bab 30 pengampunan dosa.doc

Upload: bayu-sugara

Post on 07-Jan-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 30

BAB 30

PENGAMPUNAN DOSA

(Pembenaran dan Pengudusan)

Apakah Dosa itu...?

Kata dosa adalah sedemikian lazimnya dipergunakan di kalangan Kristen, hingga dapat ktia bertanya: apakah masih perlu kita bicarakan artinya..?.

Nampaknya kata dosa dengan sendirinya sudah jelas bagi semua anggota Gereja. Rupanya masing masing mengaminkan saja, bila di gedung gereja ia digelar orang berdosa; tak pernah ada orang yang berasa diri tersinggung, sehingga dengan marahnya ia keluar.

Juga dalam khotbah khotbah evangelisasi, kata dosa memegang peranan besar. Lazim seorang pengkhotbah memulai dengan menceritakan riwayat penciptaan dunia, lalu menyusul riwayat kejatuhan manusia kedalam dosa. Sebagaimana isi Kej. 1 2 dipandang selaku penjelasan mengengai soal terjadinya dunia, demikianlah cerita yang terdapat dalam Kej. 3 itu biasanya dianggap selaku penjelasan historis tentang masuknya dosa ke dalam dunia.

Oleh sebab kejatuhan kedalam dosa, yang terjadi baribu ribu tahun yang lampau demikianlah orang melanjutkan khotbah evanglisasi itu maka kini kita sekalian menjadi orang orang yang berdosa : dunia ini adalah penuh kejahatan, dan kita sendiripun tidak sempurna, tetapi dihinggapi oleh perbagai kelemahan serta kesalahan. Dengan uraian demikian pengkhotbah itu mengganggap bahwa para pendengar sudah menginsafi dosa mereka, sehingga mereka dapat diberitakan injil.Tetapi haruslah menjadi jelas kepada kita, bahwa didalam Alkitab kata dosa itu mempunyai arti yang lain dan isi yang jauh lebih berat. Kata dosa bukan saja berarti, bahwa manusia melanggar hukum hukum atau aturan aturan tertentu. Bahwa manusia itu berdosa, tidaklah dapat kita saling menyadarkannya dengan mengupas dan menganalisir perbuatan perbuatan, perkataan perkataan dan pikiran pikiran kita. Analisa semacam itu mungkin dapat menunjuk kepada perbagai kesalahan dan kekurangan yang ada pada kita, tetapi analisa itu tidaklah mencukupi untuk menemukan arti kata dosa, sebagaimana dimaksudkan di dalam Alkitab.

Dosa tidaklah sama dengan kejahatan, Ya memang, segala rupa kejahatan adalah dosa; tetapi pun apa yang kita anggap merupakan perbuatan perbuatan baik dapat merupakan dosa!. Dosa bukanlah hanya soal tubuh manusia, seolah olah bahwa roh atau jiwa atau batin manusia itu adalah bagiannya yang lebih baik.

Pendek kata dosa itu tidak boleh dijadikan istilah etika manusia yang berbicara tentang pelanggaran, akhlak dan kesopanan, tetapi kata dosa adalah isitlah theologia yang langsung ada sangkut pautnya dengan hubungan antara manusia dengan Allah. Dibandingkan dengan golongan yang dianggap oleh orang Orang Yahudi selaku pemungut pemungut cukai dan orang orang berdosa, tentu saja golongan orang farisi bukanlah orang orang jahat, melainkan pada umumnya orang orang jujur (Luk. 18:12). Orang orang seperti mereka tentulah akan kita pilih menjadi anggota angota Majelis Gereja ! Tetapi....justru merekalah musuh - musuh Yesus yang paling keras !. Keberagaman dan kesopanan mereka telah mengelabui mata mereka, sehingga mereka merasa diri orang yang sehat yang tidak membutuhkan tabib (Mat. 9:11-12). Mereka menolah kasih dan rahmat Allah yang dinyatakan dalam dalam kedatangan Kristus. Dan justru itulah sebabnya mereka menjadi orang orang berdosa dalam pemandangan Allah, meskipun pada pemandangan manusia mereka itu sungguh orang orang jujur. !

Pernah orang menyangka, bahwa agak sukar untuk mengaku percaya kepada Allah, kepada Tuhan Yesus, kepada Roh Kudus, tetapi bahwa sudah barang tentu orang mengaku berdosa. Pada hal, kedua soal ini benar benar adalah satu : dengan perantaraan Firman Allah, Roh Kudus membuat kita percaya dan begitu juga (malah serentak dengan itu) dengan perantaraan firman Allah. Roh Kudus membuat kita menyadari dosa kita dengan menyambut Injil tentang pengampunan dosa.

Tetapi barulah bila kita mendengar Tuhan berfirman kepada kita, kita menyadari keadaan kita sebagai orang orang berdosa pada pemandangan Tuhan. Mengenai dosa, tak ada sesuatu kesadaran umum atau pengetahuan am, yang akan dapat dibuat menjadi, kata pendahuluan atau titik pangkal untuk perkabaran Injil. Sebab kata dosa barulah mendapat artinya yang sebenarnya dalam mendengarkan serta menyambut Injil.

2.Hasil Pekerjaan Roh Kudus

Menurut sistim, yang dahulu sering dipergunakan dalam buku buku dogmatika, kajatuhan atau dosa manusia dibicarakan dalam suatu bab tersendiri, yang ditempatkan dalam bagianya yang pertama. Tetapi di dalam Pengakuan Imann Rasuli, kata dosa barulah disebut dalam bagian ketiga, yaitu dalam pengakuan tentang pengampunan dosa. Ungkapan ini menyusul sesudah pasal tentang Gereja dan persekutuan .

Jadi kenyataan bahwa kita ini orang orang berdosa, adalah suatu kenyataan yang disampaikan dan dinyatakan kepada kita dari luar, dari atas. Sebab Tuhanlah yang menyebut kita orang orang berdosa.

Sekali lagi : istilah dosa menyatakan suatu kebenaran theologis, suatu kebenaran yang disampaikan kepada kita dari atas dan hanya dapat kita aminkan di dalam percaya. Rumusan manusia itu berdosa bukanlah kebenaran yang sederajat dengan kebenaran 2 x 2 = 4 atau misalnya kebenaran, bahwa rumput itu hijau warnanya. Ucapan manusia itu berdosa adalah suatu pengakuan yang sama mutunya dengan misalnya pengakuan bahwa Alkitab adalah firman Allah . Maksudnya sama seperti isi Alkitab barulah menjadi Firman Allah bagi kita, bila Roh Kudus membuka mata dan hati kita, demikianlah juga barulah kita sungguh menjadi orang orang berdosa oleh pekerjaan Roh Kudus di dalam hati dan hidup kita.

Roh Kudus berkenan bekerja dalam hidup kita dengan perantaraan Gereja, Alkitab, Pelayanan Firman dan Sakramen. Dengan jalan itu Roh Kudus memperhadapkan kita kepda Salib dan Golgota. Dan justru disanalah menjadi jelas kepada kita, bagaimana pandangan dan pikiran Allah mengenai kita manusia. Dialah manusia sebagaimana menurut pandangan Allah demikianlah dosa manusia, sehingga sepatutnya manusia itu di hukum mati dan disalibkan sebagai seorang yang terkutuk . salib itulah yang menyingkapkan keadaan manusia pada pemandangan Allah.

Di Golgota, kita menemukan dua kebenaran yang tak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni :

1.Bahwa di hadapan hadirat Allah, kita adalah orang orang berdosa.

