di KotaBanda Aceh, Aceh Besar, Meulaboh, dan Lhoukseumawe pelabuhan dan bandar udara,pembangunan jalan provinsidan kabupaten, serta berbagai infrastruktur lainnya, sepertiterminal, jaringan irigasi, tanggul pengendali banjir, pengaman pantai, sarana danprasarana air minum, sanitasi, air limbah, dan persampahan;

    2. Terselesaikannya pemulihan perekonomian lokal, sosial kemasyarakatan, danpenguatan kelembagaan, termasuk sertifikasi tanah di 25 kabupaten/kota di ProvinsiNAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.Sementara itu, sasaran yang akan dicapai dalam penanggulangan dan pengurangan

    risiko bencana di wilayah Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah, serta daerah pascabencana lainnya, meliputi:l. Terselesaikannya pembangunan dan rehabilitasi pftNarana publik yang meliputi

    prasarana pendidikan, kesehatan, dan prasarana peribadatan secara proporsional;termasuk pembangunan pusat informasi perumahan, permukiman, bangunan dangedung; serta pembangunan pusat pelayanan sosial dan trauma psikologis bagi korbanbencana.

    2. Tersusunnya strategi pengembangan ekonomi lokal dan strategi untuk menciptakansistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, termasuk pengembangan insentifdan perlindungan bagiUMKM diwilayah pasca bencana.

    Sasaran yang akan dicapai dalam pengurangan risiko bencana dan adaptasi terhadapperubahan iklim gobal meliputi:l. Berkurangnya risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang

    implementasinya dilaksanakan oleh lembaga penanggulangan bencana di tingkat pusatdan daerah, sesuai dengan Peraturan Presiden No 8 Tahun 2008 tentang Badan NasionalPenanggulangan Bencana, yang berfungsi sebagai badan koordinasi lintaspemangkukepentingan di tingkat pusat dan daerah dalam penanggulangan bencana secara terpadu,yang meliputi pencegahan dan kesiapsiagaan, penanganan darurat, serta pemulihanpascabencana.

    II.33 - 4

  • J .

    4.

    PRESIOENREPUBLIK INDONESIA

    Terbentuknya Forum Nasional (National Platform) Penanggulangan Bencana sebagaipenjabaran-kesepakatan internasional yang tertuang dan Kerangka Aksi Hyogo untukPengurangan Risiko Bencana'Terciptanya penguatan kelembagaan di pusat dan daerah dalam rangka memadukanrencana pengurangan risiko bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim global.Tersusunnya Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana, terutama pTladaerah-daerah yang telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)'dengan melibatkan partisipasi berbagai pemangku kepentingan, tefmasuk lembagadonor internasional, dunia usaha serta akademisi.Terlaksananya pelatihan peningkatan kesiapsiagaan .aparat BPBD, serta Satlak danSatkorlak daerah (bagi daerah yang belum membentuk BPBD), serta kader KarangTaruna dalam penanganan bencana di daerah, terutama di daerah rawan bencana, danpenyediaan kelengkapan standar sarana dan prasarana kebencanaan.Terbangunnya sistem informasi Pengurangan Risiko Bencana dan tersedianya petamulti riwan bencana yang dapat menjadi acuan bagi instansi di tingkat national maupundi daerah.Tercapainya pemantapan teknologi, informasi dan prosedur sistem peringatan dini padainstitusi di tingt

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    2. Peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat yang meliputi pelayanan pendidikan,pelayanan kesehatan, dan sarana peribadatan, termasuk peningkatan pelayanan sosialdan trauma psikologis bagi korban bencana.