2.Bahwa dosa kita telah diampuni.

`Nabi Yesaya menyadari arti kata dosa , ketika ia berjumpa dengan Allah dan menginsafi kehadiran Nya ( Yes 6 : 5 ). Petrus menginsafi arti kata dosa , ketika mengalami kebaikan Tuhan Yesus ( Luk 5 : 8 ). Justru oleh pekerjaan Roh Kudus di dalam hati dan hidup kita, kita menyadari jarak antara kita dengan Allah, ketidak taatan kita kepada Allah, pemberontakan kita terhadap Allah , penentangan kita terhadap rahmat Allah, adalah dosa kita sendiri juga , kita tidak mau hidup dengan bergantung kepada Allah, kita mau berdikari juga terhadap Allah kita sendiri mau menentukan nasib hidup kita, dan kita sendiri mau menentukan apa yang kita anggap baik dan apa yang kita anggap jahat.Itulah yang dimaksudkan di dalam Alkitab dengan kata dosa segenap sikap hidup kita sebagai manusia yang meniadakan hubungan dan nisbah yang benar antara kita dengan Allah. Sebab itu tak dapat tidak hanya Roh Kuduslah yang sanggup menyakinkan kita tentang dosa kita, dan ia berbuat demikian dalam memperhadapkan kita kepada Yesus Kristus, Tuhan yang telah disalibkan dan yang bangkit pula itu. Artinya Ia berbuat demikian dalam menyakinkan kita tentang pengampunan dosa kita.3.Soal Dosa Turunan

Istilah dosa turunan tidak terdapat di dalam Alkitab, dan mudah menimbulkan salah paham. Tetapi di lapangan dogmatika agaknya kita terpaksa mempertahankan istilah ini sebagai istilah bantuan.Pelagius beranggapan bahwa manusia pada saat kelahiranya lepas dari noda dosa dan sama bersihnya denga Adsam sebelum kejatuhanya. Malahan menurut ajaran Pelagius, manusia tetap sanggup juga melakukan apa yang baik, sebab ia masih tetap mempunyai kehendak yang bebas . Sehingga ia dapat memilih antara yang baik dan yang jahat.

Augustinus mau mepertahankan dua kebenaran, yang nisbahnya tak mudah untuk menjelaskanya sampai masuk akal. Yaitu :

1.Bahwa dosa itu adalah suatu realitas yang tak dapat di elakkan olah manusia.

2.Bahwa namun demikian, diri dengan berdalih dalih.

Manusia sendiri tetap bertanggung jawab dan tak dapat membenarkan.

Akan tetapi Agustinus mau meperkukuh ajaranya tentang dosa turunan itu dengan suatu penjelasan yang bersifat historis. Yakni bahwa semua manusia adalah sedarah dan sedaging, oleh sebab itu kita sekalian adalah ketrunan manusia pertama, yakni Adam yang telah hidup pada permulaan sejarah dunia dan manusia

Penjelasan seperti itu mudah menimbulkan salah-paham yang berbahaya. Yaitu, bahwa soal dosa-turunan dianggap sebagai penjelasan tentang sifat atau keadaan manusia suatu penjelasan yang bersandar pada ilmu sejarah, biologi dan psikologi ! - dan bahwa segala perbuatan kita yang salah adalah merupakan akitab akibat yang disebabkan oleh dosa turuna itu. Didalam alkitab tidak dibicarakan tentang dosa sebagai sesuatu keadaan atau kodrat yang menyebabkan kesalahan kesalahan kita, seolah olah keadaan itu dapat dipisahkan dari diri kita dan keaktifan kita. Sekalipun kata dosa dipakai dalam bentuk tunggal dan bermaksud menyatakan segenap sikap hidup kita, tetapi dosa selalu dipandang selaku perbuatan : juga sikap hidup itu adalah perbuatan manusia.

Kata Dosa selalu berisi tuduhan : kita manusia sendiri yang bersalah dan bertanggung jawab atas kesalahan kita. Jadi didalam Alkitab ditekankan bahwa kita sendiri bertanggung jawab secara pribadi. Tetapi hal ini tidak berarti, bahwa mengenai dosa itu orang berbicara secara individualistis. Dalam berbicara tentang dosa, harus dikatakan : sunguh sunguh ada hubungan dan persamaan antara seluruh umat manusia dari segala jaman dan segala jenis bangsa, yaitu dihadapan Allah dan terhadap Allah, seluruh umat manusia adalah satu. Kesatuan itu adalah sedemikian rupa, sehingga manusia tidak bisa mengelakkan persekutuan didalam dosa itu, sekalipun sejak kelahirannya, ia mungkin dapat dididik lepas dari pergaulan dengan orang orang lain.

Dosa pun bukanlah akibat dari keburukan sosial dan ekonomi. Keadaan di dunia ini buruk, oleh sebab manusia itu adalah buruk. Dengan pemberitaan ini Gereja tidak mau menyelimuti keburukan keburukan sosial ekonomi. Gereja tidak mengajak manusia untuk menundukkan kepalanya sambil menerima saja nasibnya. Gereja tidak meninabobokan manusia dengan menjanjikan kehidupan disurga selaku pampasan di akhirat. Gereja memprotes terhadap segala rupa keburukan sosial ekonomi.

Istilah Dosa Turunan tidak bermaksud menjadi penjelasan secara akal budi tentang berkembangnya dosa, yakni suatu penjelasan dengan bantuan ilmu sejarah, ilmu bangsa bangsa, biologi atau psikologi. Dosa turunan adalah istilah theologia dan mengandung suatu pengakuan yang ada sangkut pautnya dengan kepercayaan kita. Dengan istilah ini kita mengaku, bahwa dosa itu adalah suatu realitas yang sedemikian rupa meliputi seluruh kehidupan kita, dari kelahiran sampai kepada kematian, hingga dilihat dari pihak kita manusia tak ada jalan keluar.

Pengakuan dosa turunan artinya : pengakukan bahwa dihadapan Allah, kita sekalian adalah satu didalam dosa pengakuan itu membuat kita rendah hati : kita tidak bis membanggakan diri terhadapn orang orang lain, golongan golongan lain, bangsa bangsa lain.

Tetapi bila dilapangan ilmu theologia dan Gereja dipergunakan nama Adam, maka yang ditegaskan kepada kita ialah bahwa selaku orang orang berdosa kita sekalian menjadi anak anak dari satu Bapa, sebagaimana Abraham adalah bapa semua orang percaya, demikianlah Adam itu bapa semua orang berdosa.Kata Adam berarti manusia. Inilah manusia : manusia yang memberontak kepada Allah. Didalam Adam Pertama kita semua menjadi satu sebagai orang orang yang berdosa, sebagai hamba hamba dosa; dan upah yang dibayarkan kepada kita ialah....maut. Tetapi didalam Adam kedua itu kita beroleh keselamatan : pengampunan dosa, kebangkitan hidup kekal !. Justru dengan pengakuan tentang dosa turunan itu kita memuliakan kemenangan sempurna, yang telah diperoleh oleh Kristus dengan mengalahkan kuasa kuasa dosa, maut dan iblis.4. Diselamatkan oleh sebab rahmat Allah

Dalam Pengakuan Iman Rasuli, keselamatan tidak disimpulkan dalam ungkapan ungkapan seperti pembaruan hidup atau masyarkat yang baru. Keselamatan itupun tidak dipandang melulu sebagai soal akhirat, dengan menyimpulkan misalnya dalam kata surga. Keselamatan yang menjadi realitas dalam hidup kita ini dan disini, diungkapkan dalam istilah pengamunan dosa.

Pengampunan adalah perbuatan Allah yang timbul dari rahmatNya. Pengampunan sekali kali tidak berarti bahwa Allah membiarkan serta memaafkan saja kekurangan kekurangan manusia.

Rahmat berarti, bahwa kita diberi grasi, sehingga kita dibebaskan dari penghukuman. Rahmat itu berarti, bahwa Allah menyampaikan firman pembebasanNya kepada kita, dan dengan demikain memberikan kepada kita suatu tempat dan kedudukan yang baru, suatu nama dan gelar yang baru : kita, orang orang berdosa, disebutkanNya dengan nama baru, yakni anak anak Allah. Oleh sebab itu Allah menamakan kita demikian, mak sungguh kita adalah anak anakNya !. Oleh firman yang menciptakan itu, Ia benar benar menjadikan kita anak anakNya. Dengan perkataanlain : oleh rahmat yang dinyatakanNya didalam Yesus Kristus, Firma Allah yang sesungguhnya, kita telah dijadikan anak anakNya.

Gereja Katolik Roma mengartikan rahmat Allah itu selaku suatu kekuatan atau tenaga atau gaya yang dituangkan masuk kedalam manusia (latinnya : Gratia infusa). Rahmat itu mengajak dan mengubah dan membarui manusia. Rahmat itu kurnia kurnia adi kodrati (supra ilmiah) yang diberikan kepada kita untuk masuk surga (Katekismus Indonesia, hl. 55). Ajaran Katolik Roma berpangkalan pembedaan antara (1) kodrat manusia sebagai makhluk, dan (2) :rahmat sebagai pemberian yang bersifat kodrati, artinya kekuatan ilahi yang berada di luar dan diatas kodrat atau pembawaan manusia, diluar dan di atas keadaan dan sifat sifat kita sebagai makhluk. Menurut ajaran Katolik Roma, dosa dipandang sebagai kerusakan kodrat manusia. Tetapi rahmat ilahi ditambahkan kepada kodrat manusia itu dengan masuk ke dalam manusia selaku suatu kekuatan atau gaya yang menyembuhkan atau memperbaiki.

Menurut pendapat Protestan, Alkitab memberitakan kepada kita bahwa rahmat adalah sikap Allah tehadap kita, isi hatiNya atau kerelaanNya terhadap kita (latinnya : favor dei) karuniaNya yang dinyatakan keada kita. Rahmat Allah berarti : cara Allah yang rahmani itu memandang kepada kita, berfirman kepada kita, bertindak bagi kita dan terhadap kita. Rahmat menunjuk kepada hekakat Allah yang adalah kasih.

Sama seperti kata kata Kasih, belas-kasihan, dsb. Begitu juga kata rahmat memberitakan kepada kita : sebagaimana perkenan Allah, sikapNya, isi hatiNya terhadap kita, demikianlah Allah mengasihi isi dunia, sehingga orang orang berdosa diselamatkanNya. Rahmat itu adalah perbuatan Allah, firman Allah, janji Allah kepada kita manusia.Ajaran Katolik Roma berpangkalan pembedaan (yang bersifat nisbi) antara kodrat atau tabiat manusia dengan kekuatan karunia yang adi-kodrati/supra-alamiah; tetapi menurut kepercayaan kita; soalnya adalah pertentangan (yang bersifat mutlak) antara dosa ktia dengan rahmat Allah. Kata dosa menyatakan kepada kita : demikianlah pandangan Allah yan kudus terhadap kita manusia, sehingga kita ditolak dan dihukum oleh ALlah. Didalam percaya kepada Allah, kita akui bahw pikiran dan penilaian Allah itu adalah benar : dihadapan Allah, kita adalah orang orang yang menginsafi dosanya.

Janganlah kita menyangka, bahwa perbedaan antara ajaran Katolik Roma dengan ajaran Protestan tentang rahmat itu hanyalah pertengkaran kata-kata yang tidak berguna. Segenap penghiburan kita bergantung kepada arti kata rahmat. Andaikata rahmat itu adalah sesuatu yang diberikan kepada kita untuk memungkinkan kita bekerja sama dengan Allah, maka tetaplah ada kemungkinan bahwa kita memboroskannya. Tetapi kalau rahmat itu rahmat Allah, perkenanNya, kasihNya dan belas kasihNya terhadap kita, maka terdapatlah penghiburan yang sunguh sunguh, kesukaan dan kepastian yang takkan hilang hilangnya. Dalam percakapan kepada Allah yang rahmani itulah terletak penyelamatan kita. Injil tentang rahmat Allah ialah, bahwa penyelamatan kita adalah semata mata perbuatan Allah sendiri. Kita menyembah dan memuliakan Allah yang telah membuktikan rahmatNya didalam kedatangan Yesus Kristus, dengan menunjukkan kerelaan kehendakNya tehadap kita (bacalah Ef. 1:3-8).

5.Dibenarkan oleh karena percaya

Mengenai istilah istilah benar, kebenaran dsb. Sebagai mana terdapat dalam Alkitab terjemahan Indonesia, kita hadapi suatu kesulitan yang belum dapat dipecahkan dengan cara yang memuaskan. Sebab dalam Perjanjian Baru berbahasa Yunani ada tedapat dua kata yang berbeda sekali, teapi yangkedua duanya ditrjemahkan kedalam bahasa Indoensia dengan kebenaran. Pertama : Kata aletheia (latinnya : veritas), yaitu Kebenaran dalam arti tidak bohong tidak dusta (misalnya Yoh. 14:6, 17:!7); 18:37. kedua : kata dikaoisyne (latinnya iustitia), yaitu kebenaran dalam arti tidak bersalah. Keadilan, kelurusan.

Bertalian soal pembenaran ini boleh kita ingat kepada bidang kehakiman dan pengadilan. Pengampunan dosa berisikan sebagai berikut : kita, orang orang berdosa, dipangil menghadap Allah yang adalah Hakim, tetapi Haki itu membebaskan kita sebagai orang orang yang tidak bersalah, orang orang yang benar.

Bila dalam buku buku pihak Katolik Roma dibicarakan tentang ajaran Protestan mengengai pembenaran oleh iman, maka ajaran protestan itu sering dipaparkan sebagai berikut : menurut ajaran protestan, orang berdosa disebut Allah orang benar, sedang pada hakekatnya orang itu bukanlah orang benar, dan hal ini memang diketahui juga oleh Allah itu sendiri. Tetapi keadilan itu adalah keadilah ilahi : Allah menghakimi dan mengadili kita manusia berdasarkan apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Dalam mengahdap Allah, Ia menyebut kita orang berdosa, dan tak dapat tidak kita mengiakannya. Akan tetapi...Yesus Kristus datang dan sebagai ganti kia Ia telah menanggung hukuman Allah. Dengan menyatakan ketaatanNya, dengan melakukan sepenuhnya apa yang ditugaskan kepadanya oleh Allah, maka Tuhan Yesus telah memenuhi segenap keadilan dan kebernaran (demikianlah yang dimaksudkan dalam Mat. 3:15).

Percaya kepada Kristus berarti mengenakan Kristus (Roma 13:!4; Gal. 3:27). Maksud kiasan ini ialah, bahwa kita dipersatukan sedemikian rupa dengan Kristus, hinga kita boleh ambil bagian dalam kebenaran dan keadilan yang telah Ia wujudkan didalam kematian dan kebangkitanNya. Dia yang tidak mengenal dosa (Dia yang dalam diriNya sendiri adalah orang benar dihadapan hadiran Allah) telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya didalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor 5 : 21). Demikianlah keajaiban yang dilakukan Allah, bila didalam rahmatNya Ia mengampuni dosa kita : kebenaran dan keadilan Kristus diperhitungkan dan dikenakanNya kepada kita sedemikian rupa, hingga kebenaran dan keadilan itu sungguh berlaku bagki kita.