    3. Penyusunan strategi pengembangan ekonomi lokal dan perbaikan infiastrukturpedesaan melalui penyempurnaan dan perluasan cakupan program yang berbasis

    ' masyarakat dan sekaligus perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, sertapengembangan insentif dan perlindungan bagi UMKM di wilayah pascabencana.Dalam rangka mengantisipasi berbagai kemungkinan kejadian bencana beserta

    tantangan dan permasalahannya di tahun 2009, kebijakan penanganan bencana danpengurangan risiko bencana diprioritaskan pada upaya-upaya pengintegrasibn penguranganrisiko bencana dan adaptasi perubahan iklim global, sebagai berikut:1. Penjabaran rencana aksi nasional pengurangan risiko bencana dan adaptasi

    terhadap perubahan iklim global, kegiatan meliputi beberapa diantaranya:a) Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah

    dan implementasinya harus dilaksanakan oleh suatu institusi yang kuat dan bersif'atkoordinatif I intas sektoral:

    b) Mempersiapkan penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencanasebagai salah satu prioritas daerah dengan mengintegrasikan adaptasi perubahaniklim global, serla dengan mengikutsertakan partisipasi dan konsensus sertakomitmen berbagai pemangku kepentingan di tingkat daerah;

    c) Mengkaji termasuk mengembangkan Sistem Infbrmasi Pengurangan RisikoBencana serta peta multi rawan bencana yang terintegrasi antar institusi yangmempunyai tugas dan fungsi berkaitan dengan penanggulangan dan penguranganrisiko bencana.

    d) Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta mengembangkan'

    sistem (prosedur dan teknologi) peringatan dini (early warning system);e) Mengurangi cakupan luasan dan dampak risiko bencana.

    2. Pengembangan kemampuan kelembagaan dan SDM dalam mitigasi bencana danperubahan iklim global, kegiatan meliputi beberapa diantaranya:a) Penguatan kelembagaan dalam pencegahan dan penanganan bencana di tingkat

    nasional dan daerah-daerah, dengan prioritas pada daerah-daerah yang rawanbencana;

    b) Pembentukan Forum Nasional (National Platform) Penanggulangan Bencanasebagai pelaksanaan kesepakatan internasional dalam Kerangka Aksi Hyogo;

    c) Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah dalam usaha mitigasi bencana;d) Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat untuk mampu memberikan tanggapan yang

    tepat dan efbktif terhadap dampak bencana;e) Penerapan sistem deteksi dini (early wm'ning iys/em) dalam rangka peningkatan

    ' kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di tingkat daerah dan masyarakati0 Pengingkatan kapasitas kelembagaan dan SDM terkait dengan penyedia data dan

    informasi cuaca dan iklim dalam memprediksi iklim secara akurat danmenyebarluaskannya ke masyarakat secara langsung (real time);

    3.'Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap penguranganrisiko bencana dan adaptasi perubahan iklim global, kegiatan meliputi beberapadiantaranya:a) Memanfaatkan pendidikan dan menciptakan inovasi ilmu pengetahuan dan' teknologi untuk membangun budaya dalam mengurangi risiko bencana,

    keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan;

    IL33 - 6

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    b) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengurangan risiko bencana danperubahan iklim global dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat, BadanKeswadayaan Masyarakat (BKM) serta tokoh masyarakat dan tokoh agama;

    c) Penyebaran informasi kepada masyarakat tentang pentingnya partisipasi masyarakatdalam usaha pelaksanaan pengurangan risiko bencana;

    d) Peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan perubahan iklim globalyang perlu diterapkan ke dalam kegiatan mata pencaharian sehari-hari, sepertipertanian, perikanan, dan lain-lain;

    4. Pendayagunaan penataan ruang nasional dan daerah yang berbasis penguranganrisiko bencana, kegiatan meliputi beberapa diantaranya:a) Konsolidasi dan penyediaan informasidan data spasial rawan bencana;b) Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota berbasis pengurangan

    risiko bencana;c) Penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Manual (NSPM) pengendalian

    pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan faktor mitigasi bencana;d) Penguatan dukungan Sistem Informasi dan Monitoring Penataan Ruang dalam

    rangka mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang;e) Penguatan kapasitas kelembagaan dan koordinasi penataan ruang di tingkat nasional

    dan daerah dalam rangka mendukung upaya pengendalian pemanfaatan ruang;f) Peningkatan kualitas pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

    yang berbasis mitigasi bencana, daya dukung wilayah, dan pengembangan kawasan.

    II.33 - 7