Pengampunan dosa semacam itu mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita sebut akal yang waras (bab 16,3). Tetapi celakalah kita, bila kita menolah keputusan Allah yang kita anggap agak aneh itu. Hendaknya kita mengaminkan dengan penuh kesukaan dan rasa bersyukur, bila Allah berkata kepada kita : dengan cara demikianlah Aku mau menjatuhkan hukum, dan Aku berkenan untuk mensahkannya sebagai hukum yang benar serta adil. Korban Kristus tidak bermaksud untuk memuaskan Allah, seperti ilah-ilah orang kafir harus dipuaskan dengan mempersembahkan korban korban. Bila dikatakan bahwa kita menjadi satu dengan Kristus (Rm. 6:5), maka persekutuan itupun tidak berarti, bahwa perbedaan antara Dia dengan kita dihapuskan, sebagaimana didalam tasawuf di hapuskan perbedaan antara Allah dengan manusia. Kita dibenarkan oleh percaya kepada Krisus, sebab Allah memberikan dan memperhitungkan kepada kita kebenaran dan kedudukan Kristus.

Sesungguhnya : semua itu berlaku didalam percaya. Kita dibenarkan oleh percaya kepada Yesus Kristus, artinya oleh percaya kepada rahmat yang telah dinyatakan Allah kepada kita dalam kedatangan dan pekerjaan Kristus. Ajaran tentang pembenaran oleh iman ini menegaskan kepada kita : penyelamatan mu terletak pada Allah dan semata mata datang dari Allah. Itulah sebabnya para Pembaru Gereja sangat menekankan bahwa manusia dibenarkan karena iman saja (latinnya : sola fide), bukan dengan melakukan Hkum Taurat. Tetapi sebagai orang percaya, kita mengaku bahwa kepercayaan itupun dianugerahkan kepada kita sebagai pemberian Allah (Ef 2:8). Percaya itu diterbitkan oleh Roh Kudus. Allah sendiri yang membuat kita menyambut apa yang Ia katakan kepada kita. Maka penyelamatan kita seluruhnya terjadi oleh karena rahmat Allah, semata mata oleh karena Rahmat itu. Inilah yang menjadi Injil Pembenaran oleh karena iman.6.Dikuduskan didalam Kristus

Dapat dimengerti, bahwa sesudah ajaran tentang pembenaran oleh karena iman, menyusllah didalam Katekisumus Heidelberg. Bukan karena barangsiapa yang telah menjadi anggota tubuh Kristus dengan iman yang sunguh sunguh tidak dapat tidak akan berbuahkan amalam yang timbul dari rasa bersyukur kepada Allah (pertanyaan dan jawab 64). Iman bukanlah suatu pandangan yang bergantung diawang awang,melainkan harus memperlihatkan bukti buktinya dalam hidup kita sehari hari. Soal itulah yang kita hadapi dalam berbicara tentang pengudusan. Mengenai pengudusan, hendaknya kita bedakan dua segi.

Pertama, dilihat dari sudut Injil, orang yang telah dibenarkan oleh karena percaya kepada Kristus, serentak juga ia telah dikuduskan (1 Kor 6:11). Pengudusan ini bersifat mutlak. Sebab Kristus sendirilah kebenaran (Keadilan) maupun pengudusan kita, sunguh- sunguh dengan utuh, dengan sepenuhnya (1 Kor 1:30). Orang yang dibenarkan, telah juga dibaharui, telah dilahirkan kembali; ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu (2 Kor 5:17).

Kedua : pengudusan yang merupakan suatu realitas didalam percaya itu, haruslah berbuahkan suatu kehidupan secara Kristen. Dengan kata lain : pengudusan yang bersifat mutlak itu haruslah membuktikan diri dalam suatu pengkudusan hidup yang memang hanya bersifat Nisbi. Kita telah dikuduskan didalam Kristus, menjadi anak anak Allah (1 Yoh 3:2), tetapi belumlah kita dimuliakan besama dengan Kristus (Ko. 3:4).

Didalam hidup kita haruslah terdapat tanda yang menyatakan, bahwa kita tergolong kepada jemaat yang telah dikuduskan oleh Kristus dan didalam Kristus. Pengampunan dosa berarti juga, bahwa kita mengampuni orang orang yang bersalah kepada kita (Mat 6:12; 18:23-35; Luk. 7 : 36 50). Didalam dogmatika ada terkandung etika : kepercayaan Kristen haruslah menghasilkan kehidupan secara Kristen.

Kesadaran ini mencirikan kehidupan kita sebagai orang Kristen diduni a ini. Masa selang ini adalah masa berpuasa (Mat. 9:15) artinya kita hidup ditengah tengah dunia, tetapi selaku orang orang yang bersikap kritis terhadap dunia ini dan cita citanya. Sikap hidup semacam itu dapat disebut berpuasa secara Kristen. Kepada Pengudusan yang bersifat nisbi ini termasuk jug bahwa kita menjadi saksi saksi Kristus dengan perbuatan perbuatan kita, agar kelakuan kita jangan merintangi orang lain untuk melihat kemuliaan Kristus. Apa yang disebut perbuatan-perbuatan baik ialah perbuatan yang timbul dari rasa syukur kepada Allah. Perbuatan perbuatan itu menyatakan kepercayaan kita mengenai janji Allah tentang langit baru dan bumi baru, dimana akan terdapat kebenaran dan keadilan (2 Ptr. 3:13). Perbuatan perbuatan baik itu tidak mendatangkan pahala, artinya tidak menjadi dasar untuk mengharapkan ganjaran dari pihak Allah.

Kita dibenarkan oleh karena percaya kepada Yesus Kristus : oleh karena itu percaya itu kita dikuduskan didalam Kristus; iman itu harus menjadi nyata dalam kehidupan kita. Tetapi kepastian keselamatan, yang Tuhan berikan kepada kita, tidak timbul dari kita sendiri. Tidak berdasarkan hidup rohani atau pengkudusan hidup ataupun perbuatan perbuatan baik yang kita lakukan. Iman kita, pertobatan kita, ketaatan kita, kasih kita kepada sesama manusia, kesabaran, kerajinan kita, usaha kita untuk berjaga jaga dan berdoa kesemuanya ini, seberapa hal itu merupakan usaha kita sendiri tidaklah mencukupi di hadapan Allah untuk menjadi kebenaran yang dari Kristus bagi kita (Barth). Maka jalan yang satu satunya ialah bahwa kita hidup semata mata dengan percaya kepada rahmat Allah, : semata mata berdasarkan pengampunan dosa.BAB 31PERTOBATAN DAN KELAHIRAN KEMBALI

1.Hubungan Dengan Bab yang lampau

Dalam ungkapan pengampunan dosa telah disimpulkan Keselamatan yang diwujudkan Tuhan Yesus dalam kematian serta kebangkitanNya, sehinga oleh karena percaya kepada Tuhan itu kita dibenarkan dihadapan hadirat Allah menjadi anak anakNya. Pembenaran oleh kerena iman telah menjadi pokok sentral dalam theologia para Pembaru Gereja.

Sekarang kita harus berbicara soal Pertobatan atau tobat dan soal kelahiran kembali. Didalam orthodoxi abad ke 17, penyelamatan manusia itu dipandang sebagai suatu proses yang berangsur angsur yang peristiwa peristiwa serta keadaan keadaannya disistemkan sebagai berikut : pangilan pencerahan tobat kelahiran kembali pembenaran persekutuan dengan Kristus pembaharuan atau penyucian pemuliaan hidup kekal.

Usaha untuk meyusun sistem semacam itu haruslah ditolak. Penyelamatan manusia tidaklah merupakan suatu proses berangsur angsur yang unsur unsurnya dapat kita daftarkan menurut urutan saat saat terjadinya. Jalan menuju keselamatan bukanlah menyerupai suatu tangga, tempat manusia memanjat kepada Allah, seperti halnya didalam mistik.

Menurut ajaran Reformasi, Pembenaran oleh keselamatan? menurut ajaran Reformasi, pembenaran oleh karena iman merangkum segenap keselamatan yang dianugerahkan kepada kita didalam Kristus. Tetapi dengan ajaran itu tidaklah diabaikan soal kelahiran kembali atau soal pengudusan dan pembaharuan hidup. Pembenaran adalah kelahiran kembali, pembaharuan hidup, ketaatan baru serempak. Dalam Roma 8:29 30 Rasul Paulus tidak bermaksud menetapkan sistem demikian, melainkan dikhotbahkannya bahwa Allah setia didalam rahmatNya dan akan menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulainya (bandingkan ayat 31).

Istilah istilah dan pengertian pengertian seperti pembenaran, tobat, kelahiran kembali dsb adalah kiasan kiasan yang masing masing mengemukakan salah satu segi tertentu dari Keselamatan yang satu itu. Keselamatan itu merupakan suatu keseluruhan yang sedemikian limpahnya, hingga selalu pula harus kita pergunakan gambaran gambaran atau kiasan kaisan yang lain untuk mendekati isinya. Pembenaran misalnya adalah kiasan yang diambil dari bidang peradilan. Kiasan kiasan yang dimaksudkan dengan istilah itu tidak dapat dianggap seperti tiang tiang atau batu abtu kilometer, yang menunjukkan jarak yang terbentang dibelakang kita dan jarak yang masih didepan kita di jalan keselamatan yang harus kita tempuh.

Namun demikian, pembenaran manusia pertama tama ada hubungannya dengan Kristus dan pekerjaan pendamaian yang telah diselesaikannya (sekalipun iman yang membenarkan itu digolongkan kepada pekerjaan Roh Kudus). kelahiran kembali adalah lebih langsung berhubungan dengan Roh Kudus dan pekerjaan pekerjaan yang sedang dilaksanakanNya dan akan dilakukanNya. Maka sesuai dengan tata tertib dogmatis dalam pembicaraan tentang Kristus dan Roh Kudus, mula mula kita berbicara tentang pembenaran dan barulah sesudahnya tentang kelahiran kembali.

Dengan kata lain : ajaran tentang pembenaran menentukan apa yang harus dikatakan tentang tobat dan kelahiran kembali, pembenaran oleh karena iman menjadi dasar bagi pembicaraan tentang tobat dan kelahiran kembali, bukanlah sebaliknya. 2.Kiasan tentang Tobat

Dikalangan gereja gereja, Metodis sangat ditekankan bahwa pekerjaan yang harus dilakukan manusia ialah bertobat. Dalam tiap tiap khotbah diserukan kepada manusia ialah bertobat. Dalam tiap tiap khotbah diserukan kepada manusia : bertobatlah engkau; engkaulah yang harus bertobat; haruslah engkau bangkit berdiri seperti anak yang hilang itu dan kembali kepada Bapa serta mengaku berdosa (Luk. 15:18 dyb)

Panggilan dan seruan demikian tentulah sesuai dengan apa yang dikatakan didalam Alkitab. Baik Yohanes pembaptis mau pun Tuhan Yesus memang mengemukakan tuntutan supya bertobat (Mat. 3:2, 4:17). Timbulah juga bahaya bahwa pertobatan itu semata mata dianggap sebagai pekerjaan yang dilakukan manusia itu sendiri, lepas dari pekerjaan Allah didalam hati dan hidup kita.

Pertobatan adalah suatu kiasan. Kiasan atau perumpamaan biasanya mengemukakan haya satu segi dari kebenaran yang hendak dikiaskan.

Segi yang dikemukakan dengan istilah tobat dan yang memang penting ! ialah bahwa manusia bukanlah seperti sebuah batu mati, tanpa hati dan perasaan dan kehendak dan akal budi, manusia itu bertanggung jawab dan harus mengambil keputusan; manusia itu harus bertobat dan kembali kepada Tuhan !. Dalam berkhotbah, seruan dan tuntutan untuk bertobat harus diperdengarkan dengan tegas. Manusia yang mau memaafkan diri dengan mengatakan : iman merupakan karunia yang yang tidak bisa kita usahakan sendiri manusia itu dengan tegas dipanggil untuk bertobat, dan kepadanya diberi ingat, supaya janga ia berpangku tangan saja, tetapi supaya mengulurkan tangannya untuk menyambut apa yang hendak dikaruniakan Allah kepadanya.

Bertobatlah ! maksudNya ialah supaya segenap hidup orang orang beriman menjadi tobat (atau sesal), sesal dan tobat tidak hanya mengenai tindak tanduk kita yang kelihatan, melainkan seluruh sikap sikap kita, hati kita, batin kita yang sedalam dalamnya.

Sebagai latar belakang kata tobat dalam Alkitab, haruslah kita perhatikan kara Ibrani, syaub, yang seperti : berpaling dan kembali kepada Tuhan. Ingatlah dulu kepada nabi Yesaya, yang menamakan anaknya Syear Ya-Syub (=suatu sisa akan kembali; Yes 7:3) sesuai dengan isi pengharapan serta pemberitaannya : mereka akan kembali dari Babel, dan kembali kepada Tuhan (Yes. 10:21). Tetapi pada zaman terjadinya Perjanjian Baru ada lagi suatu kata Yunani yang lebih lazim dipergunakan sebagai pengertian rohani, yaitu metanoia, yang artinya ialah : perubahan hati atau perubahan niat. Kata kerja yang bersangkut paut dengan kata metanois itu pernah diterjemahkan dengan menyesal (Luk 17:3). Arti ini rupa rupanya dimaksudkan juga dalam 2 Kor. 7 : 9, 17 :3). Arti ini rupa rupanya dimaksudkan juga dalam 2 Kor 7 : 9

Akan tetapi didalam Perjanjian Baru kedua kata itu agak sama saja artinya, sebab latar belakang kedua-duanya ialah kata Ibrani, syub, Keduanya dapat diterjemahkan dengan tobat atau pertobatan dan arti yang tepat ialah : berpaling dan kembali kepada Tuhan. Tuhan Yesus telah berkata : Bertobatlah, sebab kerajaan Sorga sudah dekat (Mat. 4 : 19). Menurutt Calvin kedua bagian kalimat itu boleh juga dipertukarkan, sehingga menjadi : oleh sebab Kerajaan Sorga sudah dekat, makanya bertobatlah !.

Pertobatan berarti : melepaskan diri dari perhambaan penguasa penguasa dan dewa dewa dunia ini, membelakangi meeka dan berpaling kepada Kerajaan yang mendatang. Bertobat artinya berpaling, mengubah sikap sikap, lalu memandang kepada Yesus Kristus dan bertanya kepada Dia. Istilah pertobatan menitikberatkan bahwa kita manusia yang harus bergerak. Injil datang kepada kita sebagai seruan dan perintah : bertobatlah ! percayalah ! tetapi justru orang yang percaya, dia akan mengakui bahwa kepercayaan itu dianugerahkan kepadanya. Hal itu berlaku juga mengenai tobat atau pertobatan, yang nampaknya menjadi perbuatan manusia. Dalam percaya tidaklah kita membanggakan pertobatan kita sebagai prestasi kita sendiri, pertobtan manusia merupakan mujizat yang terbit dari kemahakuasaan Allah. Demikianlah pertobatan manusia merupakan suatu mujizat yang berlawanan dengan apa yang disebut kodrat manusia (bandingkan Mat. 19 : 25 26).3.Kiasan tentang kelahiran kembali

Disamping Metodisme yang menekankan bahwa manusia harus bertobat, telah timbul didalam sejarah Gereja juga semacam Pletisme yang berpangkalan kelahiran kembali sebagai suatu peristiwa yang tidak timbul dari kegiatan manusia, melainkan semata mata merupakan soal pemilihan yang diadakan Allah (Dr. Berkhof, Dr. Enklaar, Sejarah Gereja, a.l. bab 58, 7 8).

Haruslah dikemukakan pula, bahwa kelahiran kembali itu memang merupakan suatu kiasan yang dipentingkan juga dalam Berita Alkitab. Tuhan Yesus sendiri mengatakan : jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerjaan Allah (Yoh. 3:3) Paulus mengaku : penyelamatan bukanlah bergantung kepada kehendak manusia atau usahanya,melainkan kepada kemurahan hati Allah (Rm. 9 : 16).

Pada pihak lain, disinipun harus ditegaskan, bahwa kelahiran kembali itu adalah suatu kiasan dan tentulah menyoroti hanya satu segi tertentu dari Berita Alkitab. Segi yang dikemukakan dalam kiasan ini, ialah bahwa masuknya Keselamatan kedalam hidup kita adalah benar benar berarti pembaharuan : ada terbit sesuatu yang baru, ada dilahirkan sesuatu yang baru, ada diciptakan sesuatu yang baru. Kata Yunani, yang kita terjemahkan dengan kelahiran kembali, ialah paling-ganesia, yang hanya dua kali dipergunakan dalam Perjanjian Baru.

Jadi istilah kelahiran kembali itu tidak boleh dibatasi kepada hanya suatu soal kebatinan atau jiwa kita manusia ! sama seperti isilah tobat, demikian juga kiasan tentang kelahiran kembali itu erat sekali hubungannya dengan Kerajaan Allah yang mendatang. Dengan cara tersembunyi. Kerajaan itu telah ada di dunia sekarang : adanya Jemaat Kristus merupakan tanda Kerajaan itu dan mengandung janji bahwa kerajaan ini akan dinyatakan kelak. Didalam percaya dan pengharapan itu Jemaat Kristus kini dan disini telah beroleh bagian dalam pembaharuan yang akan datang. Dalam arti seperti itulah kita temukan kata palinggenesia untuk kedua kalinya didalam perjanjian baru, yaitu didalam Tit. 3 5, suatu ayat yang sulit, artinya, kalau disadur; sebagai berikut : bukan karena usaha kita untuk menjadi orang orang benar, melainkan karena rahmat Allah. Ia telah menyelamatkan kita dengan permandian kelahiran kembali (=palinggenesia) dan dengan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Pembaharuan dan kelepasan yang akan diwujudkan itu kini sedan menentukan iman dan kehidupan Gereja didunia ini : didalam percaya, kita telah diselamatkan.

Justru oleh sebab Jemaat Kristus mengetahui tentang pembaharuan yang akan datang, makanya ia mengetahui juga tentang pembaharuan dan kelahiran kembali yang kini dikerjakan oleh Roh Kudus.

Itulah sebabnya juga anggota anggota Gereja masing masingnya memerlukan pembaruan atau kelahiran kembali itu.

Ternyatanlah, bahwa istilah kelahiran kembali itu dalam Perjanjian Baru menaruh isi yang jauh lebih luas daripada soal batin manusia yang asik diperhatikan dikalangan kalangan Pietis !. Alkitab adalah Firman Allah ! Istilah kelahiran kembali bukanlah mengarahkan perhatian kita kepada manusia yang saleh serta orthodox, melainkan pertama-tama sekali mengiaskan Kerajaan Allah yang akan di nyatakan kelak.

4.Manusia yang baru

Dalam menantikan perayaan Perjamuan Agung di masadepan, kita hidup dengan mengingat kembali kepada baptisan yang terletak dibelakang kita. Bila kita mengerjakan arti Baptisan itu dengan mengaku percaya maka kita insaf bahwa kita telah dijadikan satu dengan Kristus dalam kematianNya : manusia lama yang tadinya menentukan hidup kita, telah dipakukan bersama sama dengan Kristus pada kayu salib, agar supaya kita bangkit bersama sama dengan Dia selaku manusia baru (Rm. 6:3 dyb). Sebab itu Baptisan Kudus dapat disebut permandian kelahiran kembalibandingkan Tit. 3:5).

Inilah manusia yang baru : manusia yang ada didalam Kristus, manusia yang dipersatukan dengan Kristus oleh karena percaya yang hidup, manusia yang seberapa banyak kali sungguh mengaku percaya kepada Kristus, Pembaruan atau kelahiran kembali itu menjadi realitas dalam hidup kita sekarang ini suatu realitas didalam percaya, suatu realitas rohani; pengejawantahannya dalam bentuk yang kelihatan adalah soal masa depan. Tetapi suatu realitas. Siapa yang ada didalam Kristus, dia sungguh adalah ciptaan baru : yang lama sudah benar benar berlalu, benar benar tidak muncul yang baru (2 Kor 5:17).

Dalam kepercayaan itu terkandung pembaruan dan kelahiran kembali. Pembaruan dan kelahiran kembali merupakan soal percaya. Haruslah merupakan kepastian bagi kita, haruslah kita percaya, bahwa kita telah mati lepas bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus (Rm. 6:11). Injil tentang kematian serta kebangkitan Kristus itu adalah pemberitahuan tentang kematian dan kebangkitan kita sendiri Percaya berarti : mengiakan dan mengaminkan apa yang Tuhan katakan kepada kita. Tetapi didalam percaya artinya dalam memandang Kristus Tuhan yang disalibkan dan bangkit itu, saya sungguh telah menjadi manusia baru, manusia yang lahir kembali menjadi Anak Allah (Rm. 8:11 dyb).

Kelahiran kembali, yang dikerjakan oleh Roh Kudus, bukanlah suatu pengalaman istimewa disamping percaya, ataupun suatu peristiwa khusus yang melebihi kepercayaan dan pembenaran oleh karena iman. Kelahiran kembali itu tak lain dan tak bukan ialah : kepastian iman bahwa Kristus telah mati karena dosa kita serta dibangkitkan karena pembenaran kita (Rm. 4:25) dan bahwa bersama sama dengan Dia kita sendiri telah mati dan dibangkitkan, menjadi manusia baru yang dosanya telah diampuni.

Ada misalnya tertulis :Barang siapa berkata, bahwa ia berada didalam terang, tetapi ia membenci persaudaraannya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang (1 Yoh. 2 :9). Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa didalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota anggota tubuhmu kepada dosa untu dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang orang yang dahulu mati, tetapi sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata senjata kebenaran (Roma 6:2, 12, 13).

Namun demikian, soal kelahiran kembali merupakan soal percaya, sebab tanda tanda itu tidak dapat membuktikan bahwa kita ini anak anak Allah. Kelahiran kembali itu bukanlah suatu proses berangsur angusr seolah olah kita makin lama makin bertambah baru. Kelahiran kembali adalah soal kepercayaan ! Artinya : dalam memandang kepada Yesus Kristus, kita harus dan boleh percaya bahwa kita dilahirkan kembali menjadi anak anak Allah. Sekali lagi : percaya berarti, bahwa kita mengerjakan serta mengaminkan apa yang dikatakan Allah kepada kita, sehingga kita tetap berpengang kepadanya dalam hidup kita sehari hari. Hidup sebagai manusia baru yang dilahirkan dari atas, menaruh isi : hidup didalam percaya kepada Yesus Kristus, dan sebab itu hidup dalam mengharapkan palinggenesia yang mulia : pembaruan sempurna yang akan terwujudkan didalam Kerajaan Allah yang mendatang. BAB 32PERMINTAAN DOA

1.Perintah bagi orang merdeka

Jemaat Kristus hidup berdasarkan pengampunan dosa, kita telah dimerdekakan dari perhambaan kuasa kuasa jahat, sehingga kita boleh hidup dalam kemerdekaan yang sungguh. Dengan percaya kepada Yesus Kristus, kita bole menghadap Allah selaku orang orang yang telah dibenarkan dan dikuduskan. Oleh karena iman kita, yang diberikan Allah kepada kita, merupakan alas dan dasar permintaan doa.

Allah bukanlah suatu Ilah yang jauh, yang tak dapat didekati. Allah bukanlah sebagai Sang Nasib, yang mengancam hidup kita. Kepercaayaan Kristen bukanlah menyerupai fatalisme yang membuat manusia takluk serta menyerah saja, dengan mengatakan sudah takdir Allah dalam arti apa boleh buat

Injil adalah Kabar Baik bahwa kita boleh hidup didalam kemerdekaan anak anak Allah ! Berita itu melepaskan kita dari segala rasa takut dan gentar, dari segala keragu raguan dan kekejaman rohani. Oleh sebab itu janganlah kita buat permintaan doa itu sebagai masalah ataupersoalan yang sulit sulit dan berseluk beluk. Justru dalam meminta doa haruslah kita menjadi seperti anak anak (Mrk. 10 : 14 -15).

Kepada kita tidak dibebankan suatu kumpulan hukum hukum, perintah perintah, syarat syarat agama, tetapi kita hidup dalam kemerdekaan Anak Anak Allah. (Gal. 4:4-5). Tetapi justru bagi mereka, yang hidup dalam kemerdekaan yang sungguh itu, berdoa adalah merupakan suatu keharusan, bahkan suatu perintah yang timbul dari kehendak Allah.

Allah menuntut, agar kita berdoa kepada Nya saja dan mengharapkan segala pertolongan sari Dia saja. Berserulah kepada Ku pada waktu kesesakkan, aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan aku ( Mzm 50 : 15 ).

Demikian juga Tuhan Yesus mangajak kita untuk berdoa ( misalnya Mat 7 : 7 :Yoh 16 : 24 ). Rasul Paulus selalu pula menasihatkan jemaat jemaat Kristen, agar jangan mengabaikan permintaan doa ( Roma 12 : 12; Flp 4 : 6 : 1 Tes 5 : 17 ).

Sesua dengan para pembaru Gereja telah membicarakan permintaan doa dalam rangka pembicaraan tentang perintah Allah. Mereka tidak bermaksud menetapkan sejumlah syarat syarat agama yang diantara lain mewajibkan orang mengucapkan berbagai rumus sembahyang.

Bila mereka berbicara tentang doa sebagai perintah, maka yang di maksudkan ialah perintah kemerdekaan . Artinya perintah yang berdasarkan perbuatan Allah yang sudah melepaskan kita dan yang sudah mengantar kita masuk ke dalam kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu kemerdekaan sebagai anak anak Nya. ( bandingkan Rm 8 : 21 ; Yak 1 : 25 ; 2 : 12 ).

Inilah yang merupakan dasar untuk pembicaraan kita tentang permintaan doa : kepada kita di perintahkan untuk berdoa, dan perintah itu disifatkan oleh rahmat Allah Bapa, yang menghendaki supaya kita, yang adalah anak anak Nya dan hidup dalam kemerdekaan tyang sungguh, bersyukur kepada Nya.

Sebab permintaan doa merupakan pengakuan bahwa kita bersedia untuk hidup berdasarkan rahmat Allah. Oleh karena Allah yang rahmani itu memerintahkan kita untuk berdoa, maka benar benarlah kita diperkenankan berseru kepada Nya, tanpa ragu ragu dan kwatir, sebagai orang orang yang yakin bahwa mereka diangkat menjadi anak anak Allah, sehingga sungguh beroleh hak untuk berseru kepada Nya.

2.Doa adalah permintaan

Di dalam kebaktian itu Tuhanlah yang hendak berkata kepada kita. Segala sesuatu yang kita lakukan, hanyalah dapat merupakan jawaban atas perbuatan Allah.

Pada masa kini ada aliran aliran yang mau mengutamakan anasir anasir dan sifat sifat lain, baik mengenai doa maupun mngenai seluruh kebaktian di gedung gereja.

Tetapi sungguh sungguh berdoa berarti disebut persembahan . Tetapi sungguh sungguh berdoa berarti bahwa kita datang kepada Allah sebagai manusia yang menginsafi kepapaanya. Justru demikianlah kita menghormati dan memuliakan Allah, sebagaiman ia menghendakinya, yakni bila kita mengharapkan segala sesuatu hanya dari Dia saja.

Coba kita perhatikan perumpamaan yang terdapat dalam Luk. 18 : 9 14. Orang Farisi itu telah merasa diri sangat kaya dalam hal kerohanian dan keagamaan, sehingga doanya tak dapat menjadi permintaan. Maka oleh karena itak ada yang hendak dipintanya, tak ada juga yang akan dapat dikabulkan oleh Allah. Tetapi si pemungut cukai berdiri di hadapan Allah sebagai seorang yang sedemikian papa, hingga doanya yang pendek itu semata mata merupakan permintaan : Ya Allah, ampunilah aku, orang berdosa ini !. Maka permohonan itu di kabulkan !.

Berdoa tentu berarti juga, bahwa kita merendahkan diri di hadapan Allah, dengan mengaku bahwa selalu pula kita enggan menyambut rahmat Nya sebagai dasar segenap kehidupan kita. Tetapi pengakuan dosapun selalu pula memuncak menjadi permintaan, supaya kita boleh menerima pengampunan dosa dan hati yang bersih serta roh yang baru ( bandingkan Mzm 51 dan mazmur mazmur lain yang berisi pangakuan dosa ).

Dalam berdoa tentulah kita memuliakan nama Tuhan sambil sujud menyembah. Tetapi kita tidak menyembah suatu Ilah yang tak dikenal atau yang sdemikian tinggi dan jauh, hingga sebenarnya kita tak dapat berkata kata kepada Nya, apalagi memberanikan diri untuk menyampaikan permintaan permintaan kepada Nya. Kita menyembah Allah yang sungguh kita kenal, sebab Ia telah menyatakan diri Nya di dalam Yesus Kristus .

Kita memuliakan Allah yang telah datang untuk menyelamatkan kita oleh sebab itu kita berdoa dan menyembah juga dengan akal kita.

Berdoa berarti : meminta , bukan menuntut, lagipula meminta berdasarkan rahmat Allah. Keinsyafan ini akan membersihkan dan menyucikan doa kita dari anasir anasir yang hanya timbul dari keinginan keinginan kita sendiri.

Pertolongan Roh Kudus dan syafaat Kristus, kedua duanya ditujukan kepada berlangsungnya rencana dan kehendak Allah terhadap dunia ini dan kita manusia. Dengan menaruh percaya kepada Roh Kudus serta berdoa Dalam Nama Yesus , kita beroleh keluasan hati untuk berdoa, dengan keyakinan bahwa Allah mau mendengar dan mengabulkan permintaan doa kita ( 1 Yoh 5 : 14 15 ).

3.Doa Yang Dikabulkan

Rasul Paulus mengatakan, bahwa segala mahkluk sama sama mengeluh ( Rm 8 : 19 22 ). Umat manusia, yang di timpa kesia sian, merindukan kelepasan dan kemerdekaan yang sungguh. Keluhan itu naik ke surga menjadi seperti doa yang timbul dari semua yang hidup ( bandingkan Mzm 65 : 3 ).

Dalam kedatangan dan pekerjaan Yesus Kristus, Allah telah menyediakan keselamatan bagi kita, dan sebab itu kita percaya bahwa Ia akan menyelesaikan rencana Nya yang berisi kelepasan yang sempurna bagi dunia ini dan kita manusia. Allah tidak menahan Anaknya sendiri. Melainkan telah menyerhkan Nya bagi kita semua.

Doa umat manusia seolah olah telah di pusatkan dalam penderitaan manusia bernama Yesus orang Nazaret itu yang menjadi wakil umat manusia : dan doa itu telah di kabulkan oleh Allah.

Percaya berarti : percaya kepada Allah yang akan melengsungkan dan menyelesaikan rencana Nya terhadap dunia ini dan kita manusia. Dalam percaya itu terkandung, bahwa rencana Allah berisi keselamatan bagi kita, Kesatuan atau keesaan antara rencana Allah dan keselamatan bagi kita, itulah yang merupakan dasar keyakinan bahwa Allah sungguh akan mengabulkan doa kita. Dengan kata lain : doa yang di kabulkan ialah doa yang sesuai dengan rencana Allah.

Berdoa dalam nam Yesus berarti : mendasarkan doanya kepada arti pekerjaan Kristus, Tuhanyang telah di salibkan dan bangkit itu ! Tuhan Yesus telah datang supaya rencana Allah dilaksanakan : dengan kata lain : supaya akhirnya kepada Allah diberi hormat yang patut diberi kepadaNya. Makanya berdoa dalam nama Yesus berarti, bahwa doa kita dasarkan atas arti pekerjaan NYa, dengan percaya bahwa - dengan pengantaran Roh Kudus serta syafaat Kristus sendiri - isi doa itu akan disesuaikan kepada maksud dan tujuan kedatangan Kristus ke dunia ini.

Marilah kita melihat kepada Yesus, ketika di Getsemane Ia bergumul dengan Allah, sambil berdoa : Ya Bapa, jikalau engkau mau, ambilah cawan ini dari padaku ; tetapi bukanlah kehendak Ku, melainkan kehendak Mulah yang terjadi ( Luk 22 : 42 ).

Dengan jalan demikianlah kehendak Allah telah rterjadi, sebab dengan demikian Allah sudah melaksanakan rencana Nya mengenai dunia ini dan kita manusia.

Oleh sebab itu hendaknya kita berdoa : Tuhan, ajarlah kami berdoa ; ajarlah kami meminta doa, supaya kami berdoa sedemikian rupa, hingga rencana Mu dilaksanakan, dan kami berkeyakinan bahwa rencana Mu itu saja yang sungguh berisi keselamatan bagi kami ; ajarlah kami berdoa sedemikian rupa, hingga kehendak Mulah yang menjadi pokok dan pusat doa kami.4. Doa bebas dan Doa Bapa Kami

Tuhan Yesus telah mengajarkan kepada murid Nya doa yang disebut Doa Bapa Kami ( lihat Mat 6 : 9 13 dan Luk 11 : 1 4 ).

Menurut Luk 11 : 1 : Tuhan Yesus telah memberikan doa ini, oleh karena murid murid Nya meminta kepada Nya, supaya ia mengajar mereka berdoa.

Kepura puraan itu di tentang oleh Tuhan Yesus, ketika di katakan Nya bahwa haruslah kita berdoa di dalam kamar ( Mat 6 : 6 ). Peringatan ini tidak berarti, bahwa doa bersama didalam kebaktian itu tidak mungkin atau kurang baik !. Khususnya dalam Injil Lukas sering kita baca, bahwa Tuhan Yesus sendiri berdoa ditempat tempat yang sepi (Luk. 5:16; 6:12; 9:18, 28 dll). Agaknya Yesus tidak bermaksud mewajibkan penggunaan kata kata dari Doa Bapa Kami itu.

Sebab itu, janganlah kita kesampingkan penggunaan Doa Bapa Kami baik dalam rumah tangga maupun dalam kumpulan kumpulan dan kebaktian kebaktian kita. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan doa itu kepada kita, sehingga kita sungguh sungguh kita bole mempergunakan perkataan perkataanNya !. Setidak-tidaknya isi doa itu dapat menjadi contoh dan pedoman untuk doa bebas. Sebab Doa Bapa Kami dapat dijelaskan kepada kita dengan cara bagaimana sepatutnya kita berdoa dan apa yang hendak kita minta.

5.Bentuk dan isi Doa Bapa Kami

Secara ringkas saja kami kemukakan lagi soal soal berikut supaya kita memahami bentukan isinya dan supaya juga dalam doa bebas kita berpedoman kepadanya.

Pertama :Doa ini dimulai dengan sebutan Bapa Kami, ketika berdoa dalam persekutuan dengan seluruh jemaat Kristen di dunia ini

Kedua:Sebagai jemaat Kristus dan anggota anggota Jemaat kita berdoa, demikian : Bapa kami yang ada di sorga, dalam kalimat itu dinyatakan kepada kita dengan cara bagaimana kita boleh dan harus menghadap Allah.

Ketiga:Isi selanjutnya doa Bapa Kami itu terdiri dari dua kali tiga permintaan.

Keempat:Telah dikatakan bahwa rencana Allah (Atau kehormatan Allah!) berisi keselamatan bagi kita.

Kelima:Dipihak lain, ternyata juga bahwa pokok dari ketiga permintaan yang pertama ini meliputi seluruh umat manusia.

Keenam:Barulah sesudah itu kita langsung mengemukakan segala kebutuhan kita, pengampunan kesalahan kita, perlindungan, terhadap serangan oleh kuasa kuasa jahat.

Ketujuh:Dalam bagian kedua ini delapan kali terdapat kata kami. Nyatakanlah sekali lagi, bahwa kita berdoa dalam persekutuan dengan seluruh Gereja KristenKedelapan:Permintaan pertama dalam bagian kedua ini segera memperingatkan kita, bahwa kepercayaan Kristen bukanlah hanya merupakan soal jiwa atau kebatinan manusia. Keselamatan yang hendak dianugerahkan Allah itu ada juga artinya bagi kehidupan sosial dan kebutuhan masyarakat.

Kesembilan :Doa Bapa Kami diakhiri dengan pujian atau doxologia yang berbunyi : Sebab Engkaulah yang empunya kerajaan dan kekuasaan dan kemuliaan sampai selama lamanya.

.